SlideShare a Scribd company logo
1 of 61
Copyright @2010Copyright @2010
Bearings
Journal
Bearings
Rolling
Bearings
Ball
Bearings
R a d I a l
Angular Contact
Thurst Ball
Roller
Bearings
Cylindrical
N e e d l e
Tapered
Spherical
Karakteristik Journal Rolling
Starting Friction Higher Lower
Lubrication Difficult Easier
Axial Space Large Small
Supporting Load Radial Radial & Axial
Failure Warning Last Earlier
Specification Customize Standardize
Pre-Load Ability Unable Able
Karakteristik Journal Rolling
Shaft Mounting Position Limited Any
Diametral Space Smaller Larger
Initial Cost Lower Higher
Noise Level Lower Higher
Environmant-Life Time Not Signif. Significant
Theoritical Life-Time Infinite Finite
Load Capacity Higher Lower
Operating Temperature Lower Higher
c
rj + 2c rb rj
L
c
rj
rb

Oil cap
Partial Jurnal Bearings
Full Jurnal Bearings
Pada kecepatan rendah, lapisan fluida tidak sepenuhnya terbentuk
sehingga sebagian kontak masih terjadi. Koefisien gesek adalah
sekitar 0.10. Keadaan ini dinamakan Boundary Lubrication
(pelumasan batas).
Karena kecepatan terus naik, kontak permukaan semakin jarang
terjadi sehingga koefisien gesek turun hingga pada range 0.01 < f <
0.10. Kondisi ini disebut Hydrostatic Lubrication (pelumasan
hidrostatis).
Akhirnya, ketika Hydrodynamic Lubrication (pelumasan
hidrodinamis) terjadi tidak ada kontak permukaan sama sekali dan
hal ini terjadi pada koefisein gesek 0.002 < f < 0.010.
Ketebalan film minimum ketika hydrodynamic lubrication berkisar
antara 0.008 < h < 0.02 mm atau 0.0003 < h < 0.0007 inch.
Boundary – sama dengan sliding friction.
Mixed-Film (Hydrostatic) – kondisi antara boundary dan
hydrodynamic.
Hydrodynamic – journal dan bearing dipisahkan oleh lapisan film.
Pada umumnya, tujuan para desainer adalah mencapai kondisi hydro-
dynamic lubrication dibawah kondisi operasi yang meliputi ukuran,
kece-patan, beban dan suhu
Jadi, pelumasan memiliki peranan yang sangat penting dalam
keberha-silan desain bantalan luncur.
Ada banyak jenis fluida yang dapat digunakan sebagai pelumas pada
bantalan luncur: oil, water, liquified petroleum gas, milk, etc.
Beberapa jenis gas seperti udara atau nitrogen juga dapat digunakan.
Tentunya, pemilihan pelumas tergantung pada aplikasinya.
Tujuan pelumasan:
Menghalangi kontak permukaan antar logam.
Mengurangi disipasi panas.
Melindungi permukaan logam dari korosi.
Melindungi elemen mesin dari kontaminasi.
Untuk aplikasi dengan bantalan luncur, sifat terpenting yang perlu
diketahui adalah viscosity.
U = kecepatan
F = gaya plat yang bergerak
u h = tebal lap. pelumas
y y
x plat yang diam
Friction (gesekan) adalah gaya perlawanan yang terjadi bila dua
permu-kaan yang saling berhubungan bergerak secara relatif satu
dengan yang lainnya.
Viscosity adalah ukuran kemampuan fluida untuk menahan tegangan
geser akibat kontak dua buah permukaan. Sifat ini pada dasarnya
merupakan konstanta yang proporsional dengan hukum Newton tentang
aliran viscous diantara 2 plat.
Ada 4 kuantitas yang harus diperhatikan dalam perancangan bantalan luncur:
Lubricants
Desainer harus mempertimbangkan pelumas berdasarkan jenis mesin,
metode supply pelumas dan karakteristiknya.
Bearing Load
Semakin kecil beban per proyeksi area (P), semakin panjang umur
bantalan luncur.
Length/Diameter Ratio: bervariasi antara 0.8 – 1.5
Long bearing (L/D > 1): biasanya digunakan untuk aplikasi dimana
misalignment dapat dihindari.
Short bearing (L/D < 1): digunakan pada aplikasi untuk mengurangi
defleksi scara signifikan.
Clearance
Dengan analisa yang paling minumum, rasio clearance, c/r = 0.001 dapat
digunakan untuk waktu yang lama.
Pengetahuan tentang penyebab kegagalan bantalan luncur
memungkin-kan engineer dapat mendiagnosa penyebab kerusakan
bearing melalui inspeksi visual pada bantalan tersebut.
Rekomendasi yang diberikan akan sangat tergantung pada kerusakan
yang dideteksi.
Satu hal yang harus tetap diingat, dalam memastikan kerusakan pada
bantalan luncur, diagnosa yang akurat diperlukan untuk memperoleh
informasi lebih lanjut pada komponen yang lain yang terlibat dan
kondisi operasional yang sesuai.
Ada 7 penyebab umum kegagalan bantalan luncur:
Overloading
Corrosion
Cavitation
Dirt (Kotoran)
Dirt in the lubrication system
Dirt on bearing back
Oil Starvation
Malfunction in the lubrication system
Oil seal failure
Misassembly
Bearing reversed
Reversed Con-rod or bearing caps
Locating lugs not nested
Improper machining of components
Improperly ground housing (faceted or polygonal)
Fillet ride
Out-of-shape journal: hour-glass shaped, barrel shaped or tapered
Misalignment of shaft and housing
Insufficient crush
Merupakan suatu kondisi pengoperasian dimana poros terdesak
diatas bantalan. Beban ini melebihi batas beban material bantalan
sehingga bantalan menjadi rusak.
Rekomendasi: periksa susunan jarak ruang dan bahan bantalan.
Pastikan pula bahwa kondisi mesin benar.
Minyak yang buruk dapat merusak permukaan bearing. Pengaruh ini
karena dilutasi paduan logam terhadap degradasi minyak.
Rekomendasi: selalu gunakan minyak yang direkomendasikan oleh
pabrikan, dan melakukan penggantian minyak sesuai yang
dijadwalkan seperti yang terdapat dalam petunjuk manual
