SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
Download to read offline
1
MODUL 3
Pertemuan ke : 3
Topik belajar : Perencanaan kopling dan bantalan
Alokasi waktu : 200 menit
Tujuan pembelajaran :
- Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi dan macam kopling
- Mahasiswa mampu menjelaskan kekuatan dan perancangan kopling
- Mahasiswa mampu merencanakan kopling
- Mahasiswa mampu merencanakan bantalan
Materi 1
Kopling
Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebahgai penerus putaran
dari poros penggerak ke poros yang digerakkan. Kopling ada dua macam yaitu kopling
tetap (coupling) dan kopling tidak tetap (clutch).
 Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus
putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara
pasti (tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut terletak pada
satu garis lurus atau dapat sedikit berbeda sumbunya.
 Kopling tak tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus
putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan. Putaran
pada kopling tidak tetap dapat dilepaskan atau dihubungkan bila diperlukan.
Kopling jenis ini biasanya dipakai pada kendaraan bermotor.
2
Kopling tetap (coupling) Kopling tidak tetap (clutch)
Modul ini akan membahas kopling tetap yaitu kopling flens kaku dan kopling karet
ban. Kopling tetap jenis kopling flens kaku dipergunakan bila kedua poros harus
dihubungkan dengan sumbu segaris. Kopling flens kaku digunakan pada kopling mesin
dan transmisi umum di pabrik-pabrik. Kopling karet ban dipergunakan bila kedua sumbu
poros yang dihubungkan tidak segaris atau tidak benar-benar lurus. Kopling karet ban
dapat meredam tumbukan dan getaran yang terjadi pada transmisi akibat kedua sumbu
poros yang dihubungkan tidak segaris.
Penggunaan koplng untuk menghubungkan dua poros sangat banyak digunakan
karena mempunyai berbagai macam keunggulan yaitu:
 Pemasangan yang mudah dan cepat.
Konstruksi pemasangan kopling sangat mudah dan sederhana artinya tidak
membutuhkan tambahan peralatan dan sangat cepat dilakukan. Pemasangan
kopling hanya membutuhkan kopling yang mempunyai diameter lubang yang
sama dengan diameter poros yang akan dihubungkan dan untuk
menetapkannya dibutuhkan pasak sebagai pengunci agar kopling berputar
bersama-sama dengan poros.
 Ringkas dan ringan.
Konstruksi pemasangan kopling sangat ringkas dan ringan. Artinya berat
kopling relatif ringan sehingga tidak mempengaruhi kekuatan poros dan
pemasangannya ringkas dan tidak menggunakan banyak ruang sehingga
dapat dipasang dengan mudah.
 Aman pada putaran tinggi; getaran dan tumbukan kecil.
3
Konstruksi pemasangan kopling sangat aman pada putaran rendah maupun
tinggi karena dapat dipasang dengan kuat sehingga mengurangi
kemungkinan terjadi getaran yang cukup kuat dan juga dapat menahan jika
ada tumbukan,tumbukan yang kecil. Pada waktu pemasangan, sumbu kedua
poros harus terlebih dahulu diusahakan segaris dengan tepat sebelum baut-
baut flens dikeraskan. Untuk dapat menyetel lurus kedua sumbu poros secara
mudah, permukaan flens yang satu dapat dibubut kedalam dan dan
permukaan flens yang menjadi pasangannya dibubut menonjol sehingga
dapat saling mengepas.
Perencanaan Kopling Flens Kaku
Kopling flens kaku dipergunakan bila kedua poros harus dihubungkan dengan
sumbu segaris. Kopling jenis ini banyak digunakan pada kopling mesin dan sistem
transmisi di pabrik. Kopling flens kaku terdiri atas naf dengan flens yang dibuat dari besi
cor atau baja cor, dan dipasang pada ujung poros dengan diberi pasak serta diikat
dengan baut pada flensnya. Ada juga naf kopling yang dipasang pada poros dengan
sambungan pres atau kerut.
Untuk merencanakan kopling pertama harus diketahui besarnya daya (P) dan
putaran (n) yang akan diteruskan poros penggerak. Diameter poros penggerak seperti
pada poros motor listrik harus diperiksa agar diameter tersebut sama dengan poros
yang digerakkan. Sifat dari daya yang akan diteruskan harus dperiksa untuk
menentukan faktor koreksi daya, baru kemudian dapat dihitung besarnya daya rencana
(Pd). Kemudian dapat dihitung momen rencana (T).
Bahan baut dapat ditentukan sesuai dengan standar, sehingga kekuatannya
daoat diketahui dengan jelas. Jika bahan baut dibuat dari baja liat maka faktor-faktor
keamanan yang dipakai cukup besar sehingga pada umumnya ukuran yang ditentukan
akan memenuhi semua persyaratan pada hampir semua pemeriksaan. Namun
demikian jika ternyata masih kurang kuat, dapat diambil bahan baut yang mempunyai
kadar karbon yang lebih tinggi, atau ambil bahan lain untuk flensnya.
Bagian yang perlu diperiksa adalah baut. Jika ikatan antara kedua flens
dilakukan dengan baut-baut pas, dimana lubang-lubangnya dirim, maka meskipun
diusahakan ketelitian yang tinggi, distribusi tegangan geser pada semua baut tetap
4
tidak dapat dijamin seragam. Makin banyak jumlah baut yang digunakan, makin silit
untuk menjamin keseragaman tersebut. Sehingga contoh dalam hal kopling yang
mempunyai ketelitian rendah, dapat terjadi bahwa hanya satu baut saja yang menerima
seluruh beban transmisi hingga dalam waktu singkat akan putus. Jika setelah baut ini
putus terjadi lagi pembebanan pada satu baut, maka seluruh baut dapat mengalami hal
yang sama dan putus secara bergantian.
Biasanya dalam perhitungan dianggap bahwa hanya 50(%) saja dari seluruh
baut yang berjumlah n buah menerima seluruh beban secara merata. Jika jumlah baut
efektif yang menanggung beban dinyatakan dengan ne maka besarnya tegangan geser
pada baut dapat dihitung sbb.
)mm.kg(
2
B
nd
4
T eb
2
b


T = momen punter (kg.mm)
db = diameter baut (mm)
b = tegangan geser (kg/mm2
)
ne = jumlah baut efektif
B = jarak antara dua sumbu baut (mm)
)mm/kg(
Bnd
T8 2
e
2
b
b


bab 
ba adalah suatu harga tegangan geser izin bahan baut yang diperoleh misalnya
dengan membagi kekuatan tarik 41 (kg/mm2
) dari bahan SS41 dengan faktor
keamanan Sf = 6. Bagian yang mengalami konsentrasi tegangan seperti bagian ulir
baut harus dijauhkan dari permukaan kontak dari kopling. Jika kemungkinan akan
terjadi tumbukan, maka b harus dikalikan dengan faktor Kb (faktor tumbukan) yang
dipilih antara 1.5 dan 3.
5
Bagian kopling yang perlu direncanakan berikutnya adalah flens. Jika kopling
dipergunakan untuk menghubungkan turbin dengan generator, maka pemakaian baja
tempa perlu digunakan untuk menghindari adanya bagian yang keropok. Untuk
pemakaian lain dapat digunakan baja cor. Karena bagian yang keropok peka terhadap
tumbukan, maka faktor koreksi Kb harus diambil sebesar 2 atau 3 dan dikalikan pada
.f
2
C
CFT f
C = diameter naf (mm)
F = tebal flenz pada sambungan baut (mm)
FC
T2
2f


Faf 
Jika baut pas dipakai, gesekan antara kedua flens dapat juga meneruskan
momen tetapi gesekan ini biasanya diabaikan.
Ada juga flens yang ditempa menjadi satu dengan poros pada ujung poros dan
disebut poros flens tempa. Keuntungannya adalah diameter flens dapat dibuat kecil
karena tidak memerlukan naf.
Contoh soal.
Rencanakan kopling flens kaku yang dipasang pada poros baja liat dengan sebuah
pasak untuk meneruskan daya sebesar 50 (kW) pada putaran 180 (rpm), dan periksa
kekuatan baut dan flens.
Penyelesaian soal
1. P= 50 (kW), n1 = 180 (rpm)
2. fc = 1,2
6
3. Pd = 1,2 x 50 = 60 (kW)
4. T = 9,74 x 105
x 60/180 = 4,12 x 105
(kg.mm)
5. Dengan mengambil kadar karbon untuk baja liat sebesar 0,20 (%), maka
kekuatan tarik B adalah
B = 0,20 x 100 + 20 = 40 (kg/mm2
)
Sf1 = 6,0, Sf2 = 2,0
6. )mm/kg(33,3)0,2x0,6/(40 2
sa 
7. 0,1C,0,2K bt 
8. )(100)(2,981012,40,10,2
3,33
1,5
3/1
5
mmmmxxxxds 






9. Dari Tabel 2.1, A = 355 (mm), C = 180 (m), L = 125 (mm)
A = 25 (mm), n = 8
10. 48x5,0n,5,0 e 
11. )mm/kg(21,1
260x4x25x
10x10,3x8 2
2
5
b 


12.Dengan bahan baut SS41B, )mm/kg(41 2
B 
Faktor keamanan Sfb = 6,
Faktor koreksi Kb = 3,0
13. )mm/kg(94,0)3x6/(41 2
ba 
14.1,21<2,28 baik
15.Bahan flens FC20,F = 35,5 (mm), ,6Sf),mm/kg(17 F
2
B 
Faktor koreksi KF =3
7
16. )mm/kg(94,0)3x6/(17 2
Fa 
17.3,0 x 0,17=0,51 < 0,94 (kg.mm2
), baik
18.Diameter luar kopling A = 355 (mm) kopling standar
ds = 100 (mm), baut; M25 x 8(pcs)
bahan baut; SS41. Bahan flens : FC20
Kopling karet ban
Mesin-mesin yang dihubungkan dengan penggeraknya melalui kopling flens
kaku, memerlukan penyetelan yang sangat teliti agar kedua sumbu poros yang saling
dihubungkan dapat menjadi satu garis lurus. Selain itu, getaran dan tumbukan yang
terjadi dalam penerusan daya antara mesin penggerak dan yang digerakkan tidak dapat
diredam, sehingga dapat memperpendek umur mesin serta menimbulkan bunyi berisik.
Untuk menghindari kesulitan-kesulitan dapat digunakan kopling karet ban.
Kopling ini dapat bekerja dengan baik meskipun kedua poros yang dihubungkannya
tidak benar-benar lurus. Selain itu kopling ini juga dapat meredam tumbukan dan
getaran yang terjadi pada transmisi.
Meskipun terjadi kesalahan dalam pemasangan poros, dalam batas-batas
tertentu seperti diperlihatkan pada gambar, kopling ini masih dapat meneruskan daya
dengan halus. Pemasangan dan pelepasan juga dapat dilakukan dengan mudah
karena hubungan dilakukan dengan jepitan baut pada ban karetnya. Variasi beban juga
dapat diserap oleh ban karet, sedangkan hubungan listrik antara kedua poros dapat
dicegah.
8
Karena keuntungannya demikian banyak, pemakaian kopling ini semakin luas.
Meskipun harganya agak lebih tinggi dibandingkan dengan kopling flens kaku, namun
keuntungannya yang diperoleh sari segi-segi lain sangat besar.
Beberapa produsen kopling ini menyediakan ukuran-ukuran standar. Untuk
merencanakan atau melakukan penelitian, perlu diketahui dulu besarnya daya yang
akan diteruskan, putaran poros, mesin yang dipakai, persyaratan kerja, dll. Seperti
perencanaan pada kopling flens. Setelah tipe yang sesuai dipilih, kemudian diperiksa
kekuatan bagian-bagiannya serta beban yang dipakai.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada kopling karet ban yaitu pada
taksiran variasi momen puntir, sebagai tambahan atas momen yang dihitung dari daya
dan putaran poros.
Misalkan momen puntir yang diteruskan bervariasi seperti dalam gambar, garis
putus-putus menunjukkan momen puntir Tm (kg.mm) yang dihitung dari daya nominal P
9
(kW) dan putaran n1 (rpm) dari suatu motor listrik, motor tersebut mampu memberikan
daya tambahan yang cukup besar sesuai denagan permintaan diatas daya rata-rata
yang sesungguhnya.
)mm.kg(n/xP10x74,9T 1
5
m 
Bila terdapat variasi momen, kalikan harga Tm dengan faktor koreksi fc untuk
tumbukan dan umur ban.
Bila variasi momen sangat besar seperti dikemukakan diatas, kalikan harga Tmax
(kg.mm) yang terbesar dalam satu putaran dengan faktor koreksi yang sama fc seperti
di atas.
maxcd TfT 
Pilihlah ukuran sedemikian rupa sehingga momen Td (kg.mm) lebih rendah dari
pada momen normal maksimum dari kopling standar Tu (g.mm).
Perlu juga diperiksa apakah momen awal yang dikenakan beberapa kali dalam
sehari juga lebih rendah dari harga Td ini.
Untuk perhitungan diameter poros, faktor koreksi Kt untuk poros sudah tercakup
didalam Td. Faktor koreksi lenturan Cb ditentukan atas dasar perkiraan apakah kopling
tersebut dimasa mendatang akan diganti dengan alat lain yang menimbulkan momen
lentur pada poros. Biasanya perhitungan didasarkan atas harga Cb = 1, yaitu dengan
anggapan tidak akan ada pergantian kopling dengan alat lain.
Dengan demikian rumus untuk diameter poros adalah
3/1
d
a
s T
1,5
d 







