SlideShare a Scribd company logo
1 of 55
1




                                    BAB I

                              PENDAHULUAN

        Ternak unggas merupakan jenis - jenis yang dibudidayakan untuk tujuan

produksi sebagai penghasil pangan sumber protein hewani bagi masyarakat dan

memiliki nilai ekonomis bagi manusia yang memeliharanya. Beberapa jenis

unggas memberikan keuntungan antara lain adalah ayam, itik, kalkun, merpati dan

puyuh. Ilmu ternak unggas adalah ilmu yang mempelajari prinsip–prinsip

produksi (pembibitan, pembesaran, produksi telur) penaganan produk dan

pemasaran produk ternak unggas. Produk ternak unggas berupa daging dan telur.

        Tujuan praktikum produksi ternak unggas untuk mengenal berbagai jenis

unggas sesuai dengan dan karakteristiknya termasuk di dalamnya unggas air,

unggas darat, jantan dan betina, mengetahui jenis dan bentuk bahan pakan,

metode dan cara dalam penyusunan atau formulasi ransum unggas serta aspek -

aspek   yang   harus   dipertimbangkan   dalam    formulasi   ransum   unggas,

mengidentifikasi karakteristik unggas, dan membedakan anatara unggas darat dan

unggas air. Manfaat praktikum produksi ternak unggas adalah praktikan dapat

mengetahui secara langsung materi yang diajarkan dalam perkuliahan yaitu materi

tentang pengenalan jenis pada ternak unggas serta praktikan mampu membuat

formulasi ransum ternak unggas dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang

harus dipertimbangkan dalam penyusunan atau formulasi ransum unggas.




                                   BAB II
2




                               TINJAUAN PUSTAKA

2.1.    Pengenalan Jenis dan Klasifikasi Ternak Unggas


        Ternak unggas adalah bangsa-bangsa burung yang mempunyai nilai

ekonomis dan dapat diproduksi secara masal. Unggas mempunyai keistimewaan

dibandingkan dengan ternak ruminansia, yaitu unggas dapat diproduksi secara

masal dalam waktu yang singkat (Yuwanta, 2004). Ayam juga memiliki ciri-ciri

eksterior antara lain, memiliki paruh yang runcing, memiliki jengger yang

berwarna merah, berbulu halus, dan kaki ayam terdapat sisik, yang merupakan

penjuluran dari corium yang padat, serta dibungkus oleh epidermis yang sangat

tebal (Suprijatna et al., 2008).


2.1.1. Klasifikasi secara internasional. Berdasarkan buku standar The American

standart of perfection terdapat sebelas kelas ayam, tetapi yang dianggap penting

diketahui hanya empat kelas, yaitu kelas Inggris, kelas Amerika, kelas

Mediterania, dan kelas Asia.


2.1.1.1. Kelas Inggris. Ayam kelas Inggris mempunyai karakteristik seperti

bentuk tubuh besar, cuping berwarna merah, kulit putih, kerabang telur berwarna

coklat kekuningan, bulu merapat ke tubuh, dan termasuk tipe pedaging. Bangsa

bangsa ayam yang        termasuk   kelas   inggris antara lain Sussex, Cornish,

Orington, Australorp dan Dorking (Suprijatna et al., 2008). Tanda spesifik ayam

inggris adalah badan besar, bentuk daging baik, kulit berwarna putih, kecuali

Cornish mempunyai kulit kuning, cuping telingan merah, kerabang telur coklat
3




kecuali   Dorking dan Red cup        berkerabang putih, dan mempunyai sifat

mengeram (Yuwanta, 2004).


2.1.1.2. Kelas Amerika. Karakteristik ayam kelas Amerika adalah bentuk tubuh

sedang, cuping telinga berwarna merah, bulu mengembang, kulit berwarna putih,

telur berwarna coklat kekuningan, cakar tidak berbulu, dan terkenal sebagai tipe

dwiguna. Bangsa bangsa ayam yang termasuk           kelas Amarika antara lain

Playmouth rock, Wyandotte, Rhode Island red (RIR), New Hampshire, dan jersey

(Suprijatna et al., 2008). menambahkan ayam kelas Amerika dikembangkan untuk

tujuan dwiguna, yaitu memproduksi telur dan daging dengan tanda - tanda

umumnya adalah warna kulit terang, kerabang telur coklat kecuali telur ayam

Lamnona berwarna putih, cuping telinga merah, shank berwarna kuning, dan tidak

berbulu (Yuwanta, 2004).


2.1.1.1.3. Kelas Asia. Karakteristik ayam kelas asia yaitu bentuk tubuh besar,

bulu merapat ke tubuh, cuping merah, dan kerabang telur beragam cokelat

kekuningan sampai putih. Ciri khas lain cakar berbulu, kulit warna putih sampai

gelap, dan merupakan tipe pedaging. Bangsa bangsa ayam yang termasuk kelas

Asia antara lain Brahma, Langshan, dan Cochin China (Suprijatna et al., 2008).

Ayam Asia adalah mempunyai bentuk badan besar, mempunyai sifat mengeram,

cakar (shank) berbulu, tulang besar dan kuat, cuping telinga merah, dan kerabang

telur coklat Yuwanta (2004).


2.1.1.4. Kelas Mediterania. Tanda spesifik ayam mediterania bentuk badannya

lebih kecil di bandingkan dengan ayam Asia, Inggris atau Amerika, cuping telinga
4




putih, cepat mencapai dewasa kelamin (4-6 bulan), produksi telur tinggi, tidak

mengeram, kerabang telur berwarna putih, kaki tidak berbulu, penampilan

nerveous, serta jengger tunggal dan lebar (Yuwanta, 2004). Karakteristik ayam

kelas Mediterania adalah bulu mengembang, cuping telinga berwarna putih,

bentuk tubuh ramping, warna kulit putih, kerabang telur berwarna putih dan

merupakan tipe petelur. Bangsa – bangsa yang termasuk kelas ini antara lain

Leghorn, Ancona, Spanish, Minorca dan Andaluisa (Suprijatna et al.,2008).


2.1.2. Klasifikasi berdasarkan tujuan pemeliharaan


       Berdasarkan tujuan pemeliharaan, ayam dapat dikelompokkan menjadi

tipe petelur, tipe pedaging, dan tipe dwiguna (dual purpose). Tipe petelur

memiliki karakteristik yaitu bersifat mudah terkejut, bentuk tubuh ramping,

cuping berwarna putih, dan kerabang berwarna putih (Suprijatna et al., 2008).

Tipe ayam petelur memiliki ciri-ciri yaitu: cepat mencapai dewasa kelamin;

ukuran telurnya normal (60-65 gram) kualitas telur bagus, kuat dan seragam;

produksi telur per tahun tinggi (250-300 butir), bebas dari sifat kanibalisme;

mudah beradaptasi dengan lingkungan konversi pakan rendah, pertumbuhan anak

ayam relatif rendah, tidak memiliki sifat mengeram, daya tahan hidup tinggi

(90%), serta nilai apkir ayam tinggi (Yuwanta, 2004).

       Tipe pedaging mempunyai karakteristik bersifat tenang, bentuk tubuh

besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih dan produksi telur

rendah (Suprijatna et al., 2008). Tipe ayam pedaging memiliki sifat dan kualitas

daging yang baik, laju pertumbuhan, bobot badan tinggi, serta warna kulit kuning.
5




Selain itu, tipe ini memiliki ciri warna bulu putih, konversi pakan rendah, bebas

dari     kanibalisme,   sehat, kuat,   kaki tidak   mudah    membengkok,      tidak

temperamental atau cenderung malas dengan gerakan tubuh, serta kemampuan

membentuk karkas tinggi (Yuwanta, 2004).

          Tipe dwiguna memiliki karakteristik bersifat tenang, bentuk tubuh sedang,

produksi telur sedang, pertumbuhan sedang dan kulit telur atau kerabang

berwarna coklat (Suprijatna et al., 2008). Tipe dwiguna (dual purpose) yaitu ayam

yang dipelihara untuk diambil daging dan telurnya. Ayam ini memiliki sifat

tengah-tengah, yaitu mampu memproduksi telur dan daging, namun produksi telur

lebih rendah dibandingkan dengan tipe ayam petelur dan produksi daging lebih

rendah dibandingkan dengan tipe ayam pedaging (Yuwanta, 2004).


2.1.3.    Unggas darat


       Unggas darat merupakan unggas yang menghabiskan kebanyakan hidupnya

lebih banyak di darat. Unggas darat mempunyai ciri-ciri tidak mempunyai

kelenjar minyak, tidak mempunyai selaput di kakinya, dan hidup di darat. Unggas

darat contohnya adalah ayam dan puyuh. Ayam-ayam kampung di daerah-daerah

tropis berbobot kira-kira 0,9-1,8 kg dan mempunyai pedagingan yang baik

(Yuwanta, 2004). Bagian organ ayam yang tampak dari luar terdiri dari bagian

kepala, leher, tubuh bagian depan, dan tubuh bagian belakang. Di bagian kepala,

terdapat paruh, jengger, cuping dan pial. Jengger ayam jantan lebih besar dari

pada ayam betina, karena hormon sex jantan yang mengakibatkan jengger dan pial

membesar dan tebal serta berwarna merah, terdapat bulu yang khas berbentuk
6




memanjang, dengan lebar bulu yang menyempit, sebagai secundary sex feather

yaitu bulu leher (hackle feather), bulu pinggul dan bulu sabit pada ekor.

sedangkan jengger pada ayam betina menunjukkan jengger yang tipis, kering, dan

kasar. Jengger yang tumbuh dan berkembang dengan baik menunjukan kinerja

produksi dan reproduksi yang lebih baik dibandingkan dengan ayam yang

memiliki jengger kecil. (Suprijatna et al., 2008).


2.1.4. Unggas air


       Unggas air ialah semua spesies hewan bersayap (kelas aves) yang dapat

hidup di air, menghasilkan produk atau jasa yang bermanfaat bagi manusia.

Spesies yang termasuk unggas air ialah itik (duck), angsa (goose), dan undan

(swan). Ciri-ciri unggas air tidak jauh berbeda dengan unggas darat akan tetapi

memiliki beberapa kekhususan antara lain pada kakinya memiliki selaput yang

berfungsi untuk berenang dan memiliki kelenjar minyak yang jauh lebih banyak

jika dibandingkan dengan unggas darat, jari-jari kaki satu sama lain dihubungkan

oleh selaput renang, paruh melebar dan dilapisi oleh selaput halus yang peka,

tubuh ditutupi oleh bulu, tidak mudah kedinginan kecuali yang masih kecil karena

di bawah kulitnya dilapisi oleh lemak yang bersifat isolator, dan dagingnya agak

gelap dibandingkan daging ayam (Susilorini et al., 2009). Dalam keadaan liar,

ternak itik bersifat monogamous, yaitu hidup berpasangan. Setelah dijinakkan

akan mengalami perubahan menjadi bersifat polygamous, yaitu hidup bersama-

sama dalam satu kelompok. Para ahli berpendapat bahwa jenis ternak itik
7




domestik yang sekarang kita kenal (kecuali muskovi = entok) merupakan

keturunan langsung dari itik liar (Yuwanta, 2004).

        Bentuk badan itik relatif lebih kecil. Ciri spesifik dari itik jantan dan itik

betina adalah ada tidaknya feather sex pada bulu ekornya. Unggas air mempunyai

ciri-ciri memiliki selaput di kakinya, mempunyai kelenjar minyak. Bentuk badan

itik betina lebih kecil dibandingkan itik jantan (Yuwanta, 2008). Itik

diklasifikasikan menjadi tiga tipe, yaitu tipe petelur, tipe pedaging dan tipe

ornamental. Tipe pedaging meliputi indian runner, khaki campel. Tipe pedaging,

meliputi: peking, rouen, dan muscovy. Tipe ornamental, meliputi: East India, Call

dan Mandarin. Itik mempunyai kaki yang relatif pendek untuk ukuran badannya.

Jari atau toes yang terletak di bagian interior dihubungkan oleh selaput (foot web)

yang memungkinkan itik dapat bergerak cepat saat berada dalam air. Foot web ini

menghubungkan keempat jari-jari itik (Sudarmono, 2003). Pada unggas air,

seperti itik, mentok,, dan angsa. Umumnya memiliki paruh yang lebih lunak dan

kenyal dibandingkan ayam, disebut ceroma. Pada bangsa ayam, kaki bagian

bawah (shank) atau cakar umumnya tertutup oleh sisik, tetapi pada bangsa

tertentu, terutama yang berbulu total (seluruh tubuh), bagian cakar tertutup oleh

bulu (Suprijatna et al., 2008).




2.2. Anatomi dan Identifikasi Ternak Unggas
8




2.2.1   Sistem pencernaan


        Alat pencernaan terdiri atas saluran yang memanjang mulai dari mulut

melanjut ke usus dan berakhir di lubang pelepasan atau anus (Yaman, 2010).

Saluran pencernaan merupakan organ yang menghubungkan dunia luar dengan

dunia dalam tubuh hewan, yaitu proses metabolik dalam tubuh. Saluran

pencernaan terdiri dari mulut, esophagus, crop, proventikulus, gizzard,

duodenum, usu halus, seka, rectum, kloaka dan vent (Suprijatna et al., 2008).

        Mulut ayam tidak memliki bibir dan gigi. Peranan gigi dan bibir pada

ayam digantikan oleh rahang yang menanduk dan membentuk paruh. Fungsi

paruh pada unggas darat dan air berbeda. Pada unggas darat paruh terdapat lidah

yang runcing yang digunakan untuk mendorong pakan menuju esophagus.

Sedangkan pada unggas air paruh berfungsi untuk menyaring makanan yang

terapung pada air (Rasyaf, 2008). Makanan yang telah masuk oleh pergerakan

lidah itik didorong masuk ke dalam faring yang kemudiian ditelan. Makanan yang

terapung – apung di air ditelan dengan bantuan alat penyaringan yang berupa

lamella paralel (Suprijatna et al., 2005)

        Esophagus atau kerongkongan berupa pipa tempat pakan melalui saluran

ini dari bagian belakang mulut ke proventrikulus (Suprijatana et al,. 2008).

Esophagus merupakan saluran lunak dan elastis yang mudah mengalami

pemekaran apabila ada bolus yang masuk. Esophagus memanjang dari faring

hingga proventrikulus melewati tembolok (Yuwanta, 2004).

        Tembolok adalah organ yang bebentuk kantung dan merupakan daerah

pelebaran dari esophagus. Proses pencernaan di dalam tembolok sangat kecil
9




terjadi. Fungsi utama dari tembolok adalah sebagai organ penyimpan pakan.

Sedangkan pada itik memliki crop yang sedikit berbeda dibandingkan dengan

ayam (Yaman, 2010). Pada itik dan unggas air pada umumnya, crop tidak

berkembang secara sempurna, tidak seperti pada ayam atau burung – burung

pemakan rumput. Crop semata – mata berfungsi sebagai penampung sementara

bagi makanan (Yuwanta, 2008).

       Proventrikulus disebut juga perut kelenjar atau glandular stomach yang

mensekresikan pepsinogen dan HCl untuk mencerna protein dan lemak. Sekresi

pepsinogen dan HCl tergantung pada stimulasi saraf vagus, sekresi glandula perut

ini 5 – 20 ml/jam dan mampu mencapai 40 ml ketika ada pakan (Yuwanta, 2004).

suatu enzim untuk membantu pencernaan protein, dan hidrokloric acid disekresi

oleh glandular cell (Suprijatna et al., 2008).

       Fungsi utama empedal adalah menggiling dan meremas pakan yang keras.

Proses mencerna makanan secara normal dapat dibantu oleh adanya kerikil yang

biasa diambil dan ditelan melalui mulut (Hardjosworo, 2006). Gizzard memiliki

dua pasang otot yang sangat kuat sehingga ayam mampu menggunakan tenaga

yang kuat (Suprijatna et al., 2005).

       Usus terdiri atas saluran makanan yang dimulai dari duodenum yaitu usus

halus bagian depan dan hingga berakhir di rectum atau usus besar di bagian

belakang. Pencernaan pakan utama terjadi di usus halus (Sudarmono, 2003).

Panjang duodenum unggas dewasa 22 – 38 cm, jejunum 105 cm, dan ileum 15 cm

(Fadilah dan Polana, 2004).
10




        Sekum terdiri atas dua seka atau saluran buntu yang berukuran panjang 20

cm. Bagian seka juga terjadi digesti serat kasar yang dilakukan oleh bakteri serat

kasar. Kemampuan mencerna serat kasar pada bangsa itik lebih besar daripada

ayam sehingga sekum litik lebih berkembang daripada ayam (Yuwanta, 2004).

diantara usus halus dan usus besar, terdapat dua kantung yang disebut sebagai

ceca (Suprijatna et al., 2008).

        Usus besar (rectum) dinamakan juga intestinum crasum yang panjangnya 7

cm, hal ini dikarenakan bahwa unggas yang kita gunakan dalam pratikum masih

muda (Yuwanta, 2004). Usus besar merupakan rectum. Pada ayam dewasa,

panjangnya hanya sekitar 10 cm dengan diameter sekitar dua kali usus halus.

Bentuknya melebar dan terdapat pada bagian akhir usus halus ke kloaka

(Suprijatna et al., 2008).

        Kloaka merupakan tempat keluarnya ekskreta karena urodeum dan

koprodeum terletak berhimpitan (Yuwanta, 2004). Kloaka merupakan suatu

tabung yang berhubungan           dengan   saluran pencernaan, saluran kencing dan

reproduksi yang membuka keluar menuju anus (Sudarmono, 2003). Organ-

organ tertentu berkaitan erat dengan pencernaan sebagai saluran sekresi kedalam

saluran pencernaan itik. Fungsinya membantu dalam pemprosesan pakan. Organ

tersebut yaitu pankreas, hati, dan kantung empedu. Organ tambahan, namun

fungsi organ ini sangat penting karena mengsekresikan enzim pencernaan

(Suprijtna et al., 2008).

2.2.2   Sistem Respirasi Unggas
11




        Sistem respirasi pada ayam terdiri dari nasal cavities , larynx, trachea,

syrinx, bronchi, paru-paru , kantung udara dan udara tertentu pada tulang. Oleh

karena memerlukan energi yang sangat banyak untuk terbang, unggas memiliki

sistem respirasi yang sangat memungkinkan untuk berlangsungnya oksigen

(Suprijatna et al., 2008). Pada sistem respirasi itik terdapat syrinx yang besar,

yang memilki fungsi sebagai alat pembantu untuk menghasilkan suara yang khas

(Sudarmono, 2003). Saluran pernapasan dari luar kedalam adalah lubang hidung

luar dan dalam, glotis, trachea, syrinx (rongga suara) , bronkhi, dan paru-paru.

        Paru-paru maupun kantung udara berfungsi sebagai sebagai cooling

mechanism (mekanisme pendingin)         bagi tubuh bila kelembaban dikeluarkan

lewat pernafasan dalam bentuk uap air. Laju respirasi diatur oleh kandungan

karbondioksida dalam darah. apabila kandungan karbondioksida meningkat

levelnya, meningkat pula lajunya, bevariasi antara 15-25 siklus/menit pada ayam

yang sedang istirahat (Suprijatna et al., 2008). Fungsi utama dari paru-paru yaitu

untuk mencukupi kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh tubuh untuk

pembakaran dan untuk pembentukan tenaga (Fadilah dan Polana, 2004).

        Sistem respirasi terdiri dari paru, yang secara relative bersifat immobile

dan empat pasang kantung udara dan satu kantung udara median yang dengan

fungsinya tersusun dari leher ke abdomen (Hardjosworo, 2006). Unggas memiliki

empat pasang kantung udara letaknya diantara leher sampai dengan perut dengan

satu kantung median dalam rongga dada (Rasyaf, 2008).


2.2.3   Sistem reproduksi unggas
12




       Sistem reproduksi pada ayam dibedakan menjadi sistem reproduksi jantan

dan sistem reproduksi betina.


2.2.3.1.Sistem Reproduksi Unggas Jantan


       Sistem reproduksi jantan terdiri dari dua testis yang terletak pada dorsal

area rongga tubuh, dekat bagian akhir anterior ginjal. Testis tidak pernah turun

kedalam skrotum eksternal seperti pada mamalia. Bentuknya elipsoid dan

berwarna kuning terang, sering pula berwarna kemerahan karena banyaknya

cabang-cabang dan pembuluh darah pada permukaanya (Suprijatna et al., 2005).

Organ reproduksi jantan adalah testis, ductus deferens, dan organ kopulasi yang

bersifat rudimenter yang terletak dalam kloaka. Testis menghasilkan sperma untuk

membuahi telur yang berasal dari hewan betina dan hormon jantan androgen,

yang bertanggung jawab terhadap munculnya karakteristik kelamin sekunder

unggas jantan, seperti jengger yang berwarna merah cerah, bulu, dan respon

berkokok (Hardjosworo, 2006). Organ reproduksi jantan, yang primer ialah

berbentuk bulat kacang (Yaman, 2010). Alat reproduksi jantan dibagi dalam tiga

bagian utama, yaitu sepasang testis, sepasang saluran deferens, dan kloaka

( Yuwanta, 2004).

        Vasdeferns adalah saluran kecil yang menyalurkan sperma ke kloaka

(Yuwanta, 2008). Vasdeferns yaitu sebuah saluran yang berfungsi mengalirkan

sperma ke luar dari tubuh (Suprijatna et al. ,2008). Vasdeferens tidak bermuara

kedalam organ kopulasi seperti pada spesies lainnya, tetapi kedalam papilla kecil

(tonjolan seperti jari-jari tangan). Tonjolan-tonjolan ini terletak pada dinding
13




dorsal kloaka dan berperan sebagai organ yang berfungsi untuk mengangkut

semen (Fadilah dan Polana, 2004). Kloaka merupakan suatu tabung yang

berhubungan dengan saluran pencernaan, saluran kencing dan reproduksi yang

membuka keluar menuju ke dalam anus (Yaman, 2010).


