SlideShare a Scribd company logo
1.   Pendahuluan
2.   Intermediate reaktif
3.   Nukleofil and elektrofil
4.   Tipe reaksi
5.   Ions versus radicals
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah mengikuti kuliah pokok bahasan Reaktivitas dan
 Mekanisme, mahasiswa memahami dan menjelaskan
berbagai jenis reaksi dan mekanisme yang dapat terjadi
                 pada senyawa organik
PEMECAHAN IKATAN KOVALEN


         tak simetris                      Simetris
         (heterolitik)                   (homolitik)


                           +                          +

• Ion berisi elektron yang       • Radikal bebas berisi elektron
  berjumlah genap                  yang berjumlah ganjil.
• Reaksi ionik/polar             • Reaksi radikal
• Intermediate reaktif merupakan spesies berumur pendek
  yang tidak pernah berada dalam jumlah/konsentrasi besar
  karena spesies terebut akan segera bereaksi begitu
  terbentuk.

• Pada umumnya intermediate reaktif merupakan penggalan
  molekul (seperti radikal bebas), sering memiliki atom
  dengan jumlah ikatan tak lazim.

• Intermediate reaktif umumnya mengandung atom karbon
  dengan hanya dua atau tiga ikatan.

• Spesies seperti itu akan bereaksi cepat dengan berbagai
  macam senyawa untuk membentuk produk yang lebih
  stabil, yaitu senyawa dengan atom karbon tetravalen.
• Meskipun intermediate reaktif merupakan senyawa yang
  tak stabil, tetapi spesies tersebut sangat penting dalam hal
  mempelajari Kimia Organik.

• Kebanyakan mekanisme reaksi organik melibatkan
  intermediate reaktif.

• Jika kita ingin memahami mekanisme reaksi dan mengusul-
  kan suatu mekanisme reaksi, maka kita harus mengetahui
  bagaimana spesies reaktif tersebut terbentuk dan
  bagaimana spesies tersebut bereaksi.
Spesies dengan atom karbon trivalen (memiliki 3 ikatan)
diklasifikasikan menurut muatannya, yang tergantung pada
jumlah nonbonding electron:
1. Carbocation: bermuatan positif dan tidak memiliki
   nonbonding electron.
2. Radikal bebas: tak bermuatan dan memiliki satu
   nonbonding electron.
3. Carbanion: bermuatan negatif dan memiliki sepasang
   nonbonding electron.
4. Cerbene: tak bermuatan dan memiliki 2 ikatan dan
   sepasang nonbonding electron.
A. CARBOCATION
• Atom karbon yang bermuatan positif, terikat dengan tiga atom
  lain, tidak memiliki nonbonding electron, sehingga atom
  karbon tersebut hanya memiliki 6 elektron di kulit valensinya.
• Ini adalah hibridisasi sp2 dengan struktur planar dan sudut
  ikatan 120.
                                       Contoh : kation metil (CH3+)
                                       • planar, dengan sudut ikatan
                                         1 20°.
                                       • Orbital p yang tak ter-
                                         hibridisasi tidak terisi
                                         elektron (kosong) dan
                                         terletak tegak lurus bidang
                                         ikatan C-H.
Carbocation dapat distabilkan oleh gugus alkil dengan cara:
1. Efek induktif:
   donasi densitas elektron melalui ilatan ; atom karbon yang
   bermuatan positif ‘mengambil’ sebagian densitas elektron dari
   gugus alkil yang terikat pada atom karbon tersebut.
2. Partial Overlap antara orbital yang terisi dengan orbital
   kosong:
   gugus alkil memiliki orbital sp3 yang telah terisi dan dapat
   overlap dengan orbital p yang kosong milik atom C yang
   bermuatan positif, sehingga menstabilkan carbocation.
Stabilitas Carbocation
B. RADIKAL BEBAS
• Radikal bebas tak bermuatan, memiliki elektron berjumlah ganjil.
• Ini adalah hibridisasi sp2 dengan struktur planar (atau hampir
  planar) dan sudut ikatan 120.
• Orbital p tegak lurus bidang ikatan C-H dan berisi 1 elektron.
• Carbocation dan radikal bebas merupakan spesies yang kekurang-
  an elektron karena belum terpenuhinya susunan oktet di kulit
  terluarnya.
• Seperti halnya carbocation, radikal bebas juga dapat distabilkan
  oleh efek donasi elektron oleh gugus alkil.
C. CARBANION
• Carbanion bermuatan negatif, memiliki 8 elektron di kulit terluar
  (3 ikatan + 1 lone pair), hibridisasi sp3.
• Carbanion merupakan nukleofil kuat.
• Carbanion memiliki struktur elektron seperti amine.
C. CARBENE