Bagian yang menempel dapat dibagi atas bagian piringan dan bagian silinder.
Luas tempelan S1 dan Ss (mm). Jika diameter luar bagian piringan dan silinder adalah
10
d1 dan d2 (mm), maka tegangan geser )mm/kg( 2
t yang timbul pada bagian yang
menempel adalah
dt
2
2
21
1 T
2
d
S
4
dd
S 
















2
d
S
4
dd
S/T 2
2
21
1dt
Tegangan geser yang diizinkan Ta antara ban kopling dan logam pemasang
adalah 0,04 (kg/mm2
).
tat 
Pemeriksaan selanjutnya dilakukan pada baut pengikat antara flans dengan
logam pemasang kopling ban.
Dalam hal kopling flens kaku yang diikant dengan baut pas, perhitungan
kekuatan didasarkan pada setengah dari jumlah semua baut, karena distribusi gaya
gesek yang tidak merata. Tetapi pada kopling karet ban, karena flens pada semua baut.
Dengan pemakaian baut tanam ini, tegangan geser terjadi pada ulir baut sehingga
konsentrasi tegangan harus diperhatikan. Disini konsentrasi tegangan dapat diambil
sebesar 3,0. Maka besarnya tegangan geser yang diizinkan pada baut adalah
21Bba xSfSf/( )
Jika diameter inti baut adalah dr, maka
xBxnd
T8
e
2
r
max
b


ne = n
Akhirnya, pada kopling yang dipergunakan untuk meneruskan daya dari suatu
penggerak mula dengan momen puntir yang sangat bervariasi seperti sebuah motor
11
torak dengan jumlah silinder sedikit, ayau kopling untuk menggerakkan mesin dengan
beban yang bervariasi secara periodic, maka getaran puntir harus diperiksa.
Jika jumlah puncak momen tiap putaran adalah v, dan putaran poros adalah n1
(rpm), maka frekuensi variasi momen puntir adalah vn1. Sekarang akan dihitung
frekwensi pribadi dari poros, momen inersia poros yang digerakkan dinyatakan dengan
ll (kg.cm.s2
). Jika )m.kg(GD 22
t diberikan, maka )980x4/(xGD10l 2
t
4
l  . Ini adalah jumlah
inersia beban dan ½ dari momen inersia kopling. Momen inersia dari satu flens dapat
diperoleh dari tabel 2.6, yang besarnya adalah setengah dari selisih antara momen
inersia logam pemasang dan momen inersia badan kopling.
Momen inersia dari badan motor induksi 2
mGD adalah )980x4/(xGD10 2
m
4
dan ½
dari momen inersia kopling adalah Im.
Jika roda gigi reduksi dipakai antara motor dan kopling, maka GD2
dari motor
dan pinyon harus dikalikan dengan kuadrat dari perbandingan reduksi i(i>l). hasil
perkalian tersebut setelah ditambah dengan GD2
dari roda gigi kemudian dikalikan
dengan (104
/4 x 980).
Jika konstanta pegas kopling ban adalah k (kg.cm/rad), maka harga ukuran-
ukuran yang bersangkutan adalah seperti tertera dalam tabel 2.6, putaran krisisnya nc
(rpm) adalah









ml
c
l
l
l
l
k
2
60
n
Adalah suatu hal yang dapat dipandang baik jika frekwensi variasi momen puntir
vn1 tidak lebih dari 0,8 nc.
Contoh soal
Sebuah kompresor yang menimbulkan variasi momen puntir seperti dalam gambar
dalam satu putaran poros, digerakkan oleh sebuah motor induksi sebesar 5,5 (kW)
pada 960(rpm). Pilihlah suatu kopling karet ban untuk menghubungkan kedua mesin
tersebut. Motor tersebut mempunyai poros dengan diameter 42 (mm), GD2
sebesar
12
0,22 (kg.m2
), dan 6 buah kutub, sedang kompresor mempunyai GD2
sebesar 0,12
(kg.m2
).
Penyelesaian soal.
1. P = 5,5 (kW), n1 = 960 (rpm)
2. Tm = 9,74 x 105
x 5,5/960 = 5580 (kg.mm)
3. Tmax = 11000 (kg.mm), v=2
4. dari tabel 2.7,fc = 3,0
5. Td = 3,0 x 11000 = 33000 (kg.mm)
6. no. 265 A = 265 (mm)
momen normal maksimum Tu=36(kg.m) > 33000(kg.mm).
B = 140 (mm), C = 100(mm), L=71(mm), F=14(mm), d=12(mm),
n = 2 x 6
7. Bahan poros S45C
0,6Sf),mm/kg(58 1
2
B 
Dengan alur pasak Sf2 = 2,5
Pengaruh tangga poros adalah kecil
8. )mm/kg(87,3
5,2x0,6
58 2
a 
9. )mm(1,3533000x
87,3
1,5
d
3/1
s 






Diameter poros sebesar 35(mm) dapat dipandang cukup. Tetapi karena diameter
poros motor adalah 42 (mm), maka diameter yang sama juga harus diambil
untuk poros yang digerakkan.
10.Dengan diameter naf kopling sebesar 100(mm), diameter lunang poros
maksimum adalah 56(mm). Jadi diameter poros sebesar 42(mm) adalah cukup
baik.
13
11.Periksa konsentrasi tegangan pada alur pasak.
Untuk diameter poros sebesar 38 sampai 44(mm), ukuran pasak adalah 12 x 8.
Jari-jari filet r1, r2 = 0,25 sampai 0,40(mm) => ambil 0,4 (mm), Maka 0,4/42 =
0,0095, 32
Konsentrasi tegangan ternyata lebih besar dari taksiran semula yaitu sebesar
2,5. Karena itu perlu diadakan koreksi.
3,87 x 2,5/3,2 = 3,02 (kg/mm2
)
Periksa apakah tegangan geser yang diperoleh dengan mengalihkannya dengan
Td = 33000(kg.mm) untuk poros tanpa pasak adalah lebih kecil dari 3,02
(kg/mm2
) atau tidak.
5,1 x 33000/423
= 2,27 < 3,02 (kg/mm2
) => baik.
12.Luas penempelan antara ban dengan logam pemasang.
Bagian piringan S1 = 10287 (mm2
).
Bagian silinder S2 = 6180 (mm2
).
).mm/kg(04,0),mm(164d),mm(200d 2
ta21 
13. )mm/kg(023,0
2
164
6180
4
164200
10287/33000 2









14.0.023 < 0,04, baik
15.Bahan baut S20C, ).mm/kg(41 2
B 
3f,3Sf,6Sf,6n),mm(140B),mm(863,10d c211b 
16. )mm/kg(28,2)3x6/(41 2
ba 
17. )mm/kg(283,0
140x6x)863,10(x
11000x8 2
2b 


18.3,0 x 0,283 =0,849 < 2,28, baik
19.Kompresor: GD2
= 0,12 (kg.m2
)
)cm.kg(306,0)980x4/(12,0x10l 24

14
Kopling: lc = (0,83-0,38)=0,45(kg.cm.s2
)
Sisi digerakkan l1 = 0,560+(0,45/2)=0,531 (kg.cm.s2
)
Motor GD2
= 0,22 (kg.m2
), l=104
x 22/(4 x 980) = 0,560 (kg.cm.s2
)
Sisi penggerak lm = 0,560 + (0,45/2) = 0,785 (kg.cm.s2
)
Konstanta pegas puntiran : k = 6,07 x 104
(kg.cm./rad)
20. )rpm(4180
785,0
1
531,0
1
10x07,6
2
60
n 4
c 








