Dokumen tersebut membahas tentang regenerasi organ pada kecebong dan cicak setelah mendapat perlakuan berbeda seperti pemotongan ekor secara tegak lurus dan miring. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui percepatan regenerasi organ antara kecebong dan cicak serta pengaruh dari berbagai perlakuan terhadap proses regenerasi tersebut."
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berudu atau kecebong adalah tahap pra-dewasa (larva) dalam daur hidupamfibia. Berudu
eksklusif hidup di air dan berespirasi menggunakan insang, seperti ikan. Tahap akuatik (hidup
di perairan) inilah yang membuat amfibia memperoleh namanya (amphibia = "hidup [pada
tempat] berbeda-beda") kecebong ini juga salah satu contoh dari sekian banyak makhluk hidup
yang mempunyai kemampuan dalam regenerasi organ. Ekor yang diputuskan tersebut akan
tergantikan kembali melalui proses regenerasi organ yang memerlukan waktu tertentu dalam
proses pembentukannya. Regenerasi merupakan proses yang begitu penting artinya bagi
kehidupan makhluk hidup, tanpa regenerasi maka tubuh organisme tak akan ada yang
sempurna. Dalam tubuh makhluk hidup terdapat kemampuan untuk melakukan regenerasi pada
tingkat sel atau jaringan sedangkan pada hewan tertentu mampu melakukan regenerasi pada
tingkat organ.Dalam melakukan regenerasi banyak faktor yang mempengaruhi, salah satu
diantaranya yaitu pemberian nutrisi. Tingkat regenerasi akan cepat jika memperhatikan aspek
makanan, makanan yang cukup dapat membantu mempercepat proses regenerasi. Regenerasi
bila ditinjau lebih lanjut, ternyata terdiri dari berbagai kegiatan, mulai dari pemulihan kerusakan
yang parah akibat hilangnya bagian tubuh utama. Misalnya penggantian anggota bagian badan
sampai pada penggantian kerusakan kecil yang terjadi dalam proses biasa, misalnya rontoknya
rambut.
Regenerasi dapat juga berbentuk sebagai poliferasi dan diferensiasi sel-sel lapisan
marginal.Pemanfaatan dunia sains yang berbasis teknologi sangatlah penting artinya dalam
pengembangan berbagai peristiwa regenerasi.Kemapuan untuk melakukan regenerasi struktur
yang hilang terdapat pada hampir semua makhluk hidup, paling tidak dalam suatu derajat
tertentu.Pada vertebrata kemampuan meregenerasi struktur-struktur utama tubuh terbatas pada
Urodella yang dapat mengganti anggota badan atau ekor yang hilang.Ada juga pada beberapa
Icertulia yang dapat meregenerasi bagian ekor yang hilang seperti kecebong.
Regenerasi tidak sama pada bagian organisme. Hubungan antara kedudukan sistematik
hewan dengan daya regenerasinya belum begitu diketahui. Kelas ampibi , memiliki daya
regenerasi yang rendah, biasanya terbatas pada bagian ekor yang lepas atau rusak.
Proses regenerasi yang efektif adalah pada masa embrio hingga masa bayi, setelah dewasa
kemampuan regenerasi ini terbatas pada sel atau jaringan tertentu saja. Namun tidak demikian
2. dengan bangsa avertebrata dan reptilia tertentu, kemampuan untuk memperbaiki dirinya sangat
menakjubkan hingga dia mencapai dewasa .Setiap hewan mempunyai kemampuan hidup yang
bervariasi antara makhluk yang satu dengan yang lainnya.
1. 2 Rumusan masalah
1. Bagaimana reaksi regenerasi kecebong setelah diberikan perlakuan yang berbeda?
2. Bagaimana perkembangan ekor cicak yang telah diberi perlakuan yang berbeda?
3. Bagaimana perbedaan antara percepatan regenerasi antara kecebong dan cicak?
1.3 Hipotesis penelitian
pertumbuhan ekor kodok lebih lambat yang diberi kaporit, sedangkan yang diair tawar cepat.
1.4 Tujuan Penelitian
· 1. Mengetahui percepatan regenerasi kecebong dan cicak
· 2. Mengetahui pengaruh dari perlakuan dengan cara memotong ekor miring dan tegak lurus
1.5 Manfaat penelitian
Penelitian inidapat mengetahui regenerasi pada ekor kecebong dan cicak serta
mengetahui percepatan regenerasi ekor kecebong dan cicak
3. BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Proses perkembangan dalam metamorfosis direaktivasi oleh hormon spesifik, dan semua
organisme berubah untuk mempersiapkan dirinya terhadap model kehidupannya yang baru.
