SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Praktikum lapangan sesungguhnya merupakan bentuk penelitian di
lapangan, bedanya dengan penelitian umumnya hanya pada permasalahan
yang diangkatnya. Pada penelitian permasalahan yang diangkat memang
permasalahan yang belum ditemukan jawabannya, sedangkan pada praktikum
lapangan mungkin permasalahan yang diangkat hanya untuk menunjukkan
teori yang sudah ada agar dapat dipahami betul oleh peserta didik tapi dapat
juga permasalahan yang diangkat belum ditemukan jawabannya sehingga
praktikum lapangan yang dilakukan akan menemukan temuan-temuan baru.
Pada praktikum lapangan di sawah Piyungan, pantai Baron dan pantai
Sundak ini permasalan yang diangkat merupakan permasalahan yang sudah
ada jawabannya (hanya menunjukkan teori yang sudah dipelajari) maupun
untuk pengetahuan mengenai apa saja keanekaragaman hewan yang ada di
lokasi tersebut. Permasalahan-permasalahan ini nanti akan disampaikan
sebagai tugas-tugas praktikum yang harus dilakukan oleh mahasiswa
sehingga mereka dapat menemukan jawabannya. Praktikum lapangan
keanekaragaman dan klasifikasi hewan di sawah Piyungan, pantai Baron dan
pantai Sundak yang sudah dilakukan terutama dilakukan dengan metode
observasi. Untuk dapat mendapatkan hasil observasi yang tepat dan berharga
tentunya

harus

dilakukan

dengan

cermat,

teliti,

tercatat,

dan

terdokumentasikan. Sesuai dengan materi pada praktikum keanekaragaman
dan klasifikasi hewan, dari praktikum lapangan yang sudah dilakukan adalah
pengenalan keragaman hewan baik dari jenis, bentuk tubuhnya dan
klasifikasinya.
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan praktikun lapangan adalah
kesiapan peralatan dan komponen-komponen yang dibutuhkan saat praktikum
lapangan. Semua peralatan yang diperlukan dalam melaksanakan praktikum

Elmisa subama
harus disiapkan sebelum kita berangkat ke lapangan. Agar hasil yang
didapatkan sesuai dengan yang diinginkan.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan
sebagai

berikut:

Bagaimana keadaan keanekaragaman dan apa saja jenis hewan di sawah
Piyungan, pantai Baron dan pantai Sundak?

1.3. Tujuan
Tujun pada praktikum lapangan keanekaragaman dan klasifikasi hewan
ini adalah :
a.

Untuk mengetahui jenis hewan yang ada di persawahan Piyungan,
pantai Baron dan pantai Sundak.

b.

Dapat mengidentifikasi dan mengetahui nama spesies dari hewan
yang ditemukan.

c.

Dapat membuat awetan dari hewan yang ditemukan untuk koleksi
referensi.

1.4. Deskripsi Lokasi
Lokasi pertama yaitu persawahan yang berada di desa Piyungan di
daerah Wonosari. Persawahan ini berada di areal pemukiman penduduk desa
Piyungan dan berada di pinggir jalan raya. Saat praktikum dilaksanakan,
kondisi persawahan penuh dengan tanaman padi berwarna hijau yang
membentang luas. Cuaca cukup panas saat melakukan pengamatan jenis
hewan yang berada di sawah ini karena pada saat melakukan pengamatan
sudah cukup siang. Hewan yang berada di lokasi ini diantaranya adalah :
Helmol, Mollusca, Reptil, Amphibia, Insekta dan Aves.

Elmisa subama
Lokasi kedua yaitu pantai Baron, tepatnya di TPI yang berada di pantai
tersebut. Pantai Baron adalah pantai tempat wisata yang tak pernah sepi dari
pengunjung. Pantai ini berada di pesisir selatan Pulau Jawa, tepatnya berada
di Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta. Di pantai ini banyak terdapat
perahu nelayan yang berada di tepi pantai. Saat melakukan pengamatan di
TPI pantai Baron, hewan-hewan yang ada diantaranya yaitu : Mollusca,
Arthropoda dan Pisces.
Yang terakhir yaitu pantai Sundak. Pantai Sundak merupakan sebuah
objek wisata alam berupa Pantai yang berada di daerah Wonosari. Pantai ini
terletak sekitar 3 Km dari Pantai Kukup. Pantai Sundak tidak terlalu besar,
namun pantai ini menyajikan keindahan alam yang alami dan menyenangkan.
Pantai Sundak memiliki pasir putih dan batu karang berlumut yang indah. Di
pantai sundak, praktikan menemukan beberapa hewan laut, diantaranya yaitu
: Phylum Porifera dan Phylum Echinodermata.

Elmisa subama
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi adalah pengelompokan aneka jenis hewan atau tumbuhan kedalam
golongan-golongan tertentu. Golongan-golongan ini disusun secara runtut sesuai
dengan tingkatannya (hirarkinya), yaitu dimulai dari tingkatan yang lebih kecil
hingga ketingkatan yang lebih besar. Ilmu yang mempelajari prinsip dan cara
mengelompokkan makhluk hidup kedalam golongannya disebut taksonomi atau
sistematik (Sulistyorini, 2009).
Hewan Invertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang, serta
memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan
kelompok hewan punggung/belakang, juga sistem pencernaan, pernapasan dan
peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan vertebrata. Avertebrata
dibagi menjadi 9 filum yaitu protozoa, porifera, cnidaria, platyhelminthes,
nematelminthes,

annelida,

mollusca,

arthropoda,

dan

echinodermata

(Romimohtarto, 2007).
a) Filum Porifera
Filum porifera disebut juga hewan spons. Porifera merupakan hewan
multiseluler yang paling sederhana, tidak memiliki kepala atau anggota badan lain
layaknya hewan. Oleh karena itu, banyak yang keliru mengidentifikasi. Porifera
sebagai tanaman laut. Tubuh porifera dihubungkan oleh saluran-saluran yang
terbuka di ujungnya dan membentuk pori-pori. Porifera memiliki sekitar 10.000
spesies yang kebanyakan hidup di air laut. Hewan ini merupakan hewan sessile
(hidup melekat pada substrat). Spesies tersebut bervariasi dalam hal bentuk,
ukuran dan warna. Porifera biasanya dikelompokkan berdasarkan materi yang
ditemukan di dalam rangkanya. Porifera yang terkenal adalah bunga karang yang
memiliki serat fleksibel dalam mesenkimnya. Serat tersebut dibuat dari protein
yang disebut spongin (Campbell et al. 2005).

Elmisa subama
b) Filum Mollusca
Mollusca adalah hewan berbadan lunak (Latin molluscus, “lunak”) tetapi
sebagian besar terlindungi oleh suatu cangkang keras yang mengandung kalsium
karbonat. Slug, cumi-cumi dan gurita memiliki cangkang yang tereduksi, dimana
sebagian besar diantaranya adalah cangkang internal, atau mereka telah
kehilangan keseluruhan cangkang selama proses evolusinya. Tubuh mollusca
memiliki tiga bagian utama: kaki berotot, umumnya digunakan untuk pergerakan,
massa viseral yang mengandung sebagian besar organ-organ internal, dan mantel
yang merupakansuatu lipatan jaringan yang menutupi massa viseral dan
mensekresi cangkang (jika ada). Pada banyak mollusca, mantel meluas melebihi
massa viseral dan menghasilkan suatu ruang yang penuh air atau rongga mantel
(mantle cavity) yang menampung insang, anus dan pori ekskretoris. Banyak
mollusca yang mengambil makanan menggunakan organ kasar mirip tali karet
yang disebut radula. Sebagian mollusca memiliki organ jenis kelamin yang
terpisah, dengan gonad (ovarium dan testes) yang terletak di dalam massa viseral.
Namun demikian, banyak keong dan bekicot adalah hemafrodit (Campbell et al.
2005).
 Kelas Gastropoda
Kelas filum Mollusca yang terbesar, Gastropoda, memiliki lebih dari
40.000 spesies yang hidup. Sebagian besar gastropoda adalah hewan laut,
tetapi banyak juga spesies air tawar. Bekicot dan slug telah beradaptasi
terhadap kehidupan di darat (Campbell et al. 2005).
 Kelas Bivalvia
Mollusca dari Kelas Bivalvia meliputi banyak spesies remis, tiram,
kerang hijau, dan scallop. Bivalvia memiliki cangkang yang terbagi menjadi
dua paruhan. Kedua bagian cangkang itu bertaut pada garis pertengahan
dorsal, dan otot adduktor yang sangat kuat menarik kedua paruh cangkang
agar menutup untuk melindungi hewan berbadan lunak itu. Rongga mantel
hewan bivalvia memiliki insang yang digunakan untuk makan dan untuk
pertukaran gas. Sebagian bivalvia adalah pemakan suspensi. Bivalvia tidak
memiliki kepala yang jelas dan radula telah hilang (Campbell et al. 2005).

Elmisa subama
 Kelas Cephalopoda
Cephalopoda (cephalopod artinya “kaki kepala”) adalah satu-satunya
mollusca dengan sistem sirkulasi tertutup. Kaki hewan cephalopoda telah
termodifikasi menjadi sifon berotot dan bagian-bagian tentakel dan kepala
dirancang untuk bergerak secara cepat, suatu adaptasi yang cocok dengan
cara makannya sebagai karnivora.tMereka juga memiliki suatu sistem syaraf
yang berkembang dengan baik dengan otak yang kompleks. Kemampuan
untuk belajar dan bertingkah laku dalam cara yang rumit keungkinan lebih
penting bagi pemangsa yang bergerak cepat dibandingkan dengan hewan
yang diam seperti remis. Cumi-cumi dan gutita memiliki organ indera yang
berkembang baik (Campbell et al. 2005).

c) Filum Arthropoda
Diperkirakan bahwa populasi arthropoda dunia, yang meliputi crustacea,
laba-laba, dan serangga, berjumlah sekitar 1018 individu. Hampir 1 juta spesies
arthropoda

telah

dideskripsikan,

dan

sebagian

besar

adalah

serangga.

