SlideShare a Scribd company logo
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Untuk mencapai tujuan ini
auditor perlu menghimpun bukti kompeten yang cukup. Untuk menghimpun bukti
kompeten yang cukup, auditor perlu mengidentifikasikan dan menyusun sejumlah
tujuan audit spesifik untuk setiap akun laporan keuangan. Dangan melihat tujuan
audit spesifik tersebut, auditor akan dapat mengidentifikasi bukti apa yang dapat
dihimpun, dan bagaimana cara menghimpun bukti tersebut.
Sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan,
auditor mengumpulkan bukti audit. Meskipun catatan akuntansi menyediakan
bukti audit yang cukup untuk mendukung pendapat auditor, namun catatan
tersebut bukan merupakan satu-satunya bukti audit yang dikumpulkan oleh
auditor. Auditor juga mengumpulkan bukti audit dengan melakukan pegamatan
langsung terhadap penghitungan fisik sediaan, mengajukan permintaan
keterangan, dan mendapatkan bukti dari berbagai sumber di luar perusahaan klien.
Kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan auditor
mengenai prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya,
informasi yang diperolehnya, dan kesimpulan yang dibuatnya berkenaan dengan
pelaksanaan audit. Kertas kerja juga merupakan penghubung antara catatan klien
dengan audit. Oleh karena itu, pembuatan dan penyimpanan kertas kerja
merupakan pekerjaan yang penting dalam audit. Dalam proses auditnya, auditor
harus mengumpulkan atau membuat berbagai tipe bukti untuk mendukung
simpulan dan pendapatnya atas laporan keuangan auditan. Untuk pengumpulan
dan pembuktian bukti audit itulah auditor membuat kertas kerja.
2
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tentang Bukti Audit?
1.1 Apa pengertian bukti audit?
1.2 Bagaimana kecukupan bukti audit?
1.3 Bagaimana kompetensi bukti audit?
1.4 Bagaimana sifat bukti audit?
1.5 Bagaimana prosedur untuk menghimpun bukti audit?
1.6 Bagaimana dalam evaluasi bukti audit?
1.7 Pendekatan apa saja yang ada dalam audit?
2. Bagaimana tentang Kertas Kerja Pemeriksaan?
2.1 Apa pengertian dari Kertas Kerja Pemeriksaan?
2.2 Bagaimana sifat Kerahasiaan Kertas Kerja Pemeriksaan?
2.3 Apa tujuan dari Kertas kerja Pemeriksaan?
2.4 Apa saja klasifikasi dalam Kertas Kerja Pemeriksaan?
2.5 Apa saja jenis-jenis Kertas Kerja Pemeriksaan?
2.7 Bagaimana pembuatan Kertas Kerja Pemeriksaan?
2.7 Apa saja prinsip penyusunan Kertas Kerja Pemeriksaan?
2.8 Bagaimana ukuran (standar penyiapan kertas kerja)?
2.9 Bagaimana review atas Kertas Kerja Pemeriksaan?
2.10 Apa saja pengarsipan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan?
2.11 Bagaimana tentang pemilik dan penyimpanan Kertas Kerja
Pemeriksaan?
3. Bagaimana keterkaitan kasus manipulasi laporan keuangan PT KAI
dengan bukti audit dan kertas kerja pemeriksaan?
3
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang Bukti Audit
1.1 Untuk mengetahui pengertian bukti audit
1.2 Untuk mengetahui kecukupan bukti audit
1.3 Untuk mengetahui kompetensi bukti audit
1.4 Untuk mengetahui sifat bukti audit
1.5 Untuk mengetahui prosedur untuk menghimpun bukti audit
1.6 Untuk mengetahui evaluasi bukti audit
1.7 Untuk mengetahui pendekatan dalam audit
2. Untuk mengetahui tentang Kertas Kerja Pemeriksaan
2.1 Untuk mengetahui pengertian dari Kertas Kerja Pemeriksaan
2.2 Untuk mengetahui sifat Kerahasiaan Kertas Kerja Pemeriksaan
2.3 Untuk mengetahui tujuan dari Kertas kerja Pemeriksaan
2.4 Untuk mengetahui klasifikasi dalam Kertas Kerja Pemeriksaan
2.5 Untuk mengetahui jenis-jenis Kertas Kerja Pemeriksaan
2.7 Untuk mengetahui cara pembuatan Kertas Kerja Pemeriksaan
2.7 Untuk mengetahui prinsip penyusunan Kertas Kerja Pemeriksaan
2.8 Untuk mengetahui ukuran (standar penyiapan kertas kerja)
2.9 Untuk mengetahui review atas Kertas Kerja Pemeriksaan
2.10 Untuk mengetahui pengarsipan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan
2.11 Untuk mengetahui pemilik dan penyimpanan Kertas Kerja
Pemeriksaan
3. Untuk mengetahui keterkaitan kasus manipulasi laporan keuangan PT KAI
dengan bukti audit dan kertas kerja pemeriksaan
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. BUKTI AUDIT
Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau
atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan
oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya.
1.1 Pengertian Bukti Audit
Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan oleh auditor untuk
menyatakan opini audit. Tujuan audit laporan keuangan adalah untuk memberikan
pendapat atas kewajaran laporan keuangan klien. Untuk mendasari pemberian
pendapat tersebut, auditor harus memperoleh dan mengevaluasi bukti. Sebagian
besar waktu audit sebenarnya tercurah pada perolehan atau pengumpulan dan
pengevaluasian bukti tersebut.
Auditor harus menghimpun evidential matter (hal-hal yang bersifat
membuktikan) dan tidak sekedar evident atau bukti konkrit sebagai dasar untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan klien.
Bukti audit dikumpulkan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan auditan. Selain catatan akuntansi, auditor juga
mengumpulkan bukti dengan melakukan pengamatan langsung terhadap
perhitungan fisik sediaan, mengajukan permintaan keterangan, dan mendapatkan
bukti dari berbagai sumber di luar perusahaan klien.
Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi
dan semua informasi penguat (corroborating information) yang tersedia bagi
auditor.
 Data Akuntansi
Jurnal, buku besar, dan buku pembantu, serta buku pedoman akuntansi,
memorandum, dan catatan tidak resmi, seperti daftar lembaran kerja (work
5
sheet) yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan rekonsiliasi secara
keseluruhan merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan.
Auditor menguji data akuntansi yang mendasari laporan keuangan dengan
jalan :
1) Menganalisis dan me-review,
2) Menelusuri kembali langkah-langkah prosedur yang diikuti dalam
proses akuntansi dan dalam proses pembuatan lembaran kerja dan
alokasi yang bersangkutan,
3) Mennghitung kembali dan melakukan rekonsiliasi jumlah-jumlah yang
berhubungan dengan penerapan informasi yang sama.
 Informasi Penguat
Informasi penguat meliputi :
 Segala dokumen seperti cek, faktur, surat kontrak, notulen rapat,
konfirmasi, dan pernyataan tertulis dari pihak yang mengetahui,
 Informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan keterangan,
pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan fisik,
 Informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor
yang memungkinkannya untuk menarik kesimpulan berdasarkan
alasan yang kuat.
Dokumen yang relevan yang menunjang pencatatan dalam akun-akun dan
asersi dalam laporan keuangan, biasanya disimpan dalam arsip perusahaan dan
tersedia bagi auditor untuk diaudit.
Bukti audit merupakan suatu konsep yang fundamental di dalam audit. Hal
itu dinyatakan secara jelas dalam standar pekerjaan lapangan ketiga, yang
menyatakan bahwa :
“bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inpeksi, pengamatan,
pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan audit.”
6
Dari kalimat tersebut di atas, diperoleh hal penting yang berkaitan dengan
audit, yaitu:
1. Kecukupan bukti audit
2. Kompetensi bukti audit
3. Dasar yang memadai atau rasional
4. Sifat bukti
5. Prosedur yang dapat dilakukan untuk menghimpun bukti
1.2 Kecukupan Bukti Audit
Cukup atau tidaknya bukti Audit berkaitan dengan kuantitas bukti yang
harus dikumpulkan oleh auditor. Faktor yang mempengaruhi pertimbangan
auditor dalam menentukan cukup atau tidaknya bukti audit adalah :
a. Materialitas
Materialistis ditujukan untuk derajat signifikansi dari kelas transaksi, saldo
akun, dan pengungkapan bagi pengguna laporan keuangan. Auditor harus
membuat pendapat pendahuluan atas tingkat materialitas laporan keuangan.
Ada hubungan terbalik antara tingkat materialitas dan kuantitas bukti audit
yang diperlukan. Semakin rendah tingkat materialitas, semakin banyak
kuantitas bukti yang diperlukan. Sebaliknya, jika tingkat materialitas tinggi,
maka kuantitas bukti yang diperlukan sedikit. Tingkat materialitas yang
ditentukan rendah berarti tolerable misstatement rendah. Rendahnya salah saji
yang dapat ditoleransi menuntut auditor untuk menghimpun lebih banyak
bukti sehingga auditor yakin tidak ada salah saji material yang terjadi.
Auditor harus dapat membedakan secara jelas antara tingkat materialitas
saldo akun dengan akun yang material. Pada umumnya akun yang material
terhadap laporan keuangan lebih banyak memerlukan bukti daripada akun
yang tidak material. Di samping itu, akun yang berisiko tinggi terhadap salah
saji dalam laporan keuangan lebih banyak memerlukan bukti daripada akun
yang berisiko rendah terjadi salah saji.
7
b. Risiko audit
Risiko salah saji material ditujukan pada risiko bawaan yang asersinya
mungkin disalahsajikan dan risiko pengendalian yang mana pengendalian
internalnya gagal untuk mencegah atau mendeteksi salah saji yang material
dalam asersi.
Ada hubungan terbalik antara risiko audit dengan jumlah bukti yang
diperlukan untuk mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan.
Rendahnya risiko audit berarti juga tingginya tingkat kepastian yang diyakini
auditor mengenai ketepatan pendapatnya. Tingginya tingkat kepastian
tersebut menuntut auditor untuk menghimpun bukti yang lebih banyak.
Semakin rendah tingkat risiko audit yang dapat diterima auditor, semakin
banyak kuantitas bukti yang diperlukan.
Hubungan terbalik juga ada antara risiko deteksi dengan jumlah bukti yang
diperlukan. Semakin rendah tingkat risiko deteksi yang dapat diterima
auditor, semakin banyak bukti yang diperlukan. Sebaliknya ada hubungan
searah antara risiko bawaan dan risiko pengendalian dengan kuantitas bukti
yang diperlukan. Semakin tinggi tingkat risiko bawaan, semakin banyak bukti
yang diperlukan. Semakin tinggi tingkat risiko pengendalian, semakin banyak
bukti yang diperlukan.
c. Faktor-faktor ekonomi
Auditor memilih keterbatasan sumber daya yang digunakan untuk
memperoleh bukti yang diperlukan sebagai dasar yang memadai untuk
memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan. Pelaksanaan audit
menghadapi kendala waktu dan biaya dalam menghimpun bukti. Auditor
harus memperhitungkan apakah setiap tambahan biaya dan waktu untuk
menghimpun bukti seimbang dengan keuntungan atau manfaat yang
diperoleh melalui kuantitas dan kualitas bukti yang dihimpun.
8
d. Ukuran dan karakteristik
Pengumpulan bukti audit dan pemeriksaan terhadap bukti audit dilakukan
atas dasar sampling. Ada hubungan searah antara besar populasi dengan besar
sampling yang harus diambil dari populasi tersebut. Semakin besar
populasinya semakin besar jumlah sampel bukti audit yang harus diambil dari
populasinya. Sebaliknya, semakin kecil populasi semakin kecil jumlah
sampel bukti audit yang diambil dari populasi.
Karakteristik populasi berkaitan denga homogenitas atau variabelitas item
individual yang menjadi anggota populasi. Auditor memerlukan lebih banyak
sampel dan informasi yang lebih kuat atau mendukung atas populasi yang
bervariasi anggotanya daripada populasi yang seragam.
1.3 Kompetensi Bukti Audit
Kompetensi bukti audit berhubungan dengan kualitas atau keandalan data
akuntansi dan informasi penguat.
 Kompetensi data akuntansi
Keandalan catatan akuntansi dipengaruhi secara langsung oleh efektivitas
pengendalian intern.
 Kompetensi Informasi Penguat
Kompetensi informasi penguat dipengaruhi oleh berbagai faktor berikut
ini:
a. Relevansi.
Bukti audit harus berkaitan dengan tujuan audit.
b. Sumber.
Bukti audit yan berasal dari sumber di luar organisasi klien pada
umumnya merupakan bukti yang tingkat kompetensinya dianggap
tinggi.
c. Ketepatan waktu.
Berkaitan dengan tanggal berlakunya bukti yang diperoleh auditor.
9
d. Objektivitas.
Bukti yang bersifat objektif umumnya dianggap lebih andal
dibandingkan bukti yang bersifat subjektif.
Faktor Penentu Kompetensi Bukti Audit
Kompetensi Rendah Faktor Kompetensi Kompetensi Tinggi
Tidak relevan untuk
mendukung
Relevansi pemberian
pendapat
Relevan untuk
mendukung pemberian
pendapat
- Berasal dari dalam
perusahaan
- Pengendalian internal
yang tidak memuaskan
- Pengetahuan tidak
langsung oleh auditor
Sumber - Berasal dari luar
perusahaan
- Pengendalian internal
yang memuaskan
- Pengetahuan langsung
oleh auditor
Bukti-bukti yang dapat
dipakai selain pada
tanggal neraca
Waktu Bukti-bukti yang hanya
dapat dipakai pada
tanggal neraca
Subyektif Obyektivitas Obyektif
Faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor tentang kelayakan bukti audit :
a. Petimbangan profesional.
Pertimbangan profesional merupakan salah satu faktor yang menentukan
keseragaman penerapan mutu dan jumlah bukti yang diperlukan dalam
audit.
b. Integritas Manajemen.
Manajemen bertanggungjawab atas asersi yang tercantum dalam laporan
keuangan dan berada dalam posisi untuk mengendalikan sebagian besar
bukti penguat dan data akuntansi yang mendukung laporan keuangan.
Oleh karena itu auditor akan meminta bukti kompeten jika terdapat
keraguan terhadap integritas manajemen.
10
c. Kepemilikan publik versus terbatas.
Umumnya auditor memerlukan tingkat keyakinan yang lebih tinggi dalam
audit atas laporan perusahaan publik dibandingkan dengan audit atas
laporan keuangan perusahaan yang dimiliki oleh kalangan terbatas karena
dalam audit atas laporan keuangan perusahaan publik, laporan audit
digunakan oleh pemakai dari kalangan yang lebih luas, dan pemakai
laporan audit tersebut hanya mengandalkan pengambilan keputusan
investasinya terutama atas keuangan laporan auditan.
d. Kondisi keuangan.
Umumnya jika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan
proses kebangkrutan, pihak-pihak yang berkepentingan akan menyalahkan
auditor karena auditor dianggap gagal untuk memberikan peringatan
sebelumnya mengenai memburuknya kondisi keuangan perusahaan.
Dalam keadaan ini, auditor harus mempertahankan pendapatnya atas
laporan keuangan auditan dan mutu pekerjaan audit yang telah
dilaksanakan.
1.4 Sifat Bukti Audit
Bukti audit terdiri dari:
1. Catatan akuntansi yang mendasari laporan keuangan
2. Informasi lain yang mendukung catatan akuntansi dan kesimpulan logis
auditor tentang penyajian yang wajar dalam laporan keuangan.
Bukti audit dapat diperoleh dari audit yang sebelumnya atau prosedur
pengendalian perusahaan untuk menerima dan melanjutkan penugasan audit.
Contoh catatan akuntansi :
 Cek dan catatan dari transfer dana secara elektronik
 Faktur
 Kontrak
 Buku besar dan buku pembantu
11
 Jurnal dan penyesuaian lain dalam laporan keuangan yang tidak tergambarkan
dalam jurnal formal
 Catatan seperti kertas kerja dan spread sheet yang mendukung alokasi kos,
perhitungan, rekonsiliasi
 Pengungkapan
 Buku pedoman akuntansi
Manajemen menyiapkan laporan keuangan berdasaran catatan akuntansi
entitas dan mendapatkan beberapa bukti dengan menguji catatan akuntansi. Akan
tetapi, catatan akuntansi tidak menyediakan bukti yang cukup dalam memberikan
opini audit laporan keuangan sehingga dibutuhkan informasi seperti :
 Notulen rapat
 Konfirmasi dari pihak ketiga
 Laporan analis
 Data yang dapat dibandingkan dengan competitor
 Pengendalian intern manual
 Info yang diperoleh melalui prosedur audit audit seperti wawancara,
observasi/inspeksi catatan/dokumen
 Informasi yang dikembangkan oleh auditor
Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari dua jenis, yaitu:
a. Data akuntansi yang mendasari (underlying accounting data)
 Pengendalian Intern
Pengendalian intern yang dibentuk dalam setiap kegiatan perusahaan
dapat digunakan untuk mengecek ketelitian dan keandalan data
akuntansi. Kuat atau lemahnya pengendalian intern merupakan faktor
utama yang menentukan jumlah bukti audit yang harus dikumpulkan
oleh auditor dari berbagai sumber bukti.
12
 Catatan Akuntansi.
Jurnal, buku besar, dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi
yang digunakan oleh klien untuk mengolah transaksi keuangan guna
menghasilkan laporan keuangan. Auditor akan melakukan
penelusuran kembali jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan
melalui catatan akuntansi.
b. Semua bukti atau informasi pendukung atau penguat (corroborating
information) yang tersedia bagi auditor
 Bukti fisik.
Bukti fisik adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau
perhitungan aktiva berwujud. Tipe bukti ini umumnya dikumpulkan
oleh auditor dalam pemeriksaan terhadap sediaan, kas, surat berharga,
piutang wesel, investasi jangka panjang, dan aktiva berwujud.
 Bukti Dokumenter.
Tipe bukti audit ini dibuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau angka
atau simbol-simbol yang lain. Menurut sumbernya, bukti dokumenter
dapat dibagi menjadi tiga golongan :
1. Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang
dikirimkan langsung kepada auditor.
Bukti audit ini diperoleh melalui prosedur konfirmasi. Penggunaan
konfirmasi untuk memperoleh informasi tergantung pada perlunya
informasi yang andal dalam siruasi tertentu dan tersedianya bukti
alternatif.
2. Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar yang bebas yang disimpan
dalam arsip klien.
Contohnya : rekening koran bank (bank statement), faktur dari
penjual, order pembelian dari customer, sertifikat saham.
3. Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.
Kualitasnya lebih rendah karena tidak adanya pengecekan dari
pihak luar yang bebas.
13
 Perhitungan
Perhitungan dilakukan sendiri oleh auditor untuk membuktikan
ketelitian perhitungan yang terdapat dalam catatan klien merupakan
salah satu bukti audit yang bersifat kuantitatif. Contoh tipe bukti audit
ini adalah :
1. Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan vertikal.
2. Cross-footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal.
