Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Audit forensik merupakan kombinasi antara akuntansi, audit, dan kemampuan investigasi untuk mengungkap kejahatan keuangan melalui pengumpulan bukti. Audit forensik berbeda dari audit keuangan karena lebih bersifat investigatif dan mengandalkan intuisi. Proses audit forensik meliputi identifikasi masalah, pengumpulan bukti, dan penyusunan laporan hasil audit.
Pengendalian internal perusahaan bab 5 auditingAsep suryadi
1. PENGERTIAN PENGENDALIAN INTERN (ScoPE)
2. HUBUNGAN PENGENDALIAN INTERN DENGAN RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN EVALUASI ATAS
3 BAGAIMANA MELAKUKAN PEMAHAMAN DAN PENGENDALIAN INTERN
4. KETERBATASAN PENGENDALIAN INTERN ENTITAS
Teknik audit adalah cara-cara yang dipakai dalam mengaudit kewajaran laporan keuangan. Hasil dari penerapan teknik audit adalah bukti audit . Oleh karena itu ada penulis yang menggunakan istilah teknik audit dan jenis bukti audit dalam makna yang sama. Cakupan dari berbagai teknik audit dalam berbagai audit investigatif, seperti teknik-teknik yang diterapkan dalam kejahatan perpajakan dan kejahatan terorganisasi (organized crime), Follow the Money dalam fraud dan tindak pidana pencucian uang, teknik pembuktian hukum, computer forensics, dan lain sebagainya.
Ada tujuh teknik yang di rinci dalam bentuk kata kerja bahasa indonesia, dengan jenis bukti auditnya dalam kurung (kata benda bahasa inggris) yakni:
1.Memeriksa fisik (physical examination)
2.Meminta konfirmasi (confirmation)
3.Memeriksa dokumen (documentation)
4.Reviw analitikal (analytic review atau analitycal review)
5. Meminta informasi lisan atau dari audit (inquiries of the auditee)
6. Menghitung kembali (reperformance)
7. Mengamati (observation)
Pengendalian internal perusahaan bab 5 auditingAsep suryadi
1. PENGERTIAN PENGENDALIAN INTERN (ScoPE)
2. HUBUNGAN PENGENDALIAN INTERN DENGAN RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN EVALUASI ATAS
3 BAGAIMANA MELAKUKAN PEMAHAMAN DAN PENGENDALIAN INTERN
4. KETERBATASAN PENGENDALIAN INTERN ENTITAS
Teknik audit adalah cara-cara yang dipakai dalam mengaudit kewajaran laporan keuangan. Hasil dari penerapan teknik audit adalah bukti audit . Oleh karena itu ada penulis yang menggunakan istilah teknik audit dan jenis bukti audit dalam makna yang sama. Cakupan dari berbagai teknik audit dalam berbagai audit investigatif, seperti teknik-teknik yang diterapkan dalam kejahatan perpajakan dan kejahatan terorganisasi (organized crime), Follow the Money dalam fraud dan tindak pidana pencucian uang, teknik pembuktian hukum, computer forensics, dan lain sebagainya.
Ada tujuh teknik yang di rinci dalam bentuk kata kerja bahasa indonesia, dengan jenis bukti auditnya dalam kurung (kata benda bahasa inggris) yakni:
1.Memeriksa fisik (physical examination)
2.Meminta konfirmasi (confirmation)
3.Memeriksa dokumen (documentation)
4.Reviw analitikal (analytic review atau analitycal review)
5. Meminta informasi lisan atau dari audit (inquiries of the auditee)
6. Menghitung kembali (reperformance)
7. Mengamati (observation)
Davia et al. mengelompokan fraud dalam ketiga kelompok sebagai berikut:
a. Fraud yang sudah ada tuntunan hukum (prosecution), tanpa memperhatikan bagamana keputusan pengadian.
b. Fraud yang ditemukan, tapi belum ada tuntunan hukum.
c. Fraud yang belum ditemukan.
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja SubsidiMuhammad Rafi Kambara
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja Subsidi
Disusun oleh: Muhammad Rafi Kambara
Pengujian pengendalian merupakan pengujian terhadap kebijakan atau prosedur pengendalian internal instansi atas belanja subsidi untuk mendeteksi dan mencegah salah saji materil dalam suatu asersi laporan keuangan.
FOLLOW THE MONEY
Follow the money secara harfiah berarti mengikuti jejak-jejak yang ditinggalkan dalam suatu arus uang atau arus dana. Jejak-jejak ini akan membawa penyidik dan akuntan forensik ke arah pelaku fraud. Follow the money dilandasi gagasan yang sederhana namun teknik audit investigasi ini sangat ampuh. Ketentuan perundang-undangan yang mengatur seputar follow the money mengingatkan kita bahwa bukan kejahatan utamanya saja seperti korupsi, penyuapan, penyelundupan barang dan manusia, pencurian, prostitusi, terorisme, dan lain-lain yang merupakan tindak pidana, tetapi juga pencucian uangnya sendiri adalah tindak pidana.
Uang sangat likuid dan mudah mengalir. Hal tersebut menyebabkan follow the money mempunyai banyak peluang untuk digunakan dalam investigasi. Namun mata uang kejahatan atau currency crime bukanlah uang semata. Mengetahui currency crime akan membuka peluang baru untuk menerapkan teknik follow the money.
Davia et al. mengelompokan fraud dalam ketiga kelompok sebagai berikut:
a. Fraud yang sudah ada tuntunan hukum (prosecution), tanpa memperhatikan bagamana keputusan pengadian.
b. Fraud yang ditemukan, tapi belum ada tuntunan hukum.
c. Fraud yang belum ditemukan.
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja SubsidiMuhammad Rafi Kambara
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja Subsidi
Disusun oleh: Muhammad Rafi Kambara
Pengujian pengendalian merupakan pengujian terhadap kebijakan atau prosedur pengendalian internal instansi atas belanja subsidi untuk mendeteksi dan mencegah salah saji materil dalam suatu asersi laporan keuangan.
