SlideShare a Scribd company logo
1 of 50
Breathing
Nurul Laili
Pengertian
Breathing Management :
• Suatu tindakan untuk menyelamatkan nyawa
korban trauma atau kecelakaan, dan non
trauma dengan mempertahankan fungsi
pernapasan.
• Memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara
memberikan pernafasan buatan untuk
menjamin kebutuhan oksigen dan
pengeluaran gas CO2.
Tujuan
• Mempertahankan fungsi pernapasan yg
optimal.
• Menjamin pertukaran udara di paru-paru
secara normal.
• Mencegah kematian/kecacatan
Diagnosis :
Ditegakkan bila pada pemeriksaan dengan
menggunakan metode Look Listen Feel (lihat
kembali pengelolaan jalan nafas) tidak ada
pernafasan dan pengelolaan jalan nafas telah
dilakukan (jalan nafas aman), tetapi tdk di
dapatkan adanya pernafasan.
Caranya???
• Periksa pernapasan korban. (lihat, dengar,
rasakan)
Pemeriksaan pernafasan :
Look -Lihat
• - gerak dada
• - gerak cuping hidung (flaring nostril)
• - retraksi sela iga
• - gerak dada
• - gerak cuping hidung (flaring nostril)
• - retraksi sela iga
Listen -Dengar
• - Suara nafas, suara tambahan
Feel -Rasakan
• - Udara nafas keluar hidung-mulut
Palpasi -Raba
• - gerakan dada, simetris?
Perkusi - Ketuk
• - Redup? Hipersonor? Simetris?
Auskultasi (menggunakan stetoskop)
• - Suara nafas ada? Simetris? Ronki atau
whezing?
Rontgen dada
• kalau tersedia dan pasien sudah stabil
Menilai pernafasan
• Ada napas? Napas normal atau distres
• Ada luka dada terbuka atau menghisap?
• Ada Pneumothoraks tension?
• Ada Patah iga ganda (curiga Flail Chest) ?
• Ada Hemothoraks?
• Ada emfisema bawah kulit?
Tanda distres nafas
• Nafas dangkal dan cepat
• Gerak cuping hidung (flaring nostril)
• Tarikan sela iga (retraksi)
• Tarikan otot leher (tracheal tug)
• Nadi cepat
• Hipotensi
• Vena leher distensi
• Sianosis (tanda lambat)
Tindakan :
I. Tindakan tanpa alat:
• Pertahankan posisi kepala tengadah.
• Lingkupkan mulut, tiup sampai dada
terangkat.
• Memberikan pernafasan buatan dari mulut ke
mulut atau dari mulut ke hidung sebanyak 2
(dua) kali tiupan awal dan diselingi ekshalasi.
Pemberian nafas buatan
• Diberikan sebanyak 12-20 kali/menit sampai
dada nampak terangkat.
• Diberikan bila nafas abnormal, tidak usah
menunggu sampai apnea dulu
• Berikan tambahan oksigen bila tersedia.
• Jika udara masuk ke dalam lambung, jangan
dikeluarkan dengan menekan lambung karena
akan berisiko aspirasi.
• Nafas buatan dilakukan dengan in-line
immobilisation (fiksasi kepala-leher) agar
tulang leher tidak banyak bergerak.
Cara memberikan nafas buatan dari mulut ke
mulut pada orang dewasa
Untuk memberikan bantuan pernafasan mulut ke
mulut:
1. Jalan nafas korban harus terbuka.
2. Perhatikan kedua tangan penolong pada
gambar masih tetap melakukan teknik
membuka jalan nafas “Chin lift”.
3. Hidung korban harus ditutup bisa dengan
tangan atau dengan menekankan pipi
penolong pada hidung korban.
4. Mulut penolong mencakup seluruh mulut
korban.
5. Mata penolong melihat ke arah dada korban
untuk melihat pengembangan dada.
Pemberian pernafasan buatan secara efektif
dapat diketahui dengan melihat
pengembangan dada korban.
6. Berikan 1 kali pernafasan selama 1 detik,
berikan pernafasan biasa.kemudian berikan
pernafasan kedua selama 1 detik.
7. Berikan nafas secara biasa untuk mencegah
penolong mengalami pusing atau berkunang-
kunang.