Keanekaragaman dan keberhasilan arthropoda sebagian besar dikaitkan dengan
segmentasinya, eksoskeletonnya yang keras, dan tungkai yang bersendi.
(Arthropoda berarti “kaki bersendi”). Kelompok segmen dan anggota badannya
telah terspesialisasi untuk berbagai ragam fungsi. Sebagai contoh, anggota badan
secara beragam dimodifikasi untuk berjalan, makan, dan sebagai reseptor sensoris,
kopulasi, dan untuk pertahanan. Tubuh arthropoda sepenuhnya ditutupi oleh
kutikula, suatu eksoskeleton (kerangka eksternal) yang dibangun dari lapisanlapisan protein dan kitin. Kutikula itu dapat merupakan pelindung yang tebal dan
keras di atas beberapa bagian tubuh, dan setipis kertas dan fleksibel pada lokasi
lain, seperti persendian. Eksoskeleton akan melindungi hewan dan menyediakan
titik pertautan bagi otot yang menggerakkan anggota badan. Eksoskeleton yang
kaku juga menimbulkan beberapa permasalahan evolusioner. Sebagai contoh,
untuk

dapat

tumbuh,

arthropoda

sewaktu-waktu

harus

melepaskan

eksoskeletonnya yang lama dan mensekresikan eksoskeleton yang lebih besar.
Proses ini disebut molting, membutuhkan energi dyang sangat banyak dan

Elmisa subama
meninggalkan hewan tersebut rentan terhadap pemangsa dan bahaya lainnya
untuk sementara waktu. Arthropoda menyesuaikan diri dengan baik terhadap
lingkungannya dengan adanya organ sensoris yang berkembang baik, yang
meliputi mata, reseptor olfaktori untuk penciuman, dan antena untuk sentuhan dan
penciuman. Arthropoda memiliki sistem sirkulasi terbuka (open circulatory
system) dimana cairan yang disebut hemolimfa didorong oleh suatu jantung
melalui arteri pendek dan kemudian masuk ke dalam ruang yang disebut sinus
yang mengelilingi jaringan dan organ. Arthropoda teresterial umumnya memiliki
permukaan internal yang dkhususkan untuk pertukaran gas. Misalnya, sebagian
besar serangga memiliki sistem trakea, saluran udara bercabang yang menuju ke
arah bagian dalam dari pori-pori yang ada pada kutikula.
Atrhropoda terdiri dari 5 kelas utama yaitu:
 Arachnida
Tubuh memiliki satu atau dua bagian utama, enam pasang angota badan
(chelicerae, pedipalpus, dan empat pasang kaki untuk berjalan), sebagian besar
adalah hewan darat seperti laba-laba, kutu, dan tungau.
 Diplopoda
Tubuh dengan kepala yang jelas memiliki antena besar dan tiga pasang
bagian mulut yang mengunyah, badan bersegmen dengan dua pasang kaki
berjalan per segmen, teresterial, dan herbivora, seperti: kaki seribu.
 Chilopoda
Tubuh dengan kepala yang jelas yang memiliki antena besar dan tiga
pasang bagian mulut; anggota badan segmen tubuh pertama

dimodifikasi

sebagai cakar beracun; segmen badan mengandung satu pasang kaki berjalan
setiap segmen; teresterial; karnivora. Contoh:lipan.
 Crustacea
Tubuh dengan dua atau tiga bagian; memiliki antena; bagian mulut
untuk mengunyah, tiga atau lebih pasang kaki, sebagian besar adalah
hewan laut seperti kepiting, udang galah, crayfish atau udang karang, dan
udang.

Elmisa subama
 Insekta (serangga)
Tubuh terbagi menjadi kepala toraks, dan abdomen, memiliki antena,
bagian mulut dimodifikasi untuk mengunyah, menyedot atau menelan,
umumnya memiliki dua pasang sayap dan tiga pasang kaki, sebagaian
besar adalah hewan teresterial.
Insekta terdiri dari beberapa ordo, diantaranya adalah:
a. Orthoptera
Memiliki dua pasang sayap bermembran (beberapa tahapan tidak
bersayap), mulut untuk mengunyah; sangat sosial; metamorfosis tak
sempurna. Contoh: rayap.
b. Mantodea
Tubuh terbagi menjadi tiga bagian yaitu: kepala (caput), dada
(thorax) dan perut (abdomen), antena berbentuk kawat, betina
biasanya memiliki abdomen yang lebih besar dibandingkan dengan
yang jantan, metamorfosis tidak sempurna. Contoh: belalang sembah
(Erya, 2011).
c. Hymenoptera
Memiliki dua pasang sayap bermembran, kepala dapat bergerak,
bagian mulut untuk mengunyah atau penghisap, organ untuk
menyengat pada bagian posterior pada betina, metamorfosis
sempurna, banyak spesies bersifat sosial. Contoh: semut, lebah,
tawon.
d. Lepidoptera
Memiliki dua pasang sayap yang ditutupi dengan sisik kecil, lidah
panjang melilit untuk penghisap. metamorfosis sempurna. Contoh:
kupu-kupu, ngengat.
e. Odonata
Memiliki dua pasang sayap bermembran, bagian mulut untuk
menggigit, metamorfosis tak sempurna. Contoh: Damselfly, capung.

Elmisa subama
f. Hemiptera
Memiliki dua pasang sayap (satu pasang sebagian seperti berkulit,
satu pasang bermembran), mulut untuk menusuk dan menyedot,
metamorfosis tak sempurna. Contoh: kutu busuk, assassin bug, bedbug,
chinch bug
g. Diptera
Memiliki satu pasang sayap dan halter (organ untuk keseimbangan),
mulut untuk penghisap, menusuk atau menelan, metamorfosis sempurna.
Contoh: lalat, nyamuk (Campbell et al. 2005).

d) Filum Echinodermata
Echinodermata ( dari bahasa Yunani echin, “berduri” dan derma, “kulit”)
adalah hewan sesil atau hewan yang bergerak lamban dengan simetri radial
sebagai hewan dewasa. Bagian internal dan eksternal hewan itu menjalar dari
tengah atau pusat, seringkali berbentuk lima jari-jari. Kulit tipis menutupi
eksoskeleton yang terbuat dari lempengan keras. Sebagian besar hewan
echinodermata bertubuh kasar karena adanya tonjolan kerangka dan duri yang
memiliki berbagai fungsi. Yang khas dari echinodermata adalah sistem pembuluh
air (water vascular system), suatu jaringan

saluran hidrolik yang bercabang

menjadi penjuluran yang disebut kaki tabung (tube feet) yang berfungsi dalam
lokomosi, makan, dan pertukaran gas. Reproduksi anggota filum echinodermata
umumnya melibatkan individu jantan dan betina yang terpisah dan membebaskan
gametnya ke dalam air laut. Hewan dewasa yang radial tersebut berkembang
melalui metamorfosis dari larva bilateral. Di antara 7000 atau lebih anggota filum
echinodermata, semuanya adalah hewan laut, dibagi menjadi enam kelas:
Asteroidea (bintang laut), Ophiuroidea (bintang ular), Echinoidea ( bulu babi dan
sand dollar), Crinoidea (lili laut dan bintang bulu), Holothuroidea (timun laut),
dan Concentrychycloidea (aster laut). Aster laut, yang baru ditemukan baru-baru
ini, hidup pada kayu yang terendam air laut dalam (Campbell et al. 2005).

Elmisa subama
e) Filum Annelida
Annelida berarti “cincin kecil” dan tubuh bersegmen yang mirip dengan
serangkaian cincin yang menyatu merupakan ciri khas filum Annelida. Terdapat
sekitar 15.000 spesies filum Annelida. Anggota filum Annelida hidup di laut,
sebagian besar habitat air tawar, dan tanah lembab (Campbell et al. 2005).
Ciri – ciri Annelida :
a. Tubuh panjang bergelang – gelang ( matameri )
b. Hidup bebas
c. Hermafrodit, tidak dapat membuahi sendiri.
d. Bernapas dengan seluruh permukaan tubuh
e. Alat pencernaan lengkap
f. Alat ekskresi tubuh disebut nefridia
g. Sistem saraf : gamglion, otak, ganglim ventral
h. Sistem peredaran darah tertutup
i.

Memiliki rongga badan triploblastik selomata

Filum Annelida terbagi menjadi 3 kelas, yaitu :
a.

Polychaeta
Habitatnya di lautan, tubuhnya terdiri dari banyak rambut Þ (poly =

banyak, chaeta = rambut/bulu). Contoh cacing tersebut adalah : Nereis
viren, Eunice viridis (cacing wawo) dan Lysidice oele (cacing palolo). Dua
jenis terakhir sering dikonsumsi oleh orang-orang di Kepulauan maluku.
b.

Oligochaeta
Habitatnya di tanah, memiliki sedikit rambut (oligo = sedikit, chaeta =

rambut/bulu). Contoh cacing tersebut adalah : Lumbricus terestris dan
Pheretima sp. (keduanya disebut cacing tanah). Mempunyai organ KIitellum
yang berisi semua kelenjar, termasuk kelenjar kelamin.
Pernafasan dilakukan oleh pemukaan tubuhnya. Makanan diedarkan ke
seluruh tubuh dengan sistem peredaran darah. Contoh lain : Moniligaster
houtenii (endemik di Sumatera).

