SlideShare a Scribd company logo
Pengelolaan Program yang
Berdampak Positif pada
Murid
Penulis modul:
Oscarina Dewi Kusuma, S.Pd. ,M.Pd
Indra Sari, SH., M.Pd
Dr. Siti Suharsih, S.S., M.Pd
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI
DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
DIREKTORAT KEPALA SEKOLAH, PENGAWAS SEKOLAH DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
2022
Bahan Ajar
Pendidikan Program Guru Penggerak
Paket Modul 3: Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah
Modul 3.3 “Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid”
Edisi Ketiga (Januari 2022)
Penulis Modul:
Edisi Kesatu (September 2020):
• Dr. Siti Suharsih, S.S., M.Pd
• Indra Sari, S.H., M.Pd.
Edisi Kedua (Juni 2021):
• Oscarina Dewi Kusuma, S.Pd.,M.Pd.
• Dr. Siti Suharsih, S.S., M.Pd
• Indra Sari, S.H., M.Pd
Edisi Ketiga (Januari 2022):
• Oscarina Dewi Kusuma, S.Pd.,M.Pd.
• Dr. Siti Suharsih, S.S., M.Pd
• Indra Sari, S.H., M.Pd.
Editor:
Direktorat Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah dan Tenaga Kependidikan,
Kemdikbudristek
_______________________________________________________________________
_____________________
Hak Cipta © 2022 pada Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Dilindungi Undang-undang
Diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Lembar Pengesahan
Tahapan Nama Tanda Tangan Tanggal
Review Dr. Rita Dewi Suspalupi, M.Ak.
Verifikasi Dr. Kasiman, M.T.
Validasi Dr. Praptono, M.Ed.
Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | i
Kata Pengantar Direktur Jendral Guru dan Tenaga
Pendidikan
Pemimpin sekolah, dalam berbagai literatur, disebut berperan besar dalam menentukan
keberhasilan sekolah karena ia mempunyai tanggung jawab dalam menyinergikan
berbagai elemen di dalamnya. Seorang pemimpin sekolah yang berkualitas akan mampu
memberdayakan seluruh sumber daya di ekosistem sekolahnya hingga dapat bersatu
padu menumbuhkan murid-murid yang berkembang secara utuh, baik dalam rasa, karsa
dan ciptanya. Tak dipungkiri, pemimpin sekolah merupakan salah satu aktor kunci dalam
terwujudnya Profil Pelajar Pancasila.
Untuk dapat menjalankan peran-peran tersebut, seorang pemimpin sekolah perlu
mendapatkan pendidikan yang berkualitas sebelum ia menjabat. Program Pendidikan
Guru Penggerak (PPGP), sebagai bagian dari rangkaian kebijakan Merdeka Belajar
episode kelima, didesain untuk mempersiapkan guru-guru terbaik Indonesia untuk
menjadi pemimpin sekolah yang berfokus pada pembelajaran (instructional leaders).
Melalui berbagai aktivitas pembelajaran dalam PPGP, kandidat kepala sekolah masa
depan diharapkan dapat memiliki kompetensi dalam pengembangan diri dan orang lain,
pengembangan pembelajaran, manajemen sekolah serta pengembangan sekolah. Kami
memiliki harapan besar agar lulusan PPGP dapat mewujudkan standar nasional
pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan di seluruh wilayah negeri ini, di mana
keberpihakan pada murid menjadi orientasi utamanya.
Upaya pemenuhan kandidat kepala sekolah yang lebih optimal menuntut penyesuaian
pada desain pembelajaran PPGP. Karena itu, terhitung dari angkatan kelima durasi
program diefisiensikan dari sembilan menjadi enam bulan. Selain itu, PPGP juga
menerapkan diferensiasi proses untuk peserta di daerah yang memiliki akses terbatas,
baik dari segi transportasi maupun telekomunikasi. Namun, terlepas dari moda
penyampaian yang beragam, para Calon Guru Penggerak (CGP) di seluruh Indonesia
sama-sama mempelajari materi-materi bekal kepemimpinan dengan sistem on-the-job
learning di mana selama belajar, guru tetap menjalankan perannya di sekolah sekaligus
ii | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid
menerapkan pengetahuan yang didapat dari ruang pelatihan ke dalam pembelajaran di
kelas. Pendekatan pembelajaran juga tetap menggunakan siklus inkuiri yang sarat
dengan refleksi dan praktik langsung, baik bersama sesama CGP maupun rekan sejawat
di sekolah. Pendampingan di lapangan juga tetap menjadi kunci dari keberhasilan
implementasi konsep di kelas atau sekolah CGP.
Tentu saja, seluruh upaya tersebut tidak akan berhasil tanpa peran berbagai tim
pendukung yang telah bekerja keras dan berkontribusi positif mewujudkan
penyelesaian bahan ajar ini serta membantu terlaksananya PPGP. Kami mengucapkan
terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada para pengembang modul, tim
digitalisasi, serta fasilitator, pengajar praktik dan instruktur. Semoga Allah Yang
Mahakuasa senantiasa memberkati upaya yang kita lakukan demi transformasi
pendidikan Indonesia. Amin.
Jakarta, Januari 2022
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan,
Dr. Iwan Syahril, Ph.D.
Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | iii
Surat dari instruktur
Selamat datang Ibu dan Bapak Calon Guru Penggerak (CGP) di modul 3.3 yang akan
berbicara tentang program yang berdampak pada murid.
Modul ini mengajak Ibu dan Bapak untuk berefleksi dan melihat kembali perspektif atau
cara pandang kita tentang program yang berdampak positif pada murid. Selama ini,
sering sekali kita melihat bahwa program-program sekolah, baik program intra kurikuler,
program ko-kurikuler, atau program ekstra kurikuler pengelolaannya hanya
menempatkan murid-murid sebagai objek dari program-program tersebut. Mereka
memang melakukan, atau menjalankan program-program tersebut, namun banyak yang
kesulitan untuk mengambil makna dari pengalaman mereka tersebut karena hanya
merasakan keterlibatan itu sebagai sebuah keharusan untuk terlibat, rutinitas,
kewajiban yang harus dijalankan, atau hanya sekedar sebuah kegiatan yang
menyenangkan untuk dilakukan. Padahal, kita semua tahu bahwa pengambilan makna
adalah esensi dari proses belajar itu sendiri.
Di dalam modul ini, Ibu/Bapak akan mengeksplorasi bagaimana sesungguhnya kita
dapat mendorong student agency (yang dalam modul ini diterjemahkan sebagai
kepemimpinan murid) dalam pengelolaan program-program di sekolah. Mendorong
kepemimpinan murid dalam program sekolah bukan hanya memungkinkan murid untuk
belajar menjadi individu yang lebih bertanggung jawab, berdaya, dan kontributif,
namun, pengalaman dan kebermaknaan yang mereka dapatkan dari proses belajar
mereka dalam program-program sekolah tersebut sesungguhnya akan memberikan
bekal untuk mereka menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat, sehingga, ketika kita
berbicara tentang dampak, maka dampak positif dari proses belajar yang dilalui oleh
murid-murid kita saat ini tentunya akan dapat terus dirasakan oleh mereka di sepanjang
hidupnya.
iv | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid
Saat di tahapan eksplorasi konsep di dalam modul ini, kami secara sengaja juga akan
meminta Ibu/Bapak untuk mencoba mengaitkan konsep yang sedang dipelajari tersebut
dengan Standar Nasional Pendidikan. Kami berharap Ibu/Bapak dapat melihat bahwa
upaya mendorong kepemimpinan murid dalam berbagai program atau kegiatan di
sekolah ini sesungguhnya juga merupakan upaya untuk memenuhi apa yang digariskan
dalam Standar Nasional Pendidikan. Menumbuhkan kepemimpinan murid sejatinya
adalah bagian dari sebuah upaya kolaboratif yang seharusnya dilakukan oleh semua
pihak yang berkaitan dengan pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan nasional,
yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Semoga proses pembelajaran yang Ibu dan Bapak lalui di modul ini dapat memberikan
pengalaman baru, bermakna, dan membuka cakrawala berpikir yang lebih luas,
sehingga dapat membantu Ibu/Bapak dalam melakukan pengelolaan berbagai program
atau kegiatan yang berpihak pada murid di sekolah Ibu dan Bapak. Tetaplah semangat!
Salam dan Bahagia,
Pengembang Modul 3.3,
Oscarina Dewi Kusuma, S.Pd., M.Pd., Dr. Siti Suharsih, S.S., M.Pd & Indra Sari, S.H., M.Pd.
Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | v
Daftar isi
Hlm.
Kata Pengantar Direktur Jendral Guru dan Tenaga Pendidikan.........................................i
Surat dari instruktur .........................................................................................................iii
Daftar isi.............................................................................................................................v
Daftar Lampiran................................................................................................................vi
Daftar Gambar.................................................................................................................vii
Capaian yang Diharapkan...............................................................................................viii
Alur Belajar MERDEKA.......................................................................................................x
Glosarium.........................................................................................................................xii
Pembelajaran 1: Mulai Dari Diri ....................................................................................... 1
Pembelajaran 2.1: Eksplorasi Konsep - Mandiri............................................................... 3
Pembelajaran 2.2: Eksplorasi Konsep – Forum diskusi .................................................. 49
Pembelajaran 3: Ruang Kolaborasi................................................................................. 54
Pembelajaran 4: Demonstrasi Kontekstual.................................................................... 60
Pembelajaran 5: Elaborasi Pemahaman......................................................................... 63
Pembelajaran 6: Koneksi Antarmateri............................................................................ 66
Pembelajaran 7 : Aksi Nyata........................................................................................... 68
SURAT PENUTUP............................................................................................................. 72
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 73
PROFIL PENULIS MODUL................................................................................................. 84
vi | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid
Daftar Lampiran
Lampiran 1. Rubrik Penilaian Ruang Kolaborasi
Lampiran 2. Rubrik Tahapan Bagja
Lampiran 3. Contoh Format Bagja
Lampiran 4. Lembar Periksa PPT di Tahapan Koneksi Antar Materi
Lampiran 5. Rubrik Penilaian Aksi Nyata
Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | vii
Daftar Gambar
Gambar 1 Profil Pelajar Pancasila
viii | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid
Capaian yang Diharapkan
Kompetensi Lulusan yang Dituju
Modul ini diharapkan berkontribusi untuk mencapai kompetensi lulusan sebagai
berikut:
● Guru Penggerak mampu menggerakkan komunitas sekolah untuk bersama-sama
mengembangkan dan mewujudkan visi sekolah yang berpihak pada murid dan
berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal.
● Guru Penggerak melakukan pendampingan kepada seluruh komunitas sekolah untuk
dapat menggunakan pendekatan reflektif dan iteratif dalam mengelola program dan
sumber daya sekolah.
● Guru Penggerak merencanakan, menginisiasi dan mengorganisasi kerangka program
pengembangan sekolah yang mendorong kepemimpinan murid berbasis data dan
bukti.
● Guru Penggerak memfasilitasi pelibatan orang tua/wali murid dan masyarakat dalam
pengembangan sekolah untuk peningkatan kualitas belajar murid.
Capaian Umum Modul 3.3
Secara umum, capaian dari modul ini adalah:
● CGP menyadari murid sebagai mitra bagi guru dalam pembelajaran.
● CGP mengupayakan terwujudnya lingkungan sekolah yang mendukung tumbuhnya
murid-murid yang mampu menjadi pemimpin dalam proses pembelajarannya
sendiri.
● CGP menerapkan konsep kepemimpinan murid pada program atau kegiatan sekolah.
Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | ix
Capaian Khusus Modul 3.3:
Secara khusus, modul ini diharapkan dapat membantu Calon Guru Penggerak untuk
mampu:
1. menunjukkan pemahaman tentang konsep kepemimpinan murid dan kaitannya
dengan Profil Pelajar Pancasila.
2. menunjukkan pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan suara, pilihan, dan
kepemilikan murid.
3. menganalisis sejauh mana suara, pilihan dan kepemilikan murid dipertimbangkan
dalam program intrakurikuler/kokurikuler/ekstrakurikuler sekolah untuk
mewujudkan lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid.
4. mengidentifikasi strategi pelibatan komunitas dalam program sekolah untuk
mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid.
5. merancang sebuah prakarsa perubahan di sekolah dalam bentuk sebuah
program/kegiatan sekolah yang mendorong kepemimpinan murid dengan
menggunakan model prakarsa perubahan yang di sebut dengan BAGJA.
Isi Materi Modul:
1. Kepemimpinan murid:
a. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan murid
b. Suara murid, Pilihan murid, Kepemilikan murid
c. Kepemimpinan murid dan kaitannya dengan Profil Pelajar Pancasila
2. Lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid.
3. Pelibatan komunitas dalam program sekolah untuk mendukung tumbuhnya
kepemimpinan murid.
4. Program atau kegiatan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid.
x | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid
Alur Belajar MERDEKA
Mulai dari diri (1JP):
CGP melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar mereka di masa lalu untuk
menyimpulkan apa yang dimaksud dengan program yang berdampak pada murid
Eksplorasi Konsep 1 (3JP):
Melalui kegiatan membaca, diskusi, dan refleksi, CGP dapat mengkonstruksi
pemahaman mereka tentang:
1. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan murid (students agency).
2. Apa yang dimaksud dengan suara, pilihan dan kepemilikan murid dalam konsep
kepemimpinan murid.
3. Lingkungan yang mendukung tumbuhkembangnya kepemimpinan murid
4. Bagaimana melibatkan komunitas untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan
murid.
Eksplorasi Konsep 2 (2JP):
- CGP akan melakukan diskusi asinkron untuk mengembangkan pemahaman yang
lebih dalam tentang suara, pilihan dan kepemilikan murid.
- CGP akan menemukenali aspek suara, pilihan dan kepemilikan murid dalam sebuah
contoh program atau kegiatan sekolah yang menjadi fokus diskusi.
Ruang Kolaborasi (6JP)
Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | xi
- CGP akan bekerja dalam kelompok untuk membuat dan mempresentasikan sebuah
contoh (gambaran umum) dari sebuah program atau kegiatan sekolah yang
mempromosikan kepemimpinan murid)
Demonstrasi Kontekstual (4JP)
- CGP akan membuat sebuah prakarsa perubahan dalam bentuk rencana
program/kegiatan yang memanfaatkan model manajemen perubahan BAGJA
Elaborasi Pemahaman (2JP)
- CGP akan berdiskusi dan melakukan tanya jawab dengan instruktur untuk
mengelaborasi pemahaman mereka terkait dengan program atau kegiatan
pembelajaran yang menumbuhkan kepemimpinan murid
Koneksi antar materi (2JP)
- CGP akan melakukan koneksi antar materi yang telah dipelajari dari modul-modul
sebelumnya untuk membuat sintesa pemahaman tentang program sekolah yang
berdampak pada murid.
Aksi Nyata (4JP)
- CGP menjalankan tahapan B (Buat Pertanyaan) & A (Ambil Pelajaran) berdasarkan
model prakarsa perubahan B-A-G-J-A yang telah dibuat sebelumnya pada tahapan
Demonstrasi Kontekstual dalam sebuah aksi nyata.
xii | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid
Glosarium
Daring Akronim (singkatan) dari dua kata: “dalam” dan “jaringan”. Dalam
Bahasa Inggris, berarti “online”.
Agency Agency berasal dari bahasa Inggris yang diartikan sebagai kapasitas
seseorang untuk mempengaruhi fungsi dirinya dan arah jalannya
peristiwa melalui tindakan yang dibuatnya.
Student Agency* Kemampuan murid untuk mengarahkan pembelajaran mereka
sendiri, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini, mengajukan
pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan
berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan
pemahaman mereka kepada orang lain, dan melakukan tindakan
nyata sebagai hasil proses belajarnya.
*mengingat kata agency belum ada padanannya yang tepat dalam
bahasa Indonesia, maka untuk kepentingan pembahasan dalam
modul ini, istilah student agency akan diterjemahkan sebagai
‘kepemimpinan murid’
Voice/Choice/Ow
nership
Voice (suara) adalah pandangan, perhatian, gagasan yang
diekspresikan oleh murid melalui partisipasi aktif mereka di kelas,
sekolah, komunitas, dan sistem pendidikan mereka, yang
berkontribusi pada proses pengambilan keputusan dan secara
kolektif mempengaruhi hasilnya.
Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | xiii
Choice (pilihan) adalah peluang yang diberikan kepada murid untuk
memilih kesempatan-kesempatan dalam ranah sosial, lingkungan,
dan pembelajaran.
Ownership (Kepemilikan) adalah rasa keterhubungan, keterlibatan
aktif, dan investasi pribadi seseorang dalam proses belajar.
Tri Sentra
Pendidikan
Tri Sentra Pendidikan (Tiga Pusat Pendidikan), merupakan konsep
yang digagas oleh Ki Hadjar Dewantara, yang menerangkan bahwa
pendidikan sesungguhnya berlangsung di tiga lingkungan yaitu,
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiganya memiliki peran di
dalam proses pendidikan, serta saling mengisi dan memperkuat satu
dengan yang lainnya. Tanggung jawab pendidikan tidak hanya pada
pemerintah semata, namun termasuk juga keluarga dan
masyarakat.
Program
Pembelajaran
Program pembelajaran adalah rancangan atau perencanaan satu
unit atau kesatuan kegiatan yang berkesinambungan dalam proses
pembelajaran, yang memiliki tujuan, dan melibatkan sekelompok
orang (guru dan murid) untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Kegiatan
Pembelajaran
Proses interaksi antara peserta didik dengan tenaga pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan yang mengacu pada
pendekatan, strategi, model, dan metode pembelajaran
xiv | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid
Intrakurikuler
Program/kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai
tujuan kurikulum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Program/kegiatan intrakurikuler ini terdiri dari mata
pelajaran yang memiliki alokasi waktu yang telah ditentukan.
Kokurikuler
Program/kegiatan yang dilaksanakan untuk penguatan atau
pendalaman kurikulum, meliputi kegiatan pengayaan mata
pelajaran, kegiatan ilmiah, pembimbingan seni dan budaya,
dan/atau bentuk kegiatan lain yang ditujukan untuk penguatan
karakter Peserta Didik.
Ekstrakurikuler
Program/kegiatan kurikuler yang dilakukan di luar jam pelajaran, di
bawah bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan.
Ekstrakurikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk
mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian,
kerjasama,dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam
rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Kegiatan lebih bersifat ke minat siswa dan pengembangan diri.
BAGJA Model manajemen perubahan yang merupakan akronim dari Buat
pertanyaan utama, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana,
Atur eksekusi. BAGJA merupakan terjemahan bebas yang diadaptasi
dari model 5D sebagai bagian dari inkuiri apresiatif (Define, Discover,
Dream, Design, Deliver) yang diperkenalkan oleh David Cooperrider.
Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 1
Pembelajaran 1: Mulai Dari Diri
Waktu: 1 JP (90 menit)
Kutipan Hari ini
""Apa pun perubahan kecil itu, jika setiap guru melakukannya secara serentak, kapal
besar bernama Indonesia ini pasti akan bergerak"
-Nadiem Makarim-
Tujuan Pembelajaran Khusus
- CGP melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar mereka di masa lalu untuk
menyimpulkan apa yang dimaksud dengan program yang berdampak pada murid
Pertanyaan Pemantik
1. Apa yang dimaksud dengan program yang berdampak pada murid?
2. Bagaimana kaitan antara program yang berdampak pada murid dengan
kepemimpinan murid (student agency)?
Bapak dan Ibu calon guru penggerak,
Selamat datang di sesi pembelajaran 1, Mulai Dari Diri. Sebelum Ibu/Bapak memulai
tahapan pembelajaran 1 ini, kami ingin menyampaikan terlebih dahulu bahwa di
sepanjang tahapan pembelajaran dalam modul ini, Ibu/Bapak akan selalu diberikan
pertanyaan pemantik di awal setiap tahapan pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan
pemantik ini tidak perlu dijawab. Tujuan dari pertanyaan-pertanyaan pemantik tersebut
lebih kepada memancing pemikiran dan rasa ingin tahu Ibu/Bapak terhadap materi yang
2 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid
akan dipelajari dan menjadi bagian upaya kami untuk mendorong Ibu/Bapak untuk
menggali lebih dalam konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini.
Sekarang, mari kita mulai sesi pembelajaran 1 ini.
Saat Ibu/Bapak bersekolah dulu, Ibu/Bapak tentu pernah mengikuti berbagai
program/kegiatan di sekolah. Program/kegiatan itu dapat berupa program/kegiatan
intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler.
Program/kegiatan intrakurikuler merupakan merupakan program/kegiatan utama
sekolah yang dilakukan dengan menggunakan alokasi waktu yang telah ditentukan
dalam struktur program sekolah. Program/Kegiatan ini dilakukan oleh guru dan murid
dalam jam pelajaran setiap hari dan ditujukan untuk mencapai tujuan minimal dari
setiap mata pelajaran dalam kurikulum. Sementara itu, program/kegiatan kokurikuler
merupakan program/kegiatan yang dilaksanakan sebagai penguatan atau pendalaman
kegiatan intrakurikuler. Program/kegiatan ini meliputi kegiatan pengayaan mata
pelajaran, kegiatan ilmiah, pembimbingan seni dan budaya, dan/atau bentuk kegiatan
lain yang dapat menguatkan karakter murid. Sedangkan program/kegiatan
ekstrakurikuler adalah program/kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam
belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan dan
pengawasan sekolah, dan diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan
potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian murid.
Nah, sekarang kami ingin Ibu/Bapak mengingat kembali dan melakukan refleksi
terhadap pengalaman Ibu/Bapak yang paling berkesan saat terlibat dalam berbagai
program/kegiatan sekolah semasa menjadi murid. Refleksi dapat dilakukan dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1. Apa kegiatan/programnya?
2. Siapa yang memprakarsai atau menggagas program tersebut?
3. Berperan sebagai apa Ibu/Bapak saat itu?
4. Bagaimana perasaan Ibu/Bapak saat itu?
Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 3
5. Mengapa pengalaman tersebut berkesan untuk Ibu/Bapak?
6. Apa pembelajaran yang Ibu/Bapak ambil dari kegiatan/ program tersebut?
7. Bagaimana pengalaman tersebut berdampak pada Ibu/Bapak sekarang? Apakah
berdampak positif atau negatif?
Ibu/Bapak dapat mengerjakan dan mengumpulkan jawaban Ibu/Bapak di LMS.
Setelah melakukan refleksi dan kemudian membaca judul modul ini, apa yang tergambar
di benak Ibu/Bapak? Apa yang Ibu/Bapak harapkan dapat dipelajari pada modul ini?
Peran Fasilitator:
● Fasilitator akan memastikan kesiapan dan komitmen CGP memasuki fase-fase
selanjutnya.
● Fasilitator memastikan CGP mengumpulkan tugasnya sebelum batas tanggal akhir
pengumpulan.
Pembelajaran 2.1: Eksplorasi Konsep - Mandiri
4 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid
Waktu: 3 JP (135 menit)
Kutipan Hari Ini
Maksud pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk perikehidupan bersama
adalah memerdekakan manusia sebagai anggota persatuan (rakyat).
Ki Hadjar Dewantara
Tujuan Pembelajaran Khusus
Melalui kegiatan membaca, diskusi, dan refleksi, CGP dapat mengkonstruksi
pemahaman mereka tentang:
- kepemimpinan murid (students agency) dan kaitannya dengan Profil Pelajar
Pancasila
- suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) murid dalam konsep
kepemimpinan murid.
- lingkungan yang mendukung tumbuhkembangnya kepemimpinan murid
- pentingnya melibatkan komunitas untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan
murid.
Pertanyaan Pemantik:
- Menurut Ibu/Bapak, siapakah yang seharusnya memegang kendali terhadap proses
pembelajaran murid?
- Menurut Ibu/Bapak, dalam hal apa saja dan sebagai apa murid dapat mengambil
kendali dalam berbagai program/kegiatan pembelajaran sekolah?
- Bagaimana peran dan keterlibatan murid dalam berbagai program/kegiatan
pembelajaran sekolah dapat berkontribusi positif bagi lingkungan dan masyarakat?
- Bagaimana kita dapat melibatkan komunitas dalam mendorong tumbuhnya
kepemimpinan murid?
Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 5
Setelah melakukan refleksi di tahapan pembelajaran yang lalu, selanjutnya mari kita
cermati beberapa pertanyaan pemantik di atas. Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak
perlu Ibu/Bapak tulis jawabannya. Jadikan pertanyaan-pertanyaan ini untuk
memprovokasi pemikiran-pemikiran Ibu/Bapak di sepanjang pembelajaran 2 ini. Saat
membaca materi yang diberikan di bagian ini, Ibu/Bapak dapat senantiasa kembali lagi
ke pertanyaan tersebut.
Sekarang, silahkan Ibu/Bapak membaca materi tentang konsep kepemimpinan murid di
bawah ini.
Kepemimpinan Murid
1. Apakah kepemimpinan murid ?
Dari paket modul 1 dan 2 sebelumnya, Ibu/Bapak telah belajar bahwa murid harus
menjadi dasar bagi semua pengambilan keputusan yang kita buat di sekolah. Melalui
filosofi dan metafora “menumbuhkan padi”, Ki Hajar Dewantara mengingatkan kita
bahwa dalam mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid, kita harus secara
sadar dan terencana membangun ekosistem yang mendukung pembelajaran murid
sehingga mampu memekarkan mereka sesuai dengan kodratnya. Dengan demikian, saat
kita merancang sebuah program/kegiatan pembelajaran di sekolah, baik itu
intrakurikuler, ko-kurikuler, atau ekstrakurikuler, maka murid juga seharusnya menjadi
pertimbangan utama. Pertanyaannya kemudian adalah sejauh mana kita dapat
menempatkan murid dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan
program/kegiatan pembelajaran tersebut?
Kita semua tentu sepakat bahwa murid-murid kita dapat melakukan lebih dari sekedar
menerima instruksi dari guru. Mereka secara alami adalah seorang pengamat,
penjelajah, penanya, yang memiliki rasa ingin tahu atau minat terhadap berbagai hal.
Lewat rasa ingin tahu serta interaksi dan pengalaman mereka dengan orang lain dan
lingkungan sekitarnya, mereka kemudian membangun sendiri pemahaman tentang diri
6 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid
mereka, orang lain, lingkungan sekitar, maupun dunia yang lebih luas. Dengan kata lain,
murid-murid kita sebenarnya memiliki kemampuan atau kapasitas untuk mengambil
bagian atau peranan dalam proses belajar mereka sendiri.
Namun, pernahkah Ibu/Bapak melakukan refleksi dan kemudian menyadari bahwa
terkadang, guru atau orang dewasa sering memperlakukan murid-murid seolah-olah
mereka tidak mampu membuat keputusan, pilihan, atau memberikan pendapat terkait
dengan proses belajar mereka. Kadang-kadang kita bahkan tanpa sadar membiarkan
murid-murid kita secara sengaja menjadi tidak berdaya, dengan secara sepihak
memutuskan semua yang harus murid pelajari dan bagaimana mereka mempelajarinya,
tanpa melibatkan peran serta mereka dalam proses pengambilan keputusan tersebut.
Agar kita dapat menjadikan murid sebagai pemimpin bagi proses pembelajarannya
sendiri, maka kita perlu memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan
kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga potensi
kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik. Peran kita adalah:
1. Mendampingi murid agar pengembangan potensi kepemimpinan mereka tetap
sesuai dengan kodrat, konteks dan kebutuhannya.
2. Mengurangi kontrol kita terhadap mereka.
Saat murid memiliki kontrol atas apa yang terjadi, atau merasa bahwa mereka dapat
mempengaruhi sebuah situasi inilah, maka murid akan memiliki apa yang disebut
dengan “agency”. Agency dapat diartikan sebagai kapasitas seseorang untuk
mempengaruhi fungsi dirinya dan arah jalannya peristiwa melalui tindakan-tindakan
yang dibuatnya. Albert Bandura dalam artikelnya, Toward a Psychology of Human
Agency (2006) mengatakan, bahwa menjadi seorang agent (seseorang yang memiliki
agency) berarti orang tersebut secara sengaja mempengaruhi fungsi dan keadaan hidup
dirinya. Dalam pandangan ini, pengaruh pribadi merupakan bagian dari struktur kausal.
Orang-orang sebenarnya dapat mengatur diri sendiri, bersikap proaktif, meregulasi diri
Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 7
sendiri, dan merefleksikan diri. Mereka bukan hanya dapat menjadi penonton dari
perilaku mereka sendiri, tetapi adalah kontributor untuk keadaan hidup mereka sendiri.
Lebih lanjut, dalam artikel yang sama Bandura juga mengatakan bahwa ada empat sifat
inti dari human agency, yang dalam modul ini kita singkat dengan akronim IVAR untuk
memudahkan mengingat, yaitu:
1. I - Intensi = Kesengajaan (intentionality). Seseorang yang memiliki agency bukan hanya
memiliki sekedar niat, tetapi di dalam niat mereka sudah termasuk rencana tindakan
dan strategi untuk mewujudkannya. Orang yang memiliki agency akan memahami
bahwa dalam mewujudkan niatnya, ia juga harus mempertimbangkan keinginan pihak
lain, sehingga berupaya untuk menemukan niatan bersama dan mengelola kesaling-
tergantungan rencana.
2. V - Visi = Pemikiran ke depan (forethought). Pemikiran ke depan di sini bukan hanya
sekedar rencana yang mengarahkan masa depan. Mereka yang berpikiran ke depan
menjadikan visi (representasi kognitif dari visualisasi masa depan) sebagai pemandu dan
memotivasi tindakan-tindakan mereka saat ini. Hal ini membuat mereka menjadi
individu yang bersemangat dan bertujuan.
3. A - Aksi = Kereaktifan-diri (self-reactiveness). Seseorang yang memiliki agency, bukan
hanya seorang perencana dan pemikir ke depan. Mereka juga seorang pengendali diri
(self-regulator). Setelah memiliki niat dan rencana, ia tidak akan duduk diam dan
menunggu. Mereka memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi aksi atau tindakan
yang tepat dan untuk memotivasi serta mengatur eksekusinya.
4. R - Refleksi = Kereflektifan-diri (self-reflectiveness). Seseorang yang memiliki agency
akan memiliki kesadaran yang baik akan fungsi dirinya. Mereka akan melakukan refleksi
terhadap efikasi dirinya, kecemerlangan dan ketepatan pikiran dan tindakannya, dan
kebermaknaan dari upaya yang mereka lakukan dalam pencapaian tujuan, serta akan
melakukan perbaikan jika diperlukan. Kemampuan metakognitif untuk melakukan
refleksi diri sendiri dan kecukupan pemikiran dan tindakan seseorang adalah sifat yang
paling jelas dari orang yang memiliki agency.
8 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid
Murid mendemonstrasikan “student agency” ketika mereka mampu mengarahkan
pembelajaran mereka sendiri, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini,
mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan
berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka
kepada orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya.
Mengingat bahwa kata agency ini belum ada padanan yang tepat dalam bahasa
Indonesia, maka untuk kepentingan pembahasan di dalam modul ini, maka istilah
student agency ini selanjutnya akan diterjemahkan sebagai “kepemimpinan murid”.
Jika kita mengacu pada OECD (2019:5), ‘kepemimpinan murid’ berkaitan dengan
pengembangan identitas dan rasa memiliki. Ketika murid mengembangkan agency,
mereka mengandalkan motivasi, harapan, efikasi diri, dan growth mindset (pemahaman
bahwa kemampuan dan kecerdasan dapat dikembangkan) untuk menavigasi diri mereka
menuju kesejahteraan lahir batin (wellbeing). Hal inilah yang kemudian memungkinkan
mereka untuk bertindak dengan memiliki tujuan, yang membimbing mereka untuk
berkembang di masyarakat.
Konsep kepemimpinan murid sebenarnya berakar pada prinsip bahwa murid memiliki
kemampuan dan keinginan untuk secara positif mempengaruhi kehidupan mereka
sendiri dan dunia di sekitar mereka. Kepemimpinan murid dapat dilihat sebagai
kapasitas untuk menetapkan tujuan, melakukan refleksi dan bertindak secara
bertanggung jawab untuk menghasilkan perubahan. Kepemimpinan murid adalah
tentang murid yang bertindak secara aktif, dan membuat keputusan serta pilihan yang
bertanggung jawab, daripada hanya sekedar menerima apa yang ditentukan oleh orang
lain. Ketika murid menunjukkan agency dalam pembelajaran mereka sendiri, yaitu
ketika mereka berperan aktif dalam memutuskan apa dan bagaimana mereka akan
belajar, maka mereka cenderung menunjukkan motivasi yang lebih besar untuk belajar
dan lebih mampu menentukan tujuan belajar mereka sendiri. Lewat proses yang seperti
ini, murid-murid akan secara alamiah mempelajari keterampilan belajar (belajar
bagaimana belajar). Keterampilan belajar ini adalah sebuah keterampilan yang sangat
Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 9
penting, yang dapat dan akan mereka gunakan sepanjang hidup mereka dan bukan
hanya untuk saat ini.
Saat murid menjadi pemimpin dan mengambil peran aktif dalam proses pembelajaran
mereka sendiri, maka hubungan yang tercipta antara guru dengan murid akan