2.2.3.2.Sistem Reproduksi Unggas Betina


        Anatomi alat reproduksi ayam betina terdiri atas dua bagian utama yakni

ovarium dan oviduk. ovarium berfungsi sebagai tempat pembentukan kuning telur

(Suprijatna et al., 2008). Ovarium adalah tempat sintesis hormon steroid seksual,

gametogenesis, dan perkembangan serta pemasakan kuning telur. Oviduk adalah

tempat menerima kuning telur masak, sekresi putih telur, dan pembentukan

kerabang telur. Ovarium adalah tempat sintesis hormon steroid seksual

gametogenesis dan perkembangan serta pemasakan kuning telur. Fungsi utama

Infundibulum adalah menangkap ovum yang masak. Magnum merupakan temapat

untuk mensintesis dan mensekresi putih telur. Isthmus adalah tempat untuk

mensekresikan membran atau selaput telur. uterus temapat terbentuknya

cangkang. vagina adalah tempat penyimpanan sementara telur. Kloaka merupakan

bagian ujung luar dari oviduck tempat dikeluarkannya telur (Yuwanta, 2004).

Infundibulum berperan dalam penangkapan kuning telur. Fungsi utama magnum

adalah mensekresikan albumen. Isthmus berfungsi sebagai tempat untuk

mensekresikan membran cangkang. Uterus adalah mensekresikan cangkang.

vagina dalah tempat dimana telur untuk sementara ditahan dan dikeluarkan bila

telah   tercapai   bentuk   yang   sempurna.   fungsi   utama   magnum    adalah
14




mensekresikan albumen. Fungsi uterus adalah mensekresikan cangkang. Vagina

dalah tempat dimana telur untuk sementara ditahan dan dikeluarkan bila telah

tercapai bentuk yang sempurna. Kloaka merupakan tempat untuk mengeluarkan

telur (Hardjosworo, 2006).


2.2.4   Sistem Urinari


        Ekskresi air dan sisa metabolik sebagian besar terjadi melalui ginjal.

Sistem ekskresi pada unggas terdiri dari dua buah ginjal yang bentuknya relatif

sama memanjang, berlokasi dibelakang paru-paru, dan menempel pada tulang

punggung. Masing-masing ginjal terdiri dari tiga lobus yang tampak dan jelas.

Ginjal terdiri dari banyak tubulus kecil atau nephron yang menjadi unit fungsional

utama dari ginjal (Suprijatna et al., 2004). Sistem urinaria ayam maupun itik

terdiri atas sepasang ginjal yang berbentuk panjang yang menempel rapat pada

tulang punggung dan tulang rusuk serta melekat pada selaput rongga perut

(peritonium). Air kencing keluar dari tubuh melalui cloaca bersama-sama feses

dan kelihatan sebagai masa putih diatas feses tersebut (Yuwanta, 2004). Ureter

adalah saluran muscular yang mengalirkan urine dari dinding ginjal menuju ke

blader (kantong kencing). Kloaka merupakan suatu tabung yang berhubungan

dengan saluran pencernaan, saluran kencing dan reproduksi (Rasyaf, 2008).




2.2.5. Identifikasi penyakit ternak unggas
15




       Ilmu yang mempelajari penyebab penyakit disebut Etiologi. Berdasarkan

penyebabnya penyakit dapat dibedakan menjadi indirect factor atau predisposing

dan direct factor. Predisposing penyebab penyakit biasanya berkaitan dengan

stress atau cekaman. Penyebabnya antara lain kedinginan, ventilasi yang buruk,

populasi tinggi (over crowding), tidak cukup tempat pakan dan minum serta

overmedikasi (pengobatan yang berlebihan. Penyebab langsung penyakit bersifat

infeksius non infeksius. Penyakit infeksius ada yang kontagius dan non kontagius.

Penyakit kontagius adalah penyakit yang langsung ditransmisi dari individu atau

flock kepada individu yang lain. Penyakit infeksius adalah penyakit yang

disebabkan oleh organisme hidup. Sebagian beasr penyakit infeksi pada unggas

adalah kontagius, seperti penyakit karena virus, bakteri, riketsia, dan fungi.

Sementara beberapa penyakit infeksi tidak kontagius, seperti aspergilosis

(Suprijatna et al., 2008). Secara alamiah, kemungkinan munculnya penyakit di

sebuah peternakan ayam secara mendadak atau revolutif dapat dikatakan relatif

kecil. Umunya, terjadi secara bertahap sesuai interaksi antara bibit penyakit

dengan ayam dan dipelihara (Rahardjo et al., 2006).


2.3 Formulasi Ransum Ternak Unggas


       Ransum merupakan kumpulan kumpulan bahan makanan yang layak

dimakan oleh ayam dan telah disusun mengikuti aturan tertentu. Aturan ini

meliputi nilai kandungan gizi dari bahan makanan yang digunakan. Penyamaan

nilai gizi yang ada di dalam bahan makanan yang digunakan dengan nilai gizi

yang dibutuhkan ayam dinamakan teknik penyusunan ransum (Rasyaf, 2007).
16




Ransum sangat dibutuhkan oleh ternak karena mengandung campuran bahan

pakan yang di dalamnya terdapat nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak dan

komposisinya sesuai dengan kebutuhan pertumbuhannya (Suprijatna et al., 2005).


2.3.1. Pengertian ransum


       Ransum merupakan campuran bahan pakan yang mengandung nutrisi bagi

ternak, bahan pakan ini diberikan kepada ternak untuk kebutuhan selama 24 jam

(Suprijatna et al., 2005). Kombinasi bahan makanan tersebut yang bila

dikonsumsi secara normal akan mensuplai zat-zat makanan yang dibutuhkan

ternak (Yuwanta, 2004).


2.3.2. Kebutuhan nutrisi ternak unggas


       Protein adalah komponen yang komplek, makromolekul atau polymer

asam–asam amino yang diikat dengan rangkaian peptida. Protein ini kurang lebih

mengandung 16% nitrogen dan kadangkala terdapat sulfur, besi, atau phospor.

Hampir separuh sel-sel dari bobot hidup unggas adalah protein. Sel-sel itu tidak

akan bertumbuh dan memberikan bobot hidup yang memuaskan bila unggas tidak

memperoleh protein yang cukup untuk hidup dan produksinya (Rasyaf, 2008).

Kebutuhan protein untuk finisher adalah 18%-20% (Sudarmono, 2003).

       Energi metabolisme (EM) adalah energi yang terhimpun dalam nutrien

yang dapat dicerna (Rahardjo et al., 2006). Secara garis besar dianjurkan bahwa

pada itik periode finisher hendaknya ransum mengandung protein 18 sampai 20%
17




dengan energi metabolis 2800 sampai 3000 kkal, setelah umur 2 minggu sampai

saat dipotong protein menjadi 17–16% dan energi 3000 kkal (Yaman, 2010).


2.3.3. Jenis-jenis bahan pakan


2.2.3.1. Jagung giling. Jagung kuning merupakan bahan utama pakan ayam.

Penggunaannya mencapai 15-70% dari total pakan. Jagung kuning lebih baik

daripada jagung putih karena mengandung provitamin A untuk meningkatkan

kualitas daging dan telur. Vitamin A memberi warana kuning pada kulit dan

kuning telur (Suprijatna et al,. 2008). Jagung memiliki tekstur yang kasar,

berwarna kuning dan mempunyai kandungan energi yang tinggi serta merupakan

asam essensial dalam ransum unggas (Yuwanta, 2008).


2.2.3.2. Bekatul. Bekatul memiliki tekstur yang halus, memiliki warna coklat

muda, berbau apek, dan berbentuk tepung (Yaman, 2010). Bekatul mendekati

analisa dedak, tetapi sedikit mengandung selaput putih dan bahan kulit, susunan

zat makanannya sebagai berikut: 15% berupa air; 14,5% protein; 48,7% BETN;

7,4% serat kasar; 7,4% lemak dan 7% abu, kadar protein yang dapat dicerna

10,8% dan MP 70%. Energi metabolisme (EM) dalam bekatul adalah 1890

kcal/kg dan batasan penggunaan bekatul di dalam ransum itik sebesar 107,7-

30,5% (Rasyaf, 2008).


2.3.3.3. Tepung ikan. Tepung ikan berbentuk tepung halus dengan warna coklat

tua dan berbau amis. Tepung ikan tidak hanya menjadi sumber protein dan asam

amino yang baik, tetapi juga sumber mineral yang baik dan vitamin yang
18




sempurna, karena kandungan nutrisinya yang sangat baik inilah maka harga

pasarnya pun ikut tinggi (Suprijatna et al., 2005). Tepung ikan terbuat dari ikan

dan sisa-sisa ikan, setelah dikeringkan dan digiling halus. Kandungan protein

ikan sangat beragam, tergantung pada jenis      ikan dan    cara pengolahannya.

Tepung dari ikan besar selalu mengandung protein lebih tinggi dibandingkan ikan

kecil, namun bukan berarti tepung asal ikan kecil tidak mempunyai kelebihan.

Tepung ikan yang baik mengandung protein sekitar 60-70% dengan

keseimbangan asam amino yang sangat baik dan kandungan Energi Metabolis

2640-3190 Kkal/kg (Rasyaf, 2008).


2.3.3.4. Premix. Premix merupakan feed suplement atau bahan pakan tambahan

yang digunakan untuk pemenuhi atau menyediakan sumber vitamin, mineral dan

atau juga antibiotik. Premix memiliki campuran bahan pakan yang telah

diencerkan yang dalam pemakaiannya harus dicampurkan kedalam pakan

(Hardjosworo, 2006). Dosis penggunaan premix pada unggas tergantung pada

jenis unggas dan umurnya. Pada ayam pedaging periode starter dan finisher serta

ayam petelur masing-masing menggunkan 500g premix yang dicampurkan

kedalam pakan. Penggunaan premix ini harus disesuaikan dengan aturan pakai

seperti yang tercantum pada kemasan (Fadilah dan Polana, 2004).


2.3.4. Metode penyusunan ransum


       Prinsip dalam menyusun ransum adalah menyesuaikan kandungan nutrisi

yang ada didalam bahan makanan dengan kebutuhan nutrisi unggas. Ada beberapa

metode matematika yang dipakai untuk mrnyusun ransum mulai dari yang paling
19




sederhana sampai yang paling rumit. Pada metode pendugaan sederhana,

penyusun ransum mencoba sesuatu persentase atau jumlah tertentu bahan

makanan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi unggas. Bila masih

kurang di tambah dan bila lebih dikurangi (Rasyaf,2008). Cara penyusunan

ransum seharusnya memperhatikan tujuan penyusunan ransum, bahan pakan yang

tersedia dan tabel kandungan bahan pakan dari bahan-bahan pakan yang tersedia

yang direkomendasikan untuk setiap periode pertumbuhan produksi pada unggas

(Sudarmono, 2003).
20




                                     BAB III


                           MATERI DAN METODE


       Praktikum Produksi Ternak Unggas mengenai Pengenalan Jenis dan

Klasifikasi serta Formulasi Ransum Ternak Unggas dilaksanakan pada hari Selasa

tanggal 16 Oktober 2012 dan materi anatomi ternak unggas pada hari senin

tanggal 8 Oktober 2012 di Laboratorium Ilmu Ternak Unggas Fakultas

Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.


3.1.   Materi


3.1.1. Pengenalan jenis dan klasifikasi ternak unggas


        Alat yang digunakan dalam praktikum pengenalan jenis ternak unggas

adalah laptop sebagai media powerpoint untuk menjelaskan materi pratikum, LCD

sebagai media untuk megilustrasikan sebuah gambar dari laptop, alat tulis untuk

menggambar ayam dan itik dan mencatat hasil yang didapat.


3.1.2 Anatomi dan identifikasi ternak unggas

       Bahan yang digunakan dalam praktikum anatomi dan identifikasi ternak

unggas antara lain yaitu 2 ekor ayam jantan, 1 ekor itik jantan, 1 ekor itik betina.

Sedangkan peralatan yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini adalah

nampan sebagai tempat untuk meletakkan bahan percobaan, gunting bedah untuk

menggunting kulit unggas, pisau bedah untuk membedah organ unggas, plastik

sebagai tempat sisa-sisa bahan percobaan, timbangan kitchen scale digital
21




digunakan untuk menimbang ternak unggas, alat pengukur panjang (meteran)

untuk mengukur panjang organ ternak unggas, alat tulis untuk mencatat hasil

pengamatan dan pengukuran, dan kain untuk membersihkan noda.


3.1.3. Formulasi ransum ternak unggas


        Alat yang digunakan dalam praktikum formulasi ransum ternak unggas

adalah kalkulator untuk menghitung data, nampan untuk meletakkan bahan pakan

yang sudah ditimbang dan timbangan untuk menimbang bahan pakan yang

digunakan. Menghitung jumlah masing-masing komposisi bahan pakan sesuai

dengan ransum yang diinginkan, untuk membuat ransum sebanyak kebutuhan

ayam petelur finisher dengan menggunakan bantuan tabel komposisi bahan pakan.

Menghitung formulasi ransum yang akan digunakan untuk ayam petelur periode

starter. Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah jagung giling tepung ikan,

bungkil kedelai, bekatul dan premix.


3.2.   Metode

3.2.1. Pengenalan Jenis dan Klasifikasi Ternak unggas

       Metode yang digunakan dalam pengenalan jenis dan klasifikasi ternak

adalah mengamati degan melihat powerpoint yang telah disediakan oleh asisten

melalui LCD. Selanjutnya mengklasifikasikan unggas yang telah diamati tersebut

berdasarkan sistem klasifikasi standar dan tujuan pemeliharaannya. Melakukan

deskripsi dan mencermati perbedaan-perbedaan karakteristiknya.


3.2.2 Anatomi dan Indentifikasi Unggas
22




      Metode yang digunakan dalam anatomi dan identifikasi ternak unggas

adalah menyiapkan unggas yang akan diidentifikasi anatominya. Menimbang

bobot hidup ternak unggas kemudian melakukan pengamatan terhadap

karakteristik eksterior masing-masing jenis unggas darat dan air, selanjutnya

menyembelih ternak unggas tersebut. Menimbang bobot mati dan bobot darah lalu

membasahi dan membersihkan bulu-bulu di daerah yang akan disayat. Menyayat

dengan cara menggunting secara horizontal otot perut didekat tulang rusuk hingga

pertautan antara tulang dada dengan sayap. Memotong bagian dada dari

persendian scapulanya hingga bagian tersebut dapat dibuka. Mengamati dan

menggambar preparasi utuh sebelum dilakukan pemisahan organ. Memisahkan

masing-masing saluran dan organ yang akan diamati kemudian menggambarnya.

Melakukan penimbangan dan pengukuran panjang dari masing-masing saluran

dan organ yang diamati termasuk juga bobot cakar, kepala dan leher.


3.2.3. Formulasi Ransum Ternak Unggas


       Metode yang digunakan dalam menentukan formulasi ransum ternak

unggas adalah menentukan standar kebutuhan ransum yang akan disusun

berdasarkan kebutuhan rasio energi-protein dengan menggunakan metode

menentukan standar kebutuhan ransum yang akan disusun, misalnya ransum ayam

broiler periode starter. Menimbang bekatul sesuai sebanyak 56 gram, kemudian

membagi menjadi empat bagian sama rata pada loyang. Menimbang jagung giling

sebanyak 27 gram, kemudian mencampurkan ke dalam empat bagian ke dalam

Loyang bekatul masing – masing sebanyak 6,75 gram. Menimbang konsentrat jadi
23




sebanyak 16 gram, kemudian mencampurkan ke dalam empat bagian ke dalam

Loyang bekatul masing – masing sebanyak 4 gram kemudian catat formulasi

bahan pakan yang diperoleh.
24




                                   BAB IV


                        HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Pengenalan Jenis dan Klasifikasi Ternak Unggas

4.1.1. Klasifikasi Unggas

       Berdasarkan hasil praktikum didapatkan gambar seperti berikut ini:




           Ayam Orpington                              Ayam Australorp




           Ayam Orpington                          Ayam Australorp

Sumber: Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012.

                    Ilustrasi 1. Gambar Ayam Kelas Inggris

       Berdasarkan hasil praktikum menunjukan bahwa Kelas inggris adalah

sekelompok ayam yang dibentuk dan dikembangkan di negara Inggris.Ayam

inggris memiliki ciri cuping merah, tubuh besar, cangkang telur berwarna coklat.

Hal ini seperti pendapat Suprijatna et al,. (2005) yang menyatakan bahwa ayam

kelas ini memiliki karakteristik ayam kelas Inggris adalah dengan bentuk tubuh

yang besar, cuping berwarna merah, kulit berwarna putih, cangkang telut

berwarna cokelat ke kuning-kuningan, bulu merapat dan ayam yang masuk

kedalam kelas Inggris merupakan tipe pedaging. Contoh bangsa-bangsa ayam

adalah sussex, cornish, orpington, australorp dan dorking. Pada ayam australop
25




memiliki ciri-ciri bulu warna hitam, jengger besar dan tunggal. Hal ini sesuai

dengan pendapat Yuwanta (2008) yang menyatakan bahwa ayam Australorp

memiliki karakteristik warna bulu hitam dan rapat, jengger tunggal, punggung

panjang dan tegak, kerabang berwarna coklat.




          Ayam Rhode island red                    Ayam Plymouth rock




          Ayam Rhode island red                        Ayam Plymouth rock

Sumber: Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012.

                      Ilustrasi 2. Gambar Kelas Amerika

       Berdasarkan hasil praktikum menunjukan bahwa Ayam kelas Amerika

adalah kelompok ayam yang dibentuk dan dikembangkan di negara Amerika

Serikat. Ayam kelas Amerika memiliki badan yang lebih kecil dari ayam kelas

Inggris, cuping merah, bulu mengembang. Suprijatna et al., (2005) menyatakan

bahwa ayam kelas ini memiliki karakteristik dengan bentuk tubuh yang sedang,

cuping telinga berwarna merah, bulu mengembang, kulit ayam berwarna putih,

cangkang telur berwarna cokelat ke kunig-kuningan dan memiliki ciri khas yaitu

cakar tidak berbulu. Ayam jenis ini termasuk kedalam tipe dwiguna. Hal yang

sama dikatakan oleh Yuwanta (2008) yaitu tanda-tanda ayam kelas Amerika

adalah warna kulit terang, shank berwarna kuning, kerabang telur cokelat kecuali
26




telur ayam Lamona berwarna putih. Hal ini sesuai pendapat Suprijatna et al.,

(2008) yang menyatakan bahwa karakteristik ayam kelas Amerika adalah bentuk

tubuh sedang, cuping telinga berwarna merah, bulu mengembang, kulit berwarna

putih, telur berwarna coklat kekuningan, cakar tidak berbulu, dan terkenal sebagai

tipe dwiguna. Bangsa bangsa ayam yang termasuk kelas Amarika antara lain

Playmouth rock, Wyandotte, Rhode Island red (RIR), New Hampshire, dan jersey.

Yuwanta (2004) menambahkan ayam kelas Amerika dikembangkan untuk tujuan

dwiguna, yaitu memproduksi telur dan daging dengan tanda - tanda umumnya

adalah warna kulit terang, kerabang telur coklat kecuali telur ayam Lamnona

berwarna putih, cuping telinga merah, shank berwarna kuning, dan tidak berbulu.




              Ayam Langshan                           Ayam Cochin china




            Ayam Langshan                                Ayam Cochin china


        Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012.

                         Ilustrasi 3. Gambar Kelas Asia

       Bedasarkan hasil praktikum menunjukan bahwa ayam Asia memiliki

bentuk tubuh yang besar, bulunya merapat pada tubuh, cakar terdapat bulu dan

merupakan     tipe   jenis   pedaging.   Hal    ini    sesuai   dengan    pendapat

Suprijatna et al. (2008) yang menyatakan bahwa karakteristik ayam kelas asia
27




yaitu bentuk tubuh besar, bulu merapat ke tubuh, cuping merah, dan kerabang

telur beragam cokelat kekuningan sampai putih. Ciri khas lain cakar berbulu, kulit

warna putih samapi gelap, dan merupakan tipe pedaging. Bangsa bangsa ayam

yang termasuk kelas Asia antara lain Brahma, Langshan, dan Cochin China.

Yuwanta (2004) menambahkan bahwa tanda spesifik Ayam Asia adalah bentuk

badan besar, mempunyai sifat mengeram, cakar (shank) berbulu, tulang besar dan

kuat, cuping telinga merah, dan kerabang telur coklat.




             Ayam Ancona                           Ayam Spanish



              Ayam Ancona
                                                         Ayam Spanish

        Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012.

                     Ilustrasi 4. Gambar Kelas Mediterania

       Berdasarkan hasil praktikum menunjukan bahwa Ayam kelas Mediterania

adalah kelompok ayam yang dibentuk dan dikembangkan di sekitar negara dan

pulau di Laut Tengah.Ayam ini memiliki badan kecil dan ramping, warna cuping

putih, produksi telurnya yang tinggi dan mudah beradaptasi.Hal ini seperti

pendapat Suprijatna et al (2005) yang menyatakan bahwa ayam kelas ini memiliki

karakteristik ayam kelas Mediterania adalah bulu mengembang, cuping telinga

berwarna putih, bentuk tubuh ramping, kulit berwarna putih, cangkang telur

berwarna putih dan merupakan tipe petelur. Bangsa-bangsa yang termasuk kelas
28




ini antara lain leghorn, ancona, spanish, minorca dan Andalusia.Leghorn single

comb white merupakan bangsa ayam yang popular sebagai jenis ayam petelur.

Hal yang sama dikatakan oleh Yuwanta (2008) yaitu tanda-tanda ayam kelas

tanda-tanda spesifik ayam kelas Mediteran adalah cepat mencapai dewasa kelamin

(4-6 bulan), produksi telur tinggi (284-300 butir/tahun), tidak mengeram,

penampilan nervus, jengger tunggal dan lebar kecuali ayam yang mempunyai

jengger buttercup.




              Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012.

