SlideShare a Scribd company logo
1 of 45
Memberikan pertolongan / tindakan dengan segera kepada
korban yang mengalami kecelakaan,cidera atau yang tiba-tiba
mengalami sakit yang memerlukan penangganan medis
dasar.
Medis dasar adalah suatu tindakan perawatan yang
didasarkan pada kaidah ilmu kedokteran yang dapat dimiliki
oleh orang awam atau awam khusus yang dilatih memberikan
pertolongan pertama, batasannya adalah sertifikat yang
dimiliki oleh pelaku pertolongan pertama.
Tujuan utama PPPK.
1. Mempertahankan korban tetap hidup.
2. Membuat keadaan korban tetap stabil.
3. Mengurangi rasa nyeri, ketidaknyamanan dan cemas.
2
 Pengertian
Resusitasi Jantung Paru (RJP) adalah merupakan suatu tindakan
kegawatan sederhana tanpa menggunakan alat / memberikan napas
buatan yang bertujuan menyelamatkan nyawa seseorang dalam waktu
yang sangat singkat dan di lakukan pada korban :
 Indikasi Henti Napas :
Sumbatan jalan nafas,Tersengat listrik,Tenggelam,Tercekik,
Perdarahan hebat,Keracunan,Penyakit
 Indikasi henti jantung:
1. Fibrilasi ventrikel:
Suatu keadaan dimana jantung berdenyut sangat cepat, sehingga
jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh.
2. Asistole: Jantung tidak berdenyut sama sekali.
3. Disosiasi elektromekanik:
Pada keadaan ini aktifitas listrik dalam jantung masih ada, akan
tetapi tidak mampu menggerakkan jantung untuk memompa darah.
.
3
Golden
Period
< 5
mnt
Clinical death : Tidak ada Napas & nadi
Brain damage : Setelah 5 menit
Biological death : Setelah 10 menit
 Tujuan utama pernapasan adalah memenuhi kebutuhan tubuh
akan oksigen. Anatomi dari sistem pernapasan terdiri dari:
 1. Hidung dan mulut.
 2. Saluran napas (pharing, laring, Trachea)
 3. Paru -paru (bronchus, bronchiolus, alveolus) .
 4. Otot-otot pernapasan (diaphragma dan otot dada )
5
d
Ekspirasi /
mengeluarkan
16%
Inspirasi/meng
hirup 4 %
Langkah-Langkah penolong ;
 Memastikan keamanan lingkungan.
 Memastikan respon korban
 Mintalah bantuan untuk melakukan
pertolongan.
 Memperbaiki posisi korban
korban dalam posisi terlentang,berada pada
permukaan yang rata / keras.
 Mengatur posisi penolong
6
American Heart Assocation (AHA) menetapkan
pedoman resusitasi yang pertama kali pada
tahun 1966 ( RJP ) “A-B-C” yaitu :Apabila
korban tidak ada Respon,Maka Lakukan Tehnik
Sbb:
Tahap I :Bantuan Hidup Dasar ( BHD )
A – Airway (Penguasaan Jalan Napas)
B – Breath (Bantuan Pernapasan )
C – Circulate (Bantuan Sirkulasi )
7
Tahap II Bantuan Hidup Lanjutan ( BHL )
D – Drugs ( Pengobatan dengan cairan & obat )
E - Electrocardiography ( Melakukan pemantauan dengan
alat ECG )
F - Fibrillation Treatment ( Melakukan pengobatan dengan
defebrilator )
Tahap III Bantuan Hidup Jangka Panjang ( BHJP )
G.- Gaiging ( Menilai keadaan korban masih bisa
diselamatkan / tidak )
H.- Human Mentation ( Melakukan resusitasi dengan
orientasi otak)
I.- Intensive Care (Mengolah korban secara intensif )
8
9
A–Airway  Cek jalan nafas (menelan,lidah
menutupi).
 Bersihkan jalan napas
 Amati suara napas dan pergerakan
dinding dada
 Cek dan bersihkan dengan menyisir
rongga mulut dengan jari ( sapuan jari ),
bisa dilapisi dengan kasa untuk menyerap
cairan.
 Dilakukan dengan cara jari silang
(cross finger )untuk membuka mulut.
Tehnik Head Tilt & Chin Lift :
a.Membaringkan korban terlentang
pada Permukaan yang datar dan keras
b.Meletakkan telapak tangan pada
dahi korban
c. Menekan dahi sedikit mengarah
ke depan dengan telapak tangan
d.Meletakkan ujung jari telunjuk dan jari tengah dari
tangan lainnya di bawah bagian ujung tulang rahang
korban.
e. Menengadahkan kepala dan menahan / menekan dahi
korban secara bersamaan sampai kepala pasien pada
posisi ekstensi (di tengadahkan )
10
Tehnik Jaw Trust :
a.Membaringkan korban terlentang
pada permukaan yang datar
dan keras
b.Mendorong ramus vertikal
mandibula kiri dan kanan ke depan
sehingga barisan gigi bawah
Berada di depan barisan gigi atas
11
c. Menggunakan ibu jari masuk ke dalam
mulut korban dan bersama dengan
jari-jari yang lain menarik dagu korban
ke depan, sehingga otot-otot penahan lidah
teregang dan terangkat
d. Mempertahankan posisi mulut korban
tetap terbuka :
 Ambil benda apa saja yang telihat
 Pada bayi, posisi kepala harus normal
 Cek tanda kehidupan: respon dan suara napas
 Jangan mendongakkan berlebihan,secukupnya untuk membuka
jalan napas, karena bisa berakibat cedera leher.
12
13
Merupakan suatu tindakan untuk meningkatkan tekanan
diafragma secara mendadak. memaksa udara dalam paru
untuk keluar dengan cepat sehingga penyumbat jalan napas
dapat terdorong keluar. Hentakan dapat diulang 5 kali.
 Pasien sadar dan berdiri
 Berdiri dibelakang korban
 Lingkari pinggang atas (lihat ilustrasi) dengan tangan
penolong
 Letakan tangan yang mengepal ditopang dengan tangan
lain tepat dibawah prosesus xypoideus (ulu hati)
 Pegang erat-erat kepalan tangan
 Tarik kedua tangan kita untuk menekan dengan
hentakan keras kearah belakang korban.
 Ulangi kegiatan secara terpisah dengan gerakan kuat
 Pada kasus obesitas atau kehamilan, berikan kompresi
dada
 Bila pasien tidak sadar, baringkan dengan posisi
terlentang
14
15
Sapuan jari Ektensi kepala