Perhatikan!
1. Untuk bayi dan anak, nafas buatan yang
diberikan lebih sedikit dari orang dewasa,
dengan tetap melihat pengembangan dada.
2. Usahakan hindari pemberian pernafasan
yang terlalu kuat dan terlalu banyak karena
dapat menyebabkan kembung dan merusak
paru-paru korban.
3. Konsentrasi oksigen melalui udara ekspirasi
mulut sekitar 17 %.
Cara memberikan nafas buatan dari mulut ke
hidung
Cara ini direkomendasikan jika:
1. Pemberian nafas buatan melalui mulut
korban tidak dapat dilakukan misalnya
terdapat luka yang berat pada mulut korban,
2. Mulut tidak dapat dibuka, korban di dalam
air atau mulut penolong tidak dapat
mencakup mulut korban.
Cara memberikan nafas buatan dari mulut ke
stoma (lubang trakeostomi)
• Cara ini diberikan pada pasien trakeostomi.
Caranya sama dengan mulut ke mulut hanya
saja lubang tempat masuknya udara adalah
lubang trakeostomi
Harus diingat!!!
• Tiupan asal dada terangkat!!!
• Berikan jeda 2 detik diantara tiap tiupan.
• Berikan napas buatan sampai :
1. Korban bs bernapas spontan.
2. Penolong lelah.
3. Bantuan datang.
II. Dengan Menggunakan Alat
Memberikan pernafasan buatan dengan alat
“Ambu bag” (self inflating bag) yang dapat
pula ditambahkan oksigen. Dapat juga
diberikan dengan menggunakan ventilator
mekanik (ventilator/respirator)
Pemberian nafas buatan dengan menggunakan
alat
Ambubag (bag-valve-masker)
Ambu bag terdiri dari :
1. Bagian yang berfungsi untuk memompa
oksigen udara bebas,
2. Valve/pipa berkatup dan masker yang
menutupi mulut dan hidung penderita.
Penggunaan ambu bag atau bagging sungkup
memerlukan keterampilan tersendiri.
Penolong seorang diri dalam menggunakan amb
bag harus dapat :
1. Mempertahankan terbukanya jalan nafas
dengan mengangkat rahang bawah,
2. Menekan sungkup ke muka korban dengan
kuat dan memompa udara dengan memeras
bagging.
3. Melihat dengan jelas pergerakan dada
korban pada setiap pernafasan.
Ambu bag sangat efektif bila dilakukan oleh dua
orang penolong yang berpengalaman. Salah
seorang penolong membuka jalan nafas dan
menempelkan sungkup wajah korban dan
penolong lain memeras bagging. Kedua
penolong harus memperhatikan
pengembangan dada korban
Cara menggunakan ambubag
Ambu bag digunakan dengan satu tangan
penolong memegang bag sambil memompa
udara sedangkan tangan lainnya memegang
dan memfiksasi masker.
Pada Tangan yang memegang masker, ibu jari
dan jari telunjuk memegang masker
membentuk huruf C sedangkan jari-jari
lainnya memegang rahang bawah penderita
sekaligus membuka jalan nafas penderita
dengan membentuk huruf E.
Konsentrasi oksigen yang dihasilkan dari ambu
bag sekitar 20 %. Dapat ditingkatkan menjadi
100% dengan tambahan oksigen.
Bantuan pernafasan dan terapi oksigen
Alat-alat yg dapat di gunakan:
• Ambu bag/Bag Valve and Mask (BVM)/self
inflating bag
• Masker sederhana
• Nasal kanul
• Ventilator mekanik
Terapi Oksigen
• Adalah pemberian tambahan oksigen pd
pasien agar kebutuhan oksigennya terpenuhi.
(untuk kehidupan sel-sel yang
mempertanggungjawabkan sempurnanya
fungsi organ)
Kondisi yang memerlukan O²
• Sumbatan jalan nafas
• Henti nafas
• Henti jantung
• nyeri dada
• Trauma dada
• Tenggelam
• Shock
• Pasien tidak sadar
• Hipertermia
• Hypoventilasi (< 10 x/m)
• Keracunan gas, asap, CO
Peralatan :
• Nasal kanul (2-4 LPM: 24-32%)
• Simple face mask (6-8 LPM: 35-60%)