Perubahannya tidak selalu dalam satu bentuk saja (Husen1985).Metamorfosis pada katak
menyebabkan pemasakan enzim hati, hemoglobin, dan pigmen mata, seperti halnya pada
pembentukan ulang sistem syaraf, pencernaan, dan sistem reproduksi.Perubahan yang terjadi
meliputi hilangnya gigi tanduk dan insang dalam, seperti halnya dalam penghilangan ekor pada
berudu. Proses pembentukan seperti perkembangan otot dan kelenjar dermoid pada waktu yang
sama juga terlihat dengan jelas. Ekor pedal mereduksi untuk pergerakan, sedangkan lengan
belakang dan lengan depan berdiferensiasi. Alat sensori juga berubah, seperti sistem lateral yang
berdegenerasi, telinga dan mata juga mengalami diferensiasi lebih lanjut. Telinga di bagian
dalam berkembang, seperti halnya membran tympanium yang menjadikan karakteristik pada
katak dan kodok.Membran niktitans dan selaput mata muncul pada katak dan kodok.Lebih dari
itu, pigmen mata juga berubah.Foto pigmen utama utama pada retina berudu adalah
porpiropsin.Pigmen berubah menjadi rodopsin pada katak dewasa untuk menyesuaikan diri pada
kehidupan darat.
Ekor akan mengalami regenerasi bila ekor tersebut putus dalam usaha perlindungan diri
dari predator. Regenerasi tersebut diikuti oleh suatu proses, yaitu autotomi. Autotomi adalah
proses adaptasi yang khusus membantu hewan melepaskan diri dari serangan musuh. Jadi,
autotomi merupakan perwujudan dari mutilasi diri. Cicak jika akan dimangsa oleh predatornya
maka akan segera memutuskan ekornya untuk menyelamatkan diri. Ekor yang putus tersebut
dapat tumbuh lagi tetapi tidak sama seperti semula (kalthoff.1981)
regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah temperatur, proses
biologi dan faktor bahan makanan. Kenaikan dari temperatur, pada hal tertentu, mempercepat
regenerasi. Regenerasi menjadi lebih cepat pada suhu 29,7o C. Faktor bahan makanan tidak
begitu mempengaruhi dalam proses regenerasi.
Regenerasi melalui beberapa tahapan, yaitu :
1. Luka akan tertutup oleh darah yang mengalir, lalu membeku membentuk scab yang bersifat
sebagai pelindung.
4. 2. Sel epitel bergerak secara amoeboid menyebar di bawah permukaan luka, di bawah scab.
Proses ini membutuhkan waktu selama dua hari, dimana pada saat itu luka telah tertutup oleh
kulit.
3. Diferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi bersifat muda kembali dan
pluripotent untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru. Matriks tulang dan tulang rawan akan
melarut, sel-selnya lepas tersebar di bawah epitel. Serat jaringan ikat juga berdisintegrasi dan
semua sel-selnya mengalami diferensiasi.Sehingga dapat dibedakan antara sel tulang, tulang
rawan, dan jaringan ikat. Setelah itu sel-sel otot akan berdiferensiasi, serat miofibril hilang, inti
membesar dan sitoplasma menyempit.
4. Pembentukan kuncup regenerasi (blastema) pada permukaan bekas luka. Pada saat ini scab
mungkin sudah terlepas.Blastema berasal dari penimbunan sel-sel diferensiasi atau sel-sel satelit
pengembara yang ada dalam jaringan, terutama di dinding kapiler darah. Pada saatnya nanti, sel-
sel pengembara akan berproliferasi membentuk blastema.
5. Proliferasi sel-sel berdiferensiasi secara mitosis, yang terjadi secara serentak dengan proses
dediferensiasi dan memuncak pada waktu blastema mempunyai besar yang maksimal dan tidak
membesar lagi.