• Carbene adalah intermediate reaktif tak bermuatan yang memiliki
  atom karbon divalen.
• Carbene paling sederhana adalah :CH2 (metilen).
• Carbene memiliki 6 elektron di kulit valensinya.
• Ini adalah hibridisasi sp2 dengan bentuk segitiga.
• Satu lone pair berada pada salah satu orbital hibrida sp2.
• Ada satu orbital p kosong yang tegak lurus bidang segitiga.
• Carbene dapat bereaksi sebagai nukleofil (karena adanya lone
  pair) sekaligus sebagai elektrofil (karena adanya orbital kosong).
URUTAN STABILITAS
• Spesies yang kaya akan        • Spesies yang kekurangan
  elektron yang dapat mem-        elektron yang dapat mem-
  bentuk ikatan kovalen           bentuk ikatan kovalen
  dengan cara mendonasikan 2      dengan cara menerima 2
  elektron kepada situs yang      elektron dari situs yang kaya
  kekurangan elektron             akan elektron
• Nukleofil bermuatan negatif   • Nukleofil bermuatan positif
  (anion) atau molekul netral     (kation) atau molekul netral.
  yang berisi lone pair of
  electron.
Situs nukleofil atau elektrofil dalam suatu senyawa organik netral
dapat ditentukan dengan melihat:
1. Keberadaan lone pair
2. Tipe ikatan (sp, sp2, atau sp3)
3. Polaritas ikatan.

CATATAN:
1. Atom (N, O, atau S) yang memiliki elektron yang berpasangan
   merupakan situs nukleofil.
2. Ikatan rangkap 2 atau 3 dalam alkena, alkuna, atau aromatis
   memiliki elektron dengan densitas tinggi, sehingga bersifat
   sebagai nukleofil. (Ikatan tunggal C – C bukan nukleofil).
3. Dalam suatu ikatan polar, elektron terikat lebih dekat ke atom
   yang lebih elektronegatif. Atom elektronegatif merupakan
   situs nukleofil, dan atom yang kurang elektronegatif merupa-
   kan situs elektrofil.
KEKUATAN RELATIF
1. NUKLEOFIL
   • Kekuatan relatif nukleofil (nuklefilisitas) dari suatu anion,
     atau situs nukleofil dalam suatu molekul netral, tergantung
     pada ketersediaan dua elektron.
   • Semakin elektronegatif suatu atom, maka semakin
     nukleofilik atom tersebut, karena atom diikat lebih kuat oleh
     nukleus.
   • Kekuatan nukleofil suatu anion, dalam satu perioda yang
     sama pada tabel priodik, mengikuti aturan basisitas:
     semakin elektronegatif suatu atom, maka semakin lemah
     nukelofilnya dan basanya.
• Kekuatan relatif nukleofil (nuklefilisitas) dari suatu anion,
  atau atom netral dalam satu golongan yang sama, semakin
  ke bawah akan semakin bertambah.
• Elektron terikat lebih lemah dengan bertambahnya ukuran
  atom, sehingga atom tersebut lebih mudah membentuk
  ikatan.
• Atom yang lebih besar, yang mengikat elektron dengan lebih
  lemah (daripada atom kecil), memiliki polarisabilitas yang
  lebih besar.
Kekuatan nukleofil suatu anion tergantung pada solven:
1. Anion biasanya bersifat lebih nukleofil apabila berada dalam
   solven apriotik (mengandung gugus polar tetapi bukan ikatan
   O – H atau N – H), seperti dimetil sulfoksida (Me2SO), dari-
   pada di dalam solven protik.
2. Dalam solven protik (memiliki gugus O – H atau N – H),
   seperti metanol (MeOH), solven dapat membentuk ikatan
   hidrogen dengan anion. Hal ini akan menurunkan nukleo-
   filisitas karena anion dikelilingi oleh solven, dan ini akan
   menghindari anion tersebut menyerang elektrofil. Anion
   besar kurang larut sehingga merupakan nukleofil yang lebih
   kuat daripada anion kecil dalam solven protik. Contoh: Ion F–
   lebih mudah larut daripada I – sehingga F – merupakan
   nukleofil yang lebuh lemah.
2. ELEKTROFIL