 Bukti Lisan
Permintaan secara lisan oleh auditor kepada karyawan kliennya akan
menghasilkan informasi tertulis atau lisan. Jawaban lisan yang
diperoleh dari permintaan keterangan tersebut merupakan tipe bukti
lisan.
 Perbandingan
Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna
penyelidikan yang lebih intesnif, auditor melakukan analisis terhadap
perbandingan setiap aktiva, utang, penghasilan, dan biaya dengan saldo
yang berkaitan dalam tahun sebelumnya. Auditor juga mempelajadi
hubungan persentase bergabai unsur dalam laporan keuangan. Bukti
audit berupa perbandingan dan ratio ini dikumpulkan oleh auditor pada
awal audit untuk membantu penentuan objek audit yang memerlukan
penyelidikan yang mendalam dan diperiksa kembali pada akhir audit
untuk menguatkan kesimpulan-kesimpulan yang dibuat atas dasar
bukti-bukti lain.
 Bukti dari spesialis
Spesialis adalah seorang atau erusahaan yang memiliki keahlian atau
pengetahuan khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing.
Auditor harus mengadakan konsultasi dengan spesialis yang sesuai
dengan objek yang akan diaudit. Auditor harus membuat surat
perjanjian kerja dengan spesialis, tetapi tidak boleh menerima begitu
saja hasil-hasil penemuan spesialis tersebut.
14
Bukti audit yang bersumber dari data akuntansi klien terdiri atas:
a. Jurnal
b. Buku besar dan buku pemantu
c. Buku pedoman akuntansi
d. Memorandum dan catatan informal seperti work sheet (daftar lembar
kerja/neraca lajur), perhitungan dan rekonsiliasi
Bukti audit pendukung adalah bukti yang mendukung atas laporan keuangan,
bukti audit pendukung meliputi :
a. Bukti fisik
b. Bukti konfirmasi
c. Bukti dokumenter
d. Bukti representasi atau pernyataan tertulis baik dari manajemen maupun dari
spesialis
e. Perhitungan sebagai bukti matematis
f. Bukti lisan
g. Bukti analitis dan perbandingan
h. Struktur pengendalian intern
1.5 Prosedur untuk menghimpun bukti
Ada empat tindakan dalam menghimpun bukti audit seperti yang
tercantum dalam standar pekerjaan lapangan yang ketiga. Keempat tindakan itu
adalah:
1. Inspeksi
2. Pengamatan
3. Pengajuan pertanyaan
4. Konfirmasi
15
Ada beberapa hal lain yang perlu diketahui berkaitan dengan keputusan
yang diambil auditor dalam proses pengumpulan bukti. Hal tersebut adalah:
1. Penentuan prosedur audit
2. Penentuan besarnya sampel
3. Penentuan elemen tertentu yang harus dipilih sebagai sampel
4. Penentuan waktu pelaksanaan prosedur audit
1.6 Evaluasi Bukti Audit
Evaluasi bukti audit diperlukan untuk menyiapkan laporan audit yang
tepat. Evaluasi bukti audit dilakukan selama dan pada akhir audit atau pada akhir
pekerjaan lapangan. Pengevaluasian selama audit dilakukan bersamaan dengan
dilakukannya verifikasi atas asersi laporan keuangan. Pengevaluasian pada akhir
pekerjaan lapang dilakukan saat auditor akan memutuskan pendapat yang akan
dinyatakan dalam laporan audit.
Dalam mengevaluasi bukti audit, auditor harus memperhatikan tujuan
audit. Tujuan audit dapat berkaitan dengan fakta. Evaluasi bukti ini harus harus
lebih teliti lagi bila menghadapi situasi audit yang mengandung risiko besar.
Situasi tersebut adalah sebagai berikut:
 Pengawasan intern yang lemah
 Kondisi keuangan klien yang tidak sehat
 Manajemen yang tidak dapat dipercaya
 Penggantian kantor akuntan publik
 Perubahan peraturan perpajakan
 Usaha yang bersifat sekulatif
 Transaksi yang kompleks
16
1.7 Pendekatan dalam Audit
Ada dua pendekatan dalam audit, dimana dalam audit harus
menyeimbangkan dua pendekatan ini:
a. Bukti audit top-down (top-down audit evidence)
Berfokus pada upaya auditor dalam memperoleh pemahaman tentang bisnis
dan industri, sasaran dan tujuan manajemen, bagaimana manajemen
menggunakan sumber dayanya untuk mencapai sasaran, keunggulan
kompetitif organisasi di pasaran, proses bisnis inti, serta laba dan arus kas
yang dihasilkan. Prosedur audit top-down memberikan bukti tentang risiko
bisnis strategis yang dihadapi klien, bagaimana klien menanggapi risiko
tersebut, dan kelangsungan hidup entitas. Seringkali auditor membandingkan
kinerja klien audit dengan klien audit lainnya pada industri yang sama
maupun dengan perusahaan publik lainnya dalam industri tersebut. Asosiasi
perdagangan dan industri biasanya merupakan sumber informasi yang baik
tentang faktor persaingan dalam induustri. Auditor akan meletakkan
informasi ini bersama-sama dengan pengetahuan tentang sasaran sasaran,
tujuan serta pasar untuk mengembangkan harapan yang berkenaan dengan
laporan keuangan perusahaan. Proseur audit top-down juga membantu auditor
dalam membuat diagnosa bidang audit yang memerlukan perhatian tambahan.
Dalam pendekatan ini mengevaluasi bukti tentang laporan keuangan yang
diharapkan dari pengetahuan tentang entitas, bisnis, dan industrinya.
b. Bukti audit bottom-up (bottom-up audit evidence) berfokus pada pengujian
secara langsung atas transaksi, saldo akun, serta sistem yang mencatat
transaksi tersebut yang pada akhirnya menghasilkan saldo akun. Bukto
bottom-up meliputi beberapa bentuk penarikan sampel transaksi, atau
penarikan sampel terinci yang mendukung saldo akun (misalnya, setiap item-
item dalam persediaan atau piutang usaha) dan mengevaluasi kewajaran
penyajian dari setiap rincian yang terakumulasi dalam laporan keuangan.
Akhirnya, auditor mengembangkan strategi audit yang menggabungkan
suatu kombinasi antara bukti audit top-down dan bottom-up. Setiap kali
auditor mengukur tingkat persaingan suatu entitas, ia juga
17
mempertimbangkan proses inti, sifat setiap transaksi, dan bagaimana
kemungkinan transaksi tersebut secara bersama-sama menghasilkan laba
dan arus kas. Setiap kali auditor mengumpulkan bukti bottom-up dengan
cara memeriksa dokumen pendukung transaksi (vouching), auditor juga
mengevaluasi substansi ekonomi dari transaksi tersebut. Dalam
pendekatan ini mengevaluasi bukti yang mendukung transaksi dan
akumulasinya dalam laporan keuangan.
Sebagai contoh, auditor dapat memeriksa dokumen pendukung tentang
penerbitan obligasi baru. Auditor tidak hanya memeriksa kebenaran pencatatan
obligasi, diskon dan premi terkait, namun ia juga akan melanjutkan
pemahamannya tentang bagaimana dana yang berhasil dihimpun melalui
penjualan obligasi tersebut akan diinvestasikan kembali dalam bisnis agar dapat
menghasilkan laba dan arus kas di masa mendatang. Pada umumnya prosedur
audit dievaluasi dalam konteks bukti audit top-down dan bottom-up.
18
2. KERTAS KERJA
Kertas kerja merupakan sumber yang penting bagi akuntan dan merupakan
jembatan penghubung antara catatan klien dengan laporan akuntan. Kertas kerja
juga merupakan sentral pekerjaan akuntan. Dan pengumpulan kertas kerja akuntan
sangat memperhatikan kondisi sistem pengendalian intern. Makin baik sistemnya
maka semakin berkurang kertas kerjanya. Kertas kerja meliputi semua bukti-bukti
yang dikumpulkan akuntan untuk membuktikan bahwa pemeriksaan telah
dilakukan, metode dan prosedur pemeriksaan telah dilaksanakan dan kesimpulan
(temuan) telah diberikan.
2.1 Pengertian Kertas Kerja
Pendokumentasian bukti audit diselenggarakan dalam kertas kerja. PSA no
15 kertas kerja (SA 339.03) menyebutkan bahwa kertas kerja adalah catatan-
catatan yang diselenggarakan auditor mengenai audit yang ditempuhnya,
pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan kesimpulan yang
dibuatnya sehubungan dengan auditnya.
Kertas kerja terutama berfungsi untuk:
1. Menyediakan penunjang utama bagi laporan audit
2. Membantu auditor dalam melaksanakan dan mnsupervisi audit.
3. Menjadi bukti bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar auditing.
2.2 Sifat Kerahasiaan Kertas Kerja
Berhubung sebagian besar informasi yang ada pada kertas kerja adalah
rahasia maka akuntan harus hati-hati dalam menghadapi pihak ke-3 yang
berkepentingan terhadap informasi tersebut. Pihak-pihak tersebut biasanya
pesaing-pesaing (competitor). Kode etik menyebutkan bahwa akuntan tidak dapat
mengungkap informasi yang diperoleh selama pemeriksaan tanpa sepengetahuan
19
klien. Tentunya reputasi akuntan perlu dijaga dalam kaitannya dengan kebocoran
sifat kerahasiaan kertas kerja.
2.3 Tujuan Kertas Kerja
Kertas kerja mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1. Merefleksikan pelaksanaan norma pelaksanaan pemeriksaan akuntan.
Norma pemeriksaan akuntan menyebutkan bahwa:
a. Pemeriksaan harus direncanakan sebaik-baiknya bila menggunakan
asisten harus dipimpin dan diawasi.
b. Sistem pengendalian intern harus dipelajari dan dinilai secukupnya guna
menentukan dapat tidaknya sistem tersebut dipercaya. Sebagai dasar
guna menetapkan luasnya pengujian yang harus dilakukan untuk
menentukan prosedur pemeriksaan.
c. Bukti-bukti yang cukup dan kompetem harus didapat melalui penelitian,
pengamatan, tanya jawab dan konfirmasi sebagai dasar yang layak guna
menyatukan pendapat.
Berarti langkah-langkah dalam penentuan norma pemeriksaan akuntan dan
yang di arsip dalam kertas kerja merupakan pelaksanaan norma tersebut.
2. Sebagai prosedur pemeriksaan yang ditetapkan.
Berhubung suatu pemeriksaan harus ada program pemeriksaan yang terdiri
dari prosedur-prosedur pemeriksaan yang ada berarti bahwa apa yang
dilakukan dan dicatat dalam arsip kertas kerja berfungsi sebagai dokumen
atau bukti bahwa prosedur yang ditentukan telah dilaksanakan.
3. Kertas kerja mencerminkan kesimpulan akuntan.
Akuntan dapat merasa puas atas pemeriksaan laporan keuangan tanpa
membuat kertas kerja, tetapi di kemudian hari ia tak dapat mempertahankan
pendapatnya atas laporan keuangan tersebut tanpa adanya bukti yang cukup,
kertas kerjanya yang cukup.
20
4. Sebagai dasar penilaian hasil kerja para asisten.
Audit senior dapat melakukan penilaian atas dasar kertas kerja.
5. Sebagai pedoman pemeriksaan yang akan datang.
Karena kertas kerja berisi persoalan-persoalan yang ditemui dalam
pemeriksaan tahun yang lalu maka dapat sebagai dasar penyusunan asudit
program dan perencanaan pemeriksaan tahun yang akan datang.
6. Sebagai dasar koordinasi dan organisasi pekerjaan pemeriksaan.
Koordinasi semua fase pekerjaan pemeriksaan dapat dicapai melalui kertas
kerja. Karena langkah verifikasi dan analisis yang dilakukan, fakta yang
penting dan hubungannya merupakan perhatian akuntan. Dengan secara hati-
hati perencanaan tugas pekerjaan asisten guna pembuatan kertas kerja,
akuntan senior dapat bekerja secara koordinasi yang efisien.
7. Sebagai dasar pembuatan laporan kauntan.
Kertas kerja memudahkan panyusunan laporan akuntan karena kertas kerja
adalah sumber dari mana laporan dibuat.
2.4 Klasifikasi Kertas Kerja
Perencanaan dan pelaksaan program pemeriksaan tidak sempurna tanpa
persiapan suatu dokumentasi kertas kerja yang layak. Kertas kerja dapat
diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu:
1. Permanent file (arsip permanen)
Arsip permanen meliputi kertas kerja yang manfaat terhadap klien yang sama
lebih dari satu tahun. Kertas kerja ini terdiri dari:
a. Akta pendirian
b. Kode rekening, sistem dan prosedur akuntansi
c. Layout pabrik
d. Struktur organisasi
e. Salinan perjanjian hutang jangka panjang
f. Prinsip/kebijaksanaan akuntansi yang diterapkan
g. Sejarah perusahaan, hasil produksi, pasarannya dan latar belakangnya.
21
2. Kertas kerja administratif
Yaitu catatan yang terdiri dari hasil langkah perencanaan awal dari penugasan
pemeriksaan. Biasanya meliputi satu bersama dengan kertas/bukti
pemeriksaan tahun sekarang. Kertas kerja ini terdiri dari:
a. Surat penugasan
b. Memo rapat pimpinan (manajemen)
c. Memo rapat komite pemeriksaan
d. Memo telaah catatan dan prosedur yang tak terselesaikan
e. Anggaran waktu pemeriksaan
f. Daftar pertanyaan sistem pengendalian intern
g. Daftar pertanyaan manajemen
h. Daftar pertanyaan EDP
i. Sistem pengendalian intern dan flowchart
j. Program pemeriksaan
k. Neraca percobaan untuk buku besar
l. Catatan kertas kerja.
m. Jurnal penyesuaian dan reklasifikasi yang pendahuluan.
3. Kertas kerja bukti pemeriksaan
Kertas kerja adalah bukti pemeriksaan tahun ini yang terdiri dari prosedur
yang diikuti, pengujian yang dilaksanakan, bukti yang diperoleh dan
keputusan yang diambil selama pemeriksaan. Kertas kerja ini harus jelas,
ringkas, lengkap, bersih, dengan indeks yang baik, dan informatife. Reference
silang harus diberikan pada kertas kerja agar mempermudah meneliti dan
melihat kertas kerja.
2.5 Jenis-jenis Kertas Kerja
Berbagai jenis kertas kerjadibuat auditor selama audit berlangsung. Kertas kerja
tersebut terdiri dari:
1. Daftar saldo pemeriksaaan (Working Trial Balance)
22
Contoh daftar saldo pemeriksaan dapat dilihat di gambar 4.7 .dalam
mempelajari gambar tersebut perhatikan kolom-kolom penting berikut :
a. Saldo audit tahun lalu
b. Saldo buku besar tahun berjalan (sebelum diaudt, artinya sebelum
dikoreksi atau di klasifikasi berdasarkan hasil audit),
c. Penyesuaian
d. Saldo setelah disesuaikan
e. Reklasifikasi , dan
f. Saldo akhir auditan
Dicantumkannya saldo akhir audit tahun lalu diperlukan untuk pembuatan
prosedur analitis.
Kertas kerja daftar saldo pemeriksaan sangat penting dalam suatu audit
karena:
a. Merupakan penghubung antara rekening-rekening buku besar klien
dengan pos-pos yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
b. Merupakan pengontrol atas kertas-kertas kerja yang lain
c. Memberi petunjuk pada kertas kerja yang mana dimuat bukti audit untuk
setiap pos laporan keuangan.
2. Daftar dan analisis
Istilah kertas kerja dftar dan kertas kerja analisis bisa dipakai saling
menggantikan untuk menunjukan kertas kertja individual yang berisi bukti-
bukti yang mendukung pos-pos yang terdapat dalam daftar saldo
pemeriksaan. Apabila beberapa rekening buku besar digabungkan untuk
tujuan pelaporan, maka perlu dibuat suatu daftar kelompok (atau bisa disebut
juga daftar utama). Selain menunjukan rekening-rekening buku besar yang
termasuk dalam kelompok yang bersangkutan, daftar utama menunjukan pula
kertas kerja daftar atau analisis individual yang berisi bukti audit yang
diperoleh untuk masing-masing rekening yang termasuk dalam kelompok
23
yang bersangkutan.Daftar atau analisis individual seringkali menunjukan
komposisi dari suatu saldo rekening pada suatu tanggal tertentu.
3. Memo Audit dan Informasi Penguat
Memo audit adalah data tertulis yang dibuat auditor dalam bentuk uraian,
memo bisa berupa komentar atas pelaksanaan prosedur audit dan kesimpulan
yang dicapai. Dokumentasi informasi penguat terdiri dari:
a. Ringkasan atau intisari notulen rapat dewa komisaris
b. Jawaban konfirmasi
c. Representasi tertulisdan manajemen dan ahli dari luar
d. Salinan kontrak-kontrak penting
4. Jurnal Penyesuaian dan Jurnal Reklasifikasi
Jurnal penyesuaian audit adalah koreksi atas kekeliruan. Penghilangan,
atau kesalahan penerapan prinsip akuntansi yang dilakukan oleh klien.Jurnal
Penyesuaian ini dilakukan atas sesuatu yang berdampak material, baikm
secara individu atau secara keseluruhan, yang seharusnya telah dilakukan
oleh klien.
Jurnal reklasifikasi berkaitang dengan penyajian saldo-saldo yang benar
dalam laporan keuangan secara baik.Seperti halnya jurnal penyesuaian, jurnal
reklasifikasi juga hanya dilakuka n untuk hal-hal yang mempunyai dampak
material.
Dalam kertas kerja, setiap usulan jurnal akan nampak dalam
 Kertas kerja daftar atau ananlisis dari setiap rekening yang terpengaruh
 Setiap kertas kerja daftra utama yang terpengaruh
 Ikhtisar terpisah yang berisi usuan jurnal penyesuaian dn jurnal
reklasifikasi
 Daftar saldo pemeriksaan.
Ikhtisar jurnal penyesuaian dan jurnal reklasifikasi pada awalnya disebut
sbagai jurnal ususlan karena keputusan auditor untuk melakukan
penyesuaian atau reklasifikasi belum bisa dipastikan sampai berakhirnya
24
audit, karena hal itu baru bisa dilakukan setelah klien memberi
persetujuan.Keputusan tentang disetujui atau tidkanya usulan jurnal
peneysuaian atau reklasifikasi harus nampak dalam kertas kerja. Apabila
klien menolak untuk melaksanakan usulan jurnal penyesuaian dan
reklasifikasi yang dipandang perlu oleh auditor, maka hal ini akan
berpengaruh terhadap pendapat yang akan diberikan oleh auditor dalam
laporannya.
2.6 Pembuatan Kertas Kerja
Dalam pembuatan kertas kerja, terdapat sejumlah teknik dan mekaanisme
yang lazim digunakan oleh auditor. Berikut beberapa teknik penting yang harus
diperhatikan dalam pembuatan kertas kerja:
a. Judul
Setiap kertas kerja harus berisi nama klien, judul yang jelas menunjukan
isi kertas kerja yang bersangkutan., dan tanggal neraca atau periode yang
dicakup oleh audit
b. Nomor index
Setiap krtas kerja harus diberi index atau nomor referensi, misalnya A-1,
B-2 dsb, untuk keperluan pemberian identifikasi dan pengarsipan.
c. Referensi silang
Data dalam suatu kertas kerja yang diambil dari kertas kerja lain atau
dipindahkan atau dibawa di kertas kerja lain, harus diberi referensi silang
dengan nomor index dari krtas-kertas kerja tersebut
d. Tanda pengerjaan (tickmarks)
Tanda pengerjaan adalah symbol, seperti tanda silang, centang, atau
symbol lainnya yang digunakan dalam kertas kerja untuk menunjukan baha
auditor telah melakukan posedur audit tertentu pada bagian yang diberi tanda
pengerjaan, atau bahwa tambahan informasi tentang sesuatu hal terdapat pada
kertas kerja lain yang ditunjukan oleh tanda pengerjaan yang bersangkutan.
25
e. Tandatangan dan Tanggal
Segera setelah menyelesaikan tugasnya, baik pembuat maupun orang yang
meeview kertas kerja, harus menandatangani dan mencantumkan tanggal
pada kertas kerja yang bersangkutan.Hal ini diperlukan agar jelas siapa
penanggungjawab dalam pembuatan kertas kerja maupun orang yang telah
mereview kertas kerja.
2.7 Prinsip Penyusunan Kertas Kerja
1. Prinsip kehati-hatian (keseksamaan)
Semua kertas kerja harus dibuat dengan hati-hati. Kertas kerja harus