21.2 x 960/4180 = 0,46 < 0,8, baik
22.No. 265 diameter luar 265 (mm)
Diameter poros 42 (mm).
Bahan poros S45C
Baut M12 x 6(buah) x dua sisi.
Bahan baut S20C
Materi 2
Bantalan Gelinding
Bantalan gelinding dapat diklasifikasikan atas: bantalan radial, yang terutama
membawa beban radial dan sedikit beban aksial, dan bantalan aksial yang membawa
beban yang sejajar sumbu poros. Menurut bentuk elemen gelindingnya, dapat pula
dibagi atas bantalan bola dan bantalan rol. Demikian pula dapat dibedakan menurut
banyaknya baris dan kontruksi dalamnya. Bantalan yang cincin dalam dan cincin
luarnya dapat saling dipisahkan disebut macam pisah.
Menurut diameter luar atau diameter dalamnya, bantalan gelinding dapat dibagi atas:
Diameter luar lebih dari 800(mm) ultra besar
Diameter luar 180-800 (mm) Besar
Diameter luar 80-180 Sedang
Diameter dalam 10 (mm) atau lebih, dan Kecil
Diameter luar sampai 80 (mm)
15
Diameter dalam kurang dari 10 (mm), dan Diameter kecil
Diameter luar 9 (mm) atau lebih
Diameter luar kurang dari 9 (mm) Miniatur
Menurut pemakaiannya, dapat digolongkan atas bantalan otomobil, bantalan
mesin, dan bantalan instrument. Bantalan gelinding biasa terdapat dalam ukuran metris
dan inc, dan distandartkan menurut ISO dengan nomer kode internasional menurut
ukurannya. Namun demikian perlu diketahui bahwa bantalan otomobil dapat
mempunyai ukuran kusus sesuai dengan pemakaiannya.
16
Kemampuan Bantalan Gelinding
1. Kemampuan Membawa Beban Aksial
Bantalan radial yang mempunyai sudut kontak yang besar antara elemen
gelinding dan cincinnya, dapat menerima sedikit beban aksial. Bantalan bola macam
alur dalam, bantalan bola kontak sudut, dan bantalan rol kerucut merupakan macam
bantalan yang akan dibebani beban kecil. Bantalan mapan sendir dapat
menyesuaikan diri dengan defleksi poros. Namun demmikian kemampunannya
menahan daya aksial adalah kecil. Bantalan rol silinder pada umumnya hanya dapat
menerima beban radial. Meskipun demikian diantaranya terdapat pula yang
mempunyai konstruksi khusus untuk dapat menerima gaya aksial.
2. Kemampuan Terhadap Putaran
Diameter poros d (mm) dikalikan dengan putaran permenit n (rpm) disebut harga
d.n. Harga ini untuk suatu bantalan mempunya batas empiris yang besarnya
tergantung pada macamnya dan cara pelumasannya, Tabel 4.7 merupakan suatu
pedoman dalam perencanaan bantalan. Bantalan bola alur dalam dan bantalan bola
sudut serta bantalan rol silinder pada umumnya dipakai untuk putaran tinggi;
bantalan rol kerucut dan bantalan mapan sendiri untuk putaran sedang; bantalan
aksial untuk ptaran rendah. Harha-harga yang diberikan pada tabel diatas
merupakan batas untuk kondisi kerja terus-menerus dalam keadaan bias. Untuk
bantalan yang diameter dalamnya dibawah 10 (mm), atau lebih dari 200 (mm),
terdapat harga-harga yang lebih rendah. Dalam hal pelumasan dengan gemuk,
harga-harga batas tersebut adalah untuk umur gemuk 1000jam. Untuk pelumasan
celup, 2-2,5 kali harga didalam tabel dapat diterima; untuk pelumasan dengan
pompa, 3-5 kai harga dalam tabel dapat diterima.
3. Kemampuan Terhadap Gesekan
Bantalan bola dan bantalan rol mempunyai gesekan yang relative kecil
dibandingkan dengan bantalan macam lain. Untuk alat-alat ukur, gesekan bantalan
merupakan hal yang menentukan ketelitiannya.
17
4. Kemampuan Terhadap Bunyi Dan Getaran
Hal ini dipengaruhi oleh kebulatan bola dan rol, kebulatan cincin, kekasaran
elemen-elemen tersebut, keadaan sangkarnya, dan kelas mutunya. Faktor lain yang
mempengaruhi adalah ketelitian pemasangan, konstruksi mesin (yang memakai
bantalan tersebut), dan kelonggaran dala bantalan, bunyi atau getaran adalah
pengaruh gabungan dari berbagai faktor. Sampai saat ini belum ada perencanaan
yang memuaskan dan sempurna.
Bahan Bantalan Gelonding
Cincin dan elemen gelinding pada bantalan umumnya terbuat dari baja bantalan
khrom karbon tinggi. Baja bantalan dapat memberikan efek stabil pada perlakuan
panas. Baja ini dapat memberikan umur panjang dengan kerusakan yang sangat
kecil.
Dengan kemajuan dalam teknik hampa pada akir-akir ini, telah dikembangkan
baja bantalan cair hampa. Baja macam ini tidak sesuai dengan produksi masa dan
sangat mahal sehingga hanya dipakai dimana diperlikan baja murni.
Produksi masa dari baja bantalan de-gas hampa telah menghasilkan umur
bantalan yang lebih panjang. Dalam proses ini, baja yang mula-mula dicairkan
dalam udara, dikenakan tekanan hampa tinggi untuk meneluarkan gas-gas yang
terkurung didalamnya. Proses ini diikuti dengan pembuatan ingot.
Untuk bantaln yang memerlukan ketahanan kusus terhadap kejutan, dipakai baja
paduan karbon rendah yang kemudian diberi perlakuan panas dengan sementasi.
Baja semen yang kedalaman sementasinya dan kekerasa dari inti dan
permukaannya adalah sedang, dapat menahan tembukan yang besarnya beberapa
kali kemampuan baja bantalan.
Untuk bantalan yang tahan panas dan tahan karat terdapat baja kecepatan tinggi
atau deretan martensit dari baja tahan karat.
Bahan untuk sangkar, yang akan mengalami kontak gesekan dengan elemen
gelinding, harus tahan aus dan tidak mudah patah. Sangkar untuk bantalan kecil
dibuat dengan mengepres pita baja yang difinis dari baja karbon rendah atau baja
plat yang difinis. Untuk pemakaian kusus, plat kuningan atau plat baja tahan karat
juga sering dipakai. Untuk beberapa macam bantalan putaran tinggi dapat dibuat
18
dari plastic. Sebagai paku keeling untuk sangkar dipergunakan baja karbon rendah
bermutu baik.
Nomor Nominal Bantalan Gelinding
Dalam praktek, bantalan gelinding standart dipilih dari catalog bantalan. Ukuran
utama bantalan gelinding adalah diameter lubang, diameter luar, lebar, dan
lengkungan sudut. Pada umumnya, diameter lubang diambil sebagai patokan,
dengan mana berbagai diameter luar dan lebar digabungkan.
Nomor nominal bantalan gelinding terdiri dari nomor dasar dan pelengkap.
Nomor dasar yang terdapat merupakan lambang jenis, lambang ukuran (lambang
lebar, diameter luar), nomor diameter lubang, dan lubang sudut kontak.
Lambang-lambang pelengkap mencakup lambang sangkar, lambang skat(sil),
bentuk cincin, pemsangan, kelonggaran, dan kelas. Jika hal-hal tersebut tidak
doperinci, maka lambang-lambang diatas tidak dituliskan.
Lamnbang jenis menyatakan jenis bantalan. Baris tunggal alur dalam diberi tanda
6; rol silinder diberi tanda huruf seperti N, NF, dan NU, yang menyatakan macam
kerahnnya.
Lambang ukuran merupakan lebar untuk bantalan radial dan tinggi untuk
bantalan aksial; dapat juga menyatakan diameter luar dari bantalan-bantalan
tersebut. Untuk bantalan radial, tidak mendapat lambang lebar. Diameter membesar
dalam ukuran; 7,8,9,0,1,2,3 dan 4. lambang diameter luar 0,2, dan 3 pada umumnya
banyak dipakai. Juga lambang lebar, 0,1,2, dan 3 lazim dipergunakan. Lambang
diameter luar 0 dan 1 menyaakan jenis beban yang sangat ringan ; 2, jenis beban
ringan; 3, jenis beban sedang dan 4, jenis beban berat.
Nomor diameter lubang dinyatakan dengan dua angka. Untuk bantalan yang
berdiameter 20-500 (mm), kalikanlah 2 angka lubang tersebut dengan 5 untuk
mendapatkan diameter lubang yang sebenarnya (dalam mm). nomor tersebut
bertingkat, dengan kenaikan sebesar 5 (mm), nomor 00 menyatakan 10 (mm); 01,
12 (mm); 02, 15(mm); dan 03, 17(mm) diameter lubang. Untuk diameter lubang
dibawah 10(mm), nomor tanda adalah sama dengan diameter lubangnya.
Dibawah ini akan diberikan contoh nomor nominal dan artinya.
19
1. 6312 ZZ C3 P6
6 menyatakan bantalan bola baris tunggal alur dalam
3 adalah singkatan dari lambang 03, dimana 3 menunjukkan diameter
luar 130(mm) untuk diameter lubang 60 (mm)
12 berarti 12 x 5 = 60 (mm) diameter lubang
ZZ berarti bersil 2
C3 adalah kelonggaran C3
P6 berarti kelas ketelitian 6
2. 22220 K C3
2 menyatakan bantalan rol mapan sendiri
22 menunjukkan diameter luar 180 (mm) dan lebar 46 (mm) untuk diameter
lubang 110 (mm)
20 berarti 20 x 5 = 100 (mm) diameter lubang
K berarti 1/12 tirus lubang, kelas ketelitian 0
C3 kelonggaran C3
Sebagai tambahan, untuk bantalan rol kerucut dalam inc dapat ditemui dalam
standar AFBMA, dan untuk bantalan miniature dalam USAS. Untuk perusahaan
kereta api nasional jepang terdapat nomor nominal dengan lambang-lambang
seperti diatas disamping penomoran menurut JIS.
Kapasitas Nominal Bantalan Gelinding
Ada dua macam kapasitas nominal, yaitu kapasitas nominal dinamis spesifik dan
kapasitas nominal statis spesifik.
Misalkan sejumlah bantalan membawa beban tanpa variasi dalam arah yang
tetap. Jika bantalan tersebut adalah bantalan radial, maka bebannya adalah radial
murni, cincin luar diam dan cincin dalam berputar. Jika bantalan tersebut adalah aksial,
maka kondisi bebannya adalah aksial murni, satu cincin diam dam cincin yang lain
berputar. Jumlah putaran adalah 1.000.000 (atau 33,3 rpm selama 500 jam). Setelah
menjalani putaran tersebut, jika 90 (%) dari jumlah bantalan tersebut tidak menunjukkan
20
kerusakan karena kelelahan oleh beban gelinding pada cincin atau elemen
gelindingnya, maka besarnya beban tersebut dinamakan kapasitas nominal dinamis
spesifik, dan umur yang bersangkutan disebut umur nominal.
Jika bantalan membawa beban dalam keadaan diam (atau berayun-ayun), dan
pada titik kontak yang menerima tegangan maksimum besarnya deformasi cincin
menjadi 0.0001 kali diameter elemen gelinding, maka beban tersebut dinamakan
kapasitas nominal statis spesifik.
Kedua macam beban diatas merupakan faktor dasar yang pertama dalam
pemilihan bantalan. Rumus-rumus perhitungan beban dinamis spesifik dulu belum
diseragamkan diseluruh dunia. Hal ini dapat dolihat pada perbedaan besarnya harga
beban dinamis spesifik C dari bantalan yang sama ukurannya tetapi dibuat oleh pabrik
yang berbeda.
Dalam tahun 1959, persamaan teoritis dari lundberg dan palmgrens diterima oleh
ISO, dan dimasukkan dalam JIS B 1518. pada saat ini, semua produsen bantalan
menggunakan standar perhitungan tersebut sehingga harga C yang terdapat dalam
catalog bantalan dari berbagai pabrik sama besarnya untuk bantalan yang sama
ukurannya. Persamaan untuk C pada bantalan bola dan rol radial adalah sebagai
berikut.
Untuk diameter bola 25,4 (mm) atau kurang
C = fc (i cos
8,1
a
3/27,0
DZ)
Untuk diameter bola lebih dari 25,4 (mm)
C = fc (i cos 4,13/27,0
Da647,3Z)
Untuk bantalan rol
27/29
a
4/39/7
ac DZ)cosil(fc 
Dimana
C: adalah kapasitas nominal stasis spesifik
21
I: jumlah baris bola dalam satu bantalan
: sudut kontak nominal
Da: diameter bola,
Fc: faktor yang besarnya tergantung pada jenis,kelas ketelitian
La: panjang efektif rol.
Perhitungan Beban Dan Umur Bantalan Gelinding
Perhitungan beban ekivalen
Suatu beban yang besarnya sedemikian rupa sehingga memberikan umur yang
sama dengan umur yang diberikan oleh beban dan kondisi putaran sebenarnya disebut
beban ekivalen dinamis.
Jika suatu deformasi permanent, ekivalen dengan deformasi permanent
maksimum yang terjadi Karena kondisi beban statis yang sebenarnya pada bagian
dimana elemen gelinding membuat kontak dengan cincin pada tegangan maksimum,
maka beban yang menimbulkan deformasi tersebut dinamakan beban ekivalen statis.
Misalkan sebuah bantalan membawa beban radial Fr (kg) dan beban aksial Fa
(kg), maka beban ekivalen dinamis Pr (kg) adalah sebagai berikut.
Untuk bantalan radial (kecuali bantalan rol silinder)
Pr = XVFr + YFa
Untuk bantalan aksial, beban aksial ekivalen dinamis Pa (kg)
Pa = XFr + YFa
Faktor V sama dengan l untuk pembedaan pada cincin dalam yang berputar, dan
1,2 untuk pembebanan pada cincin luar yang berputar. Harga-harga X dan Y
terdapat dalam tabel 4.9.
22
Beban radial ekivalen statis Po (kg), dan beban aksial ekivalen statis Poa (kg) untuk
suatu bantalan yang membawa beban radial Fr (kg) dan beban aksial Fa (kg), dapat
ditentukan dengan persamaan berikut.



tanF3,2FP
,FP
FYFXp
raoa
r0
a0r00
di ambil yang lebih besar Hara-harga
faktor X0 dan Y0 juga terdapat dalam tabel 4.9
Perhitungan Umur Nominal
Umur nominal L (90% dari jumlah sample, setelah berputar satu juta
putaran, tidak memperlihatkan kerusakan karena kelelahan gelinding) dapat ditentukan
sebagai berikut.
Jika C (kg) menyatakan beban nominal dinamis spesifik dan P (kg) beban
ekivalen dinamis, maka faktor kecepatan fn adalah:
23
Untuk bantalan bola,
3/1
n
n
3,33
f 






