2. Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir Kreatif
Manik Sukoco*
*Prodi PPKn Program Pasccasarjana UNY dan Kolumnis Majalah Inside Indonesia,
E-mail: itsmanik@fastmail.net
Ketika kita sebagai guru sekolah dasar menghadiri sebuah workshop atau seminar, kita selalu
diberi kesempatan oleh presenter atau moderator untuk bertanya. Coba kita lihat, dari seluruh
peserta, berapa orang yang mau bertanya. Dipastikan peserta yang mau bertanya dapat dihitung
dengan jari. Secara umum alasan mengapa peserta jarang sekali yang mau bertanya karena
mereka tidak tahu harus bertanya apa. Di sini rupanya letak permasalahannya. Kalau guru saja
tidak tahu harus bertanya apa atau tidak terbiasa mengkritisi suatu permasalahan, bagaimana
dengan murid-muridnya? Ternyata bertanya itu tidak mudah, bukan? Banyak faktor mengapa
siswa (utamanya di sekolah dasar dan menengah) jarang bertanya, antara lain:
1. Tidak tahu harus bertanya apa
2. Tidak dapat mengorganisasikan pikiran menjadi pertanyaan
3. Tidak percaya diri dan takut ditertawakan karena dianggap bertanya itu ibarat bodoh
Selagi awal tahun ajaran baru, ini adalah saat yang paling tepat untuk mengajarkan sejak awal
ketrampilan bertanya dan mengasah cara perpikir kritis. Di bawah ini ada cara sederhana yang
dapat diterapkan di dalam kelas untuk membantu siswa dalam belajar bertanya :
1. Menebak benda dalam karung atau kardus
Taruhlah sebuah benda dalam tas atau kardus. Benda tersebut dapat berupa jam, pensil, CD,
mouse, atau kunci. Berikanlah satu kalimat petunjuk (clue), misalnya “Benda ini terdapat di
semua ruang kecuali kamar mandi”. Dari petunjuk itu, siswa dapat mengembangkan menjadi
kalimat tanya dengan diawali kata”apa”. Misalnya, “Apakah benda tersebut hanya bisa dipakai
oleh pria?”, maka guru hanya boleh menjawab ya atau tidak. Meskipun pertanyaan yang disusun
oleh siswa hanyalah pertanyaan sederhana, yaitu diawali dengan kata apakah, tetapi siswa
sebenarnya belajar menghubungkan fakta-fakta dari pertanyaan orang lain. Fakta-fakta itu
kemudian digunakan untuk menyusun pertanyaan lain yang isinya berbeda. Jadi mereka tidak
boleh mengulang pertanyaan temannya. Dalam hal ini, siswa juga menerapkan keterampilan
mendengarkan yang produktif. Bila isi dalam kardus tersebut sudah tertebak, maka orang yang
menebak itu akan memimpin aktivitas ini yang tugasnya menjawab ya atau tidak.
2. Ada apa di belakangku?
Kegiatan ini seperti permainan tebak-tebakan, mirip dengan cara di atas, yaitu menjawab ya atau
tidak. Caranya adalah seorang siswa maju ke depan, berdiri membelakangi papan tulis. Guru
menuliskan kata di papan tulis tepat dibelakang (agak atas) siswa yang berdiri. Siswa yang
berdiri dapat bertanya yang diawali dengan kata “apakah”, sementara siswa lain hanya boleh
menjawab ya atau tidak.
3. 3. Tahukah kamu?