didesign dan disusun untuk menjamin bahwa:
a. Program pemeriksaan telah dilakukan.
b. Pemeriksaan sesuai dengan PA.
c. Laporan keuangan telah sesuai dengan prinsip akuntan dan diterapkan
secara konsisten.
2. Aspek fisik
Kertas kerja harus meliputi semua data yang dikumpulkan selama
pemeriksaan, sehingga isi kertas kerja harus lengkap dan jelas, keutuhannya
harus rapi dan tersusun yang merefleksikan keseluruhan dan ketepatan yang
dilakukan akuntan.
3. Aspek pengawasan kertas kerja
Semua kertas-kertas harus terlindungi selama pemeriksaan. Tanggung
jawab masing-masing kertas kerja harus ada selama dan sesudah
pemeriksaan. Agar dapat meningkatkan arti operasi kertas kerja maka setiap
kertas kerja harus diberi satu tanda atau indeks, misalnya : tanda S berarti
skedul yang terpsiah, A untuk tanda analisis dan sebagainya.
4. Penjelasan dalam kertas kerja
Setiap kertas kerja harus ditandatangani dan diberi tanggal oleh pemeriksa
yang melaksanakan dengan menunjukkan tanggung jawabnya pada bagian
atas kertas kerja harus diberi nama klien, nama rekening atau pos, periode
pemeriksaan, atau kode lainnya.
26
2.8 Ukuran (Standar Penyiapan Kertas Kerja)
Kertas kerja merupakan sumber data pemberian pendapat pada laporan
akuntan. Kertas kerja harus disusun sebaik-baiknya. Baik dalam arti bentuk
(layout), design, penjelasan sumber, verifikasi yang telah dilakukan secara jelas
diutamakan, sehingga akan membantu dalam review-nya. Berikut ini daftar
ukuran penyiapan kertas kerja yang sering dilakukan dalam praktek:
1. Setiap kertas kerja harus secara jelas teridentifikasi pada heading harus ada
semacam nama perusahaan, penjelasan informasi, dan periode
penggunaan.
2. Arsip kertas kerja harus digunakan untuk suatu masalah agar menandakan
bekerja dan memberi informasi yang cukup maka setiap kertas kerja hanya
untuk satu topik/maksudnya.
3. Setiap kertas kerja harus berisi nomor atau initial akuntan yang
membuatnya, tanggal pembuatan, nama atau initial seniornya, manager
atau partner yang mereviewnya. Bisa diberikan initial pada bawah/atas
sebelah kanan.
4. Lengkap atau analisis rekening, karyawan yang diinterview dan dokumen
diperiksa adalah syarat pemeriksaan yang baik. Yang harus tampak pada
kertas kerja.
5. Semua kertas kerja harus diberi indeks yang baik untuk neraca percobaan
atau kelompoknya. Bilamana referensi diperlukan antara kertas kerja,
maka harus ada indeks silang.
6. Sumber data yang disajikan dalam kertas kerja harus jelas, baik dari buku
besar, laporan keuangan, faktor atau yang lain.
7. Sifat verifikasi yang dilakukan akuntan harus dicatat pada kertas kerja.
8. Luas dan skope pengujian harus jelas dinyatakan pada setiap pemeriksaan.
9. Tujuan masing-masing kertas kerja dan hubungannya dengan tujuan
pemeriksaan harus jelas.
27
10. Suatu catatan terpisah atau daftar catatan bukti/pos diperiksa dan masih
memerlukan pengembangan harus ada. Dalam hal permasalahan yang
belum dapat terjawab cepat harus dimasukkan juga.
11. Kertas kerja harus mencakup pula komentar akuntan yang menunjukkan
kesimpulan pada masing-masing aspek pekerjaan.
12. Kertas kerja harus disusun di dalam arsip penyelesaian pekerjaan bila telah
selesai dibuat.
13. Dalam pembuatan kertas kerja harus dihindarkan pekerjaan menyalin,
yang menunjukkan suatu pemborosan waktu.
2.9 Review atas Kertas Kerja
Review atas kertas kerja dalam suatu kantor akuntan public dilakukan
pada berbagai tingkatan. Pada tahap pertama, review dilakukan oleh pengawas
langsung (supervisor) dari si pembuat kertas kerja, misalnya auditor snior atau
manajer. Review ini dilakukan apabila pekerjaaan atas suatu bagian audit tertentu
telah selesai dikerjakan. Review terutama ditekankan pada pekerjaan apa yang
dilakukan, bukti yang diperoleh dan kesimpulan yang dicapai oleh pembuat kertas
kerja.
2.10 Pengarsipan Kertas Kerja
Kertas kerja biasanya diarsipkan berdasarkan dua kategori
1. Arsip permanen
Berisi data yang diperkirakan akan berguna bagi auditor pada banyak
penugasan di masa dating untuk klien yang bersangkutan. Hal-hal yang
biasanya dimasukan dalam arsip permanen
a. Salinan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan
b. Kode rekening dan buku pedoman prosedur
c. Bagan organisasi
d. Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk-produk utama
28
e. Ketentuan-ketentuan penerbitan saham dan obligasi
f. Salinan kontrak-kotrak jangka panjang, seperti sewa-guna, program
pension, kesepakatan bagi hsil dan pemberian bonus.
g. Daftra rencarna depresiasi aktiva tetap dan amortisasi utang jangka
panjang.
h. Ringkasan prinsip-prnsip akuntansi yang digunakan oleh klien
2. Arsip tahun berjalan
Berisi informasi penguat yang berhubungan dengan pelaksanaan program
audit pada tahun berjalan.
2.11 Pemilik dan Penyimpanan Kertas Kerja
Kertas kerja adalah milik auditor. Namun demikian hak pemilikan auditor
atas kertas kerja ini mendapat krndala dari organisasi profesi si auditor sendiri.
Dalam kode etik ikatan akauntan Indonesia dinyatakan bahwa akuntan public
yidak boleh mengngkapkan informasi rahasia yag diperolehnya selama ia
melakukan tugas profesionalnya, tanpa persetujuan dari kliennya, kecuali untuk
hal-hal tertentu yang dinyatakan dalam aturan tersebut.
Kertas kerja disimpan oleh auditor, dan ia bertangungjawab untuk menjaga
keamanan dan kerahasiaaanya. Kertas kerja yang termasuk dalam kaegori kertas
kerja permanen, disimpan untuk waktu yang tak terbats, sedangkan kertas kerja
tahun berjalan disimpan oleh auditor sepanjang diperluukan leh auditor untuk
melayani klien atau untuk memenuhi ketentuan undang-undang.
29
3. Kasus Manipulasi Laporan Keuangan PT KAI
PT KAI Menerapkan proses GCG (Good Corporate Governance) dalam
suatu perusahaan bukan suatu proses yang mudah. Diperlukan konsistensi,
komitmen, dan pemahaman yang jelas dari seluruh stakeholders perusahaan
mengenai bagaimana seharusnya proses tersebut dijalankan. Namun, dari kasus-
kasus yang terjadi di BUMN ataupun Perusahaan Publik dapat ditarik kesimpulan
sementara bahwa penerapan proses GCG belum dipahami dan diterapkan
sepenuhnya. Pembedahan kasus-kasus yang telah terjadi di perusahaan atas proses
pengawasan yang efektif akan menjadi pembelajaran yang menarik dan kiranya
dapat kita hindari apabila kita dihadapkan pada situasi yang sama. Salah satu
contohnya adalah kasus audit umum yang dialami oleh PT. Kereta Api Indonesia
(PT. KAI). Kasus ini menunjukkan bagaimana proses tata kelola yang dijalankan
dalam suatu perusahaan dan bagaimana peran dari tiap-tiap organ pengawas
dalam memastikan penyajian laporan keuangan tidak salah saji dan mampu
menggambarkan keadaan keuangan perusahaan yang sebenarnya. Kasus PT. KAI
berawal dari perbedaan pandangan antara Manajemen dan Komisaris, khususnya
Ketua Komite Audit dimana Komisaris menolak menyetujui dan menandatangani
laporan keuangan yang telah diaudit oleh Auditor Eksternal. Komisaris meminta
untuk dilakukan audit ulang agar laporan keuangan dapat disajikan secara
transparan dan sesuai dengan fakta yang ada. Salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya kasus PT. KAI adalah rumitnya laporan keuangan PT. KAI.
Perbedaan pandangan antara manajemen dan komisaris tersebut bersumber pada
perbedaan mengenai:
1. Masalah piutang PPN. Piutang PPN per 31 Desember 2005 senilai Rp. 95,2
milyar, menurut Komite Audit harus dicadangkan penghapusannya pada tahun
2005 karena diragukan kolektibilitasnya, tetapi tidak dilakukan oleh manajemen
dan tidak dikoreksi oleh auditor.
2. Masalah Beban Ditangguhkan yang berasal dari penurunan nilai persediaan.
Saldo beban yang ditangguhkan per 31 Desember 2005 sebesar Rp. 6 milyar yang
merupakan penurunan nilai persediaan tahun 2002 yang belum diamortisasi,
30
menurut Komite Audit harus dibebankan sekaligus pada tahun 2005 sebagai
beban usaha.
3. Masalah persediaan dalam perjalanan. Berkaitan dengan pengalihan persediaan
suku cadang Rp. 1,4 milyar yang dialihkan dari satu unit kerja ke unit kerja
lainnya di lingkungan PT. KAI yang belum selesai proses akuntansinya per 31
Desember 2005, menurut Komite Audit seharusnya telah menjadi beban tahun
2005.
4. Masalah uang muka gaji. Biaya dibayar dimuka sebesar Rp. 28 milyar yang
merupakan gaji Januari 2006 dan seharusnya dibayar tanggal 1 Januari 2006 tetapi
telah dibayar per 31 Desember 2005 diperlakukan sebagai uang muka biaya gaji,
yang menurut Komite Audit harus dibebankan pada tahun 2005.
5. Masalah Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditentukan Statusnya (BPYDBS)
dan Penyertaan Modal Negara (PMN). BPYDBS sebesar Rp. 674,5 milyar dan
PMN sebesar Rp. 70 milyar yang dalam laporan audit digolongkan sebagai pos
tersendiri di bawah hutang jangka panjang, menurut Komite Audit harus
direklasifikasi menjadi kelompok ekuitas dalam neraca tahun buku 2005.
Beberapa hal yang direfentifikasi turut berperan dalam masalah pada laporan
keuangan PT. KAI Indonesia:
1. Auditor internal tidak berperan aktif dalam proses audit, yang berperan hanya
auditor Eksternal.
2. Komite audit tidak ikut serta dalam proses penunjukkan auditor sehingga tidak
terlibat proses audit.
3. Manajemen (tidak termasuk auditor eksternal) tidak melaporkan kepada komite
audit dan komite audit tidak menanyakannya.
4. Adanya ketidakyakinan manajemen akan laporan keuangan yang telah disusun,
sehingga ketika komite audit mempertanyakan manajemen merasa tidak yakin.
Terlepas dari pihak mana yang benar, permasalahan ini tentunya didasari oleh
tidak berjalannya fungsi check and balances yang merupakan fungsi substantif
dalam perusahaan. Yang terpenting adalah mengidentifikasi kelemahan yang ada
sehingga dapat dilakukan penyempurnaan untuk menghindari munculnya
permasalahan yang sama di masa yang akan datang.
31
Berikut ini beberapa solusi dan rekomendasi yang disarankan kepada PT KAI
untuk memperbaiki kondisi yang telah terjadi:
1. Apabila Dewan Komisaris ini merasa direksi tidak capable (mampu) memimpin
perusahaan, Dewan Komisaris dapat mengusulkan kepada pemegang saham untuk
mengganti direksi.
2. Diperlukannya kebijaksanaan (wisdom) dari Anggota Dewan Komisaris untuk
memilah-milah informasi apa saja yang merupakan private domain.
3. Komunikasi yang intens sangat diperlukan antara Auditor Eksternal dengan
Komite Audit.
4. Komite Audit sangat mengandalkan Internal Auditor dalam menjalankan
tugasnya untuk mengetahui berbagai hal yang terjadi dalam operasional
perusahaan.
5. Komite Audit tidak memberikan second judge atas opini Auditor Eksternal,
karena opini sepenuhnya merupakan tanggung jawab Auditor Eksternal.
6. Harus ada upaya untuk membenarkan kesalahan tahun-tahun lalu, karena
konsistensi yang salah tidak boleh dipertahankan.
7. Komite Audit tidak berbicara kepada publik karena esensinya Komite Audit
adalah organ Dewan Komisaris sehingga pendapat dan masukan Komite Audit
harus disampaikan kepada Dewan Komisaris. Apabila Dewan Komisaris tidak
setuju dengan Komite Audit, tetapi Komite Audit tetap pada pendiriannya,
Komite Audit dapat mencantumkan pendapatnya pada Laporan Komite Audit
yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan.
8. Manajemen menyusun laporan keuangan secara tepat waktu, akurat dan full
disclosure.
9. Komite Audit dan Dewan Komisaris sebaiknya melakukan inisiatif untuk
membangun budaya pengawasan dalam perusahaan melalui proses internalisasi,
sehingga pengawasan merupakan bagian tidak terpisahkan dari setiap organ dan
individu dalam organisasi.
32
Kaitan kasus dengan bukti audit
a. Bukti pada kasus PT. KAI dikaitkan dengan Pendekatan dalam audit:
1. Bukti audit top-down
Dalam laporan keuangan PT KAI tahun 2005, perusahaan BUMN itu
dicatat meraih keutungan sebesar Rp 6,9 Miliar. Padahal apabila diteliti dan
dikaji lebih rinci, perusahaan seharusnya menderita kerugian sebesar Rp 63
Miliar.
2. Bukti audit bottom-up
Ditemukan adanya kejanggalan dari laporan keuangan PT. KAI tahun
2005. Pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi dalam
laporan keuangan itu dimasukkan sebagai pendapatan PT KAI selama tahun
2005. Kewajiban PT. KAI untuk membayar surat ketetapan pajak (SKP)
pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar Rp 95,2 Miliar yang diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal Pajak pada akhir tahun 2003 disajikan dalam laporan
keuangan sebagai piutang atau tagihan kepada beberapa pelanggan yang
seharusnya menanggung beban pajak itu, padahal ia tidak dapat
dikelompokan dalam bentuk pendapatan atau asset. Dengan demikian,
kekeliruan dalam pencatatan transaksi atau perubahan keuangan telah terjadi
disini.
Penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan sebesar Rp
24 Miliar yang diketahui pada saat dilakukan inventarisasi tahun 2002 diakui
manajemen PT KAI sebagai kerugian secara bertahap selama lima tahun.
Pada akhir tahun 2005 masih tersisa saldo penurunan nilai yang belum
dibebankan sebagai kerugian sebesar Rp 6 Miliar, yang seharusnya
dibebankan seluruhnya dalam tahun 2005.
b. Berdasarkan kompetensi bukti audit
 Sumber Bahan Bukti dan Kualifikasi Orang yang Memberikan Informasi
terhadap Bukti
Sumber temuan bukti berasal dari Komite Audit dimana Komisaris
menolak menyetujui dan menandatangani laporan keuangan yang telah
diaudit oleh Auditor Eksternal karena merasa terdapat kejanggalan.
33
Dalam hal ini, komisaris yang merangkap sebagai komite audit PT.
KAI yaitu Hekinus Manao berbicara kepada publik dan menolak
menyetujui laporan keuangan PT. KAI tahun 2005 yang telah diaudit oleh
akuntan publik karena setelah diteliti dengan seksama mengenai
ditemukan adanya kejanggalan dari laporan keuangan PT. KAI tahun
2005. Ketiadaan tata kelola yang baik itu juga membuat komite audit
(komisaris) PT. KAI baru bisa dibuka akses terhadap laporan keuangan
setelah diaudit akuntan publik.
c. Data akuntansi yang mendasari
Catatan akuntansi
Berupa catatan akuntansi tahun 2002 yang membebankan kerugian
akibat penurunan persediaan berupa suku cadang sebesar Rp 24 M.
d. Bukti penguat
1) Bukti analitis
Bukti analitis salah satunya adalah dengan melihat data catatan
kerugian penurunan persediaan berupa suku cadang tahun 2002 sebesar 24
miliar yang harus dibebankan bertahap selama 5 tahun. Pada tahun 2005,
masih tersisa kerugian sejumlah Rp 6 Miliar, namun tidak dicatat.
2) Bukti dokumenter
Bukti documenter berupa surat ketetapan pajak (SKP) pajak
pertambahan nilai (PPN) sebesar Rp 95,2 Miliar yang diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal Pajak pada akhir tahun 2003 Catatan akuntansi
3)Bukti lisan
Bukti lisan berupa pernyataan manajemen PT. KAI pada tahun 1998-
2003 tidak melakukan pencadangan kerugian terhadap kemungkinan tidak
tertagihnya kewajiban pajak.
34
Kaitan Kasus dengan Kertas Kerja Pemeriksaan
Susunan kertas kerja pemeriksaan terdiri dari
1. Draf laporan audit
2. Laporan keuangan auditan
3. Ringkasan informasi bagi penelaah
4. Program audit
5. Laporan keuangan atas neraca lajur yang dibuat klien
6. Ringkasan jurnal penyesuaian
7. Working trial balance
8. Daftar Utama
9. Daftar pendukung
Dalam kasus manipulasi laporan keuangan PT KAI pada tahun 2005, PT
KAI salah saji dalam pelaporan keuangan. Akan tetapi setelah pelaksanaan proses
audit, di antaranya pembuatan kertas kerja, auditor memberikan opini wajar.
Namun berdasarkan temuan dari Komite Audit, terdapat banyak kejanggalan
dalam audit laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor eksternal. Sehingga
Komite Audit meminta untuk dilakukan audit ulang. Oleh karena itu kertas kerja
pemeriksaan yang sudah dibuat oleh auditor mengindikasikan bahwa adanya
kesalahan perhitungan dan penyajian. Hal tersebut disebabkan karena dalam
penyusunan KKP didasarkan atas bukti-bukti audit yang dikumpulkan, salah
satunya yaitu laporan keuangan PT KAI. Tetapi auditor tidak menunjukkan
adanya kesalahan dalam penyajian laporan keuangan tersebut.
35
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan oleh auditor untuk
menyatakan opini audit. Tujuan audit laporan keuangan adalah untuk memberikan
pendapat atas kewajaran laporan keuangan klien. Untuk mendasari pemberian
pendapat tersebut, auditor harus memperoleh dan mengevaluasi bukti. Bukti audit
yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua
informasi penguat (corroborating information) yang tersedia bagi auditor.
Kertas kerja merupakan sumber yang penting bagi akuntan dan merupakan
jembatan penghubung antara catatan klien dengan laporan akuntan. Pengumpulan
kertas kerja akuntan sangat memperhatikan kondisi sistem pengendalian intern.
Makin baik sistemnya maka semakin berkurang kertas kerjanya. Kertas kerja
meliputi semua bukti-bukti yang dikumpulkan akuntan untuk membuktikan
bahwa pemeriksaan telah dilakukan, metode dan prosedur pemeriksaan telah
dilaksanakan dan kesimpulan (temuan) telah diberikan.
Dalam kasus di atas dapat disimpulkan bahwa auditor dalam
mengumpulkan bukti-bukti audit harus jujur sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya, karena dari bukti-bukti audit tersebut akan dijadikan dasar dalam
penyusunan kertas kerja pemeriksaan. Sehingga auditor dalam menyampaikan
opininya harus sesuai dengan temuan bukti.
36
DAFTAR PUSTAKA
Halim, Abdul. 2008. Auditing: Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan. Edisi
Keempat. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN.
Jusup, Al. 2001. Auditing (Pengauditan). Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE
YKPN.
Hartadi, Bambang. 1987. Auditing: Suatu Pedoman Pemeriksaan Akuntansi
Tahap Pendahuluan. Yogyakarta: BPFE.
Mulyadi. 2002. Auditing. Jakarta: Salemba Empat.
Boyton,dkk. 2002. Modern Auditing. Jakarta: Erlangga.
Kamis 5 November 2015, 10.30 WIB :
http://www.kompasiana.com/www.hendri.com/permasalahan-isu-
audit_5535b24a6ea8340823da4340

