Teks tersebut membahas tentang pentingnya auditor memperoleh bukti yang tepat dan memadai selama proses audit. Auditor harus menentukan jenis bukti yang relevan dan dapat diandalkan, serta mengumpulkan bukti secara memadai sesuai dengan ukuran dan risiko akun yang diaudit untuk memberikan pendapat yang obyektif."
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai jenis bukti audit yang dapat digunakan oleh auditor dalam melakukan audit, termasuk pemeriksaan fisik, konfirmasi, dokumentasi, prosedur analitis, wawancara dengan klien, pelaksanaan ulang, dan observasi. Dokumen ini juga menjelaskan karakteristik bukti audit yang kompeten dan cukup serta hubungan antara teknik audit dengan jenis bukti yang dikumpulkan.
Dokumen tersebut membahas tentang bukti audit, termasuk definisi, jenis, karakteristik, sumber, dan prosedur pengumpulan bukti audit. Bukti audit meliputi informasi yang digunakan auditor untuk menyimpulkan laporan keuangan telah disajikan dengan wajar dan diperoleh dari berbagai sumber seperti sistem akuntansi, informasi eksternal, kualitas pengendalian internal, serta dilakukan berdasarkan prosedur tertentu seperti inspeksi,
Bukti audit merupakan informasi yang digunakan auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit sesuai dengan kriteria. Bukti dipengaruhi oleh prosedur audit, ukuran sampel, item yang dipilih, dan waktu pelaksanaan. Bukti harus tepat dan cukup untuk mendukung pendapat auditor. Jenis bukti meliputi pemeriksaan fisik, konfirmasi, inspeksi dokumen, wawancara, dan rekalkulasi. Dokumentasi audit berisi prosed
Dokumen tersebut membahas tentang bukti audit dan kertas kerja pemeriksaan. Bukti audit adalah informasi yang digunakan auditor untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan, sedangkan kertas kerja pemeriksaan adalah catatan yang dibuat auditor selama proses audit untuk mendukung pendapatnya. Dokumen ini juga membahas tentang pengertian, sifat, dan prosedur pengumpulan bukti audit serta pengertian dan tujuan pembuatan kertas
Audit lanjutan, yenny farlina yoris, yudhi herliansyah, the building blocks o...yenny yoris
1. Dokumen tersebut membahas pentingnya auditor memperoleh bukti yang tepat dan memadai selama proses audit laporan keuangan untuk mendukung pendapat yang diberikan.
2. Terdapat beberapa jenis bukti audit seperti bukti fisik, konfirmasi, dokumen, matematik, analitis, dan keterangan.
3. Kecukupan dan kesesuaian bukti dipengaruhi oleh faktor seperti materialitas, risiko audit, dan keterbatasan sum
Keputusan penting yang harus dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti audit yang tepat. Ada beberapa jenis keputusan bukti yang harus dikumpulkan oleh auditor, empat di antaranya yaitu prosedur audit yang akan digunakan, berapa ukuran sampel yang akan dipilih untuk prosedur tersebut, item-item mana yang akan dipilih dari populasi dan juga kapan akan melaksanakan prosedur tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai jenis bukti audit yang dapat digunakan oleh auditor dalam melakukan audit, termasuk pemeriksaan fisik, konfirmasi, dokumentasi, prosedur analitis, wawancara dengan klien, pelaksanaan ulang, dan observasi. Dokumen ini juga menjelaskan karakteristik bukti audit yang kompeten dan cukup serta hubungan antara teknik audit dengan jenis bukti yang dikumpulkan.
Dokumen tersebut membahas tentang bukti audit, termasuk definisi, jenis, karakteristik, sumber, dan prosedur pengumpulan bukti audit. Bukti audit meliputi informasi yang digunakan auditor untuk menyimpulkan laporan keuangan telah disajikan dengan wajar dan diperoleh dari berbagai sumber seperti sistem akuntansi, informasi eksternal, kualitas pengendalian internal, serta dilakukan berdasarkan prosedur tertentu seperti inspeksi,
Bukti audit merupakan informasi yang digunakan auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit sesuai dengan kriteria. Bukti dipengaruhi oleh prosedur audit, ukuran sampel, item yang dipilih, dan waktu pelaksanaan. Bukti harus tepat dan cukup untuk mendukung pendapat auditor. Jenis bukti meliputi pemeriksaan fisik, konfirmasi, inspeksi dokumen, wawancara, dan rekalkulasi. Dokumentasi audit berisi prosed
Dokumen tersebut membahas tentang bukti audit dan kertas kerja pemeriksaan. Bukti audit adalah informasi yang digunakan auditor untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan, sedangkan kertas kerja pemeriksaan adalah catatan yang dibuat auditor selama proses audit untuk mendukung pendapatnya. Dokumen ini juga membahas tentang pengertian, sifat, dan prosedur pengumpulan bukti audit serta pengertian dan tujuan pembuatan kertas
Audit lanjutan, yenny farlina yoris, yudhi herliansyah, the building blocks o...yenny yoris
1. Dokumen tersebut membahas pentingnya auditor memperoleh bukti yang tepat dan memadai selama proses audit laporan keuangan untuk mendukung pendapat yang diberikan.
