Dokumen tersebut membahas tentang manajemen modal kerja perusahaan, termasuk pengertian, konsep, jenis, dan kebijakan modal kerja serta metode untuk menentukan kebutuhan modal kerja.
2. A. Pengertian Modal Kerja
Dalam operasinya perusahaan selalu membutuhkan dana harian misalnya membeli bahan
mentah, membayar gaji karyawan, membayar tagihan – tagihan dan lain sebagainya.
Dana yang di alokasikan tersebut di harapkan akan diterima kembali dari hasil penjualan
prodak yang dihasilkan dalam waktu yang tidak lama (kurang dari 1tahun). Uang yang diterima
tersebut dipergunakan dalam kegiatan operasi perusahaan selanjutnya dan dana tersebut
berputar selama perusahaan masih beroperasi. Dana yang dipergunakan untuk membiayai
kegiatan perusahaan sehari-hari disebut modal kerja (Working Capital).
Menurut Jhon D. Martin, secara umum modal kerja diartikan sebagai investasi perusahaan
didalam aktiva lancar, yaitu harta perusahaan yang diharapkan dapat dikonversikan menjadi
kas dalam jangka waktu kurang dari satu tahun atau satu periode akuntansi. Dalam
pengertian ini manajemen modal kerja meliputi investasi dalam bentuk kas, surat berharga,
piutang dan persediaan, konsep ini dikenal sebagai modal kerja kotor (Gross Working Capital)
3. B. Konsep Modal Kerja
Pengertian modal kerja diatas masih umum, sehingga masih mengalami kesulitan untuk menetapkan elemen-
elemen modal kerja. Untuk memudahkan dalam menetapkan elemen-elemen modal kerja, dikenal tiga konsep
modal kerja yaitu:
1. Konsep Kuantitatif
Modal kerja menurut konsep kuantitatif adalah jumlah keseluruhan aktiva lancar yang disebut juga modal kerja
bruto (gross working capital). Umumnya elemen–elemen modal kerja kuantitatif meliputi kas, surat–surat
berharga (sekuritas), piutang dan persediaan .
2. Konsep Kualitatif
Pada konsep ini modal kerja dihubungkan dengan besarnya hutang lancar atau hutang yang segera harus
dilunasi. Sebagian aktiva lancar dipergunakan untuk melunasi hutang lancar seperti hutang dagang, hutang
wesel, hutang pajak, dan sebagian lagi benar-benar dipergunakan untuk membelanjai kegiatan operasi
perusahaan.
3. Konsep Fungsional
Konsep fungsional mendasarkan pada fungsi dana yang digunakan untuk memperoleh pendapatan. Setiap dana
yang di alokasikan pada berbagai aktiva dimaksudkan untuk memperoleh pendapatan (income), baik pendapatan
saat ini (current income) maupun pendapatan yang akan datang (future income). Konsep modal kerja fungsional
merupakan konsep mengenai modal yang digunakan untuk menghasilkan current income.