More Related Content

What's hot

Psak 71 instumen keuangan
Psak 71 instumen keuanganPsak 71 instumen keuangan
Psak 71 instumen keuangan
Dr. Zar Rdj
 
(Pert 1) bab 6 tujuan dan tanggung jawab audit
(Pert 1) bab 6 tujuan dan tanggung jawab audit(Pert 1) bab 6 tujuan dan tanggung jawab audit
(Pert 1) bab 6 tujuan dan tanggung jawab audit
Ilham Sousuke
 
Kertas kerja pemeriksaan kap
Kertas kerja pemeriksaan kapKertas kerja pemeriksaan kap
Kertas kerja pemeriksaan kap
YABES HULU
 
Ch07 indo-version
Ch07 indo-versionCh07 indo-version
Ch07 indo-version
Gant Pria
 
akuisisi antar perusahaan dan investasi pada entitas lain
akuisisi antar perusahaan dan investasi pada entitas lainakuisisi antar perusahaan dan investasi pada entitas lain
akuisisi antar perusahaan dan investasi pada entitas lain
Nurmansyah Arif W
 
BAB 8 AUDIT SIKLUS PENDANAAN.ppt
BAB 8 AUDIT SIKLUS PENDANAAN.pptBAB 8 AUDIT SIKLUS PENDANAAN.ppt
BAB 8 AUDIT SIKLUS PENDANAAN.ppt
Rd V RaZz
 
BAGIAN 1 - AUDITING DAN PROFESI AKUNTAN PUBLIK.pptx
BAGIAN 1 - AUDITING DAN PROFESI AKUNTAN PUBLIK.pptxBAGIAN 1 - AUDITING DAN PROFESI AKUNTAN PUBLIK.pptx
BAGIAN 1 - AUDITING DAN PROFESI AKUNTAN PUBLIK.pptx
ssuser219700
 
Pengauditan bab 8 Penaksiran Risiko dan Desain Pengujian
Pengauditan bab 8  Penaksiran Risiko dan Desain PengujianPengauditan bab 8  Penaksiran Risiko dan Desain Pengujian
Pengauditan bab 8 Penaksiran Risiko dan Desain Pengujian
wafa khairani
 
Sistem informasi akuntansi
Sistem informasi akuntansiSistem informasi akuntansi
Sistem informasi akuntansi
sabrina kho
 
Bab 10 evaluasi pusat investasi
Bab 10 evaluasi pusat investasi Bab 10 evaluasi pusat investasi
Bab 10 evaluasi pusat investasi
apryani rahmawati
 