2. Terdapat beberapa jenis bukti audit seperti bukti fisik, konfirmasi, dokumen, matematik, analitis, dan keterangan.
3. Kecukupan dan kesesuaian bukti dipengaruhi oleh faktor seperti materialitas, risiko audit, dan keterbatasan sum
Keputusan penting yang harus dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti audit yang tepat. Ada beberapa jenis keputusan bukti yang harus dikumpulkan oleh auditor, empat di antaranya yaitu prosedur audit yang akan digunakan, berapa ukuran sampel yang akan dipilih untuk prosedur tersebut, item-item mana yang akan dipilih dari populasi dan juga kapan akan melaksanakan prosedur tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang bukti audit, prosedur audit, dan temuan audit. Terdapat penjelasan mengenai pengertian bukti audit, jenis bukti audit, prosedur audit, dan hubungan antara bukti audit, prosedur audit, dan temuan audit.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang data, teknik, dan bukti audit yang meliputi definisi dan jenis-jenisnya, serta hubungan antara keputusan audit dengan persuasivitas bukti audit yang dipengaruhi oleh kecukupan dan kompetensi bukti.
Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditorrizal hadi
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas pengujian substantif piutang usaha dan penentuan risiko deteksi untuk pengujian rincian.
2. Pengujian substantif piutang usaha bertujuan untuk memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi dan membuktikan asersi keberadaan, kelengkapan, hak kepemilikan, dan penilaian piutang usaha.
3. Penentuan risiko deteksi mempertimbangkan f
Dokumen tersebut membahas langkah-langkah pengorganisasian dan perencanaan audit internal, meliputi pengembangan rencana organisasi dan piagam audit internal, perencanaan audit jangka panjang, persiapan kegiatan audit, pemberitahuan auditee, pengembangan program audit, pelaksanaan audit, dan pelaporan hasil audit. Langkah-langkah tersebut diperlukan untuk menjalankan proses audit internal secara efektif.
Dokumen tersebut membahas tentang jasa penjaminan, atestasi, dan audit yang merupakan jasa profesional independen untuk memperbaiki kualitas pengambilan keputusan. Dokumen tersebut juga menjelaskan proses audit serta berbagai standar yang harus diikuti oleh auditor dalam melaksanakan tugasnya."
Dokumen tersebut membahas metodologi merancang pengujian atas saldo piutang usaha dalam 3 tahap. Tahap I meliputi mengidentifikasi risiko bisnis dan pengendalian, menetapkan materialitas dan risiko inheren. Tahap II meliputi pengujian pengendalian dan transaksi. Tahap III meliputi prosedur analitis dan pengujian saldo piutang usaha, termasuk penggunaan konfirmasi piutang.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut membahas tentang audit internal, audit keuangan, dan audit operasi.
(2) Audit internal, keuangan, dan operasi memiliki tujuan, lingkup, dan proses yang berbeda-beda walaupun ada kesamaan metodologi.
(3) Dokumen tersebut menjelaskan standar-standar, proses, dan kriteria evaluasi yang berlaku untuk ketiga jenis audit tersebut.
Makalah ini membahas tentang materialitas dalam pengauditan, yaitu besarnya kesalahan dalam laporan keuangan yang dapat mempengaruhi keputusan pengguna laporan. Materialitas ditentukan berdasarkan ukuran dan sifat kesalahan, serta pengaruhnya terhadap laba. Auditor menetapkan tingkat materialitas untuk menentukan cakupan audit dan mengevaluasi hasil audit. Tingkat materialitas ditentukan pada perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
(Pert 4) bab 15 penyelesaian siklus penjualan dan penagihanIlham Sousuke
Dokumen tersebut menjelaskan metodologi pengujian audit atas saldo piutang usaha yang mencakup 6 tahapan yaitu: 1) mengidentifikasi risiko bisnis, 2) menetapkan materialitas dan risiko inheren, 3) menilai risiko pengendalian, 4) pengujian transaksi, 5) prosedur analitis, dan 6) pengujian saldo. Tahapan tersebut bertujuan untuk memenuhi 8 tujuan audit terkait saldo piutang usaha seperti keberadaan
Bukti audit adalah informasi yang digunakan auditor dalam menyimpulkan pendapat audit, termasuk catatan akuntansi dan informasi lain seperti dokumen, surat, dan pernyataan tertulis. Bukti audit terdiri atas data akuntansi dan informasi pendukung lainnya.
Bukti audit merupakan informasi yang digunakan auditor untuk menentukan kesesuaian informasi yang diaudit dengan kriteria. Terdapat beberapa jenis bukti seperti pengujian fisik, konfirmasi, dokumentasi, dan prosedur analitis. E-commerce mempengaruhi pengumpulan bukti audit karena semakin banyak bukti disajikan secara elektronik sehingga auditor harus mengevaluasi pengaruh informasi elektronik terhadap kemampuannya meng
Dokumen tersebut membahas tentang bukti audit, prosedur audit, dan temuan audit. Terdapat penjelasan mengenai pengertian bukti audit, jenis bukti audit, prosedur audit, dan hubungan antara bukti audit, prosedur audit, dan temuan audit.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang data, teknik, dan bukti audit yang meliputi definisi dan jenis-jenisnya, serta hubungan antara keputusan audit dengan persuasivitas bukti audit yang dipengaruhi oleh kecukupan dan kompetensi bukti.
Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditorrizal hadi
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas pengujian substantif piutang usaha dan penentuan risiko deteksi untuk pengujian rincian.
2. Pengujian substantif piutang usaha bertujuan untuk memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi dan membuktikan asersi keberadaan, kelengkapan, hak kepemilikan, dan penilaian piutang usaha.
3. Penentuan risiko deteksi mempertimbangkan f
Dokumen tersebut membahas langkah-langkah pengorganisasian dan perencanaan audit internal, meliputi pengembangan rencana organisasi dan piagam audit internal, perencanaan audit jangka panjang, persiapan kegiatan audit, pemberitahuan auditee, pengembangan program audit, pelaksanaan audit, dan pelaporan hasil audit. Langkah-langkah tersebut diperlukan untuk menjalankan proses audit internal secara efektif.