                           Ilustrasi 5. Ekasterior Itik

       Berdasarkan hasil praktikum, menunjukan bahwa karakteristik itik hampir

sama dengan jenis unggas yang lain, tetapi terdapat tanda – tanda khusus pada

ternak itu. Perbedaan tersebut terdapat pada kaki yaitu ukurannya lebih pendek,

terdapat selaput dan mempunyai kelenjar minyak yang terletak pada kulit. Hal ini

sesuai dengan pendapat Yaman (2010) yang menyatakan bahwa ternak itik

memiliki tanda – tanda khusus sehingga disebut sebagai unggas air di antaranya

adalah itik mempunyai kaki (tarsus) yang relatif pendek untuk ukuran badanya.

Ketiga jari (Toes) yang terletak di bagian anterior, yang dihubungkan oleh selaput

(Foot web) yang memungkinkan dia dapat bergerak degan cepat di dalam air.
29




Rasyaf (2008) menambahkan bahwa karakteristik utama yang membedakannya

dari itik biasa adalah adanya cakar yang tajam pada kakinya yang berselaput

renang, dapat bertengger di pepohonan serta disposisinya yang mendatar

(horisontal).




4.1.2. Unggas Darat
30




        Berdasarkan hasil pratikum didapatkan gambar seperti ilustrasi berikut:

                   4     3                  1        9    3
          5                                                       5
                                                              4           6
    6                                1

9
                                                10
                                     10 2



                                         7
                                                                          8
           7                     2

               8                                         Ayam Betina


            Ayam Jantan
         Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012.

                       Ilustrasi 6. Eksterior Unggas Darat

Keterangan:

1. Paruh                  4.Leher                         7. Dada
2. Jengger                5. Sayap                        8.Paha
3. Mata                   6. Ekor                         9. Cuping
10. Pial


        Berdasarkan hasil praktikum menunjukkan bahwa ayam jantan dan ayam

betina secara umum bentuknya sama namun terdapat perbedaan diantara

keduanya. Pada ayam betina pial dan jengger di bagian kepala ukuranya relatif

lebih kecil dari pada ayam jantan, pial dan jengger ayam jantan merah, besar, dan

tebal. Bulu pada ayam jantan, bersifat memanjang dengan bulu yang sedikit. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Suprijatna et al., (2008) yang menyatakan bahwa

Jengger ayam jantan lebih besar dari pada ayam betina, karena hormon sex jantan
31




yang mengakibatkan jengger dan pial membesar dan tebal serta berwarna merah,

terdapat bulu yang khas berbentuk memanjang, dengan lebar bulu yang

menyempit, sebagai secundary sex feather yaitu bulu leher (hackle feather), bulu

pinggul dan bulu sabit pada ekor sedangkan jengger pada ayam betina

menunjukkan jengger yang tipis, kering, dan kasar. Jengger yang tumbuh dan

berkembang dengan baik menunjukan kinerja produksi dan reproduksi yang lebih

baik dibandingkan dengan ayam yang memiliki jengger kecil. Jengger ayam

jantan lebih besar dari pada ayam betina. Sepasang pial terdapat pada bagian

kedua sisi rahang bawah dibagian basal paruh. Cuping telinga bersifat berdaging

tebal yang terletak dibagian bawah telinga. Cakar pada ayam umumnya tertutup

sisik yang merupakan penjuluran dari corium yang padat dan terbungkus oleh

epidermis yang sangat tebal. Kelenjar minyak (glandula uropygal) yang terdapat

dibagian atas ekor ayam berukuran sebesar kacang kapri, sedangkan pada unggas

air tumbuh lebih besar. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Rasyaf (2008)

yang menyatakan bahwa ayam memiliki bentuk paruh lancip, berwarna kuning,

warna jengger merah serta kaki berwarna kuning bulu pada ayam jantan dijadikan

sebagai daya tarik dalam menarik lawan jenisnya. Bagian kaki pada ayam jantan

terdapat taji sedangkan pada ayam betina tidak terlalu berkembang dengan baik

minorca .




4.1.3. Unggas Air
32




       Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan didapatkan hasil yang

sebagai berikut :

                                         9
                                         1
                                         2
                                         3

                                         4
                                        5
                                         6
                                         7
                                         8
            Itik jantan                                     Itik betina

Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012.
                           Ilustrasi 7. Eksterior Itik

Keterangan :
1. Mata               4. Leher               7. Dada
2. Lubang hidung      5. Punggung            8. Ekor
3. Paruh              6. Bulu kelamin        9. Selaput renang


       Berdasarkan hasil pengamatan bahwa itik mempunyai karakteristik utama

yaitu mempunyai kaki yang relatif pendek, antara jarinya terdapat selaput renang

serta bulu-bulunya tebal dan berminyak sehingga air tidak masuk dalam tubuhnya.

Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanta (2008) bahwa itik mempunyai kaki

(tarsus) yang relatif pendek untuk ukuran badannya. Ketiga jari (toes) yang

terletak di bagian anterior dihubungkan oleh selaput (foot web) yang

memungkinkan ia dapat bergerak cepat di dalam air. Foot web ini

menghubungkan jari kedua, ketiga dan keempat. Bulu itik berbentuk konkaf yang

merapat erat ke permukaan badan, dengan permukaan bagian dalam yang lembut
33




dan tebal. Karena itik mempunyai kelenjar minyak (preen gland) yang relative

besar, bulu itik senantiasa berminyak (greased). Dalam keadaan liar, ternak itik

bersifat monogamous, yaitu hidup berpasangan. Setelah jinak akan mengalami

perubahan menjadi bersifat polygamous, yaitu hidup bersama – sama dalam suatu

kelompok. Para ahli berpendapat bahwa jenis ternak itik domestik yang kita kenal

sekarang ini (kecuali Muskovi = Entok) merupakan keturunan langsung dari itik

liar (Hardjosworo, 2006). Sifat khas itik yang lainnya adalah sifat omnivorous,

yaitu hewan pemakan biji–bijian, rumput–rumputan, umbi-umbian dan makanan

yang berasal dari hewan (Rasyaf, 2008). Bulu itik berbentuk konkaf yang merapat

erat ke permukaan badan dengan permukaan bagian dalam yang lembut dan tebal

serta senantiasa berminyak. Fungsi bulu adalah untuk mencegah masuknya air

sehingga air tidak dapat mencapai permukaan kulit. Timbunan lemak yang

terdapat dibagian bawah kulit berfungsi sebagai insulator sehingga itik tahan

dingin walaupun berada dalam air untuk jangka waktu yang cukup lama. Bulu itik

juga mengandung banyak udara sehingga itik dapat mengapung dalam air. Ciri

spesifik dari itik jantan dengan betina adalah ada tidaknya feather sex pada bulu

ekornya (Suprijatna et al., 2008)


4.1.3. Perbedaan Unggas Darat Dan Air


       Berdasarkan hasil praktikum menunjukkan adanya perbedaan antara

unggas darat dengan unggas air yaitu terletak pada paruh, jengger di kepala,

selaput pada kakinya, kelenjar minyak dan kaki. Pada ayam bentuk paruhnya

runcing, mempunyai jengger, pial, cuping, dan taji sedangkan itik paruhnya lebih
34




lunak, tidak memiliki jengger, pial, dan cuping. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Suprijatna et al. (2008) yang menyatakan bahwa bagian organ ayam

yang tampak dari luar terdiri dari bagian kepala, leher, tubuh bagian depan, dan

tubuh bagian belakang. Di bagian kepala, terdapat paruh, jengger, cuping dan pial.

Pada unggas air, seperti itik, mentok, dan angsa. Umumnya memiliki paruh yang

lebih lunak dan kenyal dibandingkan ayam, disebut ceroma. Pada bangsa ayam,

kaki bagian bawah (shank) atau cakar umumnya tertutup oleh sisik, tetapi pada

bangsa tertentu, terutama yang berbulu total (seluruh tubuh), bagian cakar tertutup

oleh bulu.

       Perbedaan lainnya yang tampak adalah ayam memiliki kelenjar minyak

pada kulitnya yang lebih kecil dibandingkan itik. Selain itu, ayam tidak memiliki

selaput kaki sedangkan kaki itik memiliki selaput kaki. Hal ini sesuai dengan

pendapat Suprijatna et al. (2005) bahwa karakteristik kulit pada unggas ditandai

dengan tidak adanya kelenjar keringat (glandula sebacea), kecuali pada bagian

atas ekor, terdapat kelenjar minyak yang disebut pygostyle atau preen gland.

Kelenjar tersebut pada ayam berukuran sebesar kacang kapri, sedangkan pada

unggas air tumbuh lebih besar. Yaman (2010) menambahkan bahwa itik

mempunyai kaki (tarsus) yang relatif pendek untuk ukuran badannya. Ketiga jari

(toes) yang terletak di bagian anterior dihubungkan oleh selaput (foot web) yang

memungkinkan ia dapat bergerak cepat di dalam air. Foot web ini

menghubungkan jari kedua, ketiga dan keempat.
35




4.2.      Anatomi dan Identifikasi Penyakit Ternak Unggas


4.2.1.    Sistem pencernaan

          Berdasarkan hasil pengamatan pada organ pencernaan unggas diperoleh

data sebagai berikut :

                          1                                                4        3
                                2
                  3
                                5                        5                                            1

                                                                                                 2
                                    6                    6

                                    7                                                   7
              9
                                        10                   9
                                                                               8
                                                                                                 10
                               11
         12                                                                    11
                                                     1
                                                     2
             Pencernaan Itik                         Pencernaan Ayam
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012.

                         Ilustrasi 8. Sistem pencernaan Unggas

Keterangan:

 1. Esophagus                  5. Hati                           9. Micel difentriculum
 2. Tembolok                   6. Pancreas                       10. Usus buntu
 3. Proventiculus              7. Duodenum                       11. Usus besar
 4. Empedal                   8. Jejunum dan ileum               12. Cloaca


          Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa sistem pencernaan

pada unggas baik darat maupun air pada umunya sama terdiri dari paruh,

esophagus, crop (tembolok), proventikulus, gizzard (empedal), usus halus, usus

buntu, usus besar dan cloaca. Makanan masuk melalui mulut dan terjadi proses
36




pencernaan selama di dalam organ pencernaan dan keluar melalui kloaka. Hal ini

sesuai dengan pendapat Suprijatna et al. (2008) yang menyatakan bahwa saluran

pencernaan terdiri dari mulut, esophagus, tembolok, proventikulus, gizzard,

duodenum, usus halus, seka, rectum, dan kloaka. Hal ini ditambahkan dengan

pernyataan Rasyaf (2008) yang menyatakan bahwa alat pencernaan terdiri atas

saluran yang memanjang mulai dari mulut melanjut ke usus dan berakhir di

lubang pelepasan atau anus.

       Berdasarkan hasil pengamatan baik unggas darat maupun unggas air

memliki mulut yang berupa paruh, sedangkan pada unggas air paruh berfungsi

untuk menyaring makanan yang terapung pada air. Hal ini sesuai dengan pendapat

Hardjosworo (2006) paruh ayam tidak memliki bibir dan gigi. Peranan gigi dan

bibir pada ayam digantikan oleh rahang yang menanduk dan membentuk paruh.

Fungsi paruh pada unggas darat dan air berbeda. Pada unggas darat paruh terdapat

lidah yang runcing yang digunakan untuk mendorong pakan menuju esophagus.

Lidah pada ayam runcing dan keras seperti kail pada bagian belakang lidah yang

berfungsi untuk mendorong pakan menuju esophagus sewaktu lidah digerakkan

dari depan ke belakang. Ditambahakan oleh Yuwanta (2004) yang menyatakan

bahwa makanan yang masuk oleh pergerakan lidah itik didorong masuk ke dalam

faring yang kemudiian ditelan. Makanan yang terapung – apung di air ditelan

dengan bantuan alat penyaringan yang berupa lamella paralel.

       Berdasarkan dari hasil pengamatan baik unggas darat maupun unggas air

memliki esopahagus yang merupakan saluran penghubung antara mulut dan

proventrikulus,yang panjangnya pada unggas betina 7 cm dan pada unggas jantan
37




4 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatana et al. (2008) yang menyatakan

bahwa esophagus atau kerongkongan berupa pipa tempat pakan melalui saluran

ini dari bagian belakang mulut (faring) ke proventrikulus. Hal ini ditambahakan

oleh Yuwanta (2008) yang menyatakan bahwa esophagus merupakan saluran

lunak dan elastis yang mudah mengalami pemekaran apabila ada bolus yang

masuk. Esophagus memanjang dari faring hingga proventrikulus melewati

tembolok (crop).

       Berdasarkan dari hasil pengamatan baik unggas darat maupun unggas air

memliki crop yang memiliki fungsi yang sama tetapi mempunyai panjang yang

berbeda. Pada unggas betina memiliki panjang 4 cm dan panjang unggas jantan

memiliki panjang 13 cm. Tembolok memiliki fungsi sebagai organ penyimpan

makanan sementara. Hal ini sesuai dengan pendapat Yaman (2010) yang

menyatakan bahwa tembolok adalah organ yang berbentuk kantung dan

merupakan daerah pelebaran dari esophagus dan berfungsi sebagai organ

penyimpanan pakan. Fadilah dan Polana (2004) menambahkan bahwa pada itik

dan unggas air pada umumnya, crop tidak berkembang secara sempurna. Crop

berfungsi sebagai penampung sementara bagi makanan.

       Berdasarkan dari hasil pengamatan baik unggas darat maupun unggas air

memliki proventrikulus yang sama dan memiliki fungsi yang sama yaitu

melakukan proses pencernaan secara kimiawi yang panjangnya pada unggas

betina 5 cm dan pada unggas jantan 3,5 cm. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Yuwanta (2004) proventrikulus disebut juga perut kelenjar atau glandular

stomach yang mensekresikan pepsinogen dan HCl untuk mencerna protein dan
38




lemak. Ditambahakan oleh Suprijatna et al., (2008) pepsin merupakan suatu

enzim untuk membantu pencernaan protein, dan hidrokloric acid disekresi oleh

glandular cell.

       Berdasarkan dari hasil pengamatan baik unggas darat maupun unggas air

memliki Empedal atau gizzard memiliki otot-otot kuat yang digunakan untuk

menggiling pakan yang masuk yang panjangnya pda unggas betina 8 cm dan pada

unggas jantan 4 cm. Batu kerikil terdapat pada empedal yang berfungsi untuk

membantu proses pemecahan atau penghancuran pakan yang masuk. Itik

mempunyai gizzard yang lebih kecil dibanding ayam. Hal ini sesuai dengan

pendapat Yaman (2010) yang menyatakan bahwa fungsi utama empedal adalah

menggiling dan meremas pakan yang keras. Proses mencerna makanan secara

normal dapat dibantu oleh adanya kerikil yang biasa diambil dan ditelan melalui

mulut. Hal ini ditambahkan oleh Suprijatna et al. (2008) yang menyatakan bahwa

Gizzard memiliki dua pasang otot yang sangat kuat sehingga ayam mampu

menggunakan tenaga yang kuat.

       Berdasarkan dari hasil pengamatan baik unggas darat maupun unggas air

memiliki usus halus yang sama. Usus halus terdiri dari duodenum, jejenum dan

illeum, di usus halus terjadi pencernaan dan penyerapan sari-sari makanan. yang

panjangnya pada unggas betina masing – masing 32 cm, 66 cm , 62 cm sedangkan

pada jantan masing – masing 17 cm,23 cm dan 25cm. Hal ini sesuai dengan

pendapat Yuwanta (2008) yang menyatakan bahwa usus terdiri atas saluran

makanan yang dimulai dari duodenum yaitu usus halus bagian depan dan berakhir

di rectum atau usus besar di bagian belakang. Pencernaan dan penyerapan pakan
39




utamanya terjadi di usus halus. Panjang saluran, organ pencernaan ayam betina

seperti duodenum sepanjang 32 cm, jejunum 66 cm, ileum 62 cm. Hal ini

ditambahkan oleh Yaman (2010) usus halus terdiri atas duodenum, jejunum, dan

ileum.

         Berdasarkan dari hasil pengamatan baik unggas darat maupun unggas air

memliki ceca yang terletak diantara usus besar dan usus halus dan terdiri atas dua

kantung yang panjangnya masing - masing 19 dan 18 cm. Fungsi kemampuan

mencerna serat kasar antara unggas air dan unggas darat berbeda Hal ini sesuai

dengan pendapat Yuwanta (2004) yang menyatakan bahwa sekum terdiri atas dua

seka atau saluran buntu yang berukuran panjang 20 cm. Pada bagian seka juga

terjadi digesti serat kasar yang dilakukan oleh bakteri serat kasar. Kemampuan

mencerna serat kasar pada bangsa itik lebih besar daripada ayam sehingga sekum

litik lebih berkembang daripada ayam. Ditambahkan oleh Suprijatna et al. (2008)

yang menyatakan bahwa diantara usus halus dan usus besar, terdapat dua kantung

yang disebut sebagai ceca (usus buntu).

         Berdasarkan dari hasil pengamatan baik unggas darat maupun unggas air

memiliki usus besar yang merupakan lanjutan dari usus kecil dan berakhir pada

kloaka. Panjang usus besar pada betina adalah 5 cm sedangkan pada jantan

panjangnya 4 cm. Hal ini tidak sesuai dengan Yuwanta (2004) yang menyatakan

bahawa usus besar (rectum) dinamakan juga intestinum crasum yang panjangnya

7 cm, hal ini dikarenakan bahwa unggas yang kita gunakan dalam pratikum masih

muda. Ditmbahkan oleh Suprijatna et al,. (2008) yang menyatakan bahwa usus

besar merupakan rectum. Pada ayam dewasa, panjangnya hanya sekitar 10 cm
40




dengan diameter sekitar dua kali usus halus. Bentuknya melebar dan terdapat pada

bagian akhir usus halus ke kloaka.

       Berdasarkan dari hasil pengamatan baik unggas darat maupun unggas air

memliki kloaka. Kloaka pada ayam berfungsi sebagai saluran untuk mengeluarkan

ekskreta. Saluran kloaka ini merupakan dari tiga saluran yaitu saluran pencernaan,

saluran reproduksi dan saluran urinari. Yang memiliki panjang pada unggas betina

15 cm dan ungga jantan 3 cm. Hal ini sesuai dengan Yuwanta (2004) yang

menyatakan bahwa kloaka merupakan tempat keluarnya ekskreta karena urodeum

dan koprodeum terletak berhimpitan. Ditambahakan oleh Suprijatna et al., (2005)

yang menyatakan bahwa kloaka meruapakan suatu tabung yang berhubungan

dengan saluran pencernaan, saluran kencing dan reproduksi yang membuka keluar

menuju anus.

       Berdasarkan dari hasil pengamatan baik unggas darat maupun unggas air

memliki kelenjar pencernaan yang berupa pankreas, hati dan kantung empedu.

Yang tidak terdapat perbedaan fungsi, baik unggas darat maupun unggas air yaitu

sebagai mensekresikan enzim pencernaan. Hal ini sesuai dengan pendapat

Suprijatna et al., (2008) yang menyatakan bahwa organ-organ tertentu berkaitan

erat dengan pencernaan sebagai saluran sekresi kedalam saluran pencernaan itik.

Fungsinya membantu dalam pemprosesan pakan. Organ tersebut yaitu pankreas,

hati, dan kantung empedu. Di tambahkan oleh Yuwanta (2008) meskipun

dinamakan organ tambahan, namun fungsi organ ini sangat penting karena

mengsekresikan enzim pencernaan.
41




4.2.2.   Anatomi Sistem respirasi unggas

         Hasil pengamatan organ respirasi pada unggas dapat diperoleh sebagai

berikut yaitu :



  1
                                                                            1

  2
                                                                            2


  3
                                                                            3
  4
                                                                            4




              Respirasi Itik                        Respirasi Ayam
          Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012.

                   Ilustrasi 9. Anatomi Sistem Respirasi Unggas

Keterangan:

1. Larynx                                   3. Trachea
2. Syrinx                                   4. Paru-paru


         Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil sistem respirasi pada unggas

air dan unggas darat hampir sama terdiri dari larynx, syrinx, trachea, paru-paru

dan kantong udara. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al., (2008) yang

menyatakan bahwa sistem respirasi pada ayam terdiri dari nasal cavities , larynx,
42




trachea, syrinx, bronchi, paru-paru , kantung udara dan udara tertentu pada tulang.

Yuwanta (2004) menambahkan bahwa saluran pernapasan dari luar kedalam

adalah lubang hidung luar dan dalam, glotis, trachea, syrinx (rongga suara),

bronkhi, dan paru-paru.

       Syrinx pada ayam dan         itik terdapat diantara larynx dan trachea.

Perbedaan syrinx antara ayam dan itik adalah pada ayam ukuran syrinx lebih kecil

dibandingkan dengan syrinx pada itik,karena syrinx pada itik berfungsi untuk

mengeluarkan suara yang khas pada itik. Hal ini sesuai pendapat Rasyaf (2008)

bahwa Syrinx pada itik berfungsi sebagai alat untuk membantu menghasilkan

suara yang khas.

       Trakea meupakan saluran penghubung antara larynx dengan paru-paru.

Paru-paru meruapakan organ yang berfungsi sebagai pengatur sirkulasi udara. Hal

ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al., (2008) bahwa paru-paru pada unggas

berfungsi sebagai tempat berlangsungnya pertukaran gas dalam darah dan sebagai

cooling mechanism (mekanisme pendingin) bagi tubuh bila kelembaban

dikeluarkan lewat pernafasan. Hardjosworo (2006) menambahkan bahawa paru-

paru berfungsi untuk mencukupi kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh tubuh.
43




4.2.3. Sistem reproduksi unggas


4.2.3.1. Sistem reproduksi unggas jantan


        Hasil pengamatan organ reproduksi pada ayam dan itik di peroleh gambar

sebagai berikut:


                                                                          1
                                 2
          3                                    2                       4

                                  1
    4

                                                                              3


         Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012.