6. Rediferensiasi sel-sel dediferensiasi, serentak dengan berhentinya proliferasi sel-sel blastema
tersebut. Sel-sel yang berasal dari parenkim dapat menumbuhkan alat derifat mesodermal,
jaringan saraf dan saluran pencernaan. Sehingga bagian yang dipotong akan tumbuh lagi dengan
struktur anatomis dan histologis yang serupa dengan asalnya.(johan w.1992)
Peristiwa regenerasi lain juga dihubungkan dengan metamorfosis. Hemoglobin berudu
mengikat oksigen lebih cepat dan melepaskannya lebih lambat dibanding hemoglobin dewasa
(Soeminto et al., 2000).Lebih dari itu, (Soeminto et al., 2000) menunjukkan bahwa pengikatan
oksigen pada hemoglobin berudu, sedangkan hemoglobin pada katak menunjukkan peningkatan
pengikatan oksigen pada saat pH naik (efek Bohr). Perubahan regenerasi lain pada metamorfosis
beberapa katak adalah induksi semua enzim penting untuk memproduksi urea. Berudu, seperti
kebanyakan ikan air tawar adalah ammonotelik (mengekskresikan amoniak).Kebanyakan katak
dewasa adalah urotelik (mengekskresikan urea).Selama metamorfosis, hati berkembang, enzim
dibutuhkan untuk mencipatakan urea dari karbondioksida dan amoniak. Enzim ini mendasari
siklus urea, dan masing-masing muncul selama metamorfosis (manylom, 1994)
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi metamorfosis adalah adanya hormon tiroid, yang telah
ditunjukkan Hormon tiroid menyebabkan inti mensintesis atau menginduksi aktivitas enzim
hidrolitik, yaitu enzim yang menyebabkan jaringan atau sel menjadi lisis atau pecah. Enzim
kolagonase telah dibuktikan dihasilkan selama proses regresi ekor berudu in vitro (Sounders,
1982). Faktor eksternal yang mempengaruhi metamorfosis adalah ada tidaknya sumber makanan
dan adanya pemangsa berudu.
Menurut (tjitrosoepomo.1984) kecebong dapat menumbuhkan kembali ekor,
meningkatkan kemungkinan jaringan spesies lain yang rusak bisa diset ulang setelah cedera.
Peran kaporit yang mengejutkan dalam regenerasi amfibi pada akhirnya memberikan cara untuk
membujuk ke dalam jaringan organ manusia yang terputus atau rusak untuk regrowing.
Tidak seperti katak dewasa, kecebong memiliki kemampuan untuk benar-benar tumbuh kembali
secara lengkap jika terluka.Manusia mempertahankan beberapa kemampuan tersebut.Sampai
sekitar umur 11 tahun, manusia bisa menumbuhkan kembali jari. Tetapi dengan bertambahnya
usia, kemampuan untuk menumbuhkan jaringan berkurang.
Dalam studi baru, para peneliti yang dipimpin oleh Michael Levin dari Tufts University,
Medford, Massachusetts, menemukan kecebong yang tidak bisa mentransfer garam ke dalam sel
menyebabkan tidak bisa menumbuhkan ekor kembali, sementara kecebong normal mampu
secarasempurna.(Wilis, 1983)
Regenerasi adalah menumbuhkan kembali bagian tubuh yang rusak atau lepas.Daya
regenerasi paling besar pada echinodermata dan platyhelminthes yang dimana tiap potongan
tubuh dapat tumbuh menjadi individu baru yang sempurna.Pada Anelida kemampuan itu
menurun.Daya itu tinggal sedikit dan terbatas pada bagian ujung anggota pada amfibi dan reptil.
Pada mamalia daya itu paling kecil, terbatas pada penyembuhan luka.(Bainkky, 1981)
Kodok merupakan hewan amfibi bertubuh pendek, gempal atau kurus, berpunggung agak
bungkuk, berkaki empat dan tak berekor. Untuk membedakannya dengan katak, kodok umumnya
berkulit halus, lembab, dengan kaki belakang yang panjang.Sebaliknya, katak berkulit kasar
berbintil-bintil sampai berbingkul-bingkul, kerap kali kering, dan kaki belakangnya pendek,
sehingga kebanyakan katak kurang pandai melompat jauh. Kodok yang banyak menjadi hama
atau predator benih ikan adalah jenis kodok kolam yang hidup di sekitar kolam, saluran air dan
sungai, kodok kongkang gading di kolam dan telaga, kodok hijau di sawah-sawah; dan kodok
tegalan di sawah dan tegalan ( Wikipedia, 2013)
6. BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan bahan
1. Pisau silet
2. Kecebong
3. cicak
4. Air tawar
5. Gelas aqua (sebagai tempat media)
6. Label
7. Kertas grafik
3.2 Prosedur kerja
1. Sediakan gelas aqua 10 buah masing-masing diisi dengan 3 ekor kecebong yang sama besar,
2. Sebagai control, berikan label A1, A2, A3 pada 3 buah gelas aqua pertama. Untuk kecebong
yang dipotong tegak lurus, berikan label B1, B2, B3 pada 3 buah gelas aqua kedua. Untuk
kecebong yang dipotong miring berikan label C1, C2, C3 pada 3 buah gelas ketiga dan untuk
cicak letakkan pada gelas aqua selanjutnya.