Dokumen tersebut membahas tentang jasa penjaminan, atestasi, dan audit yang merupakan jasa profesional independen untuk memperbaiki kualitas pengambilan keputusan. Dokumen tersebut juga menjelaskan proses audit serta berbagai standar yang harus diikuti oleh auditor dalam melaksanakan tugasnya."
Dokumen tersebut membahas metodologi merancang pengujian atas saldo piutang usaha dalam 3 tahap. Tahap I meliputi mengidentifikasi risiko bisnis dan pengendalian, menetapkan materialitas dan risiko inheren. Tahap II meliputi pengujian pengendalian dan transaksi. Tahap III meliputi prosedur analitis dan pengujian saldo piutang usaha, termasuk penggunaan konfirmasi piutang.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut membahas tentang audit internal, audit keuangan, dan audit operasi.
(2) Audit internal, keuangan, dan operasi memiliki tujuan, lingkup, dan proses yang berbeda-beda walaupun ada kesamaan metodologi.
(3) Dokumen tersebut menjelaskan standar-standar, proses, dan kriteria evaluasi yang berlaku untuk ketiga jenis audit tersebut.
Makalah ini membahas tentang materialitas dalam pengauditan, yaitu besarnya kesalahan dalam laporan keuangan yang dapat mempengaruhi keputusan pengguna laporan. Materialitas ditentukan berdasarkan ukuran dan sifat kesalahan, serta pengaruhnya terhadap laba. Auditor menetapkan tingkat materialitas untuk menentukan cakupan audit dan mengevaluasi hasil audit. Tingkat materialitas ditentukan pada perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
(Pert 4) bab 15 penyelesaian siklus penjualan dan penagihanIlham Sousuke
Dokumen tersebut menjelaskan metodologi pengujian audit atas saldo piutang usaha yang mencakup 6 tahapan yaitu: 1) mengidentifikasi risiko bisnis, 2) menetapkan materialitas dan risiko inheren, 3) menilai risiko pengendalian, 4) pengujian transaksi, 5) prosedur analitis, dan 6) pengujian saldo. Tahapan tersebut bertujuan untuk memenuhi 8 tujuan audit terkait saldo piutang usaha seperti keberadaan
Bukti audit adalah informasi yang digunakan auditor dalam menyimpulkan pendapat audit, termasuk catatan akuntansi dan informasi lain seperti dokumen, surat, dan pernyataan tertulis. Bukti audit terdiri atas data akuntansi dan informasi pendukung lainnya.
Bukti audit merupakan informasi yang digunakan auditor untuk menentukan kesesuaian informasi yang diaudit dengan kriteria. Terdapat beberapa jenis bukti seperti pengujian fisik, konfirmasi, dokumentasi, dan prosedur analitis. E-commerce mempengaruhi pengumpulan bukti audit karena semakin banyak bukti disajikan secara elektronik sehingga auditor harus mengevaluasi pengaruh informasi elektronik terhadap kemampuannya meng
Bukti audit mendukung laporan keuangan dan terdiri dari data akuntansi dan informasi penguat. Bukti audit berupa catatan akuntansi, jurnal, buku besar, dan informasi analisis yang dikumpulkan auditor melalui inspeksi, pengamatan, dan konfirmasi. Auditor menentukan prosedur audit untuk mengumpulkan bukti.
Makalah auditing i (sasaran, tujuan, dan bukti audit) kel. 3Jiantari Marthen
Makalah ini membahas tentang sasaran audit, bukti audit, dan kertas kerja audit. Sasaran audit terkait dengan tujuan spesifik untuk setiap akun laporan keuangan guna memperoleh bukti audit yang memadai. Bukti audit terdiri atas data akuntansi dan informasi pendukung lainnya. Kertas kerja berisi catatan hasil pemeriksaan auditor untuk mendukung pendapatnya.
Forensic Auditing _Training "FRAUD & INVESTIGATIVE AUDITING".Kanaidi ken
Dokumen tersebut membahas tentang aksioma dalam forensic auditing, akuntansi forensic, teknik audit forensik, pembuktian dan kesaksian, laporan hasil audit, serta peran akuntan forensic dalam keberhasilan forensic auditing."
Bukti audit dan kertas kerja audit_pertemuan 7.pptxRiaMennita
Dokumen tersebut membahas tentang bukti audit dan kertas kerja audit. Bukti audit adalah informasi yang digunakan auditor untuk menentukan apakah laporan keuangan sesuai dengan standar. Bukti berasal dari catatan akuntansi, informasi lain, prosedur audit, dan dievaluasi oleh auditor. Kertas kerja berisi dokumen pelaksanaan audit dan bermanfaat untuk perencanaan, koordinasi, kontrol, bukti, dan pendukung kesimpulan audit.