pemeliharaan.
Pada saat pengoperasian berlangsung, tekanan oli terpusat pada suatu
tempat, menghasilkan gelembung yang dapat merusak permukaan
bearing.
Kerusakan akan terlihat dengan jelas pada daerah bearing, seperti
alur oli atau lubang, hal ini diakibatkan oleh diskontinuitas aliran oli.
Rekomendasi: pengecekan pengolian, seperti tekanan oli, laju aliran
dan jenisnya.
Partikel kotoran yang masuk dalam sistem pelumasan adalah salah
satu faktor yang paling sering menyebabkan rusaknya batalan luncur.
Akar permasalahan itu adalah biasanya engine tidak cukup bersih.
Rekomondasi: ketika memperbaiki engine, yakinkan sistem pelumasan
sudah dibersihkan dengan cermat.
Keberadaan partikel asing yang terperangkap diantara bagian
belakang bantalan dan housing akan menghasilkan resiko keausan.
Hal ini tampak jelas dengan adanya noda yang terlihat pada area
berlawanan yang berpatikel sepanjang bagian dalam bantalan.
Rekomendasi: pastikan dudukan bearing telah dibersihkan secara
hati-hati sebelum pemasangan.
Kegagalan seal poros engkol mengakibatkan pelumas tumpah pada
suatu titik tertentu sehingga pada akhirnya mengakibatkan sepasang
rumah bearing terlepas. Hal ini menyebabkan kegagalan bearing
karena habisnya lapisan pelumas menyebabkan hilangya tekanan
pelumas dalam menahan beban.
Kekurangan pelumasan pada journal bearing
akan mengakibatkan kerusakan pada banta-lan
dan biasanya akan merusak seluruh bagian.
Bagaimanapun juga fenomena kelelahan yang
sering terjadi dikarenakan habisnya pelumas
sehingga akan terjadi kontak logam satu
dengan yang lain diantara dua permukaan.
pemakaian yang terlalu lama dibawah kondisi
ini akan mengakibatkan kerusakan pada
seluruh permukaan.
Rekomendasi: sistem pelumasan diperiksa
secara menyeluruh dalam jangka waktu
tertentu (berkala), terutama pada tempat
saluran pelumas dan kegagalan pemakaian
pompa pelumas.
Where a bearing having no oil hole is mistakenly fitted in a position in which
it ought to have one, e.g., in a case where the upper and lower seats of a pair
of main bearing shells are inadvertently switched, this effectively prevents
that particular main journal receiving lubrication. As a consequence, no
lubrication can reach the crankpin via such oil holes, eventually leading to
seizure of the bearing in question. From the bearing back, it will be evident
that the oil passage hole hasbeen blocked off.
Rekomendasi: ensure that the utmost precaution is taken during the
installation of new bearings and that the correct positioning of each is
doublechecked
Ketika mesin-mesin diperbaiki, cenderung sering menimbulkan
kesalahan. Akan ada beberapa daerah dimana mungkin terjadi
pelumasan,dengan bukti adanya excessive localized wear.
Rekomendasi: pastikan bahwa setiap komponen bantalan luncur ter-
pasang dengan tepat.
LOCATING LUGS NOT NESTED
REVERSED CON-ROD OR
BEARING CAPS
Ada sejumlah penyebab yang memberi kenaikan temperatur pada
crank shaft dan rumah cylinder-block, seperti, ketidaksesuaian proses
permesi-nan, crank shaft yang bengkok, distorsi pada silinder blok, dll.
Cacat ini mengakibatkan aus yang terlokalisir.
Rekomendasi: memastikan bahwa silinder blok dan toleransi
pengerjaan crank shaft sesuai dengan spesifikasi manufacturer.
Jumlah persinggungan antara bantalan poros dan block/kerangka
mesin adalah dasar untuk menentukan perpindahan panas yang baik
dan penempatan bagian yang benar. jika penempatan tidak tepat,
poros akan kembali ke dalam kerangka mesin dan daerah yang
ditinggalkan akan tampak pada bantalan poros sebagai selisih/jarak
dengan kerangka mesin.
Di sisi lain, perubahan warna atau noda akan muncul, fakta bahwa
peristiwa pembakaran minyak telah bekerja pada suatu ruang antara
2 permukaan.
Rekomendasi: pastikan bahwa ukuran kerangka mesin terkalibrasi
dan torsi di dalam sesuai dengan petunjuk proses manufaktur
Tapered Roller
Roller Tapered Roller Ball Self-aligning Ball
Roller Thrust
Spherical DR Angular Ball Radial Ball
Ball Thrust
Outer Ring
Retainer
Rolling Element
Inner Ring
Karakteristik Roller Ball
Friction Resistance Higher Lower
Operating Speed Lower Higher
Contact Area Larger Smaller
Load Capacity Higher Lower
Vibration-Noise Higher Lower
Life-Time Longer Shorter
Persyaratan elemen Ring Roller:
Mampu menahan tegangan besar berulang
High precisions and rotational accuracy
Karakteristik elemen Ring Roller:
Tingkat kekerasan tinggi
Rolling fatigue resistance
Tahan aus
Kestabilan dimensi tinggi
Contoh:
High carbon chromium bearing steel
Case hardening steel
High speed steel
Stainless steel
Induction hardening steel
Persyaratan Cage/Retainer:
Mampu menahan beban kejut
Tahan thd rotational vibration
Tahan thd temperatur operasional
Karakteristik Cage/Retainer:
Koefisien gesek rendah
Ringan, kuat
Tahan temperatur tinggi
Contoh:
Cold/hot rolled sheet steel
Brass sheet
Stainless steel
High Tensile Cast Brass
Spheroidal Graphite Cast Iron
Aluminium Alloy
Injection molded plastic
Dimensi utama:
d : Nominal bore diameter
D : Nominal outside diameter
T : Nominal bearing width of single row tapered roller bearing
Dimensi utama:
d : Nominal bore diameter
D : Nominal outside diameter