• Venturi (4-10 LPM: 24-50%)
• BVM :
–Tanpa O² (21% udara)
–Dengan O² (8-10 LPM: 40-60%)
–Dengan reservoir (8-10 LPM: 100%)
Perhatian
• Pemberian oksigen atas indikasi yang tepat
• Awas pasien muntah, siapkan suction
• Pantau RR & aliran Oksigen (lpm)
Catatan :
• Oksigen menyebabkan mukosa kering
• Pergunakan Hummidifier pd pemberian O² >
30 mnt
Keadaan Gawat Darurat yang
Mengganggu Pernafasan
Jika ada luka dada terbuka atau menghisap
• - Luka tembus dada, tindakan : tutup luka
• - Luka dada terbuka atau menghisap, tindakan
: tutup luka
• - Flail chest, tindakan : fiksasi dengan plester
lebar
Cara menutup luka tembus dada : sehelai plastik
tipis berbentuk segi empat diplester 3 sisinya,
sedangkan satu sisi yang tidak diplester
menjadi katup satu arah. Cara ini digunakan
pada pasien yang dicurigai menderita tension
pneumothoraks. Jika penderita melakukan
inspirasi, maka udara yang tadinya masuk ke
dalam rongga paru akan keluar melalui katup
searah tersebut. Jika penderita melakukan
ekspirasi maka katup searah akan menutup
sehingga menghalangi udara luar masuk ke
rongga dada melalui luka tembus dada.
Mengetahui adanya tension pneumotorak
• Diagnosis ini harus ditegakkan secara klinis
• Inspeksi dan palpasi thoraks : sisi yang sakit tampak
tertinggal
• Palpasi trakea : terdorong ke sisi yang sehat
• Perkusi toraks : sisi yang sakit hipersonor
• Auskultasi : sisi yang sakit menghilang
• Jika ada patah tulang iga dan emfisema subkutis
harus waspada akan adanya tensionpnemothoraks
• Setelah dipastikan adanya tension pneumothoraks
segera lakukan punksi pleura (needle thoracostomy)
tanpa tunggu foto sinar X !
Cara melakukan pungsi pleura dengan jarum :
• Persiapan : spuit disposible 10 cc, jarum besar (G
14 atau G16 untuk dewasa, wing nedle G 23
untuk bayi), aqua steril.
• Tindakan : desinfektan daerah yang akan
dilakukan tindakan. Beri anestesi lokal kalau
perlu. Pasang O2 dan infus. Spuit 10 cc berisi
aqua steril yang telah dilepas pompa spuitnya
dengan jarum besar, ditusukkan sedalam kira-
kira 5 cm di tepi atas costa III sela iga ke 2
(InterCostae 2) sejajar dengan garis tengah
tulang selangka (mid clavicula line) pada sisi
yang dicurigai tension pneumothoraks.
Hasil :
• - Jika keluar gelembung udara berarti ada
pneumothorak. Jarum jangan dicabut sampai
drain (WSD) atau pipa torakostomi terpasang.
• - Jika air terhisap masuk berarti tidak ada
pnemothoraks. Jarum segera dicabut sebelum
air habis.
Jika ada patah tulang iga ganda (flail chest)
Tampak adanya gerakan nafas paradoksal pada
flail chest
Tindakan yang dilakukan pada penderita flail
chest :
• Tutup dengan plester besar/elastic bandage
melewati tempat patahan tulang iga.
Jika ada hemothorak
Tampak gambaran hemothoraks pada sisi kiri
foto thoraks
Tindakan : jika perdarahan dalam rongga thoraks
sampai mengganggu pernafasan, maka segera
pasang WSD sebelum dilakukan tindakan
thorakostomi.
Jika ada emfisema (sub) kutis
Emfisema sub kutis teraba seperti plastik tipis
yang diremas. Paling sering disebabkan oleh
pnemothorak. Cara mengatasi emfisema
subkutis dengan menginsisi sampai lapisan
sub kutan daerah yang dirasa terdapat
emfisema, kemudian diurut-urut ke arah
lubang insisi. Kalau perlu pasang thorak drain.
Ilmu adalah karunia, dan ilmu tidak akan
diberikan pada pelaku dosa dan kemaksiatan