Elmisa subama
c. Hirudinae

Tidak memiliki rambut (chaeta) tetapi menghasilkan zat antikoagulasi
(anti pembekuan darah) yang dinarnakan Hirudin (Martomijoyo, 1990).

f) Filum Chordata
Berdasarkan kemiripan tertentu dalam perkembangan embrionik awal,
Chordata

dikelompokkan

sebagai

deuterostomata

bersama-sama

dengan

Echinodermata. Vertebrata membentuk satu subfilum dalam Filum Chordata.
Chordata juga meliputi dua subfilum invertebrata, yaitu urochordata dan
cephalochordata. Ada 4 ciri khas chordata ini adalah notokord; tali saraf
berlubang; celah faring; dan ekor pascaanus berotot.
Ciri spesifik dari subfilum vertebrata adalah tulang belakang skeletal dan
kranium, yang membungkus sumsum tulang belakang dan otot, sefalisasi
(spesialisasi ujung anterior sistem saraf menjadi otak kompleks yang berasosiasi
dengan organ-organ indera terspesialisasi) berderajat tinggi dan segmentasi otototot tubuh menjadi somit pada satu masa perkembangan (Hademenos, 2005).
Beberapa kelompok vertebrata diantaranya adalah super kelas pisces
(chondrichthyes, osteichthyes), kelas amphibia, reptilia, dan aves.
1) Super Kelas Pisces
 Kelas condrichthyes (ikan bertulang rawan)
a. Kerangka dari tulang rawan
b. Celah insang berjumlah 5-7 pasang
c. Kulit tertutupi oleh dentikel
d. Fertilisasi internal, individu jantan memiliki clasper. Contoh : ikan hiu
dan ikan pari.

Elmisa subama
 Kelas osteichthyes (ikan bertulang sejati)
 Kerangka dari tulang sejati
 Celah insang tunggal disetiap sisi dengan tutup insang
 Jari-jari lemah pada sirip bersegmen
 Fertilisasi eksternal. Contoh : ikan lele, belut, kakap, dan ikan nila

2) Kelas Amphibia
Ciri-ciri amphibia sebagai berikut:
a. Dapat hidup di air dan di darat ataupun tempat-tempat yang lembab
b. Disebut juga hewan yang mempunyai tempat hidup (habitat) di dua
alam
c. Hewan bernafas dengan paru-paru dan kulit.
Telur dan berudu katak hidup di air kemudian setelah dewasa hidup di
darat, berudu berbentuk seperti ikan yang bernafas dengan insang dan
kulit, setelah masanya tumbuh kaki yang susut oleh kehidupan dan
akhirnya ekor menghilang sementara itu insang berangsur-angsur
menghilang dan digantikan oleh paru-paru kemudian katak menjadi
dewasa.
d. Jantung beruang tiga yaitu dua serambi dan satu bilik.
e. Berkembang biak dengan bertelur dan pembuahan sel telur oleh
sperma terjadi di luar tubuhnya (fertilisasi eksternal).
Amphibi dapat dibagi menjadi beberapa ordo:Ordo Apoda (amphibia tidak
berkaki tetapi memiliki eko, contoh: ular); Ordo Anura (amphibia tidak
berekor tetapi memiliki kaki, contoh; katak dan kodok); dan Ordo wodela /
candata (amphibia yang berekor dan berkaki, contoh: salamander).

Elmisa subama
3) Kelas Reptilia
Ciri-ciri hewan melata adalah sebagai berikut:
 Kulit kering bersisik dari zat tanduk karena zat keratin
 Bernafas dengan paru-paru
 Berdarah dingin (poikiloterm) yakni yang suhu tubuhnya dipengaruhi
oleh suhu lingkungan
 Umumnya bersifat ovivar (bertelur), contoh kadal, dan vivipar
beranak, contohnya ular.
 Jantung terdiri dari empat ruang yaitu dua serambi dan dua bilik yang
masih belum sempurna.
Reptilia dapat dibagi menjadi beberapa ordo antara lain: Ordo Crocodila
(contoh: buaya); Ordo Sphenedontia (contoh : Tuatara); Ordo Squamata
(contoh: kadal); dan Ordo Testudinata (contoh: kura-kura, penyu dan labilabi) (Radiopetra, 1996).

4) Kelas Aves
Kelas aves adalah kelas hewan vertebrata yang berdarah panas dengan
memiliki bulu sayap. Tulang dada tumbuh membesar dan memipih, anggota
gerak belakang beradaptasi untuk berjalan, berenang dan bertengger. Mulut
sudah termodifikasi menjadi paruh, punya kantong hawa, jantung terdiri dari
empat ruang, rahang bawah tidak mempunyai gigi karena gigi-giginya telah
menghilang yang digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk dan
berkembang biak dengan bertelur (Mukayat, 1990).
Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain.
Hampir seluruh tubuh aves di tutupi oleh bulu yang secara filogenetik berasal
dari epidermal tubuh yang pada reptil serupa dengan sisik. Secara
embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat
menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga
terbentuk filokokus yang merupakan lubang bulu pada kulit (Jasin, 1992).

Elmisa subama
BAB III
METODE PENELITIAN
2.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum keanekaragaman dan klasifikasi hewan
adalah botol jam 5 buah, pinset, alat tulis, kertas mika, ember dengan tutupnya,
jarum pentul, clip board, kamera digital, tabel pengamatan, amplop insecta,

Bahan yang digunakan yaitu khlorofom, kapas/tissue, eter dan formalin.

2.2. Cara Kerja
a. Sawah Piyungan
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Ditangkap hewan yang ada
di sawah dengan menggunakan jaring, hewan yang telah ditangkap diphoto lalu
dimasukkan ke dalam tempat yang telah di sediakan. Dicatat hewan apa saja
yang didapatkan pada tabel pengamatan.

b. Pantai Baron
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Praktikan turun langsung ke
tempat pelelangan ikan yang ada di pantai baron. Diphoto apa saja pisces yang
ada di sana. Dicatat jumlah dan nama spesies pisces di tabel pengamatan.

c. Pantai Sundak
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Diletakkan paralon dengan
ukuran 1x1 meter di tepi pantai yang ada spesies-spesiesnya. Diamati hewan apa
saja yang ada di dalam plot. Dicatat spesies-spesies yang ada di plot, di ambil
lalu diphoto. Kemudian digambar pengamatan per plot pada kertas sketsa
pengamatan yang ada.

Elmisa subama
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Hasil yang didapat pada praktikum keanekaragaman dan klasifikasi hewan
adalah:
a) Sawah Piyungan
Tabel 1. Pengamatan Insekta
No

Nama Spesies

Jumlah

1.

Leptosia nina

++

2.

Camponotus caryae

++

3.

Valanga sp.

+

4.

Potamarcha congener

++

5.

Hymenoptera

+

Tabel 2. Pengamatan Mollusca, Aves, Reptil, Amphibia, Annelida
dan Arachnida
No

Nama Spesies

Jumlah

1.

Pila sp.

++

2.

Rana sp.

+

3.

Gonyosoma oxycephalum

+

4.

Meretrix sp.

+

5.

Bronchocela jubata

+

6.

Achatina fulica

+

7.

Lonchura sp.

+

8.

Kepiting

+

9.

Lumbricus rubellus

+++

10.

Laba-laba

+

Elmisa subama
b) Pantai Baron
Tabel 3. Pengamatan Pantai Baron
No

Nams Spesies

Jumlah

1.

Loligo pealii

+++

2.

Penaeus esculentus

+++

3.

Sphyrna sp.

+

4.

Euthynnus allecterates

++

5.

Lutjanus argentimaculatus

++

6.

Stromateus cinereus

++

7.

Portunus pelagicus

++

8.

Scomberomorus sp.

+

9.

Lates calcarifer

++

c) Pantai Sundak
Tabel 4. Pengamatan Pantai Sundak
No

Phylum

Nama Spesies

1.

Porifera

Favites sp.

2.

Echinodermata

Turbo sp.
Ophiolepsis superba
Diadema saxatile
Echinodescus sp.

Elmisa subama
3.2. Pembahasan
Menurut Sulistyorini (2009) klasifikasi adalah pengelompokan aneka jenis hewan
atau tumbuhan kedalam golongan-golongan tertentu. Golongan-golongan ini
disusun secara runtut sesuai dengan tingkatannya (hirarkinya), yaitu dimulai dari
tingkatan yang lebih kecil hingga ketingkatan yang lebih besar. Ilmu yang
mempelajari prinsip dan cara mengelompokkan makhluk hidup kedalam
golongannya disebut taksonomi atau sistematik.
Hewan Invertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang, serta
memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan
kelompok hewan punggung/belakang, juga sistem pencernaan, pernapasan dan
peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan vertebrata. Avertebrata
dibagi menjadi 9 filum yaitu protozoa, porifera, cnidaria, platyhelminthes,
nematelminthes,

annelida,

mollusca,

arthropoda,

dan

echinodermata

(Romimohtarto, 2007).
Pada praktikum yang dilaksanakan di sawah Piyungan, ditemukan beberapa
spesies diantaranya yaitu Leptosia nina, Camponotus caryae, Valanga sp.,
Potamarcha congener dan Hymenoptera spesies-spesies tersebut adalah spesies
yang termasuk kelas insecta. Pendapat dari Erya (2011), mengatakan bahwa pada
serangga tubuh terbagi menjadi kepala toraks, dan abdomen, memiliki antena,
bagian mulut dimodifikasi untuk mengunyah, menyedot atau menelan dan
umumnya memiliki dua pasang sayap dan tiga pasang kaki, sebagaian besar
adalah hewan teresterial. Spesies lain yang ditemukan di sawah Piyungan adalah
Pila sp., Rana sp., Gonyosoma oxycephalum, Meretrix sp., Bronchocela jubata,
Achatina fulica, Lonchura sp., Kepiting, Lumbricus rubellus dan laba-laba.
Sawah Piyungan ini merupakan sawah yang masih terawat dan masih subur, hal
ini dibuktikan dengan banyaknya spesies simbiosis mutualisme. Tanah di sawah
ini pun masih subur, karena masih terdapat Lumbricus rubellus yang merupakan
indikator dari tanah yang banyak mengandung hara.

