2. Pengertian
Breathing Management :
• Suatu tindakan untuk menyelamatkan nyawa
korban trauma atau kecelakaan, dan non
trauma dengan mempertahankan fungsi
pernapasan.
• Memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara
memberikan pernafasan buatan untuk
menjamin kebutuhan oksigen dan
pengeluaran gas CO2.
3. Tujuan
• Mempertahankan fungsi pernapasan yg
optimal.
• Menjamin pertukaran udara di paru-paru
secara normal.
• Mencegah kematian/kecacatan
4.
5. Diagnosis :
Ditegakkan bila pada pemeriksaan dengan
menggunakan metode Look Listen Feel (lihat
kembali pengelolaan jalan nafas) tidak ada
pernafasan dan pengelolaan jalan nafas telah
dilakukan (jalan nafas aman), tetapi tdk di
dapatkan adanya pernafasan.
7. Pemeriksaan pernafasan :
Look -Lihat
• - gerak dada
• - gerak cuping hidung (flaring nostril)
• - retraksi sela iga
• - gerak dada
• - gerak cuping hidung (flaring nostril)
• - retraksi sela iga
8. Listen -Dengar
• - Suara nafas, suara tambahan
Feel -Rasakan
• - Udara nafas keluar hidung-mulut
Palpasi -Raba
• - gerakan dada, simetris?
9. Perkusi - Ketuk
• - Redup? Hipersonor? Simetris?
Auskultasi (menggunakan stetoskop)
• - Suara nafas ada? Simetris? Ronki atau
whezing?
Rontgen dada
• kalau tersedia dan pasien sudah stabil
10. Menilai pernafasan
• Ada napas? Napas normal atau distres
• Ada luka dada terbuka atau menghisap?
• Ada Pneumothoraks tension?
• Ada Patah iga ganda (curiga Flail Chest) ?
• Ada Hemothoraks?
• Ada emfisema bawah kulit?
11. Tanda distres nafas
• Nafas dangkal dan cepat
• Gerak cuping hidung (flaring nostril)
• Tarikan sela iga (retraksi)
• Tarikan otot leher (tracheal tug)
• Nadi cepat
• Hipotensi
• Vena leher distensi
• Sianosis (tanda lambat)
12. Tindakan :
I. Tindakan tanpa alat:
• Pertahankan posisi kepala tengadah.
• Lingkupkan mulut, tiup sampai dada
terangkat.
• Memberikan pernafasan buatan dari mulut ke
mulut atau dari mulut ke hidung sebanyak 2
(dua) kali tiupan awal dan diselingi ekshalasi.
13. Pemberian nafas buatan
• Diberikan sebanyak 12-20 kali/menit sampai
dada nampak terangkat.
• Diberikan bila nafas abnormal, tidak usah
menunggu sampai apnea dulu
• Berikan tambahan oksigen bila tersedia.
• Jika udara masuk ke dalam lambung, jangan
dikeluarkan dengan menekan lambung karena
akan berisiko aspirasi.
• Nafas buatan dilakukan dengan in-line
immobilisation (fiksasi kepala-leher) agar
tulang leher tidak banyak bergerak.
16. Untuk memberikan bantuan pernafasan mulut ke
mulut:
1. Jalan nafas korban harus terbuka.
2. Perhatikan kedua tangan penolong pada
gambar masih tetap melakukan teknik
membuka jalan nafas “Chin lift”.
3. Hidung korban harus ditutup bisa dengan
tangan atau dengan menekankan pipi
penolong pada hidung korban.
4. Mulut penolong mencakup seluruh mulut
korban.
17. 5. Mata penolong melihat ke arah dada korban
untuk melihat pengembangan dada.
Pemberian pernafasan buatan secara efektif
dapat diketahui dengan melihat
pengembangan dada korban.
6. Berikan 1 kali pernafasan selama 1 detik,
berikan pernafasan biasa.kemudian berikan
pernafasan kedua selama 1 detik.