          Ilustrasi 10. Hasil pengamatan organ reproduksi unggas jantan

Keterangan:

1. Testis                                   3. Cloaca
2. Vas defferens                            4.Epidermis


        Organ reproduksi ayam jantan dan itik jantan memiliki beberapa kesamaan

antara lain sepasang testis, sepasang vasdeferens, dan kloaka, yang berbeda hanya

bentuk dan ukurannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanta ( 2004) yang

menyatakan bahwa alat reproduksi jantan dibagi dalam tiga bagian utama, yaitu

sepasang testis, sepasang saluran deferens, dan kloaka. Yuwanta (2008)

menambahkan bahwa organ reproduksi jantan adalah testes, ductus deferens, dan

organ kopulasi yang bersifat rudimenter yang terletak dalam kloaka.
44




       Ayam jantan memiliki dua buah testis dalam rongga perut bagian atas

terletak memanjang di punggung di dekat ujung ginjal sebelah depan dan di

bawahnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al. (2008) yang

menyatakan bahwa sistem reproduksi jantan terdiri dari dua testis yang terletak

pada dorsal area rongga tubuh, dekat bagian akhir anterior ginjal. Sedangkan pada

itik jantan testis berbentuk bulat kacang. Hal ini sesuai pendapat Rasyaf (2008)

yang menyatakan bahwa organ reproduksi jantan yang primer ialah berbentuk

bulat kacang.

       Ayam jantan dan itik jantan memiliki sepasang vas defferens yang sama.

Vas defferens memiliki fungsi untuk menyalurkan sperma ke kloaka, hal ini sesuai

dengan pendapat Fadilah dan Polana (2004) menyatakan bahwa vas defferens

adalah saluran kecil menyalurkan sperma ke kloaka. Suprijatna et al., (2005)

menambahkan Vas defferens yaitu sebuah saluran yang berfungsi mengalirkan

sperma ke luar dari tubuh.

       Kloaka baik pada ayam jantan maupun itik jantan merupakan muara dari

tiga saluran, yaitu urinari, pencernaan dan reproduksi. Fungsi kloaka pada sistem

reproduksi ayam jantan dan itik jantan yaitu sebagai organ pengangkut semen

yang membentuk tonjolan-tonjolan pada dinding dorsal kloaka. Hal ini sesuai

dengan pendapat Yaman (2010) yang menyatakan bahwa Vas defferens tidak

bermuara kedalam organ kopulasi seperti pada spesies lainnya, tetapi kedalam

papilla kecil (tonjolan seperti jari-jari tangan). Tonjolan-tonjolan ini terletak pada

dinding dorsal kloaka dan berperan sebagai organ pengangkut semen.

Ditambahakan oleh Rasyaf (2008) yang menyatakan bahwa kloaka merupakan
45




suatu tabung yang berhubungan dengan saluran pencernaan, saluran kencing dan

reproduksi yang membuka keluar menuju anus.


4.2.3.2.Sistem reproduksi unggas betina

       Berdasarkan hasil pengamatan pada sistem reproduksi dapat diperoleh

gambar sebagai berikut:

                 Ayam                                     Itik
                                                                          1
                                    1


                                                                              2
                                     2
                                                                          3

                                                                              4
                                     3

                                     4                                    5

                                     5
                                                                      6
                                     6
                                                                          7
                                    7
          Sumber: Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012.

          Ilustrasi 11. Hasil pengamatan organ reproduksi unggas betina

Keterangan:

     1.   Ovarium                          5. Uterus
     2.   Infundibulum                     6. Vagina
     3.   Magnum                           7. Kloaka
     4.   Isthmus


       Berdasarkan praktikum diperoleh hasil bahwa organ reproduksi betina

pada unggas dan itik hampir sama, yaitu terdiri dari ovarium, infundibulum,

magnum, isthmus, uterus, vagina dan kloaka. Hal ini sesuai dengan pendapat
46




Suprijatna et al. (2008), bahwa anatomi alat reproduksi ayam betina terdiri atas

dua bagian utama yakni ovarium dan oviduk. Yuwanta (2004) menambahkan

ovarium adalah tempat sintesis hormon steroid seksual, gametogenesis, dan

perkembangan serta pemasakan kuning telur. Oviduk adalah tempat menerima

kuning telur masak, sekresi putih telur, dan pembentukan kerabang telur.

       Ovarium pada ayam betina dan itik betina memiliki fungsi yang sama

yaitu untuk membentuk yolk atau kuning telur. Hal ini sesuai dengan pendapat

Suprijatna et al., (2005) yang menyatakan bahwa ovarium berfungsi sebagai

tempat pembentukan kuning telur. Yuwanta (2008) menambahkan bahwa ovarium

adalah tempat sintesis hormon steroid seksual gametogenesis dan perkembangan

serta pemasakan kuning telur.

       Infundibulum pada ayam betina dan itik betina memiliki peran yang sama

yaitu berperan dalam penangkapan kuning telur. Hal ini sesuai dengan pendapat

Yaman (2010) yang menyatakan bahwa Infundibulum berperan dalam

penangkapan kuning telur. Rasyaf (2008) menambahkan fungsi utama

Infundibulum adalah menangkap ovum yang masak.

       Magnum pada ayam betina dan itik betina befungsi untuk mengsekresikan

albumen atau putih telur. Hal ini sesuai dengan pendapat Blakely and Bade (1994)

yang menyatakan bahwa fungsi utama magnum adalah mensekresikan albumen.

Yuwanta (2004) menambahkan magnum merupakan temapat untuk mensintesis

dan mensekresi putih telur.

       Isthmus pada ayam betina dan itik betina berfungsi untuk mensekresikan

membran cangkakang. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudarmono (2003) yang
47




menyatakan bahwa Isthmus berfungsi sebagai tempat untuk mensekresikan

membran cangkang. Yuwanta (2004) menambahkan Isthmus adalah tempat untuk

mensekresikan membran atau selaput telur.

       Uterus pada ayam betina dan itik betina berfungsi mensekresikan

cangkang. Hal ini sesuai dengan Yuwanta (2008) yang menyatakan bahwa fungsi

uterus adalah mensekresikan cangkang. Yuwanta (2004) menambahkan bahwa

uterus temapat terbentuknya cangkang.

       Vagina pada ayam betina dan itik betina berfungsi sebagai tempat

penyimapanan telur ntuk sementara waktu. Hal ini sesuai dengan pendapat

Fadilah dan Polana (2004) bahwa vagina dalah tempat dimana telur untuk

sementara ditahan dan dikeluarkan bila telah tercapai bentuk yang sempurna.

Yuwanta (2004) menambahkn bahwa vagina adalah tempat penyimpanan

sementara telur.

       Kloaka pada ayam betina dan itik betina berfungsi sebaga tempat

dikeluarkannya telur. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahardjo et al., (2002) yang

menyatakan bahwa kloaka merupakan tempat untuk mengeluarkan telur. Yuwanta

(2004) menambahkan bahwa kloaka merupakan bagian ujung luar dari oviduck

tempat dikeluarkannya telur.




4.2.4. Sistem urinari unggas
48




       Berdasarkan hasil pengamatan sistem urinari pada ayam dan itik dapat

diperoleh gambar sebagai berikut:

                                1                   2


                                                                           3
                                              1




              3


                                    2


        Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012.

                  Ilustrasi 12. Hasil pengamatan sistem urinari unggas

Keterangan:

1. Ginjal
2. Ureter
3. Cloaca


       Berdasarkan hasil pengamatan, sistem urinari pada ayam dan itik tidak

terdapat perbedaan yang signifikan. Sistem urinari terdiri dari sepasang ginjal

yang diteruskan oleh sepasang saluran menuju cloaca pada akhir saluran. Hal ini

sesuai dengan pendapat Yuwanta (2004), bahwa sistem urinaria ayam maupun itik

terdiri atas sepasang ginjal yang berbentuk panjang yang menempel rapat pada

tulang punggung dan tulang rusuk serta melekat pada selaput rongga perut

(peritonium). Air kencing keluar dari tubuh melalui cloaca bersama-sama feses

dan kelihatan sebagai masa putih diatas feses tersebut. Ditambahkan pula oleh

Yaman (2010) bahwa ureter adalah saluran muscular yang mengalirkan urine dari

dinding ginjal menuju ke blader (kantong kencing).
49




       Ginjal berfungsi reabsorpsi zat masih digunakan kembali dan pengeluran

urin sehingga terjadi keseimbangan osmosis cairan tubuh. Hal ini sesuai dengan

pendapat Yuwanta (2008) yang menyatakan ginjal berfungsi sebagai sistem

pembuangan air dan menjaga keseimbangan osmosis bagi cairan tubuh. Pada

unggas terdapat dua buah ginjal yang terletak di belakang paru-paru. Hal ini

sesuai dengan pendapat Suprijatna et al.,      (2008) yang menyatakan sistem

ekskresi pada ungggas terdiri dari dua buah ginjal yang bentuknya relatif besar

memanjang, berlokasi dibelakang paru-paru dan menempel pada tulang

punggung.

       Ureter berfungsi mengalirkan urin yang bercampur dengan feses dari

ginjal ke kloaka. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanta (2004) yang

menyatakan ureter mengalirkan urin ke kloaka. Ureter terletak diantara ginjal dan

kloaka. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatn et al., (2005) yang menyatakan

bahwa ureter merupakan saluran yang menghubungkan masing – masing ginjal

dengan kloaka.

       Kloaka merupakan muara tiga saluran yaitu pencernaan, reproduksi dan

urinasi. Sesuai dengan pendapat Rasyaf (2008) yang menyatakan kloaka

merupakan suatu tabung yang berhubungan dengan saluran pencernaan, saluran

kencing dan reproduksi. Feses dan urin secara bersama – sama dikeluarkan

melalui kloaka. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahardjo et al., (2002) hasil

metabolik dan urin yang bercampur feses yang disebut ekskreta dikeluarkan

melalui kloaka.


4.3. Formulasi Ransum Ternak unggas
50




       Praktikum formulasi ransum ternak unggas menggunakan bahan pakan

jagung giling, bekatul, tepung ikan, bungkil kedelai dan premix dengan

menggunakan metode trial and error. Ransum yang dibuat adalah untuk itik

periode finisher. Hasil penyusunan ransum dengan metode trial and error sebagai

berikut:

Tabel 1. Hasil Perhitungan Ransum Metode Trial and Error

                    Pakan                                     Hasil
 Bahan                                Komposisi
           PK     EM        Harga               PK         EM          Harga
 Pakan                                (%)
           (%)    (kkal/kg) (Rp)                (%)        (kkal/kg)   (Rp)
 Bungkil
          48     2240       7500    15          7,2     336            562,5
 Kedelai
 Jagung
          8,6    3370       3500    50          4,3     1685           1062,5
 giling
 Tepung
          63, 6 2830        8500    5           3,15    141,5          212,5
 Ikan
 Bekatul 12      2860       3750    29          3,48    829,4          543,75
 Premix -        -          -       1           -       5              150
 Total                              100         18,13 2991,9           2381,2
Sumber: Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012.

       Hasil yang diperoleh dari praktikum penyusunan ransum dengan

PK= 18,13. Hal ini menunjukkan bahwa ransum yang disusun telah memenuhi

standar yaitu sebesar 18-19 %. Hal ini sesuai dengan pendapat (Rasyaf, 2008)

yang menyatakan bahwa kebutuhan protein untuk itik finisher adalah antara 18-

20%. Untuk komposisi energi metabolis (EM) pada ransum itik pedaging finisher

diperoleh 2991,9 kkal/kg, hal ini berarti kebutuhan energi metabolis ternak itik

pedaging finisher terpenuhi. Hal ini sesuai dengan pendapat Yaman (2010) yang

menyatakan bahwa ransum itik finisher mengandung energi 3000 kkal. Dari hasil

praktikum penyusunan ransum di peroleh data mengenai harga ransum sebesar

Rp.2381,25,-. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bahan penyusunnya
51




mudah didapat dan kegunaannya tidak bersaing dengan manusia. Hal ini sesuai

dengan pendapat Rahardjo et al., (2002) yang menyatakan bahwa pakan unggas

yang tidak bersaing dengan manusia adalah bungkil kelapa,       jagung giling,

bekatul, dedak, dan konsentrat.

Tabel 2. Hasil Organoleptik Bahan Pakan
 No Bahan Pakan        Tekstur      Tekstur       Warna          Bau
 1. Jagung Giling Crumble           Kasar         Kuning         Khas


 2.   Bekatul          Mesh         Halus         Kuning         Khas
                                                  kecoklatan
 3.   Bungkil          Crumble      Kasar         Kuning         Khas
      Kedelai                                     kecoklatan

 4.   Tepung Ikan      Mesh         Halus         Coklat         Khas

 5. Premix            Mesh         Halus        Krem             Khas
Sumber: Data Primer Praktikum Ternak Unggas, 2012.

       Berdasarkan hasil praktikum organoleptik ransum didapatkan hasil bahwa

Jagung giling memiliki tekstur butiran kasar, warna kuning, bau beraroma khas

jagung, bentuk tepung. Hasil ini menunjukkan bahwa jagung kuning telah

dilakukan penggilingan. Menurut Suprijatna et al., (2008) yang menyatakan

bahwa warna kuning pada jagung giling berasal dari provitamin A yang

terkandung di dalamnya. Pada Bekatul didapatkan hasil tekstur halus, warna

coklat muda, bau apek dan bentuk tepung. Hal ini sesuai pendapat Rasyaf (2008)

yang menyatakan bahwa pemakaian bekatul dalam jumlah banyak dan dapat

menyebabkan ketengikan autooksidatif. Pada konsentrat didapatkan hasil tekstur

kasar, warna coklat tua, bau menyengat dan bentuk tepung. Menurut pendapat

Yaman (2010) yang menyatakan bahwa bentuk tepung pada konsentrat itu didapat
52




dari campuran bahan pakan utama sumber protein yang dijual di pasaran dan

dibuat oleh pabrik.

       Formulasi ransum degan menggunakan metode trial and error    yang

merupakan penyusunan ransum secara coba-coba. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Rasyaf (2008) yang menyatakan bahwa ada beberapa mitode

matematika yang dipakai untuk menyusun ransum mulai dari yang sederhana

hingga yang paling rumit. Dalam mitode pendugaan sederhana penyusunan

ransum mencoba suatu presentase atau jumlah tertentu bahan makanan yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi unggas. Bila masih kurang

ditambah dan bila lebih dikurangi.




                                     BAB V

                        KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.   Kesimpulan
53




       Perbedaan eksterior antara unggas darat dan unggas air yaitu pada ayam

tidak terdapat selaput kaki dan tidak terdapat kelenjar minyak pada bulunya. Pada

kaki itik terdapat selaput kaki, bulu itik lembut dan tebal karena memiliki kelenjar

minyak. Dari segi interiornya, pada ayam terdapat tembolok yang mengembang

dan tidak terdapat syrink. Pada itik tembolok tidak mengembang dan terdapat

syrink. Kondisi hewan yang digunakan dalam praktikum termasuk dalam kondisi

sehat. Kandungan PK dan EM pada ransum yang disusun telah sesuai dengan

standar PK dan EM yang harus terkandung di dalam ransum ternak itik pedaging

periode finisher sehingga layak untuk diberikan.


5.2.   Saran


       Sebaiknya semua bahan atau materi yang digunakan pada saat praktikum

disediakan oleh laboratorium. Pengamatan bagian eksterior unggas, anatomi dan

penyusunan ransum perlu ketelitian supaya didapatkan hasil yang maksimal.




                              DAFTAR PUSTAKA


Fadilah, R., dan Polana , A. 2004. Aneka PenyakitPadaAyam Dan Cara
       Mengatasinya. AgroMediaPustaka. Tangerang.

Hardjosworo, Peni S. 2006. Meningkatkan Produksi Daging Unggas. Penebar
       Swadya, Jakarta.
54




Martawijaya. 2004. Panduan Beternak Itik secara Intensif. Agromedia Pustaka,
      Jakarta.

Rasyaf, M. 2008. Panduan beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sudarmono. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Kanisius,
      Yogyakarta.

Suprijatna, E., Atmomarsono, U., danKartasudjana, R. 2005. Ilmu Dasar Ternak
       Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suprijatna, E., Atmomarsono, U., danKartasudjana, R. 2008. Ilmu Dasar Ternak
       Unggas.PenebarSwadaya, Jakarta.

Susilorini, T. E., M. E. Sawitri dan Muharlien. 2009. Budidaya 22 Ternak
       Potensial. Penebar Swadaya, Jakarta

Yaman, M. Aman. 2010. Ayam Kampung Unggul 6 Minggu Panen. Penebar
       Swadaya, Jakarta.

Yuwanta, T. 2004. Dasar beternakUnggas. Kanisius, Yogyakarta.

Yuwanta, T. 2008. Dasar Ternak Unggas. Kanisius, Yogyakarta.




                         LAPORAN PRATIKUM
                      PRODUKSI TERNAK UNGGAS




                                Disusun oleh :

                                 Kelompok IIB
55




Nurul Ayu Andini       23010111120054
Chandra Prabawa        23010111130078
Lina Rahmawati         23010111130081
Ardiyanto Setiawan     23010111130082
Susana                 23010111130086
Nurul Afriyanti        23010111130089
Galuh Nanda J.         23010111130102
Eko Prasetyo           H2A 009 170
Budi Eko               H2A 009 206
Argandhina Purbasari   H2A 009 168




       JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
     UNIVERSITAS DIPONEGORO
            SEMARANG
               2012

More Related Content

What's hot

Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampung
Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampungLaporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampung
Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampungLaode Syawal Fapet
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGILAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGIEDIS BLOG
 
Teknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansiaTeknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansiaRamaiyulis Ramai
 
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakanan
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakananPertemuan i nutrisi unggas- zatmakanan
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakananEmi Suhaemi
 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPASRahma Sagistiva Sari
 
Anatomi hewan
Anatomi hewanAnatomi hewan
Anatomi hewanlombkTBK
 
Teknik isolasi mikroba
Teknik isolasi mikrobaTeknik isolasi mikroba
Teknik isolasi mikrobaf' yagami
 
Laporan Resmi Praktikum Fisiologi Ternak
Laporan Resmi Praktikum Fisiologi TernakLaporan Resmi Praktikum Fisiologi Ternak
Laporan Resmi Praktikum Fisiologi TernakUniversitas Diponegoro
 
Penyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakoso
Penyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakosoPenyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakoso
Penyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakosoNusdianto Triakoso
 
Pengertian Genetika Ternak - Materi Genetika Ternak
Pengertian Genetika Ternak - Materi Genetika TernakPengertian Genetika Ternak - Materi Genetika Ternak
Pengertian Genetika Ternak - Materi Genetika TernakLusia Komala Widiastuti
 
Makalah pengawetan ikan dengan metode penggaraman
Makalah pengawetan ikan dengan metode penggaramanMakalah pengawetan ikan dengan metode penggaraman
Makalah pengawetan ikan dengan metode penggaramanAbd Taj Khalwatiyah
 
pembuatan insektarium dan preparat basah
pembuatan insektarium dan preparat basahpembuatan insektarium dan preparat basah
pembuatan insektarium dan preparat basahSitti Nur Fadillah
 
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur KomersialPemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur KomersialSIlfani Sabila
 
Analisis bahan pakan van soest
Analisis bahan pakan van soestAnalisis bahan pakan van soest
Analisis bahan pakan van soestYusuf Ahmad
 
Laporan hasil pengamatan jamur mikroskopis
Laporan hasil pengamatan jamur mikroskopisLaporan hasil pengamatan jamur mikroskopis
Laporan hasil pengamatan jamur mikroskopisYunan Malifah
 

What's hot (20)

Praktikum amfibi
Praktikum amfibiPraktikum amfibi
Praktikum amfibi
 
organ reproduksi jantan
organ reproduksi jantanorgan reproduksi jantan
organ reproduksi jantan
 
Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampung
Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampungLaporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampung
Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampung
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGILAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
 
Teknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansiaTeknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansia
 
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakanan
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakananPertemuan i nutrisi unggas- zatmakanan
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakanan
 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPAS
 
Anatomi hewan
Anatomi hewanAnatomi hewan
Anatomi hewan
 
Teknik isolasi mikroba
Teknik isolasi mikrobaTeknik isolasi mikroba
Teknik isolasi mikroba
 
Laporan Resmi Praktikum Fisiologi Ternak
Laporan Resmi Praktikum Fisiologi TernakLaporan Resmi Praktikum Fisiologi Ternak
Laporan Resmi Praktikum Fisiologi Ternak
 
Penyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakoso
Penyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakosoPenyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakoso
Penyakit Ternak Non Infeksius Penmas 2010 - triakoso
 
Pengertian Genetika Ternak - Materi Genetika Ternak
Pengertian Genetika Ternak - Materi Genetika TernakPengertian Genetika Ternak - Materi Genetika Ternak
Pengertian Genetika Ternak - Materi Genetika Ternak
 
Makalah pengawetan ikan dengan metode penggaraman
Makalah pengawetan ikan dengan metode penggaramanMakalah pengawetan ikan dengan metode penggaraman
Makalah pengawetan ikan dengan metode penggaraman
 
manajemen kesehatan ternak
manajemen kesehatan ternakmanajemen kesehatan ternak
manajemen kesehatan ternak
 
pembuatan insektarium dan preparat basah
pembuatan insektarium dan preparat basahpembuatan insektarium dan preparat basah
pembuatan insektarium dan preparat basah
 
Laporan Praktikum Kadar Abu
Laporan Praktikum Kadar AbuLaporan Praktikum Kadar Abu
Laporan Praktikum Kadar Abu
 
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur KomersialPemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Komersial
 
Analisis bahan pakan van soest
Analisis bahan pakan van soestAnalisis bahan pakan van soest
Analisis bahan pakan van soest
 
Pengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi
Pengenalan Jenis Ikan dan IdentifikasiPengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi
Pengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi
 
Laporan hasil pengamatan jamur mikroskopis
Laporan hasil pengamatan jamur mikroskopisLaporan hasil pengamatan jamur mikroskopis
Laporan hasil pengamatan jamur mikroskopis
 

Viewers also liked

Kajian kepustakaan, pembahasan, kesimpulan
Kajian kepustakaan, pembahasan, kesimpulanKajian kepustakaan, pembahasan, kesimpulan
Kajian kepustakaan, pembahasan, kesimpulanpratiwidm
 
MEKANISME PERNAPASAN BURUNG
MEKANISME PERNAPASAN BURUNGMEKANISME PERNAPASAN BURUNG
MEKANISME PERNAPASAN BURUNGgitaatr
 
laporan produksi ternak perah
laporan produksi ternak perahlaporan produksi ternak perah
laporan produksi ternak perahNurul Afriyanti
 