Untuk memperoleh gambaran ketiga konsep modal kerja tersebut dapat dilihat pada contoh berikut:
4. PT EAGLE
NERACA
Per 31 Des 2007 (Dalam Rp)
AKTIVA PASIVA
Aktiva Lancar
Kas dan Efek 20.000.000,-
Piutang Dagang 60.000.000,-
Persediaan 80.000.000,-
Total Aktiva Lancar 160.000.000,-
Aktiva Tetap
Mesin 70.000.000,-
Penyusutan Mesin (14.000.000,-)
Gedung 120.000.000,-
Penyusutan Gedung (24.000.000,-)
Total Aktiva Tetap 152.000.000,-
Hutang
Hutang Dagang 40.000.000,-
Hutang Wesel 25.000.000,-
Hutang Lainnya 35.000.000,-
Total Hutang 100.000.000,-
Modal sendiri ( MS)
Modal saham 200.000.000,-
Laba di tahan 12.000.000,-
Total Modal 212.000.000,-
TOTAL AKTIVA 321.000.000,- TOTAL PASIVA 321.000.000,-
5. Penyelesainnya :
1. Modal Kerja Kuantitatif
Kas dan Efek Rp 20.000.000,-
Piutang Dagang Rp 60.000.000,-
Persediaan Rp 80.000.000,-
Modal Kerja Bruto Rp 160.000.000,-
2. Modal Kerja Kualitatif
Total aktiva lancar Rp 160.000.000,-
Total hutang lancar (Rp 100.000.000,-)
Modal Kerja Neto Rp 60.000.000,-
KETERANGAN
1. Modal Kerja Kuantitatif diambil dari seluruh nilai-nilai Aktiva Lancar
2. Modal Kerja Kualitatif diambil dari selisih Total Aktiva Lancar dikurang Total Hutang Lancar
*Silahkan baca slide 3
6. Berdasarkan contoh di atas , apabila disertai dengan margin laba sebesar 25 % dan surat – surat berharga (efek – efek)
sebesar Rp 12. 000.000,- maka modal kerja fungsional adalah :
3. Modal Kerja Fungsional
a) Modal Kerja Rill :
Kas Rp 8.000.000,-
Piutang dagang ( 75% ) Rp 45.000.000,-
Persediaan Rp 80.000.000,-
Penyusutan mesin Rp 14.000.000,-
Penyusutan gedung Rp 24.000.000,-
Modal kerja Rill Rp 171.000.000,-
b) Modal Kerja Potensial :
Efek–efek Rp 12.000.000,-
Margin Laba Piutang (25 %) Rp 15.000.000,-
Modal Kerja Potensial Rp 27.000.000,-
Sedangkan yang termasuk bukan modal kerja dalam konsep fungsional adalah :
Mesin Rp 70.000.000,-
Gedung Rp 120.000.000,-
Bukan Modal Kerja Rp 190.000.000,-
KETERANGAN :
1. Nilai Kas dan Efek pada Neraca
dipecah , dimana Nilai Kas Menjadi
Rp 8.000.000 dan Efek Rp
12.000.000
*Dipecah Tergantung Permintaan Soal
2. Margin Laba Piutang diambil dari
Piutang Dagang senilai Rp
60.000.000
Pada keterangan soal margin laba dari
piutang diperkirakan sebesar 25%
sehingga ;
Rp 60.000.000 x 25% = Rp 15.000.000
Nilai Piutang Dagang = Rp 60.000.000-
Rp 15.000.000 = Rp 45.000.000
3. Penyusutan Mesin dan gedung
tergolong kedalam Modal Kerja Rill
karena, biaya penyusutan dialokasian
dari biaya perolehan atas aktiva
tersebut sebagai akibat dari
penggunaan dalam proses produksi
serta operasional perusahaan
7. C. Pentingnya Manajemen Modal Kerja
Ada beberapa alasan yang mendasari pentingnya manajemen modal kerja yaitu :
1. Akiva lancar dari perusahaan baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa memiliki jumlah
yang cukup besar di banding dengan jumlah aktiva secara keseluruhan.
2. Untuk perusahaan kecil, hutang jangka pendek merupakan sumber utama bagi pendanaan eksternal .
Perusahaan ini tidak memiliki akses pada pasar modal untuk pendanaan jangka panjangnya.
3. Manajer keuangan dan anggotanya perlu memberikan porsi waktu yang sesuai untuk pengelolaan
tentang hal-hal yang berkaitan dengan modal kerja
4. Keputusan modal kerja berdampak langsung terhadap tingkat resiko, laba dan harga saham perusahaan
5. Adanya hubungan langsung antara pertumbuhan penjualan dengan kebutuhan dana untuk membelanjai
aktiva lancar.