FOLLOW THE MONEY
Follow the money secara harfiah berarti mengikuti jejak-jejak yang ditinggalkan dalam suatu arus uang atau arus dana. Jejak-jejak ini akan membawa penyidik dan akuntan forensik ke arah pelaku fraud. Follow the money dilandasi gagasan yang sederhana namun teknik audit investigasi ini sangat ampuh. Ketentuan perundang-undangan yang mengatur seputar follow the money mengingatkan kita bahwa bukan kejahatan utamanya saja seperti korupsi, penyuapan, penyelundupan barang dan manusia, pencurian, prostitusi, terorisme, dan lain-lain yang merupakan tindak pidana, tetapi juga pencucian uangnya sendiri adalah tindak pidana.
Uang sangat likuid dan mudah mengalir. Hal tersebut menyebabkan follow the money mempunyai banyak peluang untuk digunakan dalam investigasi. Namun mata uang kejahatan atau currency crime bukanlah uang semata. Mengetahui currency crime akan membuka peluang baru untuk menerapkan teknik follow the money.
An introduction to Forensic Audit is given with its examination with legalities. Time and Reasons which contributes to Forensic Audit, types of Frauds and Constituents of Forensic Audit are also included. We have also examined a distinction between Financial and Forensic Audit. To make it more user-friendly we have prescribed, the manner in which the frauds are detected and how a Forensic Audit is being concluded.
Semua orang sukses, disadari atau tidak, pasti mempunyai sebuah sistim pikiran dengan tingkat kekuatan tertentu yang menggiring mereka ke sukses masing masing. Orang orang sukses mempunyai sistim kekuatan pikiran
yang berbeda dengan orang yang tidak sukses. Sistim kekuatan pikiran ini bisa mempengaruhi kehidupan orang tersebut, silahkan download ebooknya gratis kok
Atribut seorang Akuntan Forensik
Howard R. Davia dalam Tuanakotta (2010 : 99) memberi lima nasihat kepada seorang auditor pemula dalam melakukan investigasi terhadap fraud, yaitu
1. Menghindari pengumpulan fakta dan data yang berlebihan secara prematur. Identifikasi lebih dahulu siapa pelaku atau yang mempunyai potensi menjadi pelaku. Banyak auditor berkutat pada pengumpulan fakta dan temuan, tetapi tidak menjawab pertanyaan yang paling penting : Who did it ? Ada kalanya kebiasaan penyembunyian nama pelaku didorong oleh keinginan untuk “memperhalus” pengungkapan sesuatu yang kelihatannya kurang elok. Dalam bahasa Inggris, penghalusan ini disebut euphemism.
2. Fraud auditor harus mampu membuktikan “niat pelaku melakukan kecurangan”. Banyak kasus kecurangan kandas di sidang pengadilan karena penyidik dan saksi ahli (akuntan forensik) gagal membuktikan niat melakukan kejahatan atau pelanggaran. Menurut Davia, tujuan proses pengadilan adalah menilai orang, bukan mendengar celotehan yang berkepanjangan tentang kejahatannya.
3. Seorang auditor forensik harus kreatif, berpikir seperti pelaku fraud, jangan dapat ditebak. Dalam proses audit investagatif, keadaan dapat berubah dengan cepat, misalnya, bukti dan barang bukti disembunyikan atau dihancurkan atau pelaku bersembunyi atau melarikan diri. Dalam kondisi seperti tersebut auditor forensik harus berpikir kreatif dalam menggunakan prosedur, kombinasi prosedur atau alternatif prosedur untuk mengumpulkan bukti. Seorang auditor forensik harus dapat berpikir layaknya seorang pelaku fraud agar dapat mengantisipasi langkah-langkah yang akan diambil pelaku fraud jika mereka mengetahui bahwa tindakan mereka telah tercium atau terungkap. Seorang auditor forensik juga tidak gampang ditebak dalam melakukan proses audit investigatif, agar tidak dengan mudah dapat diantisipasi oleh pelaku fraud.
4. Auditor harus tahu bahwa banyak kecurangan dilakukan dengan persekongkolan. Ada dua macam persengkongkolan yaitu :
a. Persengkongkolan yang sifatnya sukarela, dan pesertanya memang mempunyai niat jahat. Davia menamakannya, ordinary conspiracy
b. Persengkongkolan dimana pesertanya tidak menyadari bahwa keluguannya dimanfaatkan oleh rekan kerjanya, contohnya memberikan password komputernya. Davia menamakannya pseudo-conspiracy.
First meeting of internal auditing explaining about materials. This consists of internal auditing goals and objectives. You will learn how to find internal auditing is part of important process in a business. especially for medium to big company. Proses audit internal pada prinsipnya merupakan serangkaian tahapan pelaksanaan audit yang dimulai sejak penerimaan penugasan sampai dengan terbitnya laporan hasil audit. Adapun tahapan-tahapan dari proses audit tersebut secara ringkas meliputi persiapan penugasan audit, survey audit pendahuluan, pelaksanaan pengujian, penyelesaian penugasan audit, pelaporan audit, pemantauan tindak lanjut.
1. Persiapan Penugasan Audit
Persiapan penugasan audit adalah proses awal yang dilaksanakan pada proses audit. Dalam tahap ini dimulai dengan penunjukan tim yang akan terlibat dalam suatu penugasan oleh Satuan Audit Internal. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar tim yang akan melaksanakan tugas di suatu unit mempunyai payung hukum yang kuat bahwa tim tersebut melaksanakan audit atas perintah dari atasa dan bukan karena kehendak pribadi.
2. Survey Audit Pendahuluan
Survey pendahuluan merupakan proses yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai risiko dari suatu unit yang akan diperiksa. Oleh karena itu survey pendahuluan di sini meliputi langkah-langkah analisis terhadap risiko mikro yang terkait dalam suatu unit yang akan diaudit.