More Related Content

Similar to Breathing Management Kegawatdaruratan.pptx

Airway, Breathing dan Circulation (ABC)
Airway, Breathing dan Circulation (ABC)Airway, Breathing dan Circulation (ABC)
Airway, Breathing dan Circulation (ABC)Arif WR
 
Lembar pendahuluan bls
Lembar pendahuluan blsLembar pendahuluan bls
Lembar pendahuluan blsconesti08com
 
TGC_2_MAROGI_RESUME_SKILL_TGC.pdf
TGC_2_MAROGI_RESUME_SKILL_TGC.pdfTGC_2_MAROGI_RESUME_SKILL_TGC.pdf
TGC_2_MAROGI_RESUME_SKILL_TGC.pdfMarogiAlAnsoriani1
 
pengkajian ABC.pdf
pengkajian ABC.pdfpengkajian ABC.pdf
pengkajian ABC.pdfAhmadAryadi4
 
RJPO (Resusitasi Jantung Paru Otak)
RJPO (Resusitasi Jantung Paru Otak)RJPO (Resusitasi Jantung Paru Otak)
RJPO (Resusitasi Jantung Paru Otak)ADam Raeyoo
 
Panduan tentang bantuan hidup dasar
Panduan tentang bantuan hidup dasarPanduan tentang bantuan hidup dasar
Panduan tentang bantuan hidup dasarRian Wibowo
 
FIRST AID VERSI AHA 2010.ppt
FIRST AID VERSI AHA 2010.pptFIRST AID VERSI AHA 2010.ppt
FIRST AID VERSI AHA 2010.pptMelvinFebrianto2
 
dokumen.tips_intubasi-endotracheal-ppt.ppt
dokumen.tips_intubasi-endotracheal-ppt.pptdokumen.tips_intubasi-endotracheal-ppt.ppt
dokumen.tips_intubasi-endotracheal-ppt.pptAmaliaAdeDiamita
 
Tata Laksana Jalan Napas
Tata Laksana Jalan NapasTata Laksana Jalan Napas
Tata Laksana Jalan NapasEvan Permana
 
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K).pptx
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K).pptxPERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K).pptx
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K).pptxctrcrk
 
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...RTISanglah
 
Penanganan trauma 24 jam pertama fokus Pada AIR WAY CONTROL
Penanganan trauma 24 jam pertama fokus Pada AIR WAY CONTROLPenanganan trauma 24 jam pertama fokus Pada AIR WAY CONTROL
Penanganan trauma 24 jam pertama fokus Pada AIR WAY CONTROLKindal
 

Similar to Breathing Management Kegawatdaruratan.pptx (20)

Airway, Breathing dan Circulation (ABC)
Airway, Breathing dan Circulation (ABC)Airway, Breathing dan Circulation (ABC)
Airway, Breathing dan Circulation (ABC)
 
Lembar pendahuluan bls
Lembar pendahuluan blsLembar pendahuluan bls
Lembar pendahuluan bls
 
TGC_2_MAROGI_RESUME_SKILL_TGC.pdf
TGC_2_MAROGI_RESUME_SKILL_TGC.pdfTGC_2_MAROGI_RESUME_SKILL_TGC.pdf
TGC_2_MAROGI_RESUME_SKILL_TGC.pdf
 
Bhd&rjp.04
Bhd&rjp.04Bhd&rjp.04
Bhd&rjp.04
 
pengkajian ABC.pdf
pengkajian ABC.pdfpengkajian ABC.pdf
pengkajian ABC.pdf
 
RJPO (Resusitasi Jantung Paru Otak)
RJPO (Resusitasi Jantung Paru Otak)RJPO (Resusitasi Jantung Paru Otak)
RJPO (Resusitasi Jantung Paru Otak)
 
OKSIGENASI (2).ppt
OKSIGENASI (2).pptOKSIGENASI (2).ppt
OKSIGENASI (2).ppt
 
Panduan tentang bantuan hidup dasar
Panduan tentang bantuan hidup dasarPanduan tentang bantuan hidup dasar
Panduan tentang bantuan hidup dasar
 
FIRST AID VERSI AHA 2010.ppt
FIRST AID VERSI AHA 2010.pptFIRST AID VERSI AHA 2010.ppt
FIRST AID VERSI AHA 2010.ppt
 
dokumen.tips_intubasi-endotracheal-ppt.ppt
dokumen.tips_intubasi-endotracheal-ppt.pptdokumen.tips_intubasi-endotracheal-ppt.ppt
dokumen.tips_intubasi-endotracheal-ppt.ppt
 
Airway_Breathing.ppt
Airway_Breathing.pptAirway_Breathing.ppt
Airway_Breathing.ppt
 
Tata Laksana Jalan Napas
Tata Laksana Jalan NapasTata Laksana Jalan Napas
Tata Laksana Jalan Napas
 
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K).pptx
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K).pptxPERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K).pptx
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K).pptx
 
BHD.pptx
BHD.pptxBHD.pptx
BHD.pptx
 
BLS - RJP.ppt
BLS - RJP.pptBLS - RJP.ppt
BLS - RJP.ppt
 
Cpr
CprCpr
Cpr
 
Kontusio paru AKPER PEMKAB MUNA
Kontusio paru  AKPER PEMKAB MUNA Kontusio paru  AKPER PEMKAB MUNA
Kontusio paru AKPER PEMKAB MUNA
 
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...
 