   • Kekuatan relatif elektrofil (elektrofilisitas) dari suatu kation,
     tergantung pada stabilitas muatan positif.
   • Kekuatan elektrofilik relatif dari suatu situs elektrofil dalam
     satu molekul netral tergantung pada ukuran muatan positif
     parsial (+).
   • Atom hidrogen atau karbon bersifat sebagai elektrofil jika
     terikat pada atom elektronegatif; semakin elektronegatif
     atom tersebut, semakin elektrofilik hidrogen dan karbon.
4.1 REAKSI POLAR
 A. REAKSI ADISI

 Reaksi adisi terjadi jika ada dua molekul yang
 bergabung meng-hasilkan hanya satu produk.
       A + B  AB
Mekanisme reaksi ini dapat melalui:
1. Adisi elektrofilik pada alkana




2. Adisi elektrofilik pada alkana
B. REAKSI ELIMINASI
Reaksi eliminasi adalah kebalikan dari reaksi adisi. Reaksi ini
dimulai dengan satu bahan baku yang kemudian diubah menjadi
dua produk.
       AB  A + B

Mekanisme reaksi ini meliputi hilangnya kation atau anion
untuk membentuk intermediate ionik.
Eliminasi alkil halida:
C. REAKSI SUBSTITUSI
Reaksi substitusi terjadi jika dua bahan baku saling
mempertukarkan gugus membentuk dua produk baru.
      AB + CD  AC + BD
Mekanisme reaksi ini dimulai dengan penyerangan
elektrofilik atau nukleofilik terhadap gugus fungsional
kunci.
Substitusi nukleofilik alkil halida:
Substitusi nukleofilik alkil halida:
C. REAKSI PENYUSUNAN ULANG
Reaksi substitusi terjadi jika satu bahan baku membentuk satu
produk dengan susunan atom dan ikatan yang berbeda (misal
produk merupakan isomer dari bahan baku.
       A  B
Mekanisme reaksi meliputi intermediate karbokation, dan
kation yang pertama terbentuk (misal primer atau sekunder)
tersebut berubah menjadi kation yang lebih stabil (misal tersier).
4.2 REAKSI RADIKAL
Seperti halnya ion, radikal dapat membentuk reaksi adisi,
eliminasi, substitusi, dan penyusunan ulang.
Langkah-langkah reaksi radikal:
(1) Inisiasi
   Inisiasi merupakan langkah pembentukan radikal melalui
   pemecahan rantai homolitik (biasanya memerlukan panas
   atau cahaya).
(2) Propagasi
   Propagasi merupakan reaksi suatu radikal membentuk
   satu produk radikal baru. Langkah ini meliputi adisi,
   eliminasi, substitusi, atau penyusunan ulang.
(3) Terminasi
   Terminasi merupakan reaksi coupling/penggabungan dua
   radikal membentuk produk non-radikal.
4.3 REAKSI IONIK VS RADIKAL
         REAKSI IONIK                     REAKSI RADIKAL
• Berupa pemecahan ikatan         • Berupa pemecahan ikatan
  homolitik                         heterolitik
• Berlangsung pada T rendah       • Berlangsung pada T tinggi
• Ion yang terbentuk larut dalam • Tidak melibatkan solven polar
  solven dan distabilkan oleh
  solven polar
• Terjadi karena adanya gaya     • Terjadi karena radikal
  tarik elektrostatik; muatan      (memiliki elektron berjumlah
  positif (+) menarik muatan      genap di kulit terluarnya) perlu
  negatif (). Situs yang kaya    “menjodohkan” elektronnya
  akan elektron bereaksi dengan    untuk mengisi penuh kulit
  situs yang kekurangan            terluarnya.
  elektron.

More Related Content

What's hot

Alkana
AlkanaAlkana
Alkana
elfisusanti
 
Stereokimia tep thp
Stereokimia tep thpStereokimia tep thp
Stereokimia tep thp
Muhammad Luthfan
 
Stereoisomer Konfigurasional
Stereoisomer KonfigurasionalStereoisomer Konfigurasional
Stereoisomer Konfigurasional
Trisna Firmansyah
 
Amina
AminaAmina
Laporan Praktikum Resin Penukar Ion
Laporan Praktikum Resin Penukar IonLaporan Praktikum Resin Penukar Ion
Laporan Praktikum Resin Penukar Ion
Ernalia Rosita
 
Ikatan pi dan ikatan sigma
Ikatan pi dan ikatan sigmaIkatan pi dan ikatan sigma
Ikatan pi dan ikatan sigma
linda listia
 