Elmisa subama
Hasil praktikum yang didapat di Pantai Baron yaitu ditemukan beberapa
spesies yaitu

Loligo pealii, Penaeus esculentus, Sphyrna sp., Euthynnus

allecterates, Lutjanus argentimaculatus, Stromateus cinereus, Portunus pelagicus,
Scomberomorus sp. dan Lates calcarifer. Spesies-spesies yang terdapat di Pantai
Baron ini cukup banyak, ini berarti pantai Baron masih menjadi salah satu pantai
untuk sumber kehidupan bagi para nelayan. Spesies-spesies yang terdapat tersebut
merupakan spesies yang termasuk dalam kelas pisces dan kelas crustacea.
Di lokasi yang terakhir yaitu di Pantai Sundak, terdapat beberapa spesies
yang ditemukan di sekitar plot dengan ukuran 1x1 meter. Spesies yang ditemukan
ini yaitu meliputi phylum Porifera dan Phylum echinodermata. Menurut Campbell
et al. (2005), Filum porifera disebut juga hewan spons. Porifera merupakan
hewan multiseluler yang paling sederhana, tidak memiliki kepala atau anggota
badan lain layaknya hewan. Oleh karena itu, banyak yang keliru mengidentifikasi.
Porifera sebagai tanaman laut. Tubuh porifera dihubungkan oleh saluran-saluran
yang terbuka di ujungnya dan membentuk pori-pori. Porifera memiliki sekitar
10.000 spesies yang kebanyakan hidup di air laut. Hewan ini merupakan hewan
sessile (hidup melekat pada substrat). Spesies tersebut bervariasi dalam hal
bentuk, ukuran dan warna. Porifera biasanya dikelompokkan berdasarkan materi
yang ditemukan di dalam rangkanya. Porifera yang terkenal adalah bunga karang
yang memiliki serat fleksibel dalam mesenkimnya. Serat tersebut dibuat dari
protein yang disebut spongin. Nama spesies dari phylum Porifera yang ditemukan
yaitu Favites sp..

Elmisa subama
Jenis phylum lain yang ditemukan di pantai Sundak ini yaitu dari Phylum
Echinodermata. Menurut Campbell et al. (2005), Echinodermata ( dari bahasa
Yunani echin, “berduri” dan derma, “kulit”) adalah hewan sesil atau hewan yang
bergerak lamban dengan simetri radial sebagai hewan dewasa. Bagian internal dan
eksternal hewan itu menjalar dari tengah atau pusat, seringkali berbentuk lima
jari-jari. Kulit tipis menutupi eksoskeleton yang terbuat dari lempengan keras.
Sebagian besar hewan echinodermata bertubuh kasar karena adanya tonjolan
kerangka dan duri yang memiliki berbagai fungsi. Yang khas dari echinodermata
adalah sistem pembuluh air (water vascular system), suatu jaringan

saluran

hidrolik yang bercabang menjadi penjuluran yang disebut kaki tabung (tube feet)
yang berfungsi dalam lokomosi, makan, dan pertukaran gas. Spesies yang
ditemukan diantaranya yaitu : Turbo sp., Ophiolepsis superba, Diadema saxatile,
dan Echinodescus sp.. Dari hasil tersebut dapat di bandingkan bahwa di pantai
Sundak phylum Echinodermata lebih banyak daripada phylum Porifera.

Elmisa subama
BAB V
KESIMPULAN
Setelah dilakukan pengamatan pada praktikum lapangan di sawah piyungan
Pantai Baron dan Pantai Sundak, didapatkan kesimpulan bahwa :
a. Jenis hewan yang terdapat di persawahan Piyungan, Pantai Baron dan
Pantai Sundak beragam, seperti Leptosia nina , Camponotus caryae ,
Potamarcha congener , Hymenoptera , Rana sp. , Valanga sp. , Turbo sp.
, Favites sp. , Ophiolepsis superba , Diadema saxatile , Sphyrna sp. dan
masih banya lagi.
b. Setelah melakukan pengamatan, praktikan dapat mengidentifikasi dan
mengetahui nama-nama spesies yang terdapat pada lokasi pengamatan.
c. Membuat awetan dari hewan yang ditemukan dilakukan dengan cara
memberi formalin pada hewan tersebut dan ditusuk bagian dadanya
untuk kemudian dimasukkan pada kotak insektarium.

Elmisa subama
DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Deden.200.Biologi Kelompok Pertanian.Bandung:PT Grafindo
Media Pratama.

Campbell,N.A.,J.B.Reece, & L.G. Mitchell.2005.Biologi. Edisi ke-5. Terj.dari
Biology.5th ed. oleh Manalu, W. Jakarta:Erlangga.
Erya.2011.”Makalah Entomologi (Ordo Mantodea) New” .http: //ml. scribd.com/
erya_mathias/d/91188357-Makalah-Entomologi

-

Ordo-Mantodea-New.

Diakses tanggal 18 Juni 2012.

Hademenos, George dan Gerge H. Friend.200.Biologi Edisi Kedua.Jakarta:
Erlangga.

Jasin, M.1992.Zoologi Vertebrata.Surabaya:Sinar Jaya.

Martomijoyo, Russamsi.dkk.1990. Biologi Smu. Bandung. Grafindo media
pratama.

Mukayat,D.1990.Zoologi Vertebrata.Jakarta:Erlangga.

Radiopoetra.1996. Zoologi. Erlangga. Jakarta

Romimohtarto, Kasijan. 2005. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan Tentang Biota
Laut. Jakarta: Djambatan Anggota IKPI.

Sulistyorini, Ari.2009.Biologi.Jakarta:PT.Baalai Pustaka.

Elmisa subama
LAMPIRAN

Leptosia nina

Camponotus caryae

Valanga sp.

Potamarcha congener

Pila sp.

Laba-laba

Rana sp.
Elmisa subama
Meretrix sp.

Penaeus esculentus

Euthynnus allecterates

Portunus pelagicus

Achatina fulica

Kepiting

Sphyrna sp.

Loligo pealii

Lutjanus argentimaculatus

Stromateus cinereus

Scomberomorus sp.

Elmisa subama
Lumbricus rubellus

Favites sp.

Turbo sp.

Ophiolepsis superba

Diadema saxatile

Echinodescus sp.

Elmisa subama

More Related Content

What's hot

Power point porifera
Power point poriferaPower point porifera
Power point poriferaImawaty Yulia
 
Filum mollusca kelas Amphineura-Gastropoda (bahan ajar4)
Filum mollusca kelas Amphineura-Gastropoda (bahan ajar4)Filum mollusca kelas Amphineura-Gastropoda (bahan ajar4)
Filum mollusca kelas Amphineura-Gastropoda (bahan ajar4)Raden Iqrafia Ashna
 
Sistem indra pada hewan
Sistem indra pada hewanSistem indra pada hewan
Sistem indra pada hewanHafiza Maulita
 
Pantai berbatu habitat supratidal
Pantai berbatu habitat supratidal Pantai berbatu habitat supratidal
Pantai berbatu habitat supratidal Register Undip
 
Praktikum ketiga kelompok 4
Praktikum ketiga kelompok 4Praktikum ketiga kelompok 4
Praktikum ketiga kelompok 4Monalisa Pirade
 
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti TaksonomiPencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti TaksonomiJessy Damayanti
 
Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)Maedy Ripani
 

What's hot (20)

Subfilum chelicerata
Subfilum chelicerataSubfilum chelicerata
Subfilum chelicerata
 
CACING PLANARIA SP
CACING PLANARIA SPCACING PLANARIA SP
CACING PLANARIA SP
 
Power point porifera
Power point poriferaPower point porifera
Power point porifera
 
Annelida
AnnelidaAnnelida
Annelida
 
Laporan praktikum ikhtiologi
Laporan praktikum ikhtiologiLaporan praktikum ikhtiologi
Laporan praktikum ikhtiologi
 
Adaptasi Fisiologis Hewan Air
Adaptasi  Fisiologis Hewan AirAdaptasi  Fisiologis Hewan Air
Adaptasi Fisiologis Hewan Air
 
Ppt molusca
Ppt molusca Ppt molusca
Ppt molusca
 
Filum mollusca kelas Amphineura-Gastropoda (bahan ajar4)
Filum mollusca kelas Amphineura-Gastropoda (bahan ajar4)Filum mollusca kelas Amphineura-Gastropoda (bahan ajar4)
Filum mollusca kelas Amphineura-Gastropoda (bahan ajar4)
 
Sistem Integumen Vertebrata
Sistem Integumen VertebrataSistem Integumen Vertebrata
Sistem Integumen Vertebrata
 
PHYLUM PORIFERA
PHYLUM PORIFERAPHYLUM PORIFERA
PHYLUM PORIFERA
 
Runtuhnya Teori Evolusi Darwin Hanya Dengan 20 Pertanyaan
Runtuhnya Teori Evolusi Darwin Hanya Dengan 20 PertanyaanRuntuhnya Teori Evolusi Darwin Hanya Dengan 20 Pertanyaan
Runtuhnya Teori Evolusi Darwin Hanya Dengan 20 Pertanyaan
 
Sistem indra pada hewan
Sistem indra pada hewanSistem indra pada hewan
Sistem indra pada hewan
 
Pantai berbatu habitat supratidal
Pantai berbatu habitat supratidal Pantai berbatu habitat supratidal
Pantai berbatu habitat supratidal
 
Pengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi
Pengenalan Jenis Ikan dan IdentifikasiPengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi
Pengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi
 
Laporan Praktikum II Batang (Caulis)
Laporan Praktikum II Batang (Caulis)Laporan Praktikum II Batang (Caulis)
Laporan Praktikum II Batang (Caulis)
 
Praktikum ketiga kelompok 4
Praktikum ketiga kelompok 4Praktikum ketiga kelompok 4
Praktikum ketiga kelompok 4
 