Survey pendahuluan dapat dilakukan dengan sejumlah teknik audit. Penggunaan berbagai teknik audit tersebut dimaksudkan agar tercapai kombinasi optimal dari berbagai upaya untuk memperoleh dan menganalisis informasi yang relevan dengan penilaian risiko secara efisien dan efektif. Terdapat dua klasifikasi utama dari teknik-teknik audit pada tahap survey pendahuluan, yaitu yang berkaitan dengan langkah-langkah survey pendahuluan di kantor unit auditor internal (on desk/off site audit), dan di lokasi unit yang diaudit (on site audit).
3. Pelaksanaan Pengujian
Setelah melaksanakan survey pendahuluan, maka auditor dapat menentukan cakupan dan luas audit yang hendak dilaksanakan pengujiannya. Pada tahap survey pendahuluan auditor baru mengumpulkan informasi informasi awal tentang kondisi auditee. Pada tahap pelaksanaan pengujian ini auditor perlu mencari bukti yang akan menguatkan informasi yang diperoleh pada survey pendahuluan tersebut. Bukti audit yang cukup, kompeten, relevan dan catatan lainnya.
Bukti audit dapat menjadi bukti awal sebagai bukti hukum apabila bukti tersebut ditemukan secara cermat, akurat dan tepat yang terkait dengan temuan audit atau kesimpulan audit.
4. Penyelesaian Penugasan Audit
Penyelesaian penugasan audit ini merupakan tahapan terakhir dari proses pekerjaan lapangan. Dalam tahap ini auditor mematangkan berbagai temuan yang telah dirangkum selama proses pekerjaan lapangan. Di sini auditor memperoleh keyakinan yang memadai bahwa temuan yang dirangkumnya telah dijalankan sesuai prosedur, obyektif dan independen.
Pada saat mengkonfirmasi temuan audit
1. MAKALAH
AUDIT FORENSIK
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah AUDITING II
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
LAVENIA TONDATUON C 301 10 033
DIYAH WIDYARTI C 301 10 035
MARDIYAH RIDWAN C 301 10 045
ANNASTRY WIDYAKUSUMA C 301 10 065
MARSELLA AYU M. C 301 10 067
HERALD CHRISTY NYAUA C 301 10 069
MARYA MARGARETH C 301 10 072
SANDY SYAHRIR C 301 10 075
WAHYU ISMAIL C 301 10 083
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
2. Kelompok 4 | Audit Forensik 1
BAB I
PENDAHULUAN
Akuntansi Forensik (Accounting Forensic) dan Audit Forensik (Forensic Auditing).
Bolgna dan Lindquist (2006) mendefinisikan akuntansi forensik sebagai aplikasi dari
keterampilan finansial dan investigatif mentalitas untuk memecahkan permasalahan dari isu-
isu, sesuai dengan konteks aturan dalam suatu upaya pembuktian. Menurut Grippo dan Ibex
(2003 dalam Singleton, 2006) mendefinisikan akuntansi forensik sebagai ilmu pengetahuan
yang berbeda dari audit tradisional tetapi bergabung dengan metode audit dan prosedurnya
untuk mengatasi permasalahan hukum. Sedangkan, menurut Kumalahadi dari Ikatan
Akuntan Indonesia (2009) akuntansi forensik merupakan perpaduan
antara accounting, auditing, dan kemampuan investigasi yang menghasilkan kekhususan
yang disebut forensic accounting. Keunikan dari akuntansi forensik ini sendiri adalah
metode ini memiliki kerangka berpikir yang berbeda dari audit laporan keuangan. Audit
laporan keuangan lebih berprosedur dan kurang efektif dalam mendeteksi kecurangan
sedangkan akuntansi forensik lebih efektif digunakan dalam mendeteksi kecurangan karena
dari prosesnya metode ini terkadang lebih mengandalkan intuisi dan deduktif.
Menurut Prof. Dr. Gunadi, Msc, Ak (2009), akuntansi bersifat konstruktif (bukti
akuntansi ditata menjadi laporan) sedangkan auditing bersifat analitis (menelusuri unsur
laporan kembali ke bukti dan mencari tahu ada tidaknya persuasian). Oleh karena itu,
muncul yang dinamakan audit forensik yaitu mengumpulkan bukti dan barang bukti untuk
mendukung penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan atau pembelaan. Harapannya agar
bukti dan barang bukti dapat diterima sebagai alat bukti oleh majelis hakim. Contoh bukti
yang dikumpulkan melalui audit forensik suatu kasus kejahatan keuangan adalah sebagai
berikut:
1. Aliran dana dari satu orang/ perusahaan/ lembaga ke orang/ perusahaan/
lembaga yang lain bisa terlihat sebagai transfer bank biasa tanpa unsur niat jahat dan
perbuatan melawan hukum.
2. Pemberian uang tunai (rupiah atau valas) bisa nampak sebagai transaksi
pinjam meminjam biasa atau bantuan.
3. Kelompok 4 | Audit Forensik 2
3. Bukti percakapan telepon yang dikumpulkan melalui penyadapan dapat
mengukuhkan keyakinan hakim bahwa aliran dana tersebut bukan semata-mata bantuan
atau pinjaman kepada teman.
4. Keterangan mengenai penghasilan yang belum dilaporkan, dapat menjadi
bukti tindak pidana perpajakan maupun korupsi. Auditor forensik melacak dari kekayaan,
penghasilan yang dilaporkan pada dua periode berturutan (SPT) dan pengakuan
pengeluaran (adanya pembayaran fiskal luar negeri, dsb).
Kemampuan audit forensik untuk mengungkap kejahatan keuangan melalui
pengumpulan bukti-bukti yang lebih bersifat rahasia memotivasi klien mempertimbangkan
menggunakan jasa seorang auditor forensik di samping seorang auditor laporan keuangan
dalam rangka mendeteksi kecurangan yang dapat mengakibatkan salah saji material dalam
laporan keuangannya apalagi bila perusahaan mengalami permasalahan hukum atau
menerima sinyal ketidakberesan dalam perusahaannya.
