2. Hukum Termodinamika I :
“Energi tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan” , tapi dapat diubah dari
bentuk yang satu ke bentuk lain.
Sumber energi : energi kimia
(makanan)
(energi input)
Pemakaian : energi kimia, mekanik,
(energi output) listrik, osmotik, panas
2
3. Sumber energi : KH, Protein &
Lemak
Bahan baku tubuh berasal dari bahan
makanan
Bahan makanan
penghancuran secara kimia
oleh ENZIM
Mikromolekul pembentuk
karbohidrat,lipid & protein
3
4. Sumber energi : KH, Protein &
Lemak
Protein
Telur → asam amino → sintesa
albumin
(mengandung albumin) serum
Karbohidrat
Nasi → glukosa → sintesa glikogen
otot
(mengandung pati)
4
5. Sumber energi : KH, Protein &
Lemak
Lemak / lipid
Mentega → asam lemak → lemak tubuh
gliserol
5
6. METABOLISME = ‘perubahan’
Semua transformasi kimiawi dan energi yang
terjadi di dalam tubuh
KATABOLISME = pelepasan energi,
untuk dimanfaatkan
ANABOLISME = pengambilan /
penyimpanan energi
6
7. Metabolik interaksi
“Fed State” atau metabolisme absorptif :
proses-proses anabolik
Jalur reversibel condong ke proses anabolik
Energi KH disintesis dan disimpan
Asam amino membentuk protein,
kelebihannya disimpan
“Fasted state” or metabolisme post-
absorptif : proses-proses katabolik
• Jalur condong untuk menyediakan energi
bagi metabolisme
• cadangan → glukosa darah → organ yang
membutuhkan. 7
13. Energi input Energi output
Internal work Thermal energy
Food energy Metabolic pool
(heat)
in body
External work
75 %
25 %
Energy storage
Laju metabolik (matabolic rate) : kecepatan pemakaian
energi oleh tubuh (kerja eksternal & internal), per satuan waktu.
► kecepatan produksi panas
► kilokalori / jam (kalori / jam)
Kalori : jumlah panas yg diperlukan untuk menaikkan suhu
1 kg H2O sebesar 1oC dari suhu 15oC ke 16oC. 13
14. Cara pengukuran laju
metabolisme
1. Langsung : prinsip seperti kalorimeter bom.
Objek dimasukkan ke ruang tertutup.
Dihitung kenaikan temperatur yang
dihasilkan.
2. Tidak langsung : kalori dihitung dengan
mengetahui jumlah O2 yg digunakan, CO2 yg
dihasilkan.
14
16. Nilai kalori bahan makanan
Bomb Coefficient Adjustment Nilai kalori
calorimeter of for -NH2 fisiologis
(kalori digestibility
potensial)
Kcal/gram % Kcal/gram
CHO =4.10 97 4.0
PROT =5.65 92 -1.3 4.0
kcal/gram
FAT =9.45 92 9.0
ALCOHOL 100 7.0
=7.0 16
17. Tujuan pengukuran laju
metabolisme :
1. Menentukan keperluan kalori pada
keadaan basal, dan selama
melakukan pelbagai kerja tertentu.
2. Menyusun diit yang sesuai dengan
kebutuhan kalori seeorang.
3. Membantu menegakkan diagnosa
berbagai gangguan metabolisme.
17
18. Jumlah pemakaian energi (BB =
70 kg) selama melakukan
berbagai aktivitas :
Aktivitas Energi (Kkal/jam)
Tidur 65
Duduk 100
Mengetik 140
Jalan santai 200
Berenang 500
Menaiki tangga 1,100
18
19. Penggunaan energi harian
1.Basal Metabolic Rate
(BMR) - 60-75%
2.pencernaan &
penyimpanan
makanan – 10%
3. Aktivitas fisik –
15-30%
19
20. 1.BMR (Tingkat Metabolik Dasar)
Berupa jumlah terkecil pemakaian energi
internal dalam keadaan terjaga.
Untuk mempertahankan kehidupan dalam
keadaan minimal (aktivitas metabolik dasar)
mencakup :
- pertumbuhan, perbaikan, maintenance sel.
-transmisi saraf
-metabolisme otot dalam keadaan istirahat.
Nilai normal : berkisar 900 – 1900 kkal.
20
21. Kondisi pengukuran BMR :
1. Istirahat fisik, minimal 30 menit.
2. Istirahat mental (untuk memperkecil :
tonus otot rangka & sekresi epinefrin)
3. Suhu ruangan nyaman (tidak kepanasan
& tidak kedinginan)
4. Tidak makan dalam 12 jam terakhir
21
22. BMR tinggi pada :
Usia muda
Permukaan tubuh luas
Stress, demam
Hyperthyroidism
Kehamilan
BMR rendah pada :
Pertambahan usia
puasa
malnutrisi
22
23. 2. Aktivitas fisik (Kerja otot)
Besarnya bergantung pada :
Jumlah otot yang terlibat
Berat yang dipindahkan
Masa / lamanya aktivitas
Kerja otot yang ringan ; duduk,
berdiri, mengenakan pakaian akan
menaikkan metabolisme 25-60 % di
atas taraf basal.