Siapkan sebuah benda yang menarik perhatian dan jarang dilihat oleh siswa. Letakkan benda
tersebut di atas meja. Langkah berikutnya mintalah siswa untuk berpikir lebih dulu, kira-kira hal
apa yang mereka ingin ketahui tentang benda tersebut. Di papan tulis, guru dapat mendaftar hal-
hal yang ingin mereka tanyakan. Di sini guru hanya menulis kata kuncinya (topik) saja, bukan
pertanyaan. Kemudian berdasarkan daftar kata kunci atau topik tersebut, guru meminta siswa
untuk menyusun pertanyaan. Bila tiba-tiba tidak ada siswa yang merespon, guru bisa memberi
contoh terlebih dahulu dengan mengambil satu kata kunci dari daftar di papan, misalnya kata
kunci penemu, maka menjadi ,”Siapakah yang menemukan benda ini?” atau kata kunci alasan
berbunyi “Mengapa benda ini berbunyi?”. Lalu bimbinglah siswa untuk lebih mengembangkan
lagi dengan beberapa bantuan penggalan kalimat tanya, seperti,”Seandainya … , apa yang akan
terjadi? atau “Apa hubungan antara … dengan … ?” Sekali lagi, guru dapat menegaskan bahwa
siswa dapat bertanya seluas mungkin tanpa harus takut mencari jawabannya karena tujuannya
adalah belajar bertanya. Setiap kali siswa dapat membuat pertanyaan, guru harus menuliskan di
papan supaya siswa lain dapat belajar dari temannya. Setelah selesai, guru dapat mendiskusikan
dengan murid dengan cara menggarisbawahi kata-kata kunci baru yang diperoleh dari daftar
pertanyaan, misalnya penemu, alasan, dampak, keuntungan, kerugian, manfaat, masa depan,
kualitas, kendala, masalah, solusi, cara kerja, sebab akibat, dan sebagainya. Hal ini penting
supaya siswa memahami ciri-ciri membuat pertanyaan yang bermutu. Selain itu kata-kata kunci
ini sebenarnya dapat membantu siswa menyusun kalimat tanya yang baik dan benar sehingga
mudah dipahami oleh orang lain. Kegiatan ini dapat dilakukan dalam berkelompok, yaitu satu
kelompok yang terdiri dari 3 atau 4 orang menyusun pertanyaan sebanyak – banyaknya
berdasarkan sebuah benda yang berbeda dari kelompok lain. Kemudian hasilnya dapat dibacakan
di depan kelas dengan harapan bahwa setiap siswa dapat belajar dari temannya. Karena dengan
mendengarkan, siswa akan mendapatkan ide-ide baru yang nantinya membantu mereka dalam
berpikir kritis.
Manfaat ketiga aktivitas di atas adalah membantu siswa meningkatkan rasa ingin tahu, tidak
hanya sekedar fakta atau bentuk fisik dari benda yang dapat dilihat, tetapi mengajari siswa
bagaimana melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda dan dari berbagai sisi. Bila hal ini
dilakukan beberapa kali, maka siswa akan menjadi terbiasa bertanya dengan mudah dan kualitas
pertanyaannya juga akan mencerminkan kedalaman berpikir.
Bila siswa sudah paham cara bertanya, maka guru dapat melibatkan siswa di dalam proses
belajar mengajar. Ketika guru akan memulai pelajaran, guru dapat memberitahu topik yang akan
dipelajari. Kemudian guru dapat menugasi siswa untuk menulis 3 atau 5 buah pertanyaan tentang
hal-hal yang ingin mereka ketahui lebih dalam. Bila mereka lupa atau menemukan kesulitan,
guru dapat mengingatkan kembali kata-kata kunci yang bisa digunakan untuk menyusun
pertanyaan. Sebaiknya pertanyaan-pertanyaan itu ditulis di kertas lalu ditempel di papan.
Tujuannya selain menumbuhkan rasa ingin tahu, mereka juga tahu seberapa dalam cara perpikir
orang lain. Di samping itu guru juga akan tahu sedalam apa keigintahuan siswa terhadap topik.
Nah, diakhir pelajaran, guru dapat mengambil beberapa pertanyaan tersebut lalu meminta siswa
lain untuk menjawab. Bukankah hal ini dapat memudahkan guru untuk mengetahui apakah siswa
memahami materi yang kita ajarkan?
4. Di abad 21 yang serba digital siswa tidak cukup hanya duduk diam menunggu guru bertanya.
Mereka harus tanggap dan merespon peristiwa dengan berpikir kritis, yaitu bertanya yang
bermutu. Dengan kata lain bertanya yang jawabannya lebih dari satu kata dan membutuhkan
penjelasan atau alasan! Selamat mencoba, semoga bermanfaat!
View publication statsView publication stats