T : Nominal bearing width of single row tapered roller bearing
Fixed Bearing
Menahan beban radial dan
aksial dua arah
Tidak ada pergerakan
arah aksial
Floating Bearing
Menahan beban radial
saja
Ada pergerakan aksial
akibat pemuaian poros
Life
Jumlah putaran atau jam kerja bantalan sebelum kegagalan pertama
muncul pada material bantalan, baik pada bola maupun ringnya.
Rating Life
Jumlah putaran atau jam kerja sejumlah bantalan yang sama dimana 10 %
dari bantalan tersebut (diperkirakan) telah mengalami kega-galan.
Biasa disebut L10, B-10 atau minimum life.
Median Life = 5L10
Jumlah putaran atau jam kerja sejumlah bantalan yang sama dimana 10 %
dari bantalan tersebut (diperkirakan) telah mengalami kega-galan setelah
5 kali rating life.
Average Life = 7L10
Jumlah putaran atau jam kerja sejumlah bantalan yang sama dimana 10 %
dari bantalan tersebut (diperkirakan) telah mengalami kega-galan setelah
7 kali rating life.
Basic Load Rating (C)
Disebut juga Dynamic Load Rating, Basic Dynamic Capacity, Specific
Dynamic Capacity.
Diperoleh dari tabel 9-1, 9-2 dan 9-3.
Basic Static Load Rating (Co)
Beban radial yang menyebabkan deformasi permanen dari elemen rolling.
Diperoleh dari tabel 9-1, 9-2 dan 9-3.
Individual Bearing
Bearing life time adalah jumlah putaran bantalan yang mampu dicapai
sebelum terjadi failure akibat material fatigue. Bearing life time
dihitung secara teoritis untuk kondisi operasional yang ideal
Incorporate Bearing Beban Periodic
Adjusted Life Rating
Basic Static Load Rating
Allowable Static Equivalen Load
Tujuan pelumasan adalah untuk menghidarkan kontak langsung antar
elemen bearing dengan melapisi permukaan kontak dengan graese
atau oli.
Manfaat pelumasan bearing;
Memperkecil gesekan dan keausan
Disipasi panas akibat gesekan
Memperpanjang usia bearing
Pencegahan karat
Perlindungan dari material yang berbahaya/pengotor.
Tipe pelumas:
Elastohydrodynamic  oil lubrication
Solid-film lubrication  grease
Grease adalah pelumas berbentuk gel (semi-solid) yang dibuat dari
base oil dengan penambahan zat aditif. Grease banyak dipakai karena
pe-nganannya mudah dan sealing yang sederhana.
Aditif digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan properti grease,
seperti:
EP – Additive  high pressure operation
Anti-oxidant
Anti-corrosive
Rust preventive
Biasa digunakan untuk aplikasi
putaran rendah hingga putaran
sedang.
Minimal setengah bagian rolling
elemen terendam pelumas saat
kondisi diam.
Untuk poros vertikal 50% - 80%
rolling elemen harus terendam
pelumas.
Pelumasan dilakukan dengan menyiram bearing dengan pelumas. Hal
ini bisa dilakukan dengan menambahkan impeler atau mekanisme lain
yang akan membawa pelumas mengaliri bearing ketika poros
berputar.
Metode ini digunakan untuk aplikasi putaran tinggi..
Pelumas berada di bagian atas se-
hingga menetesi bagian bearing
yang bergerak, kemudian meng-
uap. Biasanya ada beberapa kali
tetesan per menit.
Sesuai untuk aplikasi putaran
tinggi dan beban rendah – sedang.
Metode ini mirip dengan Oil Splash
Lubrication. Pelumas terbawa oleh
disc yang sebagian terendam dalam
pelumas. Akibat gaya sentrifugal,
pelumas akan mengaliri bearing dari
atas.
Hanya sesuai untuk aplikasi putaran
tinggi.
Pelumas bertekanan tinggi disem-
protkan langsung ke bearing mela-
lui nozzle.
Biasanya digunakan untuk aplika-
si beban, putaran dan temperatur
kerja yang tinggi, seperti pada
mesin jet atau turbin.
Pelumas dalam jumlah tertentu (minimum) disemprotkan ke bearing
dengan interval tertentu (diperhitungkan).
Pelumasan menjadi irit, bebas pencemaran (kelebihan pelumas), dan
efektif untuk pendinginan (akibat udara bertekanan).
Metode pelumasan ini meng-
gunakan pompa untuk sirkulasi
pelumas pada bearing. Metode
ini memungkinkan untuk
menjaga kualitas pelumas
dengan sistem pendinginan dan
filter.
Metode ini biasa digunakan un-
tuk sistem dengan pelumasan
sentral.
Sebelum melumasi komponen bearing pelumas terlebih dahulu
diubah menjadi partikel kecil menggunakan udara bertekanan.
Sistem ini dapat digunakan untuk melumasi beberapa bearing
sekaligus dan hanya sesuai untuk aplikasi putaran tinggi.
Bearing failure terjadi karena material fatigue yg disebabkan oleh
beban cyclic. Fatigue terjadi meskipun bearing beroperasi di bawah
beban fatigue dan dengan kondisi operasional yg ideal.
Faktor Penyebab Bearing Failure;
Kelebihan Beban (Over Load)
Pelumasan tidak sesuai
Getaran; Misalignment, Unbalanace Mass, Shaft Deflection
Kesalahan suaian shaft-bearing, bearing-housing, terlalu kencang atau
longgar
Pemuaian radial dari poros
Kesalahan Handling saat Mounting/Dismounting
In-effective Sealing
Life-Time
Flacking
Wear, bearing terkikis
Mekanisme terjadinya flaking
Shear stress berulang  Surface Crack  Pengikisan material  Flacking
Abrasive Material Pelumasan buruk Posisi inner ring berubah
akibat Getaran
Rolling element tidak
semuanya berputar
akibat getaran
Smearing
Indentation
Material berpindah antar permukaan elemen bearing akibat sliding karena beban
berlebih dan pelumasan yang buruk
Smearing pada
ujung roller
Smearing pada
raceway
Smearing pada
inner ring
Smearing pada
Outer Ring
Cacat material menyerupai takikan
Overload & Handling Fault Abrasive Material