Akuntansi forensik ini sendiri mulai berkembang di Amerika semenjak terjadinya
kasus Enron dan munculnyaSarbanes Oxley (SARBOX). Belajar dari pengalaman tersebut,
Amerika tidak ingin kejahatan yang diakukan penjahat kerah putih (white collar
crime) dalam perusahaan terjadi lagi. Oleh karena itu, akuntansi forensik terus
dikembangkan Amerika untuk mendukung kinerja auditor dalam mengungkapkan
kecurangan yang bisa saja sewaktu-waktu dilakukan oleh penjahat kerah putih.
4. Kelompok 4 | Audit Forensik 3
BAB II
PEMBAHASAN
Audit Forensik terdiri dari dua kata, yaitu audit dan forensik. Audit adalah tindakan
untuk membandingkan kesesuaian antara kondisi dan kriteria. Sementara forensik adalah
segala hal yang bisa diperdebatkan di muka hukum / pengadilan.
Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), forensic accounting /
auditing merujuk kepada fraud examination. Dengan kata lain keduanya merupakan hal
yang sama, yaitu:
“Forensic accounting is the application of accounting, auditing, and investigative
skills to provide quantitative financial information about matters before the courts.”
Menurut D. Larry Crumbley, editor-in-chief dari Journal of Forensic Accounting
(JFA) “Akuntansi forensik adalah akuntansi yang akurat (cocok) untuk tujuan hukum.
Artinya, akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan,
atau dalam proses peninjauan judicial atau administratif”.
Dengan demikian, audit forensik bisa didefinisikan sebagai tindakan menganalisa
dan membandingkan antara kondisi di lapangan dengan kriteria, untuk menghasilkan
informasi atau bukti kuantitatif yang bisa digunakan di muka pengadilan.
Karena sifat dasar dari audit forensik yang berfungsi untuk memberikan bukti di
muka pengadilan, maka fungsi utama dari audit forensik adalah untuk melakukan audit
investigasi terhadap tindak kriminal dan untuk memberikan keterangan saksi ahli (litigation
support) di pengadilan.
Audit Forensik dapat bersifat proaktif maupun reaktif. Proaktif artinya audit forensik
digunakan untuk mendeteksi kemungkinan-kemungkinan risiko terjadinya fraud atau
kecurangan. Sementara itu, reaktif artinya audit akan dilakukan ketika ada indikasi (bukti)
awal terjadinya fraud. Audit tersebut akan menghasilkan “red flag” atau sinyal atas
ketidakberesan. Dalam hal ini, audit forensik yang lebih mendalam dan investigatif akan
dilakukan.
5. Kelompok 4 | Audit Forensik 4
Perbandingan antara Audit Forensik dengan Audit Tradisional (Keuangan)
Audit Tradisional Audit Forensik
Waktu Berulang Tidak berulang
Lingkup
Laporan Keuangan secara
umum
Spesifik
Hasil Opini
Membuktikan fraud
(kecurangan)
Hubungan Non-Adversarial
Adversarial (Perseteruan
hukum)
Metodologi Teknik Audit Eksaminasi
Standar Standar Audit
Standar Audit dan Hukum
Positif
Praduga Professional Scepticism Bukti awal
Perbedaan yang paling teknis antara Audit Forensik dan Audit Tradisional adalah
pada masalah metodologi. Dalam Audit Tradisional, mungkin dikenal ada beberapa teknik
audit yang digunakan. Teknik-teknik tersebut antara lain adalah prosedur analitis, analisa
dokumen, observasi fisik, konfirmasi, review, dan sebagainya. Namun, dalam Audit
Forensik, teknik yang digunakan sangatlah kompleks.
Teknik-teknik yang digunakan dalam audit forensik sudah menjurus secara spesifik
untuk menemukan adanya fraud. Teknik-teknik tersebut banyak yang bersifat mendeteksi
fraud secara lebih mendalam dan bahkan hingga ke level mencari tahu siapa pelaku fraud.
Oleh karena itu jangan heran bila teknik audit forensik mirip teknik yang digunakan detektif
untuk menemukan pelaku tindak kriminal. Teknik-teknik yang digunakan antara lain adalah
metode kekayaan bersih, penelusuran jejak uang / aset, deteksi pencucian uang, analisa
tanda tangan, analisa kamera tersembunyi (surveillance), wawancara mendalam, digital
forensic, dan sebagainya.
6. Kelompok 4 | Audit Forensik 5
Praktik Ilmu Audit Forensik
Penilaian risiko fraud
Penilaian risiko terjadinya fraud atau kecurangan adalah penggunaan ilmu audit forensik
yang paling luas. Dalam praktiknya, hal ini juga digunakan dalam perusahaan-perusahaan
swasta untuk menyusun sistem pengendalian intern yang memadai. Dengan dinilainya risiko
terjadinya fraud, maka perusahaan untuk selanjutnya bisa menyusun sistem yang bisa
menutup celah-celah yang memungkinkan terjadinya fraud tersebut.
Deteksi dan investigasi fraud
Dalam hal ini, audit forensik digunakan untuk mendeteksi dan membuktikan adanya fraud
dan mendeteksi pelakunya. Dengan demikian, pelaku bisa ditindak secara hukum yang
berlaku. Jenis-jenis fraud yang biasanya ditangani adalah korupsi, pencucian uang,
penghindaran pajak, illegal logging, dan sebagainya.
Deteksi kerugian keuangan
Audit forensik juga bisa digunakan untuk mendeteksi dan menghitung kerugian keuangan
negara yang disebabkan tindakan fraud.