Pasien yang terlentang / tidak sadar
 Terlentangkan pasien
 Penolong berlutut diantara paha korban.
 Letakan satu tangan pada garis tengan
abdomen, diatas umbillikus (pusar ) dan
agak jauh dibawah sternum ( dada tengah ),
tangan kedua di letakan pada tangan pertama.
• Tekan kearah bawah depan dengan kuat dan
menghentak.
 Ulangi sampai 5 kali Posisi ini bisa digunakan bila
penolong terlalu pendek di bandingkan dengan korban.
17
18
Breathing ( Lakukan bantuan nafas buatan )
Prinsip Nafas Buatan :
1.Memastikan korban tidak bernapas.
Dengan cara melihat pergerakan naik
turunnya dada, mendengar bunyi
napas dan merasakan hembusan
napas korban 3-5 detik.Untuk itu penolong
harus mendekatkan telinga di atas
mulut dan hidung korban, sambil tetap mempertahankan
jalan napas tetap terbuka / di Ekstensikan. Prosedur ini
dilakukan tidak boleh melebihi 10 detik.
2.Memberikan bantuan napas.
Jika korban tidak bernapas, bantuan napas dapat melalui : mulut ke
mulut, mulut ke hidung atau mulut ke stoma (lubang yang dibuat
pada tenggorokan)
 Dengan memberikan 2 kali hembusan, waktu meniup jepitlah
kedua cuping hidung korban spy udara tidak bocor serta
Jumlahnya cukup & merata waktu yang dibutuhkan untuk tiap kali
hembusan adalah 1,5 – 2 detik .
 Volume udara yang dihembuskan adalah 700 – 1000 ml (10 ml/kg)
atau sampai dada korban terlihat mengembang.
 Penolong harus menarik napas dalam pada saat akan
menghembuskan napas agar tercapai volume udara yang cukup.
Konsentrasi oksigen yang dapat diberikan hanya 16 – 17%.
Penolong juga harus memperhatikan respon dari korban setelah
diberikan bantuan napas.
 Segera periksalah nadi Karotis 3-5 detik yang terletak dekat
jakun.
 Lakukan tiupan 10-12x hembusan tiap menit.
19
Mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan)
 Mulut ke masker
saku Mulut ke Hidung
Mulut ke mulut
21
Prinsip Nafas Buatan :
 Jumlah udara yg di tiupkan secukupnya ditandai dengan
naiknya dada korban
 Kecepatan peniupan disesuaikan dengan kecepatan
nafas normal
 Setiap akan meniupkan udara sebaiknya penolong
menarik nafas dengan menoleh ke samping
Versi Lama AHA 2005 :
Perbandingan pijatan dan tiupan bagi penolong PJL:
*Dilakukan 1 orang penolong =15 x pijatan : 2 x tiupan
*Dilakukan 2 orang penolong = 5 x pijatan : 1 x tiupan
setiap 4 siklus cek nadi karotis
Versi Baru AHA 2010 :
*Dilakukan 1 atau 2 orang penolong = 30 x pijatan
dan 2 x tiupan ( nafas buatan )
setiap 5 siklus cek nadi karotis
22
23
24
Tahap I : BHD
 Menemukan korban tidak berespon lakukan :
 Berteriak minta tolong
 Atur posisi korban. Sebaiknya pasien terlentang pada
permukaan keras dan rata. Jika ditemukan tidak dalam
posisi terlentang, terlentangkan korban dengan teknik “
log roll “ secara bersamaan kepala, leher dan punggung
digulingkan.
 Atur posisi penolong.Berlutut sejajar dengan bahu
pasien agar secara efektif dapat memberikan resusitasi
jantung paru (RJP).
 Pemeriksaan nadi karotis sebagai mekanisme
untuk menilai henti jantung
25
 Tehnik mengukur Arteri/nadi Carotis :
Dengan meraba arteri karotis di daerah
leher korban, dengan dua atau tiga jari
tangan (jari telunjuk dan tengah) penolong
dapat meraba pertengahan leher sehingga
teraba trakhea, kemudian kedua jari
digeser ke bagian sisi kanan atau kiri kira-kira 1 – 2 cm
raba dengan lembut selama 5 – 10 detik.
26
1.Tentukan titik tekan
Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong
menelusuri tulang iga kanan atau kiri sehingga bertemu
dengan tulang dada (sternum).
27
2. Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur
kurang lebih 2 atau 3 jari ke atas. Daerah tersebut
merupakan tempat untuk meletakan tangan penolong
dalam memberikan bantuan sirkulasi,dan letakan kedua
tangan penolong saling bertautan pada jari titik tekan.
28
3.Tekan tulang dada kearah tulang belakang kira-kira 3,8-
5 cm dengan tumpuan pada pangkal telapak
tangan,sebaiknya penekanan posisi siku lurus dengan
beban seberat gaya tubuh yang bertumpu pangkal
telapak tangan tsb .
29
4. Dengan posisi badan tegak lurus lakukan pijatan jantung
sebanyak 30 X ( dalam 15 detik =30 kompresi ) kedalaman
penekanan 1.5-2 inci (3,8-5cm) Frek.80-100 X per menit.
30
5.Rasio bantuan cirkulasi dan pemberian napas
adalah 30 : 2 (Tiap 15 detik = 30 kompresi dan
dua (2 ) kali bantuan nafas), dilakukan baik oleh 1 atau 2
penolong.
 Satu siklus = 30 x cirkulasi : 2 x tiupan
 Jumlah kompresi dada setidaknya 80-100 x/menit