Auditor harus memperoleh bukti yang cukup dan tepat selama proses audit untuk menyimpulkan pendapatnya. Bukti diperoleh melalui prosedur seperti inspeksi, observasi, konfirmasi, penghitungan kembali, pelaksanaan ulang, prosedur analitis, dan kombinasi prosedur. Prosedur khusus untuk memperoleh bukti terkait penyajian dan pengungkapan meliputi pengujian kewajiban kontinjensi, peristiwa setelah
Dokumen tersebut membahas perbedaan antara uji pengendalian dan uji substantif dalam audit. Uji pengendalian bertujuan untuk menilai pengendalian internal sedangkan uji substantif bertujuan untuk memberikan keyakinan atas laporan keuangan. Hubungan antara keduanya tergantung pada penilaian risiko pengendalian, semakin kuat pengendalian maka uji substantif yang dibutuhkan akan berkurang.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang teori dan sistem pelaksanaan audit sektor publik, meliputi pengertian pelaksanaan audit, indikator pelaksanaan audit yang baik, struktur pengendalian internal, sifat-sifat pengujian audit, bukti audit, terminologi pengujian, sistem pelaksanaan audit sektor publik yang mencakup pengumpulan data, analisis data, siklus pelaksanaan audit yang terdiri atas pengujian
Similar to Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Yudhi Herliansyah, The Building Blocks Of Auditing, Universitas Mercu Buana, 2017 (20)
13. SI-PI, Sandy Setiawan, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Mendukung Buku Bes...Sandy Setiawan
13. SI-PI, Sandy Setiawan, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Mendukung Buku Besar dan Siklus Pelaporan Serta Mengidentifikasi Major Threat, Universitas Mercu Buana, 2017
14. SI-PI, Sandy Setiawan, Hapzi Ali, Internal Control Over Financial Reporti...Sandy Setiawan
Teks tersebut membahas tentang Internal Control Over Financial Reporting (ICOFR) dan implementasinya pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. ICOFR dirancang menggunakan kerangka COSO dan menerapkan pengendalian pada tingkat entitas dan transaksi serta teknologi informasi. PT Telkom melaksanakan delapan siklus desain ICOFR untuk memastikan laporan keuangan yang handal.
13. SI-PI, Sandy Setiawan, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Mendukung Buku Bes...Sandy Setiawan
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut membahas tentang siklus proses bisnis yang mendukung buku besar (general ledger) dan siklus pelaporan perusahaan, termasuk identifikasi ancaman utama dan evaluasi pengendalian internalnya.
(2) Dokumen tersebut juga menjelaskan tahapan-tahapan dalam siklus buku besar dan pelaporan perusahaan mulai dari pembaruan buku besar, posting jurnal penyesuaian
12. SI-PI, Sandy Setiawan, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Review Atas Proses...Sandy Setiawan
Teks tersebut membahas sistem informasi dan pengendalian internal perusahaan manufaktur. Secara khusus, teks tersebut menjelaskan tentang identifikasi ancaman utama (threats) dalam aktivitas bisnis untuk pengendalian internal, seperti tindakan yang disengaja oleh karyawan, dan implementasi pengendalian seperti pemisahan tugas dan otorisasi transaksi.
11. SI-PI, Sandy Setiawan, Hapzi Ali, Sistem Informasi dan Pengendalian Inter...Sandy Setiawan
Dokumen tersebut membahas tentang sistem informasi dan pengendalian internal perusahaan. Ringkasannya adalah bahwa dokumen tersebut menjelaskan tiga aspek utama sistem pengendalian internal yaitu pengendalian preventif, detektif, dan korektif; integritas dan keandalan pemrosesan data; serta otorisasi dan kontrol akses ke sumber daya sistem informasi perusahaan.
Dokumen tersebut membahas tentang database relasional dan manajemen sistem basis data. Secara ringkas, database relasional menyimpan data dalam bentuk tabel-tabel yang saling berhubungan, sedangkan sistem manajemen basis data (DBMS) digunakan untuk mengelola database tersebut dan menjalankan operasi-operasi data.
5. SI-PI, Sandy Setiawan, Hapzi Ali, Infrastruktur TI dan Teknologi Baru, Uni...Sandy Setiawan
Dokumen tersebut membahas tiga alternatif pengembangan sistem informasi yaitu in-sourcing, co-sourcing, dan out-sourcing beserta kelebihan dan kekurangannya. Keputusan penggunaan masing-masing alternatif tergantung pada sumber daya, dana, dan kompleksitas sistem yang dibutuhkan organisasi.
3. SI-PI, Sandy Setiawan, Hapzi Ali, Sistem Informasi, Organisasi dan Strateg...Sandy Setiawan
1. Dokumen tersebut membahas tentang implementasi sistem informasi Oracle yang digunakan perusahaan untuk mendukung aktivitas operasional dan administrasi perpajakan secara efisien dan efektif. Sistem informasi terintegrasi memungkinkan pembuatan faktur pajak dan bukti pemotongan pajak dalam waktu singkat.
Sistem Pengendalian Internal Dalam Penerbitan Faktur Pajak Di PT Lippo Karawaci Tbk
PT Lippo Karawaci Tbk menerapkan sistem LK Tax System untuk mengolah data penjualan dan menerbitkan faktur pajak secara elektronik ke sistem e-Faktur secara efektif dan efisien serta meminimalkan kesalahan. LK Tax System dapat menciptakan efektivitas dan efisiensi dalam proses penerbitan faktur pajak bagi PT
SI-PI, Sandy Setiawan, Hapzi Ali, Internal Control Over Financial Reporting, ...Sandy Setiawan
Teks tersebut membahas tentang Internal Control Over Financial Reporting (ICOFR) dan implementasinya pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. ICOFR dirancang menggunakan kerangka COSO dan menerapkan pengendalian pada tingkat entitas dan transaksi serta teknologi informasi. PT Telkom merancang delapan siklus ICOFR berdasarkan 114 proses bisnis untuk memastikan laporan keuangan yang andal.