Kesaksian ahli (Litigation Support)
Seorang auditor forensik bisa menjadi saksi ahli di pengadilan. Auditor Forensik yang
berperan sebagai saksi ahli bertugas memaparkan temuan-temuannya terkait kasus yang
dihadapi. Tentunya hal ini dilakukan setelah auditor menganalisa kasus dan data-data
pendukung untuk bisa memberikan penjelasan di muka pengadilan.
Uji Tuntas (Due diligence)
Uji tuntas atau Due diligence adalah istilah yang digunakan untuk penyelidikan guna
penilaian kinerja perusahaan atau seseorang , ataupun kinerja dari suatu kegiatan guna
memenuhi standar baku yang ditetapkan. Uji tuntas ini biasanya digunakan untuk menilai
kepatuhan terhadap hukum atau peraturan.
7. Kelompok 4 | Audit Forensik 6
Dalam praktik di Indonesia, audit forensik hanya dilakukan oleh auditor BPK,
BPKP, dan KPK (yang merupakan lembaga pemerintah) yang memiliki sertifikat CFE
(Certified Fraud Examiners). Sebab, hingga saat ini belum ada sertifikat legal untuk audit
forensik dalam lingkungan publik. Oleh karena itu, ilmu audit forensik dalam penerapannya
di Indonesia hanya digunakan untuk deteksi dan investigasi fraud, deteksi kerugian
keuangan, serta untuk menjadi saksi ahli di pengadilan. Sementara itu, penggunaan ilmu
audit forensik dalam mendeteksi risiko fraud dan uji tuntas dalam perusahaan swasta, belum
dipraktikan di Indonesia.
Penggunaan audit forensik oleh BPK maupun KPK ini ternyata terbukti memberi
hasil yang luar biasa positif. Terbukti banyaknya kasus korupsi yang terungkap oleh BPK
maupun KPK. Tentunya kita masih ingat kasus BLBI yang diungkap BPK. BPK mampu
mengungkap penyimpangan BLBI sebesar Rp84,8 Trilyun atau 59% dari total BLBI sebesar
Rp144,5 Trilyun. Temuan tersebut berimbas pada diadilinya beberapa mantan petinggi bank
swasta nasional. Selain itu juga ada audit investigatif dan forensik terhadap Bail out Bank
Century yang dilakukan BPK meskipun memberikan hasil yang kurang maksimal karena
faktor politis yang sedemikian kental dalam kasus tersebut.
8. Kelompok 4 | Audit Forensik 7
Gambaran Proses Audit Forensik
Identifikasi masalah
Dalam tahap ini, auditor melakukan pemahaman awal terhadap kasus yang hendak
diungkap. Pemahaman awal ini berguna untuk mempertajam analisa dan spesifikasi ruang
lingkup sehingga audit bisa dilakukan secara tepat sasaran.
Pembicaraan dengan klien
Dalam tahap ini, auditor akan melakukan pembahasan bersama klien terkait lingkup,
kriteria, metodologi audit, limitasi, jangka waktu, dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk
membangun kesepahaman antara auditor dan klien terhadap penugasan audit.
Pemeriksaan pendahuluan
Dalam tahap ini, auditor melakukan pengumpulan data awal dan menganalisanya. Hasil
pemeriksaan pendahulusan bisa dituangkan menggunakan matriks 5W + 2H (who, what,
where, when, why, how, and how much). Investigasi dilakukan apabila sudah terpenuhi
minimal 4W + 1H (who, what, where, when, and how much). Intinya, dalam proses ini
auditor akan menentukan apakah investigasi lebih lanjut diperlukan atau tidak.
Pengembangan rencana pemeriksaan
Dalam tahap ini, auditor akan menyusun dokumentasi kasus yang dihadapi, tujuan audit,
prosedur pelaksanaan audit, serta tugas setiap individu dalam tim. Setelah diadministrasikan,
maka akan dihasilkan konsep temuan. Konsep temuan ini kemudian akan dikomunikasikan
bersama tim audit serta klien.
Pemeriksaan lanjutan
Dalam tahap ini, auditor akan melakukan pengumpulan bukti serta melakukan analisa
atasnya. Dalam tahap ini lah audit sebenarnya dijalankan. Auditor akan menjalankan teknik-
teknik auditnya guna mengidentifikasi secara meyakinkan adanya fraud dan pelaku fraud
tersebut.
9. Kelompok 4 | Audit Forensik 8
Penyusunan Laporan
Pada tahap akhir ini, auditor melakukan penyusunan laporan hasil audit forensik. Dalam
laporan ini setidaknya ada 3 poin yang harus diungkapkan. Poin-poin tersebut antara lain
adalah:
1. Kondisi, yaitu kondisi yang benar-benar terjadi di lapangan.
2. Kriteria, yaitu standar yang menjadi patokan dalam pelaksanaan kegiatan. Oleh
karena itu, jika kondisi tidak sesuai dengan kriteria maka hal tersebut disebut sebagai
temuan.
3. Simpulan, yaitu berisi kesimpulan atas audit yang telah dilakukan. Biasanya
mencakup sebab fraud, kondisi fraud, serta penjelasan detail mengenai fraud
tersebut.
Pelaksanaan audit forensik
Proses pelaksanaan audit forensik, dalam banyak hal, sama dengan proses pelaksanaan audit,
tetapi dengan tambahan beberapa pertimbangan. Berikut ini adalah langkah-langkah audit
forensik secara umum dan singkat.
Langkah I : Menerima Tugas
Auditor forensik pertama kali harus mempertimbangkan apakah dirinya memiliki keahlian
dan pengalaman yang dibutuhkan untuk menerima pekerjaan tersebut. Investigasi forensik
bersifat khusus, dan pekerjaan tersebut memerlukan pengetahuan tentang investigasi fraud
dan pengetahuan tentang hukum secara luas dan mendalam. Para auditor juga harus
memperoleh bukti-bukti yang diperoleh secara aman. Auditor sebaiknya tidak memberikan
jasa audit umum dan investigasi forensik atas klien yang sama.