Penanganan trauma 24 jam pertama fokus Pada AIR WAY CONTROL
Penanganan trauma 24 jam pertama fokus Pada AIR WAY CONTROLPenanganan trauma 24 jam pertama fokus Pada AIR WAY CONTROL
Penanganan trauma 24 jam pertama fokus Pada AIR WAY CONTROL
 
BANTUAN HIDUP DASAR.pptx
BANTUAN HIDUP DASAR.pptxBANTUAN HIDUP DASAR.pptx
BANTUAN HIDUP DASAR.pptx
 

More from NurulLaili35

TRANSPORTASI KEGAWATDARURATAN DASAR .ppt
TRANSPORTASI KEGAWATDARURATAN DASAR .pptTRANSPORTASI KEGAWATDARURATAN DASAR .ppt
TRANSPORTASI KEGAWATDARURATAN DASAR .pptNurulLaili35
 
konsep kegawatdaruratan dalam keperawatan
konsep kegawatdaruratan dalam keperawatankonsep kegawatdaruratan dalam keperawatan
konsep kegawatdaruratan dalam keperawatanNurulLaili35
 
SISTEM ENDOKRIN.ppt
SISTEM ENDOKRIN.pptSISTEM ENDOKRIN.ppt
SISTEM ENDOKRIN.pptNurulLaili35
 
DIABETUS MELITUS-1.pptx
DIABETUS MELITUS-1.pptxDIABETUS MELITUS-1.pptx
DIABETUS MELITUS-1.pptxNurulLaili35
 
KODE ETIK KEPERAWATAN.ppt
KODE ETIK KEPERAWATAN.pptKODE ETIK KEPERAWATAN.ppt
KODE ETIK KEPERAWATAN.pptNurulLaili35
 
Hak dan Kewajiban dalam Etika Profesi Keperawatan.ppt
Hak dan Kewajiban dalam Etika Profesi Keperawatan.pptHak dan Kewajiban dalam Etika Profesi Keperawatan.ppt
Hak dan Kewajiban dalam Etika Profesi Keperawatan.pptNurulLaili35
 
ETIKA KEPERAWATAN.ppt
ETIKA KEPERAWATAN.pptETIKA KEPERAWATAN.ppt
ETIKA KEPERAWATAN.pptNurulLaili35
 
ASKEP SISTEM NEUROLOGI.ppt
ASKEP SISTEM NEUROLOGI.pptASKEP SISTEM NEUROLOGI.ppt
ASKEP SISTEM NEUROLOGI.pptNurulLaili35
 
ASUHAN KEP CVA.ppt
ASUHAN KEP CVA.pptASUHAN KEP CVA.ppt
ASUHAN KEP CVA.pptNurulLaili35
 

More from NurulLaili35 (10)

TRANSPORTASI KEGAWATDARURATAN DASAR .ppt
TRANSPORTASI KEGAWATDARURATAN DASAR .pptTRANSPORTASI KEGAWATDARURATAN DASAR .ppt
TRANSPORTASI KEGAWATDARURATAN DASAR .ppt
 
konsep kegawatdaruratan dalam keperawatan
konsep kegawatdaruratan dalam keperawatankonsep kegawatdaruratan dalam keperawatan
konsep kegawatdaruratan dalam keperawatan
 
Gastritis.pptx
Gastritis.pptxGastritis.pptx
Gastritis.pptx
 
SISTEM ENDOKRIN.ppt
SISTEM ENDOKRIN.pptSISTEM ENDOKRIN.ppt
SISTEM ENDOKRIN.ppt
 
DIABETUS MELITUS-1.pptx
DIABETUS MELITUS-1.pptxDIABETUS MELITUS-1.pptx
DIABETUS MELITUS-1.pptx
 
KODE ETIK KEPERAWATAN.ppt
KODE ETIK KEPERAWATAN.pptKODE ETIK KEPERAWATAN.ppt
KODE ETIK KEPERAWATAN.ppt
 
Hak dan Kewajiban dalam Etika Profesi Keperawatan.ppt
Hak dan Kewajiban dalam Etika Profesi Keperawatan.pptHak dan Kewajiban dalam Etika Profesi Keperawatan.ppt
Hak dan Kewajiban dalam Etika Profesi Keperawatan.ppt
 