Siklus sistem informasi akuntansi
Siklus sistem informasi akuntansiSiklus sistem informasi akuntansi
Siklus sistem informasi akuntansi
dedidarwis
 
Pengauditan bab 3 bukti audit
Pengauditan bab 3 bukti auditPengauditan bab 3 bukti audit
Pengauditan bab 3 bukti audit
Natalia Anneliz
 
Standard Auditing
Standard AuditingStandard Auditing
Standard Auditing
Sujatmiko Wibowo
 
Makalah teori akuntansi bab 3 struktur teori akuntansi (jiantari c 301 09 013...
Makalah teori akuntansi bab 3 struktur teori akuntansi (jiantari c 301 09 013...Makalah teori akuntansi bab 3 struktur teori akuntansi (jiantari c 301 09 013...
Makalah teori akuntansi bab 3 struktur teori akuntansi (jiantari c 301 09 013...Jiantari Marthen
 
5. konsinyasi
5. konsinyasi5. konsinyasi
5. konsinyasi
Indra Tugus
 
SISTIM INFORMASI AKUNTANSI
SISTIM INFORMASI AKUNTANSISISTIM INFORMASI AKUNTANSI
SISTIM INFORMASI AKUNTANSI
Mandiri Sekuritas
 
Bukti audit
Bukti auditBukti audit
Bukti audit
Sudybrt Sudybrt
 
Sert deposito 1
Sert deposito 1Sert deposito 1
Sert deposito 1AgamJulli
 
Pertemuan 1 pengauditan internal "Foundation of Internal Auditing and Interna...
Pertemuan 1 pengauditan internal "Foundation of Internal Auditing and Interna...Pertemuan 1 pengauditan internal "Foundation of Internal Auditing and Interna...
Pertemuan 1 pengauditan internal "Foundation of Internal Auditing and Interna...
Farazola Lan
 

What's hot (20)

Psak 71 instumen keuangan
Psak 71 instumen keuanganPsak 71 instumen keuangan
Psak 71 instumen keuangan
 
(Pert 1) bab 6 tujuan dan tanggung jawab audit
(Pert 1) bab 6 tujuan dan tanggung jawab audit(Pert 1) bab 6 tujuan dan tanggung jawab audit
(Pert 1) bab 6 tujuan dan tanggung jawab audit
 
Kertas kerja pemeriksaan kap
Kertas kerja pemeriksaan kapKertas kerja pemeriksaan kap
Kertas kerja pemeriksaan kap
 
Ch07 indo-version
Ch07 indo-versionCh07 indo-version
Ch07 indo-version
 
akuisisi antar perusahaan dan investasi pada entitas lain
akuisisi antar perusahaan dan investasi pada entitas lainakuisisi antar perusahaan dan investasi pada entitas lain
akuisisi antar perusahaan dan investasi pada entitas lain
 
BAB 8 AUDIT SIKLUS PENDANAAN.ppt
BAB 8 AUDIT SIKLUS PENDANAAN.pptBAB 8 AUDIT SIKLUS PENDANAAN.ppt
BAB 8 AUDIT SIKLUS PENDANAAN.ppt
 
BAGIAN 1 - AUDITING DAN PROFESI AKUNTAN PUBLIK.pptx
BAGIAN 1 - AUDITING DAN PROFESI AKUNTAN PUBLIK.pptxBAGIAN 1 - AUDITING DAN PROFESI AKUNTAN PUBLIK.pptx
BAGIAN 1 - AUDITING DAN PROFESI AKUNTAN PUBLIK.pptx
 
Pengauditan bab 8 Penaksiran Risiko dan Desain Pengujian
Pengauditan bab 8  Penaksiran Risiko dan Desain PengujianPengauditan bab 8  Penaksiran Risiko dan Desain Pengujian
Pengauditan bab 8 Penaksiran Risiko dan Desain Pengujian
 
Sistem informasi akuntansi
Sistem informasi akuntansiSistem informasi akuntansi
Sistem informasi akuntansi
 
Bab 10 evaluasi pusat investasi
Bab 10 evaluasi pusat investasi Bab 10 evaluasi pusat investasi
Bab 10 evaluasi pusat investasi
 
Siklus sistem informasi akuntansi
Siklus sistem informasi akuntansiSiklus sistem informasi akuntansi
Siklus sistem informasi akuntansi
 
Pengauditan bab 3 bukti audit
Pengauditan bab 3 bukti auditPengauditan bab 3 bukti audit
Pengauditan bab 3 bukti audit
 
Standard Auditing
Standard AuditingStandard Auditing
Standard Auditing
 
SISTEM PENGENDALIAN INTERN
SISTEM PENGENDALIAN INTERNSISTEM PENGENDALIAN INTERN
SISTEM PENGENDALIAN INTERN
 
Makalah teori akuntansi bab 3 struktur teori akuntansi (jiantari c 301 09 013...
Makalah teori akuntansi bab 3 struktur teori akuntansi (jiantari c 301 09 013...Makalah teori akuntansi bab 3 struktur teori akuntansi (jiantari c 301 09 013...
Makalah teori akuntansi bab 3 struktur teori akuntansi (jiantari c 301 09 013...
 
5. konsinyasi
5. konsinyasi5. konsinyasi
5. konsinyasi
 
SISTIM INFORMASI AKUNTANSI
SISTIM INFORMASI AKUNTANSISISTIM INFORMASI AKUNTANSI
SISTIM INFORMASI AKUNTANSI
 
Bukti audit
Bukti auditBukti audit
Bukti audit
 
Sert deposito 1
Sert deposito 1Sert deposito 1
Sert deposito 1
 
Pertemuan 1 pengauditan internal "Foundation of Internal Auditing and Interna...
Pertemuan 1 pengauditan internal "Foundation of Internal Auditing and Interna...Pertemuan 1 pengauditan internal "Foundation of Internal Auditing and Interna...
Pertemuan 1 pengauditan internal "Foundation of Internal Auditing and Interna...
 

Similar to Tugas makalah bukti_audit_dan_kkp

Makalah kel 1_Bukti Audit dan sampling.docx
Makalah kel 1_Bukti Audit dan sampling.docxMakalah kel 1_Bukti Audit dan sampling.docx
Makalah kel 1_Bukti Audit dan sampling.docx
fadilaamalis
 
Audit lanjutan, yenny farlina yoris, yudhi herliansyah, the building blocks o...
Audit lanjutan, yenny farlina yoris, yudhi herliansyah, the building blocks o...Audit lanjutan, yenny farlina yoris, yudhi herliansyah, the building blocks o...
Audit lanjutan, yenny farlina yoris, yudhi herliansyah, the building blocks o...
yenny yoris
 
Tugas 3, riview bukti audit copy
Tugas 3, riview bukti audit   copyTugas 3, riview bukti audit   copy
Tugas 3, riview bukti audit copyYusdi Sinathrya
 
Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Yudhi Herliansyah, The Building Blocks ...
Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Yudhi Herliansyah, The Building Blocks ...Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Yudhi Herliansyah, The Building Blocks ...
Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Yudhi Herliansyah, The Building Blocks ...
Sandy Setiawan
 
Audit.pptx
Audit.pptxAudit.pptx
Audit.pptx
DinaJuliani3
 
Bukti audit dan kertas kerja audit_pertemuan 7.pptx
Bukti audit dan kertas kerja audit_pertemuan 7.pptxBukti audit dan kertas kerja audit_pertemuan 7.pptx
Bukti audit dan kertas kerja audit_pertemuan 7.pptx
RiaMennita
 
Bab 5
Bab 5Bab 5
(Pert 2) bab 7 bukti audit
(Pert 2) bab 7 bukti audit(Pert 2) bab 7 bukti audit
(Pert 2) bab 7 bukti audit
Ilham Sousuke
 
Kel 2.pptx
Kel 2.pptxKel 2.pptx
Modul 3 auditevidencerev
Modul 3 auditevidencerevModul 3 auditevidencerev
Modul 3 auditevidencerevnoeljonathan
 
BUKTI_AUDIT.doc
BUKTI_AUDIT.docBUKTI_AUDIT.doc
BUKTI_AUDIT.doc
NanangAgussaputra
 
9eb93479-1925-4121-8081-9fb518c9711f.pptx
9eb93479-1925-4121-8081-9fb518c9711f.pptx9eb93479-1925-4121-8081-9fb518c9711f.pptx
9eb93479-1925-4121-8081-9fb518c9711f.pptx
mrbacot
 
Tujuan, Bukti & Prosedur Audit.pptx
Tujuan, Bukti & Prosedur Audit.pptxTujuan, Bukti & Prosedur Audit.pptx
Tujuan, Bukti & Prosedur Audit.pptx
ImamSyafii301684
 
Forensic Auditing _Training "FRAUD & INVESTIGATIVE AUDITING".
Forensic  Auditing _Training "FRAUD & INVESTIGATIVE AUDITING".Forensic  Auditing _Training "FRAUD & INVESTIGATIVE AUDITING".
Forensic Auditing _Training "FRAUD & INVESTIGATIVE AUDITING".
Kanaidi ken
 
Bukti_Audit.pptx
Bukti_Audit.pptxBukti_Audit.pptx
Bukti_Audit.pptx
zatoichi020784
 
PROSEDUR AUDIT
PROSEDUR AUDITPROSEDUR AUDIT
PROSEDUR AUDIT
Mandiri Sekuritas
 
1.tugas makalah auditing 2
1.tugas makalah auditing 21.tugas makalah auditing 2
1.tugas makalah auditing 2DIANA LESTARI
 

Similar to Tugas makalah bukti_audit_dan_kkp (20)

Makalah kel 1_Bukti Audit dan sampling.docx
Makalah kel 1_Bukti Audit dan sampling.docxMakalah kel 1_Bukti Audit dan sampling.docx
Makalah kel 1_Bukti Audit dan sampling.docx
 
Audit lanjutan, yenny farlina yoris, yudhi herliansyah, the building blocks o...
Audit lanjutan, yenny farlina yoris, yudhi herliansyah, the building blocks o...Audit lanjutan, yenny farlina yoris, yudhi herliansyah, the building blocks o...
Audit lanjutan, yenny farlina yoris, yudhi herliansyah, the building blocks o...
 
Tugas 3, riview bukti audit copy
Tugas 3, riview bukti audit   copyTugas 3, riview bukti audit   copy
Tugas 3, riview bukti audit copy
 
Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Yudhi Herliansyah, The Building Blocks ...
Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Yudhi Herliansyah, The Building Blocks ...Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Yudhi Herliansyah, The Building Blocks ...
Pengauditan Lanjutan, Sandy Setiawan, Yudhi Herliansyah, The Building Blocks ...
 
Audit.pptx
Audit.pptxAudit.pptx
Audit.pptx
 
Bukti audit dan kertas kerja audit_pertemuan 7.pptx
Bukti audit dan kertas kerja audit_pertemuan 7.pptxBukti audit dan kertas kerja audit_pertemuan 7.pptx
Bukti audit dan kertas kerja audit_pertemuan 7.pptx
 
Bab 5
Bab 5Bab 5
Bab 5
 
Auditing
AuditingAuditing
Auditing
 
Audit kertas-kerja
Audit kertas-kerjaAudit kertas-kerja
Audit kertas-kerja
 
(Pert 2) bab 7 bukti audit
(Pert 2) bab 7 bukti audit(Pert 2) bab 7 bukti audit
(Pert 2) bab 7 bukti audit
 
Kel 2.pptx
Kel 2.pptxKel 2.pptx
Kel 2.pptx
 
BUKTI AUDIT
BUKTI AUDITBUKTI AUDIT
BUKTI AUDIT
 
Modul 3 auditevidencerev
Modul 3 auditevidencerevModul 3 auditevidencerev
Modul 3 auditevidencerev
 
BUKTI_AUDIT.doc
BUKTI_AUDIT.docBUKTI_AUDIT.doc
BUKTI_AUDIT.doc
 
9eb93479-1925-4121-8081-9fb518c9711f.pptx
9eb93479-1925-4121-8081-9fb518c9711f.pptx9eb93479-1925-4121-8081-9fb518c9711f.pptx
9eb93479-1925-4121-8081-9fb518c9711f.pptx
 
Tujuan, Bukti & Prosedur Audit.pptx
Tujuan, Bukti & Prosedur Audit.pptxTujuan, Bukti & Prosedur Audit.pptx
Tujuan, Bukti & Prosedur Audit.pptx
 
Forensic Auditing _Training "FRAUD & INVESTIGATIVE AUDITING".
Forensic  Auditing _Training "FRAUD & INVESTIGATIVE AUDITING".Forensic  Auditing _Training "FRAUD & INVESTIGATIVE AUDITING".
Forensic Auditing _Training "FRAUD & INVESTIGATIVE AUDITING".
 
Bukti_Audit.pptx
Bukti_Audit.pptxBukti_Audit.pptx
Bukti_Audit.pptx
 
PROSEDUR AUDIT
PROSEDUR AUDITPROSEDUR AUDIT
PROSEDUR AUDIT
 
1.tugas makalah auditing 2
1.tugas makalah auditing 21.tugas makalah auditing 2
1.tugas makalah auditing 2
 

Recently uploaded

Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
akram124738
 
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
arianferdana
 
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
PreddySilitonga
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA Kelas VII (1).pptx
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA  Kelas VII (1).pptxALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA  Kelas VII (1).pptx
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA Kelas VII (1).pptx
rusinaharva1
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkdpenjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
jaya35ml2
 
AKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptx
AKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptxAKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptx
AKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptx
AdeRinaMuliawati1
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
asepridwan50
 
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptxRefleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
SholahuddinAslam
 
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
VenyHandayani2
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi dan prakarsa perubahan
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi  dan prakarsa perubahanAKSI NYATA MODUL 1.3 visi  dan prakarsa perubahan
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi dan prakarsa perubahan
PutuRatihSiswinarti1
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
RESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptx
RESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptxRESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptx
RESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptx
ABDULRASIDSANGADJI1
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratPendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Eldi Mardiansyah
 
Komunitas Belajar dalam Sekolah.Mari Melakukan Identifikasi! Apakah kombel Ib...
Komunitas Belajar dalam Sekolah.Mari Melakukan Identifikasi! Apakah kombel Ib...Komunitas Belajar dalam Sekolah.Mari Melakukan Identifikasi! Apakah kombel Ib...
Komunitas Belajar dalam Sekolah.Mari Melakukan Identifikasi! Apakah kombel Ib...
JokoPramono34
 

Recently uploaded (20)

Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
 
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
 
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA Kelas VII (1).pptx
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA  Kelas VII (1).pptxALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA  Kelas VII (1).pptx
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA Kelas VII (1).pptx
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkdpenjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
 
AKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptx
AKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptxAKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptx
AKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptx
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
 
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptxRefleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
 
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi dan prakarsa perubahan
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi  dan prakarsa perubahanAKSI NYATA MODUL 1.3 visi  dan prakarsa perubahan
AKSI NYATA MODUL 1.3 visi dan prakarsa perubahan
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
RESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptx
RESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptxRESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptx
RESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptx
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratPendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
 
Komunitas Belajar dalam Sekolah.Mari Melakukan Identifikasi! Apakah kombel Ib...
Komunitas Belajar dalam Sekolah.Mari Melakukan Identifikasi! Apakah kombel Ib...Komunitas Belajar dalam Sekolah.Mari Melakukan Identifikasi! Apakah kombel Ib...
Komunitas Belajar dalam Sekolah.Mari Melakukan Identifikasi! Apakah kombel Ib...
 