Sistem Pernafasan Pada Manusia
Sistem Pernafasan Pada ManusiaSistem Pernafasan Pada Manusia
Sistem Pernafasan Pada ManusiaRamadhan Karawang
 
Sistem Pencernaan Unggas Ayam Broiller
Sistem Pencernaan Unggas Ayam BroillerSistem Pencernaan Unggas Ayam Broiller
Sistem Pencernaan Unggas Ayam Broillersupri mawar jayanti
 
Deskripsi ayam ketawa | SMA N 2 PATI | ANDRIYANI
Deskripsi ayam ketawa | SMA N 2 PATI | ANDRIYANI Deskripsi ayam ketawa | SMA N 2 PATI | ANDRIYANI
Deskripsi ayam ketawa | SMA N 2 PATI | ANDRIYANI Andriyani Prasetiyowati
 
Inseminasi buatan pada sapi
Inseminasi buatan pada sapiInseminasi buatan pada sapi
Inseminasi buatan pada sapiudayana
 
Laporan Praktikum Matakuliah Fisiologi Ternak Semester 2 Tahun 2013
Laporan Praktikum Matakuliah Fisiologi Ternak Semester 2 Tahun 2013 Laporan Praktikum Matakuliah Fisiologi Ternak Semester 2 Tahun 2013
Laporan Praktikum Matakuliah Fisiologi Ternak Semester 2 Tahun 2013 Dewi Purwati
 
Materi Biologi Buah dan Biji
Materi Biologi Buah dan BijiMateri Biologi Buah dan Biji
Materi Biologi Buah dan BijiArief Rahmana
 
Contoh laporan pkl smk
Contoh laporan pkl smkContoh laporan pkl smk
Contoh laporan pkl smkBae Haqie
 
Inseminasi Buatan
Inseminasi BuatanInseminasi Buatan
Inseminasi BuatanRizza Muh
 

Viewers also liked (13)

body covering dan sifat umum unggas
body covering dan sifat umum unggasbody covering dan sifat umum unggas
body covering dan sifat umum unggas
 
Kajian kepustakaan, pembahasan, kesimpulan
Kajian kepustakaan, pembahasan, kesimpulanKajian kepustakaan, pembahasan, kesimpulan
Kajian kepustakaan, pembahasan, kesimpulan
 
MEKANISME PERNAPASAN BURUNG
MEKANISME PERNAPASAN BURUNGMEKANISME PERNAPASAN BURUNG
MEKANISME PERNAPASAN BURUNG
 
laporan produksi ternak perah
laporan produksi ternak perahlaporan produksi ternak perah
laporan produksi ternak perah
 
Sistem Pernafasan Pada Manusia
Sistem Pernafasan Pada ManusiaSistem Pernafasan Pada Manusia
Sistem Pernafasan Pada Manusia
 
Sistem Pencernaan Unggas Ayam Broiller
Sistem Pencernaan Unggas Ayam BroillerSistem Pencernaan Unggas Ayam Broiller
Sistem Pencernaan Unggas Ayam Broiller
 
Deskripsi ayam ketawa | SMA N 2 PATI | ANDRIYANI
Deskripsi ayam ketawa | SMA N 2 PATI | ANDRIYANI Deskripsi ayam ketawa | SMA N 2 PATI | ANDRIYANI
Deskripsi ayam ketawa | SMA N 2 PATI | ANDRIYANI
 
Inseminasi buatan pada sapi
Inseminasi buatan pada sapiInseminasi buatan pada sapi
Inseminasi buatan pada sapi
 
ILMU REPRODUKSI TERNAK
ILMU REPRODUKSI TERNAK ILMU REPRODUKSI TERNAK
ILMU REPRODUKSI TERNAK
 
Laporan Praktikum Matakuliah Fisiologi Ternak Semester 2 Tahun 2013
Laporan Praktikum Matakuliah Fisiologi Ternak Semester 2 Tahun 2013 Laporan Praktikum Matakuliah Fisiologi Ternak Semester 2 Tahun 2013
Laporan Praktikum Matakuliah Fisiologi Ternak Semester 2 Tahun 2013
 
Materi Biologi Buah dan Biji
Materi Biologi Buah dan BijiMateri Biologi Buah dan Biji
Materi Biologi Buah dan Biji
 
Contoh laporan pkl smk
Contoh laporan pkl smkContoh laporan pkl smk
Contoh laporan pkl smk
 
Inseminasi Buatan
Inseminasi BuatanInseminasi Buatan
Inseminasi Buatan
 

Similar to laporan produksi ternak unggas

Budidaya burung puyuh
Budidaya burung puyuhBudidaya burung puyuh
Budidaya burung puyuhAdop Tambora
 
Potensi pelestarian full
Potensi pelestarian fullPotensi pelestarian full
Potensi pelestarian fullEmi Suhaemi
 
Industri pembibitan ayam ras
Industri pembibitan ayam rasIndustri pembibitan ayam ras
Industri pembibitan ayam rasNela Nabila
 
Budidayaayampetelur
BudidayaayampetelurBudidayaayampetelur
BudidayaayampetelurHalid Ahmed
 
Tugas dewa ipa kelas 6
Tugas dewa ipa kelas 6Tugas dewa ipa kelas 6
Tugas dewa ipa kelas 6tarinovita
 
kuliah klasifikasi unggas sejarah-perkembangan-unggas.ppt
kuliah klasifikasi unggas sejarah-perkembangan-unggas.pptkuliah klasifikasi unggas sejarah-perkembangan-unggas.ppt
kuliah klasifikasi unggas sejarah-perkembangan-unggas.pptbudiresno
 
MATERI PRAKARYA KELAS XI SEMESTER 2 (genap) KURIKULUM 2013
MATERI PRAKARYA KELAS XI SEMESTER 2 (genap) KURIKULUM 2013MATERI PRAKARYA KELAS XI SEMESTER 2 (genap) KURIKULUM 2013
MATERI PRAKARYA KELAS XI SEMESTER 2 (genap) KURIKULUM 2013Gyanti APutry
 
Pengolahan Ikan dan Daging [Prakarya 9 B] SMP Negeri 2 Brebes
Pengolahan Ikan dan Daging [Prakarya 9 B] SMP Negeri 2 BrebesPengolahan Ikan dan Daging [Prakarya 9 B] SMP Negeri 2 Brebes
Pengolahan Ikan dan Daging [Prakarya 9 B] SMP Negeri 2 BrebesGita Nur Lintang
 

Similar to laporan produksi ternak unggas (20)

Unggas
UnggasUnggas
Unggas
 
AYAM PPT.pptx
AYAM PPT.pptxAYAM PPT.pptx
AYAM PPT.pptx
 
Modul 2 kb 4 finish b
Modul 2 kb 4 finish bModul 2 kb 4 finish b
Modul 2 kb 4 finish b
 
BAB II.docx
BAB II.docxBAB II.docx
BAB II.docx
 
Budidaya burung puyuh
Budidaya burung puyuhBudidaya burung puyuh
Budidaya burung puyuh
 
Potensi pelestarian full
Potensi pelestarian fullPotensi pelestarian full
Potensi pelestarian full
 
Industri pembibitan ayam ras
Industri pembibitan ayam rasIndustri pembibitan ayam ras
Industri pembibitan ayam ras
 
Vertebrata
VertebrataVertebrata
Vertebrata
 
Budidayaayampetelur
BudidayaayampetelurBudidayaayampetelur
Budidayaayampetelur
 
Tugas dewa ipa kelas 6
Tugas dewa ipa kelas 6Tugas dewa ipa kelas 6
Tugas dewa ipa kelas 6
 
kuliah klasifikasi unggas sejarah-perkembangan-unggas.ppt
kuliah klasifikasi unggas sejarah-perkembangan-unggas.pptkuliah klasifikasi unggas sejarah-perkembangan-unggas.ppt
kuliah klasifikasi unggas sejarah-perkembangan-unggas.ppt
 
Prakarya bab 4 subbab a
Prakarya bab 4 subbab aPrakarya bab 4 subbab a
Prakarya bab 4 subbab a
 
Budidayaayampetelur
BudidayaayampetelurBudidayaayampetelur
Budidayaayampetelur
 
TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)
TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)
TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)
 
MATERI PRAKARYA KELAS XI SEMESTER 2 (genap) KURIKULUM 2013
MATERI PRAKARYA KELAS XI SEMESTER 2 (genap) KURIKULUM 2013MATERI PRAKARYA KELAS XI SEMESTER 2 (genap) KURIKULUM 2013
MATERI PRAKARYA KELAS XI SEMESTER 2 (genap) KURIKULUM 2013
 
TERNAK PUYUH
TERNAK PUYUHTERNAK PUYUH
TERNAK PUYUH
 
Pengolahan Ikan dan Daging [Prakarya 9 B] SMP Negeri 2 Brebes
Pengolahan Ikan dan Daging [Prakarya 9 B] SMP Negeri 2 BrebesPengolahan Ikan dan Daging [Prakarya 9 B] SMP Negeri 2 Brebes
Pengolahan Ikan dan Daging [Prakarya 9 B] SMP Negeri 2 Brebes
 
Modul 2 kb 4 (finish)
Modul 2 kb 4 (finish)Modul 2 kb 4 (finish)
Modul 2 kb 4 (finish)
 
Kelompok 5 mamalia prototheria
Kelompok 5 mamalia prototheriaKelompok 5 mamalia prototheria
Kelompok 5 mamalia prototheria
 