Sintesis Asetanilida
Sintesis AsetanilidaSintesis Asetanilida
Sintesis Asetanilida
Ahmad Dzikrullah
 
Reaksi adisi aldehid dan keton
Reaksi adisi aldehid dan ketonReaksi adisi aldehid dan keton
Reaksi adisi aldehid dan keton
DM12345
 
laporan praktikum Penentuan gugus fungsi
laporan praktikum Penentuan gugus fungsilaporan praktikum Penentuan gugus fungsi
laporan praktikum Penentuan gugus fungsi
wd_amaliah
 
Reaksi eliminasi
Reaksi eliminasiReaksi eliminasi
Reaksi eliminasi
Bughis Berkata
 
6. mekanisme reaksi eliminasi
6. mekanisme reaksi eliminasi6. mekanisme reaksi eliminasi
6. mekanisme reaksi eliminasi
Nhia Item
 
Ekstraksi pelarut cair cair
Ekstraksi pelarut cair cairEkstraksi pelarut cair cair
Ekstraksi pelarut cair cair
UIN Alauddin Makassar
 
Kestabilan ion kompleks
Kestabilan ion kompleksKestabilan ion kompleks
Kestabilan ion kompleks
Diana Rahmawati
 
The real makalah ( reaksi kimia dalam larutan air )
The real makalah ( reaksi kimia dalam larutan air )The real makalah ( reaksi kimia dalam larutan air )
The real makalah ( reaksi kimia dalam larutan air )
Sylvester Saragih
 
Titrasi Pengendapan
Titrasi PengendapanTitrasi Pengendapan
Titrasi Pengendapan
Dokter Tekno
 
laporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kationlaporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kationwd_amaliah
 
Kimia Organik semester 7
Kimia Organik semester 7Kimia Organik semester 7
Kimia Organik semester 7
Tb Didi Supriadi
 
Larutan dan Kelarutan
Larutan dan KelarutanLarutan dan Kelarutan
Larutan dan Kelarutan
Abulkhair Abdullah
 
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutanlaporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
qlp
 
EKSTRAKSI
EKSTRAKSIEKSTRAKSI
EKSTRAKSI
Rolly Scavengers
 

What's hot (20)

Alkana
AlkanaAlkana
Alkana
 
Stereokimia tep thp
Stereokimia tep thpStereokimia tep thp
Stereokimia tep thp
 
Stereoisomer Konfigurasional
Stereoisomer KonfigurasionalStereoisomer Konfigurasional
Stereoisomer Konfigurasional
 
Amina
AminaAmina
Amina
 
Laporan Praktikum Resin Penukar Ion
Laporan Praktikum Resin Penukar IonLaporan Praktikum Resin Penukar Ion
Laporan Praktikum Resin Penukar Ion
 
Ikatan pi dan ikatan sigma
Ikatan pi dan ikatan sigmaIkatan pi dan ikatan sigma
Ikatan pi dan ikatan sigma
 
Sintesis Asetanilida
Sintesis AsetanilidaSintesis Asetanilida
Sintesis Asetanilida
 
Reaksi adisi aldehid dan keton
Reaksi adisi aldehid dan ketonReaksi adisi aldehid dan keton
Reaksi adisi aldehid dan keton
 
laporan praktikum Penentuan gugus fungsi
laporan praktikum Penentuan gugus fungsilaporan praktikum Penentuan gugus fungsi
laporan praktikum Penentuan gugus fungsi
 
Reaksi eliminasi
Reaksi eliminasiReaksi eliminasi
Reaksi eliminasi
 
6. mekanisme reaksi eliminasi
6. mekanisme reaksi eliminasi6. mekanisme reaksi eliminasi
6. mekanisme reaksi eliminasi
 
Ekstraksi pelarut cair cair
Ekstraksi pelarut cair cairEkstraksi pelarut cair cair
Ekstraksi pelarut cair cair
 
Kestabilan ion kompleks
Kestabilan ion kompleksKestabilan ion kompleks
Kestabilan ion kompleks
 
The real makalah ( reaksi kimia dalam larutan air )
The real makalah ( reaksi kimia dalam larutan air )The real makalah ( reaksi kimia dalam larutan air )
The real makalah ( reaksi kimia dalam larutan air )
 
Titrasi Pengendapan
Titrasi PengendapanTitrasi Pengendapan
Titrasi Pengendapan
 
laporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kationlaporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kation
 
Kimia Organik semester 7
Kimia Organik semester 7Kimia Organik semester 7
Kimia Organik semester 7
 