3. Ukurlah ekor kecebong dan ekor cicak sebelum dipotong dan sesudah dipotong
4. Amatilah daya regenerasi kecebong dan cicak tersebut yang mana lebih cepat regenerasinya
selama 6 kali pengamatan.
7. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Panjang ekor kecebong yang tidak dipotong (kontrol)
Variable Panjang
awal
(cm)
Hari
ke-2
(cm)
Hari
ke-4
(cm)
Hari
ke-6
(cm)
Hari
ke-8
(cm)
Hari
ke-10
(cm)
Hari
ke-12
(cm)
A1 0, 8 0, 9 0, 1 1,4 1,6 1,8 1,9
A2 0, 8 0, 9 0, 95 1,5 1,8 1,9 2,0
A3 0, 9 0, 95 1, 2 1, 7 2,0 2,0 -
Tabel 2. Panjang ekor kecebongsayatan tegak lurus
Variable Panjang
awal
(cm)
Panjang stlh
pemotongan
(cm)
Hari
ke-2
(cm)
Hari
ke-4
(cm)
Hari
ke-6
(cm)
Hari
ke-8
(cm)
Hari
ke-10
(cm)
Hari
ke-12
(cm)
B1 1, 0 0, 5 0, 9 1, 2 1,3 1,6 2,0 2,0
B2 1, 2 0, 7 1,0 1,3 1,4 1, 8 2,0 -
B3 1, 4 0, 9 1,3 1, 5 1, 7 1, 9 - -
Tabel3. Panjang ekor kecebong sayatan miring
Variable
Panjang
awal
(cm)
Panjang stlh
pemotongan
(cm)
Hari
ke-2
(cm)
Hari
ke-4
(cm)
Hari
ke-6
(cm)
Hari
ke-8
(cm)
Hari
ke-
10
(cm)
Hari
ke-
12
(cm)
C1 0, 9 0, 4 1,2 1,4 1,5 1,8 2,0 2,1
C2 1, 0 0, 5 1,2 1,4 1,6 1,9 2,1 -
C3 1, 0 0, 5 0,9 1,5 1,8 1,9 - -
Tabel 4. Panjang ekor Cicak
Panjang
awal
(cm)
Panjang stlh
pemotongan
(cm)
Hari
ke-2
(cm)
Hari
ke-4
(cm)
Hari
ke-6
(cm)
Hari
ke-8
(cm)
Hari
ke-10
(cm)
Hari
ke-12
(cm)
4 1, 7 1, 9 - - - - -
8. 4.2 Pembahasan
Dari hasil percobaan kali ini dilihat pada kecebong dengan memotong ekornya, dengan
perlakuan dipotong miring dan tegak lurus.Setelah diamati selama 12 hari, ternyata bagian ekor
yang telah dipotong mengalami pertumbuhan. Ekor yang putus tersebut tumbuh tetapi tidak
dapat tumbuh sama seperti semula terkadang ada yang tidak tumbuh atau sama seperti ukuran
pertama. Tidak seperti katak dewasa, kecebong memiliki kemampuan untuk benar-benar
tumbuh kembali secara lengkap jika terluka dengan mengantikan suatu jaringan yang disebut
dengan blastema.
Pada pengamatan kecebong mengalami regenerasi pada dihari pertama, kecebong yang
dipotong tegak lurus mendapat hasil 0,9 cm , 1, 0 dan 1, 3 cm. Demikian pula dengan kecebong
lainnya cuma satu yang mengalami pertumbuhan yang cepat yaitu kecebong 2 = 2,0 cm.