SI-PI, Sandy Setiawan, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Mendukung Buku Besar d...Sandy Setiawan
SI-PI, Sandy Setiawan, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Mendukung Buku Besar dan Siklus Pelaporan Serta Mengidentifikasi Major Threat, Universitas Mercubuana, 2017
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Yudhi Herliansyah, The Building Blocks Of Auditing, Universitas Mercu Buana, 2017
1. QUIZ - PENGAUDITAN LANJUTAN
DOSEN : DR. YUDHI HERLIANSYAH, AK,M.SI,CA,CSRA,CPAI
TENTANG
THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING
OLEH :
SANDY SETIAWAN
55516120017
MAGISTER AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA (S2)
UNIVERSITAS MERCUBUANA
JAKARTA
2017
2. Pertanyaan :
Jelaskan mengapa auditor harus memperoleh bukti yang tepat dan memadai ! dan
Jelaskan bagaimana bukti yang tepat diperoleh selama audit berlangsung !
Jawab :
Menurut Arrens dan Loebbecke (2003), “Bukti Audit adalah setiap informasi yang
digunakan oleh auditor dalam menentukan kesesuian informasi yang sedang diaudit dengan
kriteria yang ditetapkan.” Bukti audit merupakan semua media informasi yang digunakan
oleh auditor untuk mendukung argumentasi, pendapat atau simpulan dan rekomendasinya
dalam meyakinkan tingkat kesesuaian antara kondisi dengan kriterianya. Tidak semua
informasi bermanfaat bagi audit, karena itu informasi harus dipilih. Pedoman pemilihan
informasi yang akan digunakan sebagai bukti audit adalah bahwa informasi tersebut harus
andal sehingga mampu meyakinkan pihak lain.
Bukti audit didasarkan pada Standar pekerjaan lapangan ketiga yang berbunyi:
"Auditor harus memperoleh cukup bukti yang tepat dengan melakukan prosedur
audit agar memiliki dasar yang layak untuk memberikan pendapat menyangkut
laporan keuangan yang diaudit".
Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka
memberikan pendapat atas laporan keuangan terdiri dari usaha untuk mendapatkan dan
mengevaluasi bukti audit. Ukuran keabsahan (validity) bukti tersebut untuk tujuan audit
tergantung pada pertimbangan auditor independen; dalam hal ini bukti audit (audit evidence)
berbeda dengan bukti hukum (legal evidence) yang diatur secara tegas oleh peraturan yang
ketat. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh
auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan.
Relevansi, objektivitas, ketepatan waktu, dan keberadaan bukti lain yang menguatkan
kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi bukti. Oleh sebab itu auditor harus
memperoleh bukti audit yang tepat dan memadai, karena bukti audit yang memadai
berimplikasi terhadap opini yang diterbitkan auditor.
Dalam pelaksanaan auditing, manajemen (klien) tidak boleh membatasi ruang lingkup audit.
Jika auditor tidak berhasil mengumpulkan bukti-bukti audit yang mencukupi untuk
mempertimbangkan apakah laporan keuangan yang diperiksanya disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang diterima umum (PABU) di Indonesia berarti bahwa ruang lingkup
auditnya terbatas. Contoh pembatasan oleh klien adalah auditor tidak diperbolehkan
3. melakukan konfirmasi utang piutang, atau tidak diperbolehkan memeriksa aset-aset tertentu
yang dimiliki oleh klien. Dengan adanya pembatasan ruang lingkup audit yang signifikan,
memungkinkan auditor untuk menerbitkan “Disclaimer Opinion” terhadap laporan keuangan
yang diauditnya. Karena auditor tidak memiliki kecukupan bukti audit yang memadai dalam
melaksanakan auditing. Bukti audit yang tidak memadai (dalam hal ini terjadi pembatasan
ruang lingkup audit), tidak dapat memberikan dasar yang memadai bagi auditor untuk
menyatakan pendapat.
Keputusan penting yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan jumlah
bukti audit yang tepat, yang diperlukan untuk memenuhi keyakinan bahwa komponen
laporan keuangan klien dan keseluruhan laporan telah disajikan secara wajar, dan bahwa
klien menyelenggarakan pengendalian internal yang efektif atas laporan keuangan.
Ada empat keputusan mengenai bukti apa yang harus dikumpulkan dan berapa
banyak, yaitu:
1. Prosedur audit yang akan digunakan.
2. Berapa ukuran sampel yang akan dipilih untuk prosedur tersebut;
3. Item-item mana yang akan dipilih dari populasi;
4. Kapan melaksanakan prosedur tersebut.
Dua penentu persuasivitas bukti audit adalah ketepatan dan kecukupan bukti, yang
langsung diambil dari standar pekerjaan lapangan.
1. Ketepatan Bukti.
Ketepatan bukti adalah ukuran mutu bukti yang berarti relevansi dan reliabilitasnya
memenuhi tujuan audit untuk kelas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan yang
berkaitan. Jika suatu bukti dianggap sangat tepat, hal itu akan sangat membantu dalam
meyankinkan auditor bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar.
a. Relevansi Bukti.
Bukti audit harus berkaitan dengan tujuan audit yang akan diuji oleh auditor sebelum
bukti tersebut dianggap tepat. Sebagai contoh, anggaplah auditor prihatin bahwa klien
belum menagih pelanggan atas barang yang dikirim (tujuan transaksi kelengkapan).
Jika auditor memilih suatu sampel dari salinan faktur penjualan dan menelusuri setiap
salinan tersebut ke dokumen pengiriman terkait, bukti tersebut tidak relevan dengan
tujuan kelengkapan dan dengan demikian bukan merupakan bukti yang tepat untuk
tujuan tersebut. Prosedur yang relevan adalah menelusuri sampel dokumen pengiriman
4. ke salinan faktur penjualan terkait untuk menentukan apakah setiap pengiriman barang
tersebut telah ditagihkan.
b. Reliabilitas Bukti.
