SlideShare a Scribd company logo
TUGAS MATA KULIAH ANALISIS REAL



     INTEGRAL RIEMANN-STIELTJES
    DITINJAU DARI BENTUK RIEMANN




           JOKO SOEBAGYO
              7826120981




       PROGRAM PASCASARJANA
      FAKULTAS PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
     UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
                2013
Ringkasan




   Integral Riemann-Stieltjes dinamakan sesuai pencetusnya yaitu Georg Fri-
edrich Bernhard Riemann (17 September 1826 s.d 20 July 1866) dan Thomas
Joannes Stieltjes (29 December 1856 s.d 31 December 1894). Georg Frie-
drich Bernhard Riemann adalah matematikawan Jerman yang berpengaruh
dan memberikan kontribusi yang besar terhadap analisis, teori bilangan dan
diferensial geometri. Sedangkan Thomas Joannes Stieltjes adalah matemati-
kawan Belanda yang merupakan pionir dalam bidang moment problems dan
memberikan kontribusi dalam bidang continued fractions.


   Integral Riemann-Stieltjes adalah generalisasi dari integral Riemann. Di-
mana integral Riemann dinotasikan:
                                           b
                                               f (x)dx
                                       a

   Sedangkan Integral Riemann Stieltjes dinotasikan dengan:
                           b                            b
                               f dα   atau                  f (x)dα(x)
                       a                            a




                                                                     Jakarta, Desember 2012




                                                                                  Penyusun




                                                1
1      Partisi

1.1      Konsep Partisi

Definisi 1.1.1. Jika I := [a,b] sebuah interval di R maka sebuah partisi dari interval
I pasti terbatas, ada himpunan berurut P := (x0 , x1 , ..., xn−1 , xn ) dari titik-titik di
dalam I sedemikian hingga


                               a = x0 < x1 < x2 < ... < xn = b


    Titik-titik di P berguna untuk membagi-bagi I = [a, b] ke dalam subinterval
yang tidak saling tumpang tindih


                     I1 := [x0 , x1 ], I2 := [x1 , x2 ], ..., In := [xn−1 , xn ]


Contoh 1.1.2. Jika I := [0,6] sebuah interval di R maka sebuah partisi dari interval
I pasti terbatas, ada himpunan berurut P := (x0 = 0, 1.1, 2, 3.2, 4, 6 = x5 ) dari titik-
titik di dalam I sedemikian hingga

                            x0 = 0 < 1.1 < 2 < 3.2 < 4 < 6 = x5

Titik-titik di P berguna untuk membagi-bagi I = [0, 6] ke dalam subinterval yang
tidak saling tumpang tindih

      I1 := [x0 = 0, 1.1], I2 := [1.1, 2], I3 := [2, 3.2], I4 := [3.2, 4], I5 := [4, 6 = x5 ]

angka 5 adalah angka dari subinterval dalam partisi [0,6] yang membagi partisi
kedalam 5 bagian. Dan ∆xi = xi − xi−1 tidak harus selalu sama



2      Jumlah dan Integral Riemann

2.1      Jumlah Riemann

Definisi 2.1.1. Misal I = [a,b] interval di R dan f : [a,b] → R fungsi terbatas.
Untuk setiap himpunan terbatas dari titik-titik {x0 , x1 , ..., xn } sedemikian hingga

                                                 2
a = x0 < x1 < x2 < ... < xn = b, dan f berkorespondensi ke setiap partisi P dari I


   Maka jumlah Riemann atas dan bawah dari f yang berpadanan dengan
partisi P didefinisikan sebagai:

                                          n
                       U (P, f ) =        i=1   Mi ∆xi dengan Mi = sup f (x)

                                          n
                        L(P, f ) =        i=1   mi ∆xi dengan mi = inf f (x)


           dimana x ∈ [xi−1 , xi ]                ∆xi = xi − xi−1                (i = 1, 2, ..., n)


2.2       Integral Riemann

Definisi 2.2.1. Jika
                                    n                                    n
                           lim           Mi ∆xi      dan     lim              mi ∆xi
                          |P |→0                             |P |→0
                                   i=1                                  i=1

ada, maka

               b                                                   b
              a
                   f (x)dx = inf U (P, f )           dan          a
                                                                       f (x)dx = sup L(P, f )

Dimana infimum dan supremum diambil dari semua partisi P dari [a,b].



                                             b                b
                                    Jika    a
                                                 f (x)dx =   a
                                                                  f (x)dx


maka dikatakan f terintegralkan Riemann di [a, b], atau f ∈ R[a, b],
                              b
ditulis dengan notasi:       a
                                  f (x)dx

Teorema 2.2.1. Integral atas dan bawah terdefinisi untuk setiap batas fungsi f

Bukti :
   Ambil M = batas atas dan m = batas bawah dari f(x) di [a,b] maka

                              m ≤ f (x) ≤ M untuk (a ≤ x ≤ b)




                                                      3
Sehingga Mi ≤ M dan mi ≥ m untuk (i = 1, 2, ...n) dimana Mi dan mi meru-
pakan supremum dan infimum dari f (x) di (x1−1 , xi ) untuk beberapa partisi P dari
[a,b].
                       n                   n
Maka L(P, f ) =        i=1   mi ∆xi ≥      i=1   m∆xi dimana ∆xi = xi−1 − xi
                               n
Sehingga L(P, f ) ≥ m          i=1   ∆xi
Karena:
    n
    i=1   ∆xi = (x1 − x0 ) + ... + (xn − xn−1 ) = xn − X0 = b − a
Maka L(P, f ) ≥ m(b − a)
Untuk U (P, f ) sama seperti sebelumnya, sehingga diperoleh:
U (P, f ) ≤ M (b − a) sehingga
m(b − a) ≤ L(P, f ) ≤ U (P, f ) ≤ M (b − a)
Dengan demikian integral atas dan bawah terdefinisi untuk setiap fungsi f.



3         Generalisasi Riemann

3.1        Konsep Generalisasi Riemann

Generalisasi Riemann yang dimaksud adalah ketika:


                                           ∆xi = xi − xi−1


terkait dengan sebuah partisi:


                        P = {a = x0 , x1 , ..., xn−1 , xn = b} dari [a,b]


ada bentuk yang lebih umum yaitu:


                         ∆αi = α(xi ) − α(xi−1 ) dengan 1 ≤ i ≤ n


     dimana α : [a, b] → R adalah monoton naik. Inilah yang membawa kita dalam
bentuk Integral Riemann-Stieltjes terkait dengan sebuah fungsi monoton naik
α : [a, b] → R



                                                    4
4     Partisi Penghalus

4.1     Partisi Penghalus dan Penghalus Bersama

Definisi 4.1.1. Misalkan P ∗ dan P merupakan sebarang partisi dari interval I:=[a,b].
Partisi P ∗ disebut penghalusan (refinement) dari P jika P ⊂ P ∗

Definisi 4.1.2. Jika diberikan dua sebarang partisi lainnya dari interval I:=[a,b]
katakanlah P1 dan P2 , maka P ∗ disebut pernghalusan bersama dari P1 dan P2 jika
P ∗ = P1 ∪ P2 .

