Laporan Praktikum Kimia tentang Koloid
Peredaan antara Dispersi Kasar, Dispersi Halus, dan Dispersi Koloid
Kelompok 3
11 IPA 2- SMA Negeri 3 Kota Tangerang
TA 2012/2013
Laporan Praktikum Kimia tentang Koloid
Peredaan antara Dispersi Kasar, Dispersi Halus, dan Dispersi Koloid
Kelompok 3
11 IPA 2- SMA Negeri 3 Kota Tangerang
TA 2012/2013
Presentasi mengenai materi larutan untuk memenuhi tugas mata kuliah kimia dasar. Didalam presentasi ini dijabarkan mulai dari definisi larutan, sampai pada komposisi larutan.
Presentasi mengenai materi larutan untuk memenuhi tugas mata kuliah kimia dasar. Didalam presentasi ini dijabarkan mulai dari definisi larutan, sampai pada komposisi larutan.
Sistem Koloid (Pelajaran Kimia kelas XI Kurikulum K-13)Gita Ardeny
Presentasi Kelompok
Pelajaran : Kimia kelas XI MIPA
Kurikulum : K-13
Bab : Sistem Koloid
Dalam presentasi berikut menjelaskan tentang :
- pengertian
- komponen-komponen sistem koloid
- macam-macam sistem koloid
- sifat-sifat sistem koloid
- proses pembuatan sistem koloid
- kegunaan koloid dalam kehidupan sehari-hari dan industri
larutan penyangga atau buffer atau dapar . presentase ini diperuntukkan untuk mempermudah anda dalam belajar larutan penyangga .. kritik dan saran diperlukan dari anda semua untuk sebuah kesempurnaan .. @fajarrsbispenjoe@gmail.com
Presentasi mengenai sistem koloid untuk kelas XI, dibuat dalam rangka memenuhi tugas kimia.
Berisi mengenai pengertian, cara pembuatan, sifat-sifat, penggunaan dan lain halnya yang berhubungan mengenai koloid termasuk dispersi dan yang terdispersi.
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN TOPIK ORGAN PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA KELAS V SEMESTER I SD NEGERI 17 KATOBU.
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN TOPIK ORGAN PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA KELAS V SEMESTER I SD NEGERI 17 KATOBU.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
1. BAB 10
KOLOID
Standar Kompetensi:
Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar:
Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di
sekitarnya.
Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
3. A. Pengertian Sistem Koloid
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadannya antara larutan dan
suspensi. Koloid merupakan sistem heterogen, dimana suatu zat
“didispersikan” ke dalam suatu media yang homogen. Ukuran zat yang
didispersikan berkisar dari satu nanometer (nm) sampai satu mikrometer
(μm). Koloid tergolong campuran heterogen dan merupakan sistem dua fase.
Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang
digunakan untuk mendispersikan zat disebut medium dispersi.
4. Perbandingan Sifat larutan, koloid dan Suspensi
Larutan
(Dispersi Molekuler)
Koloid
(Dispersi Koloid)
Suspensi
(Dispersi Kalar)
Contoh: Larutan gula
dalam air
Contoh: campuran susu
dengan air
Contoh: Campuran tepung
terigu dengan air
1) Homogen, tak dapat
dibedakan walaupun
menggunakan
mikroskop ultra
2) Semua partikelnya
berdimensi (panjang,
lebar, atau tebal) kurang
dari 1nm
3) Satu fase
4) Stabil
5) Tidak dapat disaring
1) Secara makroskopis
bersifat homogen tetapi
heterogen jika diamati
dengan mikroskop ultra
2) Partikelnya berdimensi
antara 1 nm sampai 100
nm
3) Dua fase
4) Pada umumnya stabil
5) Tidak dapat disaring
kecuali dengan
penyaring ultra
1) Heterogen
2) Salah satu atau semua
dimensi partikelnya lebih
besar dari 100 nm
3) Dua fase
4) Tidak stabil
5) Dapat disaring
5. Contoh larutan :larutan gula, larutan garam, spiritus, alkohol 70%,
larutan cuka, air laut, udara yang bersih, dan
bensin.
Contoh koloid :sabun, susu, santan, jeli, selai, mentega, dan
mayonaise.
Contoh suspensi :air sungai yang keruh, campuran air dengan pasir,
campuran kopi dengan air, dan campuran minyak
dengan air.
6. No. Fase
Terdispersi
B. Jenis-Jenis Koloid
Fase
Pendispersi
Nama Contoh
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Padat
Padat
Padat
Cair
Cair
Cair
Cair
Cair
Gas
Cair
Padat
Gas
Cair
Padat
Cair
Padat
Aerosol
Sol
Sol padat
Aerosol
Emulasi
Emulasi
padat
Buih
Buih padat
Asap (smoke), debu di
udara
Sol emas, sol belerang,
tinta
Gelas bewarna, intan
hitam
Kabut (fog) dan awan
Susu. Santan, minyak
ikan
Jeli, mutiara
Buih sabun, krim kocok
Karet busa, batu apung,
sitrofoam
7. 1. Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas
disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol
padat, jika zat yang terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair.
contoh aerosol padat : asap dan debu dalam udara.
contoh aerosol cair : kabut dan awan.
2. Sol
sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol.
Koloid jenis sol banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-hari maupun
dalam industri.
contoh sol : Air sungai (sol dari lempung dalam air), sol sabun, sol
detergen, sol kanji. Tinta tulis, dan cat.