Larutan dan Kelarutan
Larutan dan KelarutanLarutan dan Kelarutan
Larutan dan Kelarutan
 
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutanlaporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
 
EKSTRAKSI
EKSTRAKSIEKSTRAKSI
EKSTRAKSI
 

Similar to Bab 4-reaktivitas-dan-mekanisme

Ikatan kimia dan struktur molekul
Ikatan kimia dan struktur molekulIkatan kimia dan struktur molekul
Ikatan kimia dan struktur molekul
ujangsupiandi
 
4-ikatan-kimia-dan-struktur-molekul.pptx
4-ikatan-kimia-dan-struktur-molekul.pptx4-ikatan-kimia-dan-struktur-molekul.pptx
4-ikatan-kimia-dan-struktur-molekul.pptx
muktarmaulana1
 
Ikatan ion dan kovalen tunggal, rangkap,
Ikatan ion dan kovalen tunggal, rangkap,Ikatan ion dan kovalen tunggal, rangkap,
Ikatan ion dan kovalen tunggal, rangkap,
SetyaAyuAprilia2
 
Adisi Elelktrofilik
Adisi ElelktrofilikAdisi Elelktrofilik
Adisi Elelktrofilik
guestc5bfa5
 
Bab 17.pptx
Bab 17.pptxBab 17.pptx
Bab 17.pptx
widhyahrini1
 
Materi ikatan kimia doc
Materi ikatan kimia docMateri ikatan kimia doc
Materi ikatan kimia doc
Mimi Yeni
 
Ikatan kimia dan struktur molekul
Ikatan kimia dan struktur molekulIkatan kimia dan struktur molekul
Ikatan kimia dan struktur molekul
Angga Oktyashari
 
Model ikatan kimia
Model ikatan kimiaModel ikatan kimia
Model ikatan kimiafajar299
 
Ikatan Kimia 1.pdf
Ikatan Kimia 1.pdfIkatan Kimia 1.pdf
Ikatan Kimia 1.pdf
CHakun1999
 
Ikatan kimia
Ikatan kimiaIkatan kimia
Ikatan kimia
Puswita Septia Usman
 
Model ikatan kimia
Model ikatan kimiaModel ikatan kimia
Model ikatan kimiafajar299
 
Ikatan kimia
Ikatan kimiaIkatan kimia
Ikatan kimia
Ghozi Fata Ulwan
 
Makalah Ikatan Kimia II
Makalah Ikatan Kimia IIMakalah Ikatan Kimia II
Makalah Ikatan Kimia II
AdePratama34
 
laporan.pdf
laporan.pdflaporan.pdf
laporan.pdf
LuluLuthfiyah2
 
ikatan kimia
 ikatan kimia ikatan kimia
ikatan kimia
mfebri26
 
ikatan kimia
ikatan kimiaikatan kimia
ikatan kimia
mfebri26
 
Ikatan kimia
Ikatan kimiaIkatan kimia
Ikatan kimia
namakugilang
 
Bab 4 ikatan kimia
Bab 4 ikatan kimiaBab 4 ikatan kimia
Bab 4 ikatan kimia
heylongordadsiuadAD
 

Similar to Bab 4-reaktivitas-dan-mekanisme (20)

Ikatan kimia dan struktur molekul
Ikatan kimia dan struktur molekulIkatan kimia dan struktur molekul
Ikatan kimia dan struktur molekul
 
4-ikatan-kimia-dan-struktur-molekul.pptx
4-ikatan-kimia-dan-struktur-molekul.pptx4-ikatan-kimia-dan-struktur-molekul.pptx
4-ikatan-kimia-dan-struktur-molekul.pptx
 
Ikatan ion dan kovalen tunggal, rangkap,
Ikatan ion dan kovalen tunggal, rangkap,Ikatan ion dan kovalen tunggal, rangkap,
Ikatan ion dan kovalen tunggal, rangkap,
 
Adisi Elelktrofilik
Adisi ElelktrofilikAdisi Elelktrofilik
Adisi Elelktrofilik
 
Bab 17.pptx
Bab 17.pptxBab 17.pptx
Bab 17.pptx
 
Materi ikatan kimia doc
Materi ikatan kimia docMateri ikatan kimia doc
Materi ikatan kimia doc
 
Ikatan kimia dan struktur molekul
Ikatan kimia dan struktur molekulIkatan kimia dan struktur molekul
Ikatan kimia dan struktur molekul
 