Untuk bantalan rol,
10/3
n
n
3,33
f 






Faktor umur adalah:
Untuk kedua bantalan,
P
C
ff nh 
Umur nominal Ln adalah:
Untuk bantalan bola, 3
hh f500L
Untuk bantalan rol, 3/10
hh f500L 
Dengan bertambah panjangnya umur karena adanya perbaikan besar dalam
mutu bahan dank arena tuntutan keandalan yang lebih tinggi, maka bantalan
modern direncanakan dengan Lh yang dikalikan dengan faktor koreksi. Jika Ln
menyatakan keandalan umur (100-n)(%), maka
h321n L.a,a,aL 
Dimana:
a1: adalah faktor keandalan (tabel 4.10). a1 = 1 bila keandalan 90(%) dipaka
seperti biasanya, atau 0,21 bila keandalan 99 (%) dipakai.
a2: adalah faktor bahan. a2 = 1 untuk bahan baja bantalan yang dicairkan
secara terbuka, dan kurang lebih = 3 untuk baja bantalan de-gas hampa.
a3: adalah faktor kerja. a3 = 1 untuk kondisi kerja normal, dan kurang dari 1
untuk hal-hal berikut ini (karena kondisinya tidak menguntungkan umur
bantalan):
24
 Bantalan bola, dengan pelumasan minyak berviskositas 13(cSt) atau
kurang.
 Bantalan rol, dengan pelumasan minyak berviskositas 20 (cSt) atau
kurang.
 Kecepatan rendah, yang besarnya sama dengan atau kurang dari
10000 (rpm) dibagi diameter jarak bagi elemen gelinding.
Jika bantalan tinggal diam, bila cincin dalam, cincin luar, dan elemen gelinding
berputar bersama sebagai satu kesatuan (tidak ada gerakan relative antara
ketiga bagian tersebut), atau bantalan berputar dengan putaran tidak lebih dari
10 (rpm), atau berayun-ayun, maka perhitungan L tidak dilakukan. Dalam hal ini
keadaan beban dianggap statis, dan perhitungan hanya didasarkan pada beban
ekivalen statis yang harus lebih rendah dari pada beban nominal statisnya.
Untuk menentukan apakah umur yang dihitung perlu dihitung lagi dengan
nomor bantalan yang lain, harus dipertimbangkan berdasarkan harga-harga
standard alam tabel 4.11.
25
26
Soal evaluasi
1. Kopling flenz kaku berfungsi untuk
a. penerus putaran
b. penurun putaran
c. pemercepat putaran
d. pemutus putaran
2. Kopling karet ban berfungsi untuk
a. sumbu poros yang dihubungkan segaris
b. sumbu poros yang dihubungkan tidak segaris.
c. sumbu poros yang dihubungkan sejajar
d. sumbu poros yang dihubungkan berpotongan
3. Jika sumbu poros yang dihubungkan tidak segaris, kopling yang tepat adalah
a. Kopling flenz kaku
b. Kopling karet ban
c. Kopling bus
d. Kopling tempa
4. Tujuan dari penggunaan kopling adalah untuk
a. perawatannya mudah dan cepat
b. pemasangannya mudah dan cepat
c. pemasangan poros mudah dan cepat
d. pemasangan baut mudah dan cepat
5. Rencanakan sebuah kopling untuk memindahkan daya dari sebuah motor listrik
sebesar 5 (kW) pada putaran 1000 (rpm). Poros mengalami sedikit beban
tumbukan, dan dipakai selama 16 jam. Bahan harus dipilih sendiri yang sesuai.
6. Rencanakan bantalan gelinding untuk sebuah poros yang memindahkan daya dari sebuah
motor listrik sebesar 5 (kW) pada putaran 1000 (rpm). Poros mengalami beban puntir, dan
juga beban lentur karena ada 2 puli yang terpasang. besarnya beban lentur yang terjadi
dapat dilihat pada gambar. Pada poros dibuat alur pasak untuk memasang puli dan dibuat
bertangga untuk memasang bantalan, jika sehari poros ini dipakai selama 16 jam dengan
tumbukan ringan. Bahan harus dipilih sendiri yang sesuai.
27
7. Rencanakan bantalan gelinding untuk sebuah poros dipasang roda gigi transmisi
dengan ukuran diameter 15 cm dan lebar 3 cm. Daya yang ditransmisikan 5 kW,
pada putaran 200 Rpm dan bahan poros yang dipakai S35C.
roda gigi
bantalan 15 cm bantalan
12 cm 12 cm
28
Kunci soal evaluasi
1. a
2. b
3. b
4. b
29
Rangkuman.
Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebahgai penerus putaran
dari poros penggerak ke poros yang digerakkan. Kopling ada dua macam yaitu kopling
tetap (coupling) dan kopling tidak tetap (clutch). Kopling tetap yang dibahas yaitu
kopling flens kaku dan kopling karet ban. Kopling tetap jenis kopling flens kaku
dipergunakan bila kedua poros harus dihubungkan dengan sumbu segaris. Kopling
flens kaku digunakan pada kopling mesin dan transmisi umum di pabrik-pabrik. Kopling
karet ban dipergunakan bila kedua sumbu poros yang dihubungkan tidak segaris atau
tidak benar-benar lurus. Kopling karet ban dapat meredam tumbukan dan getaran yang
terjadi pada transmisi akibat kedua sumbu poros yang dihubungkan tidak segaris.
Penggunaan koplng untuk menghubungkan dua poros sangat banyak digunakan
karena mempunyai berbagai macam keunggulan yaitu pemasangannya yang mudah
dan cepat, ringkas, ringan dan aman tehadap putaran tinggi; getaran dan tumbukan
kecil.
Bantalan gelinding dapat diklasifikasikan atas: bantalan radial, yang terutama
membawa beban radial dan sedikit beban aksial, dan bantalan aksial yang membawa
beban yang sejajar sumbu poros. Menurut bentuk elemen gelindingnya, dapat pula
dibagi atas bantalan bola dan bantalan rol.
30
Daftar pustaka
 Holowenko, dkk. , 1980 , Machine Design, Asian Student Edition, Schaums
Outline Series, New York : McGraw-Hill Book, Inc.
 Khurmi, R.S., Gupta, J.K., 1980 , Machine Design, New Delhi: Eurasia Publishing
House.
 Shigley, J.E., Mitchell, L.D., 1986, Perencanaan Teknik Mesin Jakarta :
Erlangga.
 Sularso, Kiyokatsu Suga, 1980, Elemen Mesin, Jakarta: Pradnya Paramita.

More Related Content

What's hot

Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)Ali Hasimi Pane
 
Modul Elemen Mesin 4
Modul Elemen Mesin 4Modul Elemen Mesin 4
Modul Elemen Mesin 4Dewi Izza
 
Elemen Mesin II - Rodagigi Lurus
Elemen Mesin II - Rodagigi LurusElemen Mesin II - Rodagigi Lurus
Elemen Mesin II - Rodagigi LurusCharis Muhammad
 
Tugas ii (dasar perencanaan poros)
Tugas ii (dasar perencanaan poros)Tugas ii (dasar perencanaan poros)
Tugas ii (dasar perencanaan poros)Rinaldi Sihombing
 
Modul Teknik Pemesinan Frais
Modul Teknik Pemesinan FraisModul Teknik Pemesinan Frais
Modul Teknik Pemesinan FraisBambang Utama
 
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)Hamid Abdillah
 
Dasar perencanaan elemen mesin
Dasar perencanaan elemen mesinDasar perencanaan elemen mesin
Dasar perencanaan elemen mesinRinaldi Sihombing
 
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran FluidaModul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran FluidaAli Hasimi Pane
 
Perbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon Tinggi
Perbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon TinggiPerbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon Tinggi
Perbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon TinggiAbdul Ghofur
 
Diagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cDiagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cBayu Fajri
 
Proses pengecoran
Proses pengecoranProses pengecoran
Proses pengecoranChache Go
 
Transmisi Rantai dan Sprocket.pptx
Transmisi Rantai dan Sprocket.pptxTransmisi Rantai dan Sprocket.pptx
Transmisi Rantai dan Sprocket.pptxZwingCADAcademy
 
Elemen Mesin 1 - Keling 2
Elemen Mesin 1 - Keling 2Elemen Mesin 1 - Keling 2
Elemen Mesin 1 - Keling 2Charis Muhammad
 
Jenis jenis turbin turbin pelton turbin francis dan turbin kaplan
Jenis jenis turbin turbin pelton turbin francis dan turbin kaplanJenis jenis turbin turbin pelton turbin francis dan turbin kaplan
Jenis jenis turbin turbin pelton turbin francis dan turbin kaplanAdy Purnomo
 
Makalah Poros dan Pasak
Makalah Poros dan PasakMakalah Poros dan Pasak
Makalah Poros dan PasakHari Hidayat
 
mengenal proses blanking (pemotongan plat pada praktikum pembentukan bahan)
mengenal proses blanking (pemotongan plat pada praktikum pembentukan bahan)mengenal proses blanking (pemotongan plat pada praktikum pembentukan bahan)
mengenal proses blanking (pemotongan plat pada praktikum pembentukan bahan)universitas negri yogyakarta
 

What's hot (20)

Diktat getaran mekanik
Diktat getaran mekanikDiktat getaran mekanik
Diktat getaran mekanik
 
TURBIN AIR
TURBIN AIRTURBIN AIR
TURBIN AIR
 
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
 
Modul Elemen Mesin 4
Modul Elemen Mesin 4Modul Elemen Mesin 4
Modul Elemen Mesin 4
 
Elemen Mesin II - Rodagigi Lurus
Elemen Mesin II - Rodagigi LurusElemen Mesin II - Rodagigi Lurus
Elemen Mesin II - Rodagigi Lurus
 
Tugas ii (dasar perencanaan poros)
Tugas ii (dasar perencanaan poros)Tugas ii (dasar perencanaan poros)
Tugas ii (dasar perencanaan poros)
 
Modul Teknik Pemesinan Frais
Modul Teknik Pemesinan FraisModul Teknik Pemesinan Frais
Modul Teknik Pemesinan Frais
 
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
 
Dasar perencanaan elemen mesin
Dasar perencanaan elemen mesinDasar perencanaan elemen mesin
Dasar perencanaan elemen mesin
 
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran FluidaModul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
 
Sentrifugal
SentrifugalSentrifugal
Sentrifugal
 
Perbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon Tinggi
Perbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon TinggiPerbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon Tinggi
Perbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon Tinggi
 
Laporan Praktikum Kerja Bangku
Laporan Praktikum Kerja BangkuLaporan Praktikum Kerja Bangku
Laporan Praktikum Kerja Bangku
 
Diagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cDiagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 c
 
Proses pengecoran
Proses pengecoranProses pengecoran
Proses pengecoran
 
Transmisi Rantai dan Sprocket.pptx
Transmisi Rantai dan Sprocket.pptxTransmisi Rantai dan Sprocket.pptx
Transmisi Rantai dan Sprocket.pptx
 
Elemen Mesin 1 - Keling 2
Elemen Mesin 1 - Keling 2Elemen Mesin 1 - Keling 2
Elemen Mesin 1 - Keling 2
 
Jenis jenis turbin turbin pelton turbin francis dan turbin kaplan
Jenis jenis turbin turbin pelton turbin francis dan turbin kaplanJenis jenis turbin turbin pelton turbin francis dan turbin kaplan
Jenis jenis turbin turbin pelton turbin francis dan turbin kaplan
 
Makalah Poros dan Pasak
Makalah Poros dan PasakMakalah Poros dan Pasak
Makalah Poros dan Pasak
 
mengenal proses blanking (pemotongan plat pada praktikum pembentukan bahan)
mengenal proses blanking (pemotongan plat pada praktikum pembentukan bahan)mengenal proses blanking (pemotongan plat pada praktikum pembentukan bahan)
mengenal proses blanking (pemotongan plat pada praktikum pembentukan bahan)
 

Similar to KOPLING DAN BANTALAN

MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINDwi Ratna
 
macam macam sambungan pada struktur baja.pptx
macam macam sambungan pada struktur baja.pptxmacam macam sambungan pada struktur baja.pptx
macam macam sambungan pada struktur baja.pptxAdhimasTirta
 
Konsep sambungan struktur baja
Konsep sambungan struktur bajaKonsep sambungan struktur baja
Konsep sambungan struktur bajaNunu Nurul
 
Perencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaPerencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaFajar Istu
 
Perencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaPerencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajafrans2014
 
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1MOSES HADUN
 
Perbedaan menggunakan sambungan_baut_dan
Perbedaan menggunakan sambungan_baut_danPerbedaan menggunakan sambungan_baut_dan
Perbedaan menggunakan sambungan_baut_danM Agus Saparudin
 
Mechanical-fasterener standard for engineering.pdf
Mechanical-fasterener standard for engineering.pdfMechanical-fasterener standard for engineering.pdf
Mechanical-fasterener standard for engineering.pdfDeni Prasetyo
 
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdf
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdfSlide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdf
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdfMuhamadIlham279890
 