    Pernyataan bahwa partisi P ∗ disebut penghalusan dari partisi P mengandung
arti bahwa partisi P ∗ lebih halus dengan kata lain lebih baik dari partisi P. Dalam
hal ini maksudnya adalah bahwa setiap titik partisi dari P juga merupakan suatu
titik dari partisi P ∗ .



5     Jumlah dan integral Riemann-Stieltjes

5.1     Jumlah Riemann-Stieltes

Definisi 5.1.1. Misal I = [a,b] interval di R dan f : [a,b] → R fungsi terbatas.
Untuk setiap himpunan terbatas dari titik-titik {x0 , x1 , ..., xn } sedemikian hingga
a = x0 < x1 < x2 < ... < xn = b, dan α berkorespondensi ke setiap partisi P dari I
dinotasikan dengan ∆αi = α(xi ) − α(xi−1 )


    Maka jumlah Riemann-Stieltjes atas dan bawah dari f terhadap α yang
berpadanan dengan partisi P didefinisikan sebagai:

                                    n
                    U (P, f, α) =   i=1   Mi ∆αi dengan Mi = sup f (x)

                                    n
                    L(P, f, α) =    i=1   mi ∆αi dengan mi = inf f (x)


      dimana x ∈ [xi−1 , xi ]       ∆αi = α(xi ) − α(xi−1 )       (i = 1, 2, ..., n)


                                              5
5.2       Integral Riemann-Stieltjes dari Fungsi Bernilai Real

Untuk menunjukkan keberadaan integral Riemann-Stieltjes dari suatu fungsi berni-
lai real yang berkaitan dengan jumlah atas dan jumlah bawah serta integral atas
dan integral bawah dari fungsi tersebut, diperlukan kondisi perlu dan cukup sebagai
berikut:

Definisi 5.2.1. Jika
                                    n                                        n
                            lim           Mi ∆αi      dan      lim               mi ∆αi
                           |P |→0                             |P |→0
                                    i=1                                  i=1

ada, maka

            b                                                       b
           a
                f (x)dαx = inf U (P, f, α)             dan         a
                                                                        f (x)dαx = sup L(P, f, α)

Dimana infimum dan supremum diambil dari semua partisi dari [a,b].



                                           b                   b
                               Jika       a
                                               f (x)dα(x) =   a
                                                                   f (x)dα(x)


maka dikatakan f terintegralkan Riemann-Stieltjes terhadap α yang berpadanan
                                                                         b
di [a, b], atau f ∈ Rα [a, b], ditulis dengan notasi:                   a
                                                                             f (x)dα(x)

Definisi 5.2.2. f dikatakan terintegralkan Riemann-Stieltjes terhadap α di
I jika ada A ∈ R sedemikian hingga diberikan                        > 0 ada sebuah partisi P dari I,
untuk semua P penghalus dari P dan setiap pemilihan titik x ∈ [xi−1 , xi ], diperoleh

                                               |S(P, f, α) − A| <

Jika A ada, maka dikatakan sebagai integral Riemann-Stieltjes dari f ter-
hadap α. f disebut integran dan α disebut integrator. ditulis dengan notasi:
  b
 a
      f (x)dα(x)




                                                        6
6      Teorema-teorema Pendukung

6.1       Partisi Penghalus dari Sebuah Partisi

Teorema 6.1.1. Jika P ∗ adalah penghalus dari P maka:
L(P, f, α) ≤ L(P∗ ,f,α) ..... (i)
dan
L(U, f, α) ≥ U (P∗ ,f,α) ..... (ii)



Bukti :
    Misalkan P ∗ berisi hanya satu titik x∗ lebih banyak dari P sedemikian hingga
xi−1 < x∗ < xi dimana xi−1 dan xi adalah dua titik yang saling berurutan dari P.
Misal:
w1 = inf f (x) untuk (xi−1 ≤ x ≤ x∗ ) dan w2 = inf f (x) untuk (x∗ ≤ x ≤ xi )
Maka jelas w1 ≥ mi dan w2 ≥ m1
dimana
mi = inf f (x) untuk (xi−1 ≤ x ≤ x)
Oleh karena itu
L(P ∗ , f, α) − L(P, f, α) =
= w1 [α(x∗ ) − α(xi−1 )] + w2 [α(xi ) − α(x∗ )] − mi [α(xi ) − α(xi−1 )]
= w1 [α(x∗ ) − α(xi−1 )] + w2 [α(xi ) − α(x∗ )] − mi [α(xi ) − α(x∗ ) + α(x∗ ) − α(xi−1 )]
= (w1 − mi ) [α(x∗ ) − α(xi−1 )] + (w2 − mi ) [α(xi ) − α(x∗ )]
jika α adalah fungsi monoton naik, maka:
α(x∗ ) − α(xi−1 ) ≥ 0 dan α(xi ) − α(x∗ ) ≥ 0
Sehingga L(P ∗ , f, α) − L(P, f, α) ≥ 0
atau
L(P, f, α) ≤ L(P ∗ , f, α) dan ini sama dengan (i )


    Jika P ∗ berisi k titik lebih banyak dari P, kita ulangi hal yang sama sebanyak
k kali seperti kita dapatkan (i )

                                            7
Misal:
W1 = supf (x) untuk (xi−1 ≤ x ≤ x∗ ) dan W2 = supf (x) untuk (x∗ ≤ x ≤ xi )
Maka jelas Mi ≥ W1 dan Mi ≥ W2
dimana
U (P, f, α) − U (P ∗ , f, α) =
= Mi [α(xi ) − α(xi−1 )] − W1 [α(x∗ ) − α(xi−1 )] − W2 [α(xi ) − α(x∗ )]
= Mi [α(xi ) − α(x∗ ) + α(x∗ ) − α(xi−1 )] − W1 [α(x∗ ) − α(xi−1 )] − W2 [α(xi ) − α(x∗ )]
= (Mi − W1 ) [α(x∗ ) − α(xi−1 )] + (Mi − W2 ) [α(xi ) − α(x∗ )]
jika α adalah fungsi monoton naik, maka:
α(x∗ ) − α(xi−1 ) ≥ 0 dan α(xi ) − α(x∗ ) ≥ 0
Sehingga U (P, f, α) − U (P ∗ , f, α) ≥ 0
atau
U (P, f, α) ≥ U (P ∗ , f, α) dan ini sama dengan (ii )