Langkah II : Perencanaan
Tim auditor harus berhati-hati dalam merencanakan pekerjaan audit forensik. Perencanaan
pekerjaan audit ini paling tidak harus mencakup hal-hal berikut :
1. Mengidentifikasi jenis fraud yang terjadi, seberapa lama fraud telah berlangsung, dan
bagaimana fraud telah dilakukan, siapa pelakunya dan juga termasuk
10. Kelompok 4 | Audit Forensik 9
mengkuntifikasi kerugian finansial yang diderita oleh klien dan mengumpulkan bukti
yang akan digunakan di pengadilan
2. Memberi saran untuk pencegahan terulangnya fraud
3. Mempertimbangkan cara terbaik mendapatkan bukti
4. Menggunakan teknik audit berbantuan computer, bila diperlukan
Langkah III : Mengumpulkan Bukti
Dalam rangka mengumpulkan bukti yang lengkap, auditor (investigator) harus memahami
jenis fraud dan bagaimana kecurangan tersebut telah dilakukan. Bukti-bukti yang
dikumpulkan harus memadai untuk membuktikan identitas pelakunya, mekanisme
pelaksanaan fraud, dan jumlah kerugian finansial yang diderita. Hal penting yang harus
dipikirkan adalah bahwa tim auditor memiliki keahlian di dalam mengumpulkan bukti yang
akan digunakan dalam kasus persidangan, dan menjaga rantai pengamanan bukti-bukti
hingga dikemukakan dalam persidangan.
Jika ada bukti yang belum dapat disimpulkan atau ada kejanggalan dalam rantai prosesnya,
maka bukti tersebut mungkin akan dimentahkan dalam persidangan, atau bahkan bisa
menjadi bukti yang melemahkan. Auditor juga harus diperingatkan bahwa kemungkinan
bukti-bukti akan diselewngkan, dirusak atau dihancurkan oleh tersangka.
Bukti dapat dikumpulkan dengan menggunakan berbagai taknik seperti :
1. Menguji pengendalian guna mendapatkan bukti adanya kelemahan
2. Menggunakan prosedur analisis untuk membndingkan tren dari waktu ke waktu atau
untuk memberikan gambaran tentang perbandingan antara satu segen bisnis dengan
segmen bisnis lainnya dengan menggunakan teknik-teknik audit berbantuan
komputer.
3. Teknik-teknik substantif seperti rekonsilisasi, kas opname, pemeriksaan fisik dan
penelaahan dokumen.
Tujuan akhir dari audit forensik adalah mendapatkan pengakuan dari pelaku fraud, bahwa
suatu fraud benar-benar telah terjadi. Untuk alasan ini, para investigator sebaiknya
menghindari konfrontasi dengan tersangka hingg mereka telah mengumpulkan bukti yang
memadai untuk mendukung suatu pengakuan.
11. Kelompok 4 | Audit Forensik 10
Langkah IV : Pelaporan
Klien akan mengharapkan bahwa laporan berisi temuan-temuan dari investigasi, termasuk
ringkasan bukti-bukti dan kesimpulan tentang jumlah kerugian sebagai akibat adanya fraud.
Laporan tersebut juga sebaiknya membahas bagaimana pelaku fraud merencanakan skema
pelaksanaan kecurangan, dan bagaimana pengendalian yang ada telah didobrak oleh pelaku
fraud. Selain itu, tim audit harus merekomendasi perbaikan atas sistem pengendalian
organisasi untuk mencegah terjadinya kejadian fraud serupa di masa yang akan datang.
Langkah V : Tuntutan Hukum (Court Proceedings)
Investigasi diatas mungkin akhirnya akan sampai pada tuntunan hukum terhadap terdakwa,
dan anggota tim investigasi mungkin akan terlibat dalam proses pengadilan. Bukti yang
dikumpulkan selama investigasi akan dikemukakan di dalam pengadilan, dan anggota tim
mungkin akan dipanggil ke sidang pengadilan untuk menjelaskan bukti yang telah mereka
kumpulkan dan menjelaskan bagaimana terdakwa didentifikasi. Sangat penting bahwa
anggota tim investigasi yang dipanggil ke depan pengadilan harus dapat menjelaskan bukti-
buktinya secara jelas dan profesional, dan menjelaskan secara sederhana masalah-masaalh
akuntansi yang begitu kompleks agar para non-akuntan yang ada dipersidangan dapat
memahami permasalahan dan implikasinya.
Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Auditor Forensik
Dalam rangka meningkatkan kinerja seorang auditor forensik dalam mengungkap
kecurangan yang ada diperlukan kompetensi-kompetensi khusus. Kompetensi yang dimiliki
seorang auditor forensik ini penting untuk meningkatkan keyakinan masyarakat akan sebuah
laporan keuangan yang andal dan relevan, terutama dari pihak-pihak yang
berkepentingan (stakeholder). Pihak-pihak yang berkepentingan yang dimaksud di sini
meliputi akademisi, akuntan forensik, dan ahli hukum.
Dalam sebuah literatur asing berjudul “Forensic Accounting”, diungkap mengenai
kompetensi-kompetensi khusus yang harus dimiliki oleh seorang auditor forensik meliputi:
1. Keterampilan auditing
2. Pengetahuan dan keterampilan menginvestigasi
3. Kriminologi yang secara khusus mempelajari psikologi kriminalitas.
4. Pengetahuan akuntansi secara umum
12. Kelompok 4 | Audit Forensik 11
5. Pengetahuan mengenai hukum
6. Pengetahuan dan keterampilan mengenai teknologi informasi (TI)
7. Keterampilan berkomunikasi
Ketujuh kompetensi tersebut diambil berdasarkan opini-opini dari pihak-pihak yang
berkepentingan. Selain itu, dari penelitian sebelumnya, ketujuh kompetensi dari berbagai
opini dari pihak yang berkepentingan tersebut telah diuji secara empiris oleh seorang peneliti
dari Amerika, James A. Digabrielle di Amerika. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa
terdapat perbedaan pandangan antara ketiga pihak yang berkepentingan tersebut, walaupun
tidak terlalu signifikan.