Model ikatan kimia
Model ikatan kimiaModel ikatan kimia
Model ikatan kimia
 
Ikatan Kimia 1.pdf
Ikatan Kimia 1.pdfIkatan Kimia 1.pdf
Ikatan Kimia 1.pdf
 
Ikatan kimia
Ikatan kimiaIkatan kimia
Ikatan kimia
 
Ikatan kimia
Ikatan kimiaIkatan kimia
Ikatan kimia
 
Model ikatan kimia
Model ikatan kimiaModel ikatan kimia
Model ikatan kimia
 
Ikatan kimia
Ikatan kimiaIkatan kimia
Ikatan kimia
 
Ikatan kimia
Ikatan kimiaIkatan kimia
Ikatan kimia
 
Makalah Ikatan Kimia II
Makalah Ikatan Kimia IIMakalah Ikatan Kimia II
Makalah Ikatan Kimia II
 
laporan.pdf
laporan.pdflaporan.pdf
laporan.pdf
 
ikatan kimia
 ikatan kimia ikatan kimia
ikatan kimia
 
ikatan kimia
ikatan kimiaikatan kimia
ikatan kimia
 
Ikatan kimia
Ikatan kimiaIkatan kimia
Ikatan kimia
 
Bab 4 ikatan kimia
Bab 4 ikatan kimiaBab 4 ikatan kimia
Bab 4 ikatan kimia
 

Bab 4-reaktivitas-dan-mekanisme

  • 1.
  • 2. 1. Pendahuluan 2. Intermediate reaktif 3. Nukleofil and elektrofil 4. Tipe reaksi 5. Ions versus radicals
  • 3. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah mengikuti kuliah pokok bahasan Reaktivitas dan Mekanisme, mahasiswa memahami dan menjelaskan berbagai jenis reaksi dan mekanisme yang dapat terjadi pada senyawa organik
  • 4. PEMECAHAN IKATAN KOVALEN tak simetris Simetris (heterolitik) (homolitik)  +  + • Ion berisi elektron yang • Radikal bebas berisi elektron berjumlah genap yang berjumlah ganjil. • Reaksi ionik/polar • Reaksi radikal
  • 5.
  • 6. • Intermediate reaktif merupakan spesies berumur pendek yang tidak pernah berada dalam jumlah/konsentrasi besar karena spesies terebut akan segera bereaksi begitu terbentuk. • Pada umumnya intermediate reaktif merupakan penggalan molekul (seperti radikal bebas), sering memiliki atom dengan jumlah ikatan tak lazim. • Intermediate reaktif umumnya mengandung atom karbon dengan hanya dua atau tiga ikatan. • Spesies seperti itu akan bereaksi cepat dengan berbagai macam senyawa untuk membentuk produk yang lebih stabil, yaitu senyawa dengan atom karbon tetravalen.
  • 7. • Meskipun intermediate reaktif merupakan senyawa yang tak stabil, tetapi spesies tersebut sangat penting dalam hal mempelajari Kimia Organik. • Kebanyakan mekanisme reaksi organik melibatkan intermediate reaktif. • Jika kita ingin memahami mekanisme reaksi dan mengusul- kan suatu mekanisme reaksi, maka kita harus mengetahui bagaimana spesies reaktif tersebut terbentuk dan bagaimana spesies tersebut bereaksi.
  • 8. Spesies dengan atom karbon trivalen (memiliki 3 ikatan) diklasifikasikan menurut muatannya, yang tergantung pada jumlah nonbonding electron: 1. Carbocation: bermuatan positif dan tidak memiliki nonbonding electron. 2. Radikal bebas: tak bermuatan dan memiliki satu nonbonding electron. 3. Carbanion: bermuatan negatif dan memiliki sepasang nonbonding electron. 4. Cerbene: tak bermuatan dan memiliki 2 ikatan dan sepasang nonbonding electron.
  • 9.
  • 10. A. CARBOCATION • Atom karbon yang bermuatan positif, terikat dengan tiga atom lain, tidak memiliki nonbonding electron, sehingga atom karbon tersebut hanya memiliki 6 elektron di kulit valensinya. • Ini adalah hibridisasi sp2 dengan struktur planar dan sudut ikatan 120. Contoh : kation metil (CH3+) • planar, dengan sudut ikatan 1 20°. • Orbital p yang tak ter- hibridisasi tidak terisi elektron (kosong) dan terletak tegak lurus bidang ikatan C-H.
  • 11. Carbocation dapat distabilkan oleh gugus alkil dengan cara: 1. Efek induktif: donasi densitas elektron melalui ilatan ; atom karbon yang bermuatan positif ‘mengambil’ sebagian densitas elektron dari gugus alkil yang terikat pada atom karbon tersebut. 2. Partial Overlap antara orbital yang terisi dengan orbital kosong: gugus alkil memiliki orbital sp3 yang telah terisi dan dapat overlap dengan orbital p yang kosong milik atom C yang bermuatan positif, sehingga menstabilkan carbocation.