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti TaksonomiPencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
 
Makalah Nemathelminthes
Makalah NemathelminthesMakalah Nemathelminthes
Makalah Nemathelminthes
 
Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)
 
Xmia6 pyrrophyta
Xmia6 pyrrophytaXmia6 pyrrophyta
Xmia6 pyrrophyta
 

Similar to laporan praktikum lapangan taksonomi hewan

Similar to laporan praktikum lapangan taksonomi hewan (20)

Taksonomi hewan
Taksonomi hewanTaksonomi hewan
Taksonomi hewan
 
2010 pengamatan invertebratadibama
2010 pengamatan invertebratadibama2010 pengamatan invertebratadibama
2010 pengamatan invertebratadibama
 
1503 echinodermata
1503 echinodermata1503 echinodermata
1503 echinodermata
 
Evolusi Eukaryotik
Evolusi EukaryotikEvolusi Eukaryotik
Evolusi Eukaryotik
 
Mollusca echinodermata
Mollusca echinodermataMollusca echinodermata
Mollusca echinodermata
 
Mollusca echinodermata
Mollusca echinodermataMollusca echinodermata
Mollusca echinodermata
 
Laporan PKL Taksonomi Vertebrata
Laporan PKL Taksonomi VertebrataLaporan PKL Taksonomi Vertebrata
Laporan PKL Taksonomi Vertebrata
 
Makalah arthropoda dan echinodermata
Makalah arthropoda dan echinodermataMakalah arthropoda dan echinodermata
Makalah arthropoda dan echinodermata
 
Biologi Presentation
Biologi PresentationBiologi Presentation
Biologi Presentation
 
Molusca
MoluscaMolusca
Molusca
 
Makhluk Hidup Vertebrata (Hewan Bertulang Belakang)
Makhluk Hidup Vertebrata (Hewan Bertulang Belakang)Makhluk Hidup Vertebrata (Hewan Bertulang Belakang)
Makhluk Hidup Vertebrata (Hewan Bertulang Belakang)
 
Tugas_bu_lilis.pptx
Tugas_bu_lilis.pptxTugas_bu_lilis.pptx
Tugas_bu_lilis.pptx
 
filum annelida dan filum mollusca
filum annelida dan filum molluscafilum annelida dan filum mollusca
filum annelida dan filum mollusca
 
Amphibia, reptilia & pisces
Amphibia, reptilia & piscesAmphibia, reptilia & pisces
Amphibia, reptilia & pisces
 
Selasa
SelasaSelasa
Selasa
 
Filum annaleda dan moluska
Filum annaleda dan moluskaFilum annaleda dan moluska
Filum annaleda dan moluska
 
2. power point
2. power point2. power point
2. power point
 
Moluska
MoluskaMoluska
Moluska
 
Reptil, aves, mamalia
Reptil, aves, mamaliaReptil, aves, mamalia
Reptil, aves, mamalia
 
Pengertian invertebrata
Pengertian invertebrataPengertian invertebrata
Pengertian invertebrata
 

More from Elmisa Subama

Ppt jaringan parenkim copy
Ppt jaringan parenkim   copyPpt jaringan parenkim   copy
Ppt jaringan parenkim copyElmisa Subama
 
Penyanderaan Morus sp., Callophylum inophylum, Piper betle L., Bambusa sp., H...
Penyanderaan Morus sp., Callophylum inophylum, Piper betle L., Bambusa sp., H...Penyanderaan Morus sp., Callophylum inophylum, Piper betle L., Bambusa sp., H...
Penyanderaan Morus sp., Callophylum inophylum, Piper betle L., Bambusa sp., H...Elmisa Subama
 
Orchidaceace dan echinodermata
Orchidaceace dan echinodermataOrchidaceace dan echinodermata
Orchidaceace dan echinodermataElmisa Subama
 

More from Elmisa Subama (6)

Ppt jaringan parenkim copy
Ppt jaringan parenkim   copyPpt jaringan parenkim   copy
Ppt jaringan parenkim copy
 
Berkas pengangkut
Berkas pengangkutBerkas pengangkut
Berkas pengangkut
 
Penyanderaan Morus sp., Callophylum inophylum, Piper betle L., Bambusa sp., H...
Penyanderaan Morus sp., Callophylum inophylum, Piper betle L., Bambusa sp., H...Penyanderaan Morus sp., Callophylum inophylum, Piper betle L., Bambusa sp., H...
Penyanderaan Morus sp., Callophylum inophylum, Piper betle L., Bambusa sp., H...
 
Orchidaceace dan echinodermata
Orchidaceace dan echinodermataOrchidaceace dan echinodermata
Orchidaceace dan echinodermata
 
Daun Majemuk
Daun MajemukDaun Majemuk
Daun Majemuk
 
Tofografi tokek
Tofografi tokekTofografi tokek
Tofografi tokek
 

Recently uploaded

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 

Recently uploaded (20)

