Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Cerita Berbagi Praktik Baik-Erlita Yuani Putri.pdf
1. PEMBIASAAN BERBUDI ( BERKARAKTER BUDAYA POSITIF ) MELALUI
PROGRAM SAPA (SALAM PAGI)
Topik : Peran Kepala Sekolah Sebagai Penggerak Perubahan
Penulis :
Erlita Yuani Putri, M.Pd. ( Kepala SMAN 3 Tumijajar )
SMAN 3 Tumijajar berdiri sejak tahun 2016, dalam perkembanganya memiliki 102
siswa. Hasil survey pekerjaan orang tua rata-rata menjadi buruh tanam dan buruh pabrik yang
dalam kesehariannya harus berangkat pagi. Sehingga anak-anak tampak kurang mendapat
perhatian dan berdampak pada pembentukan prilakunya yang kurang baik seperti anak sering
berangkat kesiangan, pakaian tidak rapi, lesu karena belum sempat sarapan, menyapa hanya
dengan guru yang dikenal saja, dan melewati guru tanpa mengucapkan salam telah menjadi hal
yang biasa.
Pembiasaan tersebut tentunya tidak sesuai dengan visi sekolah kami, yang salah satunya
mewujudkan peserta didik yang berkarakter dalam hal memiliki ahlak mulia, begitu juga
dengan tujuan Pendidikan Nasional dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS,
bahwa Pendidikan diselenggarakan agar setiap individu dapat menjadi manusia yang berahlak
mulia. Kepala Sekolah sebagai penggerak perubahan tentunya memiliki tugas dan tanggung
jawab membuat program untuk mencapai visi sekolah. Beberapa program saya rancang sebagai
kegiatan Pembiasaan BERBUDI (Berkarakter Budaya Positif ) salah satunya adalah Program
SAPA (Salam Pagi) untuk membentuk karakter peserta didik agar memiliki ahlak mulia.
Dalam menjalankan program terdapat beberapa kendala yang dihadapi yaitu Jumlah
Pendidik dan Tenaga Kependidikan di SMAN 3 Tumijajar ada 24 orang dan hanya 4 orang saja
yang menjadi pegawai ASN sedangkan sisanya adalah guru honorer sehingga jam mengajarnya
terbagi ke sekolah lain, tentunya akan sulit melibatkan seluruh warga sekolah untuk
melaksanakan program SAPA di SMAN 3 Tumijajar. Sekolah juga tidak mungkin membuat
kebijakan agar guru harus mengajar di satu sekolah saja mengingat gaji guru honorer juga
belum memenuhi standar UMR. Selain itu, 79 % guru memiliki jarak dari rumah ke sekolah
yang jauh sedangkan program SAPA dilaksanakan pagi hari sebelum jam pertama. Tantangan
terbesar agar program ini dapat berhasil adalah dibutuhkannya kolaborasi dan komitmen dari
rekan-rekan guru yang ada di sekolah untuk melakukan pembiasaan berkarakter budaya positif
di sekolah agar karakter ahlak mulia peserta didik dapat terbentuk. Tolak ukur keberhasilan
program adalah terjadi perubahan perilaku positif siswa yang membudaya.
2. Berdasarkan tantangan di atas, sebagai kepala sekolah tentunya saya harus mengambil
langkah untuk menyelesaikan masalah tersebut. Sebagai Kepala Sekolah tentunya saya harus
melakukan manajemen sekolah untuk mengelola perubahan positif yang diharapkan terjadi
pada sekolah. Saya akhirnya menggunakan strategi Manajemen dengan sistem Pendekatan
Inkuiri Apresiatif BAGJA. Adapun proses pelaksanaannya saya gunakan tahapan BAGJA.
Saya mulai mengadakan rapat sekolah untuk mendiskusikan terkait budaya karakter siswa di
SMAN 3 Tumijajar.
1. Tahapan 1 ( Buat Pertanyaan )
Saya mulai dengan mengajukan pertanyaan (1) Bagaimana membiasakan peserta didik agar
terbiasa untuk mengucapkan salam, bersalaman saat bertemu guru, tidak terlambat dan
berpakaian rapi, (2) Bagaimana meningkatkan keterlibatan guru dalam hal pembiasaan
budaya karakter positif siswa.