  • 13. B. RADIKAL BEBAS • Radikal bebas tak bermuatan, memiliki elektron berjumlah ganjil. • Ini adalah hibridisasi sp2 dengan struktur planar (atau hampir planar) dan sudut ikatan 120. • Orbital p tegak lurus bidang ikatan C-H dan berisi 1 elektron.
  • 14. • Carbocation dan radikal bebas merupakan spesies yang kekurang- an elektron karena belum terpenuhinya susunan oktet di kulit terluarnya. • Seperti halnya carbocation, radikal bebas juga dapat distabilkan oleh efek donasi elektron oleh gugus alkil.
  • 15. C. CARBANION • Carbanion bermuatan negatif, memiliki 8 elektron di kulit terluar (3 ikatan + 1 lone pair), hibridisasi sp3. • Carbanion merupakan nukleofil kuat. • Carbanion memiliki struktur elektron seperti amine.
  • 16. C. CARBENE • Carbene adalah intermediate reaktif tak bermuatan yang memiliki atom karbon divalen. • Carbene paling sederhana adalah :CH2 (metilen). • Carbene memiliki 6 elektron di kulit valensinya. • Ini adalah hibridisasi sp2 dengan bentuk segitiga. • Satu lone pair berada pada salah satu orbital hibrida sp2. • Ada satu orbital p kosong yang tegak lurus bidang segitiga. • Carbene dapat bereaksi sebagai nukleofil (karena adanya lone pair) sekaligus sebagai elektrofil (karena adanya orbital kosong).
  • 17.
  • 18.
  • 20. • Spesies yang kaya akan • Spesies yang kekurangan elektron yang dapat mem- elektron yang dapat mem- bentuk ikatan kovalen bentuk ikatan kovalen dengan cara mendonasikan 2 dengan cara menerima 2 elektron kepada situs yang elektron dari situs yang kaya kekurangan elektron akan elektron • Nukleofil bermuatan negatif • Nukleofil bermuatan positif (anion) atau molekul netral (kation) atau molekul netral. yang berisi lone pair of electron.
  • 21.
  • 22. Situs nukleofil atau elektrofil dalam suatu senyawa organik netral dapat ditentukan dengan melihat: 1. Keberadaan lone pair 2. Tipe ikatan (sp, sp2, atau sp3) 3. Polaritas ikatan. CATATAN: 1. Atom (N, O, atau S) yang memiliki elektron yang berpasangan merupakan situs nukleofil. 2. Ikatan rangkap 2 atau 3 dalam alkena, alkuna, atau aromatis memiliki elektron dengan densitas tinggi, sehingga bersifat sebagai nukleofil. (Ikatan tunggal C – C bukan nukleofil). 3. Dalam suatu ikatan polar, elektron terikat lebih dekat ke atom yang lebih elektronegatif. Atom elektronegatif merupakan situs nukleofil, dan atom yang kurang elektronegatif merupa- kan situs elektrofil.
  • 23.
  • 24.
  • 25. KEKUATAN RELATIF 1. NUKLEOFIL • Kekuatan relatif nukleofil (nuklefilisitas) dari suatu anion, atau situs nukleofil dalam suatu molekul netral, tergantung pada ketersediaan dua elektron. • Semakin elektronegatif suatu atom, maka semakin nukleofilik atom tersebut, karena atom diikat lebih kuat oleh nukleus. • Kekuatan nukleofil suatu anion, dalam satu perioda yang sama pada tabel priodik, mengikuti aturan basisitas: semakin elektronegatif suatu atom, maka semakin lemah nukelofilnya dan basanya.
  • 26.
  • 27. • Kekuatan relatif nukleofil (nuklefilisitas) dari suatu anion, atau atom netral dalam satu golongan yang sama, semakin ke bawah akan semakin bertambah. • Elektron terikat lebih lemah dengan bertambahnya ukuran atom, sehingga atom tersebut lebih mudah membentuk ikatan. • Atom yang lebih besar, yang mengikat elektron dengan lebih lemah (daripada atom kecil), memiliki polarisabilitas yang lebih besar.