mengalami perubahan, karena hubungannya akan menjadi bersifat kemitraan. Dalam
hubungan yang bersifat kemitraan ini, saat murid belajar mereka akan:
- berusaha untuk memahami tujuan pembelajaran yang ingin dicapainya
- menunjukkan keterlibatan dalam proses pembelajaran
- menunjukkan tanggung jawab dalam proses pembelajaran
- menunjukkan rasa ingin tahu
- menunjukkan inisiatif
- membuat pilihan-pilihan tindakan
- memberikan umpan balik kepada satu sama lain.
Di sisi lain, guru yang akan mengambil peranan sebagai mitra murid dalam belajar akan:
- berusaha secara aktif mendengarkan, menghormati, dan menanggapi ide-ide,
pendapat, pertanyaan, aspirasi dan perspektif murid-murid mereka
- memperhatikan kemampuan, kebutuhan, dan minat murid-murid mereka untuk
memastikan proses pembelajaran sesuai untuk mereka
- mendorong murid untuk mengeksplorasi minat mereka dengan memberi mereka
tugas-tugas terbuka
- menawarkan kesempatan kepada murid untuk menunjukkan kreativitas dan
mengambil risiko
- mempertimbangkan sejauh mana tingkat bantuan yang harus diberikan kepada
10 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid
murid berdasarkan informasi yang mereka miliki
- menunjukkan minat dan keingintahuan untuk mendengarkan dan menanggapi setiap
aktivitas murid untuk memperluas pemikiran mereka.
Untuk lebih memahami konsep kepemimpinan murid, Ibu/Bapak dapat membaca tabel
berikut ini.
Kepemimpinan Murid adalah…. Kepemimpinan Murid bukan...
sesuatu yang dapat kita dorong sesuatu yang bisa kita ‘berikan’ atau ‘ambil’
dari murid
murid mengambil kepemilikan dan
tanggung jawab atas proses pembelajaran
mereka sendiri.
berarti bebas sepenuhnya bagi murid
karena murid tetap membutuhkan
bimbingan guru. Terkadang terlalu banyak
pilihan dapat menjadi kontraproduktif dan
bukannya menginspirasi.
murid memiliki suara dan pilihan atas apa
yang akan mereka pelajari, bagaimana
mereka belajar dan mengorganisir
pembelajaran mereka.
berarti tidak ada akuntabilitas murid. Murid
tetap harus menunjukkan penguasaan
pengetahuan, konsep, dan keterampilan.
murid dapat memilih arah dan cara
mencapai tujuan pembelajaran sendiri.
berarti mengganti peran guru. Murid justru
memerlukan umpan balik, negosiasi,
beradu argumen, tuntunan, coaching dari
gurunya di sepanjang proses pembelajaran.
Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 11
Kaitan dengan Standar Nasional Pendidikan
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan mensyaratkan bahwa Pendidik harus
memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Terdapat beberapa kompetensi yang harus dikuasai oleh guru yaitu kompetensi
pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Menurut Ibu/Bapak, kompetensi mana
yang dapat dapat membantu guru mendorong kepemimpinan murid? Mengapa
Ibu/Bapak berpendapat demikian?
2. Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid
Saat murid menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran mereka sendiri (atau kita
katakan: saat murid memiliki agency, maka mereka sebenarnya memiliki suara (voice),
pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) dalam proses pembelajaran mereka.
Lewat suara, pilihan, dan kepemilikan inilah murid kemudian mengembangkan kapasitas
dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri. Tugas kita sebagai guru
sebenarnya hanya menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya di mana murid
memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dalam apa yang mereka pikirkan, niat yang
mereka tetapkan, bagaimana mereka melaksanakan niat mereka, dan bagaimana
mereka merefleksikan tindakan mereka.
Lalu, Apa sebenarnya yang dimaksud dengan suara, pilihan, dan kepemilikan murid?
Mari kita bahas satu persatu ketiga aspek tersebut:
12 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid
1. Suara (voice)
Ketika kita berbicara tentang “suara” murid, maka kita sebenarnya bukan hanya
berbicara tentang memberi murid kesempatan untuk mengomunikasikan ide dan
pendapat.
Voice (suara) adalah pandangan, perhatian, gagasan yang diekspresikan oleh murid
melalui partisipasi aktif mereka di kelas, sekolah, komunitas, dan sistem pendidikan
mereka, yang berkontribusi pada proses pengambilan keputusan dan secara kolektif
mempengaruhi hasilnya. (www.education.vic.gov.au)
Mempertimbangkan suara murid adalah tentang bagaimana kita memberdayakan
murid kita agar memiliki kekuatan untuk mempengaruhi perubahan. Suara murid yang
otentik memberikan kesempatan bagi murid untuk berkolaborasi dan membuat
keputusan dengan orang dewasa seputar apa dan bagaimana mereka belajar dan
bagaimana pembelajaran mereka dinilai.
Mempromosikan suara murid dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dalam
banyak cara. Suara murid dapat ditumbuhkan melalui diskusi, membuka ruang ekspresi
kreatif, memberi pendapat, merelevansikan pembelajaran secara pribadi, dan
sebagainya. Berikut ini adalah beberapa contoh bagaimana sekolah atau guru dapat
mempromosikan “suara murid”:
a. Membangun budaya saling mendengarkan.
b. Membangun kepercayaan diri murid agar mereka percaya bahwa setiap suara
berharga dan layak didengar.
c. Melibatkan murid dalam memberikan umpan balik terhadap proses belajar yang
telah dilakukan.
d. Melibatkan murid dalam memberikan umpan balik terhadap berbagai program
dan kebijakan-kebijakan sekolah.
e. Melibatkan murid dalam perencanaan pembelajaran.
Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 13
f. Melibatkan murid dalam menyusun kriteria penilaian.
g. Memberikan kesempatan murid untuk bertanya, memberikan pendapat,
berdiskusi dalam berbagai kesempatan dan proses pembelajaran.
h. Mengajak murid untuk mendiskusikan keyakinan kelas dan membuat kesepakatan
kelas.
i. Membentuk dewan murid atau komite-komite yang anggotanya adalah murid-
murid untuk memberikan masukan kepada sekolah terhadap berbagai elemen
sekolah lainnya (misalnya lingkungan, fasilitas, kegiatan, kantin, seragam).
j. Melibatkan murid untuk memberikan saran tentang alat permainan apa yang
mereka inginkan ada di halaman sekolah.
k. Memberikan kesempatan murid untuk memberi saran terkait menu yang di jual
kantin.
l. Membuat kotak saran untuk murid memberikan saran dan masukan tentang
sekolah.
m.Melakukan kegiatan pembelajaran berbasis proyek. Mengidentifikasi masalah
atau persoalan yang terjadi dalam dunia nyata yang menarik bagi murid dan
kemudian memberi kesempatan mereka untuk bekerja sama dan bertukar pikiran
tentang strategi dan solusi untuk permasalahan tersebut.
n. Membuat blog murid dan majalah dinding untuk menyuarakan aspirasi dan
kreativitas murid.
14 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid
Yang disebutkan di atas hanyalah contoh-contoh. Dapatkah Ibu/Bapak menyebutkan
contoh lainnya?
2. Pilihan (Choice)
Pilihan (choice) adalah peluang yang diberikan kepada murid untuk memilih
kesempatan-kesempatan dalam ranah sosial, lingkungan, dan pembelajaran.
(marzanoacademies.org). Dalam ranah sosial, murid dapat diberikan kesempatan untuk
berada dalam kelompok yang sesuai dengan tujuan atau minatnya; dalam ranah
lingkungan, murid dapat diberikan kesempatan untuk memilih atau mengatur tempat
belajar yang sesuai untuk mereka. Dalam ranah lingkungan, murid diberikan
kesempatan untuk memilih lingkungan belajar yang paling mendukung untuk mereka
belajar secara maksimal. Sementara dalam ranah pembelajaran, murid diberikan
pilihan-pilihan untuk mengakses, berlatih, atau membuktikan penguasaan pengetahuan
atau keterampilan dalam kurikulum.
Aiken et al (2016) dalam Thibodeaux et al. (2019), menyimpulkan bahwa memberi
pilihan akan memberdayakan murid, mendorong keterlibatan, dan mempromosikan
minat dalam pengalaman belajar. Selain itu, memberi peserta didik pilihan dan
kepemilikan mensyaratkan bahwa kontrol dalam proses pembelajaran harus diberikan
juga kepada murid-murid (Thibodeaux 2017; 2019).
Bandura (1997) juga menegaskan bahwa memberikan murid pilihan juga akan
meningkatkan motivasi dan otonomi murid, yang dapat memberikan dampak positif
pada efikasi diri dan motivasi murid (dalam Thibodeaux et al, 2019).
Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana guru dapat memberikan murid-murid
‘pilihan’ dalam proses belajar mereka? Ada banyak cara yang dapat dilakukan. Berikut
ini adalah beberapa contoh bagaimana guru dapat mendorong dan menyediakan
“pilihan” bagi murid-muridnya.
Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 15
a. Membuka cakrawala murid bahwa ada berbagai pilihan atau alternatif yang dapat
dijadikan bahan pertimbangan sebelum menentukan sebuah keputusan.
b. Memberikan kesempatan bagi murid untuk memilih bagaimana mereka
mendemonstrasikan pemahamannya tentang apa yang telah mereka pelajari.
c. Memberikan kesempatan pada murid untuk memilih peran yang dapat mereka
ambil dalam sebuah kegiatan/program.
d. Memberikan murid kesempatan untuk memilih kelompok.
e. Memberikan kesempatan murid untuk mengelola pengaturan kegiatan.
f. Menggunakan musyawarah untuk mengambil keputusan, atau jika memang
diperlukan melalui voting, untuk memprioritaskan langkah tindakan atau aktivitas
berikutnya. Misalnya saat ingin belajar tentang topik tertentu, guru dapat
mendiskusikan dan membuat daftar kegiatan apa saja yang dapat mereka lakukan,
kemudian meminta murid untuk memilih mana yang ingin mereka lakukan lebih
dulu.
g. Mengajak OSIS membuat daftar kegiatan (event), dan memberikan kesempatan
untuk memilih mana kegiatan yang ingin mereka lakukan di dalam satu tahun
ajaran.
h. Memberi kesempatan pada murid untuk menentukan sendiri bentuk penugasan
yang mereka inginkan.
i. Memberikan kesempatan pada murid untuk mempresentasikan hasil kerja/proyek
sesuai dengan gaya , minat dan bakat mereka
j. Memberikan kesempatan pada murid untuk menggali sumber-sumber belajar
sesuai minat mereka.
k. memberikan kesempatan pada murid untuk mengevaluasi pembelajarannya.
l. memberikan kesempatan pada murid untuk menentukan rencana, jadwal atau
agenda dalam melaksanakan pembelajarannya.
16 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid
Ada banyak lagi contoh lainnya. Dapatkah Ibu/Bapak memberikan contoh lainnya?
3. Kepemilikan (ownership)
Dalam pembahasan sebelumnya, telah dijelaskan bahwa saat murid berada dalam kursi
kemudi proses belajar mereka, maka mereka akan lebih bertanggungjawab terhadap
proses pembelajaran mereka sendiri dan menunjukkan keterlibatan yang lebih tinggi
dalam proses belajarnya.
Menurut Duddley-Marling dan Searle yang dikutip oleh Rainer dan Mona dalam artikel yang berjudul
Ownership of Learning in Teacher Education (2002:27) bahwa kepemilikan bukanlah sesuatu yang
bisa diberikan, melainkan sesuatu yang berkembang dalam struktur dan proses yang menyiratkan
rasa hormat terhadap otonomi, kekuasaan, suara, dan tanggung jawab kepada orang lain.
Dengan demikian kondisi-kondisi, struktur, dan proses perlu dikembangkan agar guru mampu
menciptakan proses pembelajaran yang mendorong murid memiliki rasa kepemilikan. Beberapa hal
yang dapat dilakukan oleh guru adalah:
- Memberikan murid kesempatan untuk memilih beberapa kegiatan yang mereka lakukan
(misalnya memilih topik untuk dilaporkan).
- Memberikan kesempatan murid berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum (misalnya,
memutuskan apa yang ingin mereka pelajari).
- Memberikan murid kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam kelas.
- Memberikan murid kesempatan untuk menilai diri sendiri dan terlibat dalam proses penilaian
(misalnya, melibatkan murid dalam mendiskusikan kriteria rubrik proyek yang baik).
Voltz DL, Damiano-Lantz M. dalam artikel penelitiannya yang berjudul Developing
Ownership in Learning. Teaching Exceptional Children (1993;18) menjelaskan bahwa
kepemilikan dalam belajar (ownership in learning) sebenarnya mengacu pada rasa
keterhubungan, keterlibatan aktif, dan investasi pribadi seseorang dalam proses belajar.
Merujuk pada pendapat tentang konsep kepemilikan, dapat dikatakan bahwa, saat
murid terhubung (baik secara fisik, kognitif, emosional) dengan apa yang sedang
dipelajari, terlibat aktif, dan menunjukkan investasi pribadi dalam proses belajarnya,
Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 17
maka kita dapat mengatakan bahwa tingkat rasa kepemilikan mereka terhadap proses
belajar tinggi.
Berikut ini adalah beberapa contoh mempromosikan “kepemilikan murid”:
- Merespon dan menindaklanjuti masukan dan umpan balik dari murid.
- Meminta pendapat murid untuk menentukan bentuk penugasan.
- menciptakan lingkungan belajar di mana murid dapat menetapkan tujuan belajar
dan kriteria keberhasilan mereka sendiri, dan memantau dan menyesuaikan
pembelajaran mereka.
- Secara terus menerus tunjukkan kepada murid bagaimana mereka dapat menjadi
pembelajar yang lebih baik dari hari ke hari, misalnya dengan belajar untuk
menerima kesalahan. Berbagilah dengan murid-murid kita bagaimana terkadang
kita membuat kesalahan dan bagaimana kita kemudian belajar dari kesalahan
tersebut. Dengan cara ini, murid akan selalu merasa diterima. tidak dituntut
sempurna, sehingga merasa nyaman dalam proses pembelajarannya.
- Menanyakan kepada murid apa yang mereka ketahui tentang topik yang akan
dipelajari atau mendiskusikan pengalaman murid tentang topik tersebut, dan
mengkoneksikannya dengan pembelajaran yang akan dilakukan.
- Memosting ide siswa (dengan seizin murid sebagai bagian dari menghargai dan
menghormati kepemilikan murid ).
- Mengajak murid mengatur layout kelas mereka sendiri.
- Mengkondisikan lingkungan fisik yang mendukung kepemilikan. Misalnya membuat
papan buletin, yang dapat digunakan murid untuk menampilkan informasi tentang
pekerjaan mereka, kesuksesan mereka, dsb.
- Mengajak murid untuk mengatur kelas mereka sendiri.
- Memajang pekerjaan-pekerjaan murid di kelas.
18 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid
- Melakukan penilaian diri sendiri (self assessment).
- Membuat sudut murid di salah satu bagian sekolah, kemudian memberikan jadwal
untuk setiap kelas untuk melakukan sesuatu di sudut tersebut.
- Memberi kesempatan murid membawa sumber-sumber pembelajaran yang
mungkin mereka miliki dan meminta mereka berbagi.
Ada banyak contoh lainnya. Dapatkah Ibu/Bapak memberikan contoh lainnya?
Untuk menumbuhkan kepemimpinan murid dalam proses belajar, ketiga aspek tersebut
tentunya perlu didorong oleh guru. Pilihan dan suara murid menjadi penting agar murid
mempunyai rasa ‘memiliki’ proses pembelajaran mereka sendiri. Di sisi lain, melalui
pilihan dan dengan rasa memiliki yang kuat, suara mereka kemudian dapat diwujudkan.
Perlu diperhatikan bahwa ketiga aspek ini tidak dapat berada di lingkungan yang tidak
terstruktur. Ketiga aspek ini harus disematkan dengan hati-hati dalam lingkungan
belajar yang menumbuhkembangkan elemen-elemen tersebut secara otentik.
Lingkungan belajar yang seperti ini akan mensyaratkan seluruh anggota komunitas
untuk ikut terlibat dalam prosesnya.
Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan sesuai dengan Standar Proses perlu
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Mendorong suara, pilihan, dan kepemilikan murid dalam program-
program dan kegiatan sekolah merupakan upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk
memenuhi standar proses ini. Dapatkah Ibu/Bapak melihat keterkaitan tersebut?
Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 19
3. Kepemimpinan Murid dan Profil Pelajar Pancasila
Sumber gambar: https://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/
Di dalam modul 1.2, Ibu/Bapak sudah belajar bahwa Profil Pelajar Pancasila sebenarnya
adalah visi dan harapan Indonesia untuk karakter warganya di masa mendatang,
sehingga seharusnya menjadi landasan bagi visi sekolah. Upaya menumbuhkembangkan
kepemimpinan murid akan menyediakan kesempatan bagi murid untuk
mengembangkan profil positif dirinya, yang kemudian diharapkan dapat mewujud
sebagai pengejawantahan profil pelajar Pancasila dalam dirinya.
Jika kita telaah lebih lanjut, dengan menumbuhkembangkan kepemimpinan murid maka
secara bersamaan kita sebenarnya juga sedang membangun karakter murid yang:
- beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia.
Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan mendorong murid untuk
mengamalkan nilai-nilai agama dan kepercayaannya dalam bentuk sikap-sikap dan
20 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid
tindakan atau perilaku positif. Murid-murid yang memiliki kepemimpinan yang kuat,
akan menunjukkan akhlak yang baik terhadap dirinya pribadi, terhadap sesama, negara
dan alam ciptaanNya. Mengapa? Ini karena mereka akan tumbuh menjadi murid yang
merdeka, yang bukan hanya tidak terperintah saja, namun juga dapat menegakkan diri,
serta mengatur kehidupan dirinya sendiri, hubungannya dengan orang lain. dan
lingkungan dengan baik. Mereka akan mampu menjunjung nilai-nilai kebajikan
universal, seperti cinta kasih sesama manusia, kejujuran, dan sebagainya.
- berkebinekaan global.
Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan melatih murid-murid kita untuk
memiliki pemikiran dan wawasan yang luas dan terbuka. Mereka akan terbiasa untuk
melihat perbedaan, menghargai beragam perspektif sehingga diharapkan dapat hidup
ditengah-tengah masyarakat yang majemuk. Mereka akan mampu beradaptasi dengan
situasi dan perubahan yang dihadapinya, dan mampu menjadi pemecah masalah yang
percaya diri dimanapun ia berada.
- bergotong royong.
Mendorong kepemimpinan murid akan melatih murid untuk terlibat dan berinteraksi
dengan orang lain, bekerjasama dan berkontribusi dalam masyarakat yang lebih luas.
Lewat interaksi ini, mereka akan memiliki keinginan untuk membantu orang lain yang
membutuhkan, dan mampu berkolaborasi untuk melakukan tindakan demi
kebermanfaatan dan kebahagiaan bersama
- mandiri.
Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid mendorong murid untuk mengambil
kontrol dan bertanggung jawab pada proses pembelajarannya sendiri. Saat kita
mendorong kepemimpinan murid, maka kita juga melatih kemampuan mereka untuk
Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 21
meregulasi diri sendiri. Mereka akan dapat menetapkan tujuan dan rencana strategis
bagi pengembangan dirinya sendiri sekaligus mampu menunjukkan resiliensi dan
kemampuan beradaptasi yang baik dalam berbagai situasi, serta percaya diri bahwa ia
mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.
- bernalar kritis.
Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan mendorong murid untuk memiliki
kemampuan bernalar kritis karena mereka akan belajar untuk membuat pilihan-pilihan
dan membuat keputusan-keputusan yang bertanggung jawab. Mereka juga akan
berlatih untuk mengembangkan keterampilan refleksi terhadap proses pembelajaran
dan belajar dari berbagai situasi yang terjadi lewat interaksi mereka dengan komunitas
yang lebih luas.
- kreatif.
Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid memungkinkan murid untuk terekspos
pada pengalaman belajar otentik yang menuntut mereka untuk mampu melihat
permasalahan dan secara kreatif berusaha mencari solusi atas permasalahan tersebut.
Mendorong murid untuk bersuara berarti juga membuka ruang bagi sikap berani
mengambil risiko, sehingga murid tidak takut untuk mengungkapkan ide-ide dan
pemikiran-pemikiran kreatif mereka.
Untuk lebih memperdalam pemahaman Ibu/Bapak terkait dengan elemen suara,
pilihan, dan kepemilikan, serta kaitan antara kepemimpinan murid dengan Profil Pelajar
Pancasila, silahkan Ibu/Bapak lihat beberapa contoh program atau kegiatan sekolah
yang disajikan dalam narasi situasi dan video berikut ini. Setelah membaca dan
menonton, Ibu/Bapak akan kami minta untuk melakukan refleksi.
22 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid
Situasi 1.
TK Cahaya memiliki sedikit lahan di samping halaman bermain sekolah yang belum
dimanfaatkan. Saat ini, lahan tersebut bukan hanya terlantar namun juga memberikan
pemandangan yang kurang apik karena menjadi tempat tumpukan barang-barang yang
tidak terpakai. Pak Segar, guru TK B sangat prihatin dengan kondisi tersebut. Saat ia
mengawasi dan mengamati murid-muridnya istirahat bermain, Pak Segar lalu mengajak
beberapa murid-muridnya bercakap-cakap. Ia meminta ide dari murid-muridnya untuk
mengetahui sebaiknya lahan yang luasnya terbatas tersebut digunakan untuk apa. Ia
menanyakan apa saja yang mereka inginkan ada di halaman bermain sekolah mereka.
Saat itu, murid-murid memberikan banyak sekali pendapat. Namun, di antara pendapat-
pendapat yang diberikan oleh murid, ada salah satunya yang sangat menarik. Murid itu
mengatakan bahwa ia ingin ada kebun di sekolah di mana ia nanti bisa menanam biji
jeruk yang dimakannya. Pak Segar merasa ide murid tersebut sangat mungkin untuk
diwujudkan dengan anggaran yang terbatas. Di kelas, Pak Segar lalu mengajak murid-
murid untuk mendiskusikan lebih lanjut ide tersebut. Ternyata ide tersebut juga
didukung oleh murid-murid yang lain. Ia lalu meminta murid-muridnya untuk
menggambarkan seperti apa kebun impian mereka. Ia juga menanyakan jenis-jenis
tanaman apa yang mereka ingin ada di kebun tersebut. Dari hasil diskusi, Pak Segar
tidak hanya mendapatkan ide tentang kebun seperti apa yang diinginkan oleh anak-
anak, namun, anak-anak ternyata juga dapat mengusulkan bagaimana mereka dapat
membantu mewujudkan kebun tersebut. Ada murid yang mengatakan akan membawa
biji pepaya yang biasa ia makan di rumah untuk di tanam di kebun itu. Ide ini kemudian
diikuti oleh anak-anak lain yang juga ingin membawa potongan jenis-jenis sayuran yang
dapat ditanam kembali dari sisa potongan sayuran yang mereka konsumsi di rumah.
Dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan Pak Segar, anak-anak bahkan dapat
memberikan gagasan bagaimana kebun ini bisa dirawat bersama oleh murid-murid.
Seorang murid, yang ayahnya adalah petani bahkan akhirnya menawarkan akan
mengajak ayahnya untuk membantu menyiapkan lahan tersebut supaya siap untuk
ditanami, karena ia sering melihat ayahnya melakukan hal tersebut. Pak Segar lalu
membawa ide murid-murid ini kepada kepala sekolah. Kepala Sekolah sangat
mendukung ide tersebut dan meminta Pak Segar untuk mendiskusikan lebih lanjut ide
ini dengan guru-guru kelas lain. Setelah dimatangkan, ide yang awalnya berasal dari
usulan murid-murid tersebut akhirnya mewujud menjadi sebuah program yang
kemudian disebut dengan “Program Kebun Cahaya”. Setiap kelas di TK Cahaya kini
memiliki kavling kecil di lahan yang tadinya terlantar tersebut dan secara bersama
bertanggung jawab untuk merawatnya.
Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 23
Situasi 2
Bu Ara mengajar di Kelas 1 SD. Di awal tahun ajaran baru ia ingin melibatkan murid-
muridnya mengatur sendiri ruang kelas mereka. Bu Ara ingin murid-muridnya memiliki
rasa kepemilikan terhadap kelas mereka sehingga mereka akan secara sadar menjaga
dan memelihara kelasnya dengan baik. Ia kemudian meminta murid-muridnya untuk
bekerja kelompok merancang layout kelas. Setiap kelompok diberikan selembar kertas
dan mendiskusikan lalu memutuskan di mana mereka akan meletakkan loker, kursi,
meja, tempat sampah, keranjang buku, lemari buku, meja guru, dsbnya. Karena murid-
murid kelas 1 belum semuanya bisa menulis, maka mereka boleh menggambar. Setelah
itu setiap kelompok akan menjelaskan layout kelas kelompok mereka di depan kelas.
Murid-murid lain dapat memberikan pertanyaan tentang layout tersebut. Setelah semua
kelompok melakukan presentasi, mereka kemudian harus memutuskan layout mana
yang akan dipilih untuk diimplementasikan. Setelah dilakukan pemilihan, terpilihlah satu
layout yang paling ingin diimplementasikan oleh murid-murid di kelas tersebut. Namun,
Ibu Ara lalu menyadari bahwa layout pilihan tersebut menurut kacamata dia sebagai
guru sepertinya adalah layout yang “paling sulit untuk dilakukan dan paling tidak
efektif”. Namun karena itu yang paling banyak dipilih, Ibu Ara ingin sekali mewujudkan
desain itu untuk menghargai pilihan murid. Ibu Ara sangat galau, karena ia tahu, kalau
ia mewujudkan desain tersebut, kelasnya akan menjadi tidak rapi dan berantakan.
Orang tua murid dan kepala sekolah juga pasti akan mempertanyakan. Ibu Ara pun
akhirnya memutuskan untuk berbicara langsung kepada kepala sekolah. Di luar dugaan,
kepala sekolah sangat mengapresiasi upaya bu Ara menghargai pilihan murid-
muridnya. Lewat proses diskusi dan dengan pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan
oleh kepala sekolah, Ibu Ara akhirnya memutuskan untuk tetap mewujudkan layout
tersebut dan akan mengevaluasinya setelah beberapa hari diimplementasikan. Proses
evaluasi ini akan menjadi sebuah proses pembelajaran yang berharga buat murid.
Setelah beberapa hari mengimplementasikan layout pilihan murid tersebut, Ibu Ara pun
lalu mengajak murid-muridnya berefleksi dan menanyakan apakah menurut mereka,
24 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid
layout ini membantu mereka untuk belajar, bergerak dan berinteraksi dengan baik di
kelas. Bu Ara memberikan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk membantu siswa
berefleksi. Ternyata murid-murid Ibu Ara juga merasa bahwa layout tersebut tidak
efektif. Ada yang yang bilang tempat sampahnya ternyata kejauhan. Atau ternyata letak
lemari bukunya menghalangi orang untuk melihat ke luar jendela. Setelah melakukan
refleksi, Ibu Ara lalu mengajak murid-muridnya untuk memberikan saran bagaimana
agar layout kelas mereka bisa lebih efektif. Berdasarkan masukan murid-murid, di
minggu berikan layout kelas mereka pun diubah sesuai dengan hasil refleksi, sehingga
menjadi lebih efektif.
Situasi 3
SMP Matahari setiap tahun memiliki program yang disebut “study wisata” untuk murid-
muridnya di Kelas IX. Biasanya, kegiatan ini dirancang oleh guru di awal tahun ajaran
dan dilaksanakan di akhir tahun ajaran. Walaupun kegiatan ini adalah kegiatan tahunan
yang selalu dinanti-nantikan oleh murid-murid Kelas IX, namun sejak tahun lalu Pak
Atap, salah satu guru kelas IX SMP Matahari merasa kegiatan ini akhirnya hanya
menjadi kegiatan wisata rutin, yang lebih bersifat perayaan dan bersenang-senang.
Murid-murid memang tampak senang, namun Pak Atap merasa bahwa murid-murid
seharusnya dapat belajar lebih banyak lagi dari kegiatan study wisata ini.
Di awal semester, Pak Atap menyatakan kegelisahanya ini kepada kepala sekolah yang
kemudian menyarankannya untuk membuat komite ad hoc yang disebut dengan Komite
Studi Wisata Kelas 9, yang anggotanya adalah perwakilan guru dan murid. Pak Atap
lalu mengajak 2 orang perwakilan guru dan 6 orang perwakilan murid dari masing-
masing Kelas untuk menjadi anggota komite studi wisata tersebut (ada 3 kelas IX di SMP
Matahari dan masing-masing kelas diwakili 2 orang). Karena pelaksanaan studi wisata
ini masih lama waktunya, komite ini sepakat bertemu setiap bulan sekali untuk
mendiskusikan semua elemen yang terkait pelaksanaan studi wisata dan akan bertemu
seminggu sekali sebulan sebelum pelaksanaan program tersebut.
Di awal pertemuan komite, Pak Atap menanyakan kepada murid-murid anggota komite
tersebut, sejauh ini, pengetahuan dan keterampilan apa saja yang telah mereka pelajari
Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 25
selama di Kelas 9? Pak Atap juga menjelaskan bahwa sebenarnya tujuan dari kegiatan
studi wisata tersebut salah satunya adalah untuk membantu mereka memperdalam
pengetahuan dan memperkuat berbagai keterampilan yang telah mereka pelajari
tersebut. Pak Atap lalu menanyakan kepada murid-murid, apa lagi sebenarnya
keuntungan dari kegiatan studi wisata ini untuk mereka.
Setelah menjelaskan tujuan kegiatan studi wisata, Pak Atap lalu menanyakan destinasi
seperti apa yang menarik buat mereka, yang dapat membantu murid mencapai tujuan
yang diharapkan dari studi wisata tersebut. Pak Atap menjelaskan kriteria destinasi
wisata yang aman dan memungkinkan untuk dikunjungi dan juga menjelaskan tentang
kemungkinan keterbatasan anggaran, agar murid-murid lebih mindful saat memilih
destinasi ini. Murid-murid anggota komite ini kemudian memutuskan melakukan riset
dan juga meminta pendapat teman-teman kelasnya. Melalui proses ini, Pak Atap jadi
mengetahui tentang apa yang disukai oleh murid-murid kelas 9 ini. Setelah diberi waktu
melakukan riset, perwakilan murid ini menyortir 3 pilihan destinasi yang menurut kelas
mereka sesuai dengan kriteria. Secara bersama-sama. anggota komite lalu
mendiskusikan pilihan-pilihan destinasi ini. Mereka menggunakan checklist yang
mengacu pada kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Destinasi yang memenuhi
semua kriteria pun akhirnya yang dipilih. Murid perwakilan komite ini kemudian
membawa destinasi pilihan ini kepada kepala sekolah. Kepala sekolah lalu meminta
komite untuk mempresentasikan ide ini kepada para orang tua Kelas 9.
Setelah mendapatkan persetujuan dan masukan dari para orang tua, Komite Studi
Wisata inipun lalu mulai melakukan persiapan secara matang. Murid-murid dalam
komite ini memberikan gagasan tentang apa saja kegiatan yang akan menarik untuk
dilakukan, siapa yang akan memimpin kegiatan, apa yang akan dilakukan saat
perjalanan, dsb. Guru-guru dalam komite memberikan pandangan dan perspektif
tentang keamanan, risiko, tantangan yang mungkin akan dihadapi, atau memberikan
saran saat murid merasa bahwa sebuah ide kelihatannya sulit untuk diwujudkan. Proses
diskusi tentang studi wisata ini menjadi sangat kolaboratif. Setelah pelaksanaan Studi
Wisata, sebelum komite ini dibubarkan, komite ini juga bertemu lagi untuk kemudian
melakukan refleksi terhadap pelaksanaannya dan memberikan saran perbaikan. Saran
perbaikan ini akan menjadi dasar untuk diskusi awal oleh komite Studi Wisata yang baru
di tahun ajaran yang akan datang.
Situasi 4
Dalam masa pandemi ini, Pak Bahri, seorang kepala sekolah SMA merasa galau karena
sudah selama 1 tahun ajaran, semua kegiatan ekstra kurikuler di sekolahnya harus
26 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid
dihentikan. Ia merasa murid-muridnya masih perlu melakukan berbagai kegiatan yang
dapat mengasah minat dan bakatnya, meskipun di masa pandemi. Namun ia bingung,
dengan segala keterbatasan di masa pandemi ini, kira-kira kegiatan apa yang menarik
minat murid dan masih memungkinkan untuk dapat dilakukan secara daring. Ia
kemudian mengajak murid-murid yang menjadi anggota OSIS untuk bertemu secara
daring. Setelah menanyakan kabar, perasaan, dan umpan balik mereka tentang
kegiatan pembelajaran daring yang selama ini dilakukan, barulah Pak Bahri kemudian
menyampaikan kegalauannya. Ia tanyakan apakah murid-murid merasakan kegalauan
yang sama dengannya. Dari pertemuan tersebut, ia mengetahui ternyata murid-murid
juga merasakan kegalauan yang sama. Ia lalu menanyakan apakah anak-anak memiliki
saran atau gagasan, bagaimana mereka dapat tetap mengadakan kegiatan
ekstrakurikuler, walaupun secara daring, dan apa saja kegiatan-kegiatan yang
sekiranya menarik minat murid-murid. Ternyata, murid-murid memiliki banyak sekali
gagasan yang luar biasa tentang ragam aktivitas yang dapat dilakukan. Namun, ada
beberapa kegiatan yang disarankan yang sepertinya sulit untuk dilakukan, karena Pak
Bahri merasa bahwa tidak ada guru yang memiliki keahlian untuk dapat mengajarkan
kegiatan tersebut. Pak Bahri pun menyampaikan kesulitan tersebut kepada para
anggota OSIS. Ternyata, murid-murid malah memberikan ide untuk meminta agar murid
saja yang mengajar kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Mereka rupanya mengetahui ada
salah satu teman mereka yang “ahli’ melakukan hal tersebut. Mereka mengatakan,
guru cukup mensupervisi kegiatannya saja, tetapi murid yang memang memiliki
keahlian tersebutlah yang akan mengajarkan teknik-tekniknya. Mereka juga bahkan
mengajukan diri untuk membantu membujuk anak tersebut agar bersedia menjadi
‘guru’ untuk kegiatan ekstra kurikuler tersebut. Akhirnya, atas kesepakatan bersama,
mereka memutuskan untuk melakukan beberapa kegiatan ekstrakurikuler. Ada kegiatan
yang diajar oleh guru, dan untuk beberapa kegiatan yang tidak dapat diajarkan oleh
guru, diajarkan oleh murid-murid dengan supervisi guru. Mereka lalu mendiskusikan
jadwal, sumberdaya yang diperlukan, dan pengorganisasiannya. Dibantu oleh OSIS
akhirnya kegiatan tersebut dipromosikan dan ternyata, animo murid untuk terlibat
dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut sangat besar. Pak Bahri pun merasa senang.
Situasi 5
Dalam satu kesempatan, sebuah SMK menjalankan pembelajaran terintegrasi berbasis
proyek. Mata pelajaran normatif yang terkait adalah Bahasa Indonesia (BI), Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai mata pelajaran adaptif, dan mata pelajaran
Teknologi Pakan Ternak (TPK) sebagai mata pelajaran produktif. Guru pelajaran TPK
menantang murid untuk mengidentifikasi potensi pakan ternak organik dari lingkungan
dan masyarakat sekitar berikut permasalahannya, kemudian menawarkan solusi untuk
mengembangkannya. Tawaran solusi akan dipaparkan melalui presentasi yang secara
