SlideShare a Scribd company logo
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
BCH Codes
(Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes)
Wawin1 Qori Maryamah1 Aliyah1 Hirwanto1
1Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta, Indonesia
Presentasi Paper BCH Codes, 2013
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Daftar Isi
1 Pendahuluan
2 Motivasi
3 Dasar Teori
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
4 Pembahasan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
5 Kesimpulan
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
BCH Codes
BCH codes merupakan salah satu kelas yang sangat penting
dari kode siklik yang mulai dikembangkan pada tahun 1960
oleh R.C. Bose dan D.Ray-Cahudhuri kemudian dilanjutkan
oleh A. Hocquenghem sehingga biasa disebut BCH codes
(Bose-Chaudhuri-Hocquenghem codes) dan merupakan
generalisasi dari Hamming code untuk mengoreksi kesalahan
ganda( multiple error correction). BCH code didefinisikan oleh
kelipatan persekutuan terkecil (f1(x), f2(x), ..., ft (x)) suku
banyak yang diberikan.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Motivasi
Secara khusus, kode siklik didapat dari generator suku
banyaknya. Bagaimanapun, umumnya kita kesulitan dalam
mendapatkan informasi pada jarak minimum(minimum
distance) kode siklik dari generator suku banyaknya, meskipun
kita dapat melengkapi hasilnya. Dengan kata lain, kita perlu
memilih beberapa generator khusus suku banyaknya sehingga
kita bisa mendapatkan informasi dengan algoritma yang lebih
sederhana dan lebih efisien. Kita selanjutnya akan
mendiskusikan salah satu generator khusus yang kita pilih yaitu
BCH-code, dan juga bagaimana kita membentuk algoritma
untuk BCH- codes. Untuk generator khusus yang lain seperti
Reed Solomon, Quadratic-Residus Code.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
Finite Field
Definisi 3.1
Field dengan | F |< ∞ disebut lapangan hingga(finite field) dan
F∗ sebagai himpunan F  {0}.
Definisi 3.2
Misalkan F lapangan. Karakteristik F adalah bilangan bulat
positif terkecil m dengan demikian bahwa
m
i=1
1 = 1 + 1 + . . . + 1 = 0
dimana 1 ∈ F. Jika m tidak ada maka karakteristiknya 0.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
Finite Field
Definisi 3.1
Field dengan | F |< ∞ disebut lapangan hingga(finite field) dan
F∗ sebagai himpunan F  {0}.
Definisi 3.2
Misalkan F lapangan. Karakteristik F adalah bilangan bulat
positif terkecil m dengan demikian bahwa
m
i=1
1 = 1 + 1 + . . . + 1 = 0
dimana 1 ∈ F. Jika m tidak ada maka karakteristiknya 0.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
Lemma 3.3 dan Definisi 3.4
Lemma 3.3
Jika α, β ∈ F mempunyai karakteristik p, maka
(α + β)p
= αp
+ βp
Definisi 3.4
Anggota α ∈ F lapangan hingga dikatakan generator F∗ atau
elemen primitif jika
{αi
: i ≥ 0} = F∗
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
Lemma 3.3 dan Definisi 3.4
Lemma 3.3
Jika α, β ∈ F mempunyai karakteristik p, maka
(α + β)p
= αp
+ βp
Definisi 3.4
Anggota α ∈ F lapangan hingga dikatakan generator F∗ atau
elemen primitif jika
{αi
: i ≥ 0} = F∗
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
Lemma 3.3 dan Definisi 3.4
Lemma 3.3
Jika α, β ∈ F mempunyai karakteristik p, maka
(α + β)p
= αp
+ βp
Definisi 3.4
Anggota α ∈ F lapangan hingga dikatakan generator F∗ atau
elemen primitif jika
{αi
: i ≥ 0} = F∗
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
Contoh 3.5
Contoh 3.5
Diberikan GF(9) yang dikontruksikan menggunakan polynomial
yang irreducible f(x) = x2 + 1 ∈ Z3[x]. Carilah elemen primitif.
Kita akan mencoba bahwa α = x + 1 merupakan elemen
primitif maka
(1 + x)0 = 1 (1 + x)4 = 2
(1 + x)1 = 1 + x (1 + x)5 = 2 + 2x
(1 + x)2 = 2x (1 + x)6 = x
(1 + x)3 = 1 + 2x (1 + x)7 = 2 + x
Jadi α = 1 + x merupakan elemen primitif untuk GF(9)
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
Ring Polynomial
Definisi 3.6
Misalkan F merupakan lapangan. Himpunan
F[x] = {
n
i=0
aixi
: ai ∈ F, n ≥ 0}
disebut sebagai ring polynomial atas F.
Teorema 3.7
Misalkan f(x) suku banyak atas F dengan derajat(degree) ≥ 1.
Maka F[x]/(f(x)) bersama dengan operasi penjumlahan dan
perkalian berbentuk gelanggang. Lebih jauh, F[x]/(f(x))
adalah lapangan jika dan hanya jika irreducible.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
Lemma 3.8 dan Lemma 3.9
Lemma 3.8
Untuk setiap anggota tak nol α ∈ GF(q), αq−1 = 1.
Selanjutnya, α ∈ GF(qm) jika hanya jika αq = α.
Lemma 3.9
Untuk setiap elemen β dari finite field F dengan q elemen, kita
mempunyai βq = β
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
Minimal Polynomial
Definisi 3.10
Misalkan F lapangan dengan karakteristik p dan misalkan
α ∈ F∗. Suku banyak minimal α terhadap GF(p) merupakan
suku banyak monic m(x) derajat terkecil di GF(p)[x] dengan
demikian m(α) = 0.
Teorema 3.11
Suku banyak minimal anggota α tunggal.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
1. Bukti Teorema 3.2
Andaikan F = GF(q) dan F mempunyai karakteristik p.
Mengikuti Lemma 3.8 bahwa α memenuhi suku banyak
xq−1 − 1 ∈ GF(p)[x]. Ketika terdapat suatu suku banyak
GF(p)[x] dengan α akarnya maka ada salah satu dari akarnya
dengan derajat terkecil. Ini mengatakan bahwa ada suku
banyak minimal yaitu m(x). Andaikan ada dua suku banyak
monic m1(x) dan m2(x) dengan derajat terkecil mempunyai
akar α.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
1. Bukti Teorema 3.2
Andaikan F = GF(q) dan F mempunyai karakteristik p.
Mengikuti Lemma 3.8 bahwa α memenuhi suku banyak
xq−1 − 1 ∈ GF(p)[x]. Ketika terdapat suatu suku banyak
GF(p)[x] dengan α akarnya maka ada salah satu dari akarnya
dengan derajat terkecil. Ini mengatakan bahwa ada suku
banyak minimal yaitu m(x). Andaikan ada dua suku banyak
monic m1(x) dan m2(x) dengan derajat terkecil mempunyai
akar α.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
2. Lanjutan Bukti Teorema 3.2
Dengan menggunakan algoritma pembagian suku banyak
didapat
m1(x) = l(x)m2(x) + r(x),
dimana deg r(x) < deg m2(x) atau r(x) = 0. Ketika m1(α) = 0
dan m2(α) = 0, kita mempunyai r(α) = 0, tetapi karena m2(x)
mempunyai derajat terkecil maka r(x) = 0, sehingga m2(x)
membagi m1(x). Dengan cara yang sama, m1(x) membagi
m2(x) dan ketika keduanya merupakan suku banyak monic,
maka m1(x) = m2(x) sehingga terbukti α tunggal.
Teorema 3.12
Untuk α ∈ F∗, suku banyak minimal α, maka m(α)(x) adalah
suku banyak yang irreducible.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
2. Lanjutan Bukti Teorema 3.2
Dengan menggunakan algoritma pembagian suku banyak
didapat
m1(x) = l(x)m2(x) + r(x),
dimana deg r(x) < deg m2(x) atau r(x) = 0. Ketika m1(α) = 0
dan m2(α) = 0, kita mempunyai r(α) = 0, tetapi karena m2(x)
mempunyai derajat terkecil maka r(x) = 0, sehingga m2(x)
membagi m1(x). Dengan cara yang sama, m1(x) membagi
m2(x) dan ketika keduanya merupakan suku banyak monic,
maka m1(x) = m2(x) sehingga terbukti α tunggal.
Teorema 3.12
Untuk α ∈ F∗, suku banyak minimal α, maka m(α)(x) adalah
suku banyak yang irreducible.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
2. Lanjutan Bukti Teorema 3.2
Dengan menggunakan algoritma pembagian suku banyak
didapat
m1(x) = l(x)m2(x) + r(x),
dimana deg r(x) < deg m2(x) atau r(x) = 0. Ketika m1(α) = 0
dan m2(α) = 0, kita mempunyai r(α) = 0, tetapi karena m2(x)
mempunyai derajat terkecil maka r(x) = 0, sehingga m2(x)
membagi m1(x). Dengan cara yang sama, m1(x) membagi
m2(x) dan ketika keduanya merupakan suku banyak monic,
maka m1(x) = m2(x) sehingga terbukti α tunggal.
Teorema 3.12
Untuk α ∈ F∗, suku banyak minimal α, maka m(α)(x) adalah
suku banyak yang irreducible.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
Definisi 3.13
Untuk α ∈ F, misalkan t bilangan bulat positif terkecil dengan
demikian αpt
= α, maka himpunan conjugates dari α(terhadap
GF(p)) adalah
C(α) = {α, αp
, αp2
, αp3
, . . . , αpt−1
}
C(α) = C(αpi
), ∀i ∈ F lapangan dengan karakteristik p
Lemma 3.14
Misalkan F lapangan hingga dengan karakteristik p, misalkan
α ∈ F∗, dan C(α) himpunan konjugat α terhadap GF(q), maka
m(x) =
β∈C(α)
(x − β)
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
Bukti Lemma 3.14
Misalkan m(x) = t
i=0 mixi dengan koefisien mi ∈ F, kita
catatan bahwa
m(x)p = β∈C(α)(xβ)p = β∈C(α)(xp − βp)
= β∈C(α)(xp − β) = m(xp)
= t
i=1 xip
Dengan mengikuti Lemma 3.3 didapat bahwa
{β : β ∈ C(α)} = {βp
: β ∈ C(α)}
Dilain pihak, kita dapatkan bahwa
m(x)p
=
t
i=1
(mixi
)p
=
t
i=1
mp
i xip
Jadi, mi = mp
i dan dengan menggunakan Lemma 3.8 sehingga
terbukti bahwa mi ∈ GF(p), 0 ≤ i ≤ t.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
Teorema 3.15
Untuk α ∈ F, suku banyak minimal α diberikan oleh
mα(x) =
β∈C(α)
(x − β)
Contoh 3.16
Kontruksikan lapangan F = GF(23). Hal pertama yang
diperlukan adalah suku banyak pangkat tiga atas Z2. Misalkan
kita mengambil f(x) = x3 + x + 1 dan anggota-anggota F
adalah
{0, 1, x, x + 1, x + x2
, x2
, 1 + x2
, 1 + x + x2
}.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
1. Penyelesaian Contoh 3.7
Ketika x3 + x + 1 = 0 mod f(x), maka kita mempunyai
x3 ≡ −x − 1 = x + 1(mod(f(x))), dan 1 = −1 ∈ Z2.
Selanjutnya kita tuliskan anggota lapangan dengan
a0 + a1x + a2x2, maka didapatkan
0 = (000) x2 = (001)
1 = (100) 1 + x2 = (101)
x = (010) x + x2 = (011)
1 + x = (110) 1 + x + x2 = (111)
Jika kita mengambil α, maka dengan mudah kita dapatkan
bahwa α merupakan generator F. Andaikan kita mengambil
β = (101) dan kita akan dicari mβ(x).
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
2. Lanjutan Penyelesaian Contoh 3.7
Dengan menggunakan Teorema 3.15 diatas
mβ(y) =
δ∈C(β)
(y − β)(y − β2
)(y − β4
)
dan ketika β8 = β dan kita akan menghitung
(y − β)(y − β2)(y − β3)=
y3 + (β + β2 + β4)y2 + (ββ2 + ββ4 + β2β4)y + ββ2β4
Dengan menggunakan representasi setiap anggota tak nol
sebagai akar dari generator α, dengan mengambil α = x, kita
dapatkan
α0 = (100) α4 = (011)
α1 = (010) α5 = (111)
α2 = (001) α6 = (101)
α3 = (110) α7 = (100)
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
3. Lanjutan Penyelesaian Contoh 3.7
Ketika β = α6, maka β2 = α12 = α5 = dan β4 = α24 = α3,
diperoleh
β + β2 + β4 = α6 + α5 + α3
= (101) + (111) + (110)
= 100
ββ2 + ββ4 + β2β4 = β3 + β5 + β6
= α18 + α30 + α36
= α4 + α2 + α
= 0
ββ2β4 = β7
= α42
= 1
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
4. Lanjutan Penyelesaian Contoh 3.7
Jadi, didapat suku banyak minimal β2 dan β4 yaitu
mβ(y) = y3
+ y2
+ 1
Sedangkan suku banyak minimal α juga merupakan suku
banyak minimal α2 dan α4 yaitu
mα(y) = y3
+ y + 1
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
Definisi Cyclotomic Coset
Definisi 3.17
Diberikan q dan n dan bilangan bulat i, 0 ≤ i ≤ n − 1,
cyclotomic coset (q modulo n) memuat i didefinisikan oleh
Ci = {i, iq, iq2
, . . . , iqn−1
}
dimana anggota-anggota himpuna mengambil modulo n, dan s
bilangan bulat terkecil dengan demikian iqs ≡ i(modn).
C = {Ci : 0 ≤ i ≤ n − 1} disebut himpunan cyclotomic coset
q modulo n
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Finite Field
Ring Polynomial
Minimal Polynomial
Cyclotomic Coset
Contoh 3.18
Untuk n = 9 dan q = 2, didapat
C1 = [1, 2, 4, 8, 7, 5] = C2 = C4 = C8 = C7 = C5
C − 3 = [3, 6] = C6
C − 0 = [0]
Teorema 3.19
Misalkan f(x) = xn − 1 suku banyak atas GF(q). Banyaknya
faktor irreducible dari f(x) adalah sama dengan banyak
cyclotomic coset q modulo n.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Pengantar
Suku banyak monic g(x) ∈ GF(q)[x] dikatakan sebagai split
didalam perluasan field GF(qm) dari GF(q) jika g(x) bisa
difaktorkan sebagai hasil kali suku banyak linear di GF(qm),
kita bisa menuliskannya ;
g(x) = (x − α1)(x − α2) . . . (x − αn)
dimana αi ∈ GF(qm) dan GF(qm) disebut sebagai splitting field
dari g(x). Secara umum, dapat didefinisikan bahwa splitting
field dari g(x) ∈ GF(qm) sebagai lapangan terkecil GF(qm),
dengan kata lain lapangan terkecil yang memuat semua akar
-akar dari g(x).
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Splitting field g(x) bisa didapatkan dari derajat faktor irreducible
atas GF(q). Catatan bahwa g(x) boleh irreducible atas GF(q),
tetapi selalu faktor- faktornya sebagai hasil kali suku banyak
linear yang berbeda di splitting field. Untuk contoh,
g(x) = x2 + x + 1 adalah merupakan irreducible atas GF(2)
dan tidak mempunyai akar di GF(2), tetapi atas GF(4),
g(x) = (x + α)(x + α2
)
dan mempunyai akar-akarnya adalah α dan α2, dimana
GF(4) = {0, 1, α, α2} dengan α2 + α + 1 = 0
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Contoh
Contoh 4.1
Diberikan suku banyak dibawah ini
g(x) = 1 + x3
+ x5
+ x6
+ x8
+ x9
+ x1
0
atas GF(2), dapat dicek bahwa g(x) tidak mempunyai akar di
GF(2), ataupun GF(22), GF(23), dan GF(24), tetapi
menggunakan GF(5) didapat akar -akar α dari
h(x) = 1 + x2 + x5 yaitu α, α3, dan anggota kojugatenya adalah
α, α2, α4, α8, α16 dan α3, α6, α12, α24, α17 adalah
merupakan akar -akar dari g(x), dan semua akar dari g(x) di
GF(25)
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Contoh
Contoh 4.2
Diberikan suku banyak dibawah ini :
g(x) = 2 + 2x + x4
+ 2x5
+ x6
+ x7
atas GF(3) dan hanya memiliki satu akar dengan yaitu 1, dan
tidak ada akar dari persamaan tersebut di GF(32), sedangkan
dengan mengggunakan GF(33) didapat akar α dari
h(x) = 1 + 2x2 + x3 yaitu;
1, α2
, α6
, α18
, α4
, α12
, α10
Akar -akar diatas merupakan akar α dari g(x).
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Contoh 4.3
Diberikan g(x) = 1 + x + x3 yang merupakan generates dari
kode biner (7, 4) − codeC. Ketika g(x) membagi x7 − 1 atas
GF(2),dan 23 ≡ 1(mod 7) yang merupaka semua akar dari
g(x) di GF(23). Jika kita misalkan α ∈ GF(23), dengan akar
-akarnya dari g(x) adalah α, α2, dan α4. Kita cukup
mengatakan bahwa α merupakan akarnya ketika α2 dan α4
elemen konjugate dari α sehingga parity check matrix nya
adalah
1 α α2 α3 α4 α5 α6 =