Proposal
ProposalProposal
Proposal
 

laporan produksi ternak unggas

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN Ternak unggas merupakan jenis - jenis yang dibudidayakan untuk tujuan produksi sebagai penghasil pangan sumber protein hewani bagi masyarakat dan memiliki nilai ekonomis bagi manusia yang memeliharanya. Beberapa jenis unggas memberikan keuntungan antara lain adalah ayam, itik, kalkun, merpati dan puyuh. Ilmu ternak unggas adalah ilmu yang mempelajari prinsip–prinsip produksi (pembibitan, pembesaran, produksi telur) penaganan produk dan pemasaran produk ternak unggas. Produk ternak unggas berupa daging dan telur. Tujuan praktikum produksi ternak unggas untuk mengenal berbagai jenis unggas sesuai dengan dan karakteristiknya termasuk di dalamnya unggas air, unggas darat, jantan dan betina, mengetahui jenis dan bentuk bahan pakan, metode dan cara dalam penyusunan atau formulasi ransum unggas serta aspek - aspek yang harus dipertimbangkan dalam formulasi ransum unggas, mengidentifikasi karakteristik unggas, dan membedakan anatara unggas darat dan unggas air. Manfaat praktikum produksi ternak unggas adalah praktikan dapat mengetahui secara langsung materi yang diajarkan dalam perkuliahan yaitu materi tentang pengenalan jenis pada ternak unggas serta praktikan mampu membuat formulasi ransum ternak unggas dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan atau formulasi ransum unggas. BAB II
  • 2. 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengenalan Jenis dan Klasifikasi Ternak Unggas Ternak unggas adalah bangsa-bangsa burung yang mempunyai nilai ekonomis dan dapat diproduksi secara masal. Unggas mempunyai keistimewaan dibandingkan dengan ternak ruminansia, yaitu unggas dapat diproduksi secara masal dalam waktu yang singkat (Yuwanta, 2004). Ayam juga memiliki ciri-ciri eksterior antara lain, memiliki paruh yang runcing, memiliki jengger yang berwarna merah, berbulu halus, dan kaki ayam terdapat sisik, yang merupakan penjuluran dari corium yang padat, serta dibungkus oleh epidermis yang sangat tebal (Suprijatna et al., 2008). 2.1.1. Klasifikasi secara internasional. Berdasarkan buku standar The American standart of perfection terdapat sebelas kelas ayam, tetapi yang dianggap penting diketahui hanya empat kelas, yaitu kelas Inggris, kelas Amerika, kelas Mediterania, dan kelas Asia. 2.1.1.1. Kelas Inggris. Ayam kelas Inggris mempunyai karakteristik seperti bentuk tubuh besar, cuping berwarna merah, kulit putih, kerabang telur berwarna coklat kekuningan, bulu merapat ke tubuh, dan termasuk tipe pedaging. Bangsa bangsa ayam yang termasuk kelas inggris antara lain Sussex, Cornish, Orington, Australorp dan Dorking (Suprijatna et al., 2008). Tanda spesifik ayam inggris adalah badan besar, bentuk daging baik, kulit berwarna putih, kecuali Cornish mempunyai kulit kuning, cuping telingan merah, kerabang telur coklat
  • 3. 3 kecuali Dorking dan Red cup berkerabang putih, dan mempunyai sifat mengeram (Yuwanta, 2004). 2.1.1.2. Kelas Amerika. Karakteristik ayam kelas Amerika adalah bentuk tubuh sedang, cuping telinga berwarna merah, bulu mengembang, kulit berwarna putih, telur berwarna coklat kekuningan, cakar tidak berbulu, dan terkenal sebagai tipe dwiguna. Bangsa bangsa ayam yang termasuk kelas Amarika antara lain Playmouth rock, Wyandotte, Rhode Island red (RIR), New Hampshire, dan jersey (Suprijatna et al., 2008). menambahkan ayam kelas Amerika dikembangkan untuk tujuan dwiguna, yaitu memproduksi telur dan daging dengan tanda - tanda umumnya adalah warna kulit terang, kerabang telur coklat kecuali telur ayam Lamnona berwarna putih, cuping telinga merah, shank berwarna kuning, dan tidak berbulu (Yuwanta, 2004). 2.1.1.1.3. Kelas Asia. Karakteristik ayam kelas asia yaitu bentuk tubuh besar, bulu merapat ke tubuh, cuping merah, dan kerabang telur beragam cokelat kekuningan sampai putih. Ciri khas lain cakar berbulu, kulit warna putih sampai gelap, dan merupakan tipe pedaging. Bangsa bangsa ayam yang termasuk kelas Asia antara lain Brahma, Langshan, dan Cochin China (Suprijatna et al., 2008). Ayam Asia adalah mempunyai bentuk badan besar, mempunyai sifat mengeram, cakar (shank) berbulu, tulang besar dan kuat, cuping telinga merah, dan kerabang telur coklat Yuwanta (2004). 2.1.1.4. Kelas Mediterania. Tanda spesifik ayam mediterania bentuk badannya lebih kecil di bandingkan dengan ayam Asia, Inggris atau Amerika, cuping telinga
  • 4. 4 putih, cepat mencapai dewasa kelamin (4-6 bulan), produksi telur tinggi, tidak mengeram, kerabang telur berwarna putih, kaki tidak berbulu, penampilan nerveous, serta jengger tunggal dan lebar (Yuwanta, 2004). Karakteristik ayam kelas Mediterania adalah bulu mengembang, cuping telinga berwarna putih, bentuk tubuh ramping, warna kulit putih, kerabang telur berwarna putih dan merupakan tipe petelur. Bangsa – bangsa yang termasuk kelas ini antara lain Leghorn, Ancona, Spanish, Minorca dan Andaluisa (Suprijatna et al.,2008). 2.1.2. Klasifikasi berdasarkan tujuan pemeliharaan Berdasarkan tujuan pemeliharaan, ayam dapat dikelompokkan menjadi tipe petelur, tipe pedaging, dan tipe dwiguna (dual purpose). Tipe petelur memiliki karakteristik yaitu bersifat mudah terkejut, bentuk tubuh ramping, cuping berwarna putih, dan kerabang berwarna putih (Suprijatna et al., 2008). Tipe ayam petelur memiliki ciri-ciri yaitu: cepat mencapai dewasa kelamin; ukuran telurnya normal (60-65 gram) kualitas telur bagus, kuat dan seragam; produksi telur per tahun tinggi (250-300 butir), bebas dari sifat kanibalisme; mudah beradaptasi dengan lingkungan konversi pakan rendah, pertumbuhan anak ayam relatif rendah, tidak memiliki sifat mengeram, daya tahan hidup tinggi (90%), serta nilai apkir ayam tinggi (Yuwanta, 2004). Tipe pedaging mempunyai karakteristik bersifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih dan produksi telur rendah (Suprijatna et al., 2008). Tipe ayam pedaging memiliki sifat dan kualitas daging yang baik, laju pertumbuhan, bobot badan tinggi, serta warna kulit kuning.
  • 5. 5 Selain itu, tipe ini memiliki ciri warna bulu putih, konversi pakan rendah, bebas dari kanibalisme, sehat, kuat, kaki tidak mudah membengkok, tidak temperamental atau cenderung malas dengan gerakan tubuh, serta kemampuan membentuk karkas tinggi (Yuwanta, 2004). Tipe dwiguna memiliki karakteristik bersifat tenang, bentuk tubuh sedang, produksi telur sedang, pertumbuhan sedang dan kulit telur atau kerabang berwarna coklat (Suprijatna et al., 2008). Tipe dwiguna (dual purpose) yaitu ayam yang dipelihara untuk diambil daging dan telurnya. Ayam ini memiliki sifat tengah-tengah, yaitu mampu memproduksi telur dan daging, namun produksi telur lebih rendah dibandingkan dengan tipe ayam petelur dan produksi daging lebih rendah dibandingkan dengan tipe ayam pedaging (Yuwanta, 2004). 2.1.3. Unggas darat Unggas darat merupakan unggas yang menghabiskan kebanyakan hidupnya lebih banyak di darat. Unggas darat mempunyai ciri-ciri tidak mempunyai kelenjar minyak, tidak mempunyai selaput di kakinya, dan hidup di darat. Unggas darat contohnya adalah ayam dan puyuh. Ayam-ayam kampung di daerah-daerah tropis berbobot kira-kira 0,9-1,8 kg dan mempunyai pedagingan yang baik (Yuwanta, 2004). Bagian organ ayam yang tampak dari luar terdiri dari bagian kepala, leher, tubuh bagian depan, dan tubuh bagian belakang. Di bagian kepala, terdapat paruh, jengger, cuping dan pial. Jengger ayam jantan lebih besar dari pada ayam betina, karena hormon sex jantan yang mengakibatkan jengger dan pial membesar dan tebal serta berwarna merah, terdapat bulu yang khas berbentuk
  • 6. 6 memanjang, dengan lebar bulu yang menyempit, sebagai secundary sex feather yaitu bulu leher (hackle feather), bulu pinggul dan bulu sabit pada ekor. sedangkan jengger pada ayam betina menunjukkan jengger yang tipis, kering, dan kasar. Jengger yang tumbuh dan berkembang dengan baik menunjukan kinerja produksi dan reproduksi yang lebih baik dibandingkan dengan ayam yang memiliki jengger kecil. (Suprijatna et al., 2008). 2.1.4. Unggas air Unggas air ialah semua spesies hewan bersayap (kelas aves) yang dapat hidup di air, menghasilkan produk atau jasa yang bermanfaat bagi manusia. Spesies yang termasuk unggas air ialah itik (duck), angsa (goose), dan undan (swan). Ciri-ciri unggas air tidak jauh berbeda dengan unggas darat akan tetapi memiliki beberapa kekhususan antara lain pada kakinya memiliki selaput yang berfungsi untuk berenang dan memiliki kelenjar minyak yang jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan unggas darat, jari-jari kaki satu sama lain dihubungkan oleh selaput renang, paruh melebar dan dilapisi oleh selaput halus yang peka, tubuh ditutupi oleh bulu, tidak mudah kedinginan kecuali yang masih kecil karena di bawah kulitnya dilapisi oleh lemak yang bersifat isolator, dan dagingnya agak gelap dibandingkan daging ayam (Susilorini et al., 2009). Dalam keadaan liar, ternak itik bersifat monogamous, yaitu hidup berpasangan. Setelah dijinakkan akan mengalami perubahan menjadi bersifat polygamous, yaitu hidup bersama- sama dalam satu kelompok. Para ahli berpendapat bahwa jenis ternak itik
  • 7. 7 domestik yang sekarang kita kenal (kecuali muskovi = entok) merupakan keturunan langsung dari itik liar (Yuwanta, 2004). Bentuk badan itik relatif lebih kecil. Ciri spesifik dari itik jantan dan itik betina adalah ada tidaknya feather sex pada bulu ekornya. Unggas air mempunyai ciri-ciri memiliki selaput di kakinya, mempunyai kelenjar minyak. Bentuk badan itik betina lebih kecil dibandingkan itik jantan (Yuwanta, 2008). Itik diklasifikasikan menjadi tiga tipe, yaitu tipe petelur, tipe pedaging dan tipe ornamental. Tipe pedaging meliputi indian runner, khaki campel. Tipe pedaging, meliputi: peking, rouen, dan muscovy. Tipe ornamental, meliputi: East India, Call dan Mandarin. Itik mempunyai kaki yang relatif pendek untuk ukuran badannya. Jari atau toes yang terletak di bagian interior dihubungkan oleh selaput (foot web) yang memungkinkan itik dapat bergerak cepat saat berada dalam air. Foot web ini menghubungkan keempat jari-jari itik (Sudarmono, 2003). Pada unggas air, seperti itik, mentok,, dan angsa. Umumnya memiliki paruh yang lebih lunak dan kenyal dibandingkan ayam, disebut ceroma. Pada bangsa ayam, kaki bagian bawah (shank) atau cakar umumnya tertutup oleh sisik, tetapi pada bangsa tertentu, terutama yang berbulu total (seluruh tubuh), bagian cakar tertutup oleh bulu (Suprijatna et al., 2008). 2.2. Anatomi dan Identifikasi Ternak Unggas
  • 8. 8 2.2.1 Sistem pencernaan Alat pencernaan terdiri atas saluran yang memanjang mulai dari mulut melanjut ke usus dan berakhir di lubang pelepasan atau anus (Yaman, 2010). Saluran pencernaan merupakan organ yang menghubungkan dunia luar dengan dunia dalam tubuh hewan, yaitu proses metabolik dalam tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, esophagus, crop, proventikulus, gizzard, duodenum, usu halus, seka, rectum, kloaka dan vent (Suprijatna et al., 2008). Mulut ayam tidak memliki bibir dan gigi. Peranan gigi dan bibir pada ayam digantikan oleh rahang yang menanduk dan membentuk paruh. Fungsi paruh pada unggas darat dan air berbeda. Pada unggas darat paruh terdapat lidah yang runcing yang digunakan untuk mendorong pakan menuju esophagus. Sedangkan pada unggas air paruh berfungsi untuk menyaring makanan yang terapung pada air (Rasyaf, 2008). Makanan yang telah masuk oleh pergerakan lidah itik didorong masuk ke dalam faring yang kemudiian ditelan. Makanan yang terapung – apung di air ditelan dengan bantuan alat penyaringan yang berupa lamella paralel (Suprijatna et al., 2005) Esophagus atau kerongkongan berupa pipa tempat pakan melalui saluran ini dari bagian belakang mulut ke proventrikulus (Suprijatana et al,. 2008). Esophagus merupakan saluran lunak dan elastis yang mudah mengalami pemekaran apabila ada bolus yang masuk. Esophagus memanjang dari faring hingga proventrikulus melewati tembolok (Yuwanta, 2004). Tembolok adalah organ yang bebentuk kantung dan merupakan daerah pelebaran dari esophagus. Proses pencernaan di dalam tembolok sangat kecil
  • 9. 9 terjadi. Fungsi utama dari tembolok adalah sebagai organ penyimpan pakan. Sedangkan pada itik memliki crop yang sedikit berbeda dibandingkan dengan ayam (Yaman, 2010). Pada itik dan unggas air pada umumnya, crop tidak berkembang secara sempurna, tidak seperti pada ayam atau burung – burung pemakan rumput. Crop semata – mata berfungsi sebagai penampung sementara bagi makanan (Yuwanta, 2008). Proventrikulus disebut juga perut kelenjar atau glandular stomach yang mensekresikan pepsinogen dan HCl untuk mencerna protein dan lemak. Sekresi pepsinogen dan HCl tergantung pada stimulasi saraf vagus, sekresi glandula perut ini 5 – 20 ml/jam dan mampu mencapai 40 ml ketika ada pakan (Yuwanta, 2004). suatu enzim untuk membantu pencernaan protein, dan hidrokloric acid disekresi oleh glandular cell (Suprijatna et al., 2008). Fungsi utama empedal adalah menggiling dan meremas pakan yang keras. Proses mencerna makanan secara normal dapat dibantu oleh adanya kerikil yang biasa diambil dan ditelan melalui mulut (Hardjosworo, 2006). Gizzard memiliki dua pasang otot yang sangat kuat sehingga ayam mampu menggunakan tenaga yang kuat (Suprijatna et al., 2005). Usus terdiri atas saluran makanan yang dimulai dari duodenum yaitu usus halus bagian depan dan hingga berakhir di rectum atau usus besar di bagian belakang. Pencernaan pakan utama terjadi di usus halus (Sudarmono, 2003). Panjang duodenum unggas dewasa 22 – 38 cm, jejunum 105 cm, dan ileum 15 cm (Fadilah dan Polana, 2004).
  • 10. 10 Sekum terdiri atas dua seka atau saluran buntu yang berukuran panjang 20 cm. Bagian seka juga terjadi digesti serat kasar yang dilakukan oleh bakteri serat kasar. Kemampuan mencerna serat kasar pada bangsa itik lebih besar daripada ayam sehingga sekum litik lebih berkembang daripada ayam (Yuwanta, 2004). diantara usus halus dan usus besar, terdapat dua kantung yang disebut sebagai ceca (Suprijatna et al., 2008). Usus besar (rectum) dinamakan juga intestinum crasum yang panjangnya 7 cm, hal ini dikarenakan bahwa unggas yang kita gunakan dalam pratikum masih muda (Yuwanta, 2004). Usus besar merupakan rectum. Pada ayam dewasa, panjangnya hanya sekitar 10 cm dengan diameter sekitar dua kali usus halus. Bentuknya melebar dan terdapat pada bagian akhir usus halus ke kloaka (Suprijatna et al., 2008). Kloaka merupakan tempat keluarnya ekskreta karena urodeum dan koprodeum terletak berhimpitan (Yuwanta, 2004). Kloaka merupakan suatu tabung yang berhubungan dengan saluran pencernaan, saluran kencing dan reproduksi yang membuka keluar menuju anus (Sudarmono, 2003). Organ- organ tertentu berkaitan erat dengan pencernaan sebagai saluran sekresi kedalam saluran pencernaan itik. Fungsinya membantu dalam pemprosesan pakan. Organ tersebut yaitu pankreas, hati, dan kantung empedu. Organ tambahan, namun fungsi organ ini sangat penting karena mengsekresikan enzim pencernaan (Suprijtna et al., 2008). 2.2.2 Sistem Respirasi Unggas
  • 11. 11 Sistem respirasi pada ayam terdiri dari nasal cavities , larynx, trachea, syrinx, bronchi, paru-paru , kantung udara dan udara tertentu pada tulang. Oleh karena memerlukan energi yang sangat banyak untuk terbang, unggas memiliki sistem respirasi yang sangat memungkinkan untuk berlangsungnya oksigen (Suprijatna et al., 2008). Pada sistem respirasi itik terdapat syrinx yang besar, yang memilki fungsi sebagai alat pembantu untuk menghasilkan suara yang khas (Sudarmono, 2003). Saluran pernapasan dari luar kedalam adalah lubang hidung luar dan dalam, glotis, trachea, syrinx (rongga suara) , bronkhi, dan paru-paru. Paru-paru maupun kantung udara berfungsi sebagai sebagai cooling mechanism (mekanisme pendingin) bagi tubuh bila kelembaban dikeluarkan lewat pernafasan dalam bentuk uap air. Laju respirasi diatur oleh kandungan karbondioksida dalam darah. apabila kandungan karbondioksida meningkat levelnya, meningkat pula lajunya, bevariasi antara 15-25 siklus/menit pada ayam yang sedang istirahat (Suprijatna et al., 2008). Fungsi utama dari paru-paru yaitu untuk mencukupi kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh tubuh untuk pembakaran dan untuk pembentukan tenaga (Fadilah dan Polana, 2004). Sistem respirasi terdiri dari paru, yang secara relative bersifat immobile dan empat pasang kantung udara dan satu kantung udara median yang dengan fungsinya tersusun dari leher ke abdomen (Hardjosworo, 2006). Unggas memiliki empat pasang kantung udara letaknya diantara leher sampai dengan perut dengan satu kantung median dalam rongga dada (Rasyaf, 2008). 2.2.3 Sistem reproduksi unggas
  • 12. 12 Sistem reproduksi pada ayam dibedakan menjadi sistem reproduksi jantan dan sistem reproduksi betina. 2.2.3.1.Sistem Reproduksi Unggas Jantan Sistem reproduksi jantan terdiri dari dua testis yang terletak pada dorsal area rongga tubuh, dekat bagian akhir anterior ginjal. Testis tidak pernah turun kedalam skrotum eksternal seperti pada mamalia. Bentuknya elipsoid dan berwarna kuning terang, sering pula berwarna kemerahan karena banyaknya cabang-cabang dan pembuluh darah pada permukaanya (Suprijatna et al., 2005). Organ reproduksi jantan adalah testis, ductus deferens, dan organ kopulasi yang bersifat rudimenter yang terletak dalam kloaka. Testis menghasilkan sperma untuk membuahi telur yang berasal dari hewan betina dan hormon jantan androgen, yang bertanggung jawab terhadap munculnya karakteristik kelamin sekunder unggas jantan, seperti jengger yang berwarna merah cerah, bulu, dan respon berkokok (Hardjosworo, 2006). Organ reproduksi jantan, yang primer ialah berbentuk bulat kacang (Yaman, 2010). Alat reproduksi jantan dibagi dalam tiga bagian utama, yaitu sepasang testis, sepasang saluran deferens, dan kloaka ( Yuwanta, 2004). Vasdeferns adalah saluran kecil yang menyalurkan sperma ke kloaka (Yuwanta, 2008). Vasdeferns yaitu sebuah saluran yang berfungsi mengalirkan sperma ke luar dari tubuh (Suprijatna et al. ,2008). Vasdeferens tidak bermuara kedalam organ kopulasi seperti pada spesies lainnya, tetapi kedalam papilla kecil (tonjolan seperti jari-jari tangan). Tonjolan-tonjolan ini terletak pada dinding
  • 13. 13 dorsal kloaka dan berperan sebagai organ yang berfungsi untuk mengangkut semen (Fadilah dan Polana, 2004). Kloaka merupakan suatu tabung yang berhubungan dengan saluran pencernaan, saluran kencing dan reproduksi yang membuka keluar menuju ke dalam anus (Yaman, 2010). 2.2.3.2.Sistem Reproduksi Unggas Betina Anatomi alat reproduksi ayam betina terdiri atas dua bagian utama yakni ovarium dan oviduk. ovarium berfungsi sebagai tempat pembentukan kuning telur (Suprijatna et al., 2008). Ovarium adalah tempat sintesis hormon steroid seksual, gametogenesis, dan perkembangan serta pemasakan kuning telur. Oviduk adalah tempat menerima kuning telur masak, sekresi putih telur, dan pembentukan kerabang telur. Ovarium adalah tempat sintesis hormon steroid seksual gametogenesis dan perkembangan serta pemasakan kuning telur. Fungsi utama Infundibulum adalah menangkap ovum yang masak. Magnum merupakan temapat untuk mensintesis dan mensekresi putih telur. Isthmus adalah tempat untuk mensekresikan membran atau selaput telur. uterus temapat terbentuknya cangkang. vagina adalah tempat penyimpanan sementara telur. Kloaka merupakan bagian ujung luar dari oviduck tempat dikeluarkannya telur (Yuwanta, 2004). Infundibulum berperan dalam penangkapan kuning telur. Fungsi utama magnum adalah mensekresikan albumen. Isthmus berfungsi sebagai tempat untuk mensekresikan membran cangkang. Uterus adalah mensekresikan cangkang. vagina dalah tempat dimana telur untuk sementara ditahan dan dikeluarkan bila telah tercapai bentuk yang sempurna. fungsi utama magnum adalah
  • 14. 14 mensekresikan albumen. Fungsi uterus adalah mensekresikan cangkang. Vagina dalah tempat dimana telur untuk sementara ditahan dan dikeluarkan bila telah tercapai bentuk yang sempurna. Kloaka merupakan tempat untuk mengeluarkan telur (Hardjosworo, 2006). 2.2.4 Sistem Urinari Ekskresi air dan sisa metabolik sebagian besar terjadi melalui ginjal. Sistem ekskresi pada unggas terdiri dari dua buah ginjal yang bentuknya relatif sama memanjang, berlokasi dibelakang paru-paru, dan menempel pada tulang punggung. Masing-masing ginjal terdiri dari tiga lobus yang tampak dan jelas. Ginjal terdiri dari banyak tubulus kecil atau nephron yang menjadi unit fungsional utama dari ginjal (Suprijatna et al., 2004). Sistem urinaria ayam maupun itik terdiri atas sepasang ginjal yang berbentuk panjang yang menempel rapat pada tulang punggung dan tulang rusuk serta melekat pada selaput rongga perut (peritonium). Air kencing keluar dari tubuh melalui cloaca bersama-sama feses dan kelihatan sebagai masa putih diatas feses tersebut (Yuwanta, 2004). Ureter adalah saluran muscular yang mengalirkan urine dari dinding ginjal menuju ke blader (kantong kencing). Kloaka merupakan suatu tabung yang berhubungan dengan saluran pencernaan, saluran kencing dan reproduksi (Rasyaf, 2008). 2.2.5. Identifikasi penyakit ternak unggas
  • 15. 15 Ilmu yang mempelajari penyebab penyakit disebut Etiologi. Berdasarkan penyebabnya penyakit dapat dibedakan menjadi indirect factor atau predisposing dan direct factor. Predisposing penyebab penyakit biasanya berkaitan dengan stress atau cekaman. Penyebabnya antara lain kedinginan, ventilasi yang buruk, populasi tinggi (over crowding), tidak cukup tempat pakan dan minum serta overmedikasi (pengobatan yang berlebihan. Penyebab langsung penyakit bersifat infeksius non infeksius. Penyakit infeksius ada yang kontagius dan non kontagius. Penyakit kontagius adalah penyakit yang langsung ditransmisi dari individu atau flock kepada individu yang lain. Penyakit infeksius adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme hidup. Sebagian beasr penyakit infeksi pada unggas adalah kontagius, seperti penyakit karena virus, bakteri, riketsia, dan fungi. Sementara beberapa penyakit infeksi tidak kontagius, seperti aspergilosis (Suprijatna et al., 2008). Secara alamiah, kemungkinan munculnya penyakit di sebuah peternakan ayam secara mendadak atau revolutif dapat dikatakan relatif kecil. Umunya, terjadi secara bertahap sesuai interaksi antara bibit penyakit dengan ayam dan dipelihara (Rahardjo et al., 2006). 2.3 Formulasi Ransum Ternak Unggas Ransum merupakan kumpulan kumpulan bahan makanan yang layak dimakan oleh ayam dan telah disusun mengikuti aturan tertentu. Aturan ini meliputi nilai kandungan gizi dari bahan makanan yang digunakan. Penyamaan nilai gizi yang ada di dalam bahan makanan yang digunakan dengan nilai gizi yang dibutuhkan ayam dinamakan teknik penyusunan ransum (Rasyaf, 2007).
  • 16. 16 Ransum sangat dibutuhkan oleh ternak karena mengandung campuran bahan pakan yang di dalamnya terdapat nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak dan komposisinya sesuai dengan kebutuhan pertumbuhannya (Suprijatna et al., 2005). 2.3.1. Pengertian ransum Ransum merupakan campuran bahan pakan yang mengandung nutrisi bagi ternak, bahan pakan ini diberikan kepada ternak untuk kebutuhan selama 24 jam (Suprijatna et al., 2005). Kombinasi bahan makanan tersebut yang bila dikonsumsi secara normal akan mensuplai zat-zat makanan yang dibutuhkan ternak (Yuwanta, 2004). 2.3.2. Kebutuhan nutrisi ternak unggas Protein adalah komponen yang komplek, makromolekul atau polymer asam–asam amino yang diikat dengan rangkaian peptida. Protein ini kurang lebih mengandung 16% nitrogen dan kadangkala terdapat sulfur, besi, atau phospor. Hampir separuh sel-sel dari bobot hidup unggas adalah protein. Sel-sel itu tidak akan bertumbuh dan memberikan bobot hidup yang memuaskan bila unggas tidak memperoleh protein yang cukup untuk hidup dan produksinya (Rasyaf, 2008). Kebutuhan protein untuk finisher adalah 18%-20% (Sudarmono, 2003). Energi metabolisme (EM) adalah energi yang terhimpun dalam nutrien yang dapat dicerna (Rahardjo et al., 2006). Secara garis besar dianjurkan bahwa pada itik periode finisher hendaknya ransum mengandung protein 18 sampai 20%