6.2       Fungsi Bernilai real

Teorema 6.2.1. Misalkan f adalah fungsi bernilai real yang terdefinisi di [a,b] dan
α adalah fungsi monoton naik di [a,b], maka supL(P, f, α) ≤ inf U (P, f, α)
dengan kata lain:
  b                   b
 a
      f (x)dα(x) ≤   a
                          f (x)dα(x)

Bukti :
      Misal P ∗ adalah penghalus bersama dari dua partisi P1 dan P2 , maka:
L(P1 , f, α) ≤ L(P ∗ , f, α) ≤ U (P ∗ , f, α) ≤ U (P2 , f, α)
Oleh karena itu L(P1 , f, α) ≤ U (P2 , f, α) ....(i )
Jika P2 adalah tetap dan supremum diambil dari semua P1 maka dari (i ) didapat:
  b
 a
      f (x)dα(x) ≤ U (P2 , f, α)
Jika P1 adalah tetap dan supremum diambil dari semua P2 maka dari (i ) didapat:
  b                   b
 a
      f (x)dα(x) ≤   a
                          f (x)dα(x)



                                               8
6.3          Kriteria Cauchy

Teorema 6.3.1. Misal f ∈ R(α) di [a,b] jika untuk setiap                          > 0 ada sebuah partisi
P yang eksis, sedemikian hingga U (P, f, α) − L(P, f, α) <

Bukti :
      Misal:
U (P, f, α) − L(P, f, α) < ........(i )
Maka:
                     b                        b
L(P, f, α) ≤        a
                         f (x)dα(x) ≤        a
                                                  f (x)dα(x) ≤ U (P, f, α)
Sehingga:
  b
 a
      f (x)dα(x) − L(P, f, α) ≥ 0
dan
                     b
U (P, f, α) −       a
                         f (x)dα(x) ≥ 0
Dengan menjumlahkan keduanya, kita peroleh:


        b                                                         b
       a
            f (x)dα(x) − L(P1 , f, α) + U (P, f, α) −            a
                                                                      f (x)dα(x) ≥ 0


        b                        b
       a
            f (x)dα(x) −        a
                                     f (x)dα(x) + U (P, f, α) − L(P, f, α) ≥ 0


        b                        b
       a
            f (x)dα(x) −        a
                                     f (x)dα(x) − U (P, f, α) + L(P1 , f, α) ≤ 0


      dari (i ), kita peroleh:


        b                        b
       a
            f (x)dα(x) −        a
                                     f (x)dα(x) ≤ U (P, f, α) − L(P1 , f, α) <
Dengan kata lain:
         b                        b
0≤      a
             f (x)dα(x) −        a
                                      f (x)dα(x) <
Sehingga:
  b                        b
 a
      f (x)dα(x) =        a
                               f (x)dα(x) dengan kata lain f ∈ R(α)


      Sebaliknya, misal f ∈ R(α) dan                    > 0 maka:

                                                           9
b                         b                              b
 a
      f (x)dα(x) =         a
                                f (x)dα(x) =              a
                                                               f (x)dα(x)


                  b                                                                   b
Adapun           a
                      f (x)dα(x) = inf U (P, f, α) dan                               a
                                                                                          f (x)dα(x) = supL(P, f, α)
Ada partisi P1 dan P2 yang eksis sedemikian hingga:

                                                                    b
                                  U (P2 , f, α) −                       f (x)dα(x) < ........(ii)
                                                                a                   2

                                            U (P2 , f, α) −                  <                f (x)dα(x)
                                                                         2
dan

                                       b
                                           f (x)dα(x) − L(P1 , f, α) < ........(iii)
                                   a                                  2

                                                 f (x)dα(x) ≤ L(P1 , f, α) +
                                                                                                      2
Ambil P sebagai penghalus bersama dari P1 dan P2 , maka:

                                                      b
  U (P, f, α) ≤ U (P2 , f, α) <                           f (x)dα(x) +                        < L(P1 , f, α) + ≤ L(P, f, α) +
                                                  a                                       2
Dengan demikian:
U (P, f, α) − L(P, f, α) <

Teorema 6.3.2. a) Jika U (P, f, α) − L(P, f, α) <                                                   berlaku untuk beberapa P dan
  (dengan             yang sama) maka berlaku juga untuk setiap penghalus dari P
b) Jika U (P, f, α) − L(P, f, α) < berlaku untuk P = x0 , ..., xn dan si , ti adalah titik
yang berubah-ubah di [xi−1 , xi ], maka :
      n
      i=1   |f (si ) − f (ti )| ∆αi <
c)Jika f ∈ R(α) dan hipotesis dari (b) berlaku, maka:

                                            n                                    b
                                                 f (ti )∆αi −                        f (x)dα(x) <
                                           i=1                               a

Bukti :
       a) Misal P ∗ adalah penghalus bersama P, maka:


                                                                          10
L(P, f, α) ≤ L(P ∗ , f, α)

                                                      dan

                                        U (P ∗ , f, α) ≤ U (P, f, α)

Sehingga:


                 L(P, f, α) + U (P ∗ , f, α) ≤ L(P ∗ , f, α) + U (P ∗ , f, α)

                    U (P ∗ , f, α) − L(P ∗ , f, α) ≤ U (P, f, α)L(P, f, α)

                                       U (P, f, α) − L(P, f, α) <

                                      U (P ∗ , f, α) − L(P ∗ , f, α) <

   b) P = x0 , ...xn dan si , ti adalah titik yang berubah-ubah di [xi−1 , xi ], maka:
f (si ) dan f (ti ) keduanya terletak di [mi , Mi ], sehingga:

                                        |f (si ) − f (ti )| ≤ Mi − mi

                              |f (si ) − f (ti )| ∆αi ≤ Mi ∆αi − mi ∆αi
                    n                                       n              n
                            |f (si ) − f (ti )| ∆αi ≤           Mi ∆αi −         mi ∆αi
                   i=1                                    i=1              i=1
                        n
                             |f (si ) − f (ti )| ∆αi ≤ U (P, f α) − L(P, f, α)
                    i=1

                                       U (P, f, α) − L(P, f, α) <
                                         n
                                              |f (si ) − f (ti )| ∆αi <
                                        i=1

   c)
                                               mi ≤ f (ti ) ≤ Mi

                                    mi ∆αi ≤          f (ti )∆αi ≤        Mi ∆αi

                             L(P, f, α) ≤             f (ti )∆αi ≤ U (P, f, α)
                                b
dan juga L(P, f, α) ≤          a
                                    f (x)dα(x) ≤ U (P, f, α)


                                                       11
Dengan menggunakan (b) kita mendapatkan:

                                                     b
                                 f (ti )∆αi −            f (x)dα(x) <
                                                 a