7. Berikan nafas secara biasa untuk mencegah
penolong mengalami pusing atau berkunang-
kunang.
18. Perhatikan!
1. Untuk bayi dan anak, nafas buatan yang
diberikan lebih sedikit dari orang dewasa,
dengan tetap melihat pengembangan dada.
2. Usahakan hindari pemberian pernafasan
yang terlalu kuat dan terlalu banyak karena
dapat menyebabkan kembung dan merusak
paru-paru korban.
3. Konsentrasi oksigen melalui udara ekspirasi
mulut sekitar 17 %.
19. Cara memberikan nafas buatan dari mulut ke
hidung
Cara ini direkomendasikan jika:
1. Pemberian nafas buatan melalui mulut
korban tidak dapat dilakukan misalnya
terdapat luka yang berat pada mulut korban,
2. Mulut tidak dapat dibuka, korban di dalam
air atau mulut penolong tidak dapat
mencakup mulut korban.
20. Cara memberikan nafas buatan dari mulut ke
stoma (lubang trakeostomi)
• Cara ini diberikan pada pasien trakeostomi.
Caranya sama dengan mulut ke mulut hanya
saja lubang tempat masuknya udara adalah
lubang trakeostomi
21. Harus diingat!!!
• Tiupan asal dada terangkat!!!
• Berikan jeda 2 detik diantara tiap tiupan.
• Berikan napas buatan sampai :
1. Korban bs bernapas spontan.
2. Penolong lelah.
3. Bantuan datang.
22. II. Dengan Menggunakan Alat
Memberikan pernafasan buatan dengan alat
“Ambu bag” (self inflating bag) yang dapat
pula ditambahkan oksigen. Dapat juga
diberikan dengan menggunakan ventilator
mekanik (ventilator/respirator)
24. Ambu bag terdiri dari :
1. Bagian yang berfungsi untuk memompa
oksigen udara bebas,
2. Valve/pipa berkatup dan masker yang
menutupi mulut dan hidung penderita.
Penggunaan ambu bag atau bagging sungkup
memerlukan keterampilan tersendiri.
25. Penolong seorang diri dalam menggunakan amb
bag harus dapat :
1. Mempertahankan terbukanya jalan nafas
dengan mengangkat rahang bawah,
2. Menekan sungkup ke muka korban dengan
kuat dan memompa udara dengan memeras
bagging.
3. Melihat dengan jelas pergerakan dada
korban pada setiap pernafasan.
26. Ambu bag sangat efektif bila dilakukan oleh dua
orang penolong yang berpengalaman. Salah
seorang penolong membuka jalan nafas dan
menempelkan sungkup wajah korban dan
penolong lain memeras bagging. Kedua
penolong harus memperhatikan
pengembangan dada korban
28. Ambu bag digunakan dengan satu tangan
penolong memegang bag sambil memompa
udara sedangkan tangan lainnya memegang
dan memfiksasi masker.
Pada Tangan yang memegang masker, ibu jari
dan jari telunjuk memegang masker
membentuk huruf C sedangkan jari-jari
lainnya memegang rahang bawah penderita
sekaligus membuka jalan nafas penderita
dengan membentuk huruf E.
29. Konsentrasi oksigen yang dihasilkan dari ambu
bag sekitar 20 %. Dapat ditingkatkan menjadi
100% dengan tambahan oksigen.
30. Bantuan pernafasan dan terapi oksigen
Alat-alat yg dapat di gunakan:
• Ambu bag/Bag Valve and Mask (BVM)/self
inflating bag
• Masker sederhana
• Nasal kanul
• Ventilator mekanik
31.
32. Terapi Oksigen
• Adalah pemberian tambahan oksigen pd
pasien agar kebutuhan oksigennya terpenuhi.