8. 3. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut
emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini bahwa kedua jenis zat cair itu tidak
saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan ke dalam dua bagian,
yaitu emulsi minyak dalam air (M/A) atau emulsi air dalam minyak
(A/M). Dalam hal ini, minyak diartikan sebagai semua zat cair yang tidak
bercampur dengan air.
contoh emulsi minyak dalam air (M/A) : santan, susu, dan latek.
contoh emulsi air dam minyak (A/M) : mayonaise, minyak bumi,
dan minyak ikan.
4. Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih.
Seperti halnya dengan emulsi, untuk menstabilkan buih diperlukan zat
pembuih, misalnya sabun, detergen, dan protein. Buih dapat dibuat
dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat cair yang mengandung
protein.
Buih digunakan pada berbagai proses, misalnya, pada pengolahan biji
logam, pada alat pemadam kebakaran, kosmetik dan lain-lain.
9. 5. Gel
Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel.
Contoh: agar-agar, lem kanji, selai, gelatin, gel sabun, gel silika.
Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya
mengadopsi medium dispersinya sehingga terjadi koloid
yang agak padat.
12. C. Muatan Koloid
1. Elektroforosis
Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik ini disebut elektroforesis.
Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif)
sedangkan koloid yang bermuatan positif akan bergerak ke arah katode
(elektrode negatif). Dengan demikian elektroforesis dapat digunakan untuk
menentukan jenis muatan koloid.
2. Adsorpsi
Partikel koloid memilki kemampuan menyerap berbagai macam zat pada
permukaannya. Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi. Muatan
koloid terjadi karena adsorpsi ion-ion tertentu.
13. Sifat adsorpsi dari koloid ini digunakan dalam berbagai proses, antara lain
Pemutihan gula tebu
Gula yang masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan melalui
tanah diatomae dan arang tulang. Zat-zat pewarna dalam gula akan
diadsorpsi, sehingga diperoleh gula yang putih bersih.
Norit
Didalam usus, norit membentuk sistem koloid yang dapat mengadopsi gas
atau zat racun.
Penjernihan air
Untuk menjernihkan air dapat dilakukan dengan menambahkan tawas atau
aluminium sulfat. Di dalam air, alumunium sulfat terhidrolisis membentuk
Al(OH) yang berupa koloid. Koloid Al(OH) ini dapat mengadsorpsi zat-zat
3 3
warna atau zat pencemar dalam air.
14. D. Koagulasi
Telah disebutkan bahwa koloid distabilkan oleh muatannya. Apabila muatan
koloid dilucuti, maka kestabilannnya akan berkurang dan dapat menyebabkan
koagulasi atau penggumpalan. Pelucutan muatan koloid dapat terjadi pada sel
elektroforesis atau jika elektrolit ditambahkan ke dalam sistem koloid.
Adapun koagulasi koloid karena penambahan elektrolit terjadi sebagai berikut.
Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif
(kaiton), sedangkan koloid yang bermuatan positif akan
menarik ion negatif (anion). Ion-ion tersebut akan
membentuk selubung lapisan ke dua. Apabila selubung
lapisan kedua itu terlalu dekat maka selubung itu akan
menetralkan muatan koloid, sehingga terjadi koagulasi.
15. Beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan industri
1. Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat
(lempung) dalam air sungai mengalami koagulasi ketika bercampur
dengan elektrolit dalam air laut.
2. Karet dalam air sungai digumpalkan dengan menambahakan asam
format.
3. Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan
menambahkan tawas. Sol tanah liat dalam air sungai biasanya
bermuatan negatif sehingga akan digumpalkan oleh ion Al3+ dari tawas
(aluminium sulfat).
4. Asap atau debu dari pabrik/industri dapat digumpalkan dengan alat
koagulasi listrik dari Cottrel.
16. E. Dialisis
Pada pembuatan suatu koloid, seringkali terdapat ion-ion yang dapat
menggangu kestabilan koloid tersebut. Ion-ion penggangu ini dapat dihilangkan
dengan suatu proses yang disebut dialisis.
17. F. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Suatu koloid disebut koloid liofil apabila terdapat gaya tarik-menarik yang
cukup besar antara zat terdispersi dengan mediumnya. Koloid Liofob jika
gaya tarik-menarik tersebut tidak ada atau sangat lemah. Jika medium dispersi
yang dipakai adalah air, maka disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob.
Sol Hidrofil Sol Hidrofob
1. Mengadsorbsi mediumnya.
2. Dapat dibuat dengan kosentrasi
yang relatif besar.
3. Tidak mudah digumpalakan
dengan penambahan elektrolit.
4. Viskositas lebih besar daripada
mediumnya.
5. Bersifat revesible.
6. Efek Tyndall lemah.
1. Tidak mengadsorbsi mediumnya
2. Hanya stabil pada kosentrasi kecil
3. Mudah menggumpal pada
penambahan elektrolit.
4. Viskositas hampir sama dengan
mediumnya.
5. Tidak revesible.
6. Efek Tyndall lebih jelas.
19. A. Cara Kondensasi
Partikel larutan sejati bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini
dapat dilakukan melalui reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks,
reaksi hidrolisis, dan reaksi dekomposisi rangkap, atau dengan
reaksi pergantian pelarut.
B. Cara Dispersi
Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi pertikel
koloid. Dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi, atau dengan
loncatan bunga listrik (cara busur Bredig).
20. C. Koloid Asosiasi
Berbagai jenis zat, seperti sabun dan detergen, larut dalam air tetapi tidak
membentuk larutan, melainkan koloid. Molekul sabun atau detergen terdiri atas
bagian yang polar (disebut kepala) dan bagian yang nonpolar (disebut
ekor).