ETIKA KEPERAWATAN.ppt
ETIKA KEPERAWATAN.pptETIKA KEPERAWATAN.ppt
ETIKA KEPERAWATAN.ppt
 
ASKEP SISTEM NEUROLOGI.ppt
ASKEP SISTEM NEUROLOGI.pptASKEP SISTEM NEUROLOGI.ppt
ASKEP SISTEM NEUROLOGI.ppt
 
ASUHAN KEP CVA.ppt
ASUHAN KEP CVA.pptASUHAN KEP CVA.ppt
ASUHAN KEP CVA.ppt
 

Recently uploaded

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 

Recently uploaded (20)

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 

Breathing Management Kegawatdaruratan.pptx

  • 2. Pengertian Breathing Management : • Suatu tindakan untuk menyelamatkan nyawa korban trauma atau kecelakaan, dan non trauma dengan mempertahankan fungsi pernapasan. • Memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan buatan untuk menjamin kebutuhan oksigen dan pengeluaran gas CO2.
  • 3. Tujuan • Mempertahankan fungsi pernapasan yg optimal. • Menjamin pertukaran udara di paru-paru secara normal. • Mencegah kematian/kecacatan
  • 4.
  • 5. Diagnosis : Ditegakkan bila pada pemeriksaan dengan menggunakan metode Look Listen Feel (lihat kembali pengelolaan jalan nafas) tidak ada pernafasan dan pengelolaan jalan nafas telah dilakukan (jalan nafas aman), tetapi tdk di dapatkan adanya pernafasan.
  • 6. Caranya??? • Periksa pernapasan korban. (lihat, dengar, rasakan)
  • 7. Pemeriksaan pernafasan : Look -Lihat • - gerak dada • - gerak cuping hidung (flaring nostril) • - retraksi sela iga • - gerak dada • - gerak cuping hidung (flaring nostril) • - retraksi sela iga
  • 8. Listen -Dengar • - Suara nafas, suara tambahan Feel -Rasakan • - Udara nafas keluar hidung-mulut Palpasi -Raba • - gerakan dada, simetris?
  • 9. Perkusi - Ketuk • - Redup? Hipersonor? Simetris? Auskultasi (menggunakan stetoskop) • - Suara nafas ada? Simetris? Ronki atau whezing? Rontgen dada • kalau tersedia dan pasien sudah stabil
  • 10. Menilai pernafasan • Ada napas? Napas normal atau distres • Ada luka dada terbuka atau menghisap? • Ada Pneumothoraks tension? • Ada Patah iga ganda (curiga Flail Chest) ? • Ada Hemothoraks? • Ada emfisema bawah kulit?
  • 11. Tanda distres nafas • Nafas dangkal dan cepat • Gerak cuping hidung (flaring nostril) • Tarikan sela iga (retraksi) • Tarikan otot leher (tracheal tug) • Nadi cepat • Hipotensi • Vena leher distensi • Sianosis (tanda lambat)
  • 12. Tindakan : I. Tindakan tanpa alat: • Pertahankan posisi kepala tengadah. • Lingkupkan mulut, tiup sampai dada terangkat. • Memberikan pernafasan buatan dari mulut ke mulut atau dari mulut ke hidung sebanyak 2 (dua) kali tiupan awal dan diselingi ekshalasi.
  • 13. Pemberian nafas buatan • Diberikan sebanyak 12-20 kali/menit sampai dada nampak terangkat. • Diberikan bila nafas abnormal, tidak usah menunggu sampai apnea dulu • Berikan tambahan oksigen bila tersedia. • Jika udara masuk ke dalam lambung, jangan dikeluarkan dengan menekan lambung karena akan berisiko aspirasi. • Nafas buatan dilakukan dengan in-line immobilisation (fiksasi kepala-leher) agar tulang leher tidak banyak bergerak.
  • 14.
  • 15. Cara memberikan nafas buatan dari mulut ke mulut pada orang dewasa
  • 16. Untuk memberikan bantuan pernafasan mulut ke mulut: 1. Jalan nafas korban harus terbuka. 2. Perhatikan kedua tangan penolong pada gambar masih tetap melakukan teknik membuka jalan nafas “Chin lift”. 3. Hidung korban harus ditutup bisa dengan tangan atau dengan menekankan pipi penolong pada hidung korban. 4. Mulut penolong mencakup seluruh mulut korban.