2. Tahapan 2 (Ambil Pelajaran )
Saya mulai dengan membuat pertanyaan lanjutan (1) Apa saja kegiatan yang sudah
dilakukan untuk membiasakan karakter budaya positif siswa, hasilnya seperti apa, (2) Siapa
saja yang sudah terlibat berperan dalam hal tersebut, (3) Siapa saja yang tidak pernah
terlibat apa alasannya.
3. Tahapan 3 (Gali Mimpi)
Saya bersama-sama dengan warga sekolah berusaha untuk menggali mimpi sesuai kondisi
ideal yang diinginkan bersama yaitu (1) karakter budaya positif apa yang diinginkan
dimiliki siswa, (2) pembiasaan budaya positif apa yang dapat meningkatkan karakter
tersebut dan (3) sumber daya apa yang tersedia untuk melaksanakan program tersebut.
4. Tahapan 4 (Jabarkan Rencana)
Saya bersama tim melakukan proses pengidentifikasian tindakan yang diperlukan dan
pengambilan keputusan, (1) Membentuk kepanitiaan, (2) Bagaimana dan kapan program
akan dilaksanakan, (3) Bagaimana mengukur proses perubahan dan hasil perubahan, dan
(4) Bagaimana caranya agar setiap guru dan tendik disekolah dapat berkontribusi terhadap
program. Pada tahapan ini terbentuk tim yang terlibat sebagai panitia. Ketua Program
membuat jadwal dan kesepakatan yaitu guru yang dibebankan menjadi petugas adalah guru
yang ada di jam pertama dibantu oleh kepsek/wakil saat ada ditempat, petugas yang
mendapat tugas berangkat lebih awal 30 menit sebelum masuk jam pertama, petugas
mengkonfirmasi apabila tidak bisa hadir/datang terlambat, Sebelum 5 menit jam masuk
kelas, petugas dapat meninggalkan tempat untuk mempersiapkan pembelajaran, Guru Piket
tetap berada di gerbang sekolah untuk menyambut siswa jika ada yang terlambat dan
3. mencatat dalam jurnal piket keterlambatan siswa. Guru piket dapat memberikan sanksi
terhadap siswa berdasarkan peraturan sekolah sebelum masuk ke kelas, Wali Kelas dan
Guru BK dapat memantau keterlambatan dan ketidakhadiran siswa melalui jurnal untuk
ditindaklanjuti. Ketua program juga menunjuk Tim pengelola sistem manajemen Online
untuk memposting setiap hari dokumentasi kegiatan program SAPA untuk memantau
kehadiran Guru yang mendapat tugas menjalankan Program.
5. Tahapan 5 (Atur Eksekusi )
Pada tahapan ini yaitu kegiatan aksi nyata mentransfomasikan rencana menjadi kenyataan.
Pelaksanaan pembiasaan BERBUDI melalui program SAPA dilaksanakan sesuai jadwal
yang sudah dibuat oleh tim kurikulum.
Seperti yang kita ketahui bahwa salah satu dimensi profil pelajar Pancasila yaitu
dimensi Beriman, Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berahlak Mulia. Dimensi ini
memiliki 5 elemen salah satunya adalah elemen Berahlak Mulia. Pelajar Pancasila yang
berakhlak mulia harus memiliki rasa sayang, peduli, hormat, jujur, adil, rendah hati, bersikap
serta berperilaku dengan penuh hormat, dan menghargai diri sendiri yang terwujud dalam sikap
integritas dengan menampilkan tindakan yang konsisten dengan apa yang dikatakan dan
dipikirkan. Pelajar Pancasila selalu berupaya mengembangkan dan mengintrospeksi diri agar
menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya.