Tugas makalah bukti_audit_dan_kkp

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Untuk mencapai tujuan ini auditor perlu menghimpun bukti kompeten yang cukup. Untuk menghimpun bukti kompeten yang cukup, auditor perlu mengidentifikasikan dan menyusun sejumlah tujuan audit spesifik untuk setiap akun laporan keuangan. Dangan melihat tujuan audit spesifik tersebut, auditor akan dapat mengidentifikasi bukti apa yang dapat dihimpun, dan bagaimana cara menghimpun bukti tersebut. Sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, auditor mengumpulkan bukti audit. Meskipun catatan akuntansi menyediakan bukti audit yang cukup untuk mendukung pendapat auditor, namun catatan tersebut bukan merupakan satu-satunya bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor. Auditor juga mengumpulkan bukti audit dengan melakukan pegamatan langsung terhadap penghitungan fisik sediaan, mengajukan permintaan keterangan, dan mendapatkan bukti dari berbagai sumber di luar perusahaan klien. Kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan auditor mengenai prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan kesimpulan yang dibuatnya berkenaan dengan pelaksanaan audit. Kertas kerja juga merupakan penghubung antara catatan klien dengan audit. Oleh karena itu, pembuatan dan penyimpanan kertas kerja merupakan pekerjaan yang penting dalam audit. Dalam proses auditnya, auditor harus mengumpulkan atau membuat berbagai tipe bukti untuk mendukung simpulan dan pendapatnya atas laporan keuangan auditan. Untuk pengumpulan dan pembuktian bukti audit itulah auditor membuat kertas kerja.
  • 2. 2 2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tentang Bukti Audit? 1.1 Apa pengertian bukti audit? 1.2 Bagaimana kecukupan bukti audit? 1.3 Bagaimana kompetensi bukti audit? 1.4 Bagaimana sifat bukti audit? 1.5 Bagaimana prosedur untuk menghimpun bukti audit? 1.6 Bagaimana dalam evaluasi bukti audit? 1.7 Pendekatan apa saja yang ada dalam audit? 2. Bagaimana tentang Kertas Kerja Pemeriksaan? 2.1 Apa pengertian dari Kertas Kerja Pemeriksaan? 2.2 Bagaimana sifat Kerahasiaan Kertas Kerja Pemeriksaan? 2.3 Apa tujuan dari Kertas kerja Pemeriksaan? 2.4 Apa saja klasifikasi dalam Kertas Kerja Pemeriksaan? 2.5 Apa saja jenis-jenis Kertas Kerja Pemeriksaan? 2.7 Bagaimana pembuatan Kertas Kerja Pemeriksaan? 2.7 Apa saja prinsip penyusunan Kertas Kerja Pemeriksaan? 2.8 Bagaimana ukuran (standar penyiapan kertas kerja)? 2.9 Bagaimana review atas Kertas Kerja Pemeriksaan? 2.10 Apa saja pengarsipan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan? 2.11 Bagaimana tentang pemilik dan penyimpanan Kertas Kerja Pemeriksaan? 3. Bagaimana keterkaitan kasus manipulasi laporan keuangan PT KAI dengan bukti audit dan kertas kerja pemeriksaan?
  • 3. 3 3. Tujuan 1. Untuk mengetahui tentang Bukti Audit 1.1 Untuk mengetahui pengertian bukti audit 1.2 Untuk mengetahui kecukupan bukti audit 1.3 Untuk mengetahui kompetensi bukti audit 1.4 Untuk mengetahui sifat bukti audit 1.5 Untuk mengetahui prosedur untuk menghimpun bukti audit 1.6 Untuk mengetahui evaluasi bukti audit 1.7 Untuk mengetahui pendekatan dalam audit 2. Untuk mengetahui tentang Kertas Kerja Pemeriksaan 2.1 Untuk mengetahui pengertian dari Kertas Kerja Pemeriksaan 2.2 Untuk mengetahui sifat Kerahasiaan Kertas Kerja Pemeriksaan 2.3 Untuk mengetahui tujuan dari Kertas kerja Pemeriksaan 2.4 Untuk mengetahui klasifikasi dalam Kertas Kerja Pemeriksaan 2.5 Untuk mengetahui jenis-jenis Kertas Kerja Pemeriksaan 2.7 Untuk mengetahui cara pembuatan Kertas Kerja Pemeriksaan 2.7 Untuk mengetahui prinsip penyusunan Kertas Kerja Pemeriksaan 2.8 Untuk mengetahui ukuran (standar penyiapan kertas kerja) 2.9 Untuk mengetahui review atas Kertas Kerja Pemeriksaan 2.10 Untuk mengetahui pengarsipan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan 2.11 Untuk mengetahui pemilik dan penyimpanan Kertas Kerja Pemeriksaan 3. Untuk mengetahui keterkaitan kasus manipulasi laporan keuangan PT KAI dengan bukti audit dan kertas kerja pemeriksaan
  • 4. 4 BAB II PEMBAHASAN 1. BUKTI AUDIT Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya. 1.1 Pengertian Bukti Audit Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan oleh auditor untuk menyatakan opini audit. Tujuan audit laporan keuangan adalah untuk memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan klien. Untuk mendasari pemberian pendapat tersebut, auditor harus memperoleh dan mengevaluasi bukti. Sebagian besar waktu audit sebenarnya tercurah pada perolehan atau pengumpulan dan pengevaluasian bukti tersebut. Auditor harus menghimpun evidential matter (hal-hal yang bersifat membuktikan) dan tidak sekedar evident atau bukti konkrit sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan klien. Bukti audit dikumpulkan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Selain catatan akuntansi, auditor juga mengumpulkan bukti dengan melakukan pengamatan langsung terhadap perhitungan fisik sediaan, mengajukan permintaan keterangan, dan mendapatkan bukti dari berbagai sumber di luar perusahaan klien. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat (corroborating information) yang tersedia bagi auditor.  Data Akuntansi Jurnal, buku besar, dan buku pembantu, serta buku pedoman akuntansi, memorandum, dan catatan tidak resmi, seperti daftar lembaran kerja (work
  • 5. 5 sheet) yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan rekonsiliasi secara keseluruhan merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan. Auditor menguji data akuntansi yang mendasari laporan keuangan dengan jalan : 1) Menganalisis dan me-review, 2) Menelusuri kembali langkah-langkah prosedur yang diikuti dalam proses akuntansi dan dalam proses pembuatan lembaran kerja dan alokasi yang bersangkutan, 3) Mennghitung kembali dan melakukan rekonsiliasi jumlah-jumlah yang berhubungan dengan penerapan informasi yang sama.  Informasi Penguat Informasi penguat meliputi :  Segala dokumen seperti cek, faktur, surat kontrak, notulen rapat, konfirmasi, dan pernyataan tertulis dari pihak yang mengetahui,  Informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan keterangan, pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan fisik,  Informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya untuk menarik kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat. Dokumen yang relevan yang menunjang pencatatan dalam akun-akun dan asersi dalam laporan keuangan, biasanya disimpan dalam arsip perusahaan dan tersedia bagi auditor untuk diaudit. Bukti audit merupakan suatu konsep yang fundamental di dalam audit. Hal itu dinyatakan secara jelas dalam standar pekerjaan lapangan ketiga, yang menyatakan bahwa : “bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inpeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan audit.”
  • 6. 6 Dari kalimat tersebut di atas, diperoleh hal penting yang berkaitan dengan audit, yaitu: 1. Kecukupan bukti audit 2. Kompetensi bukti audit 3. Dasar yang memadai atau rasional 4. Sifat bukti 5. Prosedur yang dapat dilakukan untuk menghimpun bukti 1.2 Kecukupan Bukti Audit Cukup atau tidaknya bukti Audit berkaitan dengan kuantitas bukti yang harus dikumpulkan oleh auditor. Faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor dalam menentukan cukup atau tidaknya bukti audit adalah : a. Materialitas Materialistis ditujukan untuk derajat signifikansi dari kelas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan bagi pengguna laporan keuangan. Auditor harus membuat pendapat pendahuluan atas tingkat materialitas laporan keuangan. Ada hubungan terbalik antara tingkat materialitas dan kuantitas bukti audit yang diperlukan. Semakin rendah tingkat materialitas, semakin banyak kuantitas bukti yang diperlukan. Sebaliknya, jika tingkat materialitas tinggi, maka kuantitas bukti yang diperlukan sedikit. Tingkat materialitas yang ditentukan rendah berarti tolerable misstatement rendah. Rendahnya salah saji yang dapat ditoleransi menuntut auditor untuk menghimpun lebih banyak bukti sehingga auditor yakin tidak ada salah saji material yang terjadi. Auditor harus dapat membedakan secara jelas antara tingkat materialitas saldo akun dengan akun yang material. Pada umumnya akun yang material terhadap laporan keuangan lebih banyak memerlukan bukti daripada akun yang tidak material. Di samping itu, akun yang berisiko tinggi terhadap salah saji dalam laporan keuangan lebih banyak memerlukan bukti daripada akun yang berisiko rendah terjadi salah saji.
  • 7. 7 b. Risiko audit Risiko salah saji material ditujukan pada risiko bawaan yang asersinya mungkin disalahsajikan dan risiko pengendalian yang mana pengendalian internalnya gagal untuk mencegah atau mendeteksi salah saji yang material dalam asersi. Ada hubungan terbalik antara risiko audit dengan jumlah bukti yang diperlukan untuk mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan. Rendahnya risiko audit berarti juga tingginya tingkat kepastian yang diyakini auditor mengenai ketepatan pendapatnya. Tingginya tingkat kepastian tersebut menuntut auditor untuk menghimpun bukti yang lebih banyak. Semakin rendah tingkat risiko audit yang dapat diterima auditor, semakin banyak kuantitas bukti yang diperlukan. Hubungan terbalik juga ada antara risiko deteksi dengan jumlah bukti yang diperlukan. Semakin rendah tingkat risiko deteksi yang dapat diterima auditor, semakin banyak bukti yang diperlukan. Sebaliknya ada hubungan searah antara risiko bawaan dan risiko pengendalian dengan kuantitas bukti yang diperlukan. Semakin tinggi tingkat risiko bawaan, semakin banyak bukti yang diperlukan. Semakin tinggi tingkat risiko pengendalian, semakin banyak bukti yang diperlukan. c. Faktor-faktor ekonomi Auditor memilih keterbatasan sumber daya yang digunakan untuk memperoleh bukti yang diperlukan sebagai dasar yang memadai untuk memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan. Pelaksanaan audit menghadapi kendala waktu dan biaya dalam menghimpun bukti. Auditor harus memperhitungkan apakah setiap tambahan biaya dan waktu untuk menghimpun bukti seimbang dengan keuntungan atau manfaat yang diperoleh melalui kuantitas dan kualitas bukti yang dihimpun.
  • 8. 8 d. Ukuran dan karakteristik Pengumpulan bukti audit dan pemeriksaan terhadap bukti audit dilakukan atas dasar sampling. Ada hubungan searah antara besar populasi dengan besar sampling yang harus diambil dari populasi tersebut. Semakin besar populasinya semakin besar jumlah sampel bukti audit yang harus diambil dari populasinya. Sebaliknya, semakin kecil populasi semakin kecil jumlah sampel bukti audit yang diambil dari populasi. Karakteristik populasi berkaitan denga homogenitas atau variabelitas item individual yang menjadi anggota populasi. Auditor memerlukan lebih banyak sampel dan informasi yang lebih kuat atau mendukung atas populasi yang bervariasi anggotanya daripada populasi yang seragam. 1.3 Kompetensi Bukti Audit Kompetensi bukti audit berhubungan dengan kualitas atau keandalan data akuntansi dan informasi penguat.  Kompetensi data akuntansi Keandalan catatan akuntansi dipengaruhi secara langsung oleh efektivitas pengendalian intern.  Kompetensi Informasi Penguat Kompetensi informasi penguat dipengaruhi oleh berbagai faktor berikut ini: a. Relevansi. Bukti audit harus berkaitan dengan tujuan audit. b. Sumber. Bukti audit yan berasal dari sumber di luar organisasi klien pada umumnya merupakan bukti yang tingkat kompetensinya dianggap tinggi. c. Ketepatan waktu. Berkaitan dengan tanggal berlakunya bukti yang diperoleh auditor.
  • 9. 9 d. Objektivitas. Bukti yang bersifat objektif umumnya dianggap lebih andal dibandingkan bukti yang bersifat subjektif. Faktor Penentu Kompetensi Bukti Audit Kompetensi Rendah Faktor Kompetensi Kompetensi Tinggi Tidak relevan untuk mendukung Relevansi pemberian pendapat Relevan untuk mendukung pemberian pendapat - Berasal dari dalam perusahaan - Pengendalian internal yang tidak memuaskan - Pengetahuan tidak langsung oleh auditor Sumber - Berasal dari luar perusahaan - Pengendalian internal yang memuaskan - Pengetahuan langsung oleh auditor Bukti-bukti yang dapat dipakai selain pada tanggal neraca Waktu Bukti-bukti yang hanya dapat dipakai pada tanggal neraca Subyektif Obyektivitas Obyektif Faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor tentang kelayakan bukti audit : a. Petimbangan profesional. Pertimbangan profesional merupakan salah satu faktor yang menentukan keseragaman penerapan mutu dan jumlah bukti yang diperlukan dalam audit. b. Integritas Manajemen. Manajemen bertanggungjawab atas asersi yang tercantum dalam laporan keuangan dan berada dalam posisi untuk mengendalikan sebagian besar bukti penguat dan data akuntansi yang mendukung laporan keuangan. Oleh karena itu auditor akan meminta bukti kompeten jika terdapat keraguan terhadap integritas manajemen.
  • 10. 10 c. Kepemilikan publik versus terbatas. Umumnya auditor memerlukan tingkat keyakinan yang lebih tinggi dalam audit atas laporan perusahaan publik dibandingkan dengan audit atas laporan keuangan perusahaan yang dimiliki oleh kalangan terbatas karena dalam audit atas laporan keuangan perusahaan publik, laporan audit digunakan oleh pemakai dari kalangan yang lebih luas, dan pemakai laporan audit tersebut hanya mengandalkan pengambilan keputusan investasinya terutama atas keuangan laporan auditan. d. Kondisi keuangan. Umumnya jika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan proses kebangkrutan, pihak-pihak yang berkepentingan akan menyalahkan auditor karena auditor dianggap gagal untuk memberikan peringatan sebelumnya mengenai memburuknya kondisi keuangan perusahaan. Dalam keadaan ini, auditor harus mempertahankan pendapatnya atas laporan keuangan auditan dan mutu pekerjaan audit yang telah dilaksanakan. 1.4 Sifat Bukti Audit Bukti audit terdiri dari: 1. Catatan akuntansi yang mendasari laporan keuangan 2. Informasi lain yang mendukung catatan akuntansi dan kesimpulan logis auditor tentang penyajian yang wajar dalam laporan keuangan. Bukti audit dapat diperoleh dari audit yang sebelumnya atau prosedur pengendalian perusahaan untuk menerima dan melanjutkan penugasan audit. Contoh catatan akuntansi :  Cek dan catatan dari transfer dana secara elektronik  Faktur  Kontrak  Buku besar dan buku pembantu