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 

laporan praktikum lapangan taksonomi hewan

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktikum lapangan sesungguhnya merupakan bentuk penelitian di lapangan, bedanya dengan penelitian umumnya hanya pada permasalahan yang diangkatnya. Pada penelitian permasalahan yang diangkat memang permasalahan yang belum ditemukan jawabannya, sedangkan pada praktikum lapangan mungkin permasalahan yang diangkat hanya untuk menunjukkan teori yang sudah ada agar dapat dipahami betul oleh peserta didik tapi dapat juga permasalahan yang diangkat belum ditemukan jawabannya sehingga praktikum lapangan yang dilakukan akan menemukan temuan-temuan baru. Pada praktikum lapangan di sawah Piyungan, pantai Baron dan pantai Sundak ini permasalan yang diangkat merupakan permasalahan yang sudah ada jawabannya (hanya menunjukkan teori yang sudah dipelajari) maupun untuk pengetahuan mengenai apa saja keanekaragaman hewan yang ada di lokasi tersebut. Permasalahan-permasalahan ini nanti akan disampaikan sebagai tugas-tugas praktikum yang harus dilakukan oleh mahasiswa sehingga mereka dapat menemukan jawabannya. Praktikum lapangan keanekaragaman dan klasifikasi hewan di sawah Piyungan, pantai Baron dan pantai Sundak yang sudah dilakukan terutama dilakukan dengan metode observasi. Untuk dapat mendapatkan hasil observasi yang tepat dan berharga tentunya harus dilakukan dengan cermat, teliti, tercatat, dan terdokumentasikan. Sesuai dengan materi pada praktikum keanekaragaman dan klasifikasi hewan, dari praktikum lapangan yang sudah dilakukan adalah pengenalan keragaman hewan baik dari jenis, bentuk tubuhnya dan klasifikasinya. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan praktikun lapangan adalah kesiapan peralatan dan komponen-komponen yang dibutuhkan saat praktikum lapangan. Semua peralatan yang diperlukan dalam melaksanakan praktikum Elmisa subama
  • 2. harus disiapkan sebelum kita berangkat ke lapangan. Agar hasil yang didapatkan sesuai dengan yang diinginkan. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana keadaan keanekaragaman dan apa saja jenis hewan di sawah Piyungan, pantai Baron dan pantai Sundak? 1.3. Tujuan Tujun pada praktikum lapangan keanekaragaman dan klasifikasi hewan ini adalah : a. Untuk mengetahui jenis hewan yang ada di persawahan Piyungan, pantai Baron dan pantai Sundak. b. Dapat mengidentifikasi dan mengetahui nama spesies dari hewan yang ditemukan. c. Dapat membuat awetan dari hewan yang ditemukan untuk koleksi referensi. 1.4. Deskripsi Lokasi Lokasi pertama yaitu persawahan yang berada di desa Piyungan di daerah Wonosari. Persawahan ini berada di areal pemukiman penduduk desa Piyungan dan berada di pinggir jalan raya. Saat praktikum dilaksanakan, kondisi persawahan penuh dengan tanaman padi berwarna hijau yang membentang luas. Cuaca cukup panas saat melakukan pengamatan jenis hewan yang berada di sawah ini karena pada saat melakukan pengamatan sudah cukup siang. Hewan yang berada di lokasi ini diantaranya adalah : Helmol, Mollusca, Reptil, Amphibia, Insekta dan Aves. Elmisa subama
  • 3. Lokasi kedua yaitu pantai Baron, tepatnya di TPI yang berada di pantai tersebut. Pantai Baron adalah pantai tempat wisata yang tak pernah sepi dari pengunjung. Pantai ini berada di pesisir selatan Pulau Jawa, tepatnya berada di Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta. Di pantai ini banyak terdapat perahu nelayan yang berada di tepi pantai. Saat melakukan pengamatan di TPI pantai Baron, hewan-hewan yang ada diantaranya yaitu : Mollusca, Arthropoda dan Pisces. Yang terakhir yaitu pantai Sundak. Pantai Sundak merupakan sebuah objek wisata alam berupa Pantai yang berada di daerah Wonosari. Pantai ini terletak sekitar 3 Km dari Pantai Kukup. Pantai Sundak tidak terlalu besar, namun pantai ini menyajikan keindahan alam yang alami dan menyenangkan. Pantai Sundak memiliki pasir putih dan batu karang berlumut yang indah. Di pantai sundak, praktikan menemukan beberapa hewan laut, diantaranya yaitu : Phylum Porifera dan Phylum Echinodermata. Elmisa subama
  • 4. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi adalah pengelompokan aneka jenis hewan atau tumbuhan kedalam golongan-golongan tertentu. Golongan-golongan ini disusun secara runtut sesuai dengan tingkatannya (hirarkinya), yaitu dimulai dari tingkatan yang lebih kecil hingga ketingkatan yang lebih besar. Ilmu yang mempelajari prinsip dan cara mengelompokkan makhluk hidup kedalam golongannya disebut taksonomi atau sistematik (Sulistyorini, 2009). Hewan Invertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang, serta memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan kelompok hewan punggung/belakang, juga sistem pencernaan, pernapasan dan peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan vertebrata. Avertebrata dibagi menjadi 9 filum yaitu protozoa, porifera, cnidaria, platyhelminthes, nematelminthes, annelida, mollusca, arthropoda, dan echinodermata (Romimohtarto, 2007). a) Filum Porifera Filum porifera disebut juga hewan spons. Porifera merupakan hewan multiseluler yang paling sederhana, tidak memiliki kepala atau anggota badan lain layaknya hewan. Oleh karena itu, banyak yang keliru mengidentifikasi. Porifera sebagai tanaman laut. Tubuh porifera dihubungkan oleh saluran-saluran yang terbuka di ujungnya dan membentuk pori-pori. Porifera memiliki sekitar 10.000 spesies yang kebanyakan hidup di air laut. Hewan ini merupakan hewan sessile (hidup melekat pada substrat). Spesies tersebut bervariasi dalam hal bentuk, ukuran dan warna. Porifera biasanya dikelompokkan berdasarkan materi yang ditemukan di dalam rangkanya. Porifera yang terkenal adalah bunga karang yang memiliki serat fleksibel dalam mesenkimnya. Serat tersebut dibuat dari protein yang disebut spongin (Campbell et al. 2005). Elmisa subama
  • 5. b) Filum Mollusca Mollusca adalah hewan berbadan lunak (Latin molluscus, “lunak”) tetapi sebagian besar terlindungi oleh suatu cangkang keras yang mengandung kalsium karbonat. Slug, cumi-cumi dan gurita memiliki cangkang yang tereduksi, dimana sebagian besar diantaranya adalah cangkang internal, atau mereka telah kehilangan keseluruhan cangkang selama proses evolusinya. Tubuh mollusca memiliki tiga bagian utama: kaki berotot, umumnya digunakan untuk pergerakan, massa viseral yang mengandung sebagian besar organ-organ internal, dan mantel yang merupakansuatu lipatan jaringan yang menutupi massa viseral dan mensekresi cangkang (jika ada). Pada banyak mollusca, mantel meluas melebihi massa viseral dan menghasilkan suatu ruang yang penuh air atau rongga mantel (mantle cavity) yang menampung insang, anus dan pori ekskretoris. Banyak mollusca yang mengambil makanan menggunakan organ kasar mirip tali karet yang disebut radula. Sebagian mollusca memiliki organ jenis kelamin yang terpisah, dengan gonad (ovarium dan testes) yang terletak di dalam massa viseral. Namun demikian, banyak keong dan bekicot adalah hemafrodit (Campbell et al. 2005).  Kelas Gastropoda Kelas filum Mollusca yang terbesar, Gastropoda, memiliki lebih dari 40.000 spesies yang hidup. Sebagian besar gastropoda adalah hewan laut, tetapi banyak juga spesies air tawar. Bekicot dan slug telah beradaptasi terhadap kehidupan di darat (Campbell et al. 2005).  Kelas Bivalvia Mollusca dari Kelas Bivalvia meliputi banyak spesies remis, tiram, kerang hijau, dan scallop. Bivalvia memiliki cangkang yang terbagi menjadi dua paruhan. Kedua bagian cangkang itu bertaut pada garis pertengahan dorsal, dan otot adduktor yang sangat kuat menarik kedua paruh cangkang agar menutup untuk melindungi hewan berbadan lunak itu. Rongga mantel hewan bivalvia memiliki insang yang digunakan untuk makan dan untuk pertukaran gas. Sebagian bivalvia adalah pemakan suspensi. Bivalvia tidak memiliki kepala yang jelas dan radula telah hilang (Campbell et al. 2005). Elmisa subama
  • 6.  Kelas Cephalopoda Cephalopoda (cephalopod artinya “kaki kepala”) adalah satu-satunya mollusca dengan sistem sirkulasi tertutup. Kaki hewan cephalopoda telah termodifikasi menjadi sifon berotot dan bagian-bagian tentakel dan kepala dirancang untuk bergerak secara cepat, suatu adaptasi yang cocok dengan cara makannya sebagai karnivora.tMereka juga memiliki suatu sistem syaraf yang berkembang dengan baik dengan otak yang kompleks. Kemampuan untuk belajar dan bertingkah laku dalam cara yang rumit keungkinan lebih penting bagi pemangsa yang bergerak cepat dibandingkan dengan hewan yang diam seperti remis. Cumi-cumi dan gutita memiliki organ indera yang berkembang baik (Campbell et al. 2005). c) Filum Arthropoda Diperkirakan bahwa populasi arthropoda dunia, yang meliputi crustacea, laba-laba, dan serangga, berjumlah sekitar 1018 individu. Hampir 1 juta spesies arthropoda telah dideskripsikan, dan sebagian besar adalah serangga. Keanekaragaman dan keberhasilan arthropoda sebagian besar dikaitkan dengan segmentasinya, eksoskeletonnya yang keras, dan tungkai yang bersendi. (Arthropoda berarti “kaki bersendi”). Kelompok segmen dan anggota badannya telah terspesialisasi untuk berbagai ragam fungsi. Sebagai contoh, anggota badan secara beragam dimodifikasi untuk berjalan, makan, dan sebagai reseptor sensoris, kopulasi, dan untuk pertahanan. Tubuh arthropoda sepenuhnya ditutupi oleh kutikula, suatu eksoskeleton (kerangka eksternal) yang dibangun dari lapisanlapisan protein dan kitin. Kutikula itu dapat merupakan pelindung yang tebal dan keras di atas beberapa bagian tubuh, dan setipis kertas dan fleksibel pada lokasi lain, seperti persendian. Eksoskeleton akan melindungi hewan dan menyediakan titik pertautan bagi otot yang menggerakkan anggota badan. Eksoskeleton yang kaku juga menimbulkan beberapa permasalahan evolusioner. Sebagai contoh, untuk dapat tumbuh, arthropoda sewaktu-waktu harus melepaskan eksoskeletonnya yang lama dan mensekresikan eksoskeleton yang lebih besar. Proses ini disebut molting, membutuhkan energi dyang sangat banyak dan Elmisa subama