More Related Content

What's hot

Sambung Pasak
Sambung PasakSambung Pasak
Sambung Pasak555
 
Elemen Mesin 1 - Bantalan
Elemen Mesin 1 - BantalanElemen Mesin 1 - Bantalan
Elemen Mesin 1 - BantalanCharis Muhammad
 
3.1 Menerapkan cara perawatan sistem kelistrikan.pptx
3.1 Menerapkan cara perawatan sistem kelistrikan.pptx3.1 Menerapkan cara perawatan sistem kelistrikan.pptx
3.1 Menerapkan cara perawatan sistem kelistrikan.pptxFECKYFEIBERSONHARIKA1
 
Elemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan KoplingElemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan KoplingDewi Izza
 
1. power point
1.  power  point1.  power  point
1. power pointAtar Ringo
 
fungsi-dan-cara-kerja-common rail.
fungsi-dan-cara-kerja-common rail.fungsi-dan-cara-kerja-common rail.
fungsi-dan-cara-kerja-common rail.Eko Soeripno
 
Modul Teori Bantalan Gelinding (Theory of Antifriction Bearing)_Politeknik Ma...
Modul Teori Bantalan Gelinding (Theory of Antifriction Bearing)_Politeknik Ma...Modul Teori Bantalan Gelinding (Theory of Antifriction Bearing)_Politeknik Ma...
Modul Teori Bantalan Gelinding (Theory of Antifriction Bearing)_Politeknik Ma...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
Modul pemeliharaan komponen engine
Modul pemeliharaan komponen engineModul pemeliharaan komponen engine
Modul pemeliharaan komponen engineAhmad Faozi
 
J4012 pneumatik dan hidraulik unit3
J4012 pneumatik dan hidraulik unit3J4012 pneumatik dan hidraulik unit3
J4012 pneumatik dan hidraulik unit3Asraf Malik
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirDewi Izza
 
Bab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesorinyBab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesorinyRumah Belajar
 
Mesin Penggerak Kapal (bagian 2)
Mesin Penggerak Kapal    (bagian 2)Mesin Penggerak Kapal    (bagian 2)
Mesin Penggerak Kapal (bagian 2)Yogga Haw
 
Sistem kontrol-elektro-pneumatik-1
Sistem kontrol-elektro-pneumatik-1Sistem kontrol-elektro-pneumatik-1
Sistem kontrol-elektro-pneumatik-1Bambang Haryono
 

What's hot (20)

Peralatan Bengkel.pdf
Peralatan Bengkel.pdfPeralatan Bengkel.pdf
Peralatan Bengkel.pdf
 
Sambung Pasak
Sambung PasakSambung Pasak
Sambung Pasak
 
Elemen Mesin 1 - Bantalan
Elemen Mesin 1 - BantalanElemen Mesin 1 - Bantalan
Elemen Mesin 1 - Bantalan
 
3.1 Menerapkan cara perawatan sistem kelistrikan.pptx
3.1 Menerapkan cara perawatan sistem kelistrikan.pptx3.1 Menerapkan cara perawatan sistem kelistrikan.pptx
3.1 Menerapkan cara perawatan sistem kelistrikan.pptx
 
Elemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan KoplingElemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
 
1. power point
1.  power  point1.  power  point
1. power point
 
BASIC ENGINE
BASIC ENGINE BASIC ENGINE
BASIC ENGINE
 
fungsi-dan-cara-kerja-common rail.
fungsi-dan-cara-kerja-common rail.fungsi-dan-cara-kerja-common rail.
fungsi-dan-cara-kerja-common rail.
 
ppt Turbin Uap
ppt Turbin Uapppt Turbin Uap
ppt Turbin Uap
 
Tugas elemen mesin full
Tugas elemen mesin fullTugas elemen mesin full
Tugas elemen mesin full
 
Modul Teori Bantalan Gelinding (Theory of Antifriction Bearing)_Politeknik Ma...
Modul Teori Bantalan Gelinding (Theory of Antifriction Bearing)_Politeknik Ma...Modul Teori Bantalan Gelinding (Theory of Antifriction Bearing)_Politeknik Ma...
Modul Teori Bantalan Gelinding (Theory of Antifriction Bearing)_Politeknik Ma...
 
Modul pemeliharaan komponen engine
Modul pemeliharaan komponen engineModul pemeliharaan komponen engine
Modul pemeliharaan komponen engine
 
Perhitungan propulsi kapal
Perhitungan propulsi kapalPerhitungan propulsi kapal
Perhitungan propulsi kapal
 
J4012 pneumatik dan hidraulik unit3
J4012 pneumatik dan hidraulik unit3J4012 pneumatik dan hidraulik unit3
J4012 pneumatik dan hidraulik unit3
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
 
Bab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesorinyBab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesoriny
 
Mesin Penggerak Kapal (bagian 2)
Mesin Penggerak Kapal    (bagian 2)Mesin Penggerak Kapal    (bagian 2)
Mesin Penggerak Kapal (bagian 2)
 
Merombak gearbox manual
Merombak gearbox manual Merombak gearbox manual
Merombak gearbox manual
 
Superheater & reheater
Superheater & reheaterSuperheater & reheater
Superheater & reheater
 
