1. 1
Bertanya, Kunci Berpikir Kreatif
Oleh :Primma Russanti
Guru SD di Sekolah Ciputra
Surabaya
Ketika kita sebagai guru sekolah dasar menghadiri sebuah workshop atau seminar,
kita selalu diberi kesempatan oleh presenter atau moderator untuk bertanya. Coba kita
lihat, dari seluruh peserta, berapa orang yang mau bertanya. Dipastikan peserta yang mau
bertanya dapat dihitung dengan jari. Secara umum alasan mengapa peserta jarang sekali
yang mau bertanya karena mereka tidak tahu harus bertanya apa. Di sini rupanya letak
permasalahannya. Kalau guru saja tidak tahu harus bertanya apa atau tidak terbiasa
mengkritisi suatu permasalahan, bagaimana dengan murid-muridnya? Ternyata bertanya
itu tidak mudah, bukan? Banyak faktor mengapa siswa (utamanya di sekolah dasar)
jarang bertanya, antara lain:
1. Tidak tahu harus bertanya apa
2. Tidak dapat mengorganisasikan pikiran menjadi pertanyaan
3. Tidak percaya diri dan takut ditertawakan karena dianggap bertanya itu ibarat bodoh
Selagi awal tahun ajaran baru, ini adalah saat yang paling tepat untuk mengajarkan sejak
awal ketrampilan bertanya dan mengasah cara perpikir kritis. Di bawah ini ada cara
sederhana yang dapat diterapkan di dalam kelas untuk membantu siswa dalam belajar
bertanya :
1. Menebak benda dalam karung atau kardus
Taruhlah sebuah benda dalam tas atau kardus. Benda tersebut dapat berupa jam, pensil,
CD, mouse, atau kunci. Berikanlah satu kalimat petunjuk (clue), misalnya “Benda ini
terdapat di semua ruang kecuali kamar mandi”. Dari petunjuk itu, siswa dapat
mengembangkan menjadi kalimat tanya dengan diawali kata”apa”. Misalnya, “Apakah
benda tersebut hanya bisa dipakai oleh pria?”, maka guru hanya boleh menjawab ya atau
tidak. Meskipun pertanyaan yang disusun oleh siswa hanyalah pertanyaan sederhana,
yaitu diawali dengan kata apakah, tetapi siswa sebenarnya belajar menghubungkan fakta-
fakta dari pertanyaan orang lain. Fakta-fakta itu kemudian digunakan untuk menyusun
pertanyaan lain yang isinya berbeda. Jadi mereka tidak boleh mengulang pertanyaan
temannya. Dalam hal ini, siswa juga menerapkan keterampilan mendengarkan yang
produktif. Bila isi dalam kardus tersebut sudah tertebak, maka orang yang menebak itu
akan memimpin aktivitas ini yang tugasnya menjawab ya atau tidak.
2. Ada apa di belakangku?
Kegiatan ini seperti permainan tebak-tebakan, mirip dengan cara di atas, yaitu menjawab
ya atau tidak. Caranya adalah seorang siswa maju ke depan, berdiri membelakangi papan
tulis. Guru menuliskan kata di papan tulis tepat dibelakang (agak atas) siswa yang berdiri.
Siswa yang berdiri dapat bertanya yang diawali dengan kata “apakah”, sementara siswa
lain hanya boleh menjawab ya atau tidak.