Reliabilitas bukti mengacu pada tingkat dimana bukti tersebut dianggap dapat
dipercaya atau layak dipercaya. Reliabilitas tergantung pada enam karakteristik bukti
yang dapat diandalkan berikut:
1. Independensi penyedia bukti.
Bukti yang diperoleh dari sumber luar entitas lebih dapat diandalkan daripada yang
diperoleh dari dalam entitas. Komunikasi dari bank, pengacara, atau para pelanggan
umumnya lebih dapat diandalkan daripada jawaban yang diperoleh dari wawancara
dengan klien.
2. Efektivitas pengendalian internal klien.
Jika pengendalian internal klien efektif, bukti audit yang diperoleh lebih dapat
diandalkan.
3. Pengetahuan langsung auditor.
Bukti audit yang diperoleh langsung oleh auditor melalui pEmeriksaan fisik,
observasi, penghitungan ulang dan inspeksi akan lebih dapat diandalkan daripada
informasi yang diperoleh secara tidak langsung.
4. Kualifikasi individu yang menyediakan informasi.
Meskipun sumber informasi bersifat independen, bukti audit tidak akan dapat
diandalkan kecuali individu yang menyediakan informasi tersebut memenuhi
kualifikasi untuk itu. Karena itu, komunikasi dengan pengacara dan konfirmasi
bank umumnya lebih bernilai daripada konfirmasi piutang usaha dari orang-orang
yang kurang memahami dunia bisnis.
5. Tingkat objektivitas.
Bukti yang objektif lebih dapat diandalkan daripada bukti yang memerlukan
pertimbangan tertentu untuk menentukan apakah bukti tersebut benar. Contoh
bukti yang objektif meliputi konfirmasi piutang usaha dan saldo bank, perhitungan
fisik sekuritas dan kas, serta perhitungan saldo utang usaha untuk menentukan
apakah data tersebut sesuai dengan saldo yang ada pada buku besar.
6. Ketepatan waktu.
Ketepatan waktu audit dapat merujuk pada kapan bukti itu dikumpulkan maupun
pada periode yang tercakup oleh audit itu. Bukti ini biasanya lebih dapat diandalkan
untuk akun-akun neraca apabila diperoleh sedekat mungkin dengan tanggal neraca.
5. Untuk akun-akun laporan laba rugi, bukti yang diperoleh akan lebih dapat diandalkan
jika sampel dari keseluruhan periode yang diaudit, seperti sampel acak transaksi
penjualan dari setahun penuh, bukan hanya dari sebagian periode, seperti sampel yang
terbatas pada 6 bulan pertama saja.
2. Kecukupan Bukti Audit
Hal ini berkaitan dengan kuantitas bukti yang harus dikumpulkan oleh auditor. Faktor
yang mempengaruhi pertimbangan auditor dalam menentukan cukup atau tidaknya bukti
audit adalah:
a. Materialitas dan Resiko Akun yang saldonya besar dalam laporan keuangan
diperlukan jumlah bukti audit yang lebih banyak bila dibandingkan dengan akun yang
bersaldo tidak material. Untuk akun yang mempunyai kemungkinan tinggi untuk
disajikan salah dalam laporan keuangan, jumlah bukti audit yang dikumpulkan oleh
auditor umumnya lebih banyak bila dibandingkan dengan akun yang memilliki
kemungkinan kecil salah saji.
b. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi melihat dari segi waktu dan biaya. Jika dalam memeriksa jumlah bukti
yang lebih sedikit dapat diperoleh keyakinan yang sama tingginya dengan pemeriksaan
terhadap keseluruhan bukti, auditor memilih untuk memeriksa jumlah bukti yang lebih
sedikit.
c. Ukuran dan karakteristik populasi.
Ukuran populasi ditentukan banyaknya item dalam populasi. Semakin besar populasi
semakin banyak bukti yang diperlukan. Karakteristik populasi ditentukan oleh
homogenitas anggota populasi. Jika homogen, jumlah bukti audit yang dipilih lebih
kecil dibandingkan dengan populasi yang heterogen.
Dalam memutuskan prosedur-prosedur audit manakah yang akan digunakan, auditor
dapat memilihnya dari ketujuh kategori umum bukti audit. Menurut Arens dan
Loebbecke (2003) kategori-kategori ini, dikenal sebagai jenis-jenis bukti yaitu sebagai
berikut:
1. Pengujian Fisik (Physical Examination)
Pengujian fisik adalah inspeksi atau perhitungan yang dilakukan oleh auditor
atas aktiva yang berwujud (tangible asset). Jenis bukti ini sering berkaitan dengan
persediaan dan kas, tetapi dapat pula diterapkan untuk berbagai verifikasi atas surat
6. berharga, surat piutang, serta aktiva tetap yang berwujud. Perbedaan antara pengujian
fisik atas aktiva, seperti surat berharga yang diperdagangkan dan kas, serta pengujian
atas berbagai dokumen, seperti cek-cek yang dibatalkan dan berbagai dokumen
penjualan, sangatlah penting bagi berbagai tujuan audit. Jika obyek yang diuji,
seperti selembar faktur penjualan umpamanya, tidak memiliki nilai inheren, maka
bukti audit itu disebut sebagai dokumentasi.
2. Konfirmasi (Confirmation)
Konfirmasi menggambarkan penerimaan tanggapan baik secara tertulis maupun lisan
dari pihak ketiga yang independen yang memverifikasikan keakuratan informasi
sebagaimana yang diminta oleh auditor. Permintaan ini ditujukan bagi klien, dan klien
meminta pihak ketiga yang independen untuk memberikan tanggapannya secara
langsung kepada auditor. Karena konfirmasi-konfirmasi ini datang dari berbagai
sumber yang independen terhadap klien, maka jenis bukti audit ini sangatlah dihargai
dan merupakan jenis bukti yang paling sering digunakan.