6.Lakukan terus sampai mencapai 5 siklus dari 30 x pijatan
jantung dan 2 x bantuan nafas ( versi Baru )
7.Kemudian periksa kembali nadi karotis korban .
8.Jika nadi berdenyut dan nafas ada, teruskan monitor C,A,B dan
sampai bantuan MEDIS datang .
31
 Area menjadi tidak aman
 Staf yang lebih ahli ( tenaga medis )
telah datang
 Tanda-tanda kehidupan muncul
 Tanda-tanda kematian: tugor kulit
unggu kebiruan,dilatasi pupil.
 Kelelahan fisik penolong atau
sudah 30 menit tidak ada respon
32
Bila korban bisa bernafas dan ada nadi maka korban letakan posisi
Pemulihan ( tehnik Recovery position )
33
Shock adalah suatu keadaan yang timbul dimana sistem
peredaran darah tubuh terganggu sehingga tidak dapat
memenuhi kebutuhan tubuh.
Gejalanya :
 Berubahnya warna kulit
Kulit pucat atau keabu-abuan dan terasa dingin dan
lembab.
 Denyut nadi dan napas tidak teratur,cepat dan
dangkal.
Denyut nadi cepat ( >140 x/menit) kemudian
melemah, lambat & hilang.
34
Gejala shock :
 Mata penderita tampak loyo dan pandangan
kosong,pupilnya melebar sehingga membuat
bagian hitam di tengah tampak besar.
 Tak sadarkan diri,pusing,merasa gelisah dan
haus.
 Bibir korban terlihat kering dan ada keluhan
rasa haus
 Korban kelihatan lemah dan mengantuk
35
Pertolongan Shock
• Baringkan tubuh korban dengan
kedua lututnya lebih tinggi
• Selimuti tubuhnya dengan selimut hangat
 Awasi keadaan umum korban yang tidak sadar
 Biarkan korban yang sadar menentukan posisi yang
paling nyaman
 Jangan pindahkan korban jika tidak diperlukan
 Jaga kepala agar leher tidak banyak bergerak
 Jaga suhu tubuh korban
36
 Adalah kerusakan jaringan atau kehilangan
jaringan yang diakibatkan sumber panas
ataupun suhu dingin yang tinggi.
37
Klasifikasi baru klasifikasi tradisional kedalaman luka bakar bentuk klinis
Superficial thickness Derajat 1 Lapisan Epidermis
Erythema (kemerahan), Rasa
sakit seperti tersengat,
blisters (Gelembung cairan)
Partial thickness —
superficial
Derajat 2
Epidermis Superficial
(Lapisan papillary)
dermis
Blisters (Gelembung cairan),
Cairan bening ketika
gelembung dipecah, dan rasa
sakit nyeri
Partial thickness —
deep
Deep (reticular) dermis
Sampai pada lapisan berwarna
putih, Tidak terlalu sakit
seperti superficial derajat 2.
sulit dibedakan dari full
thickness
Full thickness Derajat 3 atau 4
Dermis dan struktuir tubuh
dibawah dermis Fascia, Tulang,
or Otot
Berat, adanya eschar seperti
kulit yang meleleh, cairan
berwarna , tidak didapatkan
sensasi rasa sakit
38
.
39
Pertolongan :
1.Jika korban masih dalam keadaan terbakar, padamkan api
menggunakan selimut, bed cover, karpet, jaket atau bahan lain.
Jangan melepaskan pakaian yang melekat pada luka.
2.Terkadang korban mengalami kesulitan napas,khususnya bila luka
terdapat pada leher,wajah dan di sekitar mulut, bisa juga akibat
menghirup asap,lakukan pemeriksaan untuk memastikan korban bisa
bernapas.
3.Tempelkan kain basah atau air dingin untuk menurunkan suhu pada
daerah luka. Jangan gunakan air es untuk luka di bagian wajah,
tangan dan kaki sebab dapat menyebabkan syock.
4.Alirkan air dingin pada bagian yang terkena.
5.Jika luka bakar akibat bahan kimia, alirkan air terus menerus
selama 20 menit atau lebih.
40
Pertolongan
6.Lepaskan pakaian yang melekat tubuh korban.
7.Tutup luka dengan penutup luka steril sekali pakai.
8.Jika luka bakar mengenai mata pastikan kedua mata
tertutup
9.Jika jari-jari yang terbakar, maka balut masing-masing
jari secara terpisah.
Catatan :
 Jangan mengolesi luka dengan lotion, kecap, mentega,
atau minyak.
 Jangan pecahkan gelembung akibat luka bakar.
 Jangan gunakan salep, cairan antiseptik atau es.
41
 Secara garis besar penatalaksanaan keracunan adalah
mencegah/menghentikan penyerapan racun.
berdasarkan tempat masuknya,maka perawatan awal
adalah sebagai berikut:
1) RACUN MELAUI MULUT.
 Norit 2 sendok takar+ 1 gelas air teh pekat + 1
sendok takar antasida.
 Rangsang muntah: rangsang dinding faring dengan jari
yang telah dibersihkan
 Perhatian: rangsang muntah tidak boleh dilakukan
pada keracunan zat korosif dan penderita dengan
gangguan pendengaran.
 Pencahar dengan Na sulfat atau klisma dengan air
sabun perektal
42
Pakaian yang terkena dilepas
Bilas kulit dengan air sabun
3. RACUN INHALASI
pindahkan penderita ketempat yang aman
dan lakukan nafas buatan dengan
ambubag
43
Pusing
Mual
Muntah
Diare(keracunan makanan)
Kehilangan kesadaran
44
MENYELAMATKAN NYAWA