  • 11. 11  Jurnal dan penyesuaian lain dalam laporan keuangan yang tidak tergambarkan dalam jurnal formal  Catatan seperti kertas kerja dan spread sheet yang mendukung alokasi kos, perhitungan, rekonsiliasi  Pengungkapan  Buku pedoman akuntansi Manajemen menyiapkan laporan keuangan berdasaran catatan akuntansi entitas dan mendapatkan beberapa bukti dengan menguji catatan akuntansi. Akan tetapi, catatan akuntansi tidak menyediakan bukti yang cukup dalam memberikan opini audit laporan keuangan sehingga dibutuhkan informasi seperti :  Notulen rapat  Konfirmasi dari pihak ketiga  Laporan analis  Data yang dapat dibandingkan dengan competitor  Pengendalian intern manual  Info yang diperoleh melalui prosedur audit audit seperti wawancara, observasi/inspeksi catatan/dokumen  Informasi yang dikembangkan oleh auditor Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari dua jenis, yaitu: a. Data akuntansi yang mendasari (underlying accounting data)  Pengendalian Intern Pengendalian intern yang dibentuk dalam setiap kegiatan perusahaan dapat digunakan untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Kuat atau lemahnya pengendalian intern merupakan faktor utama yang menentukan jumlah bukti audit yang harus dikumpulkan oleh auditor dari berbagai sumber bukti.
  • 12. 12  Catatan Akuntansi. Jurnal, buku besar, dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi yang digunakan oleh klien untuk mengolah transaksi keuangan guna menghasilkan laporan keuangan. Auditor akan melakukan penelusuran kembali jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan melalui catatan akuntansi. b. Semua bukti atau informasi pendukung atau penguat (corroborating information) yang tersedia bagi auditor  Bukti fisik. Bukti fisik adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau perhitungan aktiva berwujud. Tipe bukti ini umumnya dikumpulkan oleh auditor dalam pemeriksaan terhadap sediaan, kas, surat berharga, piutang wesel, investasi jangka panjang, dan aktiva berwujud.  Bukti Dokumenter. Tipe bukti audit ini dibuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau angka atau simbol-simbol yang lain. Menurut sumbernya, bukti dokumenter dapat dibagi menjadi tiga golongan : 1. Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan langsung kepada auditor. Bukti audit ini diperoleh melalui prosedur konfirmasi. Penggunaan konfirmasi untuk memperoleh informasi tergantung pada perlunya informasi yang andal dalam siruasi tertentu dan tersedianya bukti alternatif. 2. Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar yang bebas yang disimpan dalam arsip klien. Contohnya : rekening koran bank (bank statement), faktur dari penjual, order pembelian dari customer, sertifikat saham. 3. Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien. Kualitasnya lebih rendah karena tidak adanya pengecekan dari pihak luar yang bebas.
  • 13. 13  Perhitungan Perhitungan dilakukan sendiri oleh auditor untuk membuktikan ketelitian perhitungan yang terdapat dalam catatan klien merupakan salah satu bukti audit yang bersifat kuantitatif. Contoh tipe bukti audit ini adalah : 1. Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan vertikal. 2. Cross-footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal.  Bukti Lisan Permintaan secara lisan oleh auditor kepada karyawan kliennya akan menghasilkan informasi tertulis atau lisan. Jawaban lisan yang diperoleh dari permintaan keterangan tersebut merupakan tipe bukti lisan.  Perbandingan Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna penyelidikan yang lebih intesnif, auditor melakukan analisis terhadap perbandingan setiap aktiva, utang, penghasilan, dan biaya dengan saldo yang berkaitan dalam tahun sebelumnya. Auditor juga mempelajadi hubungan persentase bergabai unsur dalam laporan keuangan. Bukti audit berupa perbandingan dan ratio ini dikumpulkan oleh auditor pada awal audit untuk membantu penentuan objek audit yang memerlukan penyelidikan yang mendalam dan diperiksa kembali pada akhir audit untuk menguatkan kesimpulan-kesimpulan yang dibuat atas dasar bukti-bukti lain.  Bukti dari spesialis Spesialis adalah seorang atau erusahaan yang memiliki keahlian atau pengetahuan khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing. Auditor harus mengadakan konsultasi dengan spesialis yang sesuai dengan objek yang akan diaudit. Auditor harus membuat surat perjanjian kerja dengan spesialis, tetapi tidak boleh menerima begitu saja hasil-hasil penemuan spesialis tersebut.
  • 14. 14 Bukti audit yang bersumber dari data akuntansi klien terdiri atas: a. Jurnal b. Buku besar dan buku pemantu c. Buku pedoman akuntansi d. Memorandum dan catatan informal seperti work sheet (daftar lembar kerja/neraca lajur), perhitungan dan rekonsiliasi Bukti audit pendukung adalah bukti yang mendukung atas laporan keuangan, bukti audit pendukung meliputi : a. Bukti fisik b. Bukti konfirmasi c. Bukti dokumenter d. Bukti representasi atau pernyataan tertulis baik dari manajemen maupun dari spesialis e. Perhitungan sebagai bukti matematis f. Bukti lisan g. Bukti analitis dan perbandingan h. Struktur pengendalian intern 1.5 Prosedur untuk menghimpun bukti Ada empat tindakan dalam menghimpun bukti audit seperti yang tercantum dalam standar pekerjaan lapangan yang ketiga. Keempat tindakan itu adalah: 1. Inspeksi 2. Pengamatan 3. Pengajuan pertanyaan 4. Konfirmasi
  • 15. 15 Ada beberapa hal lain yang perlu diketahui berkaitan dengan keputusan yang diambil auditor dalam proses pengumpulan bukti. Hal tersebut adalah: 1. Penentuan prosedur audit 2. Penentuan besarnya sampel 3. Penentuan elemen tertentu yang harus dipilih sebagai sampel 4. Penentuan waktu pelaksanaan prosedur audit 1.6 Evaluasi Bukti Audit Evaluasi bukti audit diperlukan untuk menyiapkan laporan audit yang tepat. Evaluasi bukti audit dilakukan selama dan pada akhir audit atau pada akhir pekerjaan lapangan. Pengevaluasian selama audit dilakukan bersamaan dengan dilakukannya verifikasi atas asersi laporan keuangan. Pengevaluasian pada akhir pekerjaan lapang dilakukan saat auditor akan memutuskan pendapat yang akan dinyatakan dalam laporan audit. Dalam mengevaluasi bukti audit, auditor harus memperhatikan tujuan audit. Tujuan audit dapat berkaitan dengan fakta. Evaluasi bukti ini harus harus lebih teliti lagi bila menghadapi situasi audit yang mengandung risiko besar. Situasi tersebut adalah sebagai berikut:  Pengawasan intern yang lemah  Kondisi keuangan klien yang tidak sehat  Manajemen yang tidak dapat dipercaya  Penggantian kantor akuntan publik  Perubahan peraturan perpajakan  Usaha yang bersifat sekulatif  Transaksi yang kompleks
  • 16. 16 1.7 Pendekatan dalam Audit Ada dua pendekatan dalam audit, dimana dalam audit harus menyeimbangkan dua pendekatan ini: a. Bukti audit top-down (top-down audit evidence) Berfokus pada upaya auditor dalam memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri, sasaran dan tujuan manajemen, bagaimana manajemen menggunakan sumber dayanya untuk mencapai sasaran, keunggulan kompetitif organisasi di pasaran, proses bisnis inti, serta laba dan arus kas yang dihasilkan. Prosedur audit top-down memberikan bukti tentang risiko bisnis strategis yang dihadapi klien, bagaimana klien menanggapi risiko tersebut, dan kelangsungan hidup entitas. Seringkali auditor membandingkan kinerja klien audit dengan klien audit lainnya pada industri yang sama maupun dengan perusahaan publik lainnya dalam industri tersebut. Asosiasi perdagangan dan industri biasanya merupakan sumber informasi yang baik tentang faktor persaingan dalam induustri. Auditor akan meletakkan informasi ini bersama-sama dengan pengetahuan tentang sasaran sasaran, tujuan serta pasar untuk mengembangkan harapan yang berkenaan dengan laporan keuangan perusahaan. Proseur audit top-down juga membantu auditor dalam membuat diagnosa bidang audit yang memerlukan perhatian tambahan. Dalam pendekatan ini mengevaluasi bukti tentang laporan keuangan yang diharapkan dari pengetahuan tentang entitas, bisnis, dan industrinya. b. Bukti audit bottom-up (bottom-up audit evidence) berfokus pada pengujian secara langsung atas transaksi, saldo akun, serta sistem yang mencatat transaksi tersebut yang pada akhirnya menghasilkan saldo akun. Bukto bottom-up meliputi beberapa bentuk penarikan sampel transaksi, atau penarikan sampel terinci yang mendukung saldo akun (misalnya, setiap item- item dalam persediaan atau piutang usaha) dan mengevaluasi kewajaran penyajian dari setiap rincian yang terakumulasi dalam laporan keuangan. Akhirnya, auditor mengembangkan strategi audit yang menggabungkan suatu kombinasi antara bukti audit top-down dan bottom-up. Setiap kali auditor mengukur tingkat persaingan suatu entitas, ia juga
  • 17. 17 mempertimbangkan proses inti, sifat setiap transaksi, dan bagaimana kemungkinan transaksi tersebut secara bersama-sama menghasilkan laba dan arus kas. Setiap kali auditor mengumpulkan bukti bottom-up dengan cara memeriksa dokumen pendukung transaksi (vouching), auditor juga mengevaluasi substansi ekonomi dari transaksi tersebut. Dalam pendekatan ini mengevaluasi bukti yang mendukung transaksi dan akumulasinya dalam laporan keuangan. Sebagai contoh, auditor dapat memeriksa dokumen pendukung tentang penerbitan obligasi baru. Auditor tidak hanya memeriksa kebenaran pencatatan obligasi, diskon dan premi terkait, namun ia juga akan melanjutkan pemahamannya tentang bagaimana dana yang berhasil dihimpun melalui penjualan obligasi tersebut akan diinvestasikan kembali dalam bisnis agar dapat menghasilkan laba dan arus kas di masa mendatang. Pada umumnya prosedur audit dievaluasi dalam konteks bukti audit top-down dan bottom-up.
  • 18. 18 2. KERTAS KERJA Kertas kerja merupakan sumber yang penting bagi akuntan dan merupakan jembatan penghubung antara catatan klien dengan laporan akuntan. Kertas kerja juga merupakan sentral pekerjaan akuntan. Dan pengumpulan kertas kerja akuntan sangat memperhatikan kondisi sistem pengendalian intern. Makin baik sistemnya maka semakin berkurang kertas kerjanya. Kertas kerja meliputi semua bukti-bukti yang dikumpulkan akuntan untuk membuktikan bahwa pemeriksaan telah dilakukan, metode dan prosedur pemeriksaan telah dilaksanakan dan kesimpulan (temuan) telah diberikan. 2.1 Pengertian Kertas Kerja Pendokumentasian bukti audit diselenggarakan dalam kertas kerja. PSA no 15 kertas kerja (SA 339.03) menyebutkan bahwa kertas kerja adalah catatan- catatan yang diselenggarakan auditor mengenai audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan kesimpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya. Kertas kerja terutama berfungsi untuk: 1. Menyediakan penunjang utama bagi laporan audit 2. Membantu auditor dalam melaksanakan dan mnsupervisi audit. 3. Menjadi bukti bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar auditing. 2.2 Sifat Kerahasiaan Kertas Kerja Berhubung sebagian besar informasi yang ada pada kertas kerja adalah rahasia maka akuntan harus hati-hati dalam menghadapi pihak ke-3 yang berkepentingan terhadap informasi tersebut. Pihak-pihak tersebut biasanya pesaing-pesaing (competitor). Kode etik menyebutkan bahwa akuntan tidak dapat mengungkap informasi yang diperoleh selama pemeriksaan tanpa sepengetahuan
  • 19. 19 klien. Tentunya reputasi akuntan perlu dijaga dalam kaitannya dengan kebocoran sifat kerahasiaan kertas kerja. 2.3 Tujuan Kertas Kerja Kertas kerja mempunyai beberapa tujuan, yaitu: 1. Merefleksikan pelaksanaan norma pelaksanaan pemeriksaan akuntan. Norma pemeriksaan akuntan menyebutkan bahwa: a. Pemeriksaan harus direncanakan sebaik-baiknya bila menggunakan asisten harus dipimpin dan diawasi. b. Sistem pengendalian intern harus dipelajari dan dinilai secukupnya guna menentukan dapat tidaknya sistem tersebut dipercaya. Sebagai dasar guna menetapkan luasnya pengujian yang harus dilakukan untuk menentukan prosedur pemeriksaan. c. Bukti-bukti yang cukup dan kompetem harus didapat melalui penelitian, pengamatan, tanya jawab dan konfirmasi sebagai dasar yang layak guna menyatukan pendapat. Berarti langkah-langkah dalam penentuan norma pemeriksaan akuntan dan yang di arsip dalam kertas kerja merupakan pelaksanaan norma tersebut. 2. Sebagai prosedur pemeriksaan yang ditetapkan. Berhubung suatu pemeriksaan harus ada program pemeriksaan yang terdiri dari prosedur-prosedur pemeriksaan yang ada berarti bahwa apa yang dilakukan dan dicatat dalam arsip kertas kerja berfungsi sebagai dokumen atau bukti bahwa prosedur yang ditentukan telah dilaksanakan. 3. Kertas kerja mencerminkan kesimpulan akuntan. Akuntan dapat merasa puas atas pemeriksaan laporan keuangan tanpa membuat kertas kerja, tetapi di kemudian hari ia tak dapat mempertahankan pendapatnya atas laporan keuangan tersebut tanpa adanya bukti yang cukup, kertas kerjanya yang cukup.
  • 20. 20 4. Sebagai dasar penilaian hasil kerja para asisten. Audit senior dapat melakukan penilaian atas dasar kertas kerja. 5. Sebagai pedoman pemeriksaan yang akan datang. Karena kertas kerja berisi persoalan-persoalan yang ditemui dalam pemeriksaan tahun yang lalu maka dapat sebagai dasar penyusunan asudit program dan perencanaan pemeriksaan tahun yang akan datang. 6. Sebagai dasar koordinasi dan organisasi pekerjaan pemeriksaan. Koordinasi semua fase pekerjaan pemeriksaan dapat dicapai melalui kertas kerja. Karena langkah verifikasi dan analisis yang dilakukan, fakta yang penting dan hubungannya merupakan perhatian akuntan. Dengan secara hati- hati perencanaan tugas pekerjaan asisten guna pembuatan kertas kerja, akuntan senior dapat bekerja secara koordinasi yang efisien. 7. Sebagai dasar pembuatan laporan kauntan. Kertas kerja memudahkan panyusunan laporan akuntan karena kertas kerja adalah sumber dari mana laporan dibuat. 2.4 Klasifikasi Kertas Kerja Perencanaan dan pelaksaan program pemeriksaan tidak sempurna tanpa persiapan suatu dokumentasi kertas kerja yang layak. Kertas kerja dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu: 1. Permanent file (arsip permanen) Arsip permanen meliputi kertas kerja yang manfaat terhadap klien yang sama lebih dari satu tahun. Kertas kerja ini terdiri dari: a. Akta pendirian b. Kode rekening, sistem dan prosedur akuntansi c. Layout pabrik d. Struktur organisasi e. Salinan perjanjian hutang jangka panjang f. Prinsip/kebijaksanaan akuntansi yang diterapkan g. Sejarah perusahaan, hasil produksi, pasarannya dan latar belakangnya.