Proses perbaikan pada regenerasi ekor kecebong adalah penyembuhan luka dengan cara
penumbuhan kulit di atas luka tersebut. Kemudian tunas-tunas sel yang belum berdiferensiasi
terlihat.Tunas ini menyerupai tunas anggota tubuh pada embrio yang sedang berkembang. Ketika
waktu berlalu sel-sel dari anggota tubuh yang sedang regenerasi diatur dan berdiferensiasi sekali
lagi menjadi otot, tulang dan jaringan lajunya yang menjadikan ekor fungsional.dengan catatan
khusus karena baik secara struktur maupun cara regenerasinya berbeda (Balinsky, 1983).
Regenerasi diatur dan berdiferensiasi sekali lagi menjadi otot, tulang dan jaringan lajunya yang
menjadikan ekor fungsional.
Proses regenerasi ini secara mendasar tidak ada perusakan jaringan otot, akibatnya tidak
ada pelepasan sel-sel otot. Sumber utama sel-sel untuk beregenerasi adalah berasal dari
ependima dan dari berbagai macam jaringan ikat yang menyusun septum otot, dermis, jaringan
lemak, periosteum dan mungkin juga osteosit vertebrae.Sumber sel untuk regenerasi pada reptile
berasal dari beberapa sumber yaitu ependima dan berbagai jaringan ikat (Manylov, 1994).
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan pada cicak dengan memotong setengah bagian
ekornya dengan menggunakan silet, setelah diamati selama kurang lebih 12 hari, ternyata bagian
ekor yang telah dipotong mengalami pertumbuhan, pada pengamatan pertama panjang ekor cicak
bertambah 0, 2 cm. Ekor yang putus tersebut tumbuh tetapi tidak sama seperti semula.
Pengamatan pada minggu kedua pasca amputasi mengalami pertambahan 0, 2 cm. Pengamatan
pada pengamatan kedua atau hari ke 4, pasca amputasi yaitu mati, hal ini disebabkan kurangnya
9. perlakuan pada cicak. Perbandingannya sangat berbeda dengan data pribadi karena pada data
pribadi lebih cepat tumbuh, namun pertumbuhannya tidak sempurna yaitu mati pada hari ke 4
Praktikum regenerasi yang menggunakan cicak dan kecebong sebagai bahan praktikum,
menghasilkan data pertumbuhan ekor cicak dan kecebong yang berbeda-beda.Hal ini disebabkan
karena daya regenerasi yang dimiliki oleh setiap individu berbeda-beda. Ekor cicak dan kaki
kecebong yang terpotong akan sedikit demi sedikit tumbuh dan melalui tahapan-tahapan yang
telah disebutkan.
Ekor kecebong yang dipotong sel epidermisnya menyebar menutupi permukaan luka dan
membentuk tudung epidermis apikal.Semua jaringan mengalami diferensiasi dan generasi
membentuk sel kerucut yang disebut blastema regenerasi di bawah tudung.Berakhirnya periode
proliferasi, sel blastema mengadakan rediferensiasi dan memperbaiki ekornya.Ketika salah satu
anggota badan terpotong hanya bagian tersebut yang disuplai darah dan dapat bergenerasi.Hal
inilah yang memberi pertimbangan bahwa bagian yang dipotong selalu bagian distal (Kalthoff,
1996).
Proses regenerasi pada reptil berbeda dengan pada hewan golongan amfibi. Regenerasi
tidak berasal dari proliferasi atau perbanyakan sel-sel blastema. Regenerasi pada reptil diketahui
bahwa ekor yang terbentuk setelah autotomi menghasikan hasil dengan catatan khusus karena
baik secara struktur maupun cara regenerasinya berbeda (Balinsky, 1983). Secara eksperimental
pada ekor kecebong yang telah dipotong, ternyata hasil regenerasinya tidak sama dengan semula.
Pertambahan panjang tidak sama dengan ekor yang dipotong. Ekor baru tidak mengandung
notochord dan vertebrae yang baru hanya terdiri dari ruas-ruas tulang rawan.Ruas-ruas ini hanya
meliputi batang syaraf (medula spinalis), jumlah ruas itu pun tidak lengkap seperti semula.
Regenerasi melalui beberapa tahapan, yaitu :
1. Luka akan tertutup oleh darah yang mengalir, lalu membeku membentuk scab yang bersifat
sebagai pelindung.