Sistem kontrol-elektro-pneumatik-1
Sistem kontrol-elektro-pneumatik-1Sistem kontrol-elektro-pneumatik-1
Sistem kontrol-elektro-pneumatik-1
 

Similar to Bearing & Seals

Menganalisis gangguan pada sistem rem hidrolik
Menganalisis gangguan pada sistem rem hidrolik Menganalisis gangguan pada sistem rem hidrolik
Menganalisis gangguan pada sistem rem hidrolik Fathan Rosidi
 
power poin rem cakram.pptx
power poin rem cakram.pptxpower poin rem cakram.pptx
power poin rem cakram.pptxALDhoven
 
Bab iii. modul i komponen pokok motor mesin
Bab iii. modul i komponen pokok motor mesinBab iii. modul i komponen pokok motor mesin
Bab iii. modul i komponen pokok motor mesinFatkur Rohman
 
Basic Lubrication (Pelumasan) 23092022.pdf
Basic Lubrication (Pelumasan) 23092022.pdfBasic Lubrication (Pelumasan) 23092022.pdf
Basic Lubrication (Pelumasan) 23092022.pdfMuhammadAgung375758
 
Elemen mesin (Bush)
Elemen mesin (Bush)Elemen mesin (Bush)
Elemen mesin (Bush)DYA_25
 
Cara perbaikan & pemekrisaan rem motor
Cara perbaikan & pemekrisaan rem motorCara perbaikan & pemekrisaan rem motor
Cara perbaikan & pemekrisaan rem motorArvin Saptyan
 
sistem pelumasan pada sepeda motor..pptx
sistem pelumasan pada sepeda motor..pptxsistem pelumasan pada sepeda motor..pptx
sistem pelumasan pada sepeda motor..pptxabdulaziz9021
 
Over Houl Silinder Roda
Over Houl Silinder RodaOver Houl Silinder Roda
Over Houl Silinder RodaK .
 
scribd.vdownloaders.com_handout-sistem-rem.pdf
scribd.vdownloaders.com_handout-sistem-rem.pdfscribd.vdownloaders.com_handout-sistem-rem.pdf
scribd.vdownloaders.com_handout-sistem-rem.pdfssuserc213ed
 
51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearing51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearingoto09
 
Sistem rem motor lengkap1
Sistem rem motor lengkap1Sistem rem motor lengkap1
Sistem rem motor lengkap1agus riyanto
 
1. Modul Tune Up Sepedamotor.pptx
1. Modul Tune Up Sepedamotor.pptx1. Modul Tune Up Sepedamotor.pptx
1. Modul Tune Up Sepedamotor.pptxsaeful25
 

Similar to Bearing & Seals (20)

Serbuk bearing
Serbuk bearingSerbuk bearing
Serbuk bearing
 
Menganalisis gangguan pada sistem rem hidrolik
Menganalisis gangguan pada sistem rem hidrolik Menganalisis gangguan pada sistem rem hidrolik
Menganalisis gangguan pada sistem rem hidrolik
 
Lubrikasi
LubrikasiLubrikasi
Lubrikasi
 
Sistem pelumasan
Sistem pelumasanSistem pelumasan
Sistem pelumasan
 
power poin rem cakram.pptx
power poin rem cakram.pptxpower poin rem cakram.pptx
power poin rem cakram.pptx
 
Bab iii. modul i komponen pokok motor mesin
Bab iii. modul i komponen pokok motor mesinBab iii. modul i komponen pokok motor mesin
Bab iii. modul i komponen pokok motor mesin
 
Basic Lubrication (Pelumasan) 23092022.pdf
Basic Lubrication (Pelumasan) 23092022.pdfBasic Lubrication (Pelumasan) 23092022.pdf
Basic Lubrication (Pelumasan) 23092022.pdf
 
Rem hidrolik
Rem hidrolikRem hidrolik
Rem hidrolik
 
Elemen mesin (Bush)
Elemen mesin (Bush)Elemen mesin (Bush)
Elemen mesin (Bush)
 
Rem cakram
Rem cakramRem cakram
Rem cakram
 
Bantalan (bearing)
Bantalan (bearing)Bantalan (bearing)
Bantalan (bearing)
 
Cara perbaikan & pemekrisaan rem motor
Cara perbaikan & pemekrisaan rem motorCara perbaikan & pemekrisaan rem motor
Cara perbaikan & pemekrisaan rem motor
 
sistem pelumasan pada sepeda motor..pptx
sistem pelumasan pada sepeda motor..pptxsistem pelumasan pada sepeda motor..pptx
sistem pelumasan pada sepeda motor..pptx
 
Roda & ban guru
Roda & ban guruRoda & ban guru
Roda & ban guru
 
Over Houl Silinder Roda
Over Houl Silinder RodaOver Houl Silinder Roda
Over Houl Silinder Roda
 
scribd.vdownloaders.com_handout-sistem-rem.pdf
scribd.vdownloaders.com_handout-sistem-rem.pdfscribd.vdownloaders.com_handout-sistem-rem.pdf
scribd.vdownloaders.com_handout-sistem-rem.pdf
 
Bearing
BearingBearing
Bearing
 
51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearing51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearing
 
Sistem rem motor lengkap1
Sistem rem motor lengkap1Sistem rem motor lengkap1
Sistem rem motor lengkap1
 
1. Modul Tune Up Sepedamotor.pptx
1. Modul Tune Up Sepedamotor.pptx1. Modul Tune Up Sepedamotor.pptx
1. Modul Tune Up Sepedamotor.pptx
 

Recently uploaded

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 

Recently uploaded (6)