More Related Content

Similar to MENYELAMATKAN NYAWA

Resusitasi jantung paru
Resusitasi jantung paruResusitasi jantung paru
Resusitasi jantung paruSurangga Jaya
 
FIRST AID By dr.Aminullah 2014
FIRST AID By dr.Aminullah 2014FIRST AID By dr.Aminullah 2014
FIRST AID By dr.Aminullah 2014dki amin
 
Nota Pertolongan Cemas
Nota Pertolongan CemasNota Pertolongan Cemas
Nota Pertolongan CemasD'sya Famili
 
cvs fix lengkap
 cvs fix lengkap cvs fix lengkap
cvs fix lengkaprosmeni
 
LAPORAN BASIC LIFE SUPPORT (BLS)
LAPORAN BASIC LIFE SUPPORT (BLS)LAPORAN BASIC LIFE SUPPORT (BLS)
LAPORAN BASIC LIFE SUPPORT (BLS)Dodit Mujiono
 
prosedur resusitasi jantung paru
prosedur resusitasi jantung paruprosedur resusitasi jantung paru
prosedur resusitasi jantung paruSurya Yama
 
2996400.pdf.pptx
2996400.pdf.pptx2996400.pdf.pptx
2996400.pdf.pptxNizarZa2
 
3. BHD DAN RJP ok.pptx
3. BHD DAN RJP ok.pptx3. BHD DAN RJP ok.pptx
3. BHD DAN RJP ok.pptxRafaKhan7
 
Nota pertolongan cemas
Nota pertolongan cemasNota pertolongan cemas
Nota pertolongan cemasBritney Sim
 
7. pertolongan pertama pada kecelakaan [p3 k]
7. pertolongan pertama pada kecelakaan [p3 k]7. pertolongan pertama pada kecelakaan [p3 k]
7. pertolongan pertama pada kecelakaan [p3 k]Winarso Arso
 
Cardio Pulmonari Resuscitation (CPR) - Kaedah Permulihan Keatas Jantung dan P...
Cardio Pulmonari Resuscitation (CPR) - Kaedah Permulihan Keatas Jantung dan P...Cardio Pulmonari Resuscitation (CPR) - Kaedah Permulihan Keatas Jantung dan P...
Cardio Pulmonari Resuscitation (CPR) - Kaedah Permulihan Keatas Jantung dan P...Muhammad Nasrullah
 
Kb 3 bantuan hidup dasar
Kb 3 bantuan hidup dasarKb 3 bantuan hidup dasar
Kb 3 bantuan hidup dasarpjj_kemenkes
 