Konstruksi baja4
Konstruksi baja4Konstruksi baja4
Konstruksi baja4Fajar Istu
 
Kopling tetap bahan ajar
Kopling tetap bahan ajarKopling tetap bahan ajar
Kopling tetap bahan ajarKhairul Fadli
 
pdfslide.tips_bantalan-luncur-1.ppt
pdfslide.tips_bantalan-luncur-1.pptpdfslide.tips_bantalan-luncur-1.ppt
pdfslide.tips_bantalan-luncur-1.pptRiskyRahmann
 
ppt struktur beton oleh kelompok 04 .pptx
ppt struktur beton oleh kelompok 04 .pptxppt struktur beton oleh kelompok 04 .pptx
ppt struktur beton oleh kelompok 04 .pptxTikaIka7
 
sambungan-des-2005 (Sambungan baut).ppt
sambungan-des-2005 (Sambungan baut).pptsambungan-des-2005 (Sambungan baut).ppt
sambungan-des-2005 (Sambungan baut).pptfitryhasdanita1
 
fdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.ppt
fdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.pptfdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.ppt
fdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.pptAlrifqi3
 
Seven jantri situmorang
Seven jantri situmorangSeven jantri situmorang
Seven jantri situmorangYudidNome
 
Makalah kopling tetap
Makalah kopling tetapMakalah kopling tetap
Makalah kopling tetaprizky putra
 

Similar to KOPLING DAN BANTALAN (20)

MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
 
macam macam sambungan pada struktur baja.pptx
macam macam sambungan pada struktur baja.pptxmacam macam sambungan pada struktur baja.pptx
macam macam sambungan pada struktur baja.pptx
 
Konsep sambungan struktur baja
Konsep sambungan struktur bajaKonsep sambungan struktur baja
Konsep sambungan struktur baja
 
Perencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaPerencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-baja
 
Perencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaPerencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-baja
 
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
 
Bab 07-poros1
Bab 07-poros1Bab 07-poros1
Bab 07-poros1
 
Baja i-3
Baja i-3Baja i-3
Baja i-3
 
Perbedaan menggunakan sambungan_baut_dan
Perbedaan menggunakan sambungan_baut_danPerbedaan menggunakan sambungan_baut_dan
Perbedaan menggunakan sambungan_baut_dan
 
Pertemuan 0 pesawat angkat
Pertemuan 0 pesawat angkatPertemuan 0 pesawat angkat
Pertemuan 0 pesawat angkat
 
Mechanical-fasterener standard for engineering.pdf
Mechanical-fasterener standard for engineering.pdfMechanical-fasterener standard for engineering.pdf
Mechanical-fasterener standard for engineering.pdf
 
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdf
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdfSlide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdf
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdf
 
Konstruksi baja4
Konstruksi baja4Konstruksi baja4
Konstruksi baja4
 
Kopling tetap bahan ajar
Kopling tetap bahan ajarKopling tetap bahan ajar
Kopling tetap bahan ajar
 
pdfslide.tips_bantalan-luncur-1.ppt
pdfslide.tips_bantalan-luncur-1.pptpdfslide.tips_bantalan-luncur-1.ppt
pdfslide.tips_bantalan-luncur-1.ppt
 
ppt struktur beton oleh kelompok 04 .pptx
ppt struktur beton oleh kelompok 04 .pptxppt struktur beton oleh kelompok 04 .pptx
ppt struktur beton oleh kelompok 04 .pptx
 
sambungan-des-2005 (Sambungan baut).ppt
sambungan-des-2005 (Sambungan baut).pptsambungan-des-2005 (Sambungan baut).ppt
sambungan-des-2005 (Sambungan baut).ppt
 
fdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.ppt
fdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.pptfdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.ppt
fdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.ppt
 
Seven jantri situmorang
Seven jantri situmorangSeven jantri situmorang
Seven jantri situmorang
 
Makalah kopling tetap
Makalah kopling tetapMakalah kopling tetap
Makalah kopling tetap
 

More from Dewi Izza

Pesawat angkat kelompok b (Dongkrak)
Pesawat angkat kelompok b (Dongkrak)Pesawat angkat kelompok b (Dongkrak)
Pesawat angkat kelompok b (Dongkrak)Dewi Izza
 
Manajemen Pendidikan Kejuruan - Kurikulum SMK
Manajemen Pendidikan Kejuruan - Kurikulum SMKManajemen Pendidikan Kejuruan - Kurikulum SMK
Manajemen Pendidikan Kejuruan - Kurikulum SMKDewi Izza
 
Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)
Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)
Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)Dewi Izza
 
Bahan Bakar Cair dan Gas
Bahan Bakar Cair dan GasBahan Bakar Cair dan Gas
Bahan Bakar Cair dan GasDewi Izza
 
Makalah Pengetahuan Bahan Teknik : Karet
Makalah Pengetahuan Bahan Teknik : KaretMakalah Pengetahuan Bahan Teknik : Karet
Makalah Pengetahuan Bahan Teknik : KaretDewi Izza
 
Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan KerjaMakalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan KerjaDewi Izza
 
Makalah Perencanaan Bengkel Pengukuran
Makalah Perencanaan Bengkel PengukuranMakalah Perencanaan Bengkel Pengukuran
Makalah Perencanaan Bengkel PengukuranDewi Izza
 
Rancangan Diklat - Kurikulum Pendidikan Kejuruan
Rancangan Diklat - Kurikulum Pendidikan KejuruanRancangan Diklat - Kurikulum Pendidikan Kejuruan
Rancangan Diklat - Kurikulum Pendidikan KejuruanDewi Izza
 
Evaluasi Kurikulum 2013
Evaluasi Kurikulum 2013Evaluasi Kurikulum 2013
Evaluasi Kurikulum 2013Dewi Izza
 
Makalah teknik tenaga listrik part 1
Makalah teknik tenaga listrik part 1Makalah teknik tenaga listrik part 1
Makalah teknik tenaga listrik part 1Dewi Izza
 
Makalah Ketel Uap
Makalah Ketel UapMakalah Ketel Uap
Makalah Ketel UapDewi Izza
 
Makalah: Mengembangkan Butir Soal
Makalah: Mengembangkan Butir SoalMakalah: Mengembangkan Butir Soal
Makalah: Mengembangkan Butir SoalDewi Izza
 

More from Dewi Izza (12)

Pesawat angkat kelompok b (Dongkrak)
Pesawat angkat kelompok b (Dongkrak)Pesawat angkat kelompok b (Dongkrak)
Pesawat angkat kelompok b (Dongkrak)
 
Manajemen Pendidikan Kejuruan - Kurikulum SMK
Manajemen Pendidikan Kejuruan - Kurikulum SMKManajemen Pendidikan Kejuruan - Kurikulum SMK
Manajemen Pendidikan Kejuruan - Kurikulum SMK
 
Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)
Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)
Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)
 
Bahan Bakar Cair dan Gas
Bahan Bakar Cair dan GasBahan Bakar Cair dan Gas
Bahan Bakar Cair dan Gas
 
Makalah Pengetahuan Bahan Teknik : Karet
Makalah Pengetahuan Bahan Teknik : KaretMakalah Pengetahuan Bahan Teknik : Karet
Makalah Pengetahuan Bahan Teknik : Karet
 
Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan KerjaMakalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
 
Makalah Perencanaan Bengkel Pengukuran
Makalah Perencanaan Bengkel PengukuranMakalah Perencanaan Bengkel Pengukuran
Makalah Perencanaan Bengkel Pengukuran
 
Rancangan Diklat - Kurikulum Pendidikan Kejuruan
Rancangan Diklat - Kurikulum Pendidikan KejuruanRancangan Diklat - Kurikulum Pendidikan Kejuruan
Rancangan Diklat - Kurikulum Pendidikan Kejuruan
 
Evaluasi Kurikulum 2013
Evaluasi Kurikulum 2013Evaluasi Kurikulum 2013
Evaluasi Kurikulum 2013
 
Makalah teknik tenaga listrik part 1
Makalah teknik tenaga listrik part 1Makalah teknik tenaga listrik part 1
Makalah teknik tenaga listrik part 1
 
Makalah Ketel Uap
Makalah Ketel UapMakalah Ketel Uap
Makalah Ketel Uap
 
Makalah: Mengembangkan Butir Soal
Makalah: Mengembangkan Butir SoalMakalah: Mengembangkan Butir Soal
Makalah: Mengembangkan Butir Soal
 

Recently uploaded

MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfihsan386426
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppttaniaalda710
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxRemigius1984
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfArvinThamsir1
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdfAnonymous6yIobha8QY
 

Recently uploaded (8)

MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
 

KOPLING DAN BANTALAN

  • 1. 1 MODUL 3 Pertemuan ke : 3 Topik belajar : Perencanaan kopling dan bantalan Alokasi waktu : 200 menit Tujuan pembelajaran : - Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi dan macam kopling - Mahasiswa mampu menjelaskan kekuatan dan perancangan kopling - Mahasiswa mampu merencanakan kopling - Mahasiswa mampu merencanakan bantalan Materi 1 Kopling Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebahgai penerus putaran dari poros penggerak ke poros yang digerakkan. Kopling ada dua macam yaitu kopling tetap (coupling) dan kopling tidak tetap (clutch).  Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut terletak pada satu garis lurus atau dapat sedikit berbeda sumbunya.  Kopling tak tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan. Putaran pada kopling tidak tetap dapat dilepaskan atau dihubungkan bila diperlukan. Kopling jenis ini biasanya dipakai pada kendaraan bermotor.
  • 2. 2 Kopling tetap (coupling) Kopling tidak tetap (clutch) Modul ini akan membahas kopling tetap yaitu kopling flens kaku dan kopling karet ban. Kopling tetap jenis kopling flens kaku dipergunakan bila kedua poros harus dihubungkan dengan sumbu segaris. Kopling flens kaku digunakan pada kopling mesin dan transmisi umum di pabrik-pabrik. Kopling karet ban dipergunakan bila kedua sumbu poros yang dihubungkan tidak segaris atau tidak benar-benar lurus. Kopling karet ban dapat meredam tumbukan dan getaran yang terjadi pada transmisi akibat kedua sumbu poros yang dihubungkan tidak segaris. Penggunaan koplng untuk menghubungkan dua poros sangat banyak digunakan karena mempunyai berbagai macam keunggulan yaitu:  Pemasangan yang mudah dan cepat. Konstruksi pemasangan kopling sangat mudah dan sederhana artinya tidak membutuhkan tambahan peralatan dan sangat cepat dilakukan. Pemasangan kopling hanya membutuhkan kopling yang mempunyai diameter lubang yang sama dengan diameter poros yang akan dihubungkan dan untuk menetapkannya dibutuhkan pasak sebagai pengunci agar kopling berputar bersama-sama dengan poros.  Ringkas dan ringan. Konstruksi pemasangan kopling sangat ringkas dan ringan. Artinya berat kopling relatif ringan sehingga tidak mempengaruhi kekuatan poros dan pemasangannya ringkas dan tidak menggunakan banyak ruang sehingga dapat dipasang dengan mudah.  Aman pada putaran tinggi; getaran dan tumbukan kecil.
  • 3. 3 Konstruksi pemasangan kopling sangat aman pada putaran rendah maupun tinggi karena dapat dipasang dengan kuat sehingga mengurangi kemungkinan terjadi getaran yang cukup kuat dan juga dapat menahan jika ada tumbukan,tumbukan yang kecil. Pada waktu pemasangan, sumbu kedua poros harus terlebih dahulu diusahakan segaris dengan tepat sebelum baut- baut flens dikeraskan. Untuk dapat menyetel lurus kedua sumbu poros secara mudah, permukaan flens yang satu dapat dibubut kedalam dan dan permukaan flens yang menjadi pasangannya dibubut menonjol sehingga dapat saling mengepas. Perencanaan Kopling Flens Kaku Kopling flens kaku dipergunakan bila kedua poros harus dihubungkan dengan sumbu segaris. Kopling jenis ini banyak digunakan pada kopling mesin dan sistem transmisi di pabrik. Kopling flens kaku terdiri atas naf dengan flens yang dibuat dari besi cor atau baja cor, dan dipasang pada ujung poros dengan diberi pasak serta diikat dengan baut pada flensnya. Ada juga naf kopling yang dipasang pada poros dengan sambungan pres atau kerut. Untuk merencanakan kopling pertama harus diketahui besarnya daya (P) dan putaran (n) yang akan diteruskan poros penggerak. Diameter poros penggerak seperti pada poros motor listrik harus diperiksa agar diameter tersebut sama dengan poros yang digerakkan. Sifat dari daya yang akan diteruskan harus dperiksa untuk menentukan faktor koreksi daya, baru kemudian dapat dihitung besarnya daya rencana (Pd). Kemudian dapat dihitung momen rencana (T). Bahan baut dapat ditentukan sesuai dengan standar, sehingga kekuatannya daoat diketahui dengan jelas. Jika bahan baut dibuat dari baja liat maka faktor-faktor keamanan yang dipakai cukup besar sehingga pada umumnya ukuran yang ditentukan akan memenuhi semua persyaratan pada hampir semua pemeriksaan. Namun demikian jika ternyata masih kurang kuat, dapat diambil bahan baut yang mempunyai kadar karbon yang lebih tinggi, atau ambil bahan lain untuk flensnya. Bagian yang perlu diperiksa adalah baut. Jika ikatan antara kedua flens dilakukan dengan baut-baut pas, dimana lubang-lubangnya dirim, maka meskipun diusahakan ketelitian yang tinggi, distribusi tegangan geser pada semua baut tetap
  • 4. 4 tidak dapat dijamin seragam. Makin banyak jumlah baut yang digunakan, makin silit untuk menjamin keseragaman tersebut. Sehingga contoh dalam hal kopling yang mempunyai ketelitian rendah, dapat terjadi bahwa hanya satu baut saja yang menerima seluruh beban transmisi hingga dalam waktu singkat akan putus. Jika setelah baut ini putus terjadi lagi pembebanan pada satu baut, maka seluruh baut dapat mengalami hal yang sama dan putus secara bergantian. Biasanya dalam perhitungan dianggap bahwa hanya 50(%) saja dari seluruh baut yang berjumlah n buah menerima seluruh beban secara merata. Jika jumlah baut efektif yang menanggung beban dinyatakan dengan ne maka besarnya tegangan geser pada baut dapat dihitung sbb. )mm.kg( 2 B nd 4 T eb 2 b   T = momen punter (kg.mm) db = diameter baut (mm) b = tegangan geser (kg/mm2 ) ne = jumlah baut efektif B = jarak antara dua sumbu baut (mm) )mm/kg( Bnd T8 2 e 2 b b   bab  ba adalah suatu harga tegangan geser izin bahan baut yang diperoleh misalnya dengan membagi kekuatan tarik 41 (kg/mm2 ) dari bahan SS41 dengan faktor keamanan Sf = 6. Bagian yang mengalami konsentrasi tegangan seperti bagian ulir baut harus dijauhkan dari permukaan kontak dari kopling. Jika kemungkinan akan terjadi tumbukan, maka b harus dikalikan dengan faktor Kb (faktor tumbukan) yang dipilih antara 1.5 dan 3.
  • 5. 5 Bagian kopling yang perlu direncanakan berikutnya adalah flens. Jika kopling dipergunakan untuk menghubungkan turbin dengan generator, maka pemakaian baja tempa perlu digunakan untuk menghindari adanya bagian yang keropok. Untuk pemakaian lain dapat digunakan baja cor. Karena bagian yang keropok peka terhadap tumbukan, maka faktor koreksi Kb harus diambil sebesar 2 atau 3 dan dikalikan pada .f 2 C CFT f C = diameter naf (mm) F = tebal flenz pada sambungan baut (mm) FC T2 2f   Faf  Jika baut pas dipakai, gesekan antara kedua flens dapat juga meneruskan momen tetapi gesekan ini biasanya diabaikan. Ada juga flens yang ditempa menjadi satu dengan poros pada ujung poros dan disebut poros flens tempa. Keuntungannya adalah diameter flens dapat dibuat kecil karena tidak memerlukan naf. Contoh soal. Rencanakan kopling flens kaku yang dipasang pada poros baja liat dengan sebuah pasak untuk meneruskan daya sebesar 50 (kW) pada putaran 180 (rpm), dan periksa kekuatan baut dan flens. Penyelesaian soal 1. P= 50 (kW), n1 = 180 (rpm) 2. fc = 1,2
  • 6. 6 3. Pd = 1,2 x 50 = 60 (kW) 4. T = 9,74 x 105 x 60/180 = 4,12 x 105 (kg.mm) 5. Dengan mengambil kadar karbon untuk baja liat sebesar 0,20 (%), maka kekuatan tarik B adalah B = 0,20 x 100 + 20 = 40 (kg/mm2 ) Sf1 = 6,0, Sf2 = 2,0 6. )mm/kg(33,3)0,2x0,6/(40 2 sa  7. 0,1C,0,2K bt  8. )(100)(2,981012,40,10,2 3,33 1,5 3/1 5 mmmmxxxxds        9. Dari Tabel 2.1, A = 355 (mm), C = 180 (m), L = 125 (mm) A = 25 (mm), n = 8 10. 48x5,0n,5,0 e  11. )mm/kg(21,1 260x4x25x 10x10,3x8 2 2 5 b    12.Dengan bahan baut SS41B, )mm/kg(41 2 B  Faktor keamanan Sfb = 6, Faktor koreksi Kb = 3,0 13. )mm/kg(94,0)3x6/(41 2 ba  14.1,21<2,28 baik 15.Bahan flens FC20,F = 35,5 (mm), ,6Sf),mm/kg(17 F 2 B  Faktor koreksi KF =3
  • 7. 7 16. )mm/kg(94,0)3x6/(17 2 Fa  17.3,0 x 0,17=0,51 < 0,94 (kg.mm2 ), baik 18.Diameter luar kopling A = 355 (mm) kopling standar ds = 100 (mm), baut; M25 x 8(pcs) bahan baut; SS41. Bahan flens : FC20 Kopling karet ban Mesin-mesin yang dihubungkan dengan penggeraknya melalui kopling flens kaku, memerlukan penyetelan yang sangat teliti agar kedua sumbu poros yang saling dihubungkan dapat menjadi satu garis lurus. Selain itu, getaran dan tumbukan yang terjadi dalam penerusan daya antara mesin penggerak dan yang digerakkan tidak dapat diredam, sehingga dapat memperpendek umur mesin serta menimbulkan bunyi berisik. Untuk menghindari kesulitan-kesulitan dapat digunakan kopling karet ban. Kopling ini dapat bekerja dengan baik meskipun kedua poros yang dihubungkannya tidak benar-benar lurus. Selain itu kopling ini juga dapat meredam tumbukan dan getaran yang terjadi pada transmisi. Meskipun terjadi kesalahan dalam pemasangan poros, dalam batas-batas tertentu seperti diperlihatkan pada gambar, kopling ini masih dapat meneruskan daya dengan halus. Pemasangan dan pelepasan juga dapat dilakukan dengan mudah karena hubungan dilakukan dengan jepitan baut pada ban karetnya. Variasi beban juga dapat diserap oleh ban karet, sedangkan hubungan listrik antara kedua poros dapat dicegah.
  • 8. 8 Karena keuntungannya demikian banyak, pemakaian kopling ini semakin luas. Meskipun harganya agak lebih tinggi dibandingkan dengan kopling flens kaku, namun keuntungannya yang diperoleh sari segi-segi lain sangat besar. Beberapa produsen kopling ini menyediakan ukuran-ukuran standar. Untuk merencanakan atau melakukan penelitian, perlu diketahui dulu besarnya daya yang akan diteruskan, putaran poros, mesin yang dipakai, persyaratan kerja, dll. Seperti perencanaan pada kopling flens. Setelah tipe yang sesuai dipilih, kemudian diperiksa kekuatan bagian-bagiannya serta beban yang dipakai. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada kopling karet ban yaitu pada taksiran variasi momen puntir, sebagai tambahan atas momen yang dihitung dari daya dan putaran poros. Misalkan momen puntir yang diteruskan bervariasi seperti dalam gambar, garis putus-putus menunjukkan momen puntir Tm (kg.mm) yang dihitung dari daya nominal P
  • 9. 9 (kW) dan putaran n1 (rpm) dari suatu motor listrik, motor tersebut mampu memberikan daya tambahan yang cukup besar sesuai denagan permintaan diatas daya rata-rata yang sesungguhnya. )mm.kg(n/xP10x74,9T 1 5 m  Bila terdapat variasi momen, kalikan harga Tm dengan faktor koreksi fc untuk tumbukan dan umur ban. Bila variasi momen sangat besar seperti dikemukakan diatas, kalikan harga Tmax (kg.mm) yang terbesar dalam satu putaran dengan faktor koreksi yang sama fc seperti di atas. maxcd TfT  Pilihlah ukuran sedemikian rupa sehingga momen Td (kg.mm) lebih rendah dari pada momen normal maksimum dari kopling standar Tu (g.mm). Perlu juga diperiksa apakah momen awal yang dikenakan beberapa kali dalam sehari juga lebih rendah dari harga Td ini. Untuk perhitungan diameter poros, faktor koreksi Kt untuk poros sudah tercakup didalam Td. Faktor koreksi lenturan Cb ditentukan atas dasar perkiraan apakah kopling tersebut dimasa mendatang akan diganti dengan alat lain yang menimbulkan momen lentur pada poros. Biasanya perhitungan didasarkan atas harga Cb = 1, yaitu dengan anggapan tidak akan ada pergantian kopling dengan alat lain. Dengan demikian rumus untuk diameter poros adalah 3/1 d a s T 1,5 d         Bagian yang menempel dapat dibagi atas bagian piringan dan bagian silinder. Luas tempelan S1 dan Ss (mm). Jika diameter luar bagian piringan dan silinder adalah