  • 17. 17 dengan energi metabolis 2800 sampai 3000 kkal, setelah umur 2 minggu sampai saat dipotong protein menjadi 17–16% dan energi 3000 kkal (Yaman, 2010). 2.3.3. Jenis-jenis bahan pakan 2.2.3.1. Jagung giling. Jagung kuning merupakan bahan utama pakan ayam. Penggunaannya mencapai 15-70% dari total pakan. Jagung kuning lebih baik daripada jagung putih karena mengandung provitamin A untuk meningkatkan kualitas daging dan telur. Vitamin A memberi warana kuning pada kulit dan kuning telur (Suprijatna et al,. 2008). Jagung memiliki tekstur yang kasar, berwarna kuning dan mempunyai kandungan energi yang tinggi serta merupakan asam essensial dalam ransum unggas (Yuwanta, 2008). 2.2.3.2. Bekatul. Bekatul memiliki tekstur yang halus, memiliki warna coklat muda, berbau apek, dan berbentuk tepung (Yaman, 2010). Bekatul mendekati analisa dedak, tetapi sedikit mengandung selaput putih dan bahan kulit, susunan zat makanannya sebagai berikut: 15% berupa air; 14,5% protein; 48,7% BETN; 7,4% serat kasar; 7,4% lemak dan 7% abu, kadar protein yang dapat dicerna 10,8% dan MP 70%. Energi metabolisme (EM) dalam bekatul adalah 1890 kcal/kg dan batasan penggunaan bekatul di dalam ransum itik sebesar 107,7- 30,5% (Rasyaf, 2008). 2.3.3.3. Tepung ikan. Tepung ikan berbentuk tepung halus dengan warna coklat tua dan berbau amis. Tepung ikan tidak hanya menjadi sumber protein dan asam amino yang baik, tetapi juga sumber mineral yang baik dan vitamin yang
  • 18. 18 sempurna, karena kandungan nutrisinya yang sangat baik inilah maka harga pasarnya pun ikut tinggi (Suprijatna et al., 2005). Tepung ikan terbuat dari ikan dan sisa-sisa ikan, setelah dikeringkan dan digiling halus. Kandungan protein ikan sangat beragam, tergantung pada jenis ikan dan cara pengolahannya. Tepung dari ikan besar selalu mengandung protein lebih tinggi dibandingkan ikan kecil, namun bukan berarti tepung asal ikan kecil tidak mempunyai kelebihan. Tepung ikan yang baik mengandung protein sekitar 60-70% dengan keseimbangan asam amino yang sangat baik dan kandungan Energi Metabolis 2640-3190 Kkal/kg (Rasyaf, 2008). 2.3.3.4. Premix. Premix merupakan feed suplement atau bahan pakan tambahan yang digunakan untuk pemenuhi atau menyediakan sumber vitamin, mineral dan atau juga antibiotik. Premix memiliki campuran bahan pakan yang telah diencerkan yang dalam pemakaiannya harus dicampurkan kedalam pakan (Hardjosworo, 2006). Dosis penggunaan premix pada unggas tergantung pada jenis unggas dan umurnya. Pada ayam pedaging periode starter dan finisher serta ayam petelur masing-masing menggunkan 500g premix yang dicampurkan kedalam pakan. Penggunaan premix ini harus disesuaikan dengan aturan pakai seperti yang tercantum pada kemasan (Fadilah dan Polana, 2004). 2.3.4. Metode penyusunan ransum Prinsip dalam menyusun ransum adalah menyesuaikan kandungan nutrisi yang ada didalam bahan makanan dengan kebutuhan nutrisi unggas. Ada beberapa metode matematika yang dipakai untuk mrnyusun ransum mulai dari yang paling
  • 19. 19 sederhana sampai yang paling rumit. Pada metode pendugaan sederhana, penyusun ransum mencoba sesuatu persentase atau jumlah tertentu bahan makanan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi unggas. Bila masih kurang di tambah dan bila lebih dikurangi (Rasyaf,2008). Cara penyusunan ransum seharusnya memperhatikan tujuan penyusunan ransum, bahan pakan yang tersedia dan tabel kandungan bahan pakan dari bahan-bahan pakan yang tersedia yang direkomendasikan untuk setiap periode pertumbuhan produksi pada unggas (Sudarmono, 2003).
  • 20. 20 BAB III MATERI DAN METODE Praktikum Produksi Ternak Unggas mengenai Pengenalan Jenis dan Klasifikasi serta Formulasi Ransum Ternak Unggas dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 16 Oktober 2012 dan materi anatomi ternak unggas pada hari senin tanggal 8 Oktober 2012 di Laboratorium Ilmu Ternak Unggas Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. 3.1. Materi 3.1.1. Pengenalan jenis dan klasifikasi ternak unggas Alat yang digunakan dalam praktikum pengenalan jenis ternak unggas adalah laptop sebagai media powerpoint untuk menjelaskan materi pratikum, LCD sebagai media untuk megilustrasikan sebuah gambar dari laptop, alat tulis untuk menggambar ayam dan itik dan mencatat hasil yang didapat. 3.1.2 Anatomi dan identifikasi ternak unggas Bahan yang digunakan dalam praktikum anatomi dan identifikasi ternak unggas antara lain yaitu 2 ekor ayam jantan, 1 ekor itik jantan, 1 ekor itik betina. Sedangkan peralatan yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini adalah nampan sebagai tempat untuk meletakkan bahan percobaan, gunting bedah untuk menggunting kulit unggas, pisau bedah untuk membedah organ unggas, plastik sebagai tempat sisa-sisa bahan percobaan, timbangan kitchen scale digital
  • 21. 21 digunakan untuk menimbang ternak unggas, alat pengukur panjang (meteran) untuk mengukur panjang organ ternak unggas, alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan dan pengukuran, dan kain untuk membersihkan noda. 3.1.3. Formulasi ransum ternak unggas Alat yang digunakan dalam praktikum formulasi ransum ternak unggas adalah kalkulator untuk menghitung data, nampan untuk meletakkan bahan pakan yang sudah ditimbang dan timbangan untuk menimbang bahan pakan yang digunakan. Menghitung jumlah masing-masing komposisi bahan pakan sesuai dengan ransum yang diinginkan, untuk membuat ransum sebanyak kebutuhan ayam petelur finisher dengan menggunakan bantuan tabel komposisi bahan pakan. Menghitung formulasi ransum yang akan digunakan untuk ayam petelur periode starter. Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah jagung giling tepung ikan, bungkil kedelai, bekatul dan premix. 3.2. Metode 3.2.1. Pengenalan Jenis dan Klasifikasi Ternak unggas Metode yang digunakan dalam pengenalan jenis dan klasifikasi ternak adalah mengamati degan melihat powerpoint yang telah disediakan oleh asisten melalui LCD. Selanjutnya mengklasifikasikan unggas yang telah diamati tersebut berdasarkan sistem klasifikasi standar dan tujuan pemeliharaannya. Melakukan deskripsi dan mencermati perbedaan-perbedaan karakteristiknya. 3.2.2 Anatomi dan Indentifikasi Unggas
  • 22. 22 Metode yang digunakan dalam anatomi dan identifikasi ternak unggas adalah menyiapkan unggas yang akan diidentifikasi anatominya. Menimbang bobot hidup ternak unggas kemudian melakukan pengamatan terhadap karakteristik eksterior masing-masing jenis unggas darat dan air, selanjutnya menyembelih ternak unggas tersebut. Menimbang bobot mati dan bobot darah lalu membasahi dan membersihkan bulu-bulu di daerah yang akan disayat. Menyayat dengan cara menggunting secara horizontal otot perut didekat tulang rusuk hingga pertautan antara tulang dada dengan sayap. Memotong bagian dada dari persendian scapulanya hingga bagian tersebut dapat dibuka. Mengamati dan menggambar preparasi utuh sebelum dilakukan pemisahan organ. Memisahkan masing-masing saluran dan organ yang akan diamati kemudian menggambarnya. Melakukan penimbangan dan pengukuran panjang dari masing-masing saluran dan organ yang diamati termasuk juga bobot cakar, kepala dan leher. 3.2.3. Formulasi Ransum Ternak Unggas Metode yang digunakan dalam menentukan formulasi ransum ternak unggas adalah menentukan standar kebutuhan ransum yang akan disusun berdasarkan kebutuhan rasio energi-protein dengan menggunakan metode menentukan standar kebutuhan ransum yang akan disusun, misalnya ransum ayam broiler periode starter. Menimbang bekatul sesuai sebanyak 56 gram, kemudian membagi menjadi empat bagian sama rata pada loyang. Menimbang jagung giling sebanyak 27 gram, kemudian mencampurkan ke dalam empat bagian ke dalam Loyang bekatul masing – masing sebanyak 6,75 gram. Menimbang konsentrat jadi
  • 23. 23 sebanyak 16 gram, kemudian mencampurkan ke dalam empat bagian ke dalam Loyang bekatul masing – masing sebanyak 4 gram kemudian catat formulasi bahan pakan yang diperoleh.
  • 24. 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengenalan Jenis dan Klasifikasi Ternak Unggas 4.1.1. Klasifikasi Unggas Berdasarkan hasil praktikum didapatkan gambar seperti berikut ini: Ayam Orpington Ayam Australorp Ayam Orpington Ayam Australorp Sumber: Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012. Ilustrasi 1. Gambar Ayam Kelas Inggris Berdasarkan hasil praktikum menunjukan bahwa Kelas inggris adalah sekelompok ayam yang dibentuk dan dikembangkan di negara Inggris.Ayam inggris memiliki ciri cuping merah, tubuh besar, cangkang telur berwarna coklat. Hal ini seperti pendapat Suprijatna et al,. (2005) yang menyatakan bahwa ayam kelas ini memiliki karakteristik ayam kelas Inggris adalah dengan bentuk tubuh yang besar, cuping berwarna merah, kulit berwarna putih, cangkang telut berwarna cokelat ke kuning-kuningan, bulu merapat dan ayam yang masuk kedalam kelas Inggris merupakan tipe pedaging. Contoh bangsa-bangsa ayam adalah sussex, cornish, orpington, australorp dan dorking. Pada ayam australop
  • 25. 25 memiliki ciri-ciri bulu warna hitam, jengger besar dan tunggal. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanta (2008) yang menyatakan bahwa ayam Australorp memiliki karakteristik warna bulu hitam dan rapat, jengger tunggal, punggung panjang dan tegak, kerabang berwarna coklat. Ayam Rhode island red Ayam Plymouth rock Ayam Rhode island red Ayam Plymouth rock Sumber: Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012. Ilustrasi 2. Gambar Kelas Amerika Berdasarkan hasil praktikum menunjukan bahwa Ayam kelas Amerika adalah kelompok ayam yang dibentuk dan dikembangkan di negara Amerika Serikat. Ayam kelas Amerika memiliki badan yang lebih kecil dari ayam kelas Inggris, cuping merah, bulu mengembang. Suprijatna et al., (2005) menyatakan bahwa ayam kelas ini memiliki karakteristik dengan bentuk tubuh yang sedang, cuping telinga berwarna merah, bulu mengembang, kulit ayam berwarna putih, cangkang telur berwarna cokelat ke kunig-kuningan dan memiliki ciri khas yaitu cakar tidak berbulu. Ayam jenis ini termasuk kedalam tipe dwiguna. Hal yang sama dikatakan oleh Yuwanta (2008) yaitu tanda-tanda ayam kelas Amerika adalah warna kulit terang, shank berwarna kuning, kerabang telur cokelat kecuali
  • 26. 26 telur ayam Lamona berwarna putih. Hal ini sesuai pendapat Suprijatna et al., (2008) yang menyatakan bahwa karakteristik ayam kelas Amerika adalah bentuk tubuh sedang, cuping telinga berwarna merah, bulu mengembang, kulit berwarna putih, telur berwarna coklat kekuningan, cakar tidak berbulu, dan terkenal sebagai tipe dwiguna. Bangsa bangsa ayam yang termasuk kelas Amarika antara lain Playmouth rock, Wyandotte, Rhode Island red (RIR), New Hampshire, dan jersey. Yuwanta (2004) menambahkan ayam kelas Amerika dikembangkan untuk tujuan dwiguna, yaitu memproduksi telur dan daging dengan tanda - tanda umumnya adalah warna kulit terang, kerabang telur coklat kecuali telur ayam Lamnona berwarna putih, cuping telinga merah, shank berwarna kuning, dan tidak berbulu. Ayam Langshan Ayam Cochin china Ayam Langshan Ayam Cochin china Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012. Ilustrasi 3. Gambar Kelas Asia Bedasarkan hasil praktikum menunjukan bahwa ayam Asia memiliki bentuk tubuh yang besar, bulunya merapat pada tubuh, cakar terdapat bulu dan merupakan tipe jenis pedaging. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al. (2008) yang menyatakan bahwa karakteristik ayam kelas asia
  • 27. 27 yaitu bentuk tubuh besar, bulu merapat ke tubuh, cuping merah, dan kerabang telur beragam cokelat kekuningan sampai putih. Ciri khas lain cakar berbulu, kulit warna putih samapi gelap, dan merupakan tipe pedaging. Bangsa bangsa ayam yang termasuk kelas Asia antara lain Brahma, Langshan, dan Cochin China. Yuwanta (2004) menambahkan bahwa tanda spesifik Ayam Asia adalah bentuk badan besar, mempunyai sifat mengeram, cakar (shank) berbulu, tulang besar dan kuat, cuping telinga merah, dan kerabang telur coklat. Ayam Ancona Ayam Spanish Ayam Ancona Ayam Spanish Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012. Ilustrasi 4. Gambar Kelas Mediterania Berdasarkan hasil praktikum menunjukan bahwa Ayam kelas Mediterania adalah kelompok ayam yang dibentuk dan dikembangkan di sekitar negara dan pulau di Laut Tengah.Ayam ini memiliki badan kecil dan ramping, warna cuping putih, produksi telurnya yang tinggi dan mudah beradaptasi.Hal ini seperti pendapat Suprijatna et al (2005) yang menyatakan bahwa ayam kelas ini memiliki karakteristik ayam kelas Mediterania adalah bulu mengembang, cuping telinga berwarna putih, bentuk tubuh ramping, kulit berwarna putih, cangkang telur berwarna putih dan merupakan tipe petelur. Bangsa-bangsa yang termasuk kelas
  • 28. 28 ini antara lain leghorn, ancona, spanish, minorca dan Andalusia.Leghorn single comb white merupakan bangsa ayam yang popular sebagai jenis ayam petelur. Hal yang sama dikatakan oleh Yuwanta (2008) yaitu tanda-tanda ayam kelas tanda-tanda spesifik ayam kelas Mediteran adalah cepat mencapai dewasa kelamin (4-6 bulan), produksi telur tinggi (284-300 butir/tahun), tidak mengeram, penampilan nervus, jengger tunggal dan lebar kecuali ayam yang mempunyai jengger buttercup. Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012. Ilustrasi 5. Ekasterior Itik Berdasarkan hasil praktikum, menunjukan bahwa karakteristik itik hampir sama dengan jenis unggas yang lain, tetapi terdapat tanda – tanda khusus pada ternak itu. Perbedaan tersebut terdapat pada kaki yaitu ukurannya lebih pendek, terdapat selaput dan mempunyai kelenjar minyak yang terletak pada kulit. Hal ini sesuai dengan pendapat Yaman (2010) yang menyatakan bahwa ternak itik memiliki tanda – tanda khusus sehingga disebut sebagai unggas air di antaranya adalah itik mempunyai kaki (tarsus) yang relatif pendek untuk ukuran badanya. Ketiga jari (Toes) yang terletak di bagian anterior, yang dihubungkan oleh selaput (Foot web) yang memungkinkan dia dapat bergerak degan cepat di dalam air.
  • 29. 29 Rasyaf (2008) menambahkan bahwa karakteristik utama yang membedakannya dari itik biasa adalah adanya cakar yang tajam pada kakinya yang berselaput renang, dapat bertengger di pepohonan serta disposisinya yang mendatar (horisontal). 4.1.2. Unggas Darat
  • 30. 30 Berdasarkan hasil pratikum didapatkan gambar seperti ilustrasi berikut: 4 3 1 9 3 5 5 4 6 6 1 9 10 10 2 7 8 7 2 8 Ayam Betina Ayam Jantan Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012. Ilustrasi 6. Eksterior Unggas Darat Keterangan: 1. Paruh 4.Leher 7. Dada 2. Jengger 5. Sayap 8.Paha 3. Mata 6. Ekor 9. Cuping 10. Pial Berdasarkan hasil praktikum menunjukkan bahwa ayam jantan dan ayam betina secara umum bentuknya sama namun terdapat perbedaan diantara keduanya. Pada ayam betina pial dan jengger di bagian kepala ukuranya relatif lebih kecil dari pada ayam jantan, pial dan jengger ayam jantan merah, besar, dan tebal. Bulu pada ayam jantan, bersifat memanjang dengan bulu yang sedikit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suprijatna et al., (2008) yang menyatakan bahwa Jengger ayam jantan lebih besar dari pada ayam betina, karena hormon sex jantan
  • 31. 31 yang mengakibatkan jengger dan pial membesar dan tebal serta berwarna merah, terdapat bulu yang khas berbentuk memanjang, dengan lebar bulu yang menyempit, sebagai secundary sex feather yaitu bulu leher (hackle feather), bulu pinggul dan bulu sabit pada ekor sedangkan jengger pada ayam betina menunjukkan jengger yang tipis, kering, dan kasar. Jengger yang tumbuh dan berkembang dengan baik menunjukan kinerja produksi dan reproduksi yang lebih baik dibandingkan dengan ayam yang memiliki jengger kecil. Jengger ayam jantan lebih besar dari pada ayam betina. Sepasang pial terdapat pada bagian kedua sisi rahang bawah dibagian basal paruh. Cuping telinga bersifat berdaging tebal yang terletak dibagian bawah telinga. Cakar pada ayam umumnya tertutup sisik yang merupakan penjuluran dari corium yang padat dan terbungkus oleh epidermis yang sangat tebal. Kelenjar minyak (glandula uropygal) yang terdapat dibagian atas ekor ayam berukuran sebesar kacang kapri, sedangkan pada unggas air tumbuh lebih besar. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Rasyaf (2008) yang menyatakan bahwa ayam memiliki bentuk paruh lancip, berwarna kuning, warna jengger merah serta kaki berwarna kuning bulu pada ayam jantan dijadikan sebagai daya tarik dalam menarik lawan jenisnya. Bagian kaki pada ayam jantan terdapat taji sedangkan pada ayam betina tidak terlalu berkembang dengan baik minorca . 4.1.3. Unggas Air
  • 32. 32 Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan didapatkan hasil yang sebagai berikut : 9 1 2 3 4 5 6 7 8 Itik jantan Itik betina Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012. Ilustrasi 7. Eksterior Itik Keterangan : 1. Mata 4. Leher 7. Dada 2. Lubang hidung 5. Punggung 8. Ekor 3. Paruh 6. Bulu kelamin 9. Selaput renang Berdasarkan hasil pengamatan bahwa itik mempunyai karakteristik utama yaitu mempunyai kaki yang relatif pendek, antara jarinya terdapat selaput renang serta bulu-bulunya tebal dan berminyak sehingga air tidak masuk dalam tubuhnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanta (2008) bahwa itik mempunyai kaki (tarsus) yang relatif pendek untuk ukuran badannya. Ketiga jari (toes) yang terletak di bagian anterior dihubungkan oleh selaput (foot web) yang memungkinkan ia dapat bergerak cepat di dalam air. Foot web ini menghubungkan jari kedua, ketiga dan keempat. Bulu itik berbentuk konkaf yang merapat erat ke permukaan badan, dengan permukaan bagian dalam yang lembut
  • 33. 33 dan tebal. Karena itik mempunyai kelenjar minyak (preen gland) yang relative besar, bulu itik senantiasa berminyak (greased). Dalam keadaan liar, ternak itik bersifat monogamous, yaitu hidup berpasangan. Setelah jinak akan mengalami perubahan menjadi bersifat polygamous, yaitu hidup bersama – sama dalam suatu kelompok. Para ahli berpendapat bahwa jenis ternak itik domestik yang kita kenal sekarang ini (kecuali Muskovi = Entok) merupakan keturunan langsung dari itik liar (Hardjosworo, 2006). Sifat khas itik yang lainnya adalah sifat omnivorous, yaitu hewan pemakan biji–bijian, rumput–rumputan, umbi-umbian dan makanan yang berasal dari hewan (Rasyaf, 2008). Bulu itik berbentuk konkaf yang merapat erat ke permukaan badan dengan permukaan bagian dalam yang lembut dan tebal serta senantiasa berminyak. Fungsi bulu adalah untuk mencegah masuknya air sehingga air tidak dapat mencapai permukaan kulit. Timbunan lemak yang terdapat dibagian bawah kulit berfungsi sebagai insulator sehingga itik tahan dingin walaupun berada dalam air untuk jangka waktu yang cukup lama. Bulu itik juga mengandung banyak udara sehingga itik dapat mengapung dalam air. Ciri spesifik dari itik jantan dengan betina adalah ada tidaknya feather sex pada bulu ekornya (Suprijatna et al., 2008) 4.1.3. Perbedaan Unggas Darat Dan Air Berdasarkan hasil praktikum menunjukkan adanya perbedaan antara unggas darat dengan unggas air yaitu terletak pada paruh, jengger di kepala, selaput pada kakinya, kelenjar minyak dan kaki. Pada ayam bentuk paruhnya runcing, mempunyai jengger, pial, cuping, dan taji sedangkan itik paruhnya lebih
  • 34. 34 lunak, tidak memiliki jengger, pial, dan cuping. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suprijatna et al. (2008) yang menyatakan bahwa bagian organ ayam yang tampak dari luar terdiri dari bagian kepala, leher, tubuh bagian depan, dan tubuh bagian belakang. Di bagian kepala, terdapat paruh, jengger, cuping dan pial. Pada unggas air, seperti itik, mentok, dan angsa. Umumnya memiliki paruh yang lebih lunak dan kenyal dibandingkan ayam, disebut ceroma. Pada bangsa ayam, kaki bagian bawah (shank) atau cakar umumnya tertutup oleh sisik, tetapi pada bangsa tertentu, terutama yang berbulu total (seluruh tubuh), bagian cakar tertutup oleh bulu. Perbedaan lainnya yang tampak adalah ayam memiliki kelenjar minyak pada kulitnya yang lebih kecil dibandingkan itik. Selain itu, ayam tidak memiliki selaput kaki sedangkan kaki itik memiliki selaput kaki. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al. (2005) bahwa karakteristik kulit pada unggas ditandai dengan tidak adanya kelenjar keringat (glandula sebacea), kecuali pada bagian atas ekor, terdapat kelenjar minyak yang disebut pygostyle atau preen gland. Kelenjar tersebut pada ayam berukuran sebesar kacang kapri, sedangkan pada unggas air tumbuh lebih besar. Yaman (2010) menambahkan bahwa itik mempunyai kaki (tarsus) yang relatif pendek untuk ukuran badannya. Ketiga jari (toes) yang terletak di bagian anterior dihubungkan oleh selaput (foot web) yang memungkinkan ia dapat bergerak cepat di dalam air. Foot web ini menghubungkan jari kedua, ketiga dan keempat.
  • 35. 35 4.2. Anatomi dan Identifikasi Penyakit Ternak Unggas 4.2.1. Sistem pencernaan Berdasarkan hasil pengamatan pada organ pencernaan unggas diperoleh data sebagai berikut : 1 4 3 2 3 5 5 1 2 6 6 7 7 9 10 9 8 10 11 12 11 1 2 Pencernaan Itik Pencernaan Ayam Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012. Ilustrasi 8. Sistem pencernaan Unggas Keterangan: 1. Esophagus 5. Hati 9. Micel difentriculum 2. Tembolok 6. Pancreas 10. Usus buntu 3. Proventiculus 7. Duodenum 11. Usus besar 4. Empedal 8. Jejunum dan ileum 12. Cloaca Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa sistem pencernaan pada unggas baik darat maupun air pada umunya sama terdiri dari paruh, esophagus, crop (tembolok), proventikulus, gizzard (empedal), usus halus, usus buntu, usus besar dan cloaca. Makanan masuk melalui mulut dan terjadi proses
  • 36. 36 pencernaan selama di dalam organ pencernaan dan keluar melalui kloaka. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al. (2008) yang menyatakan bahwa saluran pencernaan terdiri dari mulut, esophagus, tembolok, proventikulus, gizzard, duodenum, usus halus, seka, rectum, dan kloaka. Hal ini ditambahkan dengan pernyataan Rasyaf (2008) yang menyatakan bahwa alat pencernaan terdiri atas saluran yang memanjang mulai dari mulut melanjut ke usus dan berakhir di lubang pelepasan atau anus. Berdasarkan hasil pengamatan baik unggas darat maupun unggas air memliki mulut yang berupa paruh, sedangkan pada unggas air paruh berfungsi untuk menyaring makanan yang terapung pada air. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjosworo (2006) paruh ayam tidak memliki bibir dan gigi. Peranan gigi dan bibir pada ayam digantikan oleh rahang yang menanduk dan membentuk paruh. Fungsi paruh pada unggas darat dan air berbeda. Pada unggas darat paruh terdapat lidah yang runcing yang digunakan untuk mendorong pakan menuju esophagus. Lidah pada ayam runcing dan keras seperti kail pada bagian belakang lidah yang berfungsi untuk mendorong pakan menuju esophagus sewaktu lidah digerakkan dari depan ke belakang. Ditambahakan oleh Yuwanta (2004) yang menyatakan bahwa makanan yang masuk oleh pergerakan lidah itik didorong masuk ke dalam faring yang kemudiian ditelan. Makanan yang terapung – apung di air ditelan dengan bantuan alat penyaringan yang berupa lamella paralel. Berdasarkan dari hasil pengamatan baik unggas darat maupun unggas air memliki esopahagus yang merupakan saluran penghubung antara mulut dan proventrikulus,yang panjangnya pada unggas betina 7 cm dan pada unggas jantan