1 0 0 1 0 1 1
0 1 0 1 1 1 0
0 0 1 0 1 1 1


Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Definisi 4.4
Definisi 4.4
Misalkan kita mempunyai sebanyak t suku banyak
f1(x), f2(x), . . . , ft (x) ∈ F[x], maka kelipatan persekutuan
terkecil dari f1(x), f2(x), . . . , ft (x) adalah suku banyak monic
dengan derajat terkecil dan merupakan perkalian dari semua
suku banyak f1(x), f2(x), . . . , ft (x). Selanjutnya, dinotasikan
sebagai lcm(f1(x), f2(x), . . . , ft (x)).
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Penjeleasan lebih lanjut
Jika f1(x), f2(x), ..., ft (x) ∈ Fq[x] dapat difaktorisasi menjadi
f1(x) = a1.p1(x)e1,1 . . . pn(x)e1,n
f2(x) = a2.p1(x)e2,1 . . . pn(x)e2,n
...
...
ft (x) = at .p1(x)et,1 . . . pn(x)et,n
dimana pi(x) merupakan suku banyak monic yang irreducible
atas Fq maka
lcm(f1(x), f2(x), ..., ft (x)) = p1(x)max{e1,1,...,et,1}
...pn(x)max{e1,n,...,et,n}
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Contoh 4.5 dan Lemma 4.6
Contoh 4.5
Diberikan polinomial biner,
f1(x) = (1 + x)2(1 + x + x4)3
f2(x) = (1 + x)(1 + x + x2)2
f3(x) = x2(1 + x + x4)
sehingga,
lcm(f1(x), f2(x), f3(x)) = x2(1 + x)2(1 + x + x2)2(1 + x + x4)3
Lemma 4.6
Diberikan f1(x),f2(x), . . ., ft (x) suku banyak atas Fq. Jika f(x)
habis dibagi oleh semua suku banyak fi(x), ∀i = 1, 2, . . . , t
maka f(x) habis dibagi oleh lcm(f1(x), f2(x), . . . , ft (x))
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Bukti Lemma 4.6
Bukti.
Ambil g(x) = lcm(f1(x), f2(x), . . . , ft (x)). Menggunakan
algoritma pembagian maka ada dua suku banyak u(x) dan r(x)
atas Fq dengan demikian deg(r(x)) < deg(g(x)) dan
f(x) = u(x)g(x) + r(x). Jadi, r(x) = f(x) − u(x)g(x), dan
selanjutnya r(x) juga habis dibagi oleh semua fi(x). Ketika g(x)
mempunyai derajat terkecil,dengan jelas bahwa r(x) = 0.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Contoh 4.7
Contoh 4.7
Suku banyak f(x) = x15 − 1 ∈ F2[x] dibagi oleh
f1(x) = 1 + x + x2 ∈ F2[x] habis dibagi oleh
f1(x) = 1 + x + x2 ∈ F2[x], f2(x) = 1 + x + x4 ∈ F2[x], dan
f3(x) = (1 + x + x2)(1 + x3 + x4) ∈ F2[x]. Maka f(x) habis
dibagi oleh
lcm(f1(x), f2(x), f3(x)) = (1 + x + x2)(1 + x + x4)(1 + x3 + x4).
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Definisi 4.8
Definisi 4.8
Misalkan α elemen primitif dari Fqm dan dinotasikan oleh Mi(x)
merupakan polynomial minimal dari αi terhadap Fq. Sebuah
primitif BCH code atas Fq dengan panjang n = qm − 1 didesain
dengan distance δ adalah q-ary cyclic code yang dibangun oleh
g(x) :=lcm(M(a)(x), M(a+1)(x), . . . , M(a+δ−2)(x)) untuk suatu
bilangan bulat a. Lebih jauh, code ini disebut sebagai narrow
sense jika a = 1.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Contoh 4.9
Contoh 4.9
Misalkan β merupakan akar dari 1 + x + x2 ∈ F2[x], maka
F4 = F2[β]. Misalkan α menjadi akar dari β + x + x2 ∈ F4[x].
Maka α elemen primitif dari F16. Diberikan narrow-sense 4−ary
BCH code dengan panjang 15 didesain dengan distance 4,
maka generator polynomialnya adalah
g(x) = lcm(M(1)(x), M(2)(x), M(3)(x)) =
1 + βx + βx2 + x3 + x4 + β2x5 + x6.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Contoh 4.9
Contoh 4.9
Misalkan β merupakan akar dari 1 + x + x2 ∈ F2[x], maka
F4 = F2[β]. Misalkan α menjadi akar dari β + x + x2 ∈ F4[x].
Maka α elemen primitif dari F16. Diberikan narrow-sense 4−ary
BCH code dengan panjang 15 didesain dengan distance 4,
maka generator polynomialnya adalah
g(x) = lcm(M(1)(x), M(2)(x), M(3)(x)) =
1 + βx + βx2 + x3 + x4 + β2x5 + x6.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Parameter BCH Code
Teorema 4.10
Diketahui panjang dari BCH code adalah qm − 1.
Dimensi dari q − ary BCH code dengan panjang qm − 1
yang dibangun oleh
g(x) := lcm(M(α)
(x), M(α+1)
(x), ..., M(α+δ−2)
(x)
tidak tergantung dari pemilihan elemen primitif α
q − ary BCH code dengan panjang qm − 1 yang didesain
dengan distance δ memiliki dimensi setidaknya
qm − 1 − m(δ − 1)
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Parameter BCH Code
Teorema 4.10
Diketahui panjang dari BCH code adalah qm − 1.
Dimensi dari q − ary BCH code dengan panjang qm − 1
yang dibangun oleh
g(x) := lcm(M(α)
(x), M(α+1)
(x), ..., M(α+δ−2)
(x)
tidak tergantung dari pemilihan elemen primitif α
q − ary BCH code dengan panjang qm − 1 yang didesain
dengan distance δ memiliki dimensi setidaknya
qm − 1 − m(δ − 1)
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Contoh dari Teorema 4.10
Contoh 4.11
(i) Diberikan cyclotomic cosets 2 modulo 15 dibawah ini :
C2 = {1, 2, 4, 8} C3 = {3, 6, 12, 9}.
Maka dimensi dari binary BCH Codes dengan panjang 15
dan didesign dengan distance 3 yang dibangun oleh
g(x) :=lcm(M(2), M(3)(x)) adalah
15− | C2 ∪ C3 |= 15 − 8 = 7
(ii) Cyclotomic cosets dari 3 modulo 26 yaitu,
C1 = C3 = {1, 3, 9}
C2 = {2, 6, 18}
C4 = {4, 10, 12}
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Lanjutan Contoh 4.11 dan Proposisi 4.12
Kemudian dimensi dari ternary BCH codes dengan panjang 26
dan didesain dengan distance 5 yang dibangun oleh
g(x) := lcm(M(1)(x), M(2)(x), M(3)(x), M(4)(x)) adalah
26 − |C1 ∪ C2 ∪ C3 ∪ C4| = 26 − 9 = 17
Proposisi 4.12
Narrow sense binary BCH code dengan panjang n = 2m − 1
dan didesain dengan distance δ = 2t + 1 mempunyai dimensi
sedikitnya n − m(δ − 1)/2.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Lanjutan Contoh 4.11 dan Proposisi 4.12
Kemudian dimensi dari ternary BCH codes dengan panjang 26
dan didesain dengan distance 5 yang dibangun oleh
g(x) := lcm(M(1)(x), M(2)(x), M(3)(x), M(4)(x)) adalah
26 − |C1 ∪ C2 ∪ C3 ∪ C4| = 26 − 9 = 17
Proposisi 4.12
Narrow sense binary BCH code dengan panjang n = 2m − 1
dan didesain dengan distance δ = 2t + 1 mempunyai dimensi
sedikitnya n − m(δ − 1)/2.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Bukti Proposisi 4.12
Bukti.
Sebagaimana cyclotomic cosets Ci dan C2i adalah sama,
maka dimensi k memenuhi
k = 2m − 1− | 2t
i=1 Ci | = 2m − 1− | t
i=1 C2i−1 |
≤ 2m − 1 − t
i=t | C2i−1 | ≤ 2m − 1 − tm
= 2m − 1 − m(δ − 1)/2
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Contoh 4.13
Narrow sense binary BCH code dengan panjang 63 didesain
dengan distance δ = 5 mempunyai dimensi
51 = 63 − 6(5 − 1)/2. Bagiamanapun, narrow sense binary
BCH code dengan panjang 31 didesain dengan distance
δ = 11 mempunyai dimensi 11 yang lebih besar daripada
31 − 5(11 − 2)/2.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Lemma 4.14
Misalkan C q-ary cyclic code dengan panjang n dan generator
polynomial g(x). Andaikan α1, . . . , αr akar -akar dari g(x) dan
polynomial g(x) tidak mempunyai akar ganda. Maka elemen
c(x) ∈ Fq[x]/(xn − 1) adalah codeword C jika hanya jika
c(αi) = 0, untuk setiap i = 1, . . . , r.
Bukti.
Jika c(x) codeword C, maka ada polynomial f(x) dengan
demikian c(x) = g(x)f(x). Jadi kita mempunyai
c(αi) = g(αi)f(αi) = 0 untuk semua i = 1, . . . , r. Secara
konvers, jika c(αi) = 0 untuk i = 1, . . . , r maka c(x) habis
dibagi oleh g(x) ketika g(x) tidak mempunyai akar ganda. Ini
mengartikan bahwa c(x) adalah codeword C.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Contoh 4.15
Diberikan binary [7, 4]−Hamming code dengan generator
polynomial g(x) = 1 + +x + x3. Semua elemen dari F8{0, 1}
adalah akar-akar
c(x) = 1 + x + x2 + x3 + x4 + x5 + x6 = (x7 − 1)/(x − 1),
semua akar dari g(x) adalah akar-akar c(x). Jadi, 1111111
adalah codeword.
Teorema 4.16
BCH code didesain dengan distance(designed distance) δ
mempunyai minimum distance sedikitnya δ.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Contoh 4.15
Diberikan binary [7, 4]−Hamming code dengan generator
polynomial g(x) = 1 + +x + x3. Semua elemen dari F8{0, 1}
adalah akar-akar
c(x) = 1 + x + x2 + x3 + x4 + x5 + x6 = (x7 − 1)/(x − 1),
semua akar dari g(x) adalah akar-akar c(x). Jadi, 1111111
adalah codeword.
Teorema 4.16
BCH code didesain dengan distance(designed distance) δ
mempunyai minimum distance sedikitnya δ.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Bukti Teorema 4.16
Misalkan α merupakan elemen primitif dari Fqm dan misalkan C
adalah BCH code yang dibangun oleh
g(x) :=lcm(M(a)(x), M(a+1)(x), . . . , M(a+δ−2)(x)). Dengan jelas
bahwa elemen αa, . . . , αa+δ−2 adalah akar-akarnya g(x).
Andaikan bahwa minimum distance d dari C lebih kecil
daripada δ. Maka ada codeword tak nol
c(x) = c0 + c1x + · · · + cn−1xn−1 dengan demikian
wt(c(x)) = d < δ. Menggunakan Lemma 4.14, kita mempunyai
c(αi) = 0 untuk semua i = a, . . . , a + δ − 2;
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Lanjutan Bukti Teorema 4.16
Andaikan bahwa minimum distance d dari C lebih kecil
daripada δ. Maka ada codeword tak nol
c(x) = c0 + c1x + · · · + cn−1xn−1 dengan demikian
wt(c(x)) = d < δ. Menggunakan Lemma 4.14, kita mempunyai
c(αi) = 0 untuk semua i = a, . . . , a + δ − 2;