  • 10. 10 d1 dan d2 (mm), maka tegangan geser )mm/kg( 2 t yang timbul pada bagian yang menempel adalah dt 2 2 21 1 T 2 d S 4 dd S                  2 d S 4 dd S/T 2 2 21 1dt Tegangan geser yang diizinkan Ta antara ban kopling dan logam pemasang adalah 0,04 (kg/mm2 ). tat  Pemeriksaan selanjutnya dilakukan pada baut pengikat antara flans dengan logam pemasang kopling ban. Dalam hal kopling flens kaku yang diikant dengan baut pas, perhitungan kekuatan didasarkan pada setengah dari jumlah semua baut, karena distribusi gaya gesek yang tidak merata. Tetapi pada kopling karet ban, karena flens pada semua baut. Dengan pemakaian baut tanam ini, tegangan geser terjadi pada ulir baut sehingga konsentrasi tegangan harus diperhatikan. Disini konsentrasi tegangan dapat diambil sebesar 3,0. Maka besarnya tegangan geser yang diizinkan pada baut adalah 21Bba xSfSf/( ) Jika diameter inti baut adalah dr, maka xBxnd T8 e 2 r max b   ne = n Akhirnya, pada kopling yang dipergunakan untuk meneruskan daya dari suatu penggerak mula dengan momen puntir yang sangat bervariasi seperti sebuah motor
  • 11. 11 torak dengan jumlah silinder sedikit, ayau kopling untuk menggerakkan mesin dengan beban yang bervariasi secara periodic, maka getaran puntir harus diperiksa. Jika jumlah puncak momen tiap putaran adalah v, dan putaran poros adalah n1 (rpm), maka frekuensi variasi momen puntir adalah vn1. Sekarang akan dihitung frekwensi pribadi dari poros, momen inersia poros yang digerakkan dinyatakan dengan ll (kg.cm.s2 ). Jika )m.kg(GD 22 t diberikan, maka )980x4/(xGD10l 2 t 4 l  . Ini adalah jumlah inersia beban dan ½ dari momen inersia kopling. Momen inersia dari satu flens dapat diperoleh dari tabel 2.6, yang besarnya adalah setengah dari selisih antara momen inersia logam pemasang dan momen inersia badan kopling. Momen inersia dari badan motor induksi 2 mGD adalah )980x4/(xGD10 2 m 4 dan ½ dari momen inersia kopling adalah Im. Jika roda gigi reduksi dipakai antara motor dan kopling, maka GD2 dari motor dan pinyon harus dikalikan dengan kuadrat dari perbandingan reduksi i(i>l). hasil perkalian tersebut setelah ditambah dengan GD2 dari roda gigi kemudian dikalikan dengan (104 /4 x 980). Jika konstanta pegas kopling ban adalah k (kg.cm/rad), maka harga ukuran- ukuran yang bersangkutan adalah seperti tertera dalam tabel 2.6, putaran krisisnya nc (rpm) adalah          ml c l l l l k 2 60 n Adalah suatu hal yang dapat dipandang baik jika frekwensi variasi momen puntir vn1 tidak lebih dari 0,8 nc. Contoh soal Sebuah kompresor yang menimbulkan variasi momen puntir seperti dalam gambar dalam satu putaran poros, digerakkan oleh sebuah motor induksi sebesar 5,5 (kW) pada 960(rpm). Pilihlah suatu kopling karet ban untuk menghubungkan kedua mesin tersebut. Motor tersebut mempunyai poros dengan diameter 42 (mm), GD2 sebesar
  • 12. 12 0,22 (kg.m2 ), dan 6 buah kutub, sedang kompresor mempunyai GD2 sebesar 0,12 (kg.m2 ). Penyelesaian soal. 1. P = 5,5 (kW), n1 = 960 (rpm) 2. Tm = 9,74 x 105 x 5,5/960 = 5580 (kg.mm) 3. Tmax = 11000 (kg.mm), v=2 4. dari tabel 2.7,fc = 3,0 5. Td = 3,0 x 11000 = 33000 (kg.mm) 6. no. 265 A = 265 (mm) momen normal maksimum Tu=36(kg.m) > 33000(kg.mm). B = 140 (mm), C = 100(mm), L=71(mm), F=14(mm), d=12(mm), n = 2 x 6 7. Bahan poros S45C 0,6Sf),mm/kg(58 1 2 B  Dengan alur pasak Sf2 = 2,5 Pengaruh tangga poros adalah kecil 8. )mm/kg(87,3 5,2x0,6 58 2 a  9. )mm(1,3533000x 87,3 1,5 d 3/1 s        Diameter poros sebesar 35(mm) dapat dipandang cukup. Tetapi karena diameter poros motor adalah 42 (mm), maka diameter yang sama juga harus diambil untuk poros yang digerakkan. 10.Dengan diameter naf kopling sebesar 100(mm), diameter lunang poros maksimum adalah 56(mm). Jadi diameter poros sebesar 42(mm) adalah cukup baik.
  • 13. 13 11.Periksa konsentrasi tegangan pada alur pasak. Untuk diameter poros sebesar 38 sampai 44(mm), ukuran pasak adalah 12 x 8. Jari-jari filet r1, r2 = 0,25 sampai 0,40(mm) => ambil 0,4 (mm), Maka 0,4/42 = 0,0095, 32 Konsentrasi tegangan ternyata lebih besar dari taksiran semula yaitu sebesar 2,5. Karena itu perlu diadakan koreksi. 3,87 x 2,5/3,2 = 3,02 (kg/mm2 ) Periksa apakah tegangan geser yang diperoleh dengan mengalihkannya dengan Td = 33000(kg.mm) untuk poros tanpa pasak adalah lebih kecil dari 3,02 (kg/mm2 ) atau tidak. 5,1 x 33000/423 = 2,27 < 3,02 (kg/mm2 ) => baik. 12.Luas penempelan antara ban dengan logam pemasang. Bagian piringan S1 = 10287 (mm2 ). Bagian silinder S2 = 6180 (mm2 ). ).mm/kg(04,0),mm(164d),mm(200d 2 ta21  13. )mm/kg(023,0 2 164 6180 4 164200 10287/33000 2          14.0.023 < 0,04, baik 15.Bahan baut S20C, ).mm/kg(41 2 B  3f,3Sf,6Sf,6n),mm(140B),mm(863,10d c211b  16. )mm/kg(28,2)3x6/(41 2 ba  17. )mm/kg(283,0 140x6x)863,10(x 11000x8 2 2b    18.3,0 x 0,283 =0,849 < 2,28, baik 19.Kompresor: GD2 = 0,12 (kg.m2 ) )cm.kg(306,0)980x4/(12,0x10l 24 
  • 14. 14 Kopling: lc = (0,83-0,38)=0,45(kg.cm.s2 ) Sisi digerakkan l1 = 0,560+(0,45/2)=0,531 (kg.cm.s2 ) Motor GD2 = 0,22 (kg.m2 ), l=104 x 22/(4 x 980) = 0,560 (kg.cm.s2 ) Sisi penggerak lm = 0,560 + (0,45/2) = 0,785 (kg.cm.s2 ) Konstanta pegas puntiran : k = 6,07 x 104 (kg.cm./rad) 20. )rpm(4180 785,0 1 531,0 1 10x07,6 2 60 n 4 c          21.2 x 960/4180 = 0,46 < 0,8, baik 22.No. 265 diameter luar 265 (mm) Diameter poros 42 (mm). Bahan poros S45C Baut M12 x 6(buah) x dua sisi. Bahan baut S20C Materi 2 Bantalan Gelinding Bantalan gelinding dapat diklasifikasikan atas: bantalan radial, yang terutama membawa beban radial dan sedikit beban aksial, dan bantalan aksial yang membawa beban yang sejajar sumbu poros. Menurut bentuk elemen gelindingnya, dapat pula dibagi atas bantalan bola dan bantalan rol. Demikian pula dapat dibedakan menurut banyaknya baris dan kontruksi dalamnya. Bantalan yang cincin dalam dan cincin luarnya dapat saling dipisahkan disebut macam pisah. Menurut diameter luar atau diameter dalamnya, bantalan gelinding dapat dibagi atas: Diameter luar lebih dari 800(mm) ultra besar Diameter luar 180-800 (mm) Besar Diameter luar 80-180 Sedang Diameter dalam 10 (mm) atau lebih, dan Kecil Diameter luar sampai 80 (mm)
  • 15. 15 Diameter dalam kurang dari 10 (mm), dan Diameter kecil Diameter luar 9 (mm) atau lebih Diameter luar kurang dari 9 (mm) Miniatur Menurut pemakaiannya, dapat digolongkan atas bantalan otomobil, bantalan mesin, dan bantalan instrument. Bantalan gelinding biasa terdapat dalam ukuran metris dan inc, dan distandartkan menurut ISO dengan nomer kode internasional menurut ukurannya. Namun demikian perlu diketahui bahwa bantalan otomobil dapat mempunyai ukuran kusus sesuai dengan pemakaiannya.
  • 16. 16 Kemampuan Bantalan Gelinding 1. Kemampuan Membawa Beban Aksial Bantalan radial yang mempunyai sudut kontak yang besar antara elemen gelinding dan cincinnya, dapat menerima sedikit beban aksial. Bantalan bola macam alur dalam, bantalan bola kontak sudut, dan bantalan rol kerucut merupakan macam bantalan yang akan dibebani beban kecil. Bantalan mapan sendir dapat menyesuaikan diri dengan defleksi poros. Namun demmikian kemampunannya menahan daya aksial adalah kecil. Bantalan rol silinder pada umumnya hanya dapat menerima beban radial. Meskipun demikian diantaranya terdapat pula yang mempunyai konstruksi khusus untuk dapat menerima gaya aksial. 2. Kemampuan Terhadap Putaran Diameter poros d (mm) dikalikan dengan putaran permenit n (rpm) disebut harga d.n. Harga ini untuk suatu bantalan mempunya batas empiris yang besarnya tergantung pada macamnya dan cara pelumasannya, Tabel 4.7 merupakan suatu pedoman dalam perencanaan bantalan. Bantalan bola alur dalam dan bantalan bola sudut serta bantalan rol silinder pada umumnya dipakai untuk putaran tinggi; bantalan rol kerucut dan bantalan mapan sendiri untuk putaran sedang; bantalan aksial untuk ptaran rendah. Harha-harga yang diberikan pada tabel diatas merupakan batas untuk kondisi kerja terus-menerus dalam keadaan bias. Untuk bantalan yang diameter dalamnya dibawah 10 (mm), atau lebih dari 200 (mm), terdapat harga-harga yang lebih rendah. Dalam hal pelumasan dengan gemuk, harga-harga batas tersebut adalah untuk umur gemuk 1000jam. Untuk pelumasan celup, 2-2,5 kali harga didalam tabel dapat diterima; untuk pelumasan dengan pompa, 3-5 kai harga dalam tabel dapat diterima. 3. Kemampuan Terhadap Gesekan Bantalan bola dan bantalan rol mempunyai gesekan yang relative kecil dibandingkan dengan bantalan macam lain. Untuk alat-alat ukur, gesekan bantalan merupakan hal yang menentukan ketelitiannya.
  • 17. 17 4. Kemampuan Terhadap Bunyi Dan Getaran Hal ini dipengaruhi oleh kebulatan bola dan rol, kebulatan cincin, kekasaran elemen-elemen tersebut, keadaan sangkarnya, dan kelas mutunya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah ketelitian pemasangan, konstruksi mesin (yang memakai bantalan tersebut), dan kelonggaran dala bantalan, bunyi atau getaran adalah pengaruh gabungan dari berbagai faktor. Sampai saat ini belum ada perencanaan yang memuaskan dan sempurna. Bahan Bantalan Gelonding Cincin dan elemen gelinding pada bantalan umumnya terbuat dari baja bantalan khrom karbon tinggi. Baja bantalan dapat memberikan efek stabil pada perlakuan panas. Baja ini dapat memberikan umur panjang dengan kerusakan yang sangat kecil. Dengan kemajuan dalam teknik hampa pada akir-akir ini, telah dikembangkan baja bantalan cair hampa. Baja macam ini tidak sesuai dengan produksi masa dan sangat mahal sehingga hanya dipakai dimana diperlikan baja murni. Produksi masa dari baja bantalan de-gas hampa telah menghasilkan umur bantalan yang lebih panjang. Dalam proses ini, baja yang mula-mula dicairkan dalam udara, dikenakan tekanan hampa tinggi untuk meneluarkan gas-gas yang terkurung didalamnya. Proses ini diikuti dengan pembuatan ingot. Untuk bantaln yang memerlukan ketahanan kusus terhadap kejutan, dipakai baja paduan karbon rendah yang kemudian diberi perlakuan panas dengan sementasi. Baja semen yang kedalaman sementasinya dan kekerasa dari inti dan permukaannya adalah sedang, dapat menahan tembukan yang besarnya beberapa kali kemampuan baja bantalan. Untuk bantalan yang tahan panas dan tahan karat terdapat baja kecepatan tinggi atau deretan martensit dari baja tahan karat. Bahan untuk sangkar, yang akan mengalami kontak gesekan dengan elemen gelinding, harus tahan aus dan tidak mudah patah. Sangkar untuk bantalan kecil dibuat dengan mengepres pita baja yang difinis dari baja karbon rendah atau baja plat yang difinis. Untuk pemakaian kusus, plat kuningan atau plat baja tahan karat juga sering dipakai. Untuk beberapa macam bantalan putaran tinggi dapat dibuat