Similar to MENYELAMATKAN NYAWA (20)

Resusitasi jantung paru
Resusitasi jantung paruResusitasi jantung paru
Resusitasi jantung paru
 
BANTUAN HIDUP DASAR.pptx
BANTUAN HIDUP DASAR.pptxBANTUAN HIDUP DASAR.pptx
BANTUAN HIDUP DASAR.pptx
 
FIRST AID By dr.Aminullah 2014
FIRST AID By dr.Aminullah 2014FIRST AID By dr.Aminullah 2014
FIRST AID By dr.Aminullah 2014
 
BHD.ppt
BHD.pptBHD.ppt
BHD.ppt
 
Nota Pertolongan Cemas
Nota Pertolongan CemasNota Pertolongan Cemas
Nota Pertolongan Cemas
 
cvs fix lengkap
 cvs fix lengkap cvs fix lengkap
cvs fix lengkap
 
Cpr
CprCpr
Cpr
 
LAPORAN BASIC LIFE SUPPORT (BLS)
LAPORAN BASIC LIFE SUPPORT (BLS)LAPORAN BASIC LIFE SUPPORT (BLS)
LAPORAN BASIC LIFE SUPPORT (BLS)
 
BLS - RJP.ppt
BLS - RJP.pptBLS - RJP.ppt
BLS - RJP.ppt
 
prosedur resusitasi jantung paru
prosedur resusitasi jantung paruprosedur resusitasi jantung paru
prosedur resusitasi jantung paru
 
2996400.pdf.pptx
2996400.pdf.pptx2996400.pdf.pptx
2996400.pdf.pptx
 
Pbsm ;(
Pbsm ;(Pbsm ;(
Pbsm ;(
 
3. BHD DAN RJP ok.pptx
3. BHD DAN RJP ok.pptx3. BHD DAN RJP ok.pptx
3. BHD DAN RJP ok.pptx
 
Nota pertolongan cemas
Nota pertolongan cemasNota pertolongan cemas
Nota pertolongan cemas
 
Resusitasi jantung, paru dan otak
Resusitasi jantung, paru dan otakResusitasi jantung, paru dan otak
Resusitasi jantung, paru dan otak
 
7. pertolongan pertama pada kecelakaan [p3 k]
7. pertolongan pertama pada kecelakaan [p3 k]7. pertolongan pertama pada kecelakaan [p3 k]
7. pertolongan pertama pada kecelakaan [p3 k]
 
Cardio Pulmonari Resuscitation (CPR) - Kaedah Permulihan Keatas Jantung dan P...
Cardio Pulmonari Resuscitation (CPR) - Kaedah Permulihan Keatas Jantung dan P...Cardio Pulmonari Resuscitation (CPR) - Kaedah Permulihan Keatas Jantung dan P...
Cardio Pulmonari Resuscitation (CPR) - Kaedah Permulihan Keatas Jantung dan P...
 
BHD.pptx
BHD.pptxBHD.pptx
BHD.pptx
 
Cpr
CprCpr
Cpr
 
Kb 3 bantuan hidup dasar
Kb 3 bantuan hidup dasarKb 3 bantuan hidup dasar
Kb 3 bantuan hidup dasar
 

Recently uploaded

penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 

Recently uploaded (18)

penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 

MENYELAMATKAN NYAWA

  • 1.
  • 2. Memberikan pertolongan / tindakan dengan segera kepada korban yang mengalami kecelakaan,cidera atau yang tiba-tiba mengalami sakit yang memerlukan penangganan medis dasar. Medis dasar adalah suatu tindakan perawatan yang didasarkan pada kaidah ilmu kedokteran yang dapat dimiliki oleh orang awam atau awam khusus yang dilatih memberikan pertolongan pertama, batasannya adalah sertifikat yang dimiliki oleh pelaku pertolongan pertama. Tujuan utama PPPK. 1. Mempertahankan korban tetap hidup. 2. Membuat keadaan korban tetap stabil. 3. Mengurangi rasa nyeri, ketidaknyamanan dan cemas. 2
  • 3.  Pengertian Resusitasi Jantung Paru (RJP) adalah merupakan suatu tindakan kegawatan sederhana tanpa menggunakan alat / memberikan napas buatan yang bertujuan menyelamatkan nyawa seseorang dalam waktu yang sangat singkat dan di lakukan pada korban :  Indikasi Henti Napas : Sumbatan jalan nafas,Tersengat listrik,Tenggelam,Tercekik, Perdarahan hebat,Keracunan,Penyakit  Indikasi henti jantung: 1. Fibrilasi ventrikel: Suatu keadaan dimana jantung berdenyut sangat cepat, sehingga jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh. 2. Asistole: Jantung tidak berdenyut sama sekali. 3. Disosiasi elektromekanik: Pada keadaan ini aktifitas listrik dalam jantung masih ada, akan tetapi tidak mampu menggerakkan jantung untuk memompa darah. . 3
  • 4. Golden Period < 5 mnt Clinical death : Tidak ada Napas & nadi Brain damage : Setelah 5 menit Biological death : Setelah 10 menit
  • 5.  Tujuan utama pernapasan adalah memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen. Anatomi dari sistem pernapasan terdiri dari:  1. Hidung dan mulut.  2. Saluran napas (pharing, laring, Trachea)  3. Paru -paru (bronchus, bronchiolus, alveolus) .  4. Otot-otot pernapasan (diaphragma dan otot dada ) 5 d Ekspirasi / mengeluarkan 16% Inspirasi/meng hirup 4 %
  • 6. Langkah-Langkah penolong ;  Memastikan keamanan lingkungan.  Memastikan respon korban  Mintalah bantuan untuk melakukan pertolongan.  Memperbaiki posisi korban korban dalam posisi terlentang,berada pada permukaan yang rata / keras.  Mengatur posisi penolong 6
  • 7. American Heart Assocation (AHA) menetapkan pedoman resusitasi yang pertama kali pada tahun 1966 ( RJP ) “A-B-C” yaitu :Apabila korban tidak ada Respon,Maka Lakukan Tehnik Sbb: Tahap I :Bantuan Hidup Dasar ( BHD ) A – Airway (Penguasaan Jalan Napas) B – Breath (Bantuan Pernapasan ) C – Circulate (Bantuan Sirkulasi ) 7
  • 8. Tahap II Bantuan Hidup Lanjutan ( BHL ) D – Drugs ( Pengobatan dengan cairan & obat ) E - Electrocardiography ( Melakukan pemantauan dengan alat ECG ) F - Fibrillation Treatment ( Melakukan pengobatan dengan defebrilator ) Tahap III Bantuan Hidup Jangka Panjang ( BHJP ) G.- Gaiging ( Menilai keadaan korban masih bisa diselamatkan / tidak ) H.- Human Mentation ( Melakukan resusitasi dengan orientasi otak) I.- Intensive Care (Mengolah korban secara intensif ) 8
  • 9. 9 A–Airway  Cek jalan nafas (menelan,lidah menutupi).  Bersihkan jalan napas  Amati suara napas dan pergerakan dinding dada  Cek dan bersihkan dengan menyisir rongga mulut dengan jari ( sapuan jari ), bisa dilapisi dengan kasa untuk menyerap cairan.  Dilakukan dengan cara jari silang (cross finger )untuk membuka mulut.
  • 10. Tehnik Head Tilt & Chin Lift : a.Membaringkan korban terlentang pada Permukaan yang datar dan keras b.Meletakkan telapak tangan pada dahi korban c. Menekan dahi sedikit mengarah ke depan dengan telapak tangan d.Meletakkan ujung jari telunjuk dan jari tengah dari tangan lainnya di bawah bagian ujung tulang rahang korban. e. Menengadahkan kepala dan menahan / menekan dahi korban secara bersamaan sampai kepala pasien pada posisi ekstensi (di tengadahkan ) 10
  • 11. Tehnik Jaw Trust : a.Membaringkan korban terlentang pada permukaan yang datar dan keras b.Mendorong ramus vertikal mandibula kiri dan kanan ke depan sehingga barisan gigi bawah Berada di depan barisan gigi atas 11
  • 12. c. Menggunakan ibu jari masuk ke dalam mulut korban dan bersama dengan jari-jari yang lain menarik dagu korban ke depan, sehingga otot-otot penahan lidah teregang dan terangkat d. Mempertahankan posisi mulut korban tetap terbuka :  Ambil benda apa saja yang telihat  Pada bayi, posisi kepala harus normal  Cek tanda kehidupan: respon dan suara napas  Jangan mendongakkan berlebihan,secukupnya untuk membuka jalan napas, karena bisa berakibat cedera leher. 12
  • 13. 13 Merupakan suatu tindakan untuk meningkatkan tekanan diafragma secara mendadak. memaksa udara dalam paru untuk keluar dengan cepat sehingga penyumbat jalan napas dapat terdorong keluar. Hentakan dapat diulang 5 kali.