  • 37. 37 4 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatana et al. (2008) yang menyatakan bahwa esophagus atau kerongkongan berupa pipa tempat pakan melalui saluran ini dari bagian belakang mulut (faring) ke proventrikulus. Hal ini ditambahakan oleh Yuwanta (2008) yang menyatakan bahwa esophagus merupakan saluran lunak dan elastis yang mudah mengalami pemekaran apabila ada bolus yang masuk. Esophagus memanjang dari faring hingga proventrikulus melewati tembolok (crop). Berdasarkan dari hasil pengamatan baik unggas darat maupun unggas air memliki crop yang memiliki fungsi yang sama tetapi mempunyai panjang yang berbeda. Pada unggas betina memiliki panjang 4 cm dan panjang unggas jantan memiliki panjang 13 cm. Tembolok memiliki fungsi sebagai organ penyimpan makanan sementara. Hal ini sesuai dengan pendapat Yaman (2010) yang menyatakan bahwa tembolok adalah organ yang berbentuk kantung dan merupakan daerah pelebaran dari esophagus dan berfungsi sebagai organ penyimpanan pakan. Fadilah dan Polana (2004) menambahkan bahwa pada itik dan unggas air pada umumnya, crop tidak berkembang secara sempurna. Crop berfungsi sebagai penampung sementara bagi makanan. Berdasarkan dari hasil pengamatan baik unggas darat maupun unggas air memliki proventrikulus yang sama dan memiliki fungsi yang sama yaitu melakukan proses pencernaan secara kimiawi yang panjangnya pada unggas betina 5 cm dan pada unggas jantan 3,5 cm. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yuwanta (2004) proventrikulus disebut juga perut kelenjar atau glandular stomach yang mensekresikan pepsinogen dan HCl untuk mencerna protein dan
  • 38. 38 lemak. Ditambahakan oleh Suprijatna et al., (2008) pepsin merupakan suatu enzim untuk membantu pencernaan protein, dan hidrokloric acid disekresi oleh glandular cell. Berdasarkan dari hasil pengamatan baik unggas darat maupun unggas air memliki Empedal atau gizzard memiliki otot-otot kuat yang digunakan untuk menggiling pakan yang masuk yang panjangnya pda unggas betina 8 cm dan pada unggas jantan 4 cm. Batu kerikil terdapat pada empedal yang berfungsi untuk membantu proses pemecahan atau penghancuran pakan yang masuk. Itik mempunyai gizzard yang lebih kecil dibanding ayam. Hal ini sesuai dengan pendapat Yaman (2010) yang menyatakan bahwa fungsi utama empedal adalah menggiling dan meremas pakan yang keras. Proses mencerna makanan secara normal dapat dibantu oleh adanya kerikil yang biasa diambil dan ditelan melalui mulut. Hal ini ditambahkan oleh Suprijatna et al. (2008) yang menyatakan bahwa Gizzard memiliki dua pasang otot yang sangat kuat sehingga ayam mampu menggunakan tenaga yang kuat. Berdasarkan dari hasil pengamatan baik unggas darat maupun unggas air memiliki usus halus yang sama. Usus halus terdiri dari duodenum, jejenum dan illeum, di usus halus terjadi pencernaan dan penyerapan sari-sari makanan. yang panjangnya pada unggas betina masing – masing 32 cm, 66 cm , 62 cm sedangkan pada jantan masing – masing 17 cm,23 cm dan 25cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanta (2008) yang menyatakan bahwa usus terdiri atas saluran makanan yang dimulai dari duodenum yaitu usus halus bagian depan dan berakhir di rectum atau usus besar di bagian belakang. Pencernaan dan penyerapan pakan
  • 39. 39 utamanya terjadi di usus halus. Panjang saluran, organ pencernaan ayam betina seperti duodenum sepanjang 32 cm, jejunum 66 cm, ileum 62 cm. Hal ini ditambahkan oleh Yaman (2010) usus halus terdiri atas duodenum, jejunum, dan ileum. Berdasarkan dari hasil pengamatan baik unggas darat maupun unggas air memliki ceca yang terletak diantara usus besar dan usus halus dan terdiri atas dua kantung yang panjangnya masing - masing 19 dan 18 cm. Fungsi kemampuan mencerna serat kasar antara unggas air dan unggas darat berbeda Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanta (2004) yang menyatakan bahwa sekum terdiri atas dua seka atau saluran buntu yang berukuran panjang 20 cm. Pada bagian seka juga terjadi digesti serat kasar yang dilakukan oleh bakteri serat kasar. Kemampuan mencerna serat kasar pada bangsa itik lebih besar daripada ayam sehingga sekum litik lebih berkembang daripada ayam. Ditambahkan oleh Suprijatna et al. (2008) yang menyatakan bahwa diantara usus halus dan usus besar, terdapat dua kantung yang disebut sebagai ceca (usus buntu). Berdasarkan dari hasil pengamatan baik unggas darat maupun unggas air memiliki usus besar yang merupakan lanjutan dari usus kecil dan berakhir pada kloaka. Panjang usus besar pada betina adalah 5 cm sedangkan pada jantan panjangnya 4 cm. Hal ini tidak sesuai dengan Yuwanta (2004) yang menyatakan bahawa usus besar (rectum) dinamakan juga intestinum crasum yang panjangnya 7 cm, hal ini dikarenakan bahwa unggas yang kita gunakan dalam pratikum masih muda. Ditmbahkan oleh Suprijatna et al,. (2008) yang menyatakan bahwa usus besar merupakan rectum. Pada ayam dewasa, panjangnya hanya sekitar 10 cm
  • 40. 40 dengan diameter sekitar dua kali usus halus. Bentuknya melebar dan terdapat pada bagian akhir usus halus ke kloaka. Berdasarkan dari hasil pengamatan baik unggas darat maupun unggas air memliki kloaka. Kloaka pada ayam berfungsi sebagai saluran untuk mengeluarkan ekskreta. Saluran kloaka ini merupakan dari tiga saluran yaitu saluran pencernaan, saluran reproduksi dan saluran urinari. Yang memiliki panjang pada unggas betina 15 cm dan ungga jantan 3 cm. Hal ini sesuai dengan Yuwanta (2004) yang menyatakan bahwa kloaka merupakan tempat keluarnya ekskreta karena urodeum dan koprodeum terletak berhimpitan. Ditambahakan oleh Suprijatna et al., (2005) yang menyatakan bahwa kloaka meruapakan suatu tabung yang berhubungan dengan saluran pencernaan, saluran kencing dan reproduksi yang membuka keluar menuju anus. Berdasarkan dari hasil pengamatan baik unggas darat maupun unggas air memliki kelenjar pencernaan yang berupa pankreas, hati dan kantung empedu. Yang tidak terdapat perbedaan fungsi, baik unggas darat maupun unggas air yaitu sebagai mensekresikan enzim pencernaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al., (2008) yang menyatakan bahwa organ-organ tertentu berkaitan erat dengan pencernaan sebagai saluran sekresi kedalam saluran pencernaan itik. Fungsinya membantu dalam pemprosesan pakan. Organ tersebut yaitu pankreas, hati, dan kantung empedu. Di tambahkan oleh Yuwanta (2008) meskipun dinamakan organ tambahan, namun fungsi organ ini sangat penting karena mengsekresikan enzim pencernaan.
  • 41. 41 4.2.2. Anatomi Sistem respirasi unggas Hasil pengamatan organ respirasi pada unggas dapat diperoleh sebagai berikut yaitu : 1 1 2 2 3 3 4 4 Respirasi Itik Respirasi Ayam Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012. Ilustrasi 9. Anatomi Sistem Respirasi Unggas Keterangan: 1. Larynx 3. Trachea 2. Syrinx 4. Paru-paru Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil sistem respirasi pada unggas air dan unggas darat hampir sama terdiri dari larynx, syrinx, trachea, paru-paru dan kantong udara. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al., (2008) yang menyatakan bahwa sistem respirasi pada ayam terdiri dari nasal cavities , larynx,
  • 42. 42 trachea, syrinx, bronchi, paru-paru , kantung udara dan udara tertentu pada tulang. Yuwanta (2004) menambahkan bahwa saluran pernapasan dari luar kedalam adalah lubang hidung luar dan dalam, glotis, trachea, syrinx (rongga suara), bronkhi, dan paru-paru. Syrinx pada ayam dan itik terdapat diantara larynx dan trachea. Perbedaan syrinx antara ayam dan itik adalah pada ayam ukuran syrinx lebih kecil dibandingkan dengan syrinx pada itik,karena syrinx pada itik berfungsi untuk mengeluarkan suara yang khas pada itik. Hal ini sesuai pendapat Rasyaf (2008) bahwa Syrinx pada itik berfungsi sebagai alat untuk membantu menghasilkan suara yang khas. Trakea meupakan saluran penghubung antara larynx dengan paru-paru. Paru-paru meruapakan organ yang berfungsi sebagai pengatur sirkulasi udara. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al., (2008) bahwa paru-paru pada unggas berfungsi sebagai tempat berlangsungnya pertukaran gas dalam darah dan sebagai cooling mechanism (mekanisme pendingin) bagi tubuh bila kelembaban dikeluarkan lewat pernafasan. Hardjosworo (2006) menambahkan bahawa paru- paru berfungsi untuk mencukupi kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh tubuh.
  • 43. 43 4.2.3. Sistem reproduksi unggas 4.2.3.1. Sistem reproduksi unggas jantan Hasil pengamatan organ reproduksi pada ayam dan itik di peroleh gambar sebagai berikut: 1 2 3 2 4 1 4 3 Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012. Ilustrasi 10. Hasil pengamatan organ reproduksi unggas jantan Keterangan: 1. Testis 3. Cloaca 2. Vas defferens 4.Epidermis Organ reproduksi ayam jantan dan itik jantan memiliki beberapa kesamaan antara lain sepasang testis, sepasang vasdeferens, dan kloaka, yang berbeda hanya bentuk dan ukurannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanta ( 2004) yang menyatakan bahwa alat reproduksi jantan dibagi dalam tiga bagian utama, yaitu sepasang testis, sepasang saluran deferens, dan kloaka. Yuwanta (2008) menambahkan bahwa organ reproduksi jantan adalah testes, ductus deferens, dan organ kopulasi yang bersifat rudimenter yang terletak dalam kloaka.
  • 44. 44 Ayam jantan memiliki dua buah testis dalam rongga perut bagian atas terletak memanjang di punggung di dekat ujung ginjal sebelah depan dan di bawahnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al. (2008) yang menyatakan bahwa sistem reproduksi jantan terdiri dari dua testis yang terletak pada dorsal area rongga tubuh, dekat bagian akhir anterior ginjal. Sedangkan pada itik jantan testis berbentuk bulat kacang. Hal ini sesuai pendapat Rasyaf (2008) yang menyatakan bahwa organ reproduksi jantan yang primer ialah berbentuk bulat kacang. Ayam jantan dan itik jantan memiliki sepasang vas defferens yang sama. Vas defferens memiliki fungsi untuk menyalurkan sperma ke kloaka, hal ini sesuai dengan pendapat Fadilah dan Polana (2004) menyatakan bahwa vas defferens adalah saluran kecil menyalurkan sperma ke kloaka. Suprijatna et al., (2005) menambahkan Vas defferens yaitu sebuah saluran yang berfungsi mengalirkan sperma ke luar dari tubuh. Kloaka baik pada ayam jantan maupun itik jantan merupakan muara dari tiga saluran, yaitu urinari, pencernaan dan reproduksi. Fungsi kloaka pada sistem reproduksi ayam jantan dan itik jantan yaitu sebagai organ pengangkut semen yang membentuk tonjolan-tonjolan pada dinding dorsal kloaka. Hal ini sesuai dengan pendapat Yaman (2010) yang menyatakan bahwa Vas defferens tidak bermuara kedalam organ kopulasi seperti pada spesies lainnya, tetapi kedalam papilla kecil (tonjolan seperti jari-jari tangan). Tonjolan-tonjolan ini terletak pada dinding dorsal kloaka dan berperan sebagai organ pengangkut semen. Ditambahakan oleh Rasyaf (2008) yang menyatakan bahwa kloaka merupakan
  • 45. 45 suatu tabung yang berhubungan dengan saluran pencernaan, saluran kencing dan reproduksi yang membuka keluar menuju anus. 4.2.3.2.Sistem reproduksi unggas betina Berdasarkan hasil pengamatan pada sistem reproduksi dapat diperoleh gambar sebagai berikut: Ayam Itik 1 1 2 2 3 4 3 4 5 5 6 6 7 7 Sumber: Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012. Ilustrasi 11. Hasil pengamatan organ reproduksi unggas betina Keterangan: 1. Ovarium 5. Uterus 2. Infundibulum 6. Vagina 3. Magnum 7. Kloaka 4. Isthmus Berdasarkan praktikum diperoleh hasil bahwa organ reproduksi betina pada unggas dan itik hampir sama, yaitu terdiri dari ovarium, infundibulum, magnum, isthmus, uterus, vagina dan kloaka. Hal ini sesuai dengan pendapat
  • 46. 46 Suprijatna et al. (2008), bahwa anatomi alat reproduksi ayam betina terdiri atas dua bagian utama yakni ovarium dan oviduk. Yuwanta (2004) menambahkan ovarium adalah tempat sintesis hormon steroid seksual, gametogenesis, dan perkembangan serta pemasakan kuning telur. Oviduk adalah tempat menerima kuning telur masak, sekresi putih telur, dan pembentukan kerabang telur. Ovarium pada ayam betina dan itik betina memiliki fungsi yang sama yaitu untuk membentuk yolk atau kuning telur. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al., (2005) yang menyatakan bahwa ovarium berfungsi sebagai tempat pembentukan kuning telur. Yuwanta (2008) menambahkan bahwa ovarium adalah tempat sintesis hormon steroid seksual gametogenesis dan perkembangan serta pemasakan kuning telur. Infundibulum pada ayam betina dan itik betina memiliki peran yang sama yaitu berperan dalam penangkapan kuning telur. Hal ini sesuai dengan pendapat Yaman (2010) yang menyatakan bahwa Infundibulum berperan dalam penangkapan kuning telur. Rasyaf (2008) menambahkan fungsi utama Infundibulum adalah menangkap ovum yang masak. Magnum pada ayam betina dan itik betina befungsi untuk mengsekresikan albumen atau putih telur. Hal ini sesuai dengan pendapat Blakely and Bade (1994) yang menyatakan bahwa fungsi utama magnum adalah mensekresikan albumen. Yuwanta (2004) menambahkan magnum merupakan temapat untuk mensintesis dan mensekresi putih telur. Isthmus pada ayam betina dan itik betina berfungsi untuk mensekresikan membran cangkakang. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudarmono (2003) yang
  • 47. 47 menyatakan bahwa Isthmus berfungsi sebagai tempat untuk mensekresikan membran cangkang. Yuwanta (2004) menambahkan Isthmus adalah tempat untuk mensekresikan membran atau selaput telur. Uterus pada ayam betina dan itik betina berfungsi mensekresikan cangkang. Hal ini sesuai dengan Yuwanta (2008) yang menyatakan bahwa fungsi uterus adalah mensekresikan cangkang. Yuwanta (2004) menambahkan bahwa uterus temapat terbentuknya cangkang. Vagina pada ayam betina dan itik betina berfungsi sebagai tempat penyimapanan telur ntuk sementara waktu. Hal ini sesuai dengan pendapat Fadilah dan Polana (2004) bahwa vagina dalah tempat dimana telur untuk sementara ditahan dan dikeluarkan bila telah tercapai bentuk yang sempurna. Yuwanta (2004) menambahkn bahwa vagina adalah tempat penyimpanan sementara telur. Kloaka pada ayam betina dan itik betina berfungsi sebaga tempat dikeluarkannya telur. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahardjo et al., (2002) yang menyatakan bahwa kloaka merupakan tempat untuk mengeluarkan telur. Yuwanta (2004) menambahkan bahwa kloaka merupakan bagian ujung luar dari oviduck tempat dikeluarkannya telur. 4.2.4. Sistem urinari unggas
  • 48. 48 Berdasarkan hasil pengamatan sistem urinari pada ayam dan itik dapat diperoleh gambar sebagai berikut: 1 2 3 1 3 2 Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012. Ilustrasi 12. Hasil pengamatan sistem urinari unggas Keterangan: 1. Ginjal 2. Ureter 3. Cloaca Berdasarkan hasil pengamatan, sistem urinari pada ayam dan itik tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Sistem urinari terdiri dari sepasang ginjal yang diteruskan oleh sepasang saluran menuju cloaca pada akhir saluran. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanta (2004), bahwa sistem urinaria ayam maupun itik terdiri atas sepasang ginjal yang berbentuk panjang yang menempel rapat pada tulang punggung dan tulang rusuk serta melekat pada selaput rongga perut (peritonium). Air kencing keluar dari tubuh melalui cloaca bersama-sama feses dan kelihatan sebagai masa putih diatas feses tersebut. Ditambahkan pula oleh Yaman (2010) bahwa ureter adalah saluran muscular yang mengalirkan urine dari dinding ginjal menuju ke blader (kantong kencing).
  • 49. 49 Ginjal berfungsi reabsorpsi zat masih digunakan kembali dan pengeluran urin sehingga terjadi keseimbangan osmosis cairan tubuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanta (2008) yang menyatakan ginjal berfungsi sebagai sistem pembuangan air dan menjaga keseimbangan osmosis bagi cairan tubuh. Pada unggas terdapat dua buah ginjal yang terletak di belakang paru-paru. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al., (2008) yang menyatakan sistem ekskresi pada ungggas terdiri dari dua buah ginjal yang bentuknya relatif besar memanjang, berlokasi dibelakang paru-paru dan menempel pada tulang punggung. Ureter berfungsi mengalirkan urin yang bercampur dengan feses dari ginjal ke kloaka. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanta (2004) yang menyatakan ureter mengalirkan urin ke kloaka. Ureter terletak diantara ginjal dan kloaka. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatn et al., (2005) yang menyatakan bahwa ureter merupakan saluran yang menghubungkan masing – masing ginjal dengan kloaka. Kloaka merupakan muara tiga saluran yaitu pencernaan, reproduksi dan urinasi. Sesuai dengan pendapat Rasyaf (2008) yang menyatakan kloaka merupakan suatu tabung yang berhubungan dengan saluran pencernaan, saluran kencing dan reproduksi. Feses dan urin secara bersama – sama dikeluarkan melalui kloaka. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahardjo et al., (2002) hasil metabolik dan urin yang bercampur feses yang disebut ekskreta dikeluarkan melalui kloaka. 4.3. Formulasi Ransum Ternak unggas
  • 50. 50 Praktikum formulasi ransum ternak unggas menggunakan bahan pakan jagung giling, bekatul, tepung ikan, bungkil kedelai dan premix dengan menggunakan metode trial and error. Ransum yang dibuat adalah untuk itik periode finisher. Hasil penyusunan ransum dengan metode trial and error sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Perhitungan Ransum Metode Trial and Error Pakan Hasil Bahan Komposisi PK EM Harga PK EM Harga Pakan (%) (%) (kkal/kg) (Rp) (%) (kkal/kg) (Rp) Bungkil 48 2240 7500 15 7,2 336 562,5 Kedelai Jagung 8,6 3370 3500 50 4,3 1685 1062,5 giling Tepung 63, 6 2830 8500 5 3,15 141,5 212,5 Ikan Bekatul 12 2860 3750 29 3,48 829,4 543,75 Premix - - - 1 - 5 150 Total 100 18,13 2991,9 2381,2 Sumber: Data Primer Praktikum Produksi Ternak Unggas, 2012. Hasil yang diperoleh dari praktikum penyusunan ransum dengan PK= 18,13. Hal ini menunjukkan bahwa ransum yang disusun telah memenuhi standar yaitu sebesar 18-19 %. Hal ini sesuai dengan pendapat (Rasyaf, 2008) yang menyatakan bahwa kebutuhan protein untuk itik finisher adalah antara 18- 20%. Untuk komposisi energi metabolis (EM) pada ransum itik pedaging finisher diperoleh 2991,9 kkal/kg, hal ini berarti kebutuhan energi metabolis ternak itik pedaging finisher terpenuhi. Hal ini sesuai dengan pendapat Yaman (2010) yang menyatakan bahwa ransum itik finisher mengandung energi 3000 kkal. Dari hasil praktikum penyusunan ransum di peroleh data mengenai harga ransum sebesar Rp.2381,25,-. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bahan penyusunnya
  • 51. 51 mudah didapat dan kegunaannya tidak bersaing dengan manusia. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahardjo et al., (2002) yang menyatakan bahwa pakan unggas yang tidak bersaing dengan manusia adalah bungkil kelapa, jagung giling, bekatul, dedak, dan konsentrat. Tabel 2. Hasil Organoleptik Bahan Pakan No Bahan Pakan Tekstur Tekstur Warna Bau 1. Jagung Giling Crumble Kasar Kuning Khas 2. Bekatul Mesh Halus Kuning Khas kecoklatan 3. Bungkil Crumble Kasar Kuning Khas Kedelai kecoklatan 4. Tepung Ikan Mesh Halus Coklat Khas 5. Premix Mesh Halus Krem Khas Sumber: Data Primer Praktikum Ternak Unggas, 2012. Berdasarkan hasil praktikum organoleptik ransum didapatkan hasil bahwa Jagung giling memiliki tekstur butiran kasar, warna kuning, bau beraroma khas jagung, bentuk tepung. Hasil ini menunjukkan bahwa jagung kuning telah dilakukan penggilingan. Menurut Suprijatna et al., (2008) yang menyatakan bahwa warna kuning pada jagung giling berasal dari provitamin A yang terkandung di dalamnya. Pada Bekatul didapatkan hasil tekstur halus, warna coklat muda, bau apek dan bentuk tepung. Hal ini sesuai pendapat Rasyaf (2008) yang menyatakan bahwa pemakaian bekatul dalam jumlah banyak dan dapat menyebabkan ketengikan autooksidatif. Pada konsentrat didapatkan hasil tekstur kasar, warna coklat tua, bau menyengat dan bentuk tepung. Menurut pendapat Yaman (2010) yang menyatakan bahwa bentuk tepung pada konsentrat itu didapat
  • 52. 52 dari campuran bahan pakan utama sumber protein yang dijual di pasaran dan dibuat oleh pabrik. Formulasi ransum degan menggunakan metode trial and error yang merupakan penyusunan ransum secara coba-coba. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rasyaf (2008) yang menyatakan bahwa ada beberapa mitode matematika yang dipakai untuk menyusun ransum mulai dari yang sederhana hingga yang paling rumit. Dalam mitode pendugaan sederhana penyusunan ransum mencoba suatu presentase atau jumlah tertentu bahan makanan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi unggas. Bila masih kurang ditambah dan bila lebih dikurangi. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
  • 53. 53 Perbedaan eksterior antara unggas darat dan unggas air yaitu pada ayam tidak terdapat selaput kaki dan tidak terdapat kelenjar minyak pada bulunya. Pada kaki itik terdapat selaput kaki, bulu itik lembut dan tebal karena memiliki kelenjar minyak. Dari segi interiornya, pada ayam terdapat tembolok yang mengembang dan tidak terdapat syrink. Pada itik tembolok tidak mengembang dan terdapat syrink. Kondisi hewan yang digunakan dalam praktikum termasuk dalam kondisi sehat. Kandungan PK dan EM pada ransum yang disusun telah sesuai dengan standar PK dan EM yang harus terkandung di dalam ransum ternak itik pedaging periode finisher sehingga layak untuk diberikan. 5.2. Saran Sebaiknya semua bahan atau materi yang digunakan pada saat praktikum disediakan oleh laboratorium. Pengamatan bagian eksterior unggas, anatomi dan penyusunan ransum perlu ketelitian supaya didapatkan hasil yang maksimal. DAFTAR PUSTAKA Fadilah, R., dan Polana , A. 2004. Aneka PenyakitPadaAyam Dan Cara Mengatasinya. AgroMediaPustaka. Tangerang. Hardjosworo, Peni S. 2006. Meningkatkan Produksi Daging Unggas. Penebar Swadya, Jakarta.
  • 54. 54 Martawijaya. 2004. Panduan Beternak Itik secara Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta. Rasyaf, M. 2008. Panduan beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta. Sudarmono. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Kanisius, Yogyakarta. Suprijatna, E., Atmomarsono, U., danKartasudjana, R. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta. Suprijatna, E., Atmomarsono, U., danKartasudjana, R. 2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas.PenebarSwadaya, Jakarta. Susilorini, T. E., M. E. Sawitri dan Muharlien. 2009. Budidaya 22 Ternak Potensial. Penebar Swadaya, Jakarta Yaman, M. Aman. 2010. Ayam Kampung Unggul 6 Minggu Panen. Penebar Swadaya, Jakarta. Yuwanta, T. 2004. Dasar beternakUnggas. Kanisius, Yogyakarta. Yuwanta, T. 2008. Dasar Ternak Unggas. Kanisius, Yogyakarta. LAPORAN PRATIKUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS Disusun oleh : Kelompok IIB
  • 55. 55 Nurul Ayu Andini 23010111120054 Chandra Prabawa 23010111130078 Lina Rahmawati 23010111130081 Ardiyanto Setiawan 23010111130082 Susana 23010111130086 Nurul Afriyanti 23010111130089 Galuh Nanda J. 23010111130102 Eko Prasetyo H2A 009 170 Budi Eko H2A 009 206 Argandhina Purbasari H2A 009 168 JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012