teknis akan dinilai oleh Guru TIK dan secara konten bahasa akan dinilai oleh Guru BI.
Dalam perjalanan, para murid terlebih dahulu memutuskan untuk menciptakan pakan
Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 27
ternak organik bagi peternakan ayam negri (broiler) di sekolahnya. Selama ini pakan
yang digunakan adalah pakan jadi yang dibeli oleh sekolah. Para murid kemudian
mencari, dan menguji coba berbagai sumber pakan organik di sekitar lingkungan
mereka dan mengolahnya menjadi pakan ayam broiler. Akhirnya, mereka pun
menemukan sumber pakan yang paling cocok dan ekonomis untuk skala produksi kala
itu adalah cacing sutra yang diternak cukup banyak oleh masyarakat di sekitar sekolah.
Setelah beberapa uji coba, mereka juga menemukan bahwa daging ayam broiler yang
mengkonsumsi pakan dengan bahan utama cacing sutra memiliki massa daging lebih
banyak dibanding yang mengkonsumsi pakan ternak biasa. Sekolah melihat hal ini dan
menghubungkan para murid dengan media TV lokal untuk membagikan apa yang
mereka lakukan. Tak dikira, hal tersebut dianggap menarik oleh sebuah waralaba ayam
goreng internasional yang beroperasi di kabupaten mereka dan memutuskan untuk
menguji dan akhirnya menyatakan bahwa produk daging ayam broiler murid-murid ini
layak untuk digunakan. Para murid pun diminta untuk memasok sebagian daging ayam
untuk franchise tersebut. Selain memproduksi sendiri daging ayam broiler di sekolah,
para murid juga mengajak masyarakat peternak broiler di sekitar sekolah untuk
menggunakan pakan buatan mereka sehingga menghasilkan volume daging yang cukup
untuk memasok daging ayam ke waralaba tersebut.
Situasi 6
Pak Tegas adalah seorang guru di sebuah SMK. Sebagai seorang guru di jurusan Teknik
Komputer Jaringan (TKJ) ia kerap didatangi murid-muridnya untuk berdiskusi baik
tentang pelajaran ataupun hal lainnya. Suatu hari, tercetus ide dari murid-murid untuk
membuat sebuah wadah kegiatan bagi murid-murid TKJ. Murid-murid tersebut
mengusulkan satu program ekstra kurikuler yang bisa menampung keterampilan dan
keahlian mereka dalam teknik komputer dan jaringan. Berbasis keterampilan dan
keahlian mereka di jurusan teknik komputer dan jaringan, akhirnya disepakati nama
program ekstrakurikuler itu dengan nama ITS (Information Technology Student).
Dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan pemandu dari Pak Tegas, murid-murid lalu
mematangkan gagasan tersebut. Mereka mendiskusikan aspek-aspek apa, mengapa,
bagaimana, siapa dari program tersebut secara lebih rinci. Setelah cukup matang, Pak
Tegas lalu mengajak murid-muridnya untuk mempresentasikan ide mereka ini kepada
Wakasek. Murid-murid ini pun lalu mempersiapkan presentasi ini. Ketika mendengarkan
presentasi dari murid, Wakasek sangat mendukung. Namun, di pertemuan tersebut
Wakasek juga menyampaikan bahwa anggaran sekolah hanya memungkinkan sebagian
kecil saja dari ide murid tersebut yang dapat dijalankan. Wakasek meminta murid-murid
untuk mendiskusikan kembali kira-kira apa solusi yang bisa dilakukan. Setelah
melakukan modifikasi ide beberapa kali, akhirnya berjalanlah program tersebut.
Mengingat terbatasnya anggaran, murid-murid memutuskan untuk menyediakan jasa
service komputer di tahun pertama pelaksanaan dengan peralatan seadanya yang
tersedia di sekolah. Dari kegiatan itu, murid-murid kemudian dapat mengumpulkan
uang kas yang kemudian menjadi modal untuk membeli perangkat-perangkat lain yang
28 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid
diperlukan. Di tahun-tahun awal, Pak Tegas memberikan pendampingan langsung
kepada murid-muridnya ini, Di tahun kedua, Pak Tegas hanya mensupervisi dan
mengawasi kegiatan. Pembimbingan dilakukan bukan lagi dari guru kepada murid, tapi
dari murid kepada murid. Murid tingkat dua akan membimbing murid tingkat 1.
Program ini pun berlanjut menjadi semakin berkembang. Banyak ide-ide murid yang
kemudian semakin banyak dapat diwujudkan dalam program ini.
Situasi 7
Video di situasi 8 menggambarkan tentang kegiatan komunitas belajar di SD Salam yang
menggambarkan suasana pasar tradisional dengan murid yang berperan sebagai
pedagang, penjual. Dengan kegiatan ini suara, pilihan, dan kepemilikan murid didorong.
Untuk lebih jelasnya, mari kita simak bersama tayangan video berikut ini.
Video Pasar Senen Legi
Setelah melihat contoh-contoh di atas, kami yakin Ibu/Bapak telah mulai dapat lebih
memahami apa yang dimaksud dengan kepemimpinan murid dan pentingnya
mempertimbangkan aspek suara, pilihan, dan kepemilikan murid dalam
menumbuhkembangkan kepemimpinan murid.
Refleksi
Setelah membaca beberapa situasi yang dideskripsikan di atas, lakukan refleksi dengan
mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 29
1. Jenis Kegiatan atau program apakah yang dideskripsikan tersebut (Apakah
intrakurikuler, ko-kurikuler, atau ekstrakurikuler)?
2. Dalam setiap situasi, identifikasilah dibagian mana dan bagaimana guru mencoba
mempertimbangkan ‘suara’; ‘pilihan’; dan ‘kepemilikan’ murid untuk mendorong
tumbuhnya kepemimpinan murid. Jelaskan jawaban Ibu/Bapak.
3. Dalam setiap situasi yang digambarkan di atas, apa dimensi Profil Pelajar Pancasila
yang dikembangkan? Jelaskan jawaban Anda!
Standar Kompetensi lulusan (SKL) telah mendeskripsikan kriteria mengenai kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Bagaimana
seluruh kriteria ini dapat dicapai oleh semua murid kita adalah soal bagaimana kita
sebagai guru dapat menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan murid-murid
kita mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan-keterampilan yang
diperlukan tersebut. Menurut Ibu/Bapak, apakah upaya mendorong kepemimpinan murid
secara langsung maupun tidak langsung akan membantu murid-murid kita mencapai SKL
tersebut?
Selamat, Anda telah menyelesaikan pembelajaran untuk tahapan ini.
Sekarang, untuk persiapan tahapan pembelajaran selanjutnya, kami ingin Ibu/Bapak
meluangkan waktu untuk membaca materi tentang ‘Lingkungan yang
Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid’ dan ‘Peran Keterlibatan Komunitas
dalam Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid’ di bawah ini. Materi ini akan
30 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid
menjadi dasar bagi bagi Ibu/Bapak saat berdiskusi di Forum Diskusi saat pembelajaran 3
nanti.
Lingkungan yang Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid
Sebagaimana padi yang hanya akan tumbuh subur pada lingkungan yang sesuai, maka
kepemimpinan murid pun akan tumbuh dengan lebih subur jika sekolah dapat menyediakan
lingkungan yang cocok. Lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid adalah
lingkungan di mana guru, sekolah, orangtua, dan komunitas secara sadar mengembangkan wellbeing
atau kesejahteraan diri murid-muridnya secara optimal.
Noble et al (2008) menjelaskan bahwa kesejahteraan siswa yang optimal adalah sebuah keadaan
emosional yang berkelanjutan yang dicirikan dengan (terutama) suasana hati dan sikap yang positif,
hubungan positif dengan murid lain maupun guru, daya lenting atau ketangguhan, pengoptimalan
kekuatan diri, serta tingkat kepuasan yang tinggi terhadap pengalaman belajar mereka di sekolah
Menyadur apa yang disampaikan oleh Noble tersebut, maka lingkungan yang
menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan memiliki beberapa karakteristik, di antaranya
adalah:
1. Lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan
merasakan emosi yang positif. Lingkungan yang seperti ini akan membuat murid mampu dan
berkeinginan untuk melakukan hal-hal secara positif untuk dirinya sendiri serta memberikan
pengaruh positif kepada kehidupan orang lain dan sekelilingnya. Pola pikir positif ini didapatkan oleh
murid melalui pengalaman emosi positif dalam konteks sekolah, di mana murid bukan hanya merasa
Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 31
aman, nyaman, dan merasa menjadi bagian dari komunitas sekolah, namun juga didapat dari adanya
keadaan di mana murid merasakan keselarasan antara kebutuhan dan harapannya terhadap sekolah
dan lingkungannya dengan pengalaman belajar yang didapatnya di sekolah. Lewat pengalaman
emosi positif ini, murid akan mampu mengembangkan keterampilan inkuiri, menunjukkan sikap
gembira, penuh syukur, saling mengapresiasi. Mereka memiliki kesadaran diri, sikap optimis
sehingga dapat berperan aktif dan membuat perbedaan yang positif baik untuk dirinya sendiri, orang
lain, maupun lingkungan sekitarnya.
2. Lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif, arif dan
bijaksana, di mana murid akan menjunjung tinggi nilai-nilai sosial positif yang berbasis pada nilai-nilai
kebajikan yang dibangun oleh sekolah. Di dalam lingkungan yang seperti ini, nilai-nilai tersebut
kemudian akan mewujud menjadi atmosfer sekolah yang positif, di mana hubungan dan interaksi sosial
yang terjalin di antara para murid, guru, orang tua maupun seluruh komunitas yang terkait akan terasa
sangat positif dan kontributif.
3. Lingkungan yang melatih keterampilan yang dibutuhkan murid dalam proses pencapaian
tujuan akademik maupun non-akademiknya. Lingkungan ini akan memungkinkan murid untuk
memiliki determinasi diri yang kuat dalam proses pembelajaran, baik dalam aspek akademik
maupun non-akademik. Dalam lingkungan ini, murid akan belajar tentang nilai-nilai ketekunan serta
kerja keras. Murid akan belajar untuk mampu melihat sejauh mana kemajuan proses belajarnya.
Murid mampu mengerjakan tugas sekolahnya secara mandiri, memiliki pemahaman yang benar
dan cakap sehingga berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4. Lingkungan yang melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama,
serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Lingkungan yang seperti ini akan membantu murid
untuk dapat menerapkan dan mempergunakan apa yang menjadi kekuatan dirinya dan
memanfaatkan serta menerapkannya dalam berbagai konteks yang berbeda-beda.
32 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid
5. Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan menindaklanjuti
tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan
individu, kelompok, maupun golongan. Lingkungan yang seperti ini akan memberikan kesempatan
bagi murid untuk melihat dirinya sebagai bagian dari sesuatu yang jauh lebih besar di luar dirinya.
Lingkungan ini akan memberikan peluang bagi murid untuk belajar melalui pelayanan kepada
masyarakat dan komunitas di mana mereka akan dapat terus mengasah rasa kemanusiaan,
kepedulian, dan rasa cinta kasih.
6. Lingkungan yang menempatkan murid sedemikian rupa sehingga terlibat aktif dalam proses
belajarnya sendiri. Lingkungan yang seperti ini akan menyediakan berbagai kegiatan belajar yang
menarik, menantang, dan bermakna, di mana dalam prosesnya murid akan merasa senang hati dan
menikmati setiap momen pembelajarannya.
7. Lingkungan yang menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit
di tengah kesempitan dan kesulitan. Lingkungan ini akan membantu murid untuk berani menerima
tantangan, berjiwa besar, dan selalu bangkit lagi dan berusaha mencari solusi bila menemui
kegagalan. Lingkungan ini akan memungkinkan murid untuk selalu mengambil pelajaran dari setiap
kegagalan-kegagalan yang dijumpainya dan berusaha untuk menemukan cara-cara alternatif atau
cara yang paling tepat.
(disadur dari Noble Noble, T. & H. McGrath, 2016)
Dalam rangka mewujudkan lingkungan belajar yang dapat menumbuhkan kepemimpinan murid,
maka guru dan sekolah tentunya tidak dapat bekerja sendiri. Mereka akan memerlukan dukungan
dari berbagai pihak. Salah satunya dari komunitas. Di dalam bahasan selanjutnya di bawah ini, kita
Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 33
akan membahas bagaimana peran keterlibatan komunitas dalam menumbuhkembangkan
kepemimpinan murid.
Standar Pengelolaan Pendidikan memberikan panduan tentang seperti apa budaya dan lingkungan sekolah yang
harus diciptakan dan dibangun. Standar Pengelolaan Pendidikan juga telah mengamanatkan bahwa mutu program
pembelajaran di sekolah harus dikembangkan, salah satunya dengan cara melibatkan peserta didik secara aktif,
demokratis, mendidik, memotivasi, mendorong kreativitas dan dialogis. Program pembelajaran harus dilakukan
dengan tujuan agar peserta didik mencapai pola pikir dan kebebasan berpikir sehingga dapat melaksanakan aktivitas
intelektual berupa berpikir, berargumentasi, mempertanyakan, mengkaji, menemukan, dan memprediksi. Oleh
karenanya, setiap guru perlu berusaha agar murid-muridnya dapat meningkat rasa ingin tahunya, memiliki
kemampuan mencari sumber informasi, menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah,
mengkomunikasikan pengetahuannya kepada orang lain, serta mengembangkan kemampuan belajar mandiri dan
kelompok. Kemampuan-kemampuan tersebut tentunya tidak bisa tumbuh dengan sendirinya.
Untuk mengembangkan semua hal tersebut, tentunya diperlukan lingkungan belajar yang mendukung. Membangun
7 karakteristik lingkungan yang mengembangkan kesejahteraan diri (well-being) seperti yang telah dijelaskan di atas
sangat sejalan dengan upaya meningkatkan mutu program pembelajaran. Lewat lingkungan yang mengembangkan
kesejahteraan diri tersebut, kepemimpinan murid diharapkan dapat tumbuh subur, Dapatkah Ibu/Bapak melihat
keterkaitan tersebut?
Peran Keterlibatan Komunitas dalam Menumbuhkembangkan Kepemimpinan
Murid.
Dalam modul 3.2, Bapak dan Ibu sudah mempelajari bahwa salah satu dari tujuh aset/modal yang
dapat menjadi kekuatan sekolah yaitu aset sosial. Komunitas adalah bentuk dari aset sosial yang
dimiliki sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas program/kegiatan
pembelajaran di sekolah. Yang dimaksud dengan komunitas di sini dapat terdiri dari murid, guru,
34 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid
orang tua, orang dewasa lain yang ada di sekitar murid, dan masyarakat atau lingkungan sekitar,
yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi proses belajar murid.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi sendiri, telah mengamanatkan tentang
pentingnya kemitraan antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat. Kemitraan ini disebut
dengan “Tri Sentra Pendidikan”. Kemitraan tri sentra pendidikan adalah kerjasama antara satuan
pendidikan, keluarga, dan masyarakat yang berlandaskan pada asas gotong royong, kesamaan
kedudukan, saling percaya, saling menghormati, dan kesediaan untuk berkorban dalam
membangun ekosistem pendidikan yang menumbuhkan karakter dan budaya prestasi peserta didik.
Melalui pemberdayaan, pendayagunaan, dan kolaborasi tri sentra pendidikan ini, maka keterlibatan
yang bermakna dari orangtua dan anggota masyarakat dalam proses pembelajaran menjadi fokus
yang perlu terus diupayakan oleh sekolah.
Sebagai pusat dari proses pendidikan, murid ‘berada’ dalam lintas komunitas. Mereka dapat
berada sekaligus pada:
a. komunitas keluarga (anggotanya dapat terdiri orang tua, kakak, adik, pengasuh, dsb)
b. komunitas kelas dan antar kelas (anggotanya dapat terdiri teman sesama murid, guru)
c. komunitas sekolah (anggotanya dapat terdiri dari kepala sekolah, pustakawan, penjaga
sekolah, laboran, penjaga keamanan, tenaga kebersihan, petugas kantin, dsb)
d. komunitas sekitar sekolah (anggotanya dapat terdiri dari RT/RW, tokoh masyarakat
setempat, puskesmas, tokoh agama setempat, dsb)
e. komunitas yang lebih luas. (anggotanya dapat terdiri dari organisasi masyarakat, dunia
usaha, media, universitas, DPR, dsb)
Semua komunitas tersebut secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi proses
pembelajaran murid. Komunitas-komunitas tersebut merupakan aset sosial yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas program/kegiatan pembelajaran di sekolah, termasuk
Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 35
dalam menumbuhkembangkan kepemimpinan murid, yaitu dengan bersama-sama ikut
mempromosikan dan mendorong ‘suara, pilihan, kepemilikan’ murid dalam berbagai peran yang
mereka mainkan dan interaksi mereka dengan murid.
Bagaimana kita dapat melibatkan masing-masing komunitas tersebut untuk membantu kita
mempromosikan dan mendorong ‘suara, pilihan, kepemilikan’ murid? Mari kita coba bahas satu
persatu.
a. Komunitas keluarga
Komunitas yang pertama dan utama bagi murid adalah keluarga mereka. Murid mungkin akan lebih
banyak menghabiskan waktu bersama keluarga mereka di rumah dibandingkan di sekolah. Oleh
karena itu, sebagai pendidik, kita harus berusaha mencari cara bagaimana keluarga dapat ikut
mengambil peran untuk ikut mendorong munculnya suara, pilihan, dan kepemimpinan murid. Ini
tentunya sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara di bawah ini:
“Sesungguhnya alam-keluarga itu bukannya pusat pendidikan individual saja, akan tetapi juga
suatu pusat untuk melakukan pendidikan sosial. Orangtua harus melakukan pendidikan bersama
dengan pusat-pusat pendidikan, dan terhubung dengan kaum guru dan pengajar [Ki Hadjar
Dewantara dalam Wasita, Tahun ke-1 No.3, Mei 1993]”
Beberapa pertanyaan berikut mungkin dapat membantu Ibu/Bapak ketika berpikir akan mendorong
keterlibatan mereka.
1. Sejauh mana orang tua telah memahami visi dan misi sekolah kita terkait dengan upaya kita
menumbuhkan kepemimpinan murid? Apakah mereka memahami apa yang kita maksud dengan
suara, pilihan, dan kepemilikan murid (voice, choice, dan ownership)? Apa yang perlu kita lakukan
untuk meningkatkan pemahaman mereka?
36 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid
2. Sejauh mana orang tua telah memahami bahwa keluarga merupakan salah satu sentra dari
"tri sentra pendidikan"? Bagaimana memastikan visi keluarga dapat menumbuhkan kepemimpinan
murid? Bagaimana kita dapat memastikan bahwa visi keluarga telah sinkron dengan visi sekolah?
3. Apakah keterlibatan orangtua dalam program/kegiatan pembelajaran di kelas atau sekolah
kita selama ini telah mendorong dan menguatkan suara, pilihan, dan kepemilikan murid, atau justru
sebaliknya melemahkannya? (misalnya apakah orang tua justru mengambil peran yang seharusnya
dapat dilakukan oleh murid dengan dalih ‘ingin membantu’?)
4. Kesempatan-kesempatan apa sajakah yang telah kita berikan kepada orang tua untuk
terlibat dalam program/kegiatan pembelajaran (baik intra kurikuler, ko kurikuler, dan ekstra
kurikuler) yang kita lakukan di kelas atau sekolah? Sejauh mana kesempatan tersebut ditujukan
untuk mendorong suara, pilihan, dan kepemilikan murid dan membantu terwujudnya
kepemimpinan murid?
5. Apa yang sudah kita lakukan untuk membuat orangtua memahami apa yang sedang
dilakukan oleh anak-anak mereka dalam program/kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas
atau sekolah? ( sehingga mereka dapat terlibat dalam percakapan atau komunikasi yang otentik dan
relevan dengan anak-anak mereka terkait dengan apa yang sedang dipelajari oleh mereka di
sekolah)
Kami berharap, lewat beberapa pertanyaan di atas, Ibu/Bapak dapat lebih ‘mindful’ saat ingin
melibatkan orang tua dalam proses/kegiatan pembelajaran di sekolah, agar tujuan kita dalam
mewujudkan kepemimpinan murid dapat tercapai.
Di bawah ini adalah beberapa contoh strategi yang dapat kita lakukan untuk melibatkan keluarga
dalam program/kegiatan pembelajaran murid untuk menumbuhkan kepemimpinan murid.
Keluarga
Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 37
● Memastikan orang tua memahami bahwa keluarga merupakan bagian dari Tri Sentra
Pendidikan. Ini dapat dilakukan misalnya dengan sosialisasi dan melibatkan orang tua dalam
diskusi-diskusi terkait dengan program-program sekolah.
● Memastikan orang tua memahami visi dan misi sekolah dalam mewujudkan
kepemimpinan murid (misalnya dengan mengadakan pelatihan orang tua tentang apa yang
dimaksud dengan suara, pilihan, dan kepemilikan murid lewat forum pertemuan orang tua dan
berbagai kesempatan lainnya).
● Secara aktif melibatkan orang tua untuk membantu menyediakan dukungan dan akses ke
sumber-sumber belajar yang lebih luas untuk membantu mewujudkan suara atau pilihan murid
(misalnya meminta bantuan orang tua untuk mengkoneksikan murid yang ingin mengakses
masyarakat, lingkungan sekitar, atau dunia usaha atau akses-akses lain yang mungkin sulit untuk
dijangkau murid atau sekolah, dsb).
● Mengadakan workshop atau sesi-sesi informasi yang dapat membantu orang tua
memahami pendekatan pembelajaran yang kita lakukan di sekolah (misalnya melalui pelatihan
orangtua tentang cara bertanya kepada anak, tentang bagaimana berkomunikasi secara positif,
tentang pentingnya ‘suara’, ‘pilihan’, dan ‘kepemilikan’, dsb, sehingga mereka bisa ikut
menerapkannya di rumah).
● Mengadakan berbagai aktivitas yang memberikan kesempatan bagi murid untuk
menunjukkan dan mendemonstrasikan hasil belajar atau pemahaman mereka kepada orang tua,
dengan tujuan untuk menumbuhkan rasa pencapaian, kepercayaan diri, kemandirian, dan
berbagai sikap positif lainnya (misalnya dengan mengundang orang tua untuk menghadiri
perayaan, eksibisi atau pameran hasil karya, assembly, pentas seni, dsb).
● Mendorong orang tua untuk mengajak anak-anak mereka ke tempat-tempat yang dapat
menumbuhkan rasa empati, mengekspos murid dalam kegiatan pelayanan kepada masyarakat,
dsb.
● Mendorong, mempromosikan dan mengapresiasi upaya orangtua dalam membangun
kemandirian, resiliensi, dan tanggung jawab murid (misalnya dengan guru memberikan komentar
positif di buku penghubung murid, dsb)
● Melibatkan orang tua dalam kegiatan-kegiatan non akademis/bukan pembelajaran di
kelas agar rasa kepemilikan lebih terbangun.
b. Komunitas kelas dan antarkelas.
Komunitas kelas dapat terdiri dari murid, guru, atau wali kelas, baik yang ada di kelas murid sendiri
38 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid
maupun di kelas lainnya. Bagaimana guru menavigasi interaksi mereka dengan murid dan interaksi
antara murid dengan murid akan sangat mempengaruhi bagaimana suara, pilihan dan kepemilikan
murid dapat diwujudkan. Oleh karenanya, peran Ibu/Bapak sangatlah besar disini.
Beberapa pertanyaan berikut mungkin dapat membantu Ibu/Bapak untuk memikirkan tindakan apa
yang dapat dilakukan oleh Ibu/Bapak untuk mendorong dan mempromosikan suara, pilihan dan
kepemilikan murid di dalam kelas.
1. Apa yang telah saya lakukan untuk mendorong inkuiri/rasa ingin tahu dan kreativitas murid?
2. Apakah saya telah memastikan murid memahami apa yang menjadi target dari
program/kegiatan pembelajaran mereka? (sehingga murid dapat mengatur dirinya sendiri dan
memantau upaya mereka dalam mencapai target tersebut)
3. Apa yang telah saya lakukan untuk membantu murid membangun pemahaman mereka
sendiri? Apakah saya selalu memberikan jawaban pada murid? Seberapa sering saya mengatakan
“Ibu/Bapak juga belum mengetahui jawabannya. Mari kita cari bersama-sama!”
4. Apakah saya memberikan ‘wait time’ atau waktu tunggu saat bertanya kepada murid untuk
memberikan mereka kesempatan berpikir?
5. Sejauh mana saya telah mengkoneksikan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari murid?
6. Seberapa sering saya mengajak murid-murid melakukan refleksi?
7. Sudahkah saya bertanya tentang apa yang mereka ingin pelajari dan apa yang mereka
minati?
8. Sejauh mana saya memberi kesempatan murid untuk memilih cara, dengan siapa dan
bagaimana mereka belajar?
9. Apa yang telah saya lakukan untuk membawa murid keluar kelas/sekolah dan
mengkoneksikan mereka dengan masyarakat dan dunia yang lebih luas?
Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 39
Di bawah ini adalah beberapa contoh strategi yang mungkin dapat Ibu/Bapak
lakukan untuk untuk menumbuhkan kepemimpinan murid dalam lingkup kelas.
Komunitas Kelas dan Antarkelas (anggotanya misalnya guru, kepala sekolah, murid-murid)
● Memfasilitasi kerja kelompok dan kolaborasi antar murid di kelas dan murid antar kelas
(misalnya memberikan tugas proyek yang harus dikerjakan bersama-sama, dsb).
● Mendorong murid untuk bertanya.
● Melibatkan murid dalam proses perencanaan pembelajaran.
● Melibatkan murid dalam proses penilaian.
● Membentuk dewan murid, komite-komite yang dipimpin oleh murid, kepanitiaan
kegiatan yang anggotanya adalah murid-murid.
● Mendorong terciptanya unity (kebersamaan), yang dapat mempromosikan rasa
kepemilikan murid (misalnya dengan mengadakan karnival olahraga, class meeting, dsb).
● Memberikan kesempatan murid untuk terlibat dalam pengaturan prosedur, rutinitas,
kesepakatan kelas, dsb.
● Memberikan murid kesempatan untuk memberikan umpan balik dalam proses
pembelajaran.
c. Komunitas sekolah
Komunitas sekolah di sini adalah pihak-pihak yang aktif berkegiatan di sekolah (mungkin tidak
berada di kelas setiap hari ), namun ada dalam hidup keseharian sekolah serta murid-murid di
sekolah. Kepala sekolah, konselor, staf administrasi, tukang parkir, pustakawan, Ibu/Bapak kantin,
penjaga sekolah, pengawas sekolah, komite sekolah, anggota yayasan serta lainnya adalah contoh
40 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid
anggota komunitas sekolah. Walaupun mereka tidak secara langsung mengajar murid di kelas atau
terlibat dalam program/kegiatan pembelajaran secara langsung setiap harinya, namun peran dan
apa yang mereka lakukan mempengaruhi proses belajar murid. Mempertimbangkan peran mereka
dalam mendorong suara, pilihan dan kepemilikan murid akan membantu kesuksesan upaya kita
dalam menumbuhkan kepemimpinan murid.
Beberapa pertanyaan berikut mungkin dapat membantu Ibu/Bapak untuk memikirkan bagaimana
Ibu/Bapak dapat melibatkan mereka dalam mempromosikan suara, pilihan dan kepemilikan murid
di dalam berbagai program/kegiatan pembelajaran di kelas dan sekolah.
1. Sejauh mana anggota komunitas sekolah (misalnya tukang parkir, satpam, penjaga kantin,
pustakawan, tenaga kebersihan) telah memahami visi dan misi sekolah kita terkait dengan upaya
kita menumbuhkan kepemimpinan murid? Apakah mereka memahami apa yang kita maksud
dengan suara, pilihan dan kepemilikan murid? mengapa pemahaman mereka menjadi penting? Apa
yang perlu kita lakukan untuk meningkatkan pemahaman mereka?
2. Apakah saya mengetahui apa saja yang dapat pustakawan sekolah saya kontribusikan untuk
mendukung suara, pilihan, dan kepemilikan murid? Seberapa sering saya mengajak pustakawan
terlibat dalam proses perencanaan program/kegiatan pembelajaran di kelas/sekolah saya?
3. Bagaimana tenaga kependidikan, dari mulai tukang parkir, satpam, sampai penjaga kantin
dapat saya dorong untuk membantu membangun lingkungan belajar yang positif dan menghargai
suara, pilihan, dan kepemilikan murid?
4. Bagaimana saya dapat melibatkan mereka untuk membantu mengoneksikan murid-murid
saya dengan dunia di luar kelas mereka sehingga murid-murid dapat memperluas pembelajaran
mereka dan mewujudkan suara serta pilihan mereka?
Di bawah ini adalah beberapa contoh strategi yang mungkin dapat Ibu/Bapak
lakukan untuk untuk melibatkan komunitas sekolah untuk membantu menumbuhkan
Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 41
kepemimpinan murid. Dapatkah Ibu/Bapak memberikan contoh lainnya?
Komunitas Sekolah (anggotanya misalnya tukang parkir, petugas TU, pustakawan, laboran,
penjaga sekolah, petugas kantin, satpam, tenaga kebersihan, dsb)
● Memastikan tenaga kependidikan yang ada di sekolah memahami visi dan misi sekolah
dalam mewujudkan kepemimpinan murid (misalnya dengan mensosialisasikan visi, misi,
kebijakan sekolah, program sekolah, dsb)
● Mengundang pustakawan untuk ikut serta dalam perencanaan pembelajaran, sehingga
mereka bisa membantu menyediakan akses ke sumber-sumber belajar yang sesuai.
● Mendorong pustakawan untuk melibatkan murid dalam memberikan masukan kepada
pustakawan terkait dengan koleksi sumber-sumber belajar apa saja yang murid perlukan.
● Mendorong pustakawan untuk menyediakan beragam perspektif dalam sumber-sumber
belajar yang mereka sediakan.
● Mendorong pustakawan untuk menyediakan sumber belajar yang multimoda agar dapat
mengakomodasi berbagai minat dan kebutuhan murid, dan agar murid memiliki pilihan.
● Mendorong pustakawan untuk melibatkan murid dalam menentukan prosedur yang
memungkinkan murid untuk mengatur dan menavigasi diri mereka secara bebas di dalam
perpustakaan, namun tetap dengan bertanggung jawab.
● Mendorong laboran untuk membuat prosedur keamanan dan keselamatan yang tetap
memungkinkan murid untuk mandiri dan percaya diri dalam melakukan kegiatan.
● Mendorong laboran untuk mempromosikan laboratorium sebagai salah satu tempat
yang menarik dan menyenangkan bagi murid untuk mengembangkan keterampilan berpikir
kritis dan kreatif.
● Mengundang tenaga kebersihan, penjaga sekolah, petugas kantin, satpam, dan tenaga
42 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid
kependidikan lain untuk ikut berperan sesuai perannya di sekolah dalam berbagai kegiatan
pembelajaran. (misalnya melibatkan mereka menjadi pembicara tamu di kelas, mengundang
mereka dalam pertemuan-pertemuan yang terkait dengan bagaimana mereka dapat
mendukung murid, dsb).
● Mengadakan pelatihan bagi para staf pendukung tentang nilai-nilai dan berbagai
pendekatan belajar yang dilakukan oleh sekolah, sehingga mereka dapat ikut memodelkan sikap
dan perilaku sesuai dengan yang ingin kita kembangkan pada diri anak, dsb (misalnya pelatihan
tentang perlindungan anak, pelatihan tentang protokol kesehatan, dsb)
d. Komunitas sekitar sekolah,
Komunitas sekitar sekolah adalah komunitas yang berada di luar sekolah namun masih dalam
lingkup sekitar sekolah, atau yang dapat kita sebut sebagai masyarakat. Dalam komunitas ini
termasuk apa dan siapa pun yang berada dalam radius yang dekat dengan sekolah, misalkan:
tempat ibadah, rumah sakit, warung, usaha di dekat sekolah, bisnis yang terkait dengan operasional
sekolah (provider ATK, dan lainnya), perusahaan di mana orang tua bekerja, hingga keluarga besar
dari tiap murid atau orang tua. Mereka mungkin tampak tidak ada kaitannya dengan
program/kegiatan pembelajaran murid di kelas atau sekolah kita, namun memiliki potensi untuk
mendorong suara, pilihan, dan kepemilikan murid karena peranan yang dapat mereka mainkan.
Beberapa pertanyaan berikut mungkin dapat membantu Ibu/Bapak untuk memikirkan bagaimana
melibatkan komunitas sekitar sekolah untuk membantu mempromosikan suara, pilihan dan
kepemilikan murid.
1. Apakah saya mengetahui isu-isu yang sedang terjadi di dalam masyarakat yang ada di sekitar
sekolah? Bagaimana saya dapat mengetahuinya?
2. Bagaimana saya dapat membawa isu-isu tersebut ke dalam kelas dan
mentrasnformasikannya menjadi wahana untuk mewujudkan suara, pilihan dan kepemilikan
murid?
Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 43
3. Bagaimana saya dapat membuka ruang dialog dengan masyarakat sekitar sehingga saya
dapat mengomunikasikan harapan saya tentang kepemimpinan murid yang ingin saya wujudkan di
diri murid-murid saya?
Di bawah ini adalah beberapa contoh strategi yang mungkin dapat Ibu/Bapak
lakukan untuk untuk melibatkan komunitas sekitar sekolah untuk membantu menumbuhkan
kepemimpinan murid. Dapatkah Ibu/Bapak memberikan contoh lainnya?
Komunitas Sekitar Sekolah (anggotanya misalnya tokoh agama, RT/RW, puskesmas, RT/RW,
pasar, sekolah-sekolah yang ada di sekitar, dsb)
● Mengajak murid untuk mengenal lingkungan sekitar sekolah mereka (melihat masalah
lingkungan/sosial, mengunjungi RT, RW, kelurahan, dsb.) untuk memantik rasa penasaran dan
pertanyaan para murid tentang konsep tertentu yang sedang dipelajari di kelas (misal: sistem
pemerintahan, peran pemimpin daerah, dan lainnya).
● Melibatkan lingkungan sekitar dalam berbagai kegiatan pelayanan masyarakat yang
digagas murid agar lingkungan juga dapat merasakan dampak dari keberadaan sekolah. (misalnya
melakukan kegiatan pasar murah bagi penduduk sekitar, forum diskusi, dsb).
● Mendorong kapasitas peran serta masyarakat sebagai bagian dari Tri Sentra Pendidikan
dengan merancang berbagai kegiatan kolaborasi dan kerjasama dengan lingkungan sekitar, untuk
membina hubungan baik dan agar tercipta rasa saling percaya, sehingga lingkungan dapat
memberikan berbagai kemudahan dan dukungan bagi proses pembelajaran saat kita dan murid-
murid perlukan (misalnya: menjadi bagian dari kepanitiaan kegiatan Idul Kurban di masjid sekitar
sekolah, melakukan kegiatan kerja bakti bersama warga, mengundang Puskesmas untuk menjadi
sumber belajar murid untuk memberikan edukasi dan pelatihan-pelatihan terkait bidang tugas
kesehatan, sesekali mengundang RT/RW dalam kegiatan sekolah, dsb).
● Mengadakan pertemuan/forum antar kepala sekolah dan guru yang dapat meningkatkan
pemahaman dan keterampilan kepala sekolah dan guru, yang mendorong, mempromosikan
kepemimpinan murid, sehingga membuka kesempatan murid untuk berkolaborasi lintas
sekolah.
● Mengadakan kegiatan perayaan bersama masyarakat sekitar. Misalnya seperti yang
ditunjukkan oleh SD Salam berikut ini, di mana murid-murid ikut berpartisipasi bersama dengan
masyarakat sekitar sekolah melakukan perayaan budaya “Panen Padi”. Kegiatan lengkapnya
dapat dilihat dari video berikut ini: Video Kegiatan Wiwitan SD Salam
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf

More Related Content

What's hot

Penerapan Pembelajaran 5 Kompetensi Sosial dan Emosional
Penerapan Pembelajaran 5 Kompetensi Sosial dan Emosional Penerapan Pembelajaran 5 Kompetensi Sosial dan Emosional
Penerapan Pembelajaran 5 Kompetensi Sosial dan Emosional
NurilFile
 
Modul 3.2. Angkatan 5 Reguler. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final...
Modul 3.2. Angkatan 5 Reguler. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final...Modul 3.2. Angkatan 5 Reguler. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final...
Modul 3.2. Angkatan 5 Reguler. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final...
Irman Ramly
 
OK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docx
OK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docxOK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docx
OK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docx
kwartircabangmempawa
 
demonstrasi kontekstual modul 3.3.a.7.pdf
demonstrasi kontekstual modul 3.3.a.7.pdfdemonstrasi kontekstual modul 3.3.a.7.pdf
demonstrasi kontekstual modul 3.3.a.7.pdf
rahayu kartika
 
PPT RUKOL 2.3 sesi 2 PGP Angkatan 6.pptx
PPT RUKOL 2.3 sesi 2 PGP Angkatan 6.pptxPPT RUKOL 2.3 sesi 2 PGP Angkatan 6.pptx
PPT RUKOL 2.3 sesi 2 PGP Angkatan 6.pptx
MonaMayaMita1
 
4_Lembar Rencana Pengembangan Diri ESTHI.pdf
4_Lembar Rencana Pengembangan Diri ESTHI.pdf4_Lembar Rencana Pengembangan Diri ESTHI.pdf
4_Lembar Rencana Pengembangan Diri ESTHI.pdf
syahrialade
 
Modul 2.1 Angkatan 5 Reguler. Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar M...
Modul 2.1 Angkatan 5 Reguler. Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar M...Modul 2.1 Angkatan 5 Reguler. Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar M...
Modul 2.1 Angkatan 5 Reguler. Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar M...
Irman Ramly
 
Modul 2.3. Coaching untuk Supervisi Akademik - Final.pdf
Modul 2.3. Coaching untuk Supervisi Akademik - Final.pdfModul 2.3. Coaching untuk Supervisi Akademik - Final.pdf
Modul 2.3. Coaching untuk Supervisi Akademik - Final.pdf
Milawati44
 
Tugas Ruang kolaborasi Modul 3.1.pptx
Tugas Ruang kolaborasi Modul 3.1.pptxTugas Ruang kolaborasi Modul 3.1.pptx
Tugas Ruang kolaborasi Modul 3.1.pptx
AgungNugroho883817
 
Notula dan Dokumentasi Pemetaan Aset.pdf
Notula dan Dokumentasi Pemetaan Aset.pdfNotula dan Dokumentasi Pemetaan Aset.pdf
Notula dan Dokumentasi Pemetaan Aset.pdf
AliSodikin39
 
Diskusi Visi dan Prakarsa Perubahan Sekolah..pptx
Diskusi Visi dan Prakarsa Perubahan Sekolah..pptxDiskusi Visi dan Prakarsa Perubahan Sekolah..pptx
Diskusi Visi dan Prakarsa Perubahan Sekolah..pptx
HendraKurniawan858649
 
Modul 1.1 Pemikiran KHD konteks lokal sosial budaya - Muhammad Riyanto.pptx
Modul 1.1 Pemikiran KHD konteks lokal sosial budaya - Muhammad Riyanto.pptxModul 1.1 Pemikiran KHD konteks lokal sosial budaya - Muhammad Riyanto.pptx
Modul 1.1 Pemikiran KHD konteks lokal sosial budaya - Muhammad Riyanto.pptx
NurilFile
 
Notulen Diskusi KS.pdf
Notulen Diskusi KS.pdfNotulen Diskusi KS.pdf
Notulen Diskusi KS.pdf
NiaKurniati59
 
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdfModul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
Irman Ramly
 
PPT aksi nyata modul 1.4 budaya positif.pptx
PPT aksi nyata modul 1.4 budaya  positif.pptxPPT aksi nyata modul 1.4 budaya  positif.pptx
PPT aksi nyata modul 1.4 budaya positif.pptx
SantiAprilia7
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.pptx
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.pptxKanvas BAGJA prakarsa perubahan.pptx
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.pptx
KartinaKartina4
 
2.1.a.4.2. Unggah Tugas Eksplorasi Konsep - Modul 2.1
 2.1.a.4.2. Unggah Tugas Eksplorasi Konsep - Modul 2.1 2.1.a.4.2. Unggah Tugas Eksplorasi Konsep - Modul 2.1
2.1.a.4.2. Unggah Tugas Eksplorasi Konsep - Modul 2.1
YosiOktafianti1
 
Diagram Frayer
Diagram FrayerDiagram Frayer
Diagram Frayer
NurilFile
 
PMO Level Sekolah.pptx
PMO Level Sekolah.pptxPMO Level Sekolah.pptx
PMO Level Sekolah.pptx
IndraYulianto10
 
LA-PI (2) KELOMPOK 4.docx
LA-PI (2) KELOMPOK 4.docxLA-PI (2) KELOMPOK 4.docx
LA-PI (2) KELOMPOK 4.docx
AnaRidwan2
 

What's hot (20)

Penerapan Pembelajaran 5 Kompetensi Sosial dan Emosional
Penerapan Pembelajaran 5 Kompetensi Sosial dan Emosional Penerapan Pembelajaran 5 Kompetensi Sosial dan Emosional
Penerapan Pembelajaran 5 Kompetensi Sosial dan Emosional
 
Modul 3.2. Angkatan 5 Reguler. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final...
Modul 3.2. Angkatan 5 Reguler. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final...Modul 3.2. Angkatan 5 Reguler. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final...
Modul 3.2. Angkatan 5 Reguler. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final...
 
OK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docx
OK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docxOK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docx
OK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docx
 
demonstrasi kontekstual modul 3.3.a.7.pdf
demonstrasi kontekstual modul 3.3.a.7.pdfdemonstrasi kontekstual modul 3.3.a.7.pdf
demonstrasi kontekstual modul 3.3.a.7.pdf
 
PPT RUKOL 2.3 sesi 2 PGP Angkatan 6.pptx
PPT RUKOL 2.3 sesi 2 PGP Angkatan 6.pptxPPT RUKOL 2.3 sesi 2 PGP Angkatan 6.pptx
PPT RUKOL 2.3 sesi 2 PGP Angkatan 6.pptx
 
4_Lembar Rencana Pengembangan Diri ESTHI.pdf
4_Lembar Rencana Pengembangan Diri ESTHI.pdf4_Lembar Rencana Pengembangan Diri ESTHI.pdf
4_Lembar Rencana Pengembangan Diri ESTHI.pdf
 
Modul 2.1 Angkatan 5 Reguler. Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar M...
Modul 2.1 Angkatan 5 Reguler. Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar M...Modul 2.1 Angkatan 5 Reguler. Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar M...
Modul 2.1 Angkatan 5 Reguler. Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar M...
 