2. Sel epitel bergerak secara amoeboid menyebar di bawah permukaan luka, di bawah scab.
Proses ini membutuhkan waktu selama dua hari, dimana pada saat itu luka telah tertutup oleh
kulit.
3. Diferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi bersifat muda kembali dan
pluripotent untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru. Matriks tulang dan tulang rawan akan
melarut, sel-selnya lepas tersebar di bawah epitel. Serat jaringan ikat juga berdisintegrasi dan
10. semua sel-selnya mengalami diferensiasi.Sehingga dapat dibedakan antara sel tulang, tulang
rawan, dan jaringan ikat. Setelah itu sel-sel otot akan berdiferensiasi, serat miofibril hilang, inti
membesar dan sitoplasma menyempit.
4. Pembentukan kuncup regenerasi (blastema) pada permukaan bekas luka. Pada saat ini scab
mungkin sudah terlepas.Blastema berasal dari penimbunan sel-sel diferensiasi atau sel-sel satelit
pengembara yang ada dalam jaringan, terutama di dinding kapiler darah. Pada saatnya nanti, sel-
sel pengembara akan berproliferasi membentuk blastema.
5. Proliferasi sel-sel berdiferensiasi secara mitosis, yang terjadi secara serentak dengan proses
dediferensiasi dan memuncak pada waktu blastema mempunyai besar yang maksimal dan tidak
membesar lagi.
6. Rediferensiasi sel-sel dediferensiasi, serentak dengan berhentinya proliferasi sel-sel blastema
tersebut. Sel-sel yang berasal dari parenkim dapat menumbuhkan alat derifat mesodermal,
jaringan saraf dan saluran pencernaan. Sehingga bagian yang dipotong akan tumbuh lagi dengan
struktur anatomis dan histologis yang serupa dengan asalnya (scribd, 2013)
Regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah temperatur, proses
biologi dan faktor bahan makanan.Kenaikan dari tempetatur, pada hal-hal tertentu dapat
mempercepat regenerasi. Regenerasi menjadi cepat pada suhu 29,7 derajat Celcius. Faktor bahan
makanan tidak begitu mempengaruhi proses regenerasi (Morgan, 1989).
Dapat dilihat dalam hasil pengamatan terlihat bahwa regenerasi kecebong terjadi dengan
sangat baik.Penyebabnya mungkin tempat mereka hidup tidak sebebas di air sungai sehingga
kecebong menjadi stres yang dapat mempengaruhi kerja proses biologis di dalam tubuhnya, yang
mengakibatkan pertumbuhan ekornya lambat. Hasil regenerasi dari organ tertentu dalam hal ini
ekor kecebong tidak harus kembali seperti semula. Hal itu membuktikan bahwa sel de-
differensiasi bersifatpluripotent, yakni dapat menimbulkan jaringan yang bukan darimana ia
berasal.
11. BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Regenerasi dalam biologi adalah menumbuhkan kembali bagian tubuh yang rusak atau lepas
2. Regenerasi dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu:
a. Temperature
b. Makanan
c. Sistem syaraf
3. Regenerasi merupakan suatu peristiwa yang terjadi atas beberapa tahap yaitu :
a. Penyembuhan luka.
b. Penyembuhan jaringan .
c. Pembentukan blastoma.
d. Morfologi dan redeferensiasi.
4. Pemberian nutrisi cukup berpengaruh pada pertumbuhan daya regenerasi ekor kecebong.
5.2 Saran
Diharapkan kepada penulis agar lebih teliti lagi dalam melakukan penelitian ini
12. DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 1992. Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Balinsky, B. I. 1981. An Introduction to Embriology. W. B. Saunders Company, Philadelpia.
Kalthoff, Klaus. 1996. Analysis of Biological Development. Mc Graw-Hill Mc, New York
Kimball, John W. 1992. Biology.Addison-Wesley Publishing Company, Inc., New York.
Sugianto, 1996.Perkembangan Hewan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Yatim, W. 1994.Reproduksi dan Embriologi.Bandung : Tarsito.
Manylov, O.G.1994. Regeneration in Gastrotricha –I Light Microscopical Observation on The
Regeneration in Turbanella sp.St.Petersburg State University. Russia.
Tjitrosoepomo. 1984. Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Willis, S. 1983. Biology. Holt Rinehart & Winston Inc, USA.
Yatim, W. 1982. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito, Bandung.