D. Jenis Modal Kerja
Menurut W.B Taylor menggolongkan modal kerja menjadi 2 jenis yaitu :
1. Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang tetap harus ada dalam perusahaan untuk
menjalankan kegiatan usaha . Modal kerja permanen terbagi atas 2 yaitu :
a. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital) yaitu modal kerja minimum yang harus ada untuk
menjamin kontinuitas kegiatan usaha .
b. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital) yaitu modal kerja yang di butuhkan untuk melakukan luas
produksi yang normal.
8. 2. Modal kerja variabel yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah–ubah sesuai dengan perubahan keadaan.
Modal kerja varaibel dapat di kelompokkan menjadi 3 yaitu :
a. Modal kerja musiman yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi musim
b. Modal kerja siklus yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi konjungtur
c. Modal kerja darurat yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah–ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak
diketahui sebelumnya
E. Kebijakan Modal Kerja
Ada tiga tipe kebijakan modal kerja yang kemungkinan digunakan oleh perusahaan yaitu :
1. Kebijakan Konservatif
Kebijakan modal kerja konservatif merupakan manajemen modal kerja yang dilakukan secara hati-hati. Pada
kebijakan konserfatif ini modal kerja permanen dan sebagian modal kerja variabel dibelanjai dengan sumber dana
jangka panjang, sedangkan sebagian modal kerja variabel lainya di belanjai dengan sumber dana jangka panjang.
2. Kebijakan Agresif
Pada kebijakan ini sebagian modal kerja permanen di belanjai dengan sumber dana jangka panjang, sedangkan
sebagian modal kerja permanen dan modal kerja variabel di belanjai dengan sumber dana jangka pendek
3. Kebijakan moderat
Pada kebijakan ini aktiva yang bersifat tetap dan modal kerja permanen di belanjai dengan sumber dana jangka
panjang, sedangkan modal kerja variabel di belanjai dengan sumber dana jangka pendek .
9. F. Menentukan Kebutuhan Modal Kerja
Besarnya modal kerja baik yang bersifat permanen maupun variabel perlu di tentukan dengan baik agar
efektif dan efisien.
Untuk menentukan kebutuhan modal kerja dapat di gunakan dua macam metode yaitu :
1. Metode Keterikatan Dana
Untuk menentukan kebutuhan modal kerja dengan metode ini maka perlu di ketahui dua faktor yang
mempengaruhinya yaitu:
a. Periode terikatnya modal kerja
b. Pengeluaran kas setiap hari
Periode terikatnya modal kerja merupakan waktu yang di perlukan mulai dari kas yang di tanamkan pada
komponen-komponen atau elemen-elemen modal kerja sampai menjadi kas kembali
Untuk perusahaan dagang periode terikatnya modal kerja dapat di gambarkan sbb :
Sedangkan periode terikatnya modal kerja perusahaan industri ( manufaktur ) di gambarkan sbb :
Kas 1 Barang Kas 2
Piutang
Kas 1
Kas 2
Piutang Dagang
Barang Jadi
Proses Produksi
Bahan baku
10. Contoh Kasus :
Suatu perusahaan perdagangan “THE EAGLE“ memiliki data tentang modal kerja sbb:
- Lamanya barang di simpan = 7 Hari
- Lamanya pengumpulan piutang = 13 Hari
Jumlah = 20 Hari
Rata–rata pengeluaran kas setiap hari :
- Pembelian barang dagang Rp 1.000.000,-
- Upah karyawan Rp 100.000,-
- Biaya adm dan umum Rp 10.000,-
- Biaya penjualan Rp 35.000,-
- Biaya lainya Rp 5.000,-
Jumlah Rp 1.150.000,-
Apabila ditetapkan jumlah kas minimal Rp 150.000,- maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan adalah :
= Periode Terikatnya Modal Kerja x Pengeluaran Kas Setiap Hari + Kas minimal
= 20 x Rp 1.150.000,- + Rp 150.000,- = Rp 23.150.000,-
Jadi modal kerja yang di butuhkan adalah sebesar Rp 23.150.000,-
KETERANGAN :
Baca slide 9, poin 1 Metode Keterikatan Dana
11. 2. Metode Perputaran Modal Kerja
Berdasarkan metode ini maka besarnya kebutuhan modal kerja di tentukan oleh perputaran dari
komponen – komponen modal kerja yaitu perputaran kas , perputaran piutang , perputaran persediaan.