Modul 2.3. Coaching untuk Supervisi Akademik - Final.pdf
Modul 2.3. Coaching untuk Supervisi Akademik - Final.pdfModul 2.3. Coaching untuk Supervisi Akademik - Final.pdf
Modul 2.3. Coaching untuk Supervisi Akademik - Final.pdf
 
Tugas Ruang kolaborasi Modul 3.1.pptx
Tugas Ruang kolaborasi Modul 3.1.pptxTugas Ruang kolaborasi Modul 3.1.pptx
Tugas Ruang kolaborasi Modul 3.1.pptx
 
Notula dan Dokumentasi Pemetaan Aset.pdf
Notula dan Dokumentasi Pemetaan Aset.pdfNotula dan Dokumentasi Pemetaan Aset.pdf
Notula dan Dokumentasi Pemetaan Aset.pdf
 
Diskusi Visi dan Prakarsa Perubahan Sekolah..pptx
Diskusi Visi dan Prakarsa Perubahan Sekolah..pptxDiskusi Visi dan Prakarsa Perubahan Sekolah..pptx
Diskusi Visi dan Prakarsa Perubahan Sekolah..pptx
 
Modul 1.1 Pemikiran KHD konteks lokal sosial budaya - Muhammad Riyanto.pptx
Modul 1.1 Pemikiran KHD konteks lokal sosial budaya - Muhammad Riyanto.pptxModul 1.1 Pemikiran KHD konteks lokal sosial budaya - Muhammad Riyanto.pptx
Modul 1.1 Pemikiran KHD konteks lokal sosial budaya - Muhammad Riyanto.pptx
 
Notulen Diskusi KS.pdf
Notulen Diskusi KS.pdfNotulen Diskusi KS.pdf
Notulen Diskusi KS.pdf
 
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdfModul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
 
PPT aksi nyata modul 1.4 budaya positif.pptx
PPT aksi nyata modul 1.4 budaya  positif.pptxPPT aksi nyata modul 1.4 budaya  positif.pptx
PPT aksi nyata modul 1.4 budaya positif.pptx
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.pptx
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.pptxKanvas BAGJA prakarsa perubahan.pptx
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.pptx
 
2.1.a.4.2. Unggah Tugas Eksplorasi Konsep - Modul 2.1
 2.1.a.4.2. Unggah Tugas Eksplorasi Konsep - Modul 2.1 2.1.a.4.2. Unggah Tugas Eksplorasi Konsep - Modul 2.1
2.1.a.4.2. Unggah Tugas Eksplorasi Konsep - Modul 2.1
 
Diagram Frayer
Diagram FrayerDiagram Frayer
Diagram Frayer
 
PMO Level Sekolah.pptx
PMO Level Sekolah.pptxPMO Level Sekolah.pptx
PMO Level Sekolah.pptx
 
LA-PI (2) KELOMPOK 4.docx
LA-PI (2) KELOMPOK 4.docxLA-PI (2) KELOMPOK 4.docx
LA-PI (2) KELOMPOK 4.docx
 

Similar to Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf

Modul 1.4. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Budaya Positif - Final.pdfModul 1.4. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Budaya Positif - Final.pdf
AnaliaNesa1
 
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdfModul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
pkgnedusi2021
 
3.2. V4. Modul PGP - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya 15122020 layout (...
3.2. V4. Modul PGP - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya 15122020 layout (...3.2. V4. Modul PGP - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya 15122020 layout (...
3.2. V4. Modul PGP - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya 15122020 layout (...
MuhammadIdris276103
 
Modul 1.3. Visi Guru Penggerak - Final.pdf
Modul 1.3. Visi Guru Penggerak - Final.pdfModul 1.3. Visi Guru Penggerak - Final.pdf
Modul 1.3. Visi Guru Penggerak - Final.pdf
doziersiregar2
 
Modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final.pdf
Modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final.pdfModul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final.pdf
Modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final.pdf
musbiawan0707
 
Modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final.pdf
Modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final.pdfModul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final.pdf
Modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final.pdf
ricky987142
 
Modul 1.3. Angkatan 5 Reguler. Visi GP - Final.pdf
Modul 1.3. Angkatan 5 Reguler. Visi GP - Final.pdfModul 1.3. Angkatan 5 Reguler. Visi GP - Final.pdf
Modul 1.3. Angkatan 5 Reguler. Visi GP - Final.pdf
Irman Ramly
 
Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemim...
Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemim...Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemim...
Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemim...
musbiawan0707
 
Materi Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
Materi Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdfMateri Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
Materi Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
HasanBasri321358
 
KONEKSI ANTAR MATERI 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURID
KONEKSI ANTAR MATERI 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURIDKONEKSI ANTAR MATERI 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURID
KONEKSI ANTAR MATERI 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURID
yogimentaripagi
 
KEL 2 Prinsip-Prinsip Penyusunan Bahan Ajar
KEL 2 Prinsip-Prinsip Penyusunan Bahan Ajar KEL 2 Prinsip-Prinsip Penyusunan Bahan Ajar
KEL 2 Prinsip-Prinsip Penyusunan Bahan Ajar
Inayah
 
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.3 CGP ANGKATAN 9
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.3 CGP ANGKATAN 9KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.3 CGP ANGKATAN 9
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.3 CGP ANGKATAN 9
NurLindaArdianti
 
1 buku kurikulum _k_13_paud_ok
1 buku kurikulum _k_13_paud_ok1 buku kurikulum _k_13_paud_ok
1 buku kurikulum _k_13_paud_ok
Abdul Rahman
 
1 buku kurikulum k 13 paud-ok
1 buku kurikulum  k 13 paud-ok1 buku kurikulum  k 13 paud-ok
1 buku kurikulum k 13 paud-ok
Eka Fadiyah Wati
 
JURNAL.docx
JURNAL.docxJURNAL.docx
JURNAL.docx
SufriAsmin1
 
Buku Mini Komunitas Guru Belajar
Buku Mini Komunitas Guru BelajarBuku Mini Komunitas Guru Belajar
Buku Mini Komunitas Guru Belajar
Kampus Cikal
 
manajenem pengembangan kurikulum
manajenem pengembangan kurikulummanajenem pengembangan kurikulum
manajenem pengembangan kurikulum
dyah saptarini
 
Aksi Nyata Modul 3.3.pdf
Aksi Nyata Modul 3.3.pdfAksi Nyata Modul 3.3.pdf
Aksi Nyata Modul 3.3.pdf
RIYANTORIYANTO39
 
Skripsi alan
Skripsi alanSkripsi alan
Skripsi alanSI Lau
 
01. sosialisai pendampingan belajar guru IPS.pdf
01. sosialisai pendampingan belajar guru IPS.pdf01. sosialisai pendampingan belajar guru IPS.pdf
01. sosialisai pendampingan belajar guru IPS.pdf
ZULPANSSi
 

Similar to Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf (20)

Modul 1.4. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Budaya Positif - Final.pdfModul 1.4. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Budaya Positif - Final.pdf
 
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdfModul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final.pdf
 
3.2. V4. Modul PGP - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya 15122020 layout (...
3.2. V4. Modul PGP - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya 15122020 layout (...3.2. V4. Modul PGP - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya 15122020 layout (...
3.2. V4. Modul PGP - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya 15122020 layout (...
 
Modul 1.3. Visi Guru Penggerak - Final.pdf
Modul 1.3. Visi Guru Penggerak - Final.pdfModul 1.3. Visi Guru Penggerak - Final.pdf
Modul 1.3. Visi Guru Penggerak - Final.pdf
 
Modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final.pdf
Modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final.pdfModul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final.pdf
Modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final.pdf
 
Modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final.pdf
Modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final.pdfModul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final.pdf
Modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final.pdf
 
Modul 1.3. Angkatan 5 Reguler. Visi GP - Final.pdf
Modul 1.3. Angkatan 5 Reguler. Visi GP - Final.pdfModul 1.3. Angkatan 5 Reguler. Visi GP - Final.pdf
Modul 1.3. Angkatan 5 Reguler. Visi GP - Final.pdf
 
Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemim...
Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemim...Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemim...
Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemim...
 
Materi Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
Materi Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdfMateri Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
Materi Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
 
KONEKSI ANTAR MATERI 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURID
KONEKSI ANTAR MATERI 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURIDKONEKSI ANTAR MATERI 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURID
KONEKSI ANTAR MATERI 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURID
 
KEL 2 Prinsip-Prinsip Penyusunan Bahan Ajar
KEL 2 Prinsip-Prinsip Penyusunan Bahan Ajar KEL 2 Prinsip-Prinsip Penyusunan Bahan Ajar
KEL 2 Prinsip-Prinsip Penyusunan Bahan Ajar
 
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.3 CGP ANGKATAN 9
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.3 CGP ANGKATAN 9KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.3 CGP ANGKATAN 9
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.3 CGP ANGKATAN 9
 
1 buku kurikulum _k_13_paud_ok
1 buku kurikulum _k_13_paud_ok1 buku kurikulum _k_13_paud_ok
1 buku kurikulum _k_13_paud_ok
 
1 buku kurikulum k 13 paud-ok
1 buku kurikulum  k 13 paud-ok1 buku kurikulum  k 13 paud-ok
1 buku kurikulum k 13 paud-ok
 
JURNAL.docx
JURNAL.docxJURNAL.docx
JURNAL.docx
 
Buku Mini Komunitas Guru Belajar
Buku Mini Komunitas Guru BelajarBuku Mini Komunitas Guru Belajar
Buku Mini Komunitas Guru Belajar
 
manajenem pengembangan kurikulum
manajenem pengembangan kurikulummanajenem pengembangan kurikulum
manajenem pengembangan kurikulum
 
Aksi Nyata Modul 3.3.pdf
Aksi Nyata Modul 3.3.pdfAksi Nyata Modul 3.3.pdf
Aksi Nyata Modul 3.3.pdf
 
Skripsi alan
Skripsi alanSkripsi alan
Skripsi alan
 
01. sosialisai pendampingan belajar guru IPS.pdf
01. sosialisai pendampingan belajar guru IPS.pdf01. sosialisai pendampingan belajar guru IPS.pdf
01. sosialisai pendampingan belajar guru IPS.pdf
 

Recently uploaded

Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
lastri261
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
suprihatin1885
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
TarkaTarka
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
johan199969
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
yuniarmadyawati361
 

Recently uploaded (20)

Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
 

Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid - Final.pdf

  • 1.
  • 2.
  • 3. Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid Penulis modul: Oscarina Dewi Kusuma, S.Pd. ,M.Pd Indra Sari, SH., M.Pd Dr. Siti Suharsih, S.S., M.Pd KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT KEPALA SEKOLAH, PENGAWAS SEKOLAH DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2022
  • 4. Bahan Ajar Pendidikan Program Guru Penggerak Paket Modul 3: Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah Modul 3.3 “Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid” Edisi Ketiga (Januari 2022) Penulis Modul: Edisi Kesatu (September 2020): • Dr. Siti Suharsih, S.S., M.Pd • Indra Sari, S.H., M.Pd. Edisi Kedua (Juni 2021): • Oscarina Dewi Kusuma, S.Pd.,M.Pd. • Dr. Siti Suharsih, S.S., M.Pd • Indra Sari, S.H., M.Pd Edisi Ketiga (Januari 2022): • Oscarina Dewi Kusuma, S.Pd.,M.Pd. • Dr. Siti Suharsih, S.S., M.Pd • Indra Sari, S.H., M.Pd. Editor: Direktorat Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah dan Tenaga Kependidikan, Kemdikbudristek _______________________________________________________________________ _____________________ Hak Cipta © 2022 pada Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Dilindungi Undang-undang Diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
  • 5. Lembar Pengesahan Tahapan Nama Tanda Tangan Tanggal Review Dr. Rita Dewi Suspalupi, M.Ak. Verifikasi Dr. Kasiman, M.T. Validasi Dr. Praptono, M.Ed.
  • 6.
  • 7. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | i Kata Pengantar Direktur Jendral Guru dan Tenaga Pendidikan Pemimpin sekolah, dalam berbagai literatur, disebut berperan besar dalam menentukan keberhasilan sekolah karena ia mempunyai tanggung jawab dalam menyinergikan berbagai elemen di dalamnya. Seorang pemimpin sekolah yang berkualitas akan mampu memberdayakan seluruh sumber daya di ekosistem sekolahnya hingga dapat bersatu padu menumbuhkan murid-murid yang berkembang secara utuh, baik dalam rasa, karsa dan ciptanya. Tak dipungkiri, pemimpin sekolah merupakan salah satu aktor kunci dalam terwujudnya Profil Pelajar Pancasila. Untuk dapat menjalankan peran-peran tersebut, seorang pemimpin sekolah perlu mendapatkan pendidikan yang berkualitas sebelum ia menjabat. Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP), sebagai bagian dari rangkaian kebijakan Merdeka Belajar episode kelima, didesain untuk mempersiapkan guru-guru terbaik Indonesia untuk menjadi pemimpin sekolah yang berfokus pada pembelajaran (instructional leaders). Melalui berbagai aktivitas pembelajaran dalam PPGP, kandidat kepala sekolah masa depan diharapkan dapat memiliki kompetensi dalam pengembangan diri dan orang lain, pengembangan pembelajaran, manajemen sekolah serta pengembangan sekolah. Kami memiliki harapan besar agar lulusan PPGP dapat mewujudkan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan di seluruh wilayah negeri ini, di mana keberpihakan pada murid menjadi orientasi utamanya. Upaya pemenuhan kandidat kepala sekolah yang lebih optimal menuntut penyesuaian pada desain pembelajaran PPGP. Karena itu, terhitung dari angkatan kelima durasi program diefisiensikan dari sembilan menjadi enam bulan. Selain itu, PPGP juga menerapkan diferensiasi proses untuk peserta di daerah yang memiliki akses terbatas, baik dari segi transportasi maupun telekomunikasi. Namun, terlepas dari moda penyampaian yang beragam, para Calon Guru Penggerak (CGP) di seluruh Indonesia sama-sama mempelajari materi-materi bekal kepemimpinan dengan sistem on-the-job learning di mana selama belajar, guru tetap menjalankan perannya di sekolah sekaligus
  • 8. ii | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid menerapkan pengetahuan yang didapat dari ruang pelatihan ke dalam pembelajaran di kelas. Pendekatan pembelajaran juga tetap menggunakan siklus inkuiri yang sarat dengan refleksi dan praktik langsung, baik bersama sesama CGP maupun rekan sejawat di sekolah. Pendampingan di lapangan juga tetap menjadi kunci dari keberhasilan implementasi konsep di kelas atau sekolah CGP. Tentu saja, seluruh upaya tersebut tidak akan berhasil tanpa peran berbagai tim pendukung yang telah bekerja keras dan berkontribusi positif mewujudkan penyelesaian bahan ajar ini serta membantu terlaksananya PPGP. Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada para pengembang modul, tim digitalisasi, serta fasilitator, pengajar praktik dan instruktur. Semoga Allah Yang Mahakuasa senantiasa memberkati upaya yang kita lakukan demi transformasi pendidikan Indonesia. Amin. Jakarta, Januari 2022 Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Dr. Iwan Syahril, Ph.D.
  • 9. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | iii Surat dari instruktur Selamat datang Ibu dan Bapak Calon Guru Penggerak (CGP) di modul 3.3 yang akan berbicara tentang program yang berdampak pada murid. Modul ini mengajak Ibu dan Bapak untuk berefleksi dan melihat kembali perspektif atau cara pandang kita tentang program yang berdampak positif pada murid. Selama ini, sering sekali kita melihat bahwa program-program sekolah, baik program intra kurikuler, program ko-kurikuler, atau program ekstra kurikuler pengelolaannya hanya menempatkan murid-murid sebagai objek dari program-program tersebut. Mereka memang melakukan, atau menjalankan program-program tersebut, namun banyak yang kesulitan untuk mengambil makna dari pengalaman mereka tersebut karena hanya merasakan keterlibatan itu sebagai sebuah keharusan untuk terlibat, rutinitas, kewajiban yang harus dijalankan, atau hanya sekedar sebuah kegiatan yang menyenangkan untuk dilakukan. Padahal, kita semua tahu bahwa pengambilan makna adalah esensi dari proses belajar itu sendiri. Di dalam modul ini, Ibu/Bapak akan mengeksplorasi bagaimana sesungguhnya kita dapat mendorong student agency (yang dalam modul ini diterjemahkan sebagai kepemimpinan murid) dalam pengelolaan program-program di sekolah. Mendorong kepemimpinan murid dalam program sekolah bukan hanya memungkinkan murid untuk belajar menjadi individu yang lebih bertanggung jawab, berdaya, dan kontributif, namun, pengalaman dan kebermaknaan yang mereka dapatkan dari proses belajar mereka dalam program-program sekolah tersebut sesungguhnya akan memberikan bekal untuk mereka menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat, sehingga, ketika kita berbicara tentang dampak, maka dampak positif dari proses belajar yang dilalui oleh murid-murid kita saat ini tentunya akan dapat terus dirasakan oleh mereka di sepanjang hidupnya.
  • 10. iv | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid Saat di tahapan eksplorasi konsep di dalam modul ini, kami secara sengaja juga akan meminta Ibu/Bapak untuk mencoba mengaitkan konsep yang sedang dipelajari tersebut dengan Standar Nasional Pendidikan. Kami berharap Ibu/Bapak dapat melihat bahwa upaya mendorong kepemimpinan murid dalam berbagai program atau kegiatan di sekolah ini sesungguhnya juga merupakan upaya untuk memenuhi apa yang digariskan dalam Standar Nasional Pendidikan. Menumbuhkan kepemimpinan murid sejatinya adalah bagian dari sebuah upaya kolaboratif yang seharusnya dilakukan oleh semua pihak yang berkaitan dengan pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan nasional, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Semoga proses pembelajaran yang Ibu dan Bapak lalui di modul ini dapat memberikan pengalaman baru, bermakna, dan membuka cakrawala berpikir yang lebih luas, sehingga dapat membantu Ibu/Bapak dalam melakukan pengelolaan berbagai program atau kegiatan yang berpihak pada murid di sekolah Ibu dan Bapak. Tetaplah semangat! Salam dan Bahagia, Pengembang Modul 3.3, Oscarina Dewi Kusuma, S.Pd., M.Pd., Dr. Siti Suharsih, S.S., M.Pd & Indra Sari, S.H., M.Pd.
  • 11. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | v Daftar isi Hlm. Kata Pengantar Direktur Jendral Guru dan Tenaga Pendidikan.........................................i Surat dari instruktur .........................................................................................................iii Daftar isi.............................................................................................................................v Daftar Lampiran................................................................................................................vi Daftar Gambar.................................................................................................................vii Capaian yang Diharapkan...............................................................................................viii Alur Belajar MERDEKA.......................................................................................................x Glosarium.........................................................................................................................xii Pembelajaran 1: Mulai Dari Diri ....................................................................................... 1 Pembelajaran 2.1: Eksplorasi Konsep - Mandiri............................................................... 3 Pembelajaran 2.2: Eksplorasi Konsep – Forum diskusi .................................................. 49 Pembelajaran 3: Ruang Kolaborasi................................................................................. 54 Pembelajaran 4: Demonstrasi Kontekstual.................................................................... 60 Pembelajaran 5: Elaborasi Pemahaman......................................................................... 63 Pembelajaran 6: Koneksi Antarmateri............................................................................ 66 Pembelajaran 7 : Aksi Nyata........................................................................................... 68 SURAT PENUTUP............................................................................................................. 72 Daftar Pustaka ................................................................................................................ 73 PROFIL PENULIS MODUL................................................................................................. 84
  • 12. vi | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid Daftar Lampiran Lampiran 1. Rubrik Penilaian Ruang Kolaborasi Lampiran 2. Rubrik Tahapan Bagja Lampiran 3. Contoh Format Bagja Lampiran 4. Lembar Periksa PPT di Tahapan Koneksi Antar Materi Lampiran 5. Rubrik Penilaian Aksi Nyata
  • 13. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | vii Daftar Gambar Gambar 1 Profil Pelajar Pancasila
  • 14. viii | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid Capaian yang Diharapkan Kompetensi Lulusan yang Dituju Modul ini diharapkan berkontribusi untuk mencapai kompetensi lulusan sebagai berikut: ● Guru Penggerak mampu menggerakkan komunitas sekolah untuk bersama-sama mengembangkan dan mewujudkan visi sekolah yang berpihak pada murid dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal. ● Guru Penggerak melakukan pendampingan kepada seluruh komunitas sekolah untuk dapat menggunakan pendekatan reflektif dan iteratif dalam mengelola program dan sumber daya sekolah. ● Guru Penggerak merencanakan, menginisiasi dan mengorganisasi kerangka program pengembangan sekolah yang mendorong kepemimpinan murid berbasis data dan bukti. ● Guru Penggerak memfasilitasi pelibatan orang tua/wali murid dan masyarakat dalam pengembangan sekolah untuk peningkatan kualitas belajar murid. Capaian Umum Modul 3.3 Secara umum, capaian dari modul ini adalah: ● CGP menyadari murid sebagai mitra bagi guru dalam pembelajaran. ● CGP mengupayakan terwujudnya lingkungan sekolah yang mendukung tumbuhnya murid-murid yang mampu menjadi pemimpin dalam proses pembelajarannya sendiri. ● CGP menerapkan konsep kepemimpinan murid pada program atau kegiatan sekolah.
  • 15. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | ix Capaian Khusus Modul 3.3: Secara khusus, modul ini diharapkan dapat membantu Calon Guru Penggerak untuk mampu: 1. menunjukkan pemahaman tentang konsep kepemimpinan murid dan kaitannya dengan Profil Pelajar Pancasila. 2. menunjukkan pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan suara, pilihan, dan kepemilikan murid. 3. menganalisis sejauh mana suara, pilihan dan kepemilikan murid dipertimbangkan dalam program intrakurikuler/kokurikuler/ekstrakurikuler sekolah untuk mewujudkan lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. 4. mengidentifikasi strategi pelibatan komunitas dalam program sekolah untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid. 5. merancang sebuah prakarsa perubahan di sekolah dalam bentuk sebuah program/kegiatan sekolah yang mendorong kepemimpinan murid dengan menggunakan model prakarsa perubahan yang di sebut dengan BAGJA. Isi Materi Modul: 1. Kepemimpinan murid: a. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan murid b. Suara murid, Pilihan murid, Kepemilikan murid c. Kepemimpinan murid dan kaitannya dengan Profil Pelajar Pancasila 2. Lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. 3. Pelibatan komunitas dalam program sekolah untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid. 4. Program atau kegiatan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid.
  • 16. x | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid Alur Belajar MERDEKA Mulai dari diri (1JP): CGP melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar mereka di masa lalu untuk menyimpulkan apa yang dimaksud dengan program yang berdampak pada murid Eksplorasi Konsep 1 (3JP): Melalui kegiatan membaca, diskusi, dan refleksi, CGP dapat mengkonstruksi pemahaman mereka tentang: 1. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan murid (students agency). 2. Apa yang dimaksud dengan suara, pilihan dan kepemilikan murid dalam konsep kepemimpinan murid. 3. Lingkungan yang mendukung tumbuhkembangnya kepemimpinan murid 4. Bagaimana melibatkan komunitas untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid. Eksplorasi Konsep 2 (2JP): - CGP akan melakukan diskusi asinkron untuk mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang suara, pilihan dan kepemilikan murid. - CGP akan menemukenali aspek suara, pilihan dan kepemilikan murid dalam sebuah contoh program atau kegiatan sekolah yang menjadi fokus diskusi. Ruang Kolaborasi (6JP)
  • 17. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | xi - CGP akan bekerja dalam kelompok untuk membuat dan mempresentasikan sebuah contoh (gambaran umum) dari sebuah program atau kegiatan sekolah yang mempromosikan kepemimpinan murid) Demonstrasi Kontekstual (4JP) - CGP akan membuat sebuah prakarsa perubahan dalam bentuk rencana program/kegiatan yang memanfaatkan model manajemen perubahan BAGJA Elaborasi Pemahaman (2JP) - CGP akan berdiskusi dan melakukan tanya jawab dengan instruktur untuk mengelaborasi pemahaman mereka terkait dengan program atau kegiatan pembelajaran yang menumbuhkan kepemimpinan murid Koneksi antar materi (2JP) - CGP akan melakukan koneksi antar materi yang telah dipelajari dari modul-modul sebelumnya untuk membuat sintesa pemahaman tentang program sekolah yang berdampak pada murid. Aksi Nyata (4JP) - CGP menjalankan tahapan B (Buat Pertanyaan) & A (Ambil Pelajaran) berdasarkan model prakarsa perubahan B-A-G-J-A yang telah dibuat sebelumnya pada tahapan Demonstrasi Kontekstual dalam sebuah aksi nyata.
  • 18. xii | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid Glosarium Daring Akronim (singkatan) dari dua kata: “dalam” dan “jaringan”. Dalam Bahasa Inggris, berarti “online”. Agency Agency berasal dari bahasa Inggris yang diartikan sebagai kapasitas seseorang untuk mempengaruhi fungsi dirinya dan arah jalannya peristiwa melalui tindakan yang dibuatnya. Student Agency* Kemampuan murid untuk mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya. *mengingat kata agency belum ada padanannya yang tepat dalam bahasa Indonesia, maka untuk kepentingan pembahasan dalam modul ini, istilah student agency akan diterjemahkan sebagai ‘kepemimpinan murid’ Voice/Choice/Ow nership Voice (suara) adalah pandangan, perhatian, gagasan yang diekspresikan oleh murid melalui partisipasi aktif mereka di kelas, sekolah, komunitas, dan sistem pendidikan mereka, yang berkontribusi pada proses pengambilan keputusan dan secara kolektif mempengaruhi hasilnya.
  • 19. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | xiii Choice (pilihan) adalah peluang yang diberikan kepada murid untuk memilih kesempatan-kesempatan dalam ranah sosial, lingkungan, dan pembelajaran. Ownership (Kepemilikan) adalah rasa keterhubungan, keterlibatan aktif, dan investasi pribadi seseorang dalam proses belajar. Tri Sentra Pendidikan Tri Sentra Pendidikan (Tiga Pusat Pendidikan), merupakan konsep yang digagas oleh Ki Hadjar Dewantara, yang menerangkan bahwa pendidikan sesungguhnya berlangsung di tiga lingkungan yaitu, keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiganya memiliki peran di dalam proses pendidikan, serta saling mengisi dan memperkuat satu dengan yang lainnya. Tanggung jawab pendidikan tidak hanya pada pemerintah semata, namun termasuk juga keluarga dan masyarakat. Program Pembelajaran Program pembelajaran adalah rancangan atau perencanaan satu unit atau kesatuan kegiatan yang berkesinambungan dalam proses pembelajaran, yang memiliki tujuan, dan melibatkan sekelompok orang (guru dan murid) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan Pembelajaran Proses interaksi antara peserta didik dengan tenaga pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan yang mengacu pada pendekatan, strategi, model, dan metode pembelajaran
  • 20. xiv | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid Intrakurikuler Program/kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan kurikulum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Program/kegiatan intrakurikuler ini terdiri dari mata pelajaran yang memiliki alokasi waktu yang telah ditentukan. Kokurikuler Program/kegiatan yang dilaksanakan untuk penguatan atau pendalaman kurikulum, meliputi kegiatan pengayaan mata pelajaran, kegiatan ilmiah, pembimbingan seni dan budaya, dan/atau bentuk kegiatan lain yang ditujukan untuk penguatan karakter Peserta Didik. Ekstrakurikuler Program/kegiatan kurikuler yang dilakukan di luar jam pelajaran, di bawah bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan. Ekstrakurikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama,dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional. Kegiatan lebih bersifat ke minat siswa dan pengembangan diri. BAGJA Model manajemen perubahan yang merupakan akronim dari Buat pertanyaan utama, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, Atur eksekusi. BAGJA merupakan terjemahan bebas yang diadaptasi dari model 5D sebagai bagian dari inkuiri apresiatif (Define, Discover, Dream, Design, Deliver) yang diperkenalkan oleh David Cooperrider.
  • 21. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 1 Pembelajaran 1: Mulai Dari Diri Waktu: 1 JP (90 menit) Kutipan Hari ini ""Apa pun perubahan kecil itu, jika setiap guru melakukannya secara serentak, kapal besar bernama Indonesia ini pasti akan bergerak" -Nadiem Makarim- Tujuan Pembelajaran Khusus - CGP melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar mereka di masa lalu untuk menyimpulkan apa yang dimaksud dengan program yang berdampak pada murid Pertanyaan Pemantik 1. Apa yang dimaksud dengan program yang berdampak pada murid? 2. Bagaimana kaitan antara program yang berdampak pada murid dengan kepemimpinan murid (student agency)? Bapak dan Ibu calon guru penggerak, Selamat datang di sesi pembelajaran 1, Mulai Dari Diri. Sebelum Ibu/Bapak memulai tahapan pembelajaran 1 ini, kami ingin menyampaikan terlebih dahulu bahwa di sepanjang tahapan pembelajaran dalam modul ini, Ibu/Bapak akan selalu diberikan pertanyaan pemantik di awal setiap tahapan pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan pemantik ini tidak perlu dijawab. Tujuan dari pertanyaan-pertanyaan pemantik tersebut lebih kepada memancing pemikiran dan rasa ingin tahu Ibu/Bapak terhadap materi yang
  • 22. 2 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid akan dipelajari dan menjadi bagian upaya kami untuk mendorong Ibu/Bapak untuk menggali lebih dalam konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini. Sekarang, mari kita mulai sesi pembelajaran 1 ini. Saat Ibu/Bapak bersekolah dulu, Ibu/Bapak tentu pernah mengikuti berbagai program/kegiatan di sekolah. Program/kegiatan itu dapat berupa program/kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler. Program/kegiatan intrakurikuler merupakan merupakan program/kegiatan utama sekolah yang dilakukan dengan menggunakan alokasi waktu yang telah ditentukan dalam struktur program sekolah. Program/Kegiatan ini dilakukan oleh guru dan murid dalam jam pelajaran setiap hari dan ditujukan untuk mencapai tujuan minimal dari setiap mata pelajaran dalam kurikulum. Sementara itu, program/kegiatan kokurikuler merupakan program/kegiatan yang dilaksanakan sebagai penguatan atau pendalaman kegiatan intrakurikuler. Program/kegiatan ini meliputi kegiatan pengayaan mata pelajaran, kegiatan ilmiah, pembimbingan seni dan budaya, dan/atau bentuk kegiatan lain yang dapat menguatkan karakter murid. Sedangkan program/kegiatan ekstrakurikuler adalah program/kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan dan pengawasan sekolah, dan diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian murid. Nah, sekarang kami ingin Ibu/Bapak mengingat kembali dan melakukan refleksi terhadap pengalaman Ibu/Bapak yang paling berkesan saat terlibat dalam berbagai program/kegiatan sekolah semasa menjadi murid. Refleksi dapat dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini: 1. Apa kegiatan/programnya? 2. Siapa yang memprakarsai atau menggagas program tersebut? 3. Berperan sebagai apa Ibu/Bapak saat itu? 4. Bagaimana perasaan Ibu/Bapak saat itu?
  • 23. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 3 5. Mengapa pengalaman tersebut berkesan untuk Ibu/Bapak? 6. Apa pembelajaran yang Ibu/Bapak ambil dari kegiatan/ program tersebut? 7. Bagaimana pengalaman tersebut berdampak pada Ibu/Bapak sekarang? Apakah berdampak positif atau negatif? Ibu/Bapak dapat mengerjakan dan mengumpulkan jawaban Ibu/Bapak di LMS. Setelah melakukan refleksi dan kemudian membaca judul modul ini, apa yang tergambar di benak Ibu/Bapak? Apa yang Ibu/Bapak harapkan dapat dipelajari pada modul ini? Peran Fasilitator: ● Fasilitator akan memastikan kesiapan dan komitmen CGP memasuki fase-fase selanjutnya. ● Fasilitator memastikan CGP mengumpulkan tugasnya sebelum batas tanggal akhir pengumpulan. Pembelajaran 2.1: Eksplorasi Konsep - Mandiri
  • 24. 4 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid Waktu: 3 JP (135 menit) Kutipan Hari Ini Maksud pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk perikehidupan bersama adalah memerdekakan manusia sebagai anggota persatuan (rakyat). Ki Hadjar Dewantara Tujuan Pembelajaran Khusus Melalui kegiatan membaca, diskusi, dan refleksi, CGP dapat mengkonstruksi pemahaman mereka tentang: - kepemimpinan murid (students agency) dan kaitannya dengan Profil Pelajar Pancasila - suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) murid dalam konsep kepemimpinan murid. - lingkungan yang mendukung tumbuhkembangnya kepemimpinan murid - pentingnya melibatkan komunitas untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid. Pertanyaan Pemantik: - Menurut Ibu/Bapak, siapakah yang seharusnya memegang kendali terhadap proses pembelajaran murid? - Menurut Ibu/Bapak, dalam hal apa saja dan sebagai apa murid dapat mengambil kendali dalam berbagai program/kegiatan pembelajaran sekolah? - Bagaimana peran dan keterlibatan murid dalam berbagai program/kegiatan pembelajaran sekolah dapat berkontribusi positif bagi lingkungan dan masyarakat? - Bagaimana kita dapat melibatkan komunitas dalam mendorong tumbuhnya kepemimpinan murid?
  • 25. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 5 Setelah melakukan refleksi di tahapan pembelajaran yang lalu, selanjutnya mari kita cermati beberapa pertanyaan pemantik di atas. Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak perlu Ibu/Bapak tulis jawabannya. Jadikan pertanyaan-pertanyaan ini untuk memprovokasi pemikiran-pemikiran Ibu/Bapak di sepanjang pembelajaran 2 ini. Saat membaca materi yang diberikan di bagian ini, Ibu/Bapak dapat senantiasa kembali lagi ke pertanyaan tersebut. Sekarang, silahkan Ibu/Bapak membaca materi tentang konsep kepemimpinan murid di bawah ini. Kepemimpinan Murid 1. Apakah kepemimpinan murid ? Dari paket modul 1 dan 2 sebelumnya, Ibu/Bapak telah belajar bahwa murid harus menjadi dasar bagi semua pengambilan keputusan yang kita buat di sekolah. Melalui filosofi dan metafora “menumbuhkan padi”, Ki Hajar Dewantara mengingatkan kita bahwa dalam mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid, kita harus secara sadar dan terencana membangun ekosistem yang mendukung pembelajaran murid sehingga mampu memekarkan mereka sesuai dengan kodratnya. Dengan demikian, saat kita merancang sebuah program/kegiatan pembelajaran di sekolah, baik itu intrakurikuler, ko-kurikuler, atau ekstrakurikuler, maka murid juga seharusnya menjadi pertimbangan utama. Pertanyaannya kemudian adalah sejauh mana kita dapat menempatkan murid dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan program/kegiatan pembelajaran tersebut? Kita semua tentu sepakat bahwa murid-murid kita dapat melakukan lebih dari sekedar menerima instruksi dari guru. Mereka secara alami adalah seorang pengamat, penjelajah, penanya, yang memiliki rasa ingin tahu atau minat terhadap berbagai hal. Lewat rasa ingin tahu serta interaksi dan pengalaman mereka dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya, mereka kemudian membangun sendiri pemahaman tentang diri
  • 26. 6 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid mereka, orang lain, lingkungan sekitar, maupun dunia yang lebih luas. Dengan kata lain, murid-murid kita sebenarnya memiliki kemampuan atau kapasitas untuk mengambil bagian atau peranan dalam proses belajar mereka sendiri. Namun, pernahkah Ibu/Bapak melakukan refleksi dan kemudian menyadari bahwa terkadang, guru atau orang dewasa sering memperlakukan murid-murid seolah-olah mereka tidak mampu membuat keputusan, pilihan, atau memberikan pendapat terkait dengan proses belajar mereka. Kadang-kadang kita bahkan tanpa sadar membiarkan murid-murid kita secara sengaja menjadi tidak berdaya, dengan secara sepihak memutuskan semua yang harus murid pelajari dan bagaimana mereka mempelajarinya, tanpa melibatkan peran serta mereka dalam proses pengambilan keputusan tersebut. Agar kita dapat menjadikan murid sebagai pemimpin bagi proses pembelajarannya sendiri, maka kita perlu memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik. Peran kita adalah: 1. Mendampingi murid agar pengembangan potensi kepemimpinan mereka tetap sesuai dengan kodrat, konteks dan kebutuhannya. 2. Mengurangi kontrol kita terhadap mereka. Saat murid memiliki kontrol atas apa yang terjadi, atau merasa bahwa mereka dapat mempengaruhi sebuah situasi inilah, maka murid akan memiliki apa yang disebut dengan “agency”. Agency dapat diartikan sebagai kapasitas seseorang untuk mempengaruhi fungsi dirinya dan arah jalannya peristiwa melalui tindakan-tindakan yang dibuatnya. Albert Bandura dalam artikelnya, Toward a Psychology of Human Agency (2006) mengatakan, bahwa menjadi seorang agent (seseorang yang memiliki agency) berarti orang tersebut secara sengaja mempengaruhi fungsi dan keadaan hidup dirinya. Dalam pandangan ini, pengaruh pribadi merupakan bagian dari struktur kausal. Orang-orang sebenarnya dapat mengatur diri sendiri, bersikap proaktif, meregulasi diri
  • 27. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 7 sendiri, dan merefleksikan diri. Mereka bukan hanya dapat menjadi penonton dari perilaku mereka sendiri, tetapi adalah kontributor untuk keadaan hidup mereka sendiri. Lebih lanjut, dalam artikel yang sama Bandura juga mengatakan bahwa ada empat sifat inti dari human agency, yang dalam modul ini kita singkat dengan akronim IVAR untuk memudahkan mengingat, yaitu: 1. I - Intensi = Kesengajaan (intentionality). Seseorang yang memiliki agency bukan hanya memiliki sekedar niat, tetapi di dalam niat mereka sudah termasuk rencana tindakan dan strategi untuk mewujudkannya. Orang yang memiliki agency akan memahami bahwa dalam mewujudkan niatnya, ia juga harus mempertimbangkan keinginan pihak lain, sehingga berupaya untuk menemukan niatan bersama dan mengelola kesaling- tergantungan rencana. 2. V - Visi = Pemikiran ke depan (forethought). Pemikiran ke depan di sini bukan hanya sekedar rencana yang mengarahkan masa depan. Mereka yang berpikiran ke depan menjadikan visi (representasi kognitif dari visualisasi masa depan) sebagai pemandu dan memotivasi tindakan-tindakan mereka saat ini. Hal ini membuat mereka menjadi individu yang bersemangat dan bertujuan. 3. A - Aksi = Kereaktifan-diri (self-reactiveness). Seseorang yang memiliki agency, bukan hanya seorang perencana dan pemikir ke depan. Mereka juga seorang pengendali diri (self-regulator). Setelah memiliki niat dan rencana, ia tidak akan duduk diam dan menunggu. Mereka memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi aksi atau tindakan yang tepat dan untuk memotivasi serta mengatur eksekusinya. 4. R - Refleksi = Kereflektifan-diri (self-reflectiveness). Seseorang yang memiliki agency akan memiliki kesadaran yang baik akan fungsi dirinya. Mereka akan melakukan refleksi terhadap efikasi dirinya, kecemerlangan dan ketepatan pikiran dan tindakannya, dan kebermaknaan dari upaya yang mereka lakukan dalam pencapaian tujuan, serta akan melakukan perbaikan jika diperlukan. Kemampuan metakognitif untuk melakukan refleksi diri sendiri dan kecukupan pemikiran dan tindakan seseorang adalah sifat yang paling jelas dari orang yang memiliki agency.
  • 28. 8 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid Murid mendemonstrasikan “student agency” ketika mereka mampu mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya. Mengingat bahwa kata agency ini belum ada padanan yang tepat dalam bahasa Indonesia, maka untuk kepentingan pembahasan di dalam modul ini, maka istilah student agency ini selanjutnya akan diterjemahkan sebagai “kepemimpinan murid”. Jika kita mengacu pada OECD (2019:5), ‘kepemimpinan murid’ berkaitan dengan pengembangan identitas dan rasa memiliki. Ketika murid mengembangkan agency, mereka mengandalkan motivasi, harapan, efikasi diri, dan growth mindset (pemahaman bahwa kemampuan dan kecerdasan dapat dikembangkan) untuk menavigasi diri mereka menuju kesejahteraan lahir batin (wellbeing). Hal inilah yang kemudian memungkinkan mereka untuk bertindak dengan memiliki tujuan, yang membimbing mereka untuk berkembang di masyarakat. Konsep kepemimpinan murid sebenarnya berakar pada prinsip bahwa murid memiliki kemampuan dan keinginan untuk secara positif mempengaruhi kehidupan mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka. Kepemimpinan murid dapat dilihat sebagai kapasitas untuk menetapkan tujuan, melakukan refleksi dan bertindak secara bertanggung jawab untuk menghasilkan perubahan. Kepemimpinan murid adalah tentang murid yang bertindak secara aktif, dan membuat keputusan serta pilihan yang bertanggung jawab, daripada hanya sekedar menerima apa yang ditentukan oleh orang lain. Ketika murid menunjukkan agency dalam pembelajaran mereka sendiri, yaitu ketika mereka berperan aktif dalam memutuskan apa dan bagaimana mereka akan belajar, maka mereka cenderung menunjukkan motivasi yang lebih besar untuk belajar dan lebih mampu menentukan tujuan belajar mereka sendiri. Lewat proses yang seperti ini, murid-murid akan secara alamiah mempelajari keterampilan belajar (belajar bagaimana belajar). Keterampilan belajar ini adalah sebuah keterampilan yang sangat