Teorema 6.3.3. Jika f kontinu di [a,b] maka f ∈ R(α) di [a,b]

Bukti :
    Ambil > 0, pilih β > 0 maka:

                                     [α(b) − α(a)] β <

f kontinu di [a,b] maka f secara seragam kontinu di [a,b] Ada δ > 0 sedemikian
hingga:
|f (s) − f (t) < β jika x ∈ [a, b], t ∈ [a, b], dan |x − t| < δ .... (i )
Jika P adalah suatu partisi dari[a,b] sedemikian hingga ∆xi < δ untuk semua i
maka implikasi dari (i ) bahwa Mi − mi ≤ β untuk i = 1,2,...,n
⇒ U (P, f, α) − L(P, f, α) =        Mi ∆αi −             mi ∆αi
=    (Mi − mi )∆αi
≤β        ∆αi = β[α(b) − α(a)] <
⇒f ∈ R(α) oleh kriteria Cauchy

Teorema 6.3.4. Jika f monoton di [a,b] dan jika α kontinu di [a,b] maka f ∈ R(α)

Bukti :
    Ambil     > 0 bilangan postif. Untuk setiap integer positif n, pilih sebuah partisi
P = {x0 , x1 , ..., xn } di [a,b] sedemikian hingga:

                                    α(b) − α(a)
                            ∆αi =               , i = 1, 2, ..., n
                                         n

    Maka α kontinu dan monoton naik di interval tutup [a,b] dan sekaligus menga-
sumsikan setiap nilai diantaranya terbatas, α(a) dan α(b).
Misal f monoton naik di [a,b], maka batas-batas atas dan bawah, Mi dan mi di
[xi−1 , xi ] adalah mi = f (xi−1 ) dan Mi = f (xi ) serta i = 1, 2, ..., n Maka:
U (P, f, α) − L(P, f, α) =

                                                12
n
=     i=1 (Mi   − mi )∆αi
    α(b)−α(a)    n                               α(b)−α(a)   n
=       n        i=1 [f (xi )   − f (xi−1 )] =       n       i=1 [f (b)   − f (a)] <   jika n diambil
cukup besar
Sehingga f ∈ R(α) di [a,b]
Catatan:
Ketika f ∈ R(α) salah satu diantara dua berikut:
i) f kontinu jika α monoton atau
ii) f monoton dan α kontinu, maka tentu saja α tetap monoton



7      Catatan

    1. Integral Riemann adalah kasus khusus dari integral Riemann-Stieltjes ketika
       α(x) = x

    2. Integral bergantung kepada f, α, a dan b tapi tidak terhadap variabel integral



8      Daftar Pustaka

    1. Eric T. Sawyer, Lecture Notes in Advanced Real Analysis, McMaster Univer-
       sity, Hamilton, Ontario

    2. Syyed Gul Shah, Chapter 6 - Riemann-Stieltjes Integral, Department of Ma-
       thematics, US Sargodha dalam Atiq ur Rahman



9      Tautan

    1. http://www.mathcity.org/

    2. http://classicalrealanalysis.com/default.aspx

    3. http://planetmath.org/encyclopedia/Integrator.html

    4. http://zzz.sederet.com/translate.php

                                                    13
5. http://planetmath.org/RiemannIntegral.html




                                  14

More Related Content

What's hot

Contoh ruang metrik
Contoh ruang metrikContoh ruang metrik
Contoh ruang metrik
Lusiana Lusiana
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Arvina Frida Karela
 
Transformasi elementer
Transformasi elementerTransformasi elementer
Transformasi elementer
Penny Charity Lumbanraja
 
Ring Polonomial
Ring PolonomialRing Polonomial
Ring Polonomial
Nailul Hasibuan
 
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD II
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD IIPERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD II
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD IIAYANAH SEPTIANITA
 
Grafik persamaan kutub
Grafik persamaan kutubGrafik persamaan kutub
Grafik persamaan kutub
Maria Alfiana Sea Sagho
 
Order dari Elemen Grup
Order dari Elemen GrupOrder dari Elemen Grup
Order dari Elemen Grupwahyuhenky
 
ANALISIS REAL
ANALISIS REALANALISIS REAL
ANALISIS REAL
Sigit Rimba Atmojo
 
Supremum dan infimum
Supremum dan infimum  Supremum dan infimum
Supremum dan infimum
Rossi Fauzi
 
Analisis real
Analisis realAnalisis real
Analisis real
Gigyh Ardians
 
deret kuasa
deret kuasaderet kuasa
deret kuasa
Ruth Dian
 
Metode dan Strategi Pembuktian
Metode dan Strategi PembuktianMetode dan Strategi Pembuktian
Metode dan Strategi Pembuktian
Heni Widayani
 
BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi
Nia Matus
 
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.pptAljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.pptrahmawarni
 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupKabhi Na Kehna
 

What's hot (20)

Contoh ruang metrik
Contoh ruang metrikContoh ruang metrik
Contoh ruang metrik
 
Aturan rantai 2 variable
Aturan rantai 2 variableAturan rantai 2 variable
Aturan rantai 2 variable
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
 
Transformasi elementer
Transformasi elementerTransformasi elementer
Transformasi elementer
 
Ring Polonomial
Ring PolonomialRing Polonomial
Ring Polonomial
 
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD II
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD IIPERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD II
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD II
 
Grafik persamaan kutub
Grafik persamaan kutubGrafik persamaan kutub
Grafik persamaan kutub
 
Order dari Elemen Grup
Order dari Elemen GrupOrder dari Elemen Grup
Order dari Elemen Grup
 
Ring
RingRing
Ring
 
ANALISIS REAL
ANALISIS REALANALISIS REAL
ANALISIS REAL
 
Supremum dan infimum
Supremum dan infimum  Supremum dan infimum
Supremum dan infimum
 
Handout analisis real
Handout analisis realHandout analisis real
Handout analisis real
 
Analisis real
Analisis realAnalisis real
Analisis real
 
deret kuasa
deret kuasaderet kuasa
deret kuasa
 
Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2
 
Metode dan Strategi Pembuktian
Metode dan Strategi PembuktianMetode dan Strategi Pembuktian
Metode dan Strategi Pembuktian
 
BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi
 
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.pptAljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrup
 
Grup permutasi
Grup permutasiGrup permutasi
Grup permutasi
 

Similar to Integral Riemann Stieltjes

Integral-tak-tentu-integral-tentu
Integral-tak-tentu-integral-tentuIntegral-tak-tentu-integral-tentu
Integral-tak-tentu-integral-tentu
Fitri Indahsari
 
Keterkaitan antara fungsi, limit, kekontinuan, turunan, dan integral
Keterkaitan antara fungsi, limit, kekontinuan, turunan, dan integralKeterkaitan antara fungsi, limit, kekontinuan, turunan, dan integral
Keterkaitan antara fungsi, limit, kekontinuan, turunan, dan integralKurcaci Kecil
 