Contoh Kasus :
Perusahaan “EAGLE“
Neraca
Per 31 Des 2007
( Dalam Ribuan Rupiah )
AKTIVA PASIVA
Kas Rp 462.500,-
Piutang Dagang Rp 1.925.000,-
Persediaan Rp 2.300.000,-
Aktiva Tetap Rp 10.437.500,-
Hutang Dagang Rp 1.375.000,-
Hutang Bank Rp 437.500,-
Hutang Wesel Rp 875.000,-
Hutang Jangka Panjang Rp 4.500.000,-
Modal Saham Rp 4.750.000,-
Laba di tahan Rp 3.187.500,-
Total Aktiva Rp 15.125.000,- Total Pasiva Rp 15.125.000,-
12. Perusahaan “EAGLE“
Laba/Rugi
Untuk Periode yang berakhir 31 Des 2007
(Dalam Ribuan Rupiah)
Penjualan Rp 60.000.000,-
Harga Pokok Penjualan (Rp 42.500.000,- )
Laba Bruto Rp 17.500.000,-
Biaya Operasi Rp (6.250.000,- )
Laba Sebelum Bunga dan Pajak Rp 11.250.000,-
Bunga Rp (3.750.000,-)
Laba Sebelum Pajak Rp 7.500.000,-
Pajak 30 % Rp (2.250.000,-)
Laba Bersih Setelah Pajak Rp 5.250.000,-
13. Dari laporan keuangan diatas dapat di hitung perputaran tiap elemennya :
1. Perputaran Kas = = = 130 kali
2. Perputaran Piutang = = = 31 Kali
3. Perputaran Persediaan = = = 18 kali
*Kas, piutang dan persediaan dihitung rata-ratanya, namun karena tidak ada data awal dan akhir,
maka besarnya kas, piutang, dan persediaan adalah data yang tercantum pada neraca. (tanpa
dicari rata-ratanya).
Penjualan
Kas
Rp 60.000.000
Rp 462.500
Penjualan
Piutang
Rp 60.000.000
Rp 1.925.000
Harga Pokok Penjualan
Persediaan
Rp 42.500.000
Rp 2.300.000
14. Setelah perputaran dari setiap elemen modal kerja di ketahui, selanjutnya dihitung periode
terikatnya elemen modal kerja, dan hasilnya dijumlahkna menjadi periode terikatnya modal
kerja (diasumsikan 1 tahun = 360 hari )
Periode terikatnya modal kerja adalah sebagai berikut :
Kas = 360/ 130 = 3 hari
Piutang = 360 / 31 = 12 hari
Persediaan = 360 / 18 = 20 hari
Jumlah = 35 hari
*Dengan demikian periode terikatnya modal kerja secara keseluruhan adalah 35 hari,
sehingga perputaran elemen modal kerja adalah 360/35 x 1 kali = 10 kali.
Apabila pada tahun 2007 perusahaan diperkirakan akan mampu menjual prodaknya
seharga Rp 75.000.000,- maka kebutuhan modal kerjanya adalah Rp 75.000.000 / 10
= Rp 7.500.000,-
15. TUGAS
1. Buat soal sendiri kemudian buat jawabannya, untuk materi :
1. Konsep Modal Kerja (Kuantitatif, Kualitatif dan Fungsional)
2. Menentukan Kebutuhan Modal Kerja (Metode Keterikatan Dana dan Metode
Perputaran Modal Kerja)
2. Dikumpulkan Minggu Depan di “Google Classroom”
3. “TIDAK BOLEH” Tugasnya Mirip Dengan Rekan-rekannya