1 αa (αa)2 . . . (αa)n−1
1 αa+1 (αa+1)2 . . . (αa+1)n−1
1 αa+2 (αa+2)2 . . . (αa+2)n−1
...
...
... . . .
...
1 αa+δ−2 (αa+δ−2)2 . . . (αa+δ−2)n−1














c0
c1
c2
...
cn−1







= 0.
(1)
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Lanjutan Bukti Teorema 4.16
Andaikan bahwa minimum distance d dari C lebih kecil
daripada δ. Maka ada codeword tak nol
c(x) = c0 + c1x + · · · + cn−1xn−1 dengan demikian
wt(c(x)) = d < δ. Menggunakan Lemma 4.14, kita mempunyai
c(αi) = 0 untuk semua i = a, . . . , a + δ − 2;







1 αa (αa)2 . . . (αa)n−1
1 αa+1 (αa+1)2 . . . (αa+1)n−1
1 αa+2 (αa+2)2 . . . (αa+2)n−1
...
...
... . . .
...
1 αa+δ−2 (αa+δ−2)2 . . . (αa+δ−2)n−1














c0
c1
c2
...
cn−1







= 0.
(1)
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Asumsikan bahwa c(x) adalah R = {i1, . . . , id }, cj = 0 jika
hanya jika j ∈ R. Maka persamaan (1) menjadi







(αa)i1 (αa)i2 (αa)i3 . . . (αa)id
(αa+1)i1 (αa+1)i2 (αa+1)i3 . . . (αa+1)id
(αa+2)i1 (αa+2)i2 (αa+2)i3 . . . (αa+2)id
...
...
...
...
...
(αa+δ−2)i1 (αa+δ−2)i2 (αa+δ−2)i3 . . . (αa+δ−2)id














ci1
ci2
ci3
...
cid







= 0.
(2)
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Asumsikan bahwa c(x) adalah R = {i1, . . . , id }, cj = 0 jika
hanya jika j ∈ R. Maka persamaan (1) menjadi







(αa)i1 (αa)i2 (αa)i3 . . . (αa)id
(αa+1)i1 (αa+1)i2 (αa+1)i3 . . . (αa+1)id
(αa+2)i1 (αa+2)i2 (αa+2)i3 . . . (αa+2)id
...
...
...
...
...
(αa+δ−2)i1 (αa+δ−2)i2 (αa+δ−2)i3 . . . (αa+δ−2)id














ci1
ci2
ci3
...
cid







= 0.
(2)
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Asumsikan bahwa c(x) adalah R = {i1, . . . , id }, cj = 0 jika
hanya jika j ∈ R. Maka persamaan (1) menjadi







(αa)i1 (αa)i2 (αa)i3 . . . (αa)id
(αa+1)i1 (αa+1)i2 (αa+1)i3 . . . (αa+1)id
(αa+2)i1 (αa+2)i2 (αa+2)i3 . . . (αa+2)id
...
...
...
...
...
(αa+δ−2)i1 (αa+δ−2)i2 (αa+δ−2)i3 . . . (αa+δ−2)id














ci1
ci2
ci3
...
cid







= 0.
(2)
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Lanjutan Bukti Teorema 4.16
Ketika d ≤ δ − 1, kita mendapatkan sistem persamaan dibawah
ini dengan memilih persamaan d yang pertama sistem
persamaan diatas sehingga didapatkan :







(αa)i1 (αa)i2 (αa)i3 . . . (αa)id
(αa+1)i1 (αa+1)i2 (αa+1)i3 . . . (αa+1)id
(αa+2)i1 (αa+2)i2 (αa+2)i3 . . . (αa+2)id
...
...
... . . .
...
(αa+d−1)i1 (αa+d−1)i2 (αa+d−1)i3 . . . (αa+d−1)id














ci1
ci2
ci3
...
cid







= 0.
(3)
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Lanjutan Bukti Teorema 4.16
Ketika d ≤ δ − 1, kita mendapatkan sistem persamaan dibawah
ini dengan memilih persamaan d yang pertama sistem
persamaan diatas sehingga didapatkan :







(αa)i1 (αa)i2 (αa)i3 . . . (αa)id
(αa+1)i1 (αa+1)i2 (αa+1)i3 . . . (αa+1)id
(αa+2)i1 (αa+2)i2 (αa+2)i3 . . . (αa+2)id
...
...
... . . .
...
(αa+d−1)i1 (αa+d−1)i2 (αa+d−1)i3 . . . (αa+d−1)id














ci1
ci2
ci3
...
cid







= 0.
(3)
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Lanjutan Bukti Teorema 4.16
Ketika d ≤ δ − 1, kita mendapatkan sistem persamaan dibawah
ini dengan memilih persamaan d yang pertama sistem
persamaan diatas sehingga didapatkan :







(αa)i1 (αa)i2 (αa)i3 . . . (αa)id
(αa+1)i1 (αa+1)i2 (αa+1)i3 . . . (αa+1)id
(αa+2)i1 (αa+2)i2 (αa+2)i3 . . . (αa+2)id
...
...
... . . .
...
(αa+d−1)i1 (αa+d−1)i2 (αa+d−1)i3 . . . (αa+d−1)id














ci1
ci2
ci3
...
cid







= 0.
(3)
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Lanjutan Bukti Teorema 4.16
Ketika d ≤ δ − 1, kita mendapatkan sistem persamaan dibawah
ini dengan memilih persamaan d yang pertama sistem
persamaan diatas sehingga didapatkan :







(αa)i1 (αa)i2 (αa)i3 . . . (αa)id
(αa+1)i1 (αa+1)i2 (αa+1)i3 . . . (αa+1)id
(αa+2)i1 (αa+2)i2 (αa+2)i3 . . . (αa+2)id
...
...
... . . .
...
(αa+d−1)i1 (αa+d−1)i2 (αa+d−1)i3 . . . (αa+d−1)id














ci1
ci2
ci3
...
cid







= 0.
(3)
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Determinan D koefisien matriks persamaan diatas adalah
sama dengan
D =
d
j=1
(αa
)ij
det







1 1 1 . . . 1
αi1 αi2 αi3 . . . αid
(α2)i1 (α2)i2 (α2)i3 . . . (α2)id
...
...
... . . .
...
(αd−1)i1 (αd−1)i2 (αd−1)i3 . . . (αd−1)id







(4)
=
d
j=1
(αa
)ij
k>l
(αik
− αil
) = 0.
Dengan mengkombinasikan persamaan (44) dan (4), kita
mendapatkan (ci1
, . . . , cid
) = 0 sehingga kontradiksi. Jadi
terbukti
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Determinan D koefisien matriks persamaan diatas adalah
sama dengan
D =
d
j=1
(αa
)ij
det







1 1 1 . . . 1
αi1 αi2 αi3 . . . αid
(α2)i1 (α2)i2 (α2)i3 . . . (α2)id
...
...
... . . .
...
(αd−1)i1 (αd−1)i2 (αd−1)i3 . . . (αd−1)id







(4)
=
d
j=1
(αa
)ij
k>l
(αik
− αil
) = 0.
Dengan mengkombinasikan persamaan (44) dan (4), kita
mendapatkan (ci1
, . . . , cid
) = 0 sehingga kontradiksi. Jadi
terbukti
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Contoh
Contoh 4.17
Misalkan α akar dari 1 + x + x3 ∈ F2[x], dan misalkan C binary
BCH code dengan panjang 7 didesain dengan distance 4 yang
dibangun oleh
g(x) = lcm(M(0)
(x), M(1)
(x), M(2)
(x)) = 1 + x2
+ x3
+ x4
Maka d(C) ≤ wt(g(x)) = 4. Disisi lain dengan menggunakan
teorema 4.16 didapat d(C) ≥ 4. Jadi, d(C) = 4.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Decoding BCH Codes
Pada bagian akan diberikan algoritma dalam decoding BCH
code yang dibagi menjadi 3 yaitu :
Menghitung syndrome
Menemukan error locator polynomial
Menemukan semua akar dari error locator polynomial
Untuk menyederhanakannya, kita hanya akan mendiskusikan
decoding narrow sense binary BCH codes.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Decoding BCH Codes
Pada bagian akan diberikan algoritma dalam decoding BCH
code yang dibagi menjadi 3 yaitu :
Menghitung syndrome
Menemukan error locator polynomial
Menemukan semua akar dari error locator polynomial
Untuk menyederhanakannya, kita hanya akan mendiskusikan
decoding narrow sense binary BCH codes.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Decoding BCH Codes
Pada bagian akan diberikan algoritma dalam decoding BCH
code yang dibagi menjadi 3 yaitu :
Menghitung syndrome
Menemukan error locator polynomial
Menemukan semua akar dari error locator polynomial
Untuk menyederhanakannya, kita hanya akan mendiskusikan
decoding narrow sense binary BCH codes.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Decoding BCH Codes
Misalkan C narrow sense binary BCH codes dengan panjang
n = 2m − 1 dan design distance δ = 2t + 1 yang dibangun oleh
g(x) := lcm(M(1)(x), M(2)(x), . . . , M(δ−1)(x)), dimana M(i)(x)
adalah polynomial minimal dari αi terhadap F2 untuk elemen
primitif α ∈ F2m . Ambil
H =







1 α (α)2 . . . (α)n−1
1 α2 (α2)2 . . . (α2)n−1
1 α3 (α3)2 . . . (α3)n−1
...
...
... . . .
...
1 αδ−1 (αδ−1)2 . . . (αδ−1)n−1







(5)
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Lanjutan Decoding BCH codes
Maka bisa ditunjukkan bahwa word c ∈ Fn
2 adalah codeword C
jika hanya jika cHT = 0. Selanjutnya, kita bisa mendefinisikan
sindrome SH(w) dari w ∈ Fn
2 terhadap H adalah wHT .
Andaikan bahwa w(x) = w0 + w1x + . . . + wn−1xn−1 word yang
diterima dengan error polynomial e(x) memenuhi wt(e(x)) ≤ t.
Ambil c(x) = w(x) − e(x) maka c(x) adalah codeword.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Lanjutan Decoding BCH codes
Maka bisa ditunjukkan bahwa word c ∈ Fn
2 adalah codeword C
jika hanya jika cHT = 0. Selanjutnya, kita bisa mendefinisikan
sindrome SH(w) dari w ∈ Fn
2 terhadap H adalah wHT .
Andaikan bahwa w(x) = w0 + w1x + . . . + wn−1xn−1 word yang
diterima dengan error polynomial e(x) memenuhi wt(e(x)) ≤ t.
Ambil c(x) = w(x) − e(x) maka c(x) adalah codeword.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Tahap 1. Menghitung Sindrome
Sindrome w(x) adalah
(s0, s1, . . . , sδ−2) := (w0, w1, . . . , wn−1)HT
sehingga si = w(αi+1) = e(αi+1) untuk setiap
i = 0, 1, . . . , δ − 2, ketika αi+1 adalah akar-akar dari g(x).
Asumsikan bahwa error diambil di posisi i0, i1, . . . , il−1 dengan
l ≤ t didapat
e(x) = xi0
+ xi1
+ · · · + xil−1
(6)
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Lanjutan Tahap 1.Menghitung Sindrome
Maka kita mendapatkan sistem persamaan
αi0 + αi1 + · · · + αil−1 = s0=w(α),
(αi0 )2 + (αi1 )2 + · · · + (αil−1 )2 = s1 =w(α2),
...
...
...
(αi0 )δ−1 + (αi1 )δ−1 + · · · + (αil−1 )δ−1 = sδ−2=w(αδ−1).
(7)
sebarang metode diatas untuk menyelesaikan sistem
persamaan diatas merupakan algoritma decoding untuk BCH
codes.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Tahap 2. Menemukan error locator polynomial
Untuk e(x) = xi0 + xi1 + · · · + xil−1 , didefinisikan error locator
polynomial oleh
σ(z) :=
l−1
j=0
(1 − αij
z).
Ini dapat ditemukan bahwa posisi error ij sejauh semua
akar-akar σ(z) yang diketahui. Untuk tahap ini, kita harus
menentukan error locator polynomial σ(z).
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Teorema
Teorema 4.18
Andaikan polynomial sindrome s(z) = δ−2
j=0 sjzj adalah bukan
polynomial nol. Maka terdapat polynomial tak nol r(z) ∈ F2m [z]
dengan demikian deg(r(z)) ≤ t − 1, gcd(r(z), σ(z)) = 1 dan
r(z) ≡ s(z)σ(z) (mod zδ−1
) (8)
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Lanjutan Teorema 4.18
Lebih jauh, untuk sebarang pasangan (u(z), v(z)) polynomial
tak nol atas F2m memenuhi deg(u(z)) ≤ t − 1, deg(v(z)) ≤ t
dan
u(z) ≡ s(z)v(z) (mod zδ−1
) (9)
Kita mempunyai
σ(z) = βv(z), r(z) = βu(z), (10)
untuk elemen tak nol β ∈ F2m .
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Tahap 3. Menemukan akar -akar error locator
polynomial
Untuk melakukannya, kita bisa mencari semua kemungkinan
akar -akar dengan menggunakan σ(z) di αi, untuk semua
i = 1, 2, . . . . . Setelah semua akar -akarnya αi1 , . . . , αil dari
σ(z) ditemukan, kita mendapatkan error polynomial persamaan
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Contoh 4.18
Contoh 4.19
Misalkan α akar dari g(x) = 1 + x + x3 ∈ F2[x]. Maka
Hamming code yang dibangun oleh
g(x) =lcm(M(1)(x), M(2)(x)) mempunyai design distance δ = 3.
Andaikan bahwa w(x) = 1 + x + x2 + x3 word yang diterima.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Contoh 4.18
Menghitung sindrome :
(s0, s1) = (w(α), w(α2
)) = (α2
, α4
)
Menemukan error locator polynomial :
Selesaikan kongruensi polynomial
r(z) ≡ s(z)σ(z) (mod z2
)
dengan deg(r(z)) = 0 dan deg(σ(z)) ≤ 1, dan
s(z) = α2
+ α4
z.
Kita mempunyai σ(z) = 1 + α2z dan r(z) = α2.
Selanjutnya didapat error di tempat ketiga. Jadi, kita bisa
memperbaiki(decode) w(x) ke
w(x) − x2 = 1 + x + x3 = 1101000.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Contoh 4.18
Menghitung sindrome :
(s0, s1) = (w(α), w(α2
)) = (α2
, α4
)
Menemukan error locator polynomial :
Selesaikan kongruensi polynomial
r(z) ≡ s(z)σ(z) (mod z2
)
dengan deg(r(z)) = 0 dan deg(σ(z)) ≤ 1, dan
s(z) = α2
+ α4
z.
Kita mempunyai σ(z) = 1 + α2z dan r(z) = α2.
Selanjutnya didapat error di tempat ketiga. Jadi, kita bisa
memperbaiki(decode) w(x) ke
w(x) − x2 = 1 + x + x3 = 1101000.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Pengantar
BCH Codes
Parameter BCH Code
Decoding BCH Code
Contoh 4.18
Menghitung sindrome :
(s0, s1) = (w(α), w(α2
)) = (α2
, α4
)
Menemukan error locator polynomial :
Selesaikan kongruensi polynomial
r(z) ≡ s(z)σ(z) (mod z2
)
dengan deg(r(z)) = 0 dan deg(σ(z)) ≤ 1, dan
s(z) = α2
+ α4
z.
Kita mempunyai σ(z) = 1 + α2z dan r(z) = α2.
Selanjutnya didapat error di tempat ketiga. Jadi, kita bisa
memperbaiki(decode) w(x) ke
w(x) − x2 = 1 + x + x3 = 1101000.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Kesimpulan
BCH Code merupakan generalisasi dari Hamming code dan
didefinisikan dari kelipatan persekutuaan terkecil dari suku
banyak monic dengan derajat terkecil atau
lcm(f1(x), f2(x), . . . , ft (x))
Didalam pembahasan paper ini hanya dibahas BCH code
sebagai suku banyak. Adapun penerapan dari BCH codes
sendiri adalah sistem komunikasi via satelit, pemutar
CD(compact disk), DVD, disk drivers, dan barcode dua dimensi.
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Thank you for your
attention
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Thank you for your
attention
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Thank you for your
attention
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
Pendahuluan
Motivasi
Dasar Teori
Pembahasan
Kesimpulan
Thank you for your
attention
Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes

More Related Content

What's hot

-integral
-integral-integral
-integral
dihdih
 
06 intergral reimann
06 intergral reimann06 intergral reimann
06 intergral reimannZhand Radja
 
Integral Riemann Stieltjes
Integral Riemann StieltjesIntegral Riemann Stieltjes
Integral Riemann Stieltjes
Joko Soebagyo
 
Klp 1 metode numerik lanjut
Klp 1  metode numerik lanjutKlp 1  metode numerik lanjut
Klp 1 metode numerik lanjutAriy Anto
 
terapan turunan
 terapan turunan  terapan turunan
terapan turunan
IKHTIAR SETIAWAN
 
Bab 3 Aljabar Boole
Bab 3 Aljabar BooleBab 3 Aljabar Boole
Bab 3 Aljabar Boole
Mustahal SSi
 
Turunan fungsi-lengkap
Turunan fungsi-lengkapTurunan fungsi-lengkap
Turunan fungsi-lengkap
kutungy
 
Teorema faktor
Teorema faktorTeorema faktor
Teorema faktor
Cristover Fernando
 
TEOREMA DASAR KALKULUS
TEOREMA DASAR KALKULUSTEOREMA DASAR KALKULUS
TEOREMA DASAR KALKULUS
Nurul Ulfah
 
Teorema Dasar Kalkulus
Teorema Dasar KalkulusTeorema Dasar Kalkulus
Teorema Dasar Kalkulus
Nida Shafiyanti
 
Turunan kedua suatu fungsi
Turunan kedua suatu fungsiTurunan kedua suatu fungsi
Turunan kedua suatu fungsi
Oka Ambalie
 
Persamaan garis singgung pada kurva
Persamaan garis singgung pada kurvaPersamaan garis singgung pada kurva
Persamaan garis singgung pada kurvaNova Muryani
 
Matematika Diskrit part 1
Matematika Diskrit part 1Matematika Diskrit part 1
Matematika Diskrit part 1
radar radius
 
Self Dual Codes and Binary Golay Code Presentation
Self Dual Codes  and Binary Golay Code Presentation Self Dual Codes  and Binary Golay Code Presentation
Self Dual Codes and Binary Golay Code Presentation
Hirwanto Iwan
 
Reed Solomon Code
Reed Solomon CodeReed Solomon Code
Reed Solomon Code
adi234
 
Materi tutorialuts kaled3warna
Materi tutorialuts kaled3warnaMateri tutorialuts kaled3warna
Materi tutorialuts kaled3warna
IKHTIAR SETIAWAN
 
Continuity and Gauges
Continuity and GaugesContinuity and Gauges
Continuity and Gauges
Nida Shafiyanti
 
Materi aljabar boolean
Materi aljabar booleanMateri aljabar boolean
Materi aljabar boolean
Mustahal SSi
 

What's hot (20)

-integral
-integral-integral
-integral
 
06 intergral reimann
06 intergral reimann06 intergral reimann
06 intergral reimann
 
Integral Riemann Stieltjes
Integral Riemann StieltjesIntegral Riemann Stieltjes
Integral Riemann Stieltjes
 
mtk suku banyak
mtk suku banyakmtk suku banyak
mtk suku banyak
 
Klp 1 metode numerik lanjut
Klp 1  metode numerik lanjutKlp 1  metode numerik lanjut
Klp 1 metode numerik lanjut
 
terapan turunan
 terapan turunan  terapan turunan
terapan turunan
 
Bab 3 Aljabar Boole
Bab 3 Aljabar BooleBab 3 Aljabar Boole
Bab 3 Aljabar Boole
 
Turunan fungsi-lengkap
Turunan fungsi-lengkapTurunan fungsi-lengkap
Turunan fungsi-lengkap
 
Teorema faktor
Teorema faktorTeorema faktor
Teorema faktor
 
Fungsi
FungsiFungsi
Fungsi
 
TEOREMA DASAR KALKULUS
TEOREMA DASAR KALKULUSTEOREMA DASAR KALKULUS
TEOREMA DASAR KALKULUS
 
Teorema Dasar Kalkulus
Teorema Dasar KalkulusTeorema Dasar Kalkulus
Teorema Dasar Kalkulus
 
Turunan kedua suatu fungsi
Turunan kedua suatu fungsiTurunan kedua suatu fungsi
Turunan kedua suatu fungsi
 
Persamaan garis singgung pada kurva
Persamaan garis singgung pada kurvaPersamaan garis singgung pada kurva
Persamaan garis singgung pada kurva
 
Matematika Diskrit part 1
Matematika Diskrit part 1Matematika Diskrit part 1
Matematika Diskrit part 1
 
Self Dual Codes and Binary Golay Code Presentation
Self Dual Codes  and Binary Golay Code Presentation Self Dual Codes  and Binary Golay Code Presentation
Self Dual Codes and Binary Golay Code Presentation
 
Reed Solomon Code
Reed Solomon CodeReed Solomon Code
Reed Solomon Code
 
Materi tutorialuts kaled3warna
Materi tutorialuts kaled3warnaMateri tutorialuts kaled3warna
Materi tutorialuts kaled3warna
 
Continuity and Gauges
Continuity and GaugesContinuity and Gauges
Continuity and Gauges
 
Materi aljabar boolean
Materi aljabar booleanMateri aljabar boolean
Materi aljabar boolean
 

Viewers also liked

7 สามัญ ชีวะ
7 สามัญ ชีวะ7 สามัญ ชีวะ
7 สามัญ ชีวะJoesys Suwanichkul
 
Innoblue2012 2013
Innoblue2012 2013Innoblue2012 2013
Innoblue2012 2013
innoblue
 
Asertividad ok
Asertividad okAsertividad ok
Asertividad ok
Nilari Chambe
 
Etapa 2. comprensi+ôn literal de la lectura
Etapa 2. comprensi+ôn literal de la lecturaEtapa 2. comprensi+ôn literal de la lectura
Etapa 2. comprensi+ôn literal de la lecturaDulce Corazoncito
 
WOR(l)D GMN
WOR(l)D GMNWOR(l)D GMN
WOR(l)D GMN
DZ WORLD TEAM
 
Lestin Beamer
Lestin BeamerLestin Beamer
Lestin Beamer
Hirwanto Iwan
 
Open house
Open houseOpen house
Open house
Angela Booker
 
Company profile 2014
Company profile 2014Company profile 2014
Company profile 2014Mous Codeman
 
Chuyen de cao su tong cong ty cao su đồng nai
Chuyen de cao su tong cong ty cao su đồng naiChuyen de cao su tong cong ty cao su đồng nai
Chuyen de cao su tong cong ty cao su đồng naima ga ka lom
 
Smart city-2-nov-2016-sgd
Smart city-2-nov-2016-sgdSmart city-2-nov-2016-sgd
Smart city-2-nov-2016-sgd
Sanjeev Deshmukh
 
RELATÓRIO DE PROFESSORES COM PERIODOS AQUISITIVOS PARA LICENÇA PREMIO- PECÚNIA
RELATÓRIO DE PROFESSORES COM PERIODOS AQUISITIVOS PARA LICENÇA PREMIO- PECÚNIARELATÓRIO DE PROFESSORES COM PERIODOS AQUISITIVOS PARA LICENÇA PREMIO- PECÚNIA
RELATÓRIO DE PROFESSORES COM PERIODOS AQUISITIVOS PARA LICENÇA PREMIO- PECÚNIA
educacaucaia
 
Cartel (el hombre deshumanizado
Cartel (el hombre deshumanizadoCartel (el hombre deshumanizado
Cartel (el hombre deshumanizadochayuco
 
Doble color with beamer LaTeX
Doble color with beamer LaTeXDoble color with beamer LaTeX
Doble color with beamer LaTeXHirwanto Iwan
 
Jumptools testimonials
Jumptools testimonialsJumptools testimonials
Jumptools testimonials
Jumptools Inc.
 
Sustainable business-sgd-2012-iitr
Sustainable business-sgd-2012-iitrSustainable business-sgd-2012-iitr
Sustainable business-sgd-2012-iitr
Sanjeev Deshmukh
 
Qatar a Gamble or Destany
Qatar a Gamble or DestanyQatar a Gamble or Destany
Qatar a Gamble or Destany
Adel Abouhana
 

Viewers also liked (20)

Evaluation
EvaluationEvaluation
Evaluation
 
7 สามัญ ชีวะ
7 สามัญ ชีวะ7 สามัญ ชีวะ
7 สามัญ ชีวะ
 
Innoblue2012 2013
Innoblue2012 2013Innoblue2012 2013
Innoblue2012 2013
 
J company
J companyJ company
J company
 
Tiringa
TiringaTiringa
Tiringa
 
Asertividad ok
Asertividad okAsertividad ok
Asertividad ok
 
Etapa 2. comprensi+ôn literal de la lectura
Etapa 2. comprensi+ôn literal de la lecturaEtapa 2. comprensi+ôn literal de la lectura
Etapa 2. comprensi+ôn literal de la lectura
 
WOR(l)D GMN
WOR(l)D GMNWOR(l)D GMN
WOR(l)D GMN
 
Comone
ComoneComone
Comone
 
Lestin Beamer
Lestin BeamerLestin Beamer
Lestin Beamer
 
Open house
Open houseOpen house
Open house
 
Company profile 2014
Company profile 2014Company profile 2014
Company profile 2014
 
Chuyen de cao su tong cong ty cao su đồng nai
Chuyen de cao su tong cong ty cao su đồng naiChuyen de cao su tong cong ty cao su đồng nai
Chuyen de cao su tong cong ty cao su đồng nai
 
Smart city-2-nov-2016-sgd
Smart city-2-nov-2016-sgdSmart city-2-nov-2016-sgd
Smart city-2-nov-2016-sgd
 
RELATÓRIO DE PROFESSORES COM PERIODOS AQUISITIVOS PARA LICENÇA PREMIO- PECÚNIA
RELATÓRIO DE PROFESSORES COM PERIODOS AQUISITIVOS PARA LICENÇA PREMIO- PECÚNIARELATÓRIO DE PROFESSORES COM PERIODOS AQUISITIVOS PARA LICENÇA PREMIO- PECÚNIA
RELATÓRIO DE PROFESSORES COM PERIODOS AQUISITIVOS PARA LICENÇA PREMIO- PECÚNIA
 
Cartel (el hombre deshumanizado
Cartel (el hombre deshumanizadoCartel (el hombre deshumanizado
Cartel (el hombre deshumanizado
 
Doble color with beamer LaTeX
Doble color with beamer LaTeXDoble color with beamer LaTeX
Doble color with beamer LaTeX
 
Jumptools testimonials
Jumptools testimonialsJumptools testimonials
Jumptools testimonials
 
Sustainable business-sgd-2012-iitr
Sustainable business-sgd-2012-iitrSustainable business-sgd-2012-iitr
Sustainable business-sgd-2012-iitr
 