  • 7. meninggalkan hewan tersebut rentan terhadap pemangsa dan bahaya lainnya untuk sementara waktu. Arthropoda menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungannya dengan adanya organ sensoris yang berkembang baik, yang meliputi mata, reseptor olfaktori untuk penciuman, dan antena untuk sentuhan dan penciuman. Arthropoda memiliki sistem sirkulasi terbuka (open circulatory system) dimana cairan yang disebut hemolimfa didorong oleh suatu jantung melalui arteri pendek dan kemudian masuk ke dalam ruang yang disebut sinus yang mengelilingi jaringan dan organ. Arthropoda teresterial umumnya memiliki permukaan internal yang dkhususkan untuk pertukaran gas. Misalnya, sebagian besar serangga memiliki sistem trakea, saluran udara bercabang yang menuju ke arah bagian dalam dari pori-pori yang ada pada kutikula. Atrhropoda terdiri dari 5 kelas utama yaitu:  Arachnida Tubuh memiliki satu atau dua bagian utama, enam pasang angota badan (chelicerae, pedipalpus, dan empat pasang kaki untuk berjalan), sebagian besar adalah hewan darat seperti laba-laba, kutu, dan tungau.  Diplopoda Tubuh dengan kepala yang jelas memiliki antena besar dan tiga pasang bagian mulut yang mengunyah, badan bersegmen dengan dua pasang kaki berjalan per segmen, teresterial, dan herbivora, seperti: kaki seribu.  Chilopoda Tubuh dengan kepala yang jelas yang memiliki antena besar dan tiga pasang bagian mulut; anggota badan segmen tubuh pertama dimodifikasi sebagai cakar beracun; segmen badan mengandung satu pasang kaki berjalan setiap segmen; teresterial; karnivora. Contoh:lipan.  Crustacea Tubuh dengan dua atau tiga bagian; memiliki antena; bagian mulut untuk mengunyah, tiga atau lebih pasang kaki, sebagian besar adalah hewan laut seperti kepiting, udang galah, crayfish atau udang karang, dan udang. Elmisa subama
  • 8.  Insekta (serangga) Tubuh terbagi menjadi kepala toraks, dan abdomen, memiliki antena, bagian mulut dimodifikasi untuk mengunyah, menyedot atau menelan, umumnya memiliki dua pasang sayap dan tiga pasang kaki, sebagaian besar adalah hewan teresterial. Insekta terdiri dari beberapa ordo, diantaranya adalah: a. Orthoptera Memiliki dua pasang sayap bermembran (beberapa tahapan tidak bersayap), mulut untuk mengunyah; sangat sosial; metamorfosis tak sempurna. Contoh: rayap. b. Mantodea Tubuh terbagi menjadi tiga bagian yaitu: kepala (caput), dada (thorax) dan perut (abdomen), antena berbentuk kawat, betina biasanya memiliki abdomen yang lebih besar dibandingkan dengan yang jantan, metamorfosis tidak sempurna. Contoh: belalang sembah (Erya, 2011). c. Hymenoptera Memiliki dua pasang sayap bermembran, kepala dapat bergerak, bagian mulut untuk mengunyah atau penghisap, organ untuk menyengat pada bagian posterior pada betina, metamorfosis sempurna, banyak spesies bersifat sosial. Contoh: semut, lebah, tawon. d. Lepidoptera Memiliki dua pasang sayap yang ditutupi dengan sisik kecil, lidah panjang melilit untuk penghisap. metamorfosis sempurna. Contoh: kupu-kupu, ngengat. e. Odonata Memiliki dua pasang sayap bermembran, bagian mulut untuk menggigit, metamorfosis tak sempurna. Contoh: Damselfly, capung. Elmisa subama
  • 9. f. Hemiptera Memiliki dua pasang sayap (satu pasang sebagian seperti berkulit, satu pasang bermembran), mulut untuk menusuk dan menyedot, metamorfosis tak sempurna. Contoh: kutu busuk, assassin bug, bedbug, chinch bug g. Diptera Memiliki satu pasang sayap dan halter (organ untuk keseimbangan), mulut untuk penghisap, menusuk atau menelan, metamorfosis sempurna. Contoh: lalat, nyamuk (Campbell et al. 2005). d) Filum Echinodermata Echinodermata ( dari bahasa Yunani echin, “berduri” dan derma, “kulit”) adalah hewan sesil atau hewan yang bergerak lamban dengan simetri radial sebagai hewan dewasa. Bagian internal dan eksternal hewan itu menjalar dari tengah atau pusat, seringkali berbentuk lima jari-jari. Kulit tipis menutupi eksoskeleton yang terbuat dari lempengan keras. Sebagian besar hewan echinodermata bertubuh kasar karena adanya tonjolan kerangka dan duri yang memiliki berbagai fungsi. Yang khas dari echinodermata adalah sistem pembuluh air (water vascular system), suatu jaringan saluran hidrolik yang bercabang menjadi penjuluran yang disebut kaki tabung (tube feet) yang berfungsi dalam lokomosi, makan, dan pertukaran gas. Reproduksi anggota filum echinodermata umumnya melibatkan individu jantan dan betina yang terpisah dan membebaskan gametnya ke dalam air laut. Hewan dewasa yang radial tersebut berkembang melalui metamorfosis dari larva bilateral. Di antara 7000 atau lebih anggota filum echinodermata, semuanya adalah hewan laut, dibagi menjadi enam kelas: Asteroidea (bintang laut), Ophiuroidea (bintang ular), Echinoidea ( bulu babi dan sand dollar), Crinoidea (lili laut dan bintang bulu), Holothuroidea (timun laut), dan Concentrychycloidea (aster laut). Aster laut, yang baru ditemukan baru-baru ini, hidup pada kayu yang terendam air laut dalam (Campbell et al. 2005). Elmisa subama
  • 10. e) Filum Annelida Annelida berarti “cincin kecil” dan tubuh bersegmen yang mirip dengan serangkaian cincin yang menyatu merupakan ciri khas filum Annelida. Terdapat sekitar 15.000 spesies filum Annelida. Anggota filum Annelida hidup di laut, sebagian besar habitat air tawar, dan tanah lembab (Campbell et al. 2005). Ciri – ciri Annelida : a. Tubuh panjang bergelang – gelang ( matameri ) b. Hidup bebas c. Hermafrodit, tidak dapat membuahi sendiri. d. Bernapas dengan seluruh permukaan tubuh e. Alat pencernaan lengkap f. Alat ekskresi tubuh disebut nefridia g. Sistem saraf : gamglion, otak, ganglim ventral h. Sistem peredaran darah tertutup i. Memiliki rongga badan triploblastik selomata Filum Annelida terbagi menjadi 3 kelas, yaitu : a. Polychaeta Habitatnya di lautan, tubuhnya terdiri dari banyak rambut Þ (poly = banyak, chaeta = rambut/bulu). Contoh cacing tersebut adalah : Nereis viren, Eunice viridis (cacing wawo) dan Lysidice oele (cacing palolo). Dua jenis terakhir sering dikonsumsi oleh orang-orang di Kepulauan maluku. b. Oligochaeta Habitatnya di tanah, memiliki sedikit rambut (oligo = sedikit, chaeta = rambut/bulu). Contoh cacing tersebut adalah : Lumbricus terestris dan Pheretima sp. (keduanya disebut cacing tanah). Mempunyai organ KIitellum yang berisi semua kelenjar, termasuk kelenjar kelamin. Pernafasan dilakukan oleh pemukaan tubuhnya. Makanan diedarkan ke seluruh tubuh dengan sistem peredaran darah. Contoh lain : Moniligaster houtenii (endemik di Sumatera). Elmisa subama
  • 11. c. Hirudinae Tidak memiliki rambut (chaeta) tetapi menghasilkan zat antikoagulasi (anti pembekuan darah) yang dinarnakan Hirudin (Martomijoyo, 1990). f) Filum Chordata Berdasarkan kemiripan tertentu dalam perkembangan embrionik awal, Chordata dikelompokkan sebagai deuterostomata bersama-sama dengan Echinodermata. Vertebrata membentuk satu subfilum dalam Filum Chordata. Chordata juga meliputi dua subfilum invertebrata, yaitu urochordata dan cephalochordata. Ada 4 ciri khas chordata ini adalah notokord; tali saraf berlubang; celah faring; dan ekor pascaanus berotot. Ciri spesifik dari subfilum vertebrata adalah tulang belakang skeletal dan kranium, yang membungkus sumsum tulang belakang dan otot, sefalisasi (spesialisasi ujung anterior sistem saraf menjadi otak kompleks yang berasosiasi dengan organ-organ indera terspesialisasi) berderajat tinggi dan segmentasi otototot tubuh menjadi somit pada satu masa perkembangan (Hademenos, 2005). Beberapa kelompok vertebrata diantaranya adalah super kelas pisces (chondrichthyes, osteichthyes), kelas amphibia, reptilia, dan aves. 1) Super Kelas Pisces  Kelas condrichthyes (ikan bertulang rawan) a. Kerangka dari tulang rawan b. Celah insang berjumlah 5-7 pasang c. Kulit tertutupi oleh dentikel d. Fertilisasi internal, individu jantan memiliki clasper. Contoh : ikan hiu dan ikan pari. Elmisa subama
  • 12.  Kelas osteichthyes (ikan bertulang sejati)  Kerangka dari tulang sejati  Celah insang tunggal disetiap sisi dengan tutup insang  Jari-jari lemah pada sirip bersegmen  Fertilisasi eksternal. Contoh : ikan lele, belut, kakap, dan ikan nila 2) Kelas Amphibia Ciri-ciri amphibia sebagai berikut: a. Dapat hidup di air dan di darat ataupun tempat-tempat yang lembab b. Disebut juga hewan yang mempunyai tempat hidup (habitat) di dua alam c. Hewan bernafas dengan paru-paru dan kulit. Telur dan berudu katak hidup di air kemudian setelah dewasa hidup di darat, berudu berbentuk seperti ikan yang bernafas dengan insang dan kulit, setelah masanya tumbuh kaki yang susut oleh kehidupan dan akhirnya ekor menghilang sementara itu insang berangsur-angsur menghilang dan digantikan oleh paru-paru kemudian katak menjadi dewasa. d. Jantung beruang tiga yaitu dua serambi dan satu bilik. e. Berkembang biak dengan bertelur dan pembuahan sel telur oleh sperma terjadi di luar tubuhnya (fertilisasi eksternal). Amphibi dapat dibagi menjadi beberapa ordo:Ordo Apoda (amphibia tidak berkaki tetapi memiliki eko, contoh: ular); Ordo Anura (amphibia tidak berekor tetapi memiliki kaki, contoh; katak dan kodok); dan Ordo wodela / candata (amphibia yang berekor dan berkaki, contoh: salamander). Elmisa subama
  • 13. 3) Kelas Reptilia Ciri-ciri hewan melata adalah sebagai berikut:  Kulit kering bersisik dari zat tanduk karena zat keratin  Bernafas dengan paru-paru  Berdarah dingin (poikiloterm) yakni yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan  Umumnya bersifat ovivar (bertelur), contoh kadal, dan vivipar beranak, contohnya ular.  Jantung terdiri dari empat ruang yaitu dua serambi dan dua bilik yang masih belum sempurna. Reptilia dapat dibagi menjadi beberapa ordo antara lain: Ordo Crocodila (contoh: buaya); Ordo Sphenedontia (contoh : Tuatara); Ordo Squamata (contoh: kadal); dan Ordo Testudinata (contoh: kura-kura, penyu dan labilabi) (Radiopetra, 1996). 4) Kelas Aves Kelas aves adalah kelas hewan vertebrata yang berdarah panas dengan memiliki bulu sayap. Tulang dada tumbuh membesar dan memipih, anggota gerak belakang beradaptasi untuk berjalan, berenang dan bertengger. Mulut sudah termodifikasi menjadi paruh, punya kantong hawa, jantung terdiri dari empat ruang, rahang bawah tidak mempunyai gigi karena gigi-giginya telah menghilang yang digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk dan berkembang biak dengan bertelur (Mukayat, 1990). Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh aves di tutupi oleh bulu yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh yang pada reptil serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk filokokus yang merupakan lubang bulu pada kulit (Jasin, 1992). Elmisa subama