Kerja mental yang berat; pemecahan
soal matematik hanya menaikkan 3-4
% (Benedict). 23
24. 3. Pemasukan
makanan
Peningkatan produksi panas akibat
pemasukan makanan disebut sebagai
Specifik Dynamic Action (SDA) .
Kenaikan panas dimulai 1 jam setelah
masuk makanan, maksimum pada jam
ketiga, dan dipertahankan di atas taraf basal
selama 6 jam / lebih.
SDA paling tinggi disebabkan protein (30
%). Karbohidrat 6 % dan lemak 4 %. SDA
makanan campuran rata-rata ± 10 %.
24
25. Pengaruh Suhu lingkungan &
suhu tubuh
Batas nyaman suhu “comfort zone” : pria 28-
31oC, wanita 27-33oC. Dalam batas ini tidak
ada pengeluaran keringat ataupun menggigil.
Suhu lingkungan rendah merangsang
produksi panas tubuh.
Kenaikan suhu tubuh akan menaikkan taraf
metabolisme. Kenaikan suhu tubuh 1oC akan
meningkatkan taraf basal sebesar 13-14 %.
25
26. Pengaruh hormon
Berbagai hormon dapat mempengaruhi
metabolisme energi
Penting : katekolamin- epinefrin &
norepinefrin dan tiroksin.
Sekresi maksimal katekolamin dapat
meningkatkan metabolisme 30-80 % (efek
terhadap lemak & karbohidrat)
Tiroksin mempengaruhi oksidasi seluler. Pada
hipotiroid BMR 25-40 % dibawah normal,
hipertiroid BMR 40-80 di atas normal.
26
27. 3 status keseimbangan energi
Balanced energy
intake: not losing or
gaining weight
Negative energy
balance (weight
loss): energy intake
< energy expended
Positive energy
balance (weight
gain): energy intake
> energy expended
27
29. Kenapa menjaga keseimbangan ST menjadi PENTING ?
Laju aktifitas ENZIM dipengaruhi oleh
Temperatur/Suhu
37°C
43°C
Activity
Reversible Non-Reversible
55°C
Temperature
29
30. Manusia adalah homeothermic.
ST internal (core) : 36.1 - 37.80C.
30
31. Suhu normal → metabolisme sel stabil
↑ suhu tubuh (41oC) → kejang
(gangguan fungsi saraf)
(43oC) → denaturasi
protein irreversibel →
kematian
↓ suhu tubuh → ↓ aktivitas metab.
↓ Kebutuhan O2
31
33. Body Temperatures: Core
and Skin
COLD Normal HOT
37o C
Core Temperature
27o C 37o C 47o C
Normal
33-34o C
Skin Temperature
27o C 37o C 47o C
33
Skin temperature tends to be colder than core temperature at a normal state
34. Variasi suhu tubuh :
Biological clock (jam biologis)
↓ Morning ( 6-7 am
), ↑ evening ( 5-7 pm)
Menstrual cycle
ovulation – menstruation : ↑ 0,5oC
Exercise
Suhu lingkungan yg ekstrim
34
35. keseimbangan ST
menyerupai keseimbangan
ENERGY
Heat Gain (HG) = Pembentukan Panas
Heat Loss (HL) = Pembuangan Panas
HG >> HL = + ST meningkat
HG << HL = - ST menurun
HG = HL = 0 ST tidak berubah
35
39. TERMORESEPTOR
HIPOTALAMUS ; sensitivitas 0,01oC
Suhu dingin mengaktifkan Suhu panas
REGIO POSTERIOR REGIO ANTERIOR
↑ HEAT GAIN ↓ HEAT GAIN
↓ HEAT LOSS ↑ HEAT LOSS
39
41. Respon terhadap suhu panas
Respon somatik : berkipas,
mencari tempat teduh
Respon otonom : vasodilatasi
pembuluh kulit, berkeringat.
Respon hormonal : -
Respon perilaku: apatis, malas
bergerak, minum, pakaian tipis. 41
44. Istilah
Afibril: suhu tubuh normal
Pireksia: suhu di atas normal
Hiperpireksia: demam tinggi
(>41oC)
Hipotermia: suhu tubuh dibawah
normal.
44
46. DEMAM
Demam – peningkatan suhu tubuh
akibat adanya peningkatan suhu set
point di hipotalamus.
Hipertermia – peningkatan suhu
tubuh akibat ketidakseimbangan
antara pembentukan dan
pembuangan panas.
46
47. Virus,
bakteria Pirogen endogen : Cytokines
Kompleks imun
Sel tumor
antipiretik Prostaglandin
Menaikkan
HYPOTHALAMUS set point di
hipotalamus
47
49. Patofisiologi demam
bila “thermostat” hipotalamus kembali normal
(karena diberi antipiretik atau penyakit
sembuh), suhu kembali turun ke nilai normal:
•berkeringat
•Vasodilatasi
•Merasa ‘kepanasan’
49