  • 28. Kekuatan nukleofil suatu anion tergantung pada solven: 1. Anion biasanya bersifat lebih nukleofil apabila berada dalam solven apriotik (mengandung gugus polar tetapi bukan ikatan O – H atau N – H), seperti dimetil sulfoksida (Me2SO), dari- pada di dalam solven protik. 2. Dalam solven protik (memiliki gugus O – H atau N – H), seperti metanol (MeOH), solven dapat membentuk ikatan hidrogen dengan anion. Hal ini akan menurunkan nukleo- filisitas karena anion dikelilingi oleh solven, dan ini akan menghindari anion tersebut menyerang elektrofil. Anion besar kurang larut sehingga merupakan nukleofil yang lebih kuat daripada anion kecil dalam solven protik. Contoh: Ion F– lebih mudah larut daripada I – sehingga F – merupakan nukleofil yang lebuh lemah.
  • 29. 2. ELEKTROFIL • Kekuatan relatif elektrofil (elektrofilisitas) dari suatu kation, tergantung pada stabilitas muatan positif. • Kekuatan elektrofilik relatif dari suatu situs elektrofil dalam satu molekul netral tergantung pada ukuran muatan positif parsial (+). • Atom hidrogen atau karbon bersifat sebagai elektrofil jika terikat pada atom elektronegatif; semakin elektronegatif atom tersebut, semakin elektrofilik hidrogen dan karbon.
  • 30.
  • 31. 4.1 REAKSI POLAR A. REAKSI ADISI Reaksi adisi terjadi jika ada dua molekul yang bergabung meng-hasilkan hanya satu produk. A + B  AB
  • 32. Mekanisme reaksi ini dapat melalui: 1. Adisi elektrofilik pada alkana 2. Adisi elektrofilik pada alkana
  • 33. B. REAKSI ELIMINASI Reaksi eliminasi adalah kebalikan dari reaksi adisi. Reaksi ini dimulai dengan satu bahan baku yang kemudian diubah menjadi dua produk. AB  A + B Mekanisme reaksi ini meliputi hilangnya kation atau anion untuk membentuk intermediate ionik. Eliminasi alkil halida:
  • 34. C. REAKSI SUBSTITUSI Reaksi substitusi terjadi jika dua bahan baku saling mempertukarkan gugus membentuk dua produk baru. AB + CD  AC + BD Mekanisme reaksi ini dimulai dengan penyerangan elektrofilik atau nukleofilik terhadap gugus fungsional kunci. Substitusi nukleofilik alkil halida:
  • 36. C. REAKSI PENYUSUNAN ULANG Reaksi substitusi terjadi jika satu bahan baku membentuk satu produk dengan susunan atom dan ikatan yang berbeda (misal produk merupakan isomer dari bahan baku. A  B Mekanisme reaksi meliputi intermediate karbokation, dan kation yang pertama terbentuk (misal primer atau sekunder) tersebut berubah menjadi kation yang lebih stabil (misal tersier).
  • 37. 4.2 REAKSI RADIKAL Seperti halnya ion, radikal dapat membentuk reaksi adisi, eliminasi, substitusi, dan penyusunan ulang. Langkah-langkah reaksi radikal: (1) Inisiasi Inisiasi merupakan langkah pembentukan radikal melalui pemecahan rantai homolitik (biasanya memerlukan panas atau cahaya).
  • 38. (2) Propagasi Propagasi merupakan reaksi suatu radikal membentuk satu produk radikal baru. Langkah ini meliputi adisi, eliminasi, substitusi, atau penyusunan ulang.
  • 39. (3) Terminasi Terminasi merupakan reaksi coupling/penggabungan dua radikal membentuk produk non-radikal.
  • 40. 4.3 REAKSI IONIK VS RADIKAL REAKSI IONIK REAKSI RADIKAL • Berupa pemecahan ikatan • Berupa pemecahan ikatan homolitik heterolitik • Berlangsung pada T rendah • Berlangsung pada T tinggi • Ion yang terbentuk larut dalam • Tidak melibatkan solven polar solven dan distabilkan oleh solven polar • Terjadi karena adanya gaya • Terjadi karena radikal tarik elektrostatik; muatan (memiliki elektron berjumlah positif (+) menarik muatan genap di kulit terluarnya) perlu negatif (). Situs yang kaya “menjodohkan” elektronnya akan elektron bereaksi dengan untuk mengisi penuh kulit situs yang kekurangan terluarnya. elektron.