  • 17. 5. Mata penolong melihat ke arah dada korban untuk melihat pengembangan dada. Pemberian pernafasan buatan secara efektif dapat diketahui dengan melihat pengembangan dada korban. 6. Berikan 1 kali pernafasan selama 1 detik, berikan pernafasan biasa.kemudian berikan pernafasan kedua selama 1 detik. 7. Berikan nafas secara biasa untuk mencegah penolong mengalami pusing atau berkunang- kunang.
  • 18. Perhatikan! 1. Untuk bayi dan anak, nafas buatan yang diberikan lebih sedikit dari orang dewasa, dengan tetap melihat pengembangan dada. 2. Usahakan hindari pemberian pernafasan yang terlalu kuat dan terlalu banyak karena dapat menyebabkan kembung dan merusak paru-paru korban. 3. Konsentrasi oksigen melalui udara ekspirasi mulut sekitar 17 %.
  • 19. Cara memberikan nafas buatan dari mulut ke hidung Cara ini direkomendasikan jika: 1. Pemberian nafas buatan melalui mulut korban tidak dapat dilakukan misalnya terdapat luka yang berat pada mulut korban, 2. Mulut tidak dapat dibuka, korban di dalam air atau mulut penolong tidak dapat mencakup mulut korban.
  • 20. Cara memberikan nafas buatan dari mulut ke stoma (lubang trakeostomi) • Cara ini diberikan pada pasien trakeostomi. Caranya sama dengan mulut ke mulut hanya saja lubang tempat masuknya udara adalah lubang trakeostomi
  • 21. Harus diingat!!! • Tiupan asal dada terangkat!!! • Berikan jeda 2 detik diantara tiap tiupan. • Berikan napas buatan sampai : 1. Korban bs bernapas spontan. 2. Penolong lelah. 3. Bantuan datang.
  • 22. II. Dengan Menggunakan Alat Memberikan pernafasan buatan dengan alat “Ambu bag” (self inflating bag) yang dapat pula ditambahkan oksigen. Dapat juga diberikan dengan menggunakan ventilator mekanik (ventilator/respirator)
  • 23. Pemberian nafas buatan dengan menggunakan alat Ambubag (bag-valve-masker)
  • 24. Ambu bag terdiri dari : 1. Bagian yang berfungsi untuk memompa oksigen udara bebas, 2. Valve/pipa berkatup dan masker yang menutupi mulut dan hidung penderita. Penggunaan ambu bag atau bagging sungkup memerlukan keterampilan tersendiri.
  • 25. Penolong seorang diri dalam menggunakan amb bag harus dapat : 1. Mempertahankan terbukanya jalan nafas dengan mengangkat rahang bawah, 2. Menekan sungkup ke muka korban dengan kuat dan memompa udara dengan memeras bagging. 3. Melihat dengan jelas pergerakan dada korban pada setiap pernafasan.
  • 26. Ambu bag sangat efektif bila dilakukan oleh dua orang penolong yang berpengalaman. Salah seorang penolong membuka jalan nafas dan menempelkan sungkup wajah korban dan penolong lain memeras bagging. Kedua penolong harus memperhatikan pengembangan dada korban
  • 28. Ambu bag digunakan dengan satu tangan penolong memegang bag sambil memompa udara sedangkan tangan lainnya memegang dan memfiksasi masker. Pada Tangan yang memegang masker, ibu jari dan jari telunjuk memegang masker membentuk huruf C sedangkan jari-jari lainnya memegang rahang bawah penderita sekaligus membuka jalan nafas penderita dengan membentuk huruf E.
  • 29. Konsentrasi oksigen yang dihasilkan dari ambu bag sekitar 20 %. Dapat ditingkatkan menjadi 100% dengan tambahan oksigen.
  • 30. Bantuan pernafasan dan terapi oksigen Alat-alat yg dapat di gunakan: • Ambu bag/Bag Valve and Mask (BVM)/self inflating bag • Masker sederhana • Nasal kanul • Ventilator mekanik
  • 31.
  • 32. Terapi Oksigen • Adalah pemberian tambahan oksigen pd pasien agar kebutuhan oksigennya terpenuhi. (untuk kehidupan sel-sel yang mempertanggungjawabkan sempurnanya fungsi organ)
  • 33. Kondisi yang memerlukan O² • Sumbatan jalan nafas • Henti nafas • Henti jantung • nyeri dada • Trauma dada • Tenggelam • Shock • Pasien tidak sadar • Hipertermia • Hypoventilasi (< 10 x/m) • Keracunan gas, asap, CO