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 

Bearing & Seals

  • 2. Bearings Journal Bearings Rolling Bearings Ball Bearings R a d I a l Angular Contact Thurst Ball Roller Bearings Cylindrical N e e d l e Tapered Spherical
  • 3. Karakteristik Journal Rolling Starting Friction Higher Lower Lubrication Difficult Easier Axial Space Large Small Supporting Load Radial Radial & Axial Failure Warning Last Earlier Specification Customize Standardize Pre-Load Ability Unable Able
  • 4. Karakteristik Journal Rolling Shaft Mounting Position Limited Any Diametral Space Smaller Larger Initial Cost Lower Higher Noise Level Lower Higher Environmant-Life Time Not Signif. Significant Theoritical Life-Time Infinite Finite Load Capacity Higher Lower Operating Temperature Lower Higher
  • 5. c rj + 2c rb rj L c rj rb  Oil cap Partial Jurnal Bearings Full Jurnal Bearings
  • 6. Pada kecepatan rendah, lapisan fluida tidak sepenuhnya terbentuk sehingga sebagian kontak masih terjadi. Koefisien gesek adalah sekitar 0.10. Keadaan ini dinamakan Boundary Lubrication (pelumasan batas). Karena kecepatan terus naik, kontak permukaan semakin jarang terjadi sehingga koefisien gesek turun hingga pada range 0.01 < f < 0.10. Kondisi ini disebut Hydrostatic Lubrication (pelumasan hidrostatis). Akhirnya, ketika Hydrodynamic Lubrication (pelumasan hidrodinamis) terjadi tidak ada kontak permukaan sama sekali dan hal ini terjadi pada koefisein gesek 0.002 < f < 0.010. Ketebalan film minimum ketika hydrodynamic lubrication berkisar antara 0.008 < h < 0.02 mm atau 0.0003 < h < 0.0007 inch.
  • 7. Boundary – sama dengan sliding friction. Mixed-Film (Hydrostatic) – kondisi antara boundary dan hydrodynamic. Hydrodynamic – journal dan bearing dipisahkan oleh lapisan film.
  • 8. Pada umumnya, tujuan para desainer adalah mencapai kondisi hydro- dynamic lubrication dibawah kondisi operasi yang meliputi ukuran, kece-patan, beban dan suhu Jadi, pelumasan memiliki peranan yang sangat penting dalam keberha-silan desain bantalan luncur. Ada banyak jenis fluida yang dapat digunakan sebagai pelumas pada bantalan luncur: oil, water, liquified petroleum gas, milk, etc. Beberapa jenis gas seperti udara atau nitrogen juga dapat digunakan. Tentunya, pemilihan pelumas tergantung pada aplikasinya.
  • 9. Tujuan pelumasan: Menghalangi kontak permukaan antar logam. Mengurangi disipasi panas. Melindungi permukaan logam dari korosi. Melindungi elemen mesin dari kontaminasi. Untuk aplikasi dengan bantalan luncur, sifat terpenting yang perlu diketahui adalah viscosity.
  • 10. U = kecepatan F = gaya plat yang bergerak u h = tebal lap. pelumas y y x plat yang diam Friction (gesekan) adalah gaya perlawanan yang terjadi bila dua permu-kaan yang saling berhubungan bergerak secara relatif satu dengan yang lainnya. Viscosity adalah ukuran kemampuan fluida untuk menahan tegangan geser akibat kontak dua buah permukaan. Sifat ini pada dasarnya merupakan konstanta yang proporsional dengan hukum Newton tentang aliran viscous diantara 2 plat.
  • 11.
  • 12. Ada 4 kuantitas yang harus diperhatikan dalam perancangan bantalan luncur: Lubricants Desainer harus mempertimbangkan pelumas berdasarkan jenis mesin, metode supply pelumas dan karakteristiknya. Bearing Load Semakin kecil beban per proyeksi area (P), semakin panjang umur bantalan luncur. Length/Diameter Ratio: bervariasi antara 0.8 – 1.5 Long bearing (L/D > 1): biasanya digunakan untuk aplikasi dimana misalignment dapat dihindari. Short bearing (L/D < 1): digunakan pada aplikasi untuk mengurangi defleksi scara signifikan. Clearance Dengan analisa yang paling minumum, rasio clearance, c/r = 0.001 dapat digunakan untuk waktu yang lama.
  • 13. Pengetahuan tentang penyebab kegagalan bantalan luncur memungkin-kan engineer dapat mendiagnosa penyebab kerusakan bearing melalui inspeksi visual pada bantalan tersebut. Rekomendasi yang diberikan akan sangat tergantung pada kerusakan yang dideteksi. Satu hal yang harus tetap diingat, dalam memastikan kerusakan pada bantalan luncur, diagnosa yang akurat diperlukan untuk memperoleh informasi lebih lanjut pada komponen yang lain yang terlibat dan kondisi operasional yang sesuai. Ada 7 penyebab umum kegagalan bantalan luncur: Overloading Corrosion Cavitation
  • 14. Dirt (Kotoran) Dirt in the lubrication system Dirt on bearing back Oil Starvation Malfunction in the lubrication system Oil seal failure Misassembly Bearing reversed Reversed Con-rod or bearing caps Locating lugs not nested Improper machining of components Improperly ground housing (faceted or polygonal) Fillet ride Out-of-shape journal: hour-glass shaped, barrel shaped or tapered Misalignment of shaft and housing Insufficient crush
  • 15. Merupakan suatu kondisi pengoperasian dimana poros terdesak diatas bantalan. Beban ini melebihi batas beban material bantalan sehingga bantalan menjadi rusak. Rekomendasi: periksa susunan jarak ruang dan bahan bantalan. Pastikan pula bahwa kondisi mesin benar.
  • 16. Minyak yang buruk dapat merusak permukaan bearing. Pengaruh ini karena dilutasi paduan logam terhadap degradasi minyak. Rekomendasi: selalu gunakan minyak yang direkomendasikan oleh pabrikan, dan melakukan penggantian minyak sesuai yang dijadwalkan seperti yang terdapat dalam petunjuk manual pemeliharaan.