(untuk kehidupan sel-sel yang
mempertanggungjawabkan sempurnanya
fungsi organ)
33. Kondisi yang memerlukan O²
• Sumbatan jalan nafas
• Henti nafas
• Henti jantung
• nyeri dada
• Trauma dada
• Tenggelam
• Shock
• Pasien tidak sadar
• Hipertermia
• Hypoventilasi (< 10 x/m)
• Keracunan gas, asap, CO
35. Perhatian
• Pemberian oksigen atas indikasi yang tepat
• Awas pasien muntah, siapkan suction
• Pantau RR & aliran Oksigen (lpm)
Catatan :
• Oksigen menyebabkan mukosa kering
• Pergunakan Hummidifier pd pemberian O² >
30 mnt
36.
37.
38. Keadaan Gawat Darurat yang
Mengganggu Pernafasan
Jika ada luka dada terbuka atau menghisap
• - Luka tembus dada, tindakan : tutup luka
• - Luka dada terbuka atau menghisap, tindakan
: tutup luka
• - Flail chest, tindakan : fiksasi dengan plester
lebar
39. Cara menutup luka tembus dada : sehelai plastik
tipis berbentuk segi empat diplester 3 sisinya,
sedangkan satu sisi yang tidak diplester
menjadi katup satu arah. Cara ini digunakan
pada pasien yang dicurigai menderita tension
pneumothoraks. Jika penderita melakukan
inspirasi, maka udara yang tadinya masuk ke
dalam rongga paru akan keluar melalui katup
searah tersebut. Jika penderita melakukan
ekspirasi maka katup searah akan menutup
sehingga menghalangi udara luar masuk ke
rongga dada melalui luka tembus dada.
40. Mengetahui adanya tension pneumotorak
• Diagnosis ini harus ditegakkan secara klinis
• Inspeksi dan palpasi thoraks : sisi yang sakit tampak
tertinggal
• Palpasi trakea : terdorong ke sisi yang sehat
• Perkusi toraks : sisi yang sakit hipersonor
• Auskultasi : sisi yang sakit menghilang
• Jika ada patah tulang iga dan emfisema subkutis
harus waspada akan adanya tensionpnemothoraks
• Setelah dipastikan adanya tension pneumothoraks
segera lakukan punksi pleura (needle thoracostomy)
tanpa tunggu foto sinar X !
41.
42. Cara melakukan pungsi pleura dengan jarum :
• Persiapan : spuit disposible 10 cc, jarum besar (G
14 atau G16 untuk dewasa, wing nedle G 23
untuk bayi), aqua steril.
• Tindakan : desinfektan daerah yang akan
dilakukan tindakan. Beri anestesi lokal kalau
perlu. Pasang O2 dan infus. Spuit 10 cc berisi
aqua steril yang telah dilepas pompa spuitnya
dengan jarum besar, ditusukkan sedalam kira-
kira 5 cm di tepi atas costa III sela iga ke 2
(InterCostae 2) sejajar dengan garis tengah
tulang selangka (mid clavicula line) pada sisi
yang dicurigai tension pneumothoraks.
43. Hasil :
• - Jika keluar gelembung udara berarti ada
pneumothorak. Jarum jangan dicabut sampai
drain (WSD) atau pipa torakostomi terpasang.
• - Jika air terhisap masuk berarti tidak ada
pnemothoraks. Jarum segera dicabut sebelum
air habis.
44. Jika ada patah tulang iga ganda (flail chest)
Tampak adanya gerakan nafas paradoksal pada
flail chest
45. Tindakan yang dilakukan pada penderita flail
chest :
• Tutup dengan plester besar/elastic bandage
melewati tempat patahan tulang iga.
49. Emfisema sub kutis teraba seperti plastik tipis
yang diremas. Paling sering disebabkan oleh
pnemothorak. Cara mengatasi emfisema
subkutis dengan menginsisi sampai lapisan
sub kutan daerah yang dirasa terdapat
emfisema, kemudian diurut-urut ke arah
lubang insisi. Kalau perlu pasang thorak drain.
50. Ilmu adalah karunia, dan ilmu tidak akan
diberikan pada pelaku dosa dan kemaksiatan