  • 18. 18 dari plastic. Sebagai paku keeling untuk sangkar dipergunakan baja karbon rendah bermutu baik. Nomor Nominal Bantalan Gelinding Dalam praktek, bantalan gelinding standart dipilih dari catalog bantalan. Ukuran utama bantalan gelinding adalah diameter lubang, diameter luar, lebar, dan lengkungan sudut. Pada umumnya, diameter lubang diambil sebagai patokan, dengan mana berbagai diameter luar dan lebar digabungkan. Nomor nominal bantalan gelinding terdiri dari nomor dasar dan pelengkap. Nomor dasar yang terdapat merupakan lambang jenis, lambang ukuran (lambang lebar, diameter luar), nomor diameter lubang, dan lubang sudut kontak. Lambang-lambang pelengkap mencakup lambang sangkar, lambang skat(sil), bentuk cincin, pemsangan, kelonggaran, dan kelas. Jika hal-hal tersebut tidak doperinci, maka lambang-lambang diatas tidak dituliskan. Lamnbang jenis menyatakan jenis bantalan. Baris tunggal alur dalam diberi tanda 6; rol silinder diberi tanda huruf seperti N, NF, dan NU, yang menyatakan macam kerahnnya. Lambang ukuran merupakan lebar untuk bantalan radial dan tinggi untuk bantalan aksial; dapat juga menyatakan diameter luar dari bantalan-bantalan tersebut. Untuk bantalan radial, tidak mendapat lambang lebar. Diameter membesar dalam ukuran; 7,8,9,0,1,2,3 dan 4. lambang diameter luar 0,2, dan 3 pada umumnya banyak dipakai. Juga lambang lebar, 0,1,2, dan 3 lazim dipergunakan. Lambang diameter luar 0 dan 1 menyaakan jenis beban yang sangat ringan ; 2, jenis beban ringan; 3, jenis beban sedang dan 4, jenis beban berat. Nomor diameter lubang dinyatakan dengan dua angka. Untuk bantalan yang berdiameter 20-500 (mm), kalikanlah 2 angka lubang tersebut dengan 5 untuk mendapatkan diameter lubang yang sebenarnya (dalam mm). nomor tersebut bertingkat, dengan kenaikan sebesar 5 (mm), nomor 00 menyatakan 10 (mm); 01, 12 (mm); 02, 15(mm); dan 03, 17(mm) diameter lubang. Untuk diameter lubang dibawah 10(mm), nomor tanda adalah sama dengan diameter lubangnya. Dibawah ini akan diberikan contoh nomor nominal dan artinya.
  • 19. 19 1. 6312 ZZ C3 P6 6 menyatakan bantalan bola baris tunggal alur dalam 3 adalah singkatan dari lambang 03, dimana 3 menunjukkan diameter luar 130(mm) untuk diameter lubang 60 (mm) 12 berarti 12 x 5 = 60 (mm) diameter lubang ZZ berarti bersil 2 C3 adalah kelonggaran C3 P6 berarti kelas ketelitian 6 2. 22220 K C3 2 menyatakan bantalan rol mapan sendiri 22 menunjukkan diameter luar 180 (mm) dan lebar 46 (mm) untuk diameter lubang 110 (mm) 20 berarti 20 x 5 = 100 (mm) diameter lubang K berarti 1/12 tirus lubang, kelas ketelitian 0 C3 kelonggaran C3 Sebagai tambahan, untuk bantalan rol kerucut dalam inc dapat ditemui dalam standar AFBMA, dan untuk bantalan miniature dalam USAS. Untuk perusahaan kereta api nasional jepang terdapat nomor nominal dengan lambang-lambang seperti diatas disamping penomoran menurut JIS. Kapasitas Nominal Bantalan Gelinding Ada dua macam kapasitas nominal, yaitu kapasitas nominal dinamis spesifik dan kapasitas nominal statis spesifik. Misalkan sejumlah bantalan membawa beban tanpa variasi dalam arah yang tetap. Jika bantalan tersebut adalah bantalan radial, maka bebannya adalah radial murni, cincin luar diam dan cincin dalam berputar. Jika bantalan tersebut adalah aksial, maka kondisi bebannya adalah aksial murni, satu cincin diam dam cincin yang lain berputar. Jumlah putaran adalah 1.000.000 (atau 33,3 rpm selama 500 jam). Setelah menjalani putaran tersebut, jika 90 (%) dari jumlah bantalan tersebut tidak menunjukkan
  • 20. 20 kerusakan karena kelelahan oleh beban gelinding pada cincin atau elemen gelindingnya, maka besarnya beban tersebut dinamakan kapasitas nominal dinamis spesifik, dan umur yang bersangkutan disebut umur nominal. Jika bantalan membawa beban dalam keadaan diam (atau berayun-ayun), dan pada titik kontak yang menerima tegangan maksimum besarnya deformasi cincin menjadi 0.0001 kali diameter elemen gelinding, maka beban tersebut dinamakan kapasitas nominal statis spesifik. Kedua macam beban diatas merupakan faktor dasar yang pertama dalam pemilihan bantalan. Rumus-rumus perhitungan beban dinamis spesifik dulu belum diseragamkan diseluruh dunia. Hal ini dapat dolihat pada perbedaan besarnya harga beban dinamis spesifik C dari bantalan yang sama ukurannya tetapi dibuat oleh pabrik yang berbeda. Dalam tahun 1959, persamaan teoritis dari lundberg dan palmgrens diterima oleh ISO, dan dimasukkan dalam JIS B 1518. pada saat ini, semua produsen bantalan menggunakan standar perhitungan tersebut sehingga harga C yang terdapat dalam catalog bantalan dari berbagai pabrik sama besarnya untuk bantalan yang sama ukurannya. Persamaan untuk C pada bantalan bola dan rol radial adalah sebagai berikut. Untuk diameter bola 25,4 (mm) atau kurang C = fc (i cos 8,1 a 3/27,0 DZ) Untuk diameter bola lebih dari 25,4 (mm) C = fc (i cos 4,13/27,0 Da647,3Z) Untuk bantalan rol 27/29 a 4/39/7 ac DZ)cosil(fc  Dimana C: adalah kapasitas nominal stasis spesifik
  • 21. 21 I: jumlah baris bola dalam satu bantalan : sudut kontak nominal Da: diameter bola, Fc: faktor yang besarnya tergantung pada jenis,kelas ketelitian La: panjang efektif rol. Perhitungan Beban Dan Umur Bantalan Gelinding Perhitungan beban ekivalen Suatu beban yang besarnya sedemikian rupa sehingga memberikan umur yang sama dengan umur yang diberikan oleh beban dan kondisi putaran sebenarnya disebut beban ekivalen dinamis. Jika suatu deformasi permanent, ekivalen dengan deformasi permanent maksimum yang terjadi Karena kondisi beban statis yang sebenarnya pada bagian dimana elemen gelinding membuat kontak dengan cincin pada tegangan maksimum, maka beban yang menimbulkan deformasi tersebut dinamakan beban ekivalen statis. Misalkan sebuah bantalan membawa beban radial Fr (kg) dan beban aksial Fa (kg), maka beban ekivalen dinamis Pr (kg) adalah sebagai berikut. Untuk bantalan radial (kecuali bantalan rol silinder) Pr = XVFr + YFa Untuk bantalan aksial, beban aksial ekivalen dinamis Pa (kg) Pa = XFr + YFa Faktor V sama dengan l untuk pembedaan pada cincin dalam yang berputar, dan 1,2 untuk pembebanan pada cincin luar yang berputar. Harga-harga X dan Y terdapat dalam tabel 4.9.
  • 22. 22 Beban radial ekivalen statis Po (kg), dan beban aksial ekivalen statis Poa (kg) untuk suatu bantalan yang membawa beban radial Fr (kg) dan beban aksial Fa (kg), dapat ditentukan dengan persamaan berikut.    tanF3,2FP ,FP FYFXp raoa r0 a0r00 di ambil yang lebih besar Hara-harga faktor X0 dan Y0 juga terdapat dalam tabel 4.9 Perhitungan Umur Nominal Umur nominal L (90% dari jumlah sample, setelah berputar satu juta putaran, tidak memperlihatkan kerusakan karena kelelahan gelinding) dapat ditentukan sebagai berikut. Jika C (kg) menyatakan beban nominal dinamis spesifik dan P (kg) beban ekivalen dinamis, maka faktor kecepatan fn adalah:
  • 23. 23 Untuk bantalan bola, 3/1 n n 3,33 f        Untuk bantalan rol, 10/3 n n 3,33 f        Faktor umur adalah: Untuk kedua bantalan, P C ff nh  Umur nominal Ln adalah: Untuk bantalan bola, 3 hh f500L Untuk bantalan rol, 3/10 hh f500L  Dengan bertambah panjangnya umur karena adanya perbaikan besar dalam mutu bahan dank arena tuntutan keandalan yang lebih tinggi, maka bantalan modern direncanakan dengan Lh yang dikalikan dengan faktor koreksi. Jika Ln menyatakan keandalan umur (100-n)(%), maka h321n L.a,a,aL  Dimana: a1: adalah faktor keandalan (tabel 4.10). a1 = 1 bila keandalan 90(%) dipaka seperti biasanya, atau 0,21 bila keandalan 99 (%) dipakai. a2: adalah faktor bahan. a2 = 1 untuk bahan baja bantalan yang dicairkan secara terbuka, dan kurang lebih = 3 untuk baja bantalan de-gas hampa. a3: adalah faktor kerja. a3 = 1 untuk kondisi kerja normal, dan kurang dari 1 untuk hal-hal berikut ini (karena kondisinya tidak menguntungkan umur bantalan):
  • 24. 24  Bantalan bola, dengan pelumasan minyak berviskositas 13(cSt) atau kurang.  Bantalan rol, dengan pelumasan minyak berviskositas 20 (cSt) atau kurang.  Kecepatan rendah, yang besarnya sama dengan atau kurang dari 10000 (rpm) dibagi diameter jarak bagi elemen gelinding. Jika bantalan tinggal diam, bila cincin dalam, cincin luar, dan elemen gelinding berputar bersama sebagai satu kesatuan (tidak ada gerakan relative antara ketiga bagian tersebut), atau bantalan berputar dengan putaran tidak lebih dari 10 (rpm), atau berayun-ayun, maka perhitungan L tidak dilakukan. Dalam hal ini keadaan beban dianggap statis, dan perhitungan hanya didasarkan pada beban ekivalen statis yang harus lebih rendah dari pada beban nominal statisnya. Untuk menentukan apakah umur yang dihitung perlu dihitung lagi dengan nomor bantalan yang lain, harus dipertimbangkan berdasarkan harga-harga standard alam tabel 4.11.
  • 25. 25
  • 26. 26 Soal evaluasi 1. Kopling flenz kaku berfungsi untuk a. penerus putaran b. penurun putaran c. pemercepat putaran d. pemutus putaran 2. Kopling karet ban berfungsi untuk a. sumbu poros yang dihubungkan segaris b. sumbu poros yang dihubungkan tidak segaris. c. sumbu poros yang dihubungkan sejajar d. sumbu poros yang dihubungkan berpotongan 3. Jika sumbu poros yang dihubungkan tidak segaris, kopling yang tepat adalah a. Kopling flenz kaku b. Kopling karet ban c. Kopling bus d. Kopling tempa 4. Tujuan dari penggunaan kopling adalah untuk a. perawatannya mudah dan cepat b. pemasangannya mudah dan cepat c. pemasangan poros mudah dan cepat d. pemasangan baut mudah dan cepat 5. Rencanakan sebuah kopling untuk memindahkan daya dari sebuah motor listrik sebesar 5 (kW) pada putaran 1000 (rpm). Poros mengalami sedikit beban tumbukan, dan dipakai selama 16 jam. Bahan harus dipilih sendiri yang sesuai. 6. Rencanakan bantalan gelinding untuk sebuah poros yang memindahkan daya dari sebuah motor listrik sebesar 5 (kW) pada putaran 1000 (rpm). Poros mengalami beban puntir, dan juga beban lentur karena ada 2 puli yang terpasang. besarnya beban lentur yang terjadi dapat dilihat pada gambar. Pada poros dibuat alur pasak untuk memasang puli dan dibuat bertangga untuk memasang bantalan, jika sehari poros ini dipakai selama 16 jam dengan tumbukan ringan. Bahan harus dipilih sendiri yang sesuai.
  • 27. 27 7. Rencanakan bantalan gelinding untuk sebuah poros dipasang roda gigi transmisi dengan ukuran diameter 15 cm dan lebar 3 cm. Daya yang ditransmisikan 5 kW, pada putaran 200 Rpm dan bahan poros yang dipakai S35C. roda gigi bantalan 15 cm bantalan 12 cm 12 cm
  • 28. 28 Kunci soal evaluasi 1. a 2. b 3. b 4. b
  • 29. 29 Rangkuman. Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebahgai penerus putaran dari poros penggerak ke poros yang digerakkan. Kopling ada dua macam yaitu kopling tetap (coupling) dan kopling tidak tetap (clutch). Kopling tetap yang dibahas yaitu kopling flens kaku dan kopling karet ban. Kopling tetap jenis kopling flens kaku dipergunakan bila kedua poros harus dihubungkan dengan sumbu segaris. Kopling flens kaku digunakan pada kopling mesin dan transmisi umum di pabrik-pabrik. Kopling karet ban dipergunakan bila kedua sumbu poros yang dihubungkan tidak segaris atau tidak benar-benar lurus. Kopling karet ban dapat meredam tumbukan dan getaran yang terjadi pada transmisi akibat kedua sumbu poros yang dihubungkan tidak segaris. Penggunaan koplng untuk menghubungkan dua poros sangat banyak digunakan karena mempunyai berbagai macam keunggulan yaitu pemasangannya yang mudah dan cepat, ringkas, ringan dan aman tehadap putaran tinggi; getaran dan tumbukan kecil. Bantalan gelinding dapat diklasifikasikan atas: bantalan radial, yang terutama membawa beban radial dan sedikit beban aksial, dan bantalan aksial yang membawa beban yang sejajar sumbu poros. Menurut bentuk elemen gelindingnya, dapat pula dibagi atas bantalan bola dan bantalan rol.
  • 30. 30 Daftar pustaka  Holowenko, dkk. , 1980 , Machine Design, Asian Student Edition, Schaums Outline Series, New York : McGraw-Hill Book, Inc.  Khurmi, R.S., Gupta, J.K., 1980 , Machine Design, New Delhi: Eurasia Publishing House.  Shigley, J.E., Mitchell, L.D., 1986, Perencanaan Teknik Mesin Jakarta : Erlangga.  Sularso, Kiyokatsu Suga, 1980, Elemen Mesin, Jakarta: Pradnya Paramita.