  • 29. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 9 penting, yang dapat dan akan mereka gunakan sepanjang hidup mereka dan bukan hanya untuk saat ini. Saat murid menjadi pemimpin dan mengambil peran aktif dalam proses pembelajaran mereka sendiri, maka hubungan yang tercipta antara guru dengan murid akan mengalami perubahan, karena hubungannya akan menjadi bersifat kemitraan. Dalam hubungan yang bersifat kemitraan ini, saat murid belajar mereka akan: - berusaha untuk memahami tujuan pembelajaran yang ingin dicapainya - menunjukkan keterlibatan dalam proses pembelajaran - menunjukkan tanggung jawab dalam proses pembelajaran - menunjukkan rasa ingin tahu - menunjukkan inisiatif - membuat pilihan-pilihan tindakan - memberikan umpan balik kepada satu sama lain. Di sisi lain, guru yang akan mengambil peranan sebagai mitra murid dalam belajar akan: - berusaha secara aktif mendengarkan, menghormati, dan menanggapi ide-ide, pendapat, pertanyaan, aspirasi dan perspektif murid-murid mereka - memperhatikan kemampuan, kebutuhan, dan minat murid-murid mereka untuk memastikan proses pembelajaran sesuai untuk mereka - mendorong murid untuk mengeksplorasi minat mereka dengan memberi mereka tugas-tugas terbuka - menawarkan kesempatan kepada murid untuk menunjukkan kreativitas dan mengambil risiko - mempertimbangkan sejauh mana tingkat bantuan yang harus diberikan kepada
  • 30. 10 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid murid berdasarkan informasi yang mereka miliki - menunjukkan minat dan keingintahuan untuk mendengarkan dan menanggapi setiap aktivitas murid untuk memperluas pemikiran mereka. Untuk lebih memahami konsep kepemimpinan murid, Ibu/Bapak dapat membaca tabel berikut ini. Kepemimpinan Murid adalah…. Kepemimpinan Murid bukan... sesuatu yang dapat kita dorong sesuatu yang bisa kita ‘berikan’ atau ‘ambil’ dari murid murid mengambil kepemilikan dan tanggung jawab atas proses pembelajaran mereka sendiri. berarti bebas sepenuhnya bagi murid karena murid tetap membutuhkan bimbingan guru. Terkadang terlalu banyak pilihan dapat menjadi kontraproduktif dan bukannya menginspirasi. murid memiliki suara dan pilihan atas apa yang akan mereka pelajari, bagaimana mereka belajar dan mengorganisir pembelajaran mereka. berarti tidak ada akuntabilitas murid. Murid tetap harus menunjukkan penguasaan pengetahuan, konsep, dan keterampilan. murid dapat memilih arah dan cara mencapai tujuan pembelajaran sendiri. berarti mengganti peran guru. Murid justru memerlukan umpan balik, negosiasi, beradu argumen, tuntunan, coaching dari gurunya di sepanjang proses pembelajaran.
  • 31. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 11 Kaitan dengan Standar Nasional Pendidikan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan mensyaratkan bahwa Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Terdapat beberapa kompetensi yang harus dikuasai oleh guru yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Menurut Ibu/Bapak, kompetensi mana yang dapat dapat membantu guru mendorong kepemimpinan murid? Mengapa Ibu/Bapak berpendapat demikian? 2. Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid Saat murid menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran mereka sendiri (atau kita katakan: saat murid memiliki agency, maka mereka sebenarnya memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) dalam proses pembelajaran mereka. Lewat suara, pilihan, dan kepemilikan inilah murid kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri. Tugas kita sebagai guru sebenarnya hanya menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya di mana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dalam apa yang mereka pikirkan, niat yang mereka tetapkan, bagaimana mereka melaksanakan niat mereka, dan bagaimana mereka merefleksikan tindakan mereka. Lalu, Apa sebenarnya yang dimaksud dengan suara, pilihan, dan kepemilikan murid? Mari kita bahas satu persatu ketiga aspek tersebut:
  • 32. 12 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid 1. Suara (voice) Ketika kita berbicara tentang “suara” murid, maka kita sebenarnya bukan hanya berbicara tentang memberi murid kesempatan untuk mengomunikasikan ide dan pendapat. Voice (suara) adalah pandangan, perhatian, gagasan yang diekspresikan oleh murid melalui partisipasi aktif mereka di kelas, sekolah, komunitas, dan sistem pendidikan mereka, yang berkontribusi pada proses pengambilan keputusan dan secara kolektif mempengaruhi hasilnya. (www.education.vic.gov.au) Mempertimbangkan suara murid adalah tentang bagaimana kita memberdayakan murid kita agar memiliki kekuatan untuk mempengaruhi perubahan. Suara murid yang otentik memberikan kesempatan bagi murid untuk berkolaborasi dan membuat keputusan dengan orang dewasa seputar apa dan bagaimana mereka belajar dan bagaimana pembelajaran mereka dinilai. Mempromosikan suara murid dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dalam banyak cara. Suara murid dapat ditumbuhkan melalui diskusi, membuka ruang ekspresi kreatif, memberi pendapat, merelevansikan pembelajaran secara pribadi, dan sebagainya. Berikut ini adalah beberapa contoh bagaimana sekolah atau guru dapat mempromosikan “suara murid”: a. Membangun budaya saling mendengarkan. b. Membangun kepercayaan diri murid agar mereka percaya bahwa setiap suara berharga dan layak didengar. c. Melibatkan murid dalam memberikan umpan balik terhadap proses belajar yang telah dilakukan. d. Melibatkan murid dalam memberikan umpan balik terhadap berbagai program dan kebijakan-kebijakan sekolah. e. Melibatkan murid dalam perencanaan pembelajaran.
  • 33. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 13 f. Melibatkan murid dalam menyusun kriteria penilaian. g. Memberikan kesempatan murid untuk bertanya, memberikan pendapat, berdiskusi dalam berbagai kesempatan dan proses pembelajaran. h. Mengajak murid untuk mendiskusikan keyakinan kelas dan membuat kesepakatan kelas. i. Membentuk dewan murid atau komite-komite yang anggotanya adalah murid- murid untuk memberikan masukan kepada sekolah terhadap berbagai elemen sekolah lainnya (misalnya lingkungan, fasilitas, kegiatan, kantin, seragam). j. Melibatkan murid untuk memberikan saran tentang alat permainan apa yang mereka inginkan ada di halaman sekolah. k. Memberikan kesempatan murid untuk memberi saran terkait menu yang di jual kantin. l. Membuat kotak saran untuk murid memberikan saran dan masukan tentang sekolah. m.Melakukan kegiatan pembelajaran berbasis proyek. Mengidentifikasi masalah atau persoalan yang terjadi dalam dunia nyata yang menarik bagi murid dan kemudian memberi kesempatan mereka untuk bekerja sama dan bertukar pikiran tentang strategi dan solusi untuk permasalahan tersebut. n. Membuat blog murid dan majalah dinding untuk menyuarakan aspirasi dan kreativitas murid.
  • 34. 14 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid Yang disebutkan di atas hanyalah contoh-contoh. Dapatkah Ibu/Bapak menyebutkan contoh lainnya? 2. Pilihan (Choice) Pilihan (choice) adalah peluang yang diberikan kepada murid untuk memilih kesempatan-kesempatan dalam ranah sosial, lingkungan, dan pembelajaran. (marzanoacademies.org). Dalam ranah sosial, murid dapat diberikan kesempatan untuk berada dalam kelompok yang sesuai dengan tujuan atau minatnya; dalam ranah lingkungan, murid dapat diberikan kesempatan untuk memilih atau mengatur tempat belajar yang sesuai untuk mereka. Dalam ranah lingkungan, murid diberikan kesempatan untuk memilih lingkungan belajar yang paling mendukung untuk mereka belajar secara maksimal. Sementara dalam ranah pembelajaran, murid diberikan pilihan-pilihan untuk mengakses, berlatih, atau membuktikan penguasaan pengetahuan atau keterampilan dalam kurikulum. Aiken et al (2016) dalam Thibodeaux et al. (2019), menyimpulkan bahwa memberi pilihan akan memberdayakan murid, mendorong keterlibatan, dan mempromosikan minat dalam pengalaman belajar. Selain itu, memberi peserta didik pilihan dan kepemilikan mensyaratkan bahwa kontrol dalam proses pembelajaran harus diberikan juga kepada murid-murid (Thibodeaux 2017; 2019). Bandura (1997) juga menegaskan bahwa memberikan murid pilihan juga akan meningkatkan motivasi dan otonomi murid, yang dapat memberikan dampak positif pada efikasi diri dan motivasi murid (dalam Thibodeaux et al, 2019). Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana guru dapat memberikan murid-murid ‘pilihan’ dalam proses belajar mereka? Ada banyak cara yang dapat dilakukan. Berikut ini adalah beberapa contoh bagaimana guru dapat mendorong dan menyediakan “pilihan” bagi murid-muridnya.
  • 35. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 15 a. Membuka cakrawala murid bahwa ada berbagai pilihan atau alternatif yang dapat dijadikan bahan pertimbangan sebelum menentukan sebuah keputusan. b. Memberikan kesempatan bagi murid untuk memilih bagaimana mereka mendemonstrasikan pemahamannya tentang apa yang telah mereka pelajari. c. Memberikan kesempatan pada murid untuk memilih peran yang dapat mereka ambil dalam sebuah kegiatan/program. d. Memberikan murid kesempatan untuk memilih kelompok. e. Memberikan kesempatan murid untuk mengelola pengaturan kegiatan. f. Menggunakan musyawarah untuk mengambil keputusan, atau jika memang diperlukan melalui voting, untuk memprioritaskan langkah tindakan atau aktivitas berikutnya. Misalnya saat ingin belajar tentang topik tertentu, guru dapat mendiskusikan dan membuat daftar kegiatan apa saja yang dapat mereka lakukan, kemudian meminta murid untuk memilih mana yang ingin mereka lakukan lebih dulu. g. Mengajak OSIS membuat daftar kegiatan (event), dan memberikan kesempatan untuk memilih mana kegiatan yang ingin mereka lakukan di dalam satu tahun ajaran. h. Memberi kesempatan pada murid untuk menentukan sendiri bentuk penugasan yang mereka inginkan. i. Memberikan kesempatan pada murid untuk mempresentasikan hasil kerja/proyek sesuai dengan gaya , minat dan bakat mereka j. Memberikan kesempatan pada murid untuk menggali sumber-sumber belajar sesuai minat mereka. k. memberikan kesempatan pada murid untuk mengevaluasi pembelajarannya. l. memberikan kesempatan pada murid untuk menentukan rencana, jadwal atau agenda dalam melaksanakan pembelajarannya.
  • 36. 16 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid Ada banyak lagi contoh lainnya. Dapatkah Ibu/Bapak memberikan contoh lainnya? 3. Kepemilikan (ownership) Dalam pembahasan sebelumnya, telah dijelaskan bahwa saat murid berada dalam kursi kemudi proses belajar mereka, maka mereka akan lebih bertanggungjawab terhadap proses pembelajaran mereka sendiri dan menunjukkan keterlibatan yang lebih tinggi dalam proses belajarnya. Menurut Duddley-Marling dan Searle yang dikutip oleh Rainer dan Mona dalam artikel yang berjudul Ownership of Learning in Teacher Education (2002:27) bahwa kepemilikan bukanlah sesuatu yang bisa diberikan, melainkan sesuatu yang berkembang dalam struktur dan proses yang menyiratkan rasa hormat terhadap otonomi, kekuasaan, suara, dan tanggung jawab kepada orang lain. Dengan demikian kondisi-kondisi, struktur, dan proses perlu dikembangkan agar guru mampu menciptakan proses pembelajaran yang mendorong murid memiliki rasa kepemilikan. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru adalah: - Memberikan murid kesempatan untuk memilih beberapa kegiatan yang mereka lakukan (misalnya memilih topik untuk dilaporkan). - Memberikan kesempatan murid berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum (misalnya, memutuskan apa yang ingin mereka pelajari). - Memberikan murid kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam kelas. - Memberikan murid kesempatan untuk menilai diri sendiri dan terlibat dalam proses penilaian (misalnya, melibatkan murid dalam mendiskusikan kriteria rubrik proyek yang baik). Voltz DL, Damiano-Lantz M. dalam artikel penelitiannya yang berjudul Developing Ownership in Learning. Teaching Exceptional Children (1993;18) menjelaskan bahwa kepemilikan dalam belajar (ownership in learning) sebenarnya mengacu pada rasa keterhubungan, keterlibatan aktif, dan investasi pribadi seseorang dalam proses belajar. Merujuk pada pendapat tentang konsep kepemilikan, dapat dikatakan bahwa, saat murid terhubung (baik secara fisik, kognitif, emosional) dengan apa yang sedang dipelajari, terlibat aktif, dan menunjukkan investasi pribadi dalam proses belajarnya,
  • 37. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 17 maka kita dapat mengatakan bahwa tingkat rasa kepemilikan mereka terhadap proses belajar tinggi. Berikut ini adalah beberapa contoh mempromosikan “kepemilikan murid”: - Merespon dan menindaklanjuti masukan dan umpan balik dari murid. - Meminta pendapat murid untuk menentukan bentuk penugasan. - menciptakan lingkungan belajar di mana murid dapat menetapkan tujuan belajar dan kriteria keberhasilan mereka sendiri, dan memantau dan menyesuaikan pembelajaran mereka. - Secara terus menerus tunjukkan kepada murid bagaimana mereka dapat menjadi pembelajar yang lebih baik dari hari ke hari, misalnya dengan belajar untuk menerima kesalahan. Berbagilah dengan murid-murid kita bagaimana terkadang kita membuat kesalahan dan bagaimana kita kemudian belajar dari kesalahan tersebut. Dengan cara ini, murid akan selalu merasa diterima. tidak dituntut sempurna, sehingga merasa nyaman dalam proses pembelajarannya. - Menanyakan kepada murid apa yang mereka ketahui tentang topik yang akan dipelajari atau mendiskusikan pengalaman murid tentang topik tersebut, dan mengkoneksikannya dengan pembelajaran yang akan dilakukan. - Memosting ide siswa (dengan seizin murid sebagai bagian dari menghargai dan menghormati kepemilikan murid ). - Mengajak murid mengatur layout kelas mereka sendiri. - Mengkondisikan lingkungan fisik yang mendukung kepemilikan. Misalnya membuat papan buletin, yang dapat digunakan murid untuk menampilkan informasi tentang pekerjaan mereka, kesuksesan mereka, dsb. - Mengajak murid untuk mengatur kelas mereka sendiri. - Memajang pekerjaan-pekerjaan murid di kelas.
  • 38. 18 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid - Melakukan penilaian diri sendiri (self assessment). - Membuat sudut murid di salah satu bagian sekolah, kemudian memberikan jadwal untuk setiap kelas untuk melakukan sesuatu di sudut tersebut. - Memberi kesempatan murid membawa sumber-sumber pembelajaran yang mungkin mereka miliki dan meminta mereka berbagi. Ada banyak contoh lainnya. Dapatkah Ibu/Bapak memberikan contoh lainnya? Untuk menumbuhkan kepemimpinan murid dalam proses belajar, ketiga aspek tersebut tentunya perlu didorong oleh guru. Pilihan dan suara murid menjadi penting agar murid mempunyai rasa ‘memiliki’ proses pembelajaran mereka sendiri. Di sisi lain, melalui pilihan dan dengan rasa memiliki yang kuat, suara mereka kemudian dapat diwujudkan. Perlu diperhatikan bahwa ketiga aspek ini tidak dapat berada di lingkungan yang tidak terstruktur. Ketiga aspek ini harus disematkan dengan hati-hati dalam lingkungan belajar yang menumbuhkembangkan elemen-elemen tersebut secara otentik. Lingkungan belajar yang seperti ini akan mensyaratkan seluruh anggota komunitas untuk ikut terlibat dalam prosesnya. Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan sesuai dengan Standar Proses perlu diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Mendorong suara, pilihan, dan kepemilikan murid dalam program- program dan kegiatan sekolah merupakan upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk memenuhi standar proses ini. Dapatkah Ibu/Bapak melihat keterkaitan tersebut?
  • 39. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 19 3. Kepemimpinan Murid dan Profil Pelajar Pancasila Sumber gambar: https://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/ Di dalam modul 1.2, Ibu/Bapak sudah belajar bahwa Profil Pelajar Pancasila sebenarnya adalah visi dan harapan Indonesia untuk karakter warganya di masa mendatang, sehingga seharusnya menjadi landasan bagi visi sekolah. Upaya menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan menyediakan kesempatan bagi murid untuk mengembangkan profil positif dirinya, yang kemudian diharapkan dapat mewujud sebagai pengejawantahan profil pelajar Pancasila dalam dirinya. Jika kita telaah lebih lanjut, dengan menumbuhkembangkan kepemimpinan murid maka secara bersamaan kita sebenarnya juga sedang membangun karakter murid yang: - beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan mendorong murid untuk mengamalkan nilai-nilai agama dan kepercayaannya dalam bentuk sikap-sikap dan
  • 40. 20 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid tindakan atau perilaku positif. Murid-murid yang memiliki kepemimpinan yang kuat, akan menunjukkan akhlak yang baik terhadap dirinya pribadi, terhadap sesama, negara dan alam ciptaanNya. Mengapa? Ini karena mereka akan tumbuh menjadi murid yang merdeka, yang bukan hanya tidak terperintah saja, namun juga dapat menegakkan diri, serta mengatur kehidupan dirinya sendiri, hubungannya dengan orang lain. dan lingkungan dengan baik. Mereka akan mampu menjunjung nilai-nilai kebajikan universal, seperti cinta kasih sesama manusia, kejujuran, dan sebagainya. - berkebinekaan global. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan melatih murid-murid kita untuk memiliki pemikiran dan wawasan yang luas dan terbuka. Mereka akan terbiasa untuk melihat perbedaan, menghargai beragam perspektif sehingga diharapkan dapat hidup ditengah-tengah masyarakat yang majemuk. Mereka akan mampu beradaptasi dengan situasi dan perubahan yang dihadapinya, dan mampu menjadi pemecah masalah yang percaya diri dimanapun ia berada. - bergotong royong. Mendorong kepemimpinan murid akan melatih murid untuk terlibat dan berinteraksi dengan orang lain, bekerjasama dan berkontribusi dalam masyarakat yang lebih luas. Lewat interaksi ini, mereka akan memiliki keinginan untuk membantu orang lain yang membutuhkan, dan mampu berkolaborasi untuk melakukan tindakan demi kebermanfaatan dan kebahagiaan bersama - mandiri. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid mendorong murid untuk mengambil kontrol dan bertanggung jawab pada proses pembelajarannya sendiri. Saat kita mendorong kepemimpinan murid, maka kita juga melatih kemampuan mereka untuk
  • 41. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 21 meregulasi diri sendiri. Mereka akan dapat menetapkan tujuan dan rencana strategis bagi pengembangan dirinya sendiri sekaligus mampu menunjukkan resiliensi dan kemampuan beradaptasi yang baik dalam berbagai situasi, serta percaya diri bahwa ia mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. - bernalar kritis. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan mendorong murid untuk memiliki kemampuan bernalar kritis karena mereka akan belajar untuk membuat pilihan-pilihan dan membuat keputusan-keputusan yang bertanggung jawab. Mereka juga akan berlatih untuk mengembangkan keterampilan refleksi terhadap proses pembelajaran dan belajar dari berbagai situasi yang terjadi lewat interaksi mereka dengan komunitas yang lebih luas. - kreatif. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid memungkinkan murid untuk terekspos pada pengalaman belajar otentik yang menuntut mereka untuk mampu melihat permasalahan dan secara kreatif berusaha mencari solusi atas permasalahan tersebut. Mendorong murid untuk bersuara berarti juga membuka ruang bagi sikap berani mengambil risiko, sehingga murid tidak takut untuk mengungkapkan ide-ide dan pemikiran-pemikiran kreatif mereka. Untuk lebih memperdalam pemahaman Ibu/Bapak terkait dengan elemen suara, pilihan, dan kepemilikan, serta kaitan antara kepemimpinan murid dengan Profil Pelajar Pancasila, silahkan Ibu/Bapak lihat beberapa contoh program atau kegiatan sekolah yang disajikan dalam narasi situasi dan video berikut ini. Setelah membaca dan menonton, Ibu/Bapak akan kami minta untuk melakukan refleksi.
  • 42. 22 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid Situasi 1. TK Cahaya memiliki sedikit lahan di samping halaman bermain sekolah yang belum dimanfaatkan. Saat ini, lahan tersebut bukan hanya terlantar namun juga memberikan pemandangan yang kurang apik karena menjadi tempat tumpukan barang-barang yang tidak terpakai. Pak Segar, guru TK B sangat prihatin dengan kondisi tersebut. Saat ia mengawasi dan mengamati murid-muridnya istirahat bermain, Pak Segar lalu mengajak beberapa murid-muridnya bercakap-cakap. Ia meminta ide dari murid-muridnya untuk mengetahui sebaiknya lahan yang luasnya terbatas tersebut digunakan untuk apa. Ia menanyakan apa saja yang mereka inginkan ada di halaman bermain sekolah mereka. Saat itu, murid-murid memberikan banyak sekali pendapat. Namun, di antara pendapat- pendapat yang diberikan oleh murid, ada salah satunya yang sangat menarik. Murid itu mengatakan bahwa ia ingin ada kebun di sekolah di mana ia nanti bisa menanam biji jeruk yang dimakannya. Pak Segar merasa ide murid tersebut sangat mungkin untuk diwujudkan dengan anggaran yang terbatas. Di kelas, Pak Segar lalu mengajak murid- murid untuk mendiskusikan lebih lanjut ide tersebut. Ternyata ide tersebut juga didukung oleh murid-murid yang lain. Ia lalu meminta murid-muridnya untuk menggambarkan seperti apa kebun impian mereka. Ia juga menanyakan jenis-jenis tanaman apa yang mereka ingin ada di kebun tersebut. Dari hasil diskusi, Pak Segar tidak hanya mendapatkan ide tentang kebun seperti apa yang diinginkan oleh anak- anak, namun, anak-anak ternyata juga dapat mengusulkan bagaimana mereka dapat membantu mewujudkan kebun tersebut. Ada murid yang mengatakan akan membawa biji pepaya yang biasa ia makan di rumah untuk di tanam di kebun itu. Ide ini kemudian diikuti oleh anak-anak lain yang juga ingin membawa potongan jenis-jenis sayuran yang dapat ditanam kembali dari sisa potongan sayuran yang mereka konsumsi di rumah. Dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan Pak Segar, anak-anak bahkan dapat memberikan gagasan bagaimana kebun ini bisa dirawat bersama oleh murid-murid. Seorang murid, yang ayahnya adalah petani bahkan akhirnya menawarkan akan mengajak ayahnya untuk membantu menyiapkan lahan tersebut supaya siap untuk ditanami, karena ia sering melihat ayahnya melakukan hal tersebut. Pak Segar lalu membawa ide murid-murid ini kepada kepala sekolah. Kepala Sekolah sangat mendukung ide tersebut dan meminta Pak Segar untuk mendiskusikan lebih lanjut ide ini dengan guru-guru kelas lain. Setelah dimatangkan, ide yang awalnya berasal dari usulan murid-murid tersebut akhirnya mewujud menjadi sebuah program yang kemudian disebut dengan “Program Kebun Cahaya”. Setiap kelas di TK Cahaya kini memiliki kavling kecil di lahan yang tadinya terlantar tersebut dan secara bersama bertanggung jawab untuk merawatnya.
  • 43. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 23 Situasi 2 Bu Ara mengajar di Kelas 1 SD. Di awal tahun ajaran baru ia ingin melibatkan murid- muridnya mengatur sendiri ruang kelas mereka. Bu Ara ingin murid-muridnya memiliki rasa kepemilikan terhadap kelas mereka sehingga mereka akan secara sadar menjaga dan memelihara kelasnya dengan baik. Ia kemudian meminta murid-muridnya untuk bekerja kelompok merancang layout kelas. Setiap kelompok diberikan selembar kertas dan mendiskusikan lalu memutuskan di mana mereka akan meletakkan loker, kursi, meja, tempat sampah, keranjang buku, lemari buku, meja guru, dsbnya. Karena murid- murid kelas 1 belum semuanya bisa menulis, maka mereka boleh menggambar. Setelah itu setiap kelompok akan menjelaskan layout kelas kelompok mereka di depan kelas. Murid-murid lain dapat memberikan pertanyaan tentang layout tersebut. Setelah semua kelompok melakukan presentasi, mereka kemudian harus memutuskan layout mana yang akan dipilih untuk diimplementasikan. Setelah dilakukan pemilihan, terpilihlah satu layout yang paling ingin diimplementasikan oleh murid-murid di kelas tersebut. Namun, Ibu Ara lalu menyadari bahwa layout pilihan tersebut menurut kacamata dia sebagai guru sepertinya adalah layout yang “paling sulit untuk dilakukan dan paling tidak efektif”. Namun karena itu yang paling banyak dipilih, Ibu Ara ingin sekali mewujudkan desain itu untuk menghargai pilihan murid. Ibu Ara sangat galau, karena ia tahu, kalau ia mewujudkan desain tersebut, kelasnya akan menjadi tidak rapi dan berantakan. Orang tua murid dan kepala sekolah juga pasti akan mempertanyakan. Ibu Ara pun akhirnya memutuskan untuk berbicara langsung kepada kepala sekolah. Di luar dugaan, kepala sekolah sangat mengapresiasi upaya bu Ara menghargai pilihan murid- muridnya. Lewat proses diskusi dan dengan pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh kepala sekolah, Ibu Ara akhirnya memutuskan untuk tetap mewujudkan layout tersebut dan akan mengevaluasinya setelah beberapa hari diimplementasikan. Proses evaluasi ini akan menjadi sebuah proses pembelajaran yang berharga buat murid. Setelah beberapa hari mengimplementasikan layout pilihan murid tersebut, Ibu Ara pun lalu mengajak murid-muridnya berefleksi dan menanyakan apakah menurut mereka,
  • 44. 24 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid layout ini membantu mereka untuk belajar, bergerak dan berinteraksi dengan baik di kelas. Bu Ara memberikan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk membantu siswa berefleksi. Ternyata murid-murid Ibu Ara juga merasa bahwa layout tersebut tidak efektif. Ada yang yang bilang tempat sampahnya ternyata kejauhan. Atau ternyata letak lemari bukunya menghalangi orang untuk melihat ke luar jendela. Setelah melakukan refleksi, Ibu Ara lalu mengajak murid-muridnya untuk memberikan saran bagaimana agar layout kelas mereka bisa lebih efektif. Berdasarkan masukan murid-murid, di minggu berikan layout kelas mereka pun diubah sesuai dengan hasil refleksi, sehingga menjadi lebih efektif. Situasi 3 SMP Matahari setiap tahun memiliki program yang disebut “study wisata” untuk murid- muridnya di Kelas IX. Biasanya, kegiatan ini dirancang oleh guru di awal tahun ajaran dan dilaksanakan di akhir tahun ajaran. Walaupun kegiatan ini adalah kegiatan tahunan yang selalu dinanti-nantikan oleh murid-murid Kelas IX, namun sejak tahun lalu Pak Atap, salah satu guru kelas IX SMP Matahari merasa kegiatan ini akhirnya hanya menjadi kegiatan wisata rutin, yang lebih bersifat perayaan dan bersenang-senang. Murid-murid memang tampak senang, namun Pak Atap merasa bahwa murid-murid seharusnya dapat belajar lebih banyak lagi dari kegiatan study wisata ini. Di awal semester, Pak Atap menyatakan kegelisahanya ini kepada kepala sekolah yang kemudian menyarankannya untuk membuat komite ad hoc yang disebut dengan Komite Studi Wisata Kelas 9, yang anggotanya adalah perwakilan guru dan murid. Pak Atap lalu mengajak 2 orang perwakilan guru dan 6 orang perwakilan murid dari masing- masing Kelas untuk menjadi anggota komite studi wisata tersebut (ada 3 kelas IX di SMP Matahari dan masing-masing kelas diwakili 2 orang). Karena pelaksanaan studi wisata ini masih lama waktunya, komite ini sepakat bertemu setiap bulan sekali untuk mendiskusikan semua elemen yang terkait pelaksanaan studi wisata dan akan bertemu seminggu sekali sebulan sebelum pelaksanaan program tersebut. Di awal pertemuan komite, Pak Atap menanyakan kepada murid-murid anggota komite tersebut, sejauh ini, pengetahuan dan keterampilan apa saja yang telah mereka pelajari
  • 45. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 25 selama di Kelas 9? Pak Atap juga menjelaskan bahwa sebenarnya tujuan dari kegiatan studi wisata tersebut salah satunya adalah untuk membantu mereka memperdalam pengetahuan dan memperkuat berbagai keterampilan yang telah mereka pelajari tersebut. Pak Atap lalu menanyakan kepada murid-murid, apa lagi sebenarnya keuntungan dari kegiatan studi wisata ini untuk mereka. Setelah menjelaskan tujuan kegiatan studi wisata, Pak Atap lalu menanyakan destinasi seperti apa yang menarik buat mereka, yang dapat membantu murid mencapai tujuan yang diharapkan dari studi wisata tersebut. Pak Atap menjelaskan kriteria destinasi wisata yang aman dan memungkinkan untuk dikunjungi dan juga menjelaskan tentang kemungkinan keterbatasan anggaran, agar murid-murid lebih mindful saat memilih destinasi ini. Murid-murid anggota komite ini kemudian memutuskan melakukan riset dan juga meminta pendapat teman-teman kelasnya. Melalui proses ini, Pak Atap jadi mengetahui tentang apa yang disukai oleh murid-murid kelas 9 ini. Setelah diberi waktu melakukan riset, perwakilan murid ini menyortir 3 pilihan destinasi yang menurut kelas mereka sesuai dengan kriteria. Secara bersama-sama. anggota komite lalu mendiskusikan pilihan-pilihan destinasi ini. Mereka menggunakan checklist yang mengacu pada kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Destinasi yang memenuhi semua kriteria pun akhirnya yang dipilih. Murid perwakilan komite ini kemudian membawa destinasi pilihan ini kepada kepala sekolah. Kepala sekolah lalu meminta komite untuk mempresentasikan ide ini kepada para orang tua Kelas 9. Setelah mendapatkan persetujuan dan masukan dari para orang tua, Komite Studi Wisata inipun lalu mulai melakukan persiapan secara matang. Murid-murid dalam komite ini memberikan gagasan tentang apa saja kegiatan yang akan menarik untuk dilakukan, siapa yang akan memimpin kegiatan, apa yang akan dilakukan saat perjalanan, dsb. Guru-guru dalam komite memberikan pandangan dan perspektif tentang keamanan, risiko, tantangan yang mungkin akan dihadapi, atau memberikan saran saat murid merasa bahwa sebuah ide kelihatannya sulit untuk diwujudkan. Proses diskusi tentang studi wisata ini menjadi sangat kolaboratif. Setelah pelaksanaan Studi Wisata, sebelum komite ini dibubarkan, komite ini juga bertemu lagi untuk kemudian melakukan refleksi terhadap pelaksanaannya dan memberikan saran perbaikan. Saran perbaikan ini akan menjadi dasar untuk diskusi awal oleh komite Studi Wisata yang baru di tahun ajaran yang akan datang. Situasi 4 Dalam masa pandemi ini, Pak Bahri, seorang kepala sekolah SMA merasa galau karena sudah selama 1 tahun ajaran, semua kegiatan ekstra kurikuler di sekolahnya harus
  • 46. 26 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid dihentikan. Ia merasa murid-muridnya masih perlu melakukan berbagai kegiatan yang dapat mengasah minat dan bakatnya, meskipun di masa pandemi. Namun ia bingung, dengan segala keterbatasan di masa pandemi ini, kira-kira kegiatan apa yang menarik minat murid dan masih memungkinkan untuk dapat dilakukan secara daring. Ia kemudian mengajak murid-murid yang menjadi anggota OSIS untuk bertemu secara daring. Setelah menanyakan kabar, perasaan, dan umpan balik mereka tentang kegiatan pembelajaran daring yang selama ini dilakukan, barulah Pak Bahri kemudian menyampaikan kegalauannya. Ia tanyakan apakah murid-murid merasakan kegalauan yang sama dengannya. Dari pertemuan tersebut, ia mengetahui ternyata murid-murid juga merasakan kegalauan yang sama. Ia lalu menanyakan apakah anak-anak memiliki saran atau gagasan, bagaimana mereka dapat tetap mengadakan kegiatan ekstrakurikuler, walaupun secara daring, dan apa saja kegiatan-kegiatan yang sekiranya menarik minat murid-murid. Ternyata, murid-murid memiliki banyak sekali gagasan yang luar biasa tentang ragam aktivitas yang dapat dilakukan. Namun, ada beberapa kegiatan yang disarankan yang sepertinya sulit untuk dilakukan, karena Pak Bahri merasa bahwa tidak ada guru yang memiliki keahlian untuk dapat mengajarkan kegiatan tersebut. Pak Bahri pun menyampaikan kesulitan tersebut kepada para anggota OSIS. Ternyata, murid-murid malah memberikan ide untuk meminta agar murid saja yang mengajar kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Mereka rupanya mengetahui ada salah satu teman mereka yang “ahli’ melakukan hal tersebut. Mereka mengatakan, guru cukup mensupervisi kegiatannya saja, tetapi murid yang memang memiliki keahlian tersebutlah yang akan mengajarkan teknik-tekniknya. Mereka juga bahkan mengajukan diri untuk membantu membujuk anak tersebut agar bersedia menjadi ‘guru’ untuk kegiatan ekstra kurikuler tersebut. Akhirnya, atas kesepakatan bersama, mereka memutuskan untuk melakukan beberapa kegiatan ekstrakurikuler. Ada kegiatan yang diajar oleh guru, dan untuk beberapa kegiatan yang tidak dapat diajarkan oleh guru, diajarkan oleh murid-murid dengan supervisi guru. Mereka lalu mendiskusikan jadwal, sumberdaya yang diperlukan, dan pengorganisasiannya. Dibantu oleh OSIS akhirnya kegiatan tersebut dipromosikan dan ternyata, animo murid untuk terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut sangat besar. Pak Bahri pun merasa senang. Situasi 5 Dalam satu kesempatan, sebuah SMK menjalankan pembelajaran terintegrasi berbasis proyek. Mata pelajaran normatif yang terkait adalah Bahasa Indonesia (BI), Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai mata pelajaran adaptif, dan mata pelajaran Teknologi Pakan Ternak (TPK) sebagai mata pelajaran produktif. Guru pelajaran TPK menantang murid untuk mengidentifikasi potensi pakan ternak organik dari lingkungan dan masyarakat sekitar berikut permasalahannya, kemudian menawarkan solusi untuk mengembangkannya. Tawaran solusi akan dipaparkan melalui presentasi yang secara teknis akan dinilai oleh Guru TIK dan secara konten bahasa akan dinilai oleh Guru BI. Dalam perjalanan, para murid terlebih dahulu memutuskan untuk menciptakan pakan