Relasi dan fungsi
Relasi dan fungsiRelasi dan fungsi
Relasi dan fungsi
Suci Ramdani
 
Ringkasan materi Integral
Ringkasan materi IntegralRingkasan materi Integral
Ringkasan materi Integral
Risky S
 
Hand out mat_das_upi_0716
Hand out mat_das_upi_0716Hand out mat_das_upi_0716
Hand out mat_das_upi_0716
'Ismail Al-Asyari
 
integral tak tentu dan tertentu1.pdf
integral tak tentu dan tertentu1.pdfintegral tak tentu dan tertentu1.pdf
integral tak tentu dan tertentu1.pdf
zefryDarmawan
 
Continuity and Gauges
Continuity and GaugesContinuity and Gauges
Continuity and Gauges
Nida Shafiyanti
 
Meri arianti (17118002)
Meri arianti (17118002)Meri arianti (17118002)
Meri arianti (17118002)
MeriArianti
 
log&himp_Fungsi_Kelompok-1.pptx
log&himp_Fungsi_Kelompok-1.pptxlog&himp_Fungsi_Kelompok-1.pptx
log&himp_Fungsi_Kelompok-1.pptx
Novrii1
 
Fancy Page with LaTeX
Fancy Page with LaTeX Fancy Page with LaTeX
Fancy Page with LaTeX Hirwanto Iwan
 
Teorema Dasar Kalkulus
Teorema Dasar KalkulusTeorema Dasar Kalkulus
Teorema Dasar Kalkulus
Nida Shafiyanti
 
Fungsi dan grafik
Fungsi dan grafikFungsi dan grafik
Fungsi dan grafik
yupiayumanora
 
fungsi .pptx
fungsi .pptxfungsi .pptx
fungsi .pptx
bachirameguru0101
 
06 intergral reimann
06 intergral reimann06 intergral reimann
06 intergral reimannZhand Radja
 
Kalkulus Integral : Teorema Fundamental Kalkulus
Kalkulus Integral : Teorema Fundamental KalkulusKalkulus Integral : Teorema Fundamental Kalkulus
Kalkulus Integral : Teorema Fundamental Kalkulus
Franz Sebastian
 
2 deret fourier
2 deret fourier2 deret fourier
2 deret fourier
Simon Patabang
 
Pertemuan 12 deret fourier
Pertemuan 12  deret fourierPertemuan 12  deret fourier
Pertemuan 12 deret fourier
Senat Mahasiswa STIS
 

Similar to Integral Riemann Stieltjes (20)

Integral-tak-tentu-integral-tentu
Integral-tak-tentu-integral-tentuIntegral-tak-tentu-integral-tentu
Integral-tak-tentu-integral-tentu
 
Keterkaitan antara fungsi, limit, kekontinuan, turunan, dan integral
Keterkaitan antara fungsi, limit, kekontinuan, turunan, dan integralKeterkaitan antara fungsi, limit, kekontinuan, turunan, dan integral
Keterkaitan antara fungsi, limit, kekontinuan, turunan, dan integral
 
Relasi dan fungsi
Relasi dan fungsiRelasi dan fungsi
Relasi dan fungsi
 
Ringkasan materi Integral
Ringkasan materi IntegralRingkasan materi Integral
Ringkasan materi Integral
 
Hand out mat_das_upi_0716
Hand out mat_das_upi_0716Hand out mat_das_upi_0716
Hand out mat_das_upi_0716
 
Integral tentu
Integral tentuIntegral tentu
Integral tentu
 
integral tak tentu dan tertentu1.pdf
integral tak tentu dan tertentu1.pdfintegral tak tentu dan tertentu1.pdf
integral tak tentu dan tertentu1.pdf
 
Continuity and Gauges
Continuity and GaugesContinuity and Gauges
Continuity and Gauges
 
Fungsi
FungsiFungsi
Fungsi
 
Fungsi dan grafik
Fungsi dan grafikFungsi dan grafik
Fungsi dan grafik
 
Meri arianti (17118002)
Meri arianti (17118002)Meri arianti (17118002)
Meri arianti (17118002)
 
log&himp_Fungsi_Kelompok-1.pptx
log&himp_Fungsi_Kelompok-1.pptxlog&himp_Fungsi_Kelompok-1.pptx
log&himp_Fungsi_Kelompok-1.pptx
 
Fancy Page with LaTeX
Fancy Page with LaTeX Fancy Page with LaTeX
Fancy Page with LaTeX
 
Teorema Dasar Kalkulus
Teorema Dasar KalkulusTeorema Dasar Kalkulus
Teorema Dasar Kalkulus
 
Fungsi dan grafik
Fungsi dan grafikFungsi dan grafik
Fungsi dan grafik
 
fungsi .pptx
fungsi .pptxfungsi .pptx
fungsi .pptx
 
06 intergral reimann
06 intergral reimann06 intergral reimann
06 intergral reimann
 
Kalkulus Integral : Teorema Fundamental Kalkulus
Kalkulus Integral : Teorema Fundamental KalkulusKalkulus Integral : Teorema Fundamental Kalkulus
Kalkulus Integral : Teorema Fundamental Kalkulus
 
2 deret fourier
2 deret fourier2 deret fourier
2 deret fourier
 
Pertemuan 12 deret fourier
Pertemuan 12  deret fourierPertemuan 12  deret fourier
Pertemuan 12 deret fourier
 

Recently uploaded

LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
suprihatin1885
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
yuniarmadyawati361
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
SABDA
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
heridawesty4
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
TarkaTarka
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
WILDANREYkun
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
johan199969
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
RinawatiRinawati10
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 

Recently uploaded (20)

LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 

Integral Riemann Stieltjes

  • 1. TUGAS MATA KULIAH ANALISIS REAL INTEGRAL RIEMANN-STIELTJES DITINJAU DARI BENTUK RIEMANN JOKO SOEBAGYO 7826120981 PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PENDIDIKAN MIPA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2013
  • 2. Ringkasan Integral Riemann-Stieltjes dinamakan sesuai pencetusnya yaitu Georg Fri- edrich Bernhard Riemann (17 September 1826 s.d 20 July 1866) dan Thomas Joannes Stieltjes (29 December 1856 s.d 31 December 1894). Georg Frie- drich Bernhard Riemann adalah matematikawan Jerman yang berpengaruh dan memberikan kontribusi yang besar terhadap analisis, teori bilangan dan diferensial geometri. Sedangkan Thomas Joannes Stieltjes adalah matemati- kawan Belanda yang merupakan pionir dalam bidang moment problems dan memberikan kontribusi dalam bidang continued fractions. Integral Riemann-Stieltjes adalah generalisasi dari integral Riemann. Di- mana integral Riemann dinotasikan: b f (x)dx a Sedangkan Integral Riemann Stieltjes dinotasikan dengan: b b f dα atau f (x)dα(x) a a Jakarta, Desember 2012 Penyusun 1
  • 3. 1 Partisi 1.1 Konsep Partisi Definisi 1.1.1. Jika I := [a,b] sebuah interval di R maka sebuah partisi dari interval I pasti terbatas, ada himpunan berurut P := (x0 , x1 , ..., xn−1 , xn ) dari titik-titik di dalam I sedemikian hingga a = x0 < x1 < x2 < ... < xn = b Titik-titik di P berguna untuk membagi-bagi I = [a, b] ke dalam subinterval yang tidak saling tumpang tindih I1 := [x0 , x1 ], I2 := [x1 , x2 ], ..., In := [xn−1 , xn ] Contoh 1.1.2. Jika I := [0,6] sebuah interval di R maka sebuah partisi dari interval I pasti terbatas, ada himpunan berurut P := (x0 = 0, 1.1, 2, 3.2, 4, 6 = x5 ) dari titik- titik di dalam I sedemikian hingga x0 = 0 < 1.1 < 2 < 3.2 < 4 < 6 = x5 Titik-titik di P berguna untuk membagi-bagi I = [0, 6] ke dalam subinterval yang tidak saling tumpang tindih I1 := [x0 = 0, 1.1], I2 := [1.1, 2], I3 := [2, 3.2], I4 := [3.2, 4], I5 := [4, 6 = x5 ] angka 5 adalah angka dari subinterval dalam partisi [0,6] yang membagi partisi kedalam 5 bagian. Dan ∆xi = xi − xi−1 tidak harus selalu sama 2 Jumlah dan Integral Riemann 2.1 Jumlah Riemann Definisi 2.1.1. Misal I = [a,b] interval di R dan f : [a,b] → R fungsi terbatas. Untuk setiap himpunan terbatas dari titik-titik {x0 , x1 , ..., xn } sedemikian hingga 2
  • 4. a = x0 < x1 < x2 < ... < xn = b, dan f berkorespondensi ke setiap partisi P dari I Maka jumlah Riemann atas dan bawah dari f yang berpadanan dengan partisi P didefinisikan sebagai: n U (P, f ) = i=1 Mi ∆xi dengan Mi = sup f (x) n L(P, f ) = i=1 mi ∆xi dengan mi = inf f (x) dimana x ∈ [xi−1 , xi ] ∆xi = xi − xi−1 (i = 1, 2, ..., n) 2.2 Integral Riemann Definisi 2.2.1. Jika n n lim Mi ∆xi dan lim mi ∆xi |P |→0 |P |→0 i=1 i=1 ada, maka b b a f (x)dx = inf U (P, f ) dan a f (x)dx = sup L(P, f ) Dimana infimum dan supremum diambil dari semua partisi P dari [a,b]. b b Jika a f (x)dx = a f (x)dx maka dikatakan f terintegralkan Riemann di [a, b], atau f ∈ R[a, b], b ditulis dengan notasi: a f (x)dx Teorema 2.2.1. Integral atas dan bawah terdefinisi untuk setiap batas fungsi f Bukti : Ambil M = batas atas dan m = batas bawah dari f(x) di [a,b] maka m ≤ f (x) ≤ M untuk (a ≤ x ≤ b) 3
  • 5. Sehingga Mi ≤ M dan mi ≥ m untuk (i = 1, 2, ...n) dimana Mi dan mi meru- pakan supremum dan infimum dari f (x) di (x1−1 , xi ) untuk beberapa partisi P dari [a,b]. n n Maka L(P, f ) = i=1 mi ∆xi ≥ i=1 m∆xi dimana ∆xi = xi−1 − xi n Sehingga L(P, f ) ≥ m i=1 ∆xi Karena: n i=1 ∆xi = (x1 − x0 ) + ... + (xn − xn−1 ) = xn − X0 = b − a Maka L(P, f ) ≥ m(b − a) Untuk U (P, f ) sama seperti sebelumnya, sehingga diperoleh: U (P, f ) ≤ M (b − a) sehingga m(b − a) ≤ L(P, f ) ≤ U (P, f ) ≤ M (b − a) Dengan demikian integral atas dan bawah terdefinisi untuk setiap fungsi f. 3 Generalisasi Riemann 3.1 Konsep Generalisasi Riemann Generalisasi Riemann yang dimaksud adalah ketika: ∆xi = xi − xi−1 terkait dengan sebuah partisi: P = {a = x0 , x1 , ..., xn−1 , xn = b} dari [a,b] ada bentuk yang lebih umum yaitu: ∆αi = α(xi ) − α(xi−1 ) dengan 1 ≤ i ≤ n dimana α : [a, b] → R adalah monoton naik. Inilah yang membawa kita dalam bentuk Integral Riemann-Stieltjes terkait dengan sebuah fungsi monoton naik α : [a, b] → R 4