  • 14.  Pasien sadar dan berdiri  Berdiri dibelakang korban  Lingkari pinggang atas (lihat ilustrasi) dengan tangan penolong  Letakan tangan yang mengepal ditopang dengan tangan lain tepat dibawah prosesus xypoideus (ulu hati)  Pegang erat-erat kepalan tangan  Tarik kedua tangan kita untuk menekan dengan hentakan keras kearah belakang korban.  Ulangi kegiatan secara terpisah dengan gerakan kuat  Pada kasus obesitas atau kehamilan, berikan kompresi dada  Bila pasien tidak sadar, baringkan dengan posisi terlentang 14
  • 15. 15
  • 16. Sapuan jari Ektensi kepala 
  • 17. Pasien yang terlentang / tidak sadar  Terlentangkan pasien  Penolong berlutut diantara paha korban.  Letakan satu tangan pada garis tengan abdomen, diatas umbillikus (pusar ) dan agak jauh dibawah sternum ( dada tengah ), tangan kedua di letakan pada tangan pertama. • Tekan kearah bawah depan dengan kuat dan menghentak.  Ulangi sampai 5 kali Posisi ini bisa digunakan bila penolong terlalu pendek di bandingkan dengan korban. 17
  • 18. 18 Breathing ( Lakukan bantuan nafas buatan ) Prinsip Nafas Buatan : 1.Memastikan korban tidak bernapas. Dengan cara melihat pergerakan naik turunnya dada, mendengar bunyi napas dan merasakan hembusan napas korban 3-5 detik.Untuk itu penolong harus mendekatkan telinga di atas mulut dan hidung korban, sambil tetap mempertahankan jalan napas tetap terbuka / di Ekstensikan. Prosedur ini dilakukan tidak boleh melebihi 10 detik.
  • 19. 2.Memberikan bantuan napas. Jika korban tidak bernapas, bantuan napas dapat melalui : mulut ke mulut, mulut ke hidung atau mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan)  Dengan memberikan 2 kali hembusan, waktu meniup jepitlah kedua cuping hidung korban spy udara tidak bocor serta Jumlahnya cukup & merata waktu yang dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,5 – 2 detik .  Volume udara yang dihembuskan adalah 700 – 1000 ml (10 ml/kg) atau sampai dada korban terlihat mengembang.  Penolong harus menarik napas dalam pada saat akan menghembuskan napas agar tercapai volume udara yang cukup. Konsentrasi oksigen yang dapat diberikan hanya 16 – 17%. Penolong juga harus memperhatikan respon dari korban setelah diberikan bantuan napas.  Segera periksalah nadi Karotis 3-5 detik yang terletak dekat jakun.  Lakukan tiupan 10-12x hembusan tiap menit. 19
  • 20. Mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan)  Mulut ke masker saku Mulut ke Hidung Mulut ke mulut
  • 21. 21 Prinsip Nafas Buatan :  Jumlah udara yg di tiupkan secukupnya ditandai dengan naiknya dada korban  Kecepatan peniupan disesuaikan dengan kecepatan nafas normal  Setiap akan meniupkan udara sebaiknya penolong menarik nafas dengan menoleh ke samping
  • 22. Versi Lama AHA 2005 : Perbandingan pijatan dan tiupan bagi penolong PJL: *Dilakukan 1 orang penolong =15 x pijatan : 2 x tiupan *Dilakukan 2 orang penolong = 5 x pijatan : 1 x tiupan setiap 4 siklus cek nadi karotis Versi Baru AHA 2010 : *Dilakukan 1 atau 2 orang penolong = 30 x pijatan dan 2 x tiupan ( nafas buatan ) setiap 5 siklus cek nadi karotis 22
  • 23. 23
  • 24. 24
  • 25. Tahap I : BHD  Menemukan korban tidak berespon lakukan :  Berteriak minta tolong  Atur posisi korban. Sebaiknya pasien terlentang pada permukaan keras dan rata. Jika ditemukan tidak dalam posisi terlentang, terlentangkan korban dengan teknik “ log roll “ secara bersamaan kepala, leher dan punggung digulingkan.  Atur posisi penolong.Berlutut sejajar dengan bahu pasien agar secara efektif dapat memberikan resusitasi jantung paru (RJP).  Pemeriksaan nadi karotis sebagai mekanisme untuk menilai henti jantung 25
  • 26.  Tehnik mengukur Arteri/nadi Carotis : Dengan meraba arteri karotis di daerah leher korban, dengan dua atau tiga jari tangan (jari telunjuk dan tengah) penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba trakhea, kemudian kedua jari digeser ke bagian sisi kanan atau kiri kira-kira 1 – 2 cm raba dengan lembut selama 5 – 10 detik. 26
  • 27. 1.Tentukan titik tekan Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang iga kanan atau kiri sehingga bertemu dengan tulang dada (sternum). 27
  • 28. 2. Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur kurang lebih 2 atau 3 jari ke atas. Daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakan tangan penolong dalam memberikan bantuan sirkulasi,dan letakan kedua tangan penolong saling bertautan pada jari titik tekan. 28
  • 29. 3.Tekan tulang dada kearah tulang belakang kira-kira 3,8- 5 cm dengan tumpuan pada pangkal telapak tangan,sebaiknya penekanan posisi siku lurus dengan beban seberat gaya tubuh yang bertumpu pangkal telapak tangan tsb . 29