  • 14. BAB III METODE PENELITIAN 2.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada praktikum keanekaragaman dan klasifikasi hewan adalah botol jam 5 buah, pinset, alat tulis, kertas mika, ember dengan tutupnya, jarum pentul, clip board, kamera digital, tabel pengamatan, amplop insecta, Bahan yang digunakan yaitu khlorofom, kapas/tissue, eter dan formalin. 2.2. Cara Kerja a. Sawah Piyungan Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Ditangkap hewan yang ada di sawah dengan menggunakan jaring, hewan yang telah ditangkap diphoto lalu dimasukkan ke dalam tempat yang telah di sediakan. Dicatat hewan apa saja yang didapatkan pada tabel pengamatan. b. Pantai Baron Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Praktikan turun langsung ke tempat pelelangan ikan yang ada di pantai baron. Diphoto apa saja pisces yang ada di sana. Dicatat jumlah dan nama spesies pisces di tabel pengamatan. c. Pantai Sundak Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Diletakkan paralon dengan ukuran 1x1 meter di tepi pantai yang ada spesies-spesiesnya. Diamati hewan apa saja yang ada di dalam plot. Dicatat spesies-spesies yang ada di plot, di ambil lalu diphoto. Kemudian digambar pengamatan per plot pada kertas sketsa pengamatan yang ada. Elmisa subama
  • 15. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Hasil yang didapat pada praktikum keanekaragaman dan klasifikasi hewan adalah: a) Sawah Piyungan Tabel 1. Pengamatan Insekta No Nama Spesies Jumlah 1. Leptosia nina ++ 2. Camponotus caryae ++ 3. Valanga sp. + 4. Potamarcha congener ++ 5. Hymenoptera + Tabel 2. Pengamatan Mollusca, Aves, Reptil, Amphibia, Annelida dan Arachnida No Nama Spesies Jumlah 1. Pila sp. ++ 2. Rana sp. + 3. Gonyosoma oxycephalum + 4. Meretrix sp. + 5. Bronchocela jubata + 6. Achatina fulica + 7. Lonchura sp. + 8. Kepiting + 9. Lumbricus rubellus +++ 10. Laba-laba + Elmisa subama
  • 16. b) Pantai Baron Tabel 3. Pengamatan Pantai Baron No Nams Spesies Jumlah 1. Loligo pealii +++ 2. Penaeus esculentus +++ 3. Sphyrna sp. + 4. Euthynnus allecterates ++ 5. Lutjanus argentimaculatus ++ 6. Stromateus cinereus ++ 7. Portunus pelagicus ++ 8. Scomberomorus sp. + 9. Lates calcarifer ++ c) Pantai Sundak Tabel 4. Pengamatan Pantai Sundak No Phylum Nama Spesies 1. Porifera Favites sp. 2. Echinodermata Turbo sp. Ophiolepsis superba Diadema saxatile Echinodescus sp. Elmisa subama
  • 17. 3.2. Pembahasan Menurut Sulistyorini (2009) klasifikasi adalah pengelompokan aneka jenis hewan atau tumbuhan kedalam golongan-golongan tertentu. Golongan-golongan ini disusun secara runtut sesuai dengan tingkatannya (hirarkinya), yaitu dimulai dari tingkatan yang lebih kecil hingga ketingkatan yang lebih besar. Ilmu yang mempelajari prinsip dan cara mengelompokkan makhluk hidup kedalam golongannya disebut taksonomi atau sistematik. Hewan Invertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang, serta memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan kelompok hewan punggung/belakang, juga sistem pencernaan, pernapasan dan peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan vertebrata. Avertebrata dibagi menjadi 9 filum yaitu protozoa, porifera, cnidaria, platyhelminthes, nematelminthes, annelida, mollusca, arthropoda, dan echinodermata (Romimohtarto, 2007). Pada praktikum yang dilaksanakan di sawah Piyungan, ditemukan beberapa spesies diantaranya yaitu Leptosia nina, Camponotus caryae, Valanga sp., Potamarcha congener dan Hymenoptera spesies-spesies tersebut adalah spesies yang termasuk kelas insecta. Pendapat dari Erya (2011), mengatakan bahwa pada serangga tubuh terbagi menjadi kepala toraks, dan abdomen, memiliki antena, bagian mulut dimodifikasi untuk mengunyah, menyedot atau menelan dan umumnya memiliki dua pasang sayap dan tiga pasang kaki, sebagaian besar adalah hewan teresterial. Spesies lain yang ditemukan di sawah Piyungan adalah Pila sp., Rana sp., Gonyosoma oxycephalum, Meretrix sp., Bronchocela jubata, Achatina fulica, Lonchura sp., Kepiting, Lumbricus rubellus dan laba-laba. Sawah Piyungan ini merupakan sawah yang masih terawat dan masih subur, hal ini dibuktikan dengan banyaknya spesies simbiosis mutualisme. Tanah di sawah ini pun masih subur, karena masih terdapat Lumbricus rubellus yang merupakan indikator dari tanah yang banyak mengandung hara. Elmisa subama
  • 18. Hasil praktikum yang didapat di Pantai Baron yaitu ditemukan beberapa spesies yaitu Loligo pealii, Penaeus esculentus, Sphyrna sp., Euthynnus allecterates, Lutjanus argentimaculatus, Stromateus cinereus, Portunus pelagicus, Scomberomorus sp. dan Lates calcarifer. Spesies-spesies yang terdapat di Pantai Baron ini cukup banyak, ini berarti pantai Baron masih menjadi salah satu pantai untuk sumber kehidupan bagi para nelayan. Spesies-spesies yang terdapat tersebut merupakan spesies yang termasuk dalam kelas pisces dan kelas crustacea. Di lokasi yang terakhir yaitu di Pantai Sundak, terdapat beberapa spesies yang ditemukan di sekitar plot dengan ukuran 1x1 meter. Spesies yang ditemukan ini yaitu meliputi phylum Porifera dan Phylum echinodermata. Menurut Campbell et al. (2005), Filum porifera disebut juga hewan spons. Porifera merupakan hewan multiseluler yang paling sederhana, tidak memiliki kepala atau anggota badan lain layaknya hewan. Oleh karena itu, banyak yang keliru mengidentifikasi. Porifera sebagai tanaman laut. Tubuh porifera dihubungkan oleh saluran-saluran yang terbuka di ujungnya dan membentuk pori-pori. Porifera memiliki sekitar 10.000 spesies yang kebanyakan hidup di air laut. Hewan ini merupakan hewan sessile (hidup melekat pada substrat). Spesies tersebut bervariasi dalam hal bentuk, ukuran dan warna. Porifera biasanya dikelompokkan berdasarkan materi yang ditemukan di dalam rangkanya. Porifera yang terkenal adalah bunga karang yang memiliki serat fleksibel dalam mesenkimnya. Serat tersebut dibuat dari protein yang disebut spongin. Nama spesies dari phylum Porifera yang ditemukan yaitu Favites sp.. Elmisa subama
  • 19. Jenis phylum lain yang ditemukan di pantai Sundak ini yaitu dari Phylum Echinodermata. Menurut Campbell et al. (2005), Echinodermata ( dari bahasa Yunani echin, “berduri” dan derma, “kulit”) adalah hewan sesil atau hewan yang bergerak lamban dengan simetri radial sebagai hewan dewasa. Bagian internal dan eksternal hewan itu menjalar dari tengah atau pusat, seringkali berbentuk lima jari-jari. Kulit tipis menutupi eksoskeleton yang terbuat dari lempengan keras. Sebagian besar hewan echinodermata bertubuh kasar karena adanya tonjolan kerangka dan duri yang memiliki berbagai fungsi. Yang khas dari echinodermata adalah sistem pembuluh air (water vascular system), suatu jaringan saluran hidrolik yang bercabang menjadi penjuluran yang disebut kaki tabung (tube feet) yang berfungsi dalam lokomosi, makan, dan pertukaran gas. Spesies yang ditemukan diantaranya yaitu : Turbo sp., Ophiolepsis superba, Diadema saxatile, dan Echinodescus sp.. Dari hasil tersebut dapat di bandingkan bahwa di pantai Sundak phylum Echinodermata lebih banyak daripada phylum Porifera. Elmisa subama
  • 20. BAB V KESIMPULAN Setelah dilakukan pengamatan pada praktikum lapangan di sawah piyungan Pantai Baron dan Pantai Sundak, didapatkan kesimpulan bahwa : a. Jenis hewan yang terdapat di persawahan Piyungan, Pantai Baron dan Pantai Sundak beragam, seperti Leptosia nina , Camponotus caryae , Potamarcha congener , Hymenoptera , Rana sp. , Valanga sp. , Turbo sp. , Favites sp. , Ophiolepsis superba , Diadema saxatile , Sphyrna sp. dan masih banya lagi. b. Setelah melakukan pengamatan, praktikan dapat mengidentifikasi dan mengetahui nama-nama spesies yang terdapat pada lokasi pengamatan. c. Membuat awetan dari hewan yang ditemukan dilakukan dengan cara memberi formalin pada hewan tersebut dan ditusuk bagian dadanya untuk kemudian dimasukkan pada kotak insektarium. Elmisa subama
  • 21. DAFTAR PUSTAKA Abdurahman, Deden.200.Biologi Kelompok Pertanian.Bandung:PT Grafindo Media Pratama. Campbell,N.A.,J.B.Reece, & L.G. Mitchell.2005.Biologi. Edisi ke-5. Terj.dari Biology.5th ed. oleh Manalu, W. Jakarta:Erlangga. Erya.2011.”Makalah Entomologi (Ordo Mantodea) New” .http: //ml. scribd.com/ erya_mathias/d/91188357-Makalah-Entomologi - Ordo-Mantodea-New. Diakses tanggal 18 Juni 2012. Hademenos, George dan Gerge H. Friend.200.Biologi Edisi Kedua.Jakarta: Erlangga. Jasin, M.1992.Zoologi Vertebrata.Surabaya:Sinar Jaya. Martomijoyo, Russamsi.dkk.1990. Biologi Smu. Bandung. Grafindo media pratama. Mukayat,D.1990.Zoologi Vertebrata.Jakarta:Erlangga. Radiopoetra.1996. Zoologi. Erlangga. Jakarta Romimohtarto, Kasijan. 2005. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Jakarta: Djambatan Anggota IKPI. Sulistyorini, Ari.2009.Biologi.Jakarta:PT.Baalai Pustaka. Elmisa subama
  • 22. LAMPIRAN Leptosia nina Camponotus caryae Valanga sp. Potamarcha congener Pila sp. Laba-laba Rana sp. Elmisa subama
  • 23. Meretrix sp. Penaeus esculentus Euthynnus allecterates Portunus pelagicus Achatina fulica Kepiting Sphyrna sp. Loligo pealii Lutjanus argentimaculatus Stromateus cinereus Scomberomorus sp. Elmisa subama
  • 24. Lumbricus rubellus Favites sp. Turbo sp. Ophiolepsis superba Diadema saxatile Echinodescus sp. Elmisa subama