Dalam blog internet yang penulis temukan, terdapat sebuah pembahasan yang
menarik sehubungan dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang auditor forensik
menurut pandangan BPK dan Ahli hukum. Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang akuntan forensik menurut BPK dalam blog tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan mengumpulkan fakta-fakta dari berbagai saksi secara adil, tidak
memihak, sahih, akurat
2. Kemampuan melaporkan fakta secara lengkap
3. Memiliki pengetahuan dasar akuntansi dan audit yang kuat
4. Mengenal perilaku manusia
5. Pengetahuan tentang aspek yang mendorong terjadinya kecurangan
6. Pengetahuan tentang hukum dan peraturan
7. Pengetahuan tentang kriminologi dan viktimologi
8. Pemahaman tentang pengendalian internal
9. Kemampuan berpikir seperti pencuri (think like a theft)
Sedangkan menurut Kumalahadi dari IAI, sebagai auditor forensik harus memiliki
pengetahuan mengenaiaccounting, auditing, dan investigative skills ketika melakukan
investigasi. Hal yang penting menurut beliau hal yang penting adalah kemampuan untuk
menanggapi segera dan mengkomunikasikan informasi keuangan secara jelas dan ringkas di
sidang pengadilan. Selain itu, auditor forensik yang terpercaya harus memiliki karakteristik
psikologis seperti curiosity, persistence, creativity, discretion, organization,
confidencesound profesional judgement. Hal yang hampir sama juga diungkapkan oleh
Sudarmadji, Staff Ahli Akuntansi Forensik dari KAP Herry Susanto sekarang KAP Henry
Sugeng. Beliau berpendapat bahwa seorang auditor forensik harus memiliki kemampuan
13. Kelompok 4 | Audit Forensik 12
teknis, psikologis, dan integritas. Oleh karena itu, menurut beliau pengetahuan mengenai
psikologi audit diperlukan dalam pengungkapan kecurangan.
Ahli hukum berpandangan bahwa seorang auditor forensik yang terpenting adalah
harus mampu membantu merumuskan alternatif penyelesaian perkara dalam sengketa,
perumusan penghitungan ganti rugi dan upaya menghitung dampak pemutusan atau
pelanggaran kontrak.
Kemudian penulis juga menemukan sebuah blog yang meresensi isi buku yang
ditulis oleh seorang ahli forensik sekaligus seorang dosen di suatu universitas, M.
Tuanakotta. Dalam resensi tersebut dikatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang auditor forensik adalah:
1. Pengetahuan yang mendetail mengenai prosedur akuntansi, standar akuntansi, peraturan
perpajakan, perbankan, asuransi, dan praktek bisnis yang aktual
2. Memiliki karakteristik khusus yaitu pengetahuan yang luas, intuisi yang tajam sekaligus
rasa ingin tahu yang besar.
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan penulis didapatkan bahwa masing-masing
pihak yang berkepentingan dalam akuntansi forensik ini, memiliki pandangan yang berbeda
satu dengan yang lain mengenai kompetensi yang penting dimiliki oleh seorang auditor
forensik. Namun pada dasarnya, kompetensi yang harus dimiliki seorang auditor adalah
kompetensi-kompetensi khusus yang berbeda dengan kompetensi yang dimiliki auditor
laporan keuangan.
Audit Invetigatif Dan Forensik Audit
Pada dasarnya audit investigasi timbul karena adanya kebutuhan untuk memperoleh
bukti formal dalam kaitannya dengan pengungkapan kasus dibidang keuangan yang ada
hubungannya dengan asfek hukum.
Pengertian investigasi sendiri menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah pe
nyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta – fakta; melakukan peninjauan ,
percobaan, dan sebagainya dengan tujuan untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan –
pertanyaan ( tentang peristiwa , sifat, atau khasiat suatu zat, dan sebagainya ); penyelidikan.
14. Kelompok 4 | Audit Forensik 13
Secara garis besar audit investigasi mengandung 4 aspek
1. Permasalahan yang diperiksa
2. Criteria peraturan perundang- undangan dan ketentuan lain yang berlaku
3. Pengumpulan bukti sesuai ketentuan hukum
4. Pelaporan
Secara umum tidak ada perbedaan mendasar antara audit forensic dengan audit
investigasi , kecuali beberapa bagian yang dapat membedakan keduanya. Perbedaannya
adalah ,dasar kewenangan audit invetigasi ada pada organisasi / lembaga / unit audit,
misalnya audit internal, dewan komisaris / komite audit, atau ketentuan lain yang dapat
menjadi dasar pemeriksaan. Sedangkan dasar kewenangan pada audit forensic adalah
KUHAP, yakni jika penyidik menganggap perlu minta bantuan pendapat ahli ( dalam hal
ini auditor ). Misalnya untuk menghitung keruguan yang terjadi, menjadi saksi ahli dan
sebagainya.
Dengan demikian pada audit forensic , tanggung jawab ada pada individu
auditor yang bersangkutan ,yang dalam hal ini bertindak sebagai saksi ahli. Yang
dipahami disini bahwa peran auditor ialah sebagai saksi ahli ( yang melakukan
penyelidikan ) bukan penyidik yang mempunyai kewenangan untuk menyampaikan
tuntutan hukum.
Secara lebih rinci , perbedaan- perbedaan antara audit investigasi dengan audit
forensic dapat di lihat dari berbagai aspek sebagai berikut :
1. Tanggungjawab pelaksanaan
Tanggungjawab audit investigasi ada pada unit audit, sedangkan pada audit
forensic ada pada pribadi auditor.
2. Tujuan audit
Tujuan audit investigasi ialah menindaklanjuti indikasi / temuan kecurangan pada
audit sebelumnya,atau untuk membuktikan kebenaran brdasarkan pengaduan.