  • 30. 4. Dengan posisi badan tegak lurus lakukan pijatan jantung sebanyak 30 X ( dalam 15 detik =30 kompresi ) kedalaman penekanan 1.5-2 inci (3,8-5cm) Frek.80-100 X per menit. 30
  • 31. 5.Rasio bantuan cirkulasi dan pemberian napas adalah 30 : 2 (Tiap 15 detik = 30 kompresi dan dua (2 ) kali bantuan nafas), dilakukan baik oleh 1 atau 2 penolong.  Satu siklus = 30 x cirkulasi : 2 x tiupan  Jumlah kompresi dada setidaknya 80-100 x/menit 6.Lakukan terus sampai mencapai 5 siklus dari 30 x pijatan jantung dan 2 x bantuan nafas ( versi Baru ) 7.Kemudian periksa kembali nadi karotis korban . 8.Jika nadi berdenyut dan nafas ada, teruskan monitor C,A,B dan sampai bantuan MEDIS datang . 31
  • 32.  Area menjadi tidak aman  Staf yang lebih ahli ( tenaga medis ) telah datang  Tanda-tanda kehidupan muncul  Tanda-tanda kematian: tugor kulit unggu kebiruan,dilatasi pupil.  Kelelahan fisik penolong atau sudah 30 menit tidak ada respon 32
  • 33. Bila korban bisa bernafas dan ada nadi maka korban letakan posisi Pemulihan ( tehnik Recovery position ) 33
  • 34. Shock adalah suatu keadaan yang timbul dimana sistem peredaran darah tubuh terganggu sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Gejalanya :  Berubahnya warna kulit Kulit pucat atau keabu-abuan dan terasa dingin dan lembab.  Denyut nadi dan napas tidak teratur,cepat dan dangkal. Denyut nadi cepat ( >140 x/menit) kemudian melemah, lambat & hilang. 34
  • 35. Gejala shock :  Mata penderita tampak loyo dan pandangan kosong,pupilnya melebar sehingga membuat bagian hitam di tengah tampak besar.  Tak sadarkan diri,pusing,merasa gelisah dan haus.  Bibir korban terlihat kering dan ada keluhan rasa haus  Korban kelihatan lemah dan mengantuk 35
  • 36. Pertolongan Shock • Baringkan tubuh korban dengan kedua lututnya lebih tinggi • Selimuti tubuhnya dengan selimut hangat  Awasi keadaan umum korban yang tidak sadar  Biarkan korban yang sadar menentukan posisi yang paling nyaman  Jangan pindahkan korban jika tidak diperlukan  Jaga kepala agar leher tidak banyak bergerak  Jaga suhu tubuh korban 36
  • 37.  Adalah kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin yang tinggi. 37
  • 38. Klasifikasi baru klasifikasi tradisional kedalaman luka bakar bentuk klinis Superficial thickness Derajat 1 Lapisan Epidermis Erythema (kemerahan), Rasa sakit seperti tersengat, blisters (Gelembung cairan) Partial thickness — superficial Derajat 2 Epidermis Superficial (Lapisan papillary) dermis Blisters (Gelembung cairan), Cairan bening ketika gelembung dipecah, dan rasa sakit nyeri Partial thickness — deep Deep (reticular) dermis Sampai pada lapisan berwarna putih, Tidak terlalu sakit seperti superficial derajat 2. sulit dibedakan dari full thickness Full thickness Derajat 3 atau 4 Dermis dan struktuir tubuh dibawah dermis Fascia, Tulang, or Otot Berat, adanya eschar seperti kulit yang meleleh, cairan berwarna , tidak didapatkan sensasi rasa sakit 38 .
  • 39. 39
  • 40. Pertolongan : 1.Jika korban masih dalam keadaan terbakar, padamkan api menggunakan selimut, bed cover, karpet, jaket atau bahan lain. Jangan melepaskan pakaian yang melekat pada luka. 2.Terkadang korban mengalami kesulitan napas,khususnya bila luka terdapat pada leher,wajah dan di sekitar mulut, bisa juga akibat menghirup asap,lakukan pemeriksaan untuk memastikan korban bisa bernapas. 3.Tempelkan kain basah atau air dingin untuk menurunkan suhu pada daerah luka. Jangan gunakan air es untuk luka di bagian wajah, tangan dan kaki sebab dapat menyebabkan syock. 4.Alirkan air dingin pada bagian yang terkena. 5.Jika luka bakar akibat bahan kimia, alirkan air terus menerus selama 20 menit atau lebih. 40
  • 41. Pertolongan 6.Lepaskan pakaian yang melekat tubuh korban. 7.Tutup luka dengan penutup luka steril sekali pakai. 8.Jika luka bakar mengenai mata pastikan kedua mata tertutup 9.Jika jari-jari yang terbakar, maka balut masing-masing jari secara terpisah. Catatan :  Jangan mengolesi luka dengan lotion, kecap, mentega, atau minyak.  Jangan pecahkan gelembung akibat luka bakar.  Jangan gunakan salep, cairan antiseptik atau es. 41
  • 42.  Secara garis besar penatalaksanaan keracunan adalah mencegah/menghentikan penyerapan racun. berdasarkan tempat masuknya,maka perawatan awal adalah sebagai berikut: 1) RACUN MELAUI MULUT.  Norit 2 sendok takar+ 1 gelas air teh pekat + 1 sendok takar antasida.  Rangsang muntah: rangsang dinding faring dengan jari yang telah dibersihkan  Perhatian: rangsang muntah tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif dan penderita dengan gangguan pendengaran.  Pencahar dengan Na sulfat atau klisma dengan air sabun perektal 42
  • 43. Pakaian yang terkena dilepas Bilas kulit dengan air sabun 3. RACUN INHALASI pindahkan penderita ketempat yang aman dan lakukan nafas buatan dengan ambubag 43