  • 34. Peralatan : • Nasal kanul (2-4 LPM: 24-32%) • Simple face mask (6-8 LPM: 35-60%) • Venturi (4-10 LPM: 24-50%) • BVM : –Tanpa O² (21% udara) –Dengan O² (8-10 LPM: 40-60%) –Dengan reservoir (8-10 LPM: 100%)
  • 35. Perhatian • Pemberian oksigen atas indikasi yang tepat • Awas pasien muntah, siapkan suction • Pantau RR & aliran Oksigen (lpm) Catatan : • Oksigen menyebabkan mukosa kering • Pergunakan Hummidifier pd pemberian O² > 30 mnt
  • 36.
  • 37.
  • 38. Keadaan Gawat Darurat yang Mengganggu Pernafasan Jika ada luka dada terbuka atau menghisap • - Luka tembus dada, tindakan : tutup luka • - Luka dada terbuka atau menghisap, tindakan : tutup luka • - Flail chest, tindakan : fiksasi dengan plester lebar
  • 39. Cara menutup luka tembus dada : sehelai plastik tipis berbentuk segi empat diplester 3 sisinya, sedangkan satu sisi yang tidak diplester menjadi katup satu arah. Cara ini digunakan pada pasien yang dicurigai menderita tension pneumothoraks. Jika penderita melakukan inspirasi, maka udara yang tadinya masuk ke dalam rongga paru akan keluar melalui katup searah tersebut. Jika penderita melakukan ekspirasi maka katup searah akan menutup sehingga menghalangi udara luar masuk ke rongga dada melalui luka tembus dada.
  • 40. Mengetahui adanya tension pneumotorak • Diagnosis ini harus ditegakkan secara klinis • Inspeksi dan palpasi thoraks : sisi yang sakit tampak tertinggal • Palpasi trakea : terdorong ke sisi yang sehat • Perkusi toraks : sisi yang sakit hipersonor • Auskultasi : sisi yang sakit menghilang • Jika ada patah tulang iga dan emfisema subkutis harus waspada akan adanya tensionpnemothoraks • Setelah dipastikan adanya tension pneumothoraks segera lakukan punksi pleura (needle thoracostomy) tanpa tunggu foto sinar X !
  • 41.
  • 42. Cara melakukan pungsi pleura dengan jarum : • Persiapan : spuit disposible 10 cc, jarum besar (G 14 atau G16 untuk dewasa, wing nedle G 23 untuk bayi), aqua steril. • Tindakan : desinfektan daerah yang akan dilakukan tindakan. Beri anestesi lokal kalau perlu. Pasang O2 dan infus. Spuit 10 cc berisi aqua steril yang telah dilepas pompa spuitnya dengan jarum besar, ditusukkan sedalam kira- kira 5 cm di tepi atas costa III sela iga ke 2 (InterCostae 2) sejajar dengan garis tengah tulang selangka (mid clavicula line) pada sisi yang dicurigai tension pneumothoraks.
  • 43. Hasil : • - Jika keluar gelembung udara berarti ada pneumothorak. Jarum jangan dicabut sampai drain (WSD) atau pipa torakostomi terpasang. • - Jika air terhisap masuk berarti tidak ada pnemothoraks. Jarum segera dicabut sebelum air habis.
  • 44. Jika ada patah tulang iga ganda (flail chest) Tampak adanya gerakan nafas paradoksal pada flail chest
  • 45. Tindakan yang dilakukan pada penderita flail chest : • Tutup dengan plester besar/elastic bandage melewati tempat patahan tulang iga.
  • 46. Jika ada hemothorak Tampak gambaran hemothoraks pada sisi kiri foto thoraks
  • 47. Tindakan : jika perdarahan dalam rongga thoraks sampai mengganggu pernafasan, maka segera pasang WSD sebelum dilakukan tindakan thorakostomi.
  • 48. Jika ada emfisema (sub) kutis
  • 49. Emfisema sub kutis teraba seperti plastik tipis yang diremas. Paling sering disebabkan oleh pnemothorak. Cara mengatasi emfisema subkutis dengan menginsisi sampai lapisan sub kutan daerah yang dirasa terdapat emfisema, kemudian diurut-urut ke arah lubang insisi. Kalau perlu pasang thorak drain.
  • 50. Ilmu adalah karunia, dan ilmu tidak akan diberikan pada pelaku dosa dan kemaksiatan