SAS 67 (AU 330) mengidentifikasikan dua jenis permintaan konfirmasi yaitu
konfirmasi positif dan negatif. Konfirmasi positif meminta penerima untuk merespon
dalam semua keadaan. Sebaliknya, dengan konfirmasi negatif penerima diminta untuk
merespon, hanya saat tidak benar. Karena konfirmasi dianggap bukti penting hanya saat
dikembalikan, konfirmasi negatif adalah kurang kompeten daripada konfirmasi
positif. Selain konfirmasi positif dan negative terdapat juga konfirmasi kosong
(blank confirmation) yang meminta penerima untuk mengisi informasi yang dibutuhkan
auditor dan mengirimkannya kembali. Konfirmasi ini sering digunakan untuk
memperoleh informasi-informasi lain yang tidak terbatas pada informasi yang diingini
auditor, seperti informasi mengenai rekening yang diblok bank.
3. Dokumentasi (Documentation)
Dokumentasi adalah pengujian auditor atas berbagai dokumen dan catatan klien untuk
mendukung informasi yang tersaji atau seharusnya tersaji dalam laporan keuangan.
Berbagai dokumen yang diuji oleh auditor adalah catatan-catatan yang dipergunakan
oleh klien untuk menyediakan informasi bagi pelaksanaan bisnis yang terorganisasi.
Karena pada umumnya setiap transaksi dalam organisasi klien ini minimal didukung
oleh selembar dokumen, maka jenis bukti audit ini tersedia dalam jumlah besar.
Dokumen-dokumen secara sederhana dapat diklasifikasikan sebagi dokumen internal
dan eksternal. Dokumen internal adalah dokumen yang dipersiapkan dan dipergunakan
dalam organisasi klien sendiri serta tidak pernah disampaikan kepada pihak-pihak di
7. luar organisasi seperti pelanggan atau pemasok klien. Contohnya: salinan faktur
penjualan, laporan waktu kerja karyawan, serta laporan penerimaan persediaan.
Dokumentasi eksternal adalah dokumen yang pernah berada dalam genggaman
seseorang di luar organisasi yang mewakili pihak yang menjadi klien dalam melakukan
transaksi, tetapi dokumen tersebut saat ini berada di tangan klien atau dengan segera
dapat diakses oleh klien. Dalam beberapa kasus, dokumen-dokumen eksternal berasal
dari luar organisasi klien dan berakhir di tangan klien. Contohnya: faktur-faktur dari
pemasok, surat utang yang dibatalkan, serta polis-polis asuransi. Dokumen lainnya
seperti cek-cek yang ditangguhkan, diterbitkan oleh klien, dikirimkan ke pihak luar,
dan akhirnya kembali lagi ke tangan klien.
4. Prosedur Analitis (Analytical Procedures)
Prosedur analitis menggunakan berbagai perbandingan dan hubungan-hubungan
untuk menilai apakah saldo-saldo akun atau data lainnya nampak wajar. Contoh atas hal
ini adalah perbandingan persentase antara laba kotor yang diperoleh selama tahun
berjalan terhadap laba kotor yang diperoleh pada tahun sebelumnya. Prosedur analitis
digunakan secara luas dalam praktek dan penggunaan prosedur tersebut telah
meningkat dengan tersedianya komputer untuk melakukan perhitungan. Dewan Standar
Audit telah menyimpulkan bahwa prosedur analitis adalah begitu penting sehingga
mereka dibutuhkan selama fase perencanaan dan penyelesaian atas semua audit.
5. Wawancara kepada Klien (Inquiris of The Client)
Wawancara adalah upaya untuk memperoleh informasi baik secara lisan maupun
tertulis dari klien sebagai tanggapannya atas berbagai pertanyaan yang diajukan oleh
auditor. Walaupun banyak bukti yang diperoleh dari klien berasal dari hasil wawancara
ini, bukti tersebut tidak dapat dinyatakan sebagai bukti yang meyakinkan karena tidak
diperoleh dari sumber yang independen dan barangkali cenderung mendukung pihak
klien. Oleh karena itu, saat auditor memperoleh bukti dari hasil wawancara ini, maka
pada umumya merupakan suatu keharusan bagi auditor untuk memperoleh bukti audit
lainnya yang lebih meyakinkan melalui berbagai prosedur lainnya.
6. Hitung Uji (Reperformance)
Hitung uji melibatkan pengujian kembali berbagai perhitungan dan transfer informasi
yang dibuat oleh klien pada suatu periode yang berada dalam periode audit pada
sejumlah sampel yang diambil auditor. Pengujian kembali atas berbagai ini terdiri dari
pengujian atas keakuratan aritmatis klien. Hal ini mencakup sejumlah prosedur seperti
pengujian perkalian dalam faktur-faktur penjualan dan persediaan, penjumlahan dalam
8. jurnal-jurnal dan catatan-catatan pendukung, serta menguji perhitungan atas beban
depresiasi dan beban dibayar di muka. Pengujian kembali atas berbaga transfer
informasi mencakup penelusuran nilai-nilai untuk memperoleh keyakinan bahwa
pada saat informasi tersebut dicantumkan pada lebih dari satu tempat, maka informasi
tersebut dicantumkan pada lebih dari satu tempat, maka informasi tersebut selalu
dicantumkan pada lebih dari satu tempat, maka informasi tersebut selalu dicatat
dalam nilai yang sama pada setiap saat.
7. Observasi (Observation)
Observasi adalah penggunaan indera perasa untuk menilai aktivitas-aktivitas tertentu.