  • 47. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 27 ternak organik bagi peternakan ayam negri (broiler) di sekolahnya. Selama ini pakan yang digunakan adalah pakan jadi yang dibeli oleh sekolah. Para murid kemudian mencari, dan menguji coba berbagai sumber pakan organik di sekitar lingkungan mereka dan mengolahnya menjadi pakan ayam broiler. Akhirnya, mereka pun menemukan sumber pakan yang paling cocok dan ekonomis untuk skala produksi kala itu adalah cacing sutra yang diternak cukup banyak oleh masyarakat di sekitar sekolah. Setelah beberapa uji coba, mereka juga menemukan bahwa daging ayam broiler yang mengkonsumsi pakan dengan bahan utama cacing sutra memiliki massa daging lebih banyak dibanding yang mengkonsumsi pakan ternak biasa. Sekolah melihat hal ini dan menghubungkan para murid dengan media TV lokal untuk membagikan apa yang mereka lakukan. Tak dikira, hal tersebut dianggap menarik oleh sebuah waralaba ayam goreng internasional yang beroperasi di kabupaten mereka dan memutuskan untuk menguji dan akhirnya menyatakan bahwa produk daging ayam broiler murid-murid ini layak untuk digunakan. Para murid pun diminta untuk memasok sebagian daging ayam untuk franchise tersebut. Selain memproduksi sendiri daging ayam broiler di sekolah, para murid juga mengajak masyarakat peternak broiler di sekitar sekolah untuk menggunakan pakan buatan mereka sehingga menghasilkan volume daging yang cukup untuk memasok daging ayam ke waralaba tersebut. Situasi 6 Pak Tegas adalah seorang guru di sebuah SMK. Sebagai seorang guru di jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ) ia kerap didatangi murid-muridnya untuk berdiskusi baik tentang pelajaran ataupun hal lainnya. Suatu hari, tercetus ide dari murid-murid untuk membuat sebuah wadah kegiatan bagi murid-murid TKJ. Murid-murid tersebut mengusulkan satu program ekstra kurikuler yang bisa menampung keterampilan dan keahlian mereka dalam teknik komputer dan jaringan. Berbasis keterampilan dan keahlian mereka di jurusan teknik komputer dan jaringan, akhirnya disepakati nama program ekstrakurikuler itu dengan nama ITS (Information Technology Student). Dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan pemandu dari Pak Tegas, murid-murid lalu mematangkan gagasan tersebut. Mereka mendiskusikan aspek-aspek apa, mengapa, bagaimana, siapa dari program tersebut secara lebih rinci. Setelah cukup matang, Pak Tegas lalu mengajak murid-muridnya untuk mempresentasikan ide mereka ini kepada Wakasek. Murid-murid ini pun lalu mempersiapkan presentasi ini. Ketika mendengarkan presentasi dari murid, Wakasek sangat mendukung. Namun, di pertemuan tersebut Wakasek juga menyampaikan bahwa anggaran sekolah hanya memungkinkan sebagian kecil saja dari ide murid tersebut yang dapat dijalankan. Wakasek meminta murid-murid untuk mendiskusikan kembali kira-kira apa solusi yang bisa dilakukan. Setelah melakukan modifikasi ide beberapa kali, akhirnya berjalanlah program tersebut. Mengingat terbatasnya anggaran, murid-murid memutuskan untuk menyediakan jasa service komputer di tahun pertama pelaksanaan dengan peralatan seadanya yang tersedia di sekolah. Dari kegiatan itu, murid-murid kemudian dapat mengumpulkan uang kas yang kemudian menjadi modal untuk membeli perangkat-perangkat lain yang
  • 48. 28 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid diperlukan. Di tahun-tahun awal, Pak Tegas memberikan pendampingan langsung kepada murid-muridnya ini, Di tahun kedua, Pak Tegas hanya mensupervisi dan mengawasi kegiatan. Pembimbingan dilakukan bukan lagi dari guru kepada murid, tapi dari murid kepada murid. Murid tingkat dua akan membimbing murid tingkat 1. Program ini pun berlanjut menjadi semakin berkembang. Banyak ide-ide murid yang kemudian semakin banyak dapat diwujudkan dalam program ini. Situasi 7 Video di situasi 8 menggambarkan tentang kegiatan komunitas belajar di SD Salam yang menggambarkan suasana pasar tradisional dengan murid yang berperan sebagai pedagang, penjual. Dengan kegiatan ini suara, pilihan, dan kepemilikan murid didorong. Untuk lebih jelasnya, mari kita simak bersama tayangan video berikut ini. Video Pasar Senen Legi Setelah melihat contoh-contoh di atas, kami yakin Ibu/Bapak telah mulai dapat lebih memahami apa yang dimaksud dengan kepemimpinan murid dan pentingnya mempertimbangkan aspek suara, pilihan, dan kepemilikan murid dalam menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. Refleksi Setelah membaca beberapa situasi yang dideskripsikan di atas, lakukan refleksi dengan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
  • 49. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 29 1. Jenis Kegiatan atau program apakah yang dideskripsikan tersebut (Apakah intrakurikuler, ko-kurikuler, atau ekstrakurikuler)? 2. Dalam setiap situasi, identifikasilah dibagian mana dan bagaimana guru mencoba mempertimbangkan ‘suara’; ‘pilihan’; dan ‘kepemilikan’ murid untuk mendorong tumbuhnya kepemimpinan murid. Jelaskan jawaban Ibu/Bapak. 3. Dalam setiap situasi yang digambarkan di atas, apa dimensi Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan? Jelaskan jawaban Anda! Standar Kompetensi lulusan (SKL) telah mendeskripsikan kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Bagaimana seluruh kriteria ini dapat dicapai oleh semua murid kita adalah soal bagaimana kita sebagai guru dapat menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan murid-murid kita mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan tersebut. Menurut Ibu/Bapak, apakah upaya mendorong kepemimpinan murid secara langsung maupun tidak langsung akan membantu murid-murid kita mencapai SKL tersebut? Selamat, Anda telah menyelesaikan pembelajaran untuk tahapan ini. Sekarang, untuk persiapan tahapan pembelajaran selanjutnya, kami ingin Ibu/Bapak meluangkan waktu untuk membaca materi tentang ‘Lingkungan yang Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid’ dan ‘Peran Keterlibatan Komunitas dalam Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid’ di bawah ini. Materi ini akan
  • 50. 30 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid menjadi dasar bagi bagi Ibu/Bapak saat berdiskusi di Forum Diskusi saat pembelajaran 3 nanti. Lingkungan yang Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid Sebagaimana padi yang hanya akan tumbuh subur pada lingkungan yang sesuai, maka kepemimpinan murid pun akan tumbuh dengan lebih subur jika sekolah dapat menyediakan lingkungan yang cocok. Lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid adalah lingkungan di mana guru, sekolah, orangtua, dan komunitas secara sadar mengembangkan wellbeing atau kesejahteraan diri murid-muridnya secara optimal. Noble et al (2008) menjelaskan bahwa kesejahteraan siswa yang optimal adalah sebuah keadaan emosional yang berkelanjutan yang dicirikan dengan (terutama) suasana hati dan sikap yang positif, hubungan positif dengan murid lain maupun guru, daya lenting atau ketangguhan, pengoptimalan kekuatan diri, serta tingkat kepuasan yang tinggi terhadap pengalaman belajar mereka di sekolah Menyadur apa yang disampaikan oleh Noble tersebut, maka lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan memiliki beberapa karakteristik, di antaranya adalah: 1. Lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif. Lingkungan yang seperti ini akan membuat murid mampu dan berkeinginan untuk melakukan hal-hal secara positif untuk dirinya sendiri serta memberikan pengaruh positif kepada kehidupan orang lain dan sekelilingnya. Pola pikir positif ini didapatkan oleh murid melalui pengalaman emosi positif dalam konteks sekolah, di mana murid bukan hanya merasa
  • 51. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 31 aman, nyaman, dan merasa menjadi bagian dari komunitas sekolah, namun juga didapat dari adanya keadaan di mana murid merasakan keselarasan antara kebutuhan dan harapannya terhadap sekolah dan lingkungannya dengan pengalaman belajar yang didapatnya di sekolah. Lewat pengalaman emosi positif ini, murid akan mampu mengembangkan keterampilan inkuiri, menunjukkan sikap gembira, penuh syukur, saling mengapresiasi. Mereka memiliki kesadaran diri, sikap optimis sehingga dapat berperan aktif dan membuat perbedaan yang positif baik untuk dirinya sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitarnya. 2. Lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif, arif dan bijaksana, di mana murid akan menjunjung tinggi nilai-nilai sosial positif yang berbasis pada nilai-nilai kebajikan yang dibangun oleh sekolah. Di dalam lingkungan yang seperti ini, nilai-nilai tersebut kemudian akan mewujud menjadi atmosfer sekolah yang positif, di mana hubungan dan interaksi sosial yang terjalin di antara para murid, guru, orang tua maupun seluruh komunitas yang terkait akan terasa sangat positif dan kontributif. 3. Lingkungan yang melatih keterampilan yang dibutuhkan murid dalam proses pencapaian tujuan akademik maupun non-akademiknya. Lingkungan ini akan memungkinkan murid untuk memiliki determinasi diri yang kuat dalam proses pembelajaran, baik dalam aspek akademik maupun non-akademik. Dalam lingkungan ini, murid akan belajar tentang nilai-nilai ketekunan serta kerja keras. Murid akan belajar untuk mampu melihat sejauh mana kemajuan proses belajarnya. Murid mampu mengerjakan tugas sekolahnya secara mandiri, memiliki pemahaman yang benar dan cakap sehingga berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 4. Lingkungan yang melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Lingkungan yang seperti ini akan membantu murid untuk dapat menerapkan dan mempergunakan apa yang menjadi kekuatan dirinya dan memanfaatkan serta menerapkannya dalam berbagai konteks yang berbeda-beda.
  • 52. 32 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid 5. Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun golongan. Lingkungan yang seperti ini akan memberikan kesempatan bagi murid untuk melihat dirinya sebagai bagian dari sesuatu yang jauh lebih besar di luar dirinya. Lingkungan ini akan memberikan peluang bagi murid untuk belajar melalui pelayanan kepada masyarakat dan komunitas di mana mereka akan dapat terus mengasah rasa kemanusiaan, kepedulian, dan rasa cinta kasih. 6. Lingkungan yang menempatkan murid sedemikian rupa sehingga terlibat aktif dalam proses belajarnya sendiri. Lingkungan yang seperti ini akan menyediakan berbagai kegiatan belajar yang menarik, menantang, dan bermakna, di mana dalam prosesnya murid akan merasa senang hati dan menikmati setiap momen pembelajarannya. 7. Lingkungan yang menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di tengah kesempitan dan kesulitan. Lingkungan ini akan membantu murid untuk berani menerima tantangan, berjiwa besar, dan selalu bangkit lagi dan berusaha mencari solusi bila menemui kegagalan. Lingkungan ini akan memungkinkan murid untuk selalu mengambil pelajaran dari setiap kegagalan-kegagalan yang dijumpainya dan berusaha untuk menemukan cara-cara alternatif atau cara yang paling tepat. (disadur dari Noble Noble, T. & H. McGrath, 2016) Dalam rangka mewujudkan lingkungan belajar yang dapat menumbuhkan kepemimpinan murid, maka guru dan sekolah tentunya tidak dapat bekerja sendiri. Mereka akan memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Salah satunya dari komunitas. Di dalam bahasan selanjutnya di bawah ini, kita
  • 53. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 33 akan membahas bagaimana peran keterlibatan komunitas dalam menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. Standar Pengelolaan Pendidikan memberikan panduan tentang seperti apa budaya dan lingkungan sekolah yang harus diciptakan dan dibangun. Standar Pengelolaan Pendidikan juga telah mengamanatkan bahwa mutu program pembelajaran di sekolah harus dikembangkan, salah satunya dengan cara melibatkan peserta didik secara aktif, demokratis, mendidik, memotivasi, mendorong kreativitas dan dialogis. Program pembelajaran harus dilakukan dengan tujuan agar peserta didik mencapai pola pikir dan kebebasan berpikir sehingga dapat melaksanakan aktivitas intelektual berupa berpikir, berargumentasi, mempertanyakan, mengkaji, menemukan, dan memprediksi. Oleh karenanya, setiap guru perlu berusaha agar murid-muridnya dapat meningkat rasa ingin tahunya, memiliki kemampuan mencari sumber informasi, menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah, mengkomunikasikan pengetahuannya kepada orang lain, serta mengembangkan kemampuan belajar mandiri dan kelompok. Kemampuan-kemampuan tersebut tentunya tidak bisa tumbuh dengan sendirinya. Untuk mengembangkan semua hal tersebut, tentunya diperlukan lingkungan belajar yang mendukung. Membangun 7 karakteristik lingkungan yang mengembangkan kesejahteraan diri (well-being) seperti yang telah dijelaskan di atas sangat sejalan dengan upaya meningkatkan mutu program pembelajaran. Lewat lingkungan yang mengembangkan kesejahteraan diri tersebut, kepemimpinan murid diharapkan dapat tumbuh subur, Dapatkah Ibu/Bapak melihat keterkaitan tersebut? Peran Keterlibatan Komunitas dalam Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid. Dalam modul 3.2, Bapak dan Ibu sudah mempelajari bahwa salah satu dari tujuh aset/modal yang dapat menjadi kekuatan sekolah yaitu aset sosial. Komunitas adalah bentuk dari aset sosial yang dimiliki sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas program/kegiatan pembelajaran di sekolah. Yang dimaksud dengan komunitas di sini dapat terdiri dari murid, guru,
  • 54. 34 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid orang tua, orang dewasa lain yang ada di sekitar murid, dan masyarakat atau lingkungan sekitar, yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi proses belajar murid. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi sendiri, telah mengamanatkan tentang pentingnya kemitraan antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat. Kemitraan ini disebut dengan “Tri Sentra Pendidikan”. Kemitraan tri sentra pendidikan adalah kerjasama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat yang berlandaskan pada asas gotong royong, kesamaan kedudukan, saling percaya, saling menghormati, dan kesediaan untuk berkorban dalam membangun ekosistem pendidikan yang menumbuhkan karakter dan budaya prestasi peserta didik. Melalui pemberdayaan, pendayagunaan, dan kolaborasi tri sentra pendidikan ini, maka keterlibatan yang bermakna dari orangtua dan anggota masyarakat dalam proses pembelajaran menjadi fokus yang perlu terus diupayakan oleh sekolah. Sebagai pusat dari proses pendidikan, murid ‘berada’ dalam lintas komunitas. Mereka dapat berada sekaligus pada: a. komunitas keluarga (anggotanya dapat terdiri orang tua, kakak, adik, pengasuh, dsb) b. komunitas kelas dan antar kelas (anggotanya dapat terdiri teman sesama murid, guru) c. komunitas sekolah (anggotanya dapat terdiri dari kepala sekolah, pustakawan, penjaga sekolah, laboran, penjaga keamanan, tenaga kebersihan, petugas kantin, dsb) d. komunitas sekitar sekolah (anggotanya dapat terdiri dari RT/RW, tokoh masyarakat setempat, puskesmas, tokoh agama setempat, dsb) e. komunitas yang lebih luas. (anggotanya dapat terdiri dari organisasi masyarakat, dunia usaha, media, universitas, DPR, dsb) Semua komunitas tersebut secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi proses pembelajaran murid. Komunitas-komunitas tersebut merupakan aset sosial yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas program/kegiatan pembelajaran di sekolah, termasuk
  • 55. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 35 dalam menumbuhkembangkan kepemimpinan murid, yaitu dengan bersama-sama ikut mempromosikan dan mendorong ‘suara, pilihan, kepemilikan’ murid dalam berbagai peran yang mereka mainkan dan interaksi mereka dengan murid. Bagaimana kita dapat melibatkan masing-masing komunitas tersebut untuk membantu kita mempromosikan dan mendorong ‘suara, pilihan, kepemilikan’ murid? Mari kita coba bahas satu persatu. a. Komunitas keluarga Komunitas yang pertama dan utama bagi murid adalah keluarga mereka. Murid mungkin akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga mereka di rumah dibandingkan di sekolah. Oleh karena itu, sebagai pendidik, kita harus berusaha mencari cara bagaimana keluarga dapat ikut mengambil peran untuk ikut mendorong munculnya suara, pilihan, dan kepemimpinan murid. Ini tentunya sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara di bawah ini: “Sesungguhnya alam-keluarga itu bukannya pusat pendidikan individual saja, akan tetapi juga suatu pusat untuk melakukan pendidikan sosial. Orangtua harus melakukan pendidikan bersama dengan pusat-pusat pendidikan, dan terhubung dengan kaum guru dan pengajar [Ki Hadjar Dewantara dalam Wasita, Tahun ke-1 No.3, Mei 1993]” Beberapa pertanyaan berikut mungkin dapat membantu Ibu/Bapak ketika berpikir akan mendorong keterlibatan mereka. 1. Sejauh mana orang tua telah memahami visi dan misi sekolah kita terkait dengan upaya kita menumbuhkan kepemimpinan murid? Apakah mereka memahami apa yang kita maksud dengan suara, pilihan, dan kepemilikan murid (voice, choice, dan ownership)? Apa yang perlu kita lakukan untuk meningkatkan pemahaman mereka?
  • 56. 36 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid 2. Sejauh mana orang tua telah memahami bahwa keluarga merupakan salah satu sentra dari "tri sentra pendidikan"? Bagaimana memastikan visi keluarga dapat menumbuhkan kepemimpinan murid? Bagaimana kita dapat memastikan bahwa visi keluarga telah sinkron dengan visi sekolah? 3. Apakah keterlibatan orangtua dalam program/kegiatan pembelajaran di kelas atau sekolah kita selama ini telah mendorong dan menguatkan suara, pilihan, dan kepemilikan murid, atau justru sebaliknya melemahkannya? (misalnya apakah orang tua justru mengambil peran yang seharusnya dapat dilakukan oleh murid dengan dalih ‘ingin membantu’?) 4. Kesempatan-kesempatan apa sajakah yang telah kita berikan kepada orang tua untuk terlibat dalam program/kegiatan pembelajaran (baik intra kurikuler, ko kurikuler, dan ekstra kurikuler) yang kita lakukan di kelas atau sekolah? Sejauh mana kesempatan tersebut ditujukan untuk mendorong suara, pilihan, dan kepemilikan murid dan membantu terwujudnya kepemimpinan murid? 5. Apa yang sudah kita lakukan untuk membuat orangtua memahami apa yang sedang dilakukan oleh anak-anak mereka dalam program/kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas atau sekolah? ( sehingga mereka dapat terlibat dalam percakapan atau komunikasi yang otentik dan relevan dengan anak-anak mereka terkait dengan apa yang sedang dipelajari oleh mereka di sekolah) Kami berharap, lewat beberapa pertanyaan di atas, Ibu/Bapak dapat lebih ‘mindful’ saat ingin melibatkan orang tua dalam proses/kegiatan pembelajaran di sekolah, agar tujuan kita dalam mewujudkan kepemimpinan murid dapat tercapai. Di bawah ini adalah beberapa contoh strategi yang dapat kita lakukan untuk melibatkan keluarga dalam program/kegiatan pembelajaran murid untuk menumbuhkan kepemimpinan murid. Keluarga
  • 57. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 37 ● Memastikan orang tua memahami bahwa keluarga merupakan bagian dari Tri Sentra Pendidikan. Ini dapat dilakukan misalnya dengan sosialisasi dan melibatkan orang tua dalam diskusi-diskusi terkait dengan program-program sekolah. ● Memastikan orang tua memahami visi dan misi sekolah dalam mewujudkan kepemimpinan murid (misalnya dengan mengadakan pelatihan orang tua tentang apa yang dimaksud dengan suara, pilihan, dan kepemilikan murid lewat forum pertemuan orang tua dan berbagai kesempatan lainnya). ● Secara aktif melibatkan orang tua untuk membantu menyediakan dukungan dan akses ke sumber-sumber belajar yang lebih luas untuk membantu mewujudkan suara atau pilihan murid (misalnya meminta bantuan orang tua untuk mengkoneksikan murid yang ingin mengakses masyarakat, lingkungan sekitar, atau dunia usaha atau akses-akses lain yang mungkin sulit untuk dijangkau murid atau sekolah, dsb). ● Mengadakan workshop atau sesi-sesi informasi yang dapat membantu orang tua memahami pendekatan pembelajaran yang kita lakukan di sekolah (misalnya melalui pelatihan orangtua tentang cara bertanya kepada anak, tentang bagaimana berkomunikasi secara positif, tentang pentingnya ‘suara’, ‘pilihan’, dan ‘kepemilikan’, dsb, sehingga mereka bisa ikut menerapkannya di rumah). ● Mengadakan berbagai aktivitas yang memberikan kesempatan bagi murid untuk menunjukkan dan mendemonstrasikan hasil belajar atau pemahaman mereka kepada orang tua, dengan tujuan untuk menumbuhkan rasa pencapaian, kepercayaan diri, kemandirian, dan berbagai sikap positif lainnya (misalnya dengan mengundang orang tua untuk menghadiri perayaan, eksibisi atau pameran hasil karya, assembly, pentas seni, dsb). ● Mendorong orang tua untuk mengajak anak-anak mereka ke tempat-tempat yang dapat menumbuhkan rasa empati, mengekspos murid dalam kegiatan pelayanan kepada masyarakat, dsb. ● Mendorong, mempromosikan dan mengapresiasi upaya orangtua dalam membangun kemandirian, resiliensi, dan tanggung jawab murid (misalnya dengan guru memberikan komentar positif di buku penghubung murid, dsb) ● Melibatkan orang tua dalam kegiatan-kegiatan non akademis/bukan pembelajaran di kelas agar rasa kepemilikan lebih terbangun. b. Komunitas kelas dan antarkelas. Komunitas kelas dapat terdiri dari murid, guru, atau wali kelas, baik yang ada di kelas murid sendiri
  • 58. 38 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid maupun di kelas lainnya. Bagaimana guru menavigasi interaksi mereka dengan murid dan interaksi antara murid dengan murid akan sangat mempengaruhi bagaimana suara, pilihan dan kepemilikan murid dapat diwujudkan. Oleh karenanya, peran Ibu/Bapak sangatlah besar disini. Beberapa pertanyaan berikut mungkin dapat membantu Ibu/Bapak untuk memikirkan tindakan apa yang dapat dilakukan oleh Ibu/Bapak untuk mendorong dan mempromosikan suara, pilihan dan kepemilikan murid di dalam kelas. 1. Apa yang telah saya lakukan untuk mendorong inkuiri/rasa ingin tahu dan kreativitas murid? 2. Apakah saya telah memastikan murid memahami apa yang menjadi target dari program/kegiatan pembelajaran mereka? (sehingga murid dapat mengatur dirinya sendiri dan memantau upaya mereka dalam mencapai target tersebut) 3. Apa yang telah saya lakukan untuk membantu murid membangun pemahaman mereka sendiri? Apakah saya selalu memberikan jawaban pada murid? Seberapa sering saya mengatakan “Ibu/Bapak juga belum mengetahui jawabannya. Mari kita cari bersama-sama!” 4. Apakah saya memberikan ‘wait time’ atau waktu tunggu saat bertanya kepada murid untuk memberikan mereka kesempatan berpikir? 5. Sejauh mana saya telah mengkoneksikan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari murid? 6. Seberapa sering saya mengajak murid-murid melakukan refleksi? 7. Sudahkah saya bertanya tentang apa yang mereka ingin pelajari dan apa yang mereka minati? 8. Sejauh mana saya memberi kesempatan murid untuk memilih cara, dengan siapa dan bagaimana mereka belajar? 9. Apa yang telah saya lakukan untuk membawa murid keluar kelas/sekolah dan mengkoneksikan mereka dengan masyarakat dan dunia yang lebih luas?
  • 59. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 39 Di bawah ini adalah beberapa contoh strategi yang mungkin dapat Ibu/Bapak lakukan untuk untuk menumbuhkan kepemimpinan murid dalam lingkup kelas. Komunitas Kelas dan Antarkelas (anggotanya misalnya guru, kepala sekolah, murid-murid) ● Memfasilitasi kerja kelompok dan kolaborasi antar murid di kelas dan murid antar kelas (misalnya memberikan tugas proyek yang harus dikerjakan bersama-sama, dsb). ● Mendorong murid untuk bertanya. ● Melibatkan murid dalam proses perencanaan pembelajaran. ● Melibatkan murid dalam proses penilaian. ● Membentuk dewan murid, komite-komite yang dipimpin oleh murid, kepanitiaan kegiatan yang anggotanya adalah murid-murid. ● Mendorong terciptanya unity (kebersamaan), yang dapat mempromosikan rasa kepemilikan murid (misalnya dengan mengadakan karnival olahraga, class meeting, dsb). ● Memberikan kesempatan murid untuk terlibat dalam pengaturan prosedur, rutinitas, kesepakatan kelas, dsb. ● Memberikan murid kesempatan untuk memberikan umpan balik dalam proses pembelajaran. c. Komunitas sekolah Komunitas sekolah di sini adalah pihak-pihak yang aktif berkegiatan di sekolah (mungkin tidak berada di kelas setiap hari ), namun ada dalam hidup keseharian sekolah serta murid-murid di sekolah. Kepala sekolah, konselor, staf administrasi, tukang parkir, pustakawan, Ibu/Bapak kantin, penjaga sekolah, pengawas sekolah, komite sekolah, anggota yayasan serta lainnya adalah contoh
  • 60. 40 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid anggota komunitas sekolah. Walaupun mereka tidak secara langsung mengajar murid di kelas atau terlibat dalam program/kegiatan pembelajaran secara langsung setiap harinya, namun peran dan apa yang mereka lakukan mempengaruhi proses belajar murid. Mempertimbangkan peran mereka dalam mendorong suara, pilihan dan kepemilikan murid akan membantu kesuksesan upaya kita dalam menumbuhkan kepemimpinan murid. Beberapa pertanyaan berikut mungkin dapat membantu Ibu/Bapak untuk memikirkan bagaimana Ibu/Bapak dapat melibatkan mereka dalam mempromosikan suara, pilihan dan kepemilikan murid di dalam berbagai program/kegiatan pembelajaran di kelas dan sekolah. 1. Sejauh mana anggota komunitas sekolah (misalnya tukang parkir, satpam, penjaga kantin, pustakawan, tenaga kebersihan) telah memahami visi dan misi sekolah kita terkait dengan upaya kita menumbuhkan kepemimpinan murid? Apakah mereka memahami apa yang kita maksud dengan suara, pilihan dan kepemilikan murid? mengapa pemahaman mereka menjadi penting? Apa yang perlu kita lakukan untuk meningkatkan pemahaman mereka? 2. Apakah saya mengetahui apa saja yang dapat pustakawan sekolah saya kontribusikan untuk mendukung suara, pilihan, dan kepemilikan murid? Seberapa sering saya mengajak pustakawan terlibat dalam proses perencanaan program/kegiatan pembelajaran di kelas/sekolah saya? 3. Bagaimana tenaga kependidikan, dari mulai tukang parkir, satpam, sampai penjaga kantin dapat saya dorong untuk membantu membangun lingkungan belajar yang positif dan menghargai suara, pilihan, dan kepemilikan murid? 4. Bagaimana saya dapat melibatkan mereka untuk membantu mengoneksikan murid-murid saya dengan dunia di luar kelas mereka sehingga murid-murid dapat memperluas pembelajaran mereka dan mewujudkan suara serta pilihan mereka? Di bawah ini adalah beberapa contoh strategi yang mungkin dapat Ibu/Bapak lakukan untuk untuk melibatkan komunitas sekolah untuk membantu menumbuhkan
  • 61. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 41 kepemimpinan murid. Dapatkah Ibu/Bapak memberikan contoh lainnya? Komunitas Sekolah (anggotanya misalnya tukang parkir, petugas TU, pustakawan, laboran, penjaga sekolah, petugas kantin, satpam, tenaga kebersihan, dsb) ● Memastikan tenaga kependidikan yang ada di sekolah memahami visi dan misi sekolah dalam mewujudkan kepemimpinan murid (misalnya dengan mensosialisasikan visi, misi, kebijakan sekolah, program sekolah, dsb) ● Mengundang pustakawan untuk ikut serta dalam perencanaan pembelajaran, sehingga mereka bisa membantu menyediakan akses ke sumber-sumber belajar yang sesuai. ● Mendorong pustakawan untuk melibatkan murid dalam memberikan masukan kepada pustakawan terkait dengan koleksi sumber-sumber belajar apa saja yang murid perlukan. ● Mendorong pustakawan untuk menyediakan beragam perspektif dalam sumber-sumber belajar yang mereka sediakan. ● Mendorong pustakawan untuk menyediakan sumber belajar yang multimoda agar dapat mengakomodasi berbagai minat dan kebutuhan murid, dan agar murid memiliki pilihan. ● Mendorong pustakawan untuk melibatkan murid dalam menentukan prosedur yang memungkinkan murid untuk mengatur dan menavigasi diri mereka secara bebas di dalam perpustakaan, namun tetap dengan bertanggung jawab. ● Mendorong laboran untuk membuat prosedur keamanan dan keselamatan yang tetap memungkinkan murid untuk mandiri dan percaya diri dalam melakukan kegiatan. ● Mendorong laboran untuk mempromosikan laboratorium sebagai salah satu tempat yang menarik dan menyenangkan bagi murid untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif. ● Mengundang tenaga kebersihan, penjaga sekolah, petugas kantin, satpam, dan tenaga
  • 62. 42 | Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid kependidikan lain untuk ikut berperan sesuai perannya di sekolah dalam berbagai kegiatan pembelajaran. (misalnya melibatkan mereka menjadi pembicara tamu di kelas, mengundang mereka dalam pertemuan-pertemuan yang terkait dengan bagaimana mereka dapat mendukung murid, dsb). ● Mengadakan pelatihan bagi para staf pendukung tentang nilai-nilai dan berbagai pendekatan belajar yang dilakukan oleh sekolah, sehingga mereka dapat ikut memodelkan sikap dan perilaku sesuai dengan yang ingin kita kembangkan pada diri anak, dsb (misalnya pelatihan tentang perlindungan anak, pelatihan tentang protokol kesehatan, dsb) d. Komunitas sekitar sekolah, Komunitas sekitar sekolah adalah komunitas yang berada di luar sekolah namun masih dalam lingkup sekitar sekolah, atau yang dapat kita sebut sebagai masyarakat. Dalam komunitas ini termasuk apa dan siapa pun yang berada dalam radius yang dekat dengan sekolah, misalkan: tempat ibadah, rumah sakit, warung, usaha di dekat sekolah, bisnis yang terkait dengan operasional sekolah (provider ATK, dan lainnya), perusahaan di mana orang tua bekerja, hingga keluarga besar dari tiap murid atau orang tua. Mereka mungkin tampak tidak ada kaitannya dengan program/kegiatan pembelajaran murid di kelas atau sekolah kita, namun memiliki potensi untuk mendorong suara, pilihan, dan kepemilikan murid karena peranan yang dapat mereka mainkan. Beberapa pertanyaan berikut mungkin dapat membantu Ibu/Bapak untuk memikirkan bagaimana melibatkan komunitas sekitar sekolah untuk membantu mempromosikan suara, pilihan dan kepemilikan murid. 1. Apakah saya mengetahui isu-isu yang sedang terjadi di dalam masyarakat yang ada di sekitar sekolah? Bagaimana saya dapat mengetahuinya? 2. Bagaimana saya dapat membawa isu-isu tersebut ke dalam kelas dan mentrasnformasikannya menjadi wahana untuk mewujudkan suara, pilihan dan kepemilikan murid?
  • 63. Modul 3.3 – Pengelolaan yang Berdampak Positif pada Murid | 43 3. Bagaimana saya dapat membuka ruang dialog dengan masyarakat sekitar sehingga saya dapat mengomunikasikan harapan saya tentang kepemimpinan murid yang ingin saya wujudkan di diri murid-murid saya? Di bawah ini adalah beberapa contoh strategi yang mungkin dapat Ibu/Bapak lakukan untuk untuk melibatkan komunitas sekitar sekolah untuk membantu menumbuhkan kepemimpinan murid. Dapatkah Ibu/Bapak memberikan contoh lainnya? Komunitas Sekitar Sekolah (anggotanya misalnya tokoh agama, RT/RW, puskesmas, RT/RW, pasar, sekolah-sekolah yang ada di sekitar, dsb) ● Mengajak murid untuk mengenal lingkungan sekitar sekolah mereka (melihat masalah lingkungan/sosial, mengunjungi RT, RW, kelurahan, dsb.) untuk memantik rasa penasaran dan pertanyaan para murid tentang konsep tertentu yang sedang dipelajari di kelas (misal: sistem pemerintahan, peran pemimpin daerah, dan lainnya). ● Melibatkan lingkungan sekitar dalam berbagai kegiatan pelayanan masyarakat yang digagas murid agar lingkungan juga dapat merasakan dampak dari keberadaan sekolah. (misalnya melakukan kegiatan pasar murah bagi penduduk sekitar, forum diskusi, dsb). ● Mendorong kapasitas peran serta masyarakat sebagai bagian dari Tri Sentra Pendidikan dengan merancang berbagai kegiatan kolaborasi dan kerjasama dengan lingkungan sekitar, untuk membina hubungan baik dan agar tercipta rasa saling percaya, sehingga lingkungan dapat memberikan berbagai kemudahan dan dukungan bagi proses pembelajaran saat kita dan murid- murid perlukan (misalnya: menjadi bagian dari kepanitiaan kegiatan Idul Kurban di masjid sekitar sekolah, melakukan kegiatan kerja bakti bersama warga, mengundang Puskesmas untuk menjadi sumber belajar murid untuk memberikan edukasi dan pelatihan-pelatihan terkait bidang tugas kesehatan, sesekali mengundang RT/RW dalam kegiatan sekolah, dsb). ● Mengadakan pertemuan/forum antar kepala sekolah dan guru yang dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan kepala sekolah dan guru, yang mendorong, mempromosikan kepemimpinan murid, sehingga membuka kesempatan murid untuk berkolaborasi lintas sekolah. ● Mengadakan kegiatan perayaan bersama masyarakat sekitar. Misalnya seperti yang ditunjukkan oleh SD Salam berikut ini, di mana murid-murid ikut berpartisipasi bersama dengan masyarakat sekitar sekolah melakukan perayaan budaya “Panen Padi”. Kegiatan lengkapnya dapat dilihat dari video berikut ini: Video Kegiatan Wiwitan SD Salam