Sedangkan audit forensic bertujuan membantu penyidik dalam pencarian bukti
– bukti dalam suatu kegiatan hokum.
3. Prosedur dan teknik
15. Kelompok 4 | Audit Forensik 14
Prosedur dan teknik audit investigasi mengacu pada standar audit, sedangkan
audit forensic mengacu standar audit dan kewenangan penyidik .Dengan
demikian auditor dapat menggunakan prosedur / teknik audit yang lebih luas .
4. Perencanaan dan pelaksanaan
Dalam merencanakan / melaksanakan audit investigasi auditor menggunakan
skeptic profeionalisme dan azas praduga tak bersalah ( bahkan pendekatan
kemitraan ). Dalam audit forensic penyidik telah memperoleh bukti awal bahwa
tersangka telah melakukan perbuatan melawan hukum.
5. Tim pelaksana dan persyaratan Auditor
Tim audit investigasi sebaiknya adalah tim yang mengaudit sebelumnya,paling
tidak salah satu auditornya. Sedangkan dalam audit forensic auditor tersebut
akan menjadi saksi ahli di siding pengadilan .
6. Pelaporan
Laporan audit investigasi menetapkan siapa yang terlibat atau bertanggung
jawab, dan ditandatangani kepala unit audit ( satuan pengawas intern ). Dalam
laporan audit forensic auditor berkewajiban membuat menandatangani
keterangan ahli atas nama auditor.
Instrumen audit yang digunakan menurut Carl. Bonass ( seminar on Fraud and
Forensic Investigation , Arthur Andersen ,Januari,2001) meliputi inspeksi, observasi ,
inquiri, konfirmasi, wawancara, rekonsiliasi, penghitungan ulang, pemeriksaan ke –
authentikan , penelusuran, dan prosedur analisis. Analisis forensic yang dapat di
lakukan , antara lain :
Analisis bukti – bukti dokumen ( Analysis of documentation )
Analisis data / laporan computer ( Analysis of computer data / information )
Analisis bukti lisan (Analysis of oral evidence )
Analisis data catatan akuntansi (Analysis of financial records )
Identifikasi hal – hal tertentu atau anomaly – anomaly yang perlu dianalisis lebih
lanjut (Identification of discrepancies or anomalies in the evidence )
16. Kelompok 4 | Audit Forensik 15
Identifikasi pola hubungan antara kejadian / fakta / bukti ( Identification of
patterns and / or links of events, facts, evidence )
Penyiapan laporan hasil audit ( Preparation of reports of the findings )
Tanggungjawab Auditor Deteksi Fraud
Fraud auditing adalah merupakan proses audit yang memfokuskan pada
keanehan / keganjilan ( sesuatu yang nampaknya diluar kebiasaan kemudian menelusuri
dan mendalami transaksi untuk merekonstruksi bagaimana terjadinya dan apa yang
mengikuti transaksi tersebut. Dalam fraud audit proses untuk pengumpulan bukti audit
lebih focus pada apakah fraud memang terjadi dan jika maka audit mengarah pada
pengumpulan bukti – bukti untuk mengetahui dan membuktikan siapa – siapa pelakunya
( yang terlibat ) ,bagaimana fraud itu terjadi ( modus operandinya ), dimana fraud terjadi
, kapan terjadinya, hukum apa yang dilanggar, berapa kerugian yang diakibatkannya,
siapa yang di rugikan / di untungkan, dan hal -hal lain yang berkaitan dengan bukti –
bukti investigasi. Sebetulnya peran penting fraud auditor adalah preventing fraud
(mencegah ), detecting fraud ( mendeteksi ) , dan investigating fraud ( investigasi )
.Dalam perkembangannya investigasi menjadi cabang tersendiri.
17. Kelompok 4 | Audit Forensik 16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Akuntansi forensik sebagai aplikasi dari keterampilan finansial dan investigatif mentalitas
untuk memecahkan permasalahan dari isu-isu, sesuai dengan konteks aturan dalam suatu
upaya pembuktian.
Akuntansi bersifat konstruktif (bukti akuntansi ditata menjadi laporan) sedangkan auditing
bersifat analitis (menelusuri unsur laporan kembali ke bukti dan mencari tahu ada tidaknya
persuasian). Oleh karena itu, muncul yang dinamakan audit forensik yaitu mengumpulkan
bukti dan barang bukti untuk mendukung penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan atau
pembelaan. Harapannya agar bukti dan barang bukti dapat diterima sebagai alat bukti oleh
majelis hakim.
Perbedaan yang paling teknis antara Audit Forensik dan Audit Tradisional adalah
pada masalah metodologi. Dalam Audit Tradisional, mungkin dikenal ada beberapa teknik
audit yang digunakan. Teknik-teknik tersebut antara lain adalah prosedur analitis, analisa
dokumen, observasi fisik, konfirmasi, review, dan sebagainya. Namun, dalam Audit
Forensik, teknik yang digunakan sangatlah kompleks.
Pada dasarnya audit investigasi timbul karena adanya kebutuhan untuk memperoleh
bukti formal dalam kaitannya dengan pengungkapan kasus dibidang keuangan yang ada
hubungannya dengan asfek hukum.
B. SARAN
Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
18. Kelompok 4 | Audit Forensik 17
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com
www.wikipedia.com
http://nenygory.wordpress.com/2011/08/14/peran-auditor-forensik-dalam-memberantas-white-
collar-crime-di-indonesia/
http://blogs.itb.ac.id/ansyaku/2012/07/05/akuntansi-forensik-dan-audit-investigatif/
http://uziek.blogspot.com/2011/07/audit-forensik.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Forensic_accounting
http://id.wikipedia.org/wiki/Akuntansi_forensik
http://www.asosai.org/journal2001/forensic_auditing.htm
http://smallbusiness.chron.com/forensic-audit-vs-financial-audit-25409.html
(diakses tanggal 2 Desember 2012).