Qatar a Gamble or Destany
Qatar a Gamble or DestanyQatar a Gamble or Destany
Qatar a Gamble or Destany
 

Similar to Bch codes final slide

67 FPB or FPT.ppt
67 FPB or FPT.ppt67 FPB or FPT.ppt
67 FPB or FPT.ppt
HendartoCahyono1
 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linier
Acika Karunila
 
15023 pr04
15023 pr0415023 pr04
15023 pr04
Mutia Sari
 
Makalah mtk
Makalah mtkMakalah mtk
Makalah mtk
Cristover Fernando
 
metode numerik stepest descent dengan rerata aritmatika
metode numerik stepest descent dengan rerata aritmatikametode numerik stepest descent dengan rerata aritmatika
metode numerik stepest descent dengan rerata aritmatika
rukmono budi utomo
 
materi matkul MetNum3-PersNonLInier (1).ppt
materi matkul MetNum3-PersNonLInier (1).pptmateri matkul MetNum3-PersNonLInier (1).ppt
materi matkul MetNum3-PersNonLInier (1).ppt
asmaun4
 
PENERAPAN DIFFERENSIASI
PENERAPAN DIFFERENSIASIPENERAPAN DIFFERENSIASI
PENERAPAN DIFFERENSIASI
Ong Lukman
 
kuliah ecc
kuliah ecckuliah ecc
kuliah ecc
samsulhuda91
 
Contoh soal dan penyelesaian metode biseksi
Contoh soal dan penyelesaian metode biseksiContoh soal dan penyelesaian metode biseksi
Contoh soal dan penyelesaian metode biseksi
muhamadaulia3
 
Fungsi pecah pada aljabar
Fungsi pecah pada aljabarFungsi pecah pada aljabar
Fungsi pecah pada aljabar
Sherly Anggraini
 
konsep dasar numerik.pptx
konsep dasar numerik.pptxkonsep dasar numerik.pptx
konsep dasar numerik.pptx
FildaNurAini1
 
Pengertian polinomial, contoh soal polinomial dengan pembahasanya
Pengertian polinomial, contoh soal polinomial dengan pembahasanyaPengertian polinomial, contoh soal polinomial dengan pembahasanya
Pengertian polinomial, contoh soal polinomial dengan pembahasanya
fetrina suwarna
 
Naomi Risti Pardede.Proses-Stokastik.pdf
Naomi Risti Pardede.Proses-Stokastik.pdfNaomi Risti Pardede.Proses-Stokastik.pdf
Naomi Risti Pardede.Proses-Stokastik.pdf
NaomiPardede4
 

Similar to Bch codes final slide (20)

67 FPB or FPT.ppt
67 FPB or FPT.ppt67 FPB or FPT.ppt
67 FPB or FPT.ppt
 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linier
 
15023 pr04
15023 pr0415023 pr04
15023 pr04
 
Makalah mtk
Makalah mtkMakalah mtk
Makalah mtk
 
metode numerik stepest descent dengan rerata aritmatika
metode numerik stepest descent dengan rerata aritmatikametode numerik stepest descent dengan rerata aritmatika
metode numerik stepest descent dengan rerata aritmatika
 
Andi navira
Andi naviraAndi navira
Andi navira
 
Andi navira
Andi naviraAndi navira
Andi navira
 
materi matkul MetNum3-PersNonLInier (1).ppt
materi matkul MetNum3-PersNonLInier (1).pptmateri matkul MetNum3-PersNonLInier (1).ppt
materi matkul MetNum3-PersNonLInier (1).ppt
 
PENERAPAN DIFFERENSIASI
PENERAPAN DIFFERENSIASIPENERAPAN DIFFERENSIASI
PENERAPAN DIFFERENSIASI
 
Andi navira indyani
Andi navira indyaniAndi navira indyani
Andi navira indyani
 
Andi navira indyanii
Andi navira indyaniiAndi navira indyanii
Andi navira indyanii
 
Akar persamaan
Akar persamaanAkar persamaan
Akar persamaan
 
kuliah ecc
kuliah ecckuliah ecc
kuliah ecc
 
Fungsi Pecah
Fungsi PecahFungsi Pecah
Fungsi Pecah
 
Contoh soal dan penyelesaian metode biseksi
Contoh soal dan penyelesaian metode biseksiContoh soal dan penyelesaian metode biseksi
Contoh soal dan penyelesaian metode biseksi
 
Fungsi pecah pada aljabar
Fungsi pecah pada aljabarFungsi pecah pada aljabar
Fungsi pecah pada aljabar
 
konsep dasar numerik.pptx
konsep dasar numerik.pptxkonsep dasar numerik.pptx
konsep dasar numerik.pptx
 
Pp 12(bab6)
Pp 12(bab6)Pp 12(bab6)
Pp 12(bab6)
 
Pengertian polinomial, contoh soal polinomial dengan pembahasanya
Pengertian polinomial, contoh soal polinomial dengan pembahasanyaPengertian polinomial, contoh soal polinomial dengan pembahasanya
Pengertian polinomial, contoh soal polinomial dengan pembahasanya
 
Naomi Risti Pardede.Proses-Stokastik.pdf
Naomi Risti Pardede.Proses-Stokastik.pdfNaomi Risti Pardede.Proses-Stokastik.pdf
Naomi Risti Pardede.Proses-Stokastik.pdf
 

More from Hirwanto Iwan

01. integral fungsi aljabar
01. integral fungsi aljabar01. integral fungsi aljabar
01. integral fungsi aljabar
Hirwanto Iwan
 
Analisis Butir Soal PG Matematika Wajib Kelas XII IPA-IPS NFBS Serang
Analisis Butir Soal PG Matematika Wajib Kelas XII IPA-IPS NFBS SerangAnalisis Butir Soal PG Matematika Wajib Kelas XII IPA-IPS NFBS Serang
Analisis Butir Soal PG Matematika Wajib Kelas XII IPA-IPS NFBS Serang
Hirwanto Iwan
 
Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Matematika Wajib Kelas XII IPA
Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Matematika Wajib Kelas XII IPAAnalisis Butir Soal Pilihan Ganda Matematika Wajib Kelas XII IPA
Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Matematika Wajib Kelas XII IPA
Hirwanto Iwan
 
Materi Limit Aljabar dan Turunan Aljabar
Materi Limit Aljabar dan Turunan Aljabar Materi Limit Aljabar dan Turunan Aljabar
Materi Limit Aljabar dan Turunan Aljabar
Hirwanto Iwan
 
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPS
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPSPembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPS
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPS
Hirwanto Iwan
 
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPA
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPAPembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPA
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPA
Hirwanto Iwan
 
Fitur Baru WinEdt 9.1
Fitur Baru WinEdt 9.1Fitur Baru WinEdt 9.1
Fitur Baru WinEdt 9.1
Hirwanto Iwan
 
Pemasangan WinEdt 9.1
Pemasangan WinEdt 9.1Pemasangan WinEdt 9.1
Pemasangan WinEdt 9.1
Hirwanto Iwan
 
Kumpulan Soal UM UGM
Kumpulan Soal UM UGMKumpulan Soal UM UGM
Kumpulan Soal UM UGM
Hirwanto Iwan
 
Membuat Dokumen LaTeX Edisi ke - 33
Membuat Dokumen LaTeX Edisi ke - 33Membuat Dokumen LaTeX Edisi ke - 33
Membuat Dokumen LaTeX Edisi ke - 33
Hirwanto Iwan
 
LATEX OR INDESIGN
LATEX OR INDESIGN LATEX OR INDESIGN
LATEX OR INDESIGN
Hirwanto Iwan
 
AGH Beamer
AGH BeamerAGH Beamer
AGH Beamer
Hirwanto Iwan
 
AFIT Beamer
AFIT BeamerAFIT Beamer
AFIT Beamer
Hirwanto Iwan
 
Hackd Beamer
Hackd BeamerHackd Beamer
Hackd Beamer
Hirwanto Iwan
 
LUH Beamer
LUH BeamerLUH Beamer
LUH Beamer
Hirwanto Iwan
 
Cambridge Beamer
Cambridge BeamerCambridge Beamer
Cambridge Beamer
Hirwanto Iwan
 
ESOP Beamer
ESOP BeamerESOP Beamer
ESOP Beamer
Hirwanto Iwan
 
AP Beamer
AP BeamerAP Beamer
AP Beamer
Hirwanto Iwan
 
Naked Beamer
Naked BeamerNaked Beamer
Naked Beamer
Hirwanto Iwan
 
TUDelft Beamer
TUDelft BeamerTUDelft Beamer
TUDelft Beamer
Hirwanto Iwan
 

More from Hirwanto Iwan (20)

01. integral fungsi aljabar
01. integral fungsi aljabar01. integral fungsi aljabar
01. integral fungsi aljabar
 
Analisis Butir Soal PG Matematika Wajib Kelas XII IPA-IPS NFBS Serang
Analisis Butir Soal PG Matematika Wajib Kelas XII IPA-IPS NFBS SerangAnalisis Butir Soal PG Matematika Wajib Kelas XII IPA-IPS NFBS Serang
Analisis Butir Soal PG Matematika Wajib Kelas XII IPA-IPS NFBS Serang
 
Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Matematika Wajib Kelas XII IPA
Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Matematika Wajib Kelas XII IPAAnalisis Butir Soal Pilihan Ganda Matematika Wajib Kelas XII IPA
Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Matematika Wajib Kelas XII IPA
 
Materi Limit Aljabar dan Turunan Aljabar
Materi Limit Aljabar dan Turunan Aljabar Materi Limit Aljabar dan Turunan Aljabar
Materi Limit Aljabar dan Turunan Aljabar
 
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPS
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPSPembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPS
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPS
 
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPA
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPAPembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPA
Pembahasan Soal Matematika Wajib PTS Kelas XI IPA
 
Fitur Baru WinEdt 9.1
Fitur Baru WinEdt 9.1Fitur Baru WinEdt 9.1
Fitur Baru WinEdt 9.1
 
Pemasangan WinEdt 9.1
Pemasangan WinEdt 9.1Pemasangan WinEdt 9.1
Pemasangan WinEdt 9.1
 
Kumpulan Soal UM UGM
Kumpulan Soal UM UGMKumpulan Soal UM UGM
Kumpulan Soal UM UGM
 
Membuat Dokumen LaTeX Edisi ke - 33
Membuat Dokumen LaTeX Edisi ke - 33Membuat Dokumen LaTeX Edisi ke - 33
Membuat Dokumen LaTeX Edisi ke - 33
 
LATEX OR INDESIGN
LATEX OR INDESIGN LATEX OR INDESIGN
LATEX OR INDESIGN
 
AGH Beamer
AGH BeamerAGH Beamer
AGH Beamer
 
AFIT Beamer
AFIT BeamerAFIT Beamer
AFIT Beamer
 
Hackd Beamer
Hackd BeamerHackd Beamer
Hackd Beamer
 
LUH Beamer
LUH BeamerLUH Beamer
LUH Beamer
 
Cambridge Beamer
Cambridge BeamerCambridge Beamer
Cambridge Beamer
 
ESOP Beamer
ESOP BeamerESOP Beamer
ESOP Beamer
 
AP Beamer
AP BeamerAP Beamer
AP Beamer
 
Naked Beamer
Naked BeamerNaked Beamer
Naked Beamer
 
TUDelft Beamer
TUDelft BeamerTUDelft Beamer
TUDelft Beamer
 

Recently uploaded

NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 

Recently uploaded (20)

NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 

Bch codes final slide

  • 1. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan BCH Codes (Bose -Chaudhuri- Hocquenghem Codes) Wawin1 Qori Maryamah1 Aliyah1 Hirwanto1 1Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta, Indonesia Presentasi Paper BCH Codes, 2013 Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 2. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Daftar Isi 1 Pendahuluan 2 Motivasi 3 Dasar Teori Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset 4 Pembahasan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code 5 Kesimpulan Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 3. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan BCH Codes BCH codes merupakan salah satu kelas yang sangat penting dari kode siklik yang mulai dikembangkan pada tahun 1960 oleh R.C. Bose dan D.Ray-Cahudhuri kemudian dilanjutkan oleh A. Hocquenghem sehingga biasa disebut BCH codes (Bose-Chaudhuri-Hocquenghem codes) dan merupakan generalisasi dari Hamming code untuk mengoreksi kesalahan ganda( multiple error correction). BCH code didefinisikan oleh kelipatan persekutuan terkecil (f1(x), f2(x), ..., ft (x)) suku banyak yang diberikan. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 4. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Motivasi Secara khusus, kode siklik didapat dari generator suku banyaknya. Bagaimanapun, umumnya kita kesulitan dalam mendapatkan informasi pada jarak minimum(minimum distance) kode siklik dari generator suku banyaknya, meskipun kita dapat melengkapi hasilnya. Dengan kata lain, kita perlu memilih beberapa generator khusus suku banyaknya sehingga kita bisa mendapatkan informasi dengan algoritma yang lebih sederhana dan lebih efisien. Kita selanjutnya akan mendiskusikan salah satu generator khusus yang kita pilih yaitu BCH-code, dan juga bagaimana kita membentuk algoritma untuk BCH- codes. Untuk generator khusus yang lain seperti Reed Solomon, Quadratic-Residus Code. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 5. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset Finite Field Definisi 3.1 Field dengan | F |< ∞ disebut lapangan hingga(finite field) dan F∗ sebagai himpunan F {0}. Definisi 3.2 Misalkan F lapangan. Karakteristik F adalah bilangan bulat positif terkecil m dengan demikian bahwa m i=1 1 = 1 + 1 + . . . + 1 = 0 dimana 1 ∈ F. Jika m tidak ada maka karakteristiknya 0. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 6. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset Finite Field Definisi 3.1 Field dengan | F |< ∞ disebut lapangan hingga(finite field) dan F∗ sebagai himpunan F {0}. Definisi 3.2 Misalkan F lapangan. Karakteristik F adalah bilangan bulat positif terkecil m dengan demikian bahwa m i=1 1 = 1 + 1 + . . . + 1 = 0 dimana 1 ∈ F. Jika m tidak ada maka karakteristiknya 0. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 7. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset Lemma 3.3 dan Definisi 3.4 Lemma 3.3 Jika α, β ∈ F mempunyai karakteristik p, maka (α + β)p = αp + βp Definisi 3.4 Anggota α ∈ F lapangan hingga dikatakan generator F∗ atau elemen primitif jika {αi : i ≥ 0} = F∗ Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 8. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset Lemma 3.3 dan Definisi 3.4 Lemma 3.3 Jika α, β ∈ F mempunyai karakteristik p, maka (α + β)p = αp + βp Definisi 3.4 Anggota α ∈ F lapangan hingga dikatakan generator F∗ atau elemen primitif jika {αi : i ≥ 0} = F∗ Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 9. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset Lemma 3.3 dan Definisi 3.4 Lemma 3.3 Jika α, β ∈ F mempunyai karakteristik p, maka (α + β)p = αp + βp Definisi 3.4 Anggota α ∈ F lapangan hingga dikatakan generator F∗ atau elemen primitif jika {αi : i ≥ 0} = F∗ Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 10. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset Contoh 3.5 Contoh 3.5 Diberikan GF(9) yang dikontruksikan menggunakan polynomial yang irreducible f(x) = x2 + 1 ∈ Z3[x]. Carilah elemen primitif. Kita akan mencoba bahwa α = x + 1 merupakan elemen primitif maka (1 + x)0 = 1 (1 + x)4 = 2 (1 + x)1 = 1 + x (1 + x)5 = 2 + 2x (1 + x)2 = 2x (1 + x)6 = x (1 + x)3 = 1 + 2x (1 + x)7 = 2 + x Jadi α = 1 + x merupakan elemen primitif untuk GF(9) Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 11. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset Ring Polynomial Definisi 3.6 Misalkan F merupakan lapangan. Himpunan F[x] = { n i=0 aixi : ai ∈ F, n ≥ 0} disebut sebagai ring polynomial atas F. Teorema 3.7 Misalkan f(x) suku banyak atas F dengan derajat(degree) ≥ 1. Maka F[x]/(f(x)) bersama dengan operasi penjumlahan dan perkalian berbentuk gelanggang. Lebih jauh, F[x]/(f(x)) adalah lapangan jika dan hanya jika irreducible. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 12. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset Lemma 3.8 dan Lemma 3.9 Lemma 3.8 Untuk setiap anggota tak nol α ∈ GF(q), αq−1 = 1. Selanjutnya, α ∈ GF(qm) jika hanya jika αq = α. Lemma 3.9 Untuk setiap elemen β dari finite field F dengan q elemen, kita mempunyai βq = β Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 13. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset Minimal Polynomial Definisi 3.10 Misalkan F lapangan dengan karakteristik p dan misalkan α ∈ F∗. Suku banyak minimal α terhadap GF(p) merupakan suku banyak monic m(x) derajat terkecil di GF(p)[x] dengan demikian m(α) = 0. Teorema 3.11 Suku banyak minimal anggota α tunggal. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 14. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset 1. Bukti Teorema 3.2 Andaikan F = GF(q) dan F mempunyai karakteristik p. Mengikuti Lemma 3.8 bahwa α memenuhi suku banyak xq−1 − 1 ∈ GF(p)[x]. Ketika terdapat suatu suku banyak GF(p)[x] dengan α akarnya maka ada salah satu dari akarnya dengan derajat terkecil. Ini mengatakan bahwa ada suku banyak minimal yaitu m(x). Andaikan ada dua suku banyak monic m1(x) dan m2(x) dengan derajat terkecil mempunyai akar α. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 15. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset 1. Bukti Teorema 3.2 Andaikan F = GF(q) dan F mempunyai karakteristik p. Mengikuti Lemma 3.8 bahwa α memenuhi suku banyak xq−1 − 1 ∈ GF(p)[x]. Ketika terdapat suatu suku banyak GF(p)[x] dengan α akarnya maka ada salah satu dari akarnya dengan derajat terkecil. Ini mengatakan bahwa ada suku banyak minimal yaitu m(x). Andaikan ada dua suku banyak monic m1(x) dan m2(x) dengan derajat terkecil mempunyai akar α. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 16. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset 2. Lanjutan Bukti Teorema 3.2 Dengan menggunakan algoritma pembagian suku banyak didapat m1(x) = l(x)m2(x) + r(x), dimana deg r(x) < deg m2(x) atau r(x) = 0. Ketika m1(α) = 0 dan m2(α) = 0, kita mempunyai r(α) = 0, tetapi karena m2(x) mempunyai derajat terkecil maka r(x) = 0, sehingga m2(x) membagi m1(x). Dengan cara yang sama, m1(x) membagi m2(x) dan ketika keduanya merupakan suku banyak monic, maka m1(x) = m2(x) sehingga terbukti α tunggal. Teorema 3.12 Untuk α ∈ F∗, suku banyak minimal α, maka m(α)(x) adalah suku banyak yang irreducible. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 17. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset 2. Lanjutan Bukti Teorema 3.2 Dengan menggunakan algoritma pembagian suku banyak didapat m1(x) = l(x)m2(x) + r(x), dimana deg r(x) < deg m2(x) atau r(x) = 0. Ketika m1(α) = 0 dan m2(α) = 0, kita mempunyai r(α) = 0, tetapi karena m2(x) mempunyai derajat terkecil maka r(x) = 0, sehingga m2(x) membagi m1(x). Dengan cara yang sama, m1(x) membagi m2(x) dan ketika keduanya merupakan suku banyak monic, maka m1(x) = m2(x) sehingga terbukti α tunggal. Teorema 3.12 Untuk α ∈ F∗, suku banyak minimal α, maka m(α)(x) adalah suku banyak yang irreducible. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 18. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset 2. Lanjutan Bukti Teorema 3.2 Dengan menggunakan algoritma pembagian suku banyak didapat m1(x) = l(x)m2(x) + r(x), dimana deg r(x) < deg m2(x) atau r(x) = 0. Ketika m1(α) = 0 dan m2(α) = 0, kita mempunyai r(α) = 0, tetapi karena m2(x) mempunyai derajat terkecil maka r(x) = 0, sehingga m2(x) membagi m1(x). Dengan cara yang sama, m1(x) membagi m2(x) dan ketika keduanya merupakan suku banyak monic, maka m1(x) = m2(x) sehingga terbukti α tunggal. Teorema 3.12 Untuk α ∈ F∗, suku banyak minimal α, maka m(α)(x) adalah suku banyak yang irreducible. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 19. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset Definisi 3.13 Untuk α ∈ F, misalkan t bilangan bulat positif terkecil dengan demikian αpt = α, maka himpunan conjugates dari α(terhadap GF(p)) adalah C(α) = {α, αp , αp2 , αp3 , . . . , αpt−1 } C(α) = C(αpi ), ∀i ∈ F lapangan dengan karakteristik p Lemma 3.14 Misalkan F lapangan hingga dengan karakteristik p, misalkan α ∈ F∗, dan C(α) himpunan konjugat α terhadap GF(q), maka m(x) = β∈C(α) (x − β) Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 20. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset Bukti Lemma 3.14 Misalkan m(x) = t i=0 mixi dengan koefisien mi ∈ F, kita catatan bahwa m(x)p = β∈C(α)(xβ)p = β∈C(α)(xp − βp) = β∈C(α)(xp − β) = m(xp) = t i=1 xip Dengan mengikuti Lemma 3.3 didapat bahwa {β : β ∈ C(α)} = {βp : β ∈ C(α)} Dilain pihak, kita dapatkan bahwa m(x)p = t i=1 (mixi )p = t i=1 mp i xip Jadi, mi = mp i dan dengan menggunakan Lemma 3.8 sehingga terbukti bahwa mi ∈ GF(p), 0 ≤ i ≤ t. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 21. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset Teorema 3.15 Untuk α ∈ F, suku banyak minimal α diberikan oleh mα(x) = β∈C(α) (x − β) Contoh 3.16 Kontruksikan lapangan F = GF(23). Hal pertama yang diperlukan adalah suku banyak pangkat tiga atas Z2. Misalkan kita mengambil f(x) = x3 + x + 1 dan anggota-anggota F adalah {0, 1, x, x + 1, x + x2 , x2 , 1 + x2 , 1 + x + x2 }. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 22. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset 1. Penyelesaian Contoh 3.7 Ketika x3 + x + 1 = 0 mod f(x), maka kita mempunyai x3 ≡ −x − 1 = x + 1(mod(f(x))), dan 1 = −1 ∈ Z2. Selanjutnya kita tuliskan anggota lapangan dengan a0 + a1x + a2x2, maka didapatkan 0 = (000) x2 = (001) 1 = (100) 1 + x2 = (101) x = (010) x + x2 = (011) 1 + x = (110) 1 + x + x2 = (111) Jika kita mengambil α, maka dengan mudah kita dapatkan bahwa α merupakan generator F. Andaikan kita mengambil β = (101) dan kita akan dicari mβ(x). Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 23. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset 2. Lanjutan Penyelesaian Contoh 3.7 Dengan menggunakan Teorema 3.15 diatas mβ(y) = δ∈C(β) (y − β)(y − β2 )(y − β4 ) dan ketika β8 = β dan kita akan menghitung (y − β)(y − β2)(y − β3)= y3 + (β + β2 + β4)y2 + (ββ2 + ββ4 + β2β4)y + ββ2β4 Dengan menggunakan representasi setiap anggota tak nol sebagai akar dari generator α, dengan mengambil α = x, kita dapatkan α0 = (100) α4 = (011) α1 = (010) α5 = (111) α2 = (001) α6 = (101) α3 = (110) α7 = (100) Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 24. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset 3. Lanjutan Penyelesaian Contoh 3.7 Ketika β = α6, maka β2 = α12 = α5 = dan β4 = α24 = α3, diperoleh β + β2 + β4 = α6 + α5 + α3 = (101) + (111) + (110) = 100 ββ2 + ββ4 + β2β4 = β3 + β5 + β6 = α18 + α30 + α36 = α4 + α2 + α = 0 ββ2β4 = β7 = α42 = 1 Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 25. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset 4. Lanjutan Penyelesaian Contoh 3.7 Jadi, didapat suku banyak minimal β2 dan β4 yaitu mβ(y) = y3 + y2 + 1 Sedangkan suku banyak minimal α juga merupakan suku banyak minimal α2 dan α4 yaitu mα(y) = y3 + y + 1 Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 26. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset Definisi Cyclotomic Coset Definisi 3.17 Diberikan q dan n dan bilangan bulat i, 0 ≤ i ≤ n − 1, cyclotomic coset (q modulo n) memuat i didefinisikan oleh Ci = {i, iq, iq2 , . . . , iqn−1 } dimana anggota-anggota himpuna mengambil modulo n, dan s bilangan bulat terkecil dengan demikian iqs ≡ i(modn). C = {Ci : 0 ≤ i ≤ n − 1} disebut himpunan cyclotomic coset q modulo n Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 27. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Finite Field Ring Polynomial Minimal Polynomial Cyclotomic Coset Contoh 3.18 Untuk n = 9 dan q = 2, didapat C1 = [1, 2, 4, 8, 7, 5] = C2 = C4 = C8 = C7 = C5 C − 3 = [3, 6] = C6 C − 0 = [0] Teorema 3.19 Misalkan f(x) = xn − 1 suku banyak atas GF(q). Banyaknya faktor irreducible dari f(x) adalah sama dengan banyak cyclotomic coset q modulo n. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 28. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Pengantar Suku banyak monic g(x) ∈ GF(q)[x] dikatakan sebagai split didalam perluasan field GF(qm) dari GF(q) jika g(x) bisa difaktorkan sebagai hasil kali suku banyak linear di GF(qm), kita bisa menuliskannya ; g(x) = (x − α1)(x − α2) . . . (x − αn) dimana αi ∈ GF(qm) dan GF(qm) disebut sebagai splitting field dari g(x). Secara umum, dapat didefinisikan bahwa splitting field dari g(x) ∈ GF(qm) sebagai lapangan terkecil GF(qm), dengan kata lain lapangan terkecil yang memuat semua akar -akar dari g(x). Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 29. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Splitting field g(x) bisa didapatkan dari derajat faktor irreducible atas GF(q). Catatan bahwa g(x) boleh irreducible atas GF(q), tetapi selalu faktor- faktornya sebagai hasil kali suku banyak linear yang berbeda di splitting field. Untuk contoh, g(x) = x2 + x + 1 adalah merupakan irreducible atas GF(2) dan tidak mempunyai akar di GF(2), tetapi atas GF(4), g(x) = (x + α)(x + α2 ) dan mempunyai akar-akarnya adalah α dan α2, dimana GF(4) = {0, 1, α, α2} dengan α2 + α + 1 = 0 Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 30. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Contoh Contoh 4.1 Diberikan suku banyak dibawah ini g(x) = 1 + x3 + x5 + x6 + x8 + x9 + x1 0 atas GF(2), dapat dicek bahwa g(x) tidak mempunyai akar di GF(2), ataupun GF(22), GF(23), dan GF(24), tetapi menggunakan GF(5) didapat akar -akar α dari h(x) = 1 + x2 + x5 yaitu α, α3, dan anggota kojugatenya adalah α, α2, α4, α8, α16 dan α3, α6, α12, α24, α17 adalah merupakan akar -akar dari g(x), dan semua akar dari g(x) di GF(25) Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 31. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Contoh Contoh 4.2 Diberikan suku banyak dibawah ini : g(x) = 2 + 2x + x4 + 2x5 + x6 + x7 atas GF(3) dan hanya memiliki satu akar dengan yaitu 1, dan tidak ada akar dari persamaan tersebut di GF(32), sedangkan dengan mengggunakan GF(33) didapat akar α dari h(x) = 1 + 2x2 + x3 yaitu; 1, α2 , α6 , α18 , α4 , α12 , α10 Akar -akar diatas merupakan akar α dari g(x). Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 32. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Contoh 4.3 Diberikan g(x) = 1 + x + x3 yang merupakan generates dari kode biner (7, 4) − codeC. Ketika g(x) membagi x7 − 1 atas GF(2),dan 23 ≡ 1(mod 7) yang merupaka semua akar dari g(x) di GF(23). Jika kita misalkan α ∈ GF(23), dengan akar -akarnya dari g(x) adalah α, α2, dan α4. Kita cukup mengatakan bahwa α merupakan akarnya ketika α2 dan α4 elemen konjugate dari α sehingga parity check matrix nya adalah 1 α α2 α3 α4 α5 α6 =   1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1   Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 33. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Definisi 4.4 Definisi 4.4 Misalkan kita mempunyai sebanyak t suku banyak f1(x), f2(x), . . . , ft (x) ∈ F[x], maka kelipatan persekutuan terkecil dari f1(x), f2(x), . . . , ft (x) adalah suku banyak monic dengan derajat terkecil dan merupakan perkalian dari semua suku banyak f1(x), f2(x), . . . , ft (x). Selanjutnya, dinotasikan sebagai lcm(f1(x), f2(x), . . . , ft (x)). Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 34. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Penjeleasan lebih lanjut Jika f1(x), f2(x), ..., ft (x) ∈ Fq[x] dapat difaktorisasi menjadi f1(x) = a1.p1(x)e1,1 . . . pn(x)e1,n f2(x) = a2.p1(x)e2,1 . . . pn(x)e2,n ... ... ft (x) = at .p1(x)et,1 . . . pn(x)et,n dimana pi(x) merupakan suku banyak monic yang irreducible atas Fq maka lcm(f1(x), f2(x), ..., ft (x)) = p1(x)max{e1,1,...,et,1} ...pn(x)max{e1,n,...,et,n} Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 35. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Contoh 4.5 dan Lemma 4.6 Contoh 4.5 Diberikan polinomial biner, f1(x) = (1 + x)2(1 + x + x4)3 f2(x) = (1 + x)(1 + x + x2)2 f3(x) = x2(1 + x + x4) sehingga, lcm(f1(x), f2(x), f3(x)) = x2(1 + x)2(1 + x + x2)2(1 + x + x4)3 Lemma 4.6 Diberikan f1(x),f2(x), . . ., ft (x) suku banyak atas Fq. Jika f(x) habis dibagi oleh semua suku banyak fi(x), ∀i = 1, 2, . . . , t maka f(x) habis dibagi oleh lcm(f1(x), f2(x), . . . , ft (x)) Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 36. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Bukti Lemma 4.6 Bukti. Ambil g(x) = lcm(f1(x), f2(x), . . . , ft (x)). Menggunakan algoritma pembagian maka ada dua suku banyak u(x) dan r(x) atas Fq dengan demikian deg(r(x)) < deg(g(x)) dan f(x) = u(x)g(x) + r(x). Jadi, r(x) = f(x) − u(x)g(x), dan selanjutnya r(x) juga habis dibagi oleh semua fi(x). Ketika g(x) mempunyai derajat terkecil,dengan jelas bahwa r(x) = 0. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 37. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Contoh 4.7 Contoh 4.7 Suku banyak f(x) = x15 − 1 ∈ F2[x] dibagi oleh f1(x) = 1 + x + x2 ∈ F2[x] habis dibagi oleh f1(x) = 1 + x + x2 ∈ F2[x], f2(x) = 1 + x + x4 ∈ F2[x], dan f3(x) = (1 + x + x2)(1 + x3 + x4) ∈ F2[x]. Maka f(x) habis dibagi oleh lcm(f1(x), f2(x), f3(x)) = (1 + x + x2)(1 + x + x4)(1 + x3 + x4). Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 38. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Definisi 4.8 Definisi 4.8 Misalkan α elemen primitif dari Fqm dan dinotasikan oleh Mi(x) merupakan polynomial minimal dari αi terhadap Fq. Sebuah primitif BCH code atas Fq dengan panjang n = qm − 1 didesain dengan distance δ adalah q-ary cyclic code yang dibangun oleh g(x) :=lcm(M(a)(x), M(a+1)(x), . . . , M(a+δ−2)(x)) untuk suatu bilangan bulat a. Lebih jauh, code ini disebut sebagai narrow sense jika a = 1. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 39. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Contoh 4.9 Contoh 4.9 Misalkan β merupakan akar dari 1 + x + x2 ∈ F2[x], maka F4 = F2[β]. Misalkan α menjadi akar dari β + x + x2 ∈ F4[x]. Maka α elemen primitif dari F16. Diberikan narrow-sense 4−ary BCH code dengan panjang 15 didesain dengan distance 4, maka generator polynomialnya adalah g(x) = lcm(M(1)(x), M(2)(x), M(3)(x)) = 1 + βx + βx2 + x3 + x4 + β2x5 + x6. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 40. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Contoh 4.9 Contoh 4.9 Misalkan β merupakan akar dari 1 + x + x2 ∈ F2[x], maka F4 = F2[β]. Misalkan α menjadi akar dari β + x + x2 ∈ F4[x]. Maka α elemen primitif dari F16. Diberikan narrow-sense 4−ary BCH code dengan panjang 15 didesain dengan distance 4, maka generator polynomialnya adalah g(x) = lcm(M(1)(x), M(2)(x), M(3)(x)) = 1 + βx + βx2 + x3 + x4 + β2x5 + x6. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 41. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Parameter BCH Code Teorema 4.10 Diketahui panjang dari BCH code adalah qm − 1. Dimensi dari q − ary BCH code dengan panjang qm − 1 yang dibangun oleh g(x) := lcm(M(α) (x), M(α+1) (x), ..., M(α+δ−2) (x) tidak tergantung dari pemilihan elemen primitif α q − ary BCH code dengan panjang qm − 1 yang didesain dengan distance δ memiliki dimensi setidaknya qm − 1 − m(δ − 1) Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 42. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Parameter BCH Code Teorema 4.10 Diketahui panjang dari BCH code adalah qm − 1. Dimensi dari q − ary BCH code dengan panjang qm − 1 yang dibangun oleh g(x) := lcm(M(α) (x), M(α+1) (x), ..., M(α+δ−2) (x) tidak tergantung dari pemilihan elemen primitif α q − ary BCH code dengan panjang qm − 1 yang didesain dengan distance δ memiliki dimensi setidaknya qm − 1 − m(δ − 1) Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 43. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Contoh dari Teorema 4.10 Contoh 4.11 (i) Diberikan cyclotomic cosets 2 modulo 15 dibawah ini : C2 = {1, 2, 4, 8} C3 = {3, 6, 12, 9}. Maka dimensi dari binary BCH Codes dengan panjang 15 dan didesign dengan distance 3 yang dibangun oleh g(x) :=lcm(M(2), M(3)(x)) adalah 15− | C2 ∪ C3 |= 15 − 8 = 7 (ii) Cyclotomic cosets dari 3 modulo 26 yaitu, C1 = C3 = {1, 3, 9} C2 = {2, 6, 18} C4 = {4, 10, 12} Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 44. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Lanjutan Contoh 4.11 dan Proposisi 4.12 Kemudian dimensi dari ternary BCH codes dengan panjang 26 dan didesain dengan distance 5 yang dibangun oleh g(x) := lcm(M(1)(x), M(2)(x), M(3)(x), M(4)(x)) adalah 26 − |C1 ∪ C2 ∪ C3 ∪ C4| = 26 − 9 = 17 Proposisi 4.12 Narrow sense binary BCH code dengan panjang n = 2m − 1 dan didesain dengan distance δ = 2t + 1 mempunyai dimensi sedikitnya n − m(δ − 1)/2. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 45. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Lanjutan Contoh 4.11 dan Proposisi 4.12 Kemudian dimensi dari ternary BCH codes dengan panjang 26 dan didesain dengan distance 5 yang dibangun oleh g(x) := lcm(M(1)(x), M(2)(x), M(3)(x), M(4)(x)) adalah 26 − |C1 ∪ C2 ∪ C3 ∪ C4| = 26 − 9 = 17 Proposisi 4.12 Narrow sense binary BCH code dengan panjang n = 2m − 1 dan didesain dengan distance δ = 2t + 1 mempunyai dimensi sedikitnya n − m(δ − 1)/2. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 46. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Bukti Proposisi 4.12 Bukti. Sebagaimana cyclotomic cosets Ci dan C2i adalah sama, maka dimensi k memenuhi k = 2m − 1− | 2t i=1 Ci | = 2m − 1− | t i=1 C2i−1 | ≤ 2m − 1 − t i=t | C2i−1 | ≤ 2m − 1 − tm = 2m − 1 − m(δ − 1)/2 Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 47. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Contoh 4.13 Narrow sense binary BCH code dengan panjang 63 didesain dengan distance δ = 5 mempunyai dimensi 51 = 63 − 6(5 − 1)/2. Bagiamanapun, narrow sense binary BCH code dengan panjang 31 didesain dengan distance δ = 11 mempunyai dimensi 11 yang lebih besar daripada 31 − 5(11 − 2)/2. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 48. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Lemma 4.14 Misalkan C q-ary cyclic code dengan panjang n dan generator polynomial g(x). Andaikan α1, . . . , αr akar -akar dari g(x) dan polynomial g(x) tidak mempunyai akar ganda. Maka elemen c(x) ∈ Fq[x]/(xn − 1) adalah codeword C jika hanya jika c(αi) = 0, untuk setiap i = 1, . . . , r. Bukti. Jika c(x) codeword C, maka ada polynomial f(x) dengan demikian c(x) = g(x)f(x). Jadi kita mempunyai c(αi) = g(αi)f(αi) = 0 untuk semua i = 1, . . . , r. Secara konvers, jika c(αi) = 0 untuk i = 1, . . . , r maka c(x) habis dibagi oleh g(x) ketika g(x) tidak mempunyai akar ganda. Ini mengartikan bahwa c(x) adalah codeword C. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 49. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Contoh 4.15 Diberikan binary [7, 4]−Hamming code dengan generator polynomial g(x) = 1 + +x + x3. Semua elemen dari F8{0, 1} adalah akar-akar c(x) = 1 + x + x2 + x3 + x4 + x5 + x6 = (x7 − 1)/(x − 1), semua akar dari g(x) adalah akar-akar c(x). Jadi, 1111111 adalah codeword. Teorema 4.16 BCH code didesain dengan distance(designed distance) δ mempunyai minimum distance sedikitnya δ. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 50. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Contoh 4.15 Diberikan binary [7, 4]−Hamming code dengan generator polynomial g(x) = 1 + +x + x3. Semua elemen dari F8{0, 1} adalah akar-akar c(x) = 1 + x + x2 + x3 + x4 + x5 + x6 = (x7 − 1)/(x − 1), semua akar dari g(x) adalah akar-akar c(x). Jadi, 1111111 adalah codeword. Teorema 4.16 BCH code didesain dengan distance(designed distance) δ mempunyai minimum distance sedikitnya δ. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 51. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Bukti Teorema 4.16 Misalkan α merupakan elemen primitif dari Fqm dan misalkan C adalah BCH code yang dibangun oleh g(x) :=lcm(M(a)(x), M(a+1)(x), . . . , M(a+δ−2)(x)). Dengan jelas bahwa elemen αa, . . . , αa+δ−2 adalah akar-akarnya g(x). Andaikan bahwa minimum distance d dari C lebih kecil daripada δ. Maka ada codeword tak nol c(x) = c0 + c1x + · · · + cn−1xn−1 dengan demikian wt(c(x)) = d < δ. Menggunakan Lemma 4.14, kita mempunyai c(αi) = 0 untuk semua i = a, . . . , a + δ − 2; Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 52. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Lanjutan Bukti Teorema 4.16 Andaikan bahwa minimum distance d dari C lebih kecil daripada δ. Maka ada codeword tak nol c(x) = c0 + c1x + · · · + cn−1xn−1 dengan demikian wt(c(x)) = d < δ. Menggunakan Lemma 4.14, kita mempunyai c(αi) = 0 untuk semua i = a, . . . , a + δ − 2;        1 αa (αa)2 . . . (αa)n−1 1 αa+1 (αa+1)2 . . . (αa+1)n−1 1 αa+2 (αa+2)2 . . . (αa+2)n−1 ... ... ... . . . ... 1 αa+δ−2 (αa+δ−2)2 . . . (αa+δ−2)n−1               c0 c1 c2 ... cn−1        = 0. (1) Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 53. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Lanjutan Bukti Teorema 4.16 Andaikan bahwa minimum distance d dari C lebih kecil daripada δ. Maka ada codeword tak nol c(x) = c0 + c1x + · · · + cn−1xn−1 dengan demikian wt(c(x)) = d < δ. Menggunakan Lemma 4.14, kita mempunyai c(αi) = 0 untuk semua i = a, . . . , a + δ − 2;        1 αa (αa)2 . . . (αa)n−1 1 αa+1 (αa+1)2 . . . (αa+1)n−1 1 αa+2 (αa+2)2 . . . (αa+2)n−1 ... ... ... . . . ... 1 αa+δ−2 (αa+δ−2)2 . . . (αa+δ−2)n−1               c0 c1 c2 ... cn−1        = 0. (1) Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 54. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Asumsikan bahwa c(x) adalah R = {i1, . . . , id }, cj = 0 jika hanya jika j ∈ R. Maka persamaan (1) menjadi        (αa)i1 (αa)i2 (αa)i3 . . . (αa)id (αa+1)i1 (αa+1)i2 (αa+1)i3 . . . (αa+1)id (αa+2)i1 (αa+2)i2 (αa+2)i3 . . . (αa+2)id ... ... ... ... ... (αa+δ−2)i1 (αa+δ−2)i2 (αa+δ−2)i3 . . . (αa+δ−2)id               ci1 ci2 ci3 ... cid        = 0. (2) Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 55. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Asumsikan bahwa c(x) adalah R = {i1, . . . , id }, cj = 0 jika hanya jika j ∈ R. Maka persamaan (1) menjadi        (αa)i1 (αa)i2 (αa)i3 . . . (αa)id (αa+1)i1 (αa+1)i2 (αa+1)i3 . . . (αa+1)id (αa+2)i1 (αa+2)i2 (αa+2)i3 . . . (αa+2)id ... ... ... ... ... (αa+δ−2)i1 (αa+δ−2)i2 (αa+δ−2)i3 . . . (αa+δ−2)id               ci1 ci2 ci3 ... cid        = 0. (2) Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 56. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Asumsikan bahwa c(x) adalah R = {i1, . . . , id }, cj = 0 jika hanya jika j ∈ R. Maka persamaan (1) menjadi        (αa)i1 (αa)i2 (αa)i3 . . . (αa)id (αa+1)i1 (αa+1)i2 (αa+1)i3 . . . (αa+1)id (αa+2)i1 (αa+2)i2 (αa+2)i3 . . . (αa+2)id ... ... ... ... ... (αa+δ−2)i1 (αa+δ−2)i2 (αa+δ−2)i3 . . . (αa+δ−2)id               ci1 ci2 ci3 ... cid        = 0. (2) Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 57. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Lanjutan Bukti Teorema 4.16 Ketika d ≤ δ − 1, kita mendapatkan sistem persamaan dibawah ini dengan memilih persamaan d yang pertama sistem persamaan diatas sehingga didapatkan :        (αa)i1 (αa)i2 (αa)i3 . . . (αa)id (αa+1)i1 (αa+1)i2 (αa+1)i3 . . . (αa+1)id (αa+2)i1 (αa+2)i2 (αa+2)i3 . . . (αa+2)id ... ... ... . . . ... (αa+d−1)i1 (αa+d−1)i2 (αa+d−1)i3 . . . (αa+d−1)id               ci1 ci2 ci3 ... cid        = 0. (3) Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 58. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Lanjutan Bukti Teorema 4.16 Ketika d ≤ δ − 1, kita mendapatkan sistem persamaan dibawah ini dengan memilih persamaan d yang pertama sistem persamaan diatas sehingga didapatkan :        (αa)i1 (αa)i2 (αa)i3 . . . (αa)id (αa+1)i1 (αa+1)i2 (αa+1)i3 . . . (αa+1)id (αa+2)i1 (αa+2)i2 (αa+2)i3 . . . (αa+2)id ... ... ... . . . ... (αa+d−1)i1 (αa+d−1)i2 (αa+d−1)i3 . . . (αa+d−1)id               ci1 ci2 ci3 ... cid        = 0. (3) Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 59. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Lanjutan Bukti Teorema 4.16 Ketika d ≤ δ − 1, kita mendapatkan sistem persamaan dibawah ini dengan memilih persamaan d yang pertama sistem persamaan diatas sehingga didapatkan :        (αa)i1 (αa)i2 (αa)i3 . . . (αa)id (αa+1)i1 (αa+1)i2 (αa+1)i3 . . . (αa+1)id (αa+2)i1 (αa+2)i2 (αa+2)i3 . . . (αa+2)id ... ... ... . . . ... (αa+d−1)i1 (αa+d−1)i2 (αa+d−1)i3 . . . (αa+d−1)id               ci1 ci2 ci3 ... cid        = 0. (3) Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 60. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Lanjutan Bukti Teorema 4.16 Ketika d ≤ δ − 1, kita mendapatkan sistem persamaan dibawah ini dengan memilih persamaan d yang pertama sistem persamaan diatas sehingga didapatkan :        (αa)i1 (αa)i2 (αa)i3 . . . (αa)id (αa+1)i1 (αa+1)i2 (αa+1)i3 . . . (αa+1)id (αa+2)i1 (αa+2)i2 (αa+2)i3 . . . (αa+2)id ... ... ... . . . ... (αa+d−1)i1 (αa+d−1)i2 (αa+d−1)i3 . . . (αa+d−1)id               ci1 ci2 ci3 ... cid        = 0. (3) Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 61. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Determinan D koefisien matriks persamaan diatas adalah sama dengan D = d j=1 (αa )ij det        1 1 1 . . . 1 αi1 αi2 αi3 . . . αid (α2)i1 (α2)i2 (α2)i3 . . . (α2)id ... ... ... . . . ... (αd−1)i1 (αd−1)i2 (αd−1)i3 . . . (αd−1)id        (4) = d j=1 (αa )ij k>l (αik − αil ) = 0. Dengan mengkombinasikan persamaan (44) dan (4), kita mendapatkan (ci1 , . . . , cid ) = 0 sehingga kontradiksi. Jadi terbukti Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 62. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Determinan D koefisien matriks persamaan diatas adalah sama dengan D = d j=1 (αa )ij det        1 1 1 . . . 1 αi1 αi2 αi3 . . . αid (α2)i1 (α2)i2 (α2)i3 . . . (α2)id ... ... ... . . . ... (αd−1)i1 (αd−1)i2 (αd−1)i3 . . . (αd−1)id        (4) = d j=1 (αa )ij k>l (αik − αil ) = 0. Dengan mengkombinasikan persamaan (44) dan (4), kita mendapatkan (ci1 , . . . , cid ) = 0 sehingga kontradiksi. Jadi terbukti Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 63. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Contoh Contoh 4.17 Misalkan α akar dari 1 + x + x3 ∈ F2[x], dan misalkan C binary BCH code dengan panjang 7 didesain dengan distance 4 yang dibangun oleh g(x) = lcm(M(0) (x), M(1) (x), M(2) (x)) = 1 + x2 + x3 + x4 Maka d(C) ≤ wt(g(x)) = 4. Disisi lain dengan menggunakan teorema 4.16 didapat d(C) ≥ 4. Jadi, d(C) = 4. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 64. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Decoding BCH Codes Pada bagian akan diberikan algoritma dalam decoding BCH code yang dibagi menjadi 3 yaitu : Menghitung syndrome Menemukan error locator polynomial Menemukan semua akar dari error locator polynomial Untuk menyederhanakannya, kita hanya akan mendiskusikan decoding narrow sense binary BCH codes. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 65. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Decoding BCH Codes Pada bagian akan diberikan algoritma dalam decoding BCH code yang dibagi menjadi 3 yaitu : Menghitung syndrome Menemukan error locator polynomial Menemukan semua akar dari error locator polynomial Untuk menyederhanakannya, kita hanya akan mendiskusikan decoding narrow sense binary BCH codes. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 66. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Decoding BCH Codes Pada bagian akan diberikan algoritma dalam decoding BCH code yang dibagi menjadi 3 yaitu : Menghitung syndrome Menemukan error locator polynomial Menemukan semua akar dari error locator polynomial Untuk menyederhanakannya, kita hanya akan mendiskusikan decoding narrow sense binary BCH codes. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 67. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Decoding BCH Codes Misalkan C narrow sense binary BCH codes dengan panjang n = 2m − 1 dan design distance δ = 2t + 1 yang dibangun oleh g(x) := lcm(M(1)(x), M(2)(x), . . . , M(δ−1)(x)), dimana M(i)(x) adalah polynomial minimal dari αi terhadap F2 untuk elemen primitif α ∈ F2m . Ambil H =        1 α (α)2 . . . (α)n−1 1 α2 (α2)2 . . . (α2)n−1 1 α3 (α3)2 . . . (α3)n−1 ... ... ... . . . ... 1 αδ−1 (αδ−1)2 . . . (αδ−1)n−1        (5) Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 68. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Lanjutan Decoding BCH codes Maka bisa ditunjukkan bahwa word c ∈ Fn 2 adalah codeword C jika hanya jika cHT = 0. Selanjutnya, kita bisa mendefinisikan sindrome SH(w) dari w ∈ Fn 2 terhadap H adalah wHT . Andaikan bahwa w(x) = w0 + w1x + . . . + wn−1xn−1 word yang diterima dengan error polynomial e(x) memenuhi wt(e(x)) ≤ t. Ambil c(x) = w(x) − e(x) maka c(x) adalah codeword. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 69. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Lanjutan Decoding BCH codes Maka bisa ditunjukkan bahwa word c ∈ Fn 2 adalah codeword C jika hanya jika cHT = 0. Selanjutnya, kita bisa mendefinisikan sindrome SH(w) dari w ∈ Fn 2 terhadap H adalah wHT . Andaikan bahwa w(x) = w0 + w1x + . . . + wn−1xn−1 word yang diterima dengan error polynomial e(x) memenuhi wt(e(x)) ≤ t. Ambil c(x) = w(x) − e(x) maka c(x) adalah codeword. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 70. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Tahap 1. Menghitung Sindrome Sindrome w(x) adalah (s0, s1, . . . , sδ−2) := (w0, w1, . . . , wn−1)HT sehingga si = w(αi+1) = e(αi+1) untuk setiap i = 0, 1, . . . , δ − 2, ketika αi+1 adalah akar-akar dari g(x). Asumsikan bahwa error diambil di posisi i0, i1, . . . , il−1 dengan l ≤ t didapat e(x) = xi0 + xi1 + · · · + xil−1 (6) Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 71. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Lanjutan Tahap 1.Menghitung Sindrome Maka kita mendapatkan sistem persamaan αi0 + αi1 + · · · + αil−1 = s0=w(α), (αi0 )2 + (αi1 )2 + · · · + (αil−1 )2 = s1 =w(α2), ... ... ... (αi0 )δ−1 + (αi1 )δ−1 + · · · + (αil−1 )δ−1 = sδ−2=w(αδ−1). (7) sebarang metode diatas untuk menyelesaikan sistem persamaan diatas merupakan algoritma decoding untuk BCH codes. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 72. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Tahap 2. Menemukan error locator polynomial Untuk e(x) = xi0 + xi1 + · · · + xil−1 , didefinisikan error locator polynomial oleh σ(z) := l−1 j=0 (1 − αij z). Ini dapat ditemukan bahwa posisi error ij sejauh semua akar-akar σ(z) yang diketahui. Untuk tahap ini, kita harus menentukan error locator polynomial σ(z). Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 73. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Teorema Teorema 4.18 Andaikan polynomial sindrome s(z) = δ−2 j=0 sjzj adalah bukan polynomial nol. Maka terdapat polynomial tak nol r(z) ∈ F2m [z] dengan demikian deg(r(z)) ≤ t − 1, gcd(r(z), σ(z)) = 1 dan r(z) ≡ s(z)σ(z) (mod zδ−1 ) (8) Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 74. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Lanjutan Teorema 4.18 Lebih jauh, untuk sebarang pasangan (u(z), v(z)) polynomial tak nol atas F2m memenuhi deg(u(z)) ≤ t − 1, deg(v(z)) ≤ t dan u(z) ≡ s(z)v(z) (mod zδ−1 ) (9) Kita mempunyai σ(z) = βv(z), r(z) = βu(z), (10) untuk elemen tak nol β ∈ F2m . Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 75. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Tahap 3. Menemukan akar -akar error locator polynomial Untuk melakukannya, kita bisa mencari semua kemungkinan akar -akar dengan menggunakan σ(z) di αi, untuk semua i = 1, 2, . . . . . Setelah semua akar -akarnya αi1 , . . . , αil dari σ(z) ditemukan, kita mendapatkan error polynomial persamaan Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 76. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Contoh 4.18 Contoh 4.19 Misalkan α akar dari g(x) = 1 + x + x3 ∈ F2[x]. Maka Hamming code yang dibangun oleh g(x) =lcm(M(1)(x), M(2)(x)) mempunyai design distance δ = 3. Andaikan bahwa w(x) = 1 + x + x2 + x3 word yang diterima. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 77. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Contoh 4.18 Menghitung sindrome : (s0, s1) = (w(α), w(α2 )) = (α2 , α4 ) Menemukan error locator polynomial : Selesaikan kongruensi polynomial r(z) ≡ s(z)σ(z) (mod z2 ) dengan deg(r(z)) = 0 dan deg(σ(z)) ≤ 1, dan s(z) = α2 + α4 z. Kita mempunyai σ(z) = 1 + α2z dan r(z) = α2. Selanjutnya didapat error di tempat ketiga. Jadi, kita bisa memperbaiki(decode) w(x) ke w(x) − x2 = 1 + x + x3 = 1101000. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 78. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Contoh 4.18 Menghitung sindrome : (s0, s1) = (w(α), w(α2 )) = (α2 , α4 ) Menemukan error locator polynomial : Selesaikan kongruensi polynomial r(z) ≡ s(z)σ(z) (mod z2 ) dengan deg(r(z)) = 0 dan deg(σ(z)) ≤ 1, dan s(z) = α2 + α4 z. Kita mempunyai σ(z) = 1 + α2z dan r(z) = α2. Selanjutnya didapat error di tempat ketiga. Jadi, kita bisa memperbaiki(decode) w(x) ke w(x) − x2 = 1 + x + x3 = 1101000. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 79. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Pengantar BCH Codes Parameter BCH Code Decoding BCH Code Contoh 4.18 Menghitung sindrome : (s0, s1) = (w(α), w(α2 )) = (α2 , α4 ) Menemukan error locator polynomial : Selesaikan kongruensi polynomial r(z) ≡ s(z)σ(z) (mod z2 ) dengan deg(r(z)) = 0 dan deg(σ(z)) ≤ 1, dan s(z) = α2 + α4 z. Kita mempunyai σ(z) = 1 + α2z dan r(z) = α2. Selanjutnya didapat error di tempat ketiga. Jadi, kita bisa memperbaiki(decode) w(x) ke w(x) − x2 = 1 + x + x3 = 1101000. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 80. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Kesimpulan BCH Code merupakan generalisasi dari Hamming code dan didefinisikan dari kelipatan persekutuaan terkecil dari suku banyak monic dengan derajat terkecil atau lcm(f1(x), f2(x), . . . , ft (x)) Didalam pembahasan paper ini hanya dibahas BCH code sebagai suku banyak. Adapun penerapan dari BCH codes sendiri adalah sistem komunikasi via satelit, pemutar CD(compact disk), DVD, disk drivers, dan barcode dua dimensi. Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 81. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Thank you for your attention Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 82. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Thank you for your attention Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 83. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Thank you for your attention Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes
  • 84. Pendahuluan Motivasi Dasar Teori Pembahasan Kesimpulan Thank you for your attention Wawin,Qori, Aliyah, Hirwanto BCH Codes