  • 6. 4 Partisi Penghalus 4.1 Partisi Penghalus dan Penghalus Bersama Definisi 4.1.1. Misalkan P ∗ dan P merupakan sebarang partisi dari interval I:=[a,b]. Partisi P ∗ disebut penghalusan (refinement) dari P jika P ⊂ P ∗ Definisi 4.1.2. Jika diberikan dua sebarang partisi lainnya dari interval I:=[a,b] katakanlah P1 dan P2 , maka P ∗ disebut pernghalusan bersama dari P1 dan P2 jika P ∗ = P1 ∪ P2 . Pernyataan bahwa partisi P ∗ disebut penghalusan dari partisi P mengandung arti bahwa partisi P ∗ lebih halus dengan kata lain lebih baik dari partisi P. Dalam hal ini maksudnya adalah bahwa setiap titik partisi dari P juga merupakan suatu titik dari partisi P ∗ . 5 Jumlah dan integral Riemann-Stieltjes 5.1 Jumlah Riemann-Stieltes Definisi 5.1.1. Misal I = [a,b] interval di R dan f : [a,b] → R fungsi terbatas. Untuk setiap himpunan terbatas dari titik-titik {x0 , x1 , ..., xn } sedemikian hingga a = x0 < x1 < x2 < ... < xn = b, dan α berkorespondensi ke setiap partisi P dari I dinotasikan dengan ∆αi = α(xi ) − α(xi−1 ) Maka jumlah Riemann-Stieltjes atas dan bawah dari f terhadap α yang berpadanan dengan partisi P didefinisikan sebagai: n U (P, f, α) = i=1 Mi ∆αi dengan Mi = sup f (x) n L(P, f, α) = i=1 mi ∆αi dengan mi = inf f (x) dimana x ∈ [xi−1 , xi ] ∆αi = α(xi ) − α(xi−1 ) (i = 1, 2, ..., n) 5
  • 7. 5.2 Integral Riemann-Stieltjes dari Fungsi Bernilai Real Untuk menunjukkan keberadaan integral Riemann-Stieltjes dari suatu fungsi berni- lai real yang berkaitan dengan jumlah atas dan jumlah bawah serta integral atas dan integral bawah dari fungsi tersebut, diperlukan kondisi perlu dan cukup sebagai berikut: Definisi 5.2.1. Jika n n lim Mi ∆αi dan lim mi ∆αi |P |→0 |P |→0 i=1 i=1 ada, maka b b a f (x)dαx = inf U (P, f, α) dan a f (x)dαx = sup L(P, f, α) Dimana infimum dan supremum diambil dari semua partisi dari [a,b]. b b Jika a f (x)dα(x) = a f (x)dα(x) maka dikatakan f terintegralkan Riemann-Stieltjes terhadap α yang berpadanan b di [a, b], atau f ∈ Rα [a, b], ditulis dengan notasi: a f (x)dα(x) Definisi 5.2.2. f dikatakan terintegralkan Riemann-Stieltjes terhadap α di I jika ada A ∈ R sedemikian hingga diberikan > 0 ada sebuah partisi P dari I, untuk semua P penghalus dari P dan setiap pemilihan titik x ∈ [xi−1 , xi ], diperoleh |S(P, f, α) − A| < Jika A ada, maka dikatakan sebagai integral Riemann-Stieltjes dari f ter- hadap α. f disebut integran dan α disebut integrator. ditulis dengan notasi: b a f (x)dα(x) 6
  • 8. 6 Teorema-teorema Pendukung 6.1 Partisi Penghalus dari Sebuah Partisi Teorema 6.1.1. Jika P ∗ adalah penghalus dari P maka: L(P, f, α) ≤ L(P∗ ,f,α) ..... (i) dan L(U, f, α) ≥ U (P∗ ,f,α) ..... (ii) Bukti : Misalkan P ∗ berisi hanya satu titik x∗ lebih banyak dari P sedemikian hingga xi−1 < x∗ < xi dimana xi−1 dan xi adalah dua titik yang saling berurutan dari P. Misal: w1 = inf f (x) untuk (xi−1 ≤ x ≤ x∗ ) dan w2 = inf f (x) untuk (x∗ ≤ x ≤ xi ) Maka jelas w1 ≥ mi dan w2 ≥ m1 dimana mi = inf f (x) untuk (xi−1 ≤ x ≤ x) Oleh karena itu L(P ∗ , f, α) − L(P, f, α) = = w1 [α(x∗ ) − α(xi−1 )] + w2 [α(xi ) − α(x∗ )] − mi [α(xi ) − α(xi−1 )] = w1 [α(x∗ ) − α(xi−1 )] + w2 [α(xi ) − α(x∗ )] − mi [α(xi ) − α(x∗ ) + α(x∗ ) − α(xi−1 )] = (w1 − mi ) [α(x∗ ) − α(xi−1 )] + (w2 − mi ) [α(xi ) − α(x∗ )] jika α adalah fungsi monoton naik, maka: α(x∗ ) − α(xi−1 ) ≥ 0 dan α(xi ) − α(x∗ ) ≥ 0 Sehingga L(P ∗ , f, α) − L(P, f, α) ≥ 0 atau L(P, f, α) ≤ L(P ∗ , f, α) dan ini sama dengan (i ) Jika P ∗ berisi k titik lebih banyak dari P, kita ulangi hal yang sama sebanyak k kali seperti kita dapatkan (i ) 7
  • 9. Misal: W1 = supf (x) untuk (xi−1 ≤ x ≤ x∗ ) dan W2 = supf (x) untuk (x∗ ≤ x ≤ xi ) Maka jelas Mi ≥ W1 dan Mi ≥ W2 dimana U (P, f, α) − U (P ∗ , f, α) = = Mi [α(xi ) − α(xi−1 )] − W1 [α(x∗ ) − α(xi−1 )] − W2 [α(xi ) − α(x∗ )] = Mi [α(xi ) − α(x∗ ) + α(x∗ ) − α(xi−1 )] − W1 [α(x∗ ) − α(xi−1 )] − W2 [α(xi ) − α(x∗ )] = (Mi − W1 ) [α(x∗ ) − α(xi−1 )] + (Mi − W2 ) [α(xi ) − α(x∗ )] jika α adalah fungsi monoton naik, maka: α(x∗ ) − α(xi−1 ) ≥ 0 dan α(xi ) − α(x∗ ) ≥ 0 Sehingga U (P, f, α) − U (P ∗ , f, α) ≥ 0 atau U (P, f, α) ≥ U (P ∗ , f, α) dan ini sama dengan (ii ) 6.2 Fungsi Bernilai real Teorema 6.2.1. Misalkan f adalah fungsi bernilai real yang terdefinisi di [a,b] dan α adalah fungsi monoton naik di [a,b], maka supL(P, f, α) ≤ inf U (P, f, α) dengan kata lain: b b a f (x)dα(x) ≤ a f (x)dα(x) Bukti : Misal P ∗ adalah penghalus bersama dari dua partisi P1 dan P2 , maka: L(P1 , f, α) ≤ L(P ∗ , f, α) ≤ U (P ∗ , f, α) ≤ U (P2 , f, α) Oleh karena itu L(P1 , f, α) ≤ U (P2 , f, α) ....(i ) Jika P2 adalah tetap dan supremum diambil dari semua P1 maka dari (i ) didapat: b a f (x)dα(x) ≤ U (P2 , f, α) Jika P1 adalah tetap dan supremum diambil dari semua P2 maka dari (i ) didapat: b b a f (x)dα(x) ≤ a f (x)dα(x) 8