  • 17. Pada saat pengoperasian berlangsung, tekanan oli terpusat pada suatu tempat, menghasilkan gelembung yang dapat merusak permukaan bearing. Kerusakan akan terlihat dengan jelas pada daerah bearing, seperti alur oli atau lubang, hal ini diakibatkan oleh diskontinuitas aliran oli. Rekomendasi: pengecekan pengolian, seperti tekanan oli, laju aliran dan jenisnya.
  • 18. Partikel kotoran yang masuk dalam sistem pelumasan adalah salah satu faktor yang paling sering menyebabkan rusaknya batalan luncur. Akar permasalahan itu adalah biasanya engine tidak cukup bersih. Rekomondasi: ketika memperbaiki engine, yakinkan sistem pelumasan sudah dibersihkan dengan cermat.
  • 19. Keberadaan partikel asing yang terperangkap diantara bagian belakang bantalan dan housing akan menghasilkan resiko keausan. Hal ini tampak jelas dengan adanya noda yang terlihat pada area berlawanan yang berpatikel sepanjang bagian dalam bantalan. Rekomendasi: pastikan dudukan bearing telah dibersihkan secara hati-hati sebelum pemasangan.
  • 20. Kegagalan seal poros engkol mengakibatkan pelumas tumpah pada suatu titik tertentu sehingga pada akhirnya mengakibatkan sepasang rumah bearing terlepas. Hal ini menyebabkan kegagalan bearing karena habisnya lapisan pelumas menyebabkan hilangya tekanan pelumas dalam menahan beban.
  • 21. Kekurangan pelumasan pada journal bearing akan mengakibatkan kerusakan pada banta-lan dan biasanya akan merusak seluruh bagian. Bagaimanapun juga fenomena kelelahan yang sering terjadi dikarenakan habisnya pelumas sehingga akan terjadi kontak logam satu dengan yang lain diantara dua permukaan. pemakaian yang terlalu lama dibawah kondisi ini akan mengakibatkan kerusakan pada seluruh permukaan. Rekomendasi: sistem pelumasan diperiksa secara menyeluruh dalam jangka waktu tertentu (berkala), terutama pada tempat saluran pelumas dan kegagalan pemakaian pompa pelumas.
  • 22. Where a bearing having no oil hole is mistakenly fitted in a position in which it ought to have one, e.g., in a case where the upper and lower seats of a pair of main bearing shells are inadvertently switched, this effectively prevents that particular main journal receiving lubrication. As a consequence, no lubrication can reach the crankpin via such oil holes, eventually leading to seizure of the bearing in question. From the bearing back, it will be evident that the oil passage hole hasbeen blocked off. Rekomendasi: ensure that the utmost precaution is taken during the installation of new bearings and that the correct positioning of each is doublechecked
  • 23. Ketika mesin-mesin diperbaiki, cenderung sering menimbulkan kesalahan. Akan ada beberapa daerah dimana mungkin terjadi pelumasan,dengan bukti adanya excessive localized wear. Rekomendasi: pastikan bahwa setiap komponen bantalan luncur ter- pasang dengan tepat. LOCATING LUGS NOT NESTED REVERSED CON-ROD OR BEARING CAPS
  • 24. Ada sejumlah penyebab yang memberi kenaikan temperatur pada crank shaft dan rumah cylinder-block, seperti, ketidaksesuaian proses permesi-nan, crank shaft yang bengkok, distorsi pada silinder blok, dll. Cacat ini mengakibatkan aus yang terlokalisir. Rekomendasi: memastikan bahwa silinder blok dan toleransi pengerjaan crank shaft sesuai dengan spesifikasi manufacturer.
  • 25. Jumlah persinggungan antara bantalan poros dan block/kerangka mesin adalah dasar untuk menentukan perpindahan panas yang baik dan penempatan bagian yang benar. jika penempatan tidak tepat, poros akan kembali ke dalam kerangka mesin dan daerah yang ditinggalkan akan tampak pada bantalan poros sebagai selisih/jarak dengan kerangka mesin. Di sisi lain, perubahan warna atau noda akan muncul, fakta bahwa peristiwa pembakaran minyak telah bekerja pada suatu ruang antara 2 permukaan. Rekomendasi: pastikan bahwa ukuran kerangka mesin terkalibrasi dan torsi di dalam sesuai dengan petunjuk proses manufaktur
  • 26. Tapered Roller Roller Tapered Roller Ball Self-aligning Ball Roller Thrust Spherical DR Angular Ball Radial Ball Ball Thrust
  • 28. Karakteristik Roller Ball Friction Resistance Higher Lower Operating Speed Lower Higher Contact Area Larger Smaller Load Capacity Higher Lower Vibration-Noise Higher Lower Life-Time Longer Shorter
  • 29. Persyaratan elemen Ring Roller: Mampu menahan tegangan besar berulang High precisions and rotational accuracy Karakteristik elemen Ring Roller: Tingkat kekerasan tinggi Rolling fatigue resistance Tahan aus Kestabilan dimensi tinggi Contoh: High carbon chromium bearing steel Case hardening steel High speed steel Stainless steel Induction hardening steel Persyaratan Cage/Retainer: Mampu menahan beban kejut Tahan thd rotational vibration Tahan thd temperatur operasional Karakteristik Cage/Retainer: Koefisien gesek rendah Ringan, kuat Tahan temperatur tinggi Contoh: Cold/hot rolled sheet steel Brass sheet Stainless steel High Tensile Cast Brass Spheroidal Graphite Cast Iron Aluminium Alloy Injection molded plastic
  • 30. Dimensi utama: d : Nominal bore diameter D : Nominal outside diameter T : Nominal bearing width of single row tapered roller bearing
  • 31. Dimensi utama: d : Nominal bore diameter D : Nominal outside diameter T : Nominal bearing width of single row tapered roller bearing
  • 32.
  • 33.
  • 34.