Sepanjang proses audit, terdapat banyak kesempatan bagi auditor untuk
mempergunakan indera penglihatan, pendengaran, perasa, dan penciumannya dalam
mengevaluasi berbagai item yang sangat beraneka ragam. Sebagai contoh, auditor
dapat melakukan tur ke ruang pabrik untuk memperoleh suatu pandangan umum akan
berbagai fasilitas yang dimiliki klien, mengamati apakah peralatan yang ada sudah
banyak berkarat sehingga ia dapat mengevaluasi apakah peralatan tersebut sudah usang
atau belum, serta mengamati para individu yang melaksanakan tugas-tugas akuntansi
untuk memperoleh keyakinan apakah individu yang diserahi tanggung jawablah yang
melaksanakan tugas tersebut.
Standar Auditing menyatakan bahwa dokumentasi audit adalah catatan utama tentang
prosedur auditing yang diterapkan, bukti yang diperoleh dan kesimpulan yang dicapai auditor
dalam melaksanakan penugasan. Dokumentasi audit harus mencakup semua informasi yang
perlu diperimbangkan oleh auditor untuk melaksanakan auditor untuk melakukan audit secara
memadai dan untuk mendukung laporan audit. Dokumentasi audit juga dapat dianggap
sebagai kertas kerja, meskipun semakin banyak dokumentasi audit yang diselenggarakan
dalam file terkomputerisasi.
Tujuan dokumentasi audit secara keseluruhan adalah untuk membantu auditor dalam
memberikan kepastian yang layak bahwa audit yang memadai telah dilakukan sesuai dengan
standar audit. Secara khusus, dokumentasi audit yang berkaitan dengan audit tahun
berjalan, memberikan:
a. Dasar bagi perencanaan audit.
b. Catatan bukti yang dikumpulakan dan hasil pengujian.
c. Data untuk menentukan jenis Laporan Audit yang tepat.
d. Dasar bagi review oleh supervisor dan partner.
9. 1. Persayaratan Untuk Menyimpan Dokumentasi Audit
Seperti yang dipersyaratkan oleh Sarbanes-Oxley Act, SEC telah mengeluarkan aturan
final tentang penyimpanan catatan audit dan review yang mewajibkan auditor perusahaan
public untuk menyelenggarakan dokumentasi sebagai berikut:
a. Kertas kerja atau dokumen lain yang membentuk dasar bagi audit atas laporan
keuangan tahunan perusahaan atau review atas laporan keuangan kuartalan
perusahaan.
b. Memo, korespondensi, komunikasi, dokumen biru, dan catatan termasuk catatan
elektronik, yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
Fakta-fakta yang dibuat, dikirimkan, dan diterima dalam kaitannya dengan audit
atau review.
Fakta-fakta yang berisi kesimupalan, pendapat, analisis, atau data keuangan yang
berkaitan dengan atau review.
2. Isi Dokumentasi Audit
1) File Permanen (permanent file), berisi data yang bersifat historis atau berlanjut yang
bersangkutan dengan audit saat ini. File ini menjadi sumber informasi tentang audit
yang terus penting adanya dari tahun ke tahun. File permanen umumnya meliputi hal-
hal berikut:
a. Kutipan atau salinan dari dokumen perusahaan yang penting artinya seperti akta
pendirian, anggaran rumah tangga, perjanjian obligasi dan kontrak.
b. Analisis atas tahun-tahun sebelumnya yang penting artinya bagi auditor. Mencakup
akun seperti utang jangka panjang, akun ekuitas pemegang saham, goodwill dan
aktiva tetap.
c. Informasi yang berhubungan dengan pemahaman atas pengendalian internal dan
penilaian risiko pengendalian. Informasi ini mencakup bagan organisasi, bagan
arus, kuesioner dan informasi tentang pengendalian internal lainnya.
d. Hasil prosedur analitis dari audit tahun sebelumnya.
Diantara data ini terdapat rasio dan persentase yang dihitung oleh auditor dan total
saldo atau saldo per bulan untuk akun tertentu.
2) File Tahun Berjalan (current file), mencakup semua dokumentasi audit yang dapat
diterapkan pada tahun yang diaudit. Berikut ini adalah jenis informasi yang sering
tercakup dalam arsip tahun berjalan:
a. Program Audit.
10. b. Informasi Umum.
c. Neraca Saldo Berjalan.
d. Ayat Jurnal Penyesuaian dan Reklasifikasi.
e. Skedul pendukung, yang terdiri dari analisis, neraca saldo atau daftar, rekonsiliasi
jumlah, pengujian kelayakan, ikhtisar prosedur, pemeriksaan dokumen pendukung,
informasional dan dokumentasi dari luar.
3. Penyusunan Dokumentasi Audit
Walaupun rancangannya bergantung pada tujuan yang ingin dicapai, dokumentasi audit
harus memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Setiap file audit harus diidentifikasi secara wajar dengan informasi, seperti nama
klien, periode yang dicakup, gambaran tentang isi, tanda tangan orang yang
menyiapakan, tanggal persiapan dan kode indeks.
b. Dokumentasi audit harus memiliki indeks dan referensi silang untuk membantu
pengaturan dan pengarsipannya.
c. Dokumentasi audit yang lengkap harus dengan jelas menunjukkan pekerjaan audit
yang dilakukan, yang dapat dicapai dengan tiga cara : dengan pernyataan tertulis
dalam bentuk memorandum, dengan menandatangani prosedur audit dalam program
audit, dan dengan notasi langsung pada skedul.
d. Dokumentansi audit harus meliputi informasi yang cukup untuk memenuhi tujuan
yang telah dirancang.
e. Kesimpulan yang dicapai tentang segmen audit yang dipertimbangkan harus
dinyatakan dengan jelas.