3. Tahukah kamu?
Siapkan sebuah benda yang menarik perhatian dan jarang dilihat oleh siswa. Letakkan
benda tersebut di atas meja. Langkah berikutnya mintalah siswa untuk berpikir lebih
2. 2
dulu, kira-kira hal apa yang mereka ingin ketahui tentang benda tersebut. Di papan tulis,
guru dapat mendaftar hal-hal yang ingin mereka tanyakan. Di sini guru hanya menulis
kata kuncinya (topik) saja, bukan pertanyaan. Kemudian berdasarkan daftar kata kunci
atau topik tersebut, guru meminta siswa untuk menyusun pertanyaan. Bila tiba-tiba tidak
ada siswa yang merespon, guru bisa memberi contoh terlebih dahulu dengan mengambil
satu kata kunci dari daftar di papan, misalnya kata kunci penemu, maka menjadi
,”Siapakah yang menemukan benda ini?” atau kata kunci alasan berbunyi “Mengapa benda
ini berbunyi?”. Lalu bimbinglah siswa untuk lebih mengembangkan lagi dengan beberapa
bantuan penggalan kalimat tanya, seperti,”Seandainya………, apa yang akan terjadi? atau “
Apa hubungan antara……dengan……….?” Sekali lagi, guru dapat menegaskan bahwa
siswa dapat bertanya seluas mungkin tanpa harus takut mencari jawabannya karena
tujuannya adalah belajar bertanya. Setiap kali siswa dapat membuat pertanyaan, guru
harus menuliskan di papan supaya siswa lain dapat belajar dari temannya. Setelah selesai,
guru dapat mendiskusikan dengan murid dengan cara menggarisbawahi kata-kata kunci
baru yang diperoleh dari daftar pertanyaan, misalnya penemu, alasan, dampak,
keuntungan, kerugian, manfaat, masa depan, kualitas, kendala, masalah, solusi, cara
kerja, sebab akibat, dan sebagainya. Hal ini penting supaya siswa memahami ciri-ciri
membuat pertanyaan yang bermutu. Selain itu kata-kata kunci ini sebenarnya dapat
membantu siswa menyusun kalimat tanya yang baik dan benar sehingga mudah dipahami
oleh orang lain. Kegiatan ini dapat dilakukan dalam berkelompok, yaitu satu kelompok
yang terdiri dari 3 atau 4 orang menyusun pertanyaan sebanyak – banyaknya
berdasarkan sebuah benda yang berbeda dari kelompok lain. Kemudian hasilnya dapat
dibacakan di depan kelas dengan harapan bahwa setiap siswa dapat belajar dari
temannya. Karena dengan mendengarkan, siswa akan mendapatkan ide-ide baru yang
nantinya membantu mereka dalam berpikir kritis.
Manfaat ketiga aktivitas di atas adalah membantu siswa meningkatkan rasa ingin
tahu, tidak hanya sekedar fakta atau bentuk fisik dari benda yang dapat dilihat, tetapi
mengajari siswa bagaimana melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda dan dari
berbagai sisi. Bila hal ini dilakukan beberapa kali, maka siswa akan menjadi terbiasa
bertanya dengan mudah dan kualitas pertanyaannya juga akan mencerminkan kedalaman
berpikir.
Bila siswa sudah paham cara bertanya, maka guru dapat melibatkan siswa di dalam
proses belajar mengajar. Ketika guru akan memulai pelajaran, guru dapat memberitahu
topik yang akan dipelajari. Kemudian guru dapat menugasi siswa untuk menulis 3 atau 5
buah pertanyaan tentang hal-hal yang ingin mereka ketahui lebih dalam. Bila mereka
lupa atau menemukan kesulitan, guru dapat mengingatkan kembali kata-kata kunci yang
bisa digunakan untuk menyusun pertanyaan. Sebaiknya pertanyaan-pertanyaan itu ditulis
di kertas lalu ditempel di papan. Tujuannya selain menumbuhkan rasa ingin tahu, mereka
juga tahu seberapa dalam cara perpikir orang lain. Di samping itu guru juga akan tahu
sedalam apa keigintahuan siswa terhadap topik. Nah, diakhir pelajaran, guru dapat
mengambil beberapa pertanyaan tersebut lalu meminta siswa lain untuk menjawab.
Bukankah hal ini dapat memudahkan guru untuk mengetahui apakah siswa memahami
materi yang kita ajarkan?
Di abad 21 yang serba digital siswa tidak cukup hanya duduk diam menunggu guru
bertanya. Mereka harus tanggap dan merespon peristiwa dengan berpikir kritis, yaitu
bertanya yang bermutu. Dengan kata lain bertanya yang jawabannya lebih dari satu kata
dan membutuhkan penjelasan atau alasan! Selamat mencoba, semoga bermanfaat!