Pemantauan guru setiap harinya saat program SAPA antara lain saat bersalaman guru
akan melihat kondisi siswa seperti saat anak yang bajunya tidak rapi, tidak menggunakan
atribut sesuai ketentuan, dan bersolek berlebihan maka guru akan menegur dan mengingatkan
4. peserta didik, saat anak terlihat tidak ceria guru menyapa dan menanyakan keadaan siswa
apakah kondisi sakit, kurang tidur atau belum sarapan kemudian memberikan solusi masalah
saat itu bersama dengan guru yang ada, membuat catatan prilaku peserta didik untuk
disampaikan kepada guru BK jika terdapat masalah berulang, bersenda gurau dengan sesama
guru sembari menyambut siswa, dan mengenal semua siswa untuk menjalin keakraban. Hal
tersebut membuat peserta didik merasa diperhatikan sehingga mulai melakukan pembiasaan
positif. Selain itu guru BK juga bisa langsung mendapat informasi terkait keadaan siswa. Misal
untuk siswa yang dijumpai terlambat karena tidak ada yang membangunkan pagi hari karena
orang tua yang sudah bekerja maka guru BK memberikan saran untuk memprogram alarm
waktu dipagi hari dan menawarkan diri untuk membantu membangunkan melalui miscall,
siswa yang tidak sempat sarapan di rumah maka guru BK mengingatkan siswa untuk membawa
bekal atau datang lebih awal sehingga bisa sempat sarapan di kantin sehingga saat belajar anak
tidak terganggu dan lain-lain.
Dampak dari Pembiasaan BERBUDI melalui Program SAPA di SMAN 3 Tumijajar
secara efektif dapat menumbuhkembangkan karakter Profil Pelajar Pancasila pada peserta
didik terkait karakter berahlak mulia. Program ini sudah dimulai selama 2,5 bulan. Hasil data
dari kesiswaan dan observasi guru BK menunjukkan adanya perubahan tingkah laku dan
kebiasaan baik peserta didik dalam perilaku sehari-hari di sekolah. Dokumentasi Program
SAPA SMANTRI dapat disimak melalui instagram SMAN 3 Tumijajar dengan alamat
www.instagram.sman03tumijajar atau contoh pada link https://youtu.be/n09WnvSFfhg .
Gambar 3. Program SAPA ( SALAM PAGI ) SMAN 3 Tumijajar
5. Hasil pelaksanaan program bahwa program efektif untuk dilaksanakan karena
berdampak positif antara lain :
1. Bagi Siswa
Siswa menjadi lebih rajin berangkat pagi ( keterlambatan siswa berkurang karena selalu
dipantau), pakaian seragam rapi dan mengikuti aturan, mengenal banyak guru setiap
harinya, dan terbiasa untuk mengucapkan salam dan bersalaman dengan guru.
2. Bagi Guru
Guru yang mendapatkan tugas menjadi Tim Program SAPA terbiasa untuk mengatur
manajemen waktu, menjadi lebih rajin berangkat pagi ( ketidakhadiran dipantau melalui
dokumentasi setiap hari yang diposting juga melalui media sosial), akrab dengan guru
( mendapat kesempatan saling berbagi cerita dipagi hari sambil menyambut siswa), dan
mengenal murid.
3. Bagi Sekolah
Pencapaian visi sekolah tercapai untuk pembentukan karakter elemen ahlak mulia. Perilaku
pembiasaan baik yang ditunjukkan siswa mulai menjadi budaya di sekolah.
Sebagai kepala sekolah saya menyadari bahwa faktor keberhasilan atau
ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan adalah kolaborasi Tim yang baik dan
kekonsistenan dalam melaksanakan program. Karena program ini berjalan bukan tergantung
pada biaya, namun pada sumber daya manusia yang ada untuk lebih meluangkan waktu
berangkat lebih awal di pagi hari untuk menyambut siswa tampa ada reward dalam bentuk
uang namun gotong royong seluruh warga sekolah yang ada. Pembelajaran dari keseluruhan
program yang dijalankan tersebut adalah dibutuhkannya penyamaan persepsi untuk
meyakinkan kebermanfaatan dari program yang akan dijalankan sehingga tim dapat
menjalankan program dengan baik sehingga tujuan program akan dapat tercapai secara
maksimal. Kedepan program akan berjalan dengan maksimal apabila seluruh warga sekolah
dapat terlibat, tentunya melalui penyusunan jadwal yang bisa menjadwalkan semua warga
sekolah tanpa mengganggu jadwal saat mengajar disekolah lain. Mari menjadi kepala sekolah
yang selalu bergerak, tergerak dan menggerakkan.