  • 35. Fixed Bearing Menahan beban radial dan aksial dua arah Tidak ada pergerakan arah aksial Floating Bearing Menahan beban radial saja Ada pergerakan aksial akibat pemuaian poros
  • 36. Life Jumlah putaran atau jam kerja bantalan sebelum kegagalan pertama muncul pada material bantalan, baik pada bola maupun ringnya. Rating Life Jumlah putaran atau jam kerja sejumlah bantalan yang sama dimana 10 % dari bantalan tersebut (diperkirakan) telah mengalami kega-galan. Biasa disebut L10, B-10 atau minimum life. Median Life = 5L10 Jumlah putaran atau jam kerja sejumlah bantalan yang sama dimana 10 % dari bantalan tersebut (diperkirakan) telah mengalami kega-galan setelah 5 kali rating life. Average Life = 7L10 Jumlah putaran atau jam kerja sejumlah bantalan yang sama dimana 10 % dari bantalan tersebut (diperkirakan) telah mengalami kega-galan setelah 7 kali rating life.
  • 37. Basic Load Rating (C) Disebut juga Dynamic Load Rating, Basic Dynamic Capacity, Specific Dynamic Capacity. Diperoleh dari tabel 9-1, 9-2 dan 9-3. Basic Static Load Rating (Co) Beban radial yang menyebabkan deformasi permanen dari elemen rolling. Diperoleh dari tabel 9-1, 9-2 dan 9-3.
  • 38. Individual Bearing Bearing life time adalah jumlah putaran bantalan yang mampu dicapai sebelum terjadi failure akibat material fatigue. Bearing life time dihitung secara teoritis untuk kondisi operasional yang ideal
  • 39. Incorporate Bearing Beban Periodic Adjusted Life Rating Basic Static Load Rating Allowable Static Equivalen Load
  • 40. Tujuan pelumasan adalah untuk menghidarkan kontak langsung antar elemen bearing dengan melapisi permukaan kontak dengan graese atau oli. Manfaat pelumasan bearing; Memperkecil gesekan dan keausan Disipasi panas akibat gesekan Memperpanjang usia bearing Pencegahan karat Perlindungan dari material yang berbahaya/pengotor. Tipe pelumas: Elastohydrodynamic  oil lubrication Solid-film lubrication  grease
  • 41. Grease adalah pelumas berbentuk gel (semi-solid) yang dibuat dari base oil dengan penambahan zat aditif. Grease banyak dipakai karena pe-nganannya mudah dan sealing yang sederhana. Aditif digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan properti grease, seperti: EP – Additive  high pressure operation Anti-oxidant Anti-corrosive Rust preventive
  • 42. Biasa digunakan untuk aplikasi putaran rendah hingga putaran sedang. Minimal setengah bagian rolling elemen terendam pelumas saat kondisi diam. Untuk poros vertikal 50% - 80% rolling elemen harus terendam pelumas.
  • 43. Pelumasan dilakukan dengan menyiram bearing dengan pelumas. Hal ini bisa dilakukan dengan menambahkan impeler atau mekanisme lain yang akan membawa pelumas mengaliri bearing ketika poros berputar. Metode ini digunakan untuk aplikasi putaran tinggi..
  • 44. Pelumas berada di bagian atas se- hingga menetesi bagian bearing yang bergerak, kemudian meng- uap. Biasanya ada beberapa kali tetesan per menit. Sesuai untuk aplikasi putaran tinggi dan beban rendah – sedang.
  • 45. Metode ini mirip dengan Oil Splash Lubrication. Pelumas terbawa oleh disc yang sebagian terendam dalam pelumas. Akibat gaya sentrifugal, pelumas akan mengaliri bearing dari atas. Hanya sesuai untuk aplikasi putaran tinggi.
  • 46. Pelumas bertekanan tinggi disem- protkan langsung ke bearing mela- lui nozzle. Biasanya digunakan untuk aplika- si beban, putaran dan temperatur kerja yang tinggi, seperti pada mesin jet atau turbin.
  • 47. Pelumas dalam jumlah tertentu (minimum) disemprotkan ke bearing dengan interval tertentu (diperhitungkan). Pelumasan menjadi irit, bebas pencemaran (kelebihan pelumas), dan efektif untuk pendinginan (akibat udara bertekanan).
  • 48. Metode pelumasan ini meng- gunakan pompa untuk sirkulasi pelumas pada bearing. Metode ini memungkinkan untuk menjaga kualitas pelumas dengan sistem pendinginan dan filter. Metode ini biasa digunakan un- tuk sistem dengan pelumasan sentral.
  • 49. Sebelum melumasi komponen bearing pelumas terlebih dahulu diubah menjadi partikel kecil menggunakan udara bertekanan. Sistem ini dapat digunakan untuk melumasi beberapa bearing sekaligus dan hanya sesuai untuk aplikasi putaran tinggi.
  • 50.
  • 51.
  • 52.
  • 53.
  • 54.
  • 55.
  • 56.
  • 57.
  • 58.
  • 59. Bearing failure terjadi karena material fatigue yg disebabkan oleh beban cyclic. Fatigue terjadi meskipun bearing beroperasi di bawah beban fatigue dan dengan kondisi operasional yg ideal. Faktor Penyebab Bearing Failure; Kelebihan Beban (Over Load) Pelumasan tidak sesuai Getaran; Misalignment, Unbalanace Mass, Shaft Deflection Kesalahan suaian shaft-bearing, bearing-housing, terlalu kencang atau longgar Pemuaian radial dari poros Kesalahan Handling saat Mounting/Dismounting In-effective Sealing Life-Time
  • 60. Flacking Wear, bearing terkikis Mekanisme terjadinya flaking Shear stress berulang  Surface Crack  Pengikisan material  Flacking Abrasive Material Pelumasan buruk Posisi inner ring berubah akibat Getaran Rolling element tidak semuanya berputar akibat getaran
  • 61. Smearing Indentation Material berpindah antar permukaan elemen bearing akibat sliding karena beban berlebih dan pelumasan yang buruk Smearing pada ujung roller Smearing pada raceway Smearing pada inner ring Smearing pada Outer Ring Cacat material menyerupai takikan Overload & Handling Fault Abrasive Material