  • 10. 6.3 Kriteria Cauchy Teorema 6.3.1. Misal f ∈ R(α) di [a,b] jika untuk setiap > 0 ada sebuah partisi P yang eksis, sedemikian hingga U (P, f, α) − L(P, f, α) < Bukti : Misal: U (P, f, α) − L(P, f, α) < ........(i ) Maka: b b L(P, f, α) ≤ a f (x)dα(x) ≤ a f (x)dα(x) ≤ U (P, f, α) Sehingga: b a f (x)dα(x) − L(P, f, α) ≥ 0 dan b U (P, f, α) − a f (x)dα(x) ≥ 0 Dengan menjumlahkan keduanya, kita peroleh: b b a f (x)dα(x) − L(P1 , f, α) + U (P, f, α) − a f (x)dα(x) ≥ 0 b b a f (x)dα(x) − a f (x)dα(x) + U (P, f, α) − L(P, f, α) ≥ 0 b b a f (x)dα(x) − a f (x)dα(x) − U (P, f, α) + L(P1 , f, α) ≤ 0 dari (i ), kita peroleh: b b a f (x)dα(x) − a f (x)dα(x) ≤ U (P, f, α) − L(P1 , f, α) < Dengan kata lain: b b 0≤ a f (x)dα(x) − a f (x)dα(x) < Sehingga: b b a f (x)dα(x) = a f (x)dα(x) dengan kata lain f ∈ R(α) Sebaliknya, misal f ∈ R(α) dan > 0 maka: 9
  • 11. b b b a f (x)dα(x) = a f (x)dα(x) = a f (x)dα(x) b b Adapun a f (x)dα(x) = inf U (P, f, α) dan a f (x)dα(x) = supL(P, f, α) Ada partisi P1 dan P2 yang eksis sedemikian hingga: b U (P2 , f, α) − f (x)dα(x) < ........(ii) a 2 U (P2 , f, α) − < f (x)dα(x) 2 dan b f (x)dα(x) − L(P1 , f, α) < ........(iii) a 2 f (x)dα(x) ≤ L(P1 , f, α) + 2 Ambil P sebagai penghalus bersama dari P1 dan P2 , maka: b U (P, f, α) ≤ U (P2 , f, α) < f (x)dα(x) + < L(P1 , f, α) + ≤ L(P, f, α) + a 2 Dengan demikian: U (P, f, α) − L(P, f, α) < Teorema 6.3.2. a) Jika U (P, f, α) − L(P, f, α) < berlaku untuk beberapa P dan (dengan yang sama) maka berlaku juga untuk setiap penghalus dari P b) Jika U (P, f, α) − L(P, f, α) < berlaku untuk P = x0 , ..., xn dan si , ti adalah titik yang berubah-ubah di [xi−1 , xi ], maka : n i=1 |f (si ) − f (ti )| ∆αi < c)Jika f ∈ R(α) dan hipotesis dari (b) berlaku, maka: n b f (ti )∆αi − f (x)dα(x) < i=1 a Bukti : a) Misal P ∗ adalah penghalus bersama P, maka: 10
  • 12. L(P, f, α) ≤ L(P ∗ , f, α) dan U (P ∗ , f, α) ≤ U (P, f, α) Sehingga: L(P, f, α) + U (P ∗ , f, α) ≤ L(P ∗ , f, α) + U (P ∗ , f, α) U (P ∗ , f, α) − L(P ∗ , f, α) ≤ U (P, f, α)L(P, f, α) U (P, f, α) − L(P, f, α) < U (P ∗ , f, α) − L(P ∗ , f, α) < b) P = x0 , ...xn dan si , ti adalah titik yang berubah-ubah di [xi−1 , xi ], maka: f (si ) dan f (ti ) keduanya terletak di [mi , Mi ], sehingga: |f (si ) − f (ti )| ≤ Mi − mi |f (si ) − f (ti )| ∆αi ≤ Mi ∆αi − mi ∆αi n n n |f (si ) − f (ti )| ∆αi ≤ Mi ∆αi − mi ∆αi i=1 i=1 i=1 n |f (si ) − f (ti )| ∆αi ≤ U (P, f α) − L(P, f, α) i=1 U (P, f, α) − L(P, f, α) < n |f (si ) − f (ti )| ∆αi < i=1 c) mi ≤ f (ti ) ≤ Mi mi ∆αi ≤ f (ti )∆αi ≤ Mi ∆αi L(P, f, α) ≤ f (ti )∆αi ≤ U (P, f, α) b dan juga L(P, f, α) ≤ a f (x)dα(x) ≤ U (P, f, α) 11
  • 13. Dengan menggunakan (b) kita mendapatkan: b f (ti )∆αi − f (x)dα(x) < a Teorema 6.3.3. Jika f kontinu di [a,b] maka f ∈ R(α) di [a,b] Bukti : Ambil > 0, pilih β > 0 maka: [α(b) − α(a)] β < f kontinu di [a,b] maka f secara seragam kontinu di [a,b] Ada δ > 0 sedemikian hingga: |f (s) − f (t) < β jika x ∈ [a, b], t ∈ [a, b], dan |x − t| < δ .... (i ) Jika P adalah suatu partisi dari[a,b] sedemikian hingga ∆xi < δ untuk semua i maka implikasi dari (i ) bahwa Mi − mi ≤ β untuk i = 1,2,...,n ⇒ U (P, f, α) − L(P, f, α) = Mi ∆αi − mi ∆αi = (Mi − mi )∆αi ≤β ∆αi = β[α(b) − α(a)] < ⇒f ∈ R(α) oleh kriteria Cauchy Teorema 6.3.4. Jika f monoton di [a,b] dan jika α kontinu di [a,b] maka f ∈ R(α) Bukti : Ambil > 0 bilangan postif. Untuk setiap integer positif n, pilih sebuah partisi P = {x0 , x1 , ..., xn } di [a,b] sedemikian hingga: α(b) − α(a) ∆αi = , i = 1, 2, ..., n n Maka α kontinu dan monoton naik di interval tutup [a,b] dan sekaligus menga- sumsikan setiap nilai diantaranya terbatas, α(a) dan α(b). Misal f monoton naik di [a,b], maka batas-batas atas dan bawah, Mi dan mi di [xi−1 , xi ] adalah mi = f (xi−1 ) dan Mi = f (xi ) serta i = 1, 2, ..., n Maka: U (P, f, α) − L(P, f, α) = 12
  • 14. n = i=1 (Mi − mi )∆αi α(b)−α(a) n α(b)−α(a) n = n i=1 [f (xi ) − f (xi−1 )] = n i=1 [f (b) − f (a)] < jika n diambil cukup besar Sehingga f ∈ R(α) di [a,b] Catatan: Ketika f ∈ R(α) salah satu diantara dua berikut: i) f kontinu jika α monoton atau ii) f monoton dan α kontinu, maka tentu saja α tetap monoton 7 Catatan 1. Integral Riemann adalah kasus khusus dari integral Riemann-Stieltjes ketika α(x) = x 2. Integral bergantung kepada f, α, a dan b tapi tidak terhadap variabel integral 8 Daftar Pustaka 1. Eric T. Sawyer, Lecture Notes in Advanced Real Analysis, McMaster Univer- sity, Hamilton, Ontario 2. Syyed Gul Shah, Chapter 6 - Riemann-Stieltjes Integral, Department of Ma- thematics, US Sargodha dalam Atiq ur Rahman 9 Tautan 1. http://www.mathcity.org/ 2. http://classicalrealanalysis.com/default.aspx 3. http://planetmath.org/encyclopedia/Integrator.html 4. http://zzz.sederet.com/translate.php 13