  • 21. 21 2. Kertas kerja administratif Yaitu catatan yang terdiri dari hasil langkah perencanaan awal dari penugasan pemeriksaan. Biasanya meliputi satu bersama dengan kertas/bukti pemeriksaan tahun sekarang. Kertas kerja ini terdiri dari: a. Surat penugasan b. Memo rapat pimpinan (manajemen) c. Memo rapat komite pemeriksaan d. Memo telaah catatan dan prosedur yang tak terselesaikan e. Anggaran waktu pemeriksaan f. Daftar pertanyaan sistem pengendalian intern g. Daftar pertanyaan manajemen h. Daftar pertanyaan EDP i. Sistem pengendalian intern dan flowchart j. Program pemeriksaan k. Neraca percobaan untuk buku besar l. Catatan kertas kerja. m. Jurnal penyesuaian dan reklasifikasi yang pendahuluan. 3. Kertas kerja bukti pemeriksaan Kertas kerja adalah bukti pemeriksaan tahun ini yang terdiri dari prosedur yang diikuti, pengujian yang dilaksanakan, bukti yang diperoleh dan keputusan yang diambil selama pemeriksaan. Kertas kerja ini harus jelas, ringkas, lengkap, bersih, dengan indeks yang baik, dan informatife. Reference silang harus diberikan pada kertas kerja agar mempermudah meneliti dan melihat kertas kerja. 2.5 Jenis-jenis Kertas Kerja Berbagai jenis kertas kerjadibuat auditor selama audit berlangsung. Kertas kerja tersebut terdiri dari: 1. Daftar saldo pemeriksaaan (Working Trial Balance)
  • 22. 22 Contoh daftar saldo pemeriksaan dapat dilihat di gambar 4.7 .dalam mempelajari gambar tersebut perhatikan kolom-kolom penting berikut : a. Saldo audit tahun lalu b. Saldo buku besar tahun berjalan (sebelum diaudt, artinya sebelum dikoreksi atau di klasifikasi berdasarkan hasil audit), c. Penyesuaian d. Saldo setelah disesuaikan e. Reklasifikasi , dan f. Saldo akhir auditan Dicantumkannya saldo akhir audit tahun lalu diperlukan untuk pembuatan prosedur analitis. Kertas kerja daftar saldo pemeriksaan sangat penting dalam suatu audit karena: a. Merupakan penghubung antara rekening-rekening buku besar klien dengan pos-pos yang dilaporkan dalam laporan keuangan. b. Merupakan pengontrol atas kertas-kertas kerja yang lain c. Memberi petunjuk pada kertas kerja yang mana dimuat bukti audit untuk setiap pos laporan keuangan. 2. Daftar dan analisis Istilah kertas kerja dftar dan kertas kerja analisis bisa dipakai saling menggantikan untuk menunjukan kertas kertja individual yang berisi bukti- bukti yang mendukung pos-pos yang terdapat dalam daftar saldo pemeriksaan. Apabila beberapa rekening buku besar digabungkan untuk tujuan pelaporan, maka perlu dibuat suatu daftar kelompok (atau bisa disebut juga daftar utama). Selain menunjukan rekening-rekening buku besar yang termasuk dalam kelompok yang bersangkutan, daftar utama menunjukan pula kertas kerja daftar atau analisis individual yang berisi bukti audit yang diperoleh untuk masing-masing rekening yang termasuk dalam kelompok
  • 23. 23 yang bersangkutan.Daftar atau analisis individual seringkali menunjukan komposisi dari suatu saldo rekening pada suatu tanggal tertentu. 3. Memo Audit dan Informasi Penguat Memo audit adalah data tertulis yang dibuat auditor dalam bentuk uraian, memo bisa berupa komentar atas pelaksanaan prosedur audit dan kesimpulan yang dicapai. Dokumentasi informasi penguat terdiri dari: a. Ringkasan atau intisari notulen rapat dewa komisaris b. Jawaban konfirmasi c. Representasi tertulisdan manajemen dan ahli dari luar d. Salinan kontrak-kontrak penting 4. Jurnal Penyesuaian dan Jurnal Reklasifikasi Jurnal penyesuaian audit adalah koreksi atas kekeliruan. Penghilangan, atau kesalahan penerapan prinsip akuntansi yang dilakukan oleh klien.Jurnal Penyesuaian ini dilakukan atas sesuatu yang berdampak material, baikm secara individu atau secara keseluruhan, yang seharusnya telah dilakukan oleh klien. Jurnal reklasifikasi berkaitang dengan penyajian saldo-saldo yang benar dalam laporan keuangan secara baik.Seperti halnya jurnal penyesuaian, jurnal reklasifikasi juga hanya dilakuka n untuk hal-hal yang mempunyai dampak material. Dalam kertas kerja, setiap usulan jurnal akan nampak dalam  Kertas kerja daftar atau ananlisis dari setiap rekening yang terpengaruh  Setiap kertas kerja daftra utama yang terpengaruh  Ikhtisar terpisah yang berisi usuan jurnal penyesuaian dn jurnal reklasifikasi  Daftar saldo pemeriksaan. Ikhtisar jurnal penyesuaian dan jurnal reklasifikasi pada awalnya disebut sbagai jurnal ususlan karena keputusan auditor untuk melakukan penyesuaian atau reklasifikasi belum bisa dipastikan sampai berakhirnya
  • 24. 24 audit, karena hal itu baru bisa dilakukan setelah klien memberi persetujuan.Keputusan tentang disetujui atau tidkanya usulan jurnal peneysuaian atau reklasifikasi harus nampak dalam kertas kerja. Apabila klien menolak untuk melaksanakan usulan jurnal penyesuaian dan reklasifikasi yang dipandang perlu oleh auditor, maka hal ini akan berpengaruh terhadap pendapat yang akan diberikan oleh auditor dalam laporannya. 2.6 Pembuatan Kertas Kerja Dalam pembuatan kertas kerja, terdapat sejumlah teknik dan mekaanisme yang lazim digunakan oleh auditor. Berikut beberapa teknik penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan kertas kerja: a. Judul Setiap kertas kerja harus berisi nama klien, judul yang jelas menunjukan isi kertas kerja yang bersangkutan., dan tanggal neraca atau periode yang dicakup oleh audit b. Nomor index Setiap krtas kerja harus diberi index atau nomor referensi, misalnya A-1, B-2 dsb, untuk keperluan pemberian identifikasi dan pengarsipan. c. Referensi silang Data dalam suatu kertas kerja yang diambil dari kertas kerja lain atau dipindahkan atau dibawa di kertas kerja lain, harus diberi referensi silang dengan nomor index dari krtas-kertas kerja tersebut d. Tanda pengerjaan (tickmarks) Tanda pengerjaan adalah symbol, seperti tanda silang, centang, atau symbol lainnya yang digunakan dalam kertas kerja untuk menunjukan baha auditor telah melakukan posedur audit tertentu pada bagian yang diberi tanda pengerjaan, atau bahwa tambahan informasi tentang sesuatu hal terdapat pada kertas kerja lain yang ditunjukan oleh tanda pengerjaan yang bersangkutan.
  • 25. 25 e. Tandatangan dan Tanggal Segera setelah menyelesaikan tugasnya, baik pembuat maupun orang yang meeview kertas kerja, harus menandatangani dan mencantumkan tanggal pada kertas kerja yang bersangkutan.Hal ini diperlukan agar jelas siapa penanggungjawab dalam pembuatan kertas kerja maupun orang yang telah mereview kertas kerja. 2.7 Prinsip Penyusunan Kertas Kerja 1. Prinsip kehati-hatian (keseksamaan) Semua kertas kerja harus dibuat dengan hati-hati. Kertas kerja harus didesign dan disusun untuk menjamin bahwa: a. Program pemeriksaan telah dilakukan. b. Pemeriksaan sesuai dengan PA. c. Laporan keuangan telah sesuai dengan prinsip akuntan dan diterapkan secara konsisten. 2. Aspek fisik Kertas kerja harus meliputi semua data yang dikumpulkan selama pemeriksaan, sehingga isi kertas kerja harus lengkap dan jelas, keutuhannya harus rapi dan tersusun yang merefleksikan keseluruhan dan ketepatan yang dilakukan akuntan. 3. Aspek pengawasan kertas kerja Semua kertas-kertas harus terlindungi selama pemeriksaan. Tanggung jawab masing-masing kertas kerja harus ada selama dan sesudah pemeriksaan. Agar dapat meningkatkan arti operasi kertas kerja maka setiap kertas kerja harus diberi satu tanda atau indeks, misalnya : tanda S berarti skedul yang terpsiah, A untuk tanda analisis dan sebagainya. 4. Penjelasan dalam kertas kerja Setiap kertas kerja harus ditandatangani dan diberi tanggal oleh pemeriksa yang melaksanakan dengan menunjukkan tanggung jawabnya pada bagian atas kertas kerja harus diberi nama klien, nama rekening atau pos, periode pemeriksaan, atau kode lainnya.
  • 26. 26 2.8 Ukuran (Standar Penyiapan Kertas Kerja) Kertas kerja merupakan sumber data pemberian pendapat pada laporan akuntan. Kertas kerja harus disusun sebaik-baiknya. Baik dalam arti bentuk (layout), design, penjelasan sumber, verifikasi yang telah dilakukan secara jelas diutamakan, sehingga akan membantu dalam review-nya. Berikut ini daftar ukuran penyiapan kertas kerja yang sering dilakukan dalam praktek: 1. Setiap kertas kerja harus secara jelas teridentifikasi pada heading harus ada semacam nama perusahaan, penjelasan informasi, dan periode penggunaan. 2. Arsip kertas kerja harus digunakan untuk suatu masalah agar menandakan bekerja dan memberi informasi yang cukup maka setiap kertas kerja hanya untuk satu topik/maksudnya. 3. Setiap kertas kerja harus berisi nomor atau initial akuntan yang membuatnya, tanggal pembuatan, nama atau initial seniornya, manager atau partner yang mereviewnya. Bisa diberikan initial pada bawah/atas sebelah kanan. 4. Lengkap atau analisis rekening, karyawan yang diinterview dan dokumen diperiksa adalah syarat pemeriksaan yang baik. Yang harus tampak pada kertas kerja. 5. Semua kertas kerja harus diberi indeks yang baik untuk neraca percobaan atau kelompoknya. Bilamana referensi diperlukan antara kertas kerja, maka harus ada indeks silang. 6. Sumber data yang disajikan dalam kertas kerja harus jelas, baik dari buku besar, laporan keuangan, faktor atau yang lain. 7. Sifat verifikasi yang dilakukan akuntan harus dicatat pada kertas kerja. 8. Luas dan skope pengujian harus jelas dinyatakan pada setiap pemeriksaan. 9. Tujuan masing-masing kertas kerja dan hubungannya dengan tujuan pemeriksaan harus jelas.
  • 27. 27 10. Suatu catatan terpisah atau daftar catatan bukti/pos diperiksa dan masih memerlukan pengembangan harus ada. Dalam hal permasalahan yang belum dapat terjawab cepat harus dimasukkan juga. 11. Kertas kerja harus mencakup pula komentar akuntan yang menunjukkan kesimpulan pada masing-masing aspek pekerjaan. 12. Kertas kerja harus disusun di dalam arsip penyelesaian pekerjaan bila telah selesai dibuat. 13. Dalam pembuatan kertas kerja harus dihindarkan pekerjaan menyalin, yang menunjukkan suatu pemborosan waktu. 2.9 Review atas Kertas Kerja Review atas kertas kerja dalam suatu kantor akuntan public dilakukan pada berbagai tingkatan. Pada tahap pertama, review dilakukan oleh pengawas langsung (supervisor) dari si pembuat kertas kerja, misalnya auditor snior atau manajer. Review ini dilakukan apabila pekerjaaan atas suatu bagian audit tertentu telah selesai dikerjakan. Review terutama ditekankan pada pekerjaan apa yang dilakukan, bukti yang diperoleh dan kesimpulan yang dicapai oleh pembuat kertas kerja. 2.10 Pengarsipan Kertas Kerja Kertas kerja biasanya diarsipkan berdasarkan dua kategori 1. Arsip permanen Berisi data yang diperkirakan akan berguna bagi auditor pada banyak penugasan di masa dating untuk klien yang bersangkutan. Hal-hal yang biasanya dimasukan dalam arsip permanen a. Salinan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan b. Kode rekening dan buku pedoman prosedur c. Bagan organisasi d. Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk-produk utama
  • 28. 28 e. Ketentuan-ketentuan penerbitan saham dan obligasi f. Salinan kontrak-kotrak jangka panjang, seperti sewa-guna, program pension, kesepakatan bagi hsil dan pemberian bonus. g. Daftra rencarna depresiasi aktiva tetap dan amortisasi utang jangka panjang. h. Ringkasan prinsip-prnsip akuntansi yang digunakan oleh klien 2. Arsip tahun berjalan Berisi informasi penguat yang berhubungan dengan pelaksanaan program audit pada tahun berjalan. 2.11 Pemilik dan Penyimpanan Kertas Kerja Kertas kerja adalah milik auditor. Namun demikian hak pemilikan auditor atas kertas kerja ini mendapat krndala dari organisasi profesi si auditor sendiri. Dalam kode etik ikatan akauntan Indonesia dinyatakan bahwa akuntan public yidak boleh mengngkapkan informasi rahasia yag diperolehnya selama ia melakukan tugas profesionalnya, tanpa persetujuan dari kliennya, kecuali untuk hal-hal tertentu yang dinyatakan dalam aturan tersebut. Kertas kerja disimpan oleh auditor, dan ia bertangungjawab untuk menjaga keamanan dan kerahasiaaanya. Kertas kerja yang termasuk dalam kaegori kertas kerja permanen, disimpan untuk waktu yang tak terbats, sedangkan kertas kerja tahun berjalan disimpan oleh auditor sepanjang diperluukan leh auditor untuk melayani klien atau untuk memenuhi ketentuan undang-undang.
  • 29. 29 3. Kasus Manipulasi Laporan Keuangan PT KAI PT KAI Menerapkan proses GCG (Good Corporate Governance) dalam suatu perusahaan bukan suatu proses yang mudah. Diperlukan konsistensi, komitmen, dan pemahaman yang jelas dari seluruh stakeholders perusahaan mengenai bagaimana seharusnya proses tersebut dijalankan. Namun, dari kasus- kasus yang terjadi di BUMN ataupun Perusahaan Publik dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa penerapan proses GCG belum dipahami dan diterapkan sepenuhnya. Pembedahan kasus-kasus yang telah terjadi di perusahaan atas proses pengawasan yang efektif akan menjadi pembelajaran yang menarik dan kiranya dapat kita hindari apabila kita dihadapkan pada situasi yang sama. Salah satu contohnya adalah kasus audit umum yang dialami oleh PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI). Kasus ini menunjukkan bagaimana proses tata kelola yang dijalankan dalam suatu perusahaan dan bagaimana peran dari tiap-tiap organ pengawas dalam memastikan penyajian laporan keuangan tidak salah saji dan mampu menggambarkan keadaan keuangan perusahaan yang sebenarnya. Kasus PT. KAI berawal dari perbedaan pandangan antara Manajemen dan Komisaris, khususnya Ketua Komite Audit dimana Komisaris menolak menyetujui dan menandatangani laporan keuangan yang telah diaudit oleh Auditor Eksternal. Komisaris meminta untuk dilakukan audit ulang agar laporan keuangan dapat disajikan secara transparan dan sesuai dengan fakta yang ada. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kasus PT. KAI adalah rumitnya laporan keuangan PT. KAI. Perbedaan pandangan antara manajemen dan komisaris tersebut bersumber pada perbedaan mengenai: 1. Masalah piutang PPN. Piutang PPN per 31 Desember 2005 senilai Rp. 95,2 milyar, menurut Komite Audit harus dicadangkan penghapusannya pada tahun 2005 karena diragukan kolektibilitasnya, tetapi tidak dilakukan oleh manajemen dan tidak dikoreksi oleh auditor. 2. Masalah Beban Ditangguhkan yang berasal dari penurunan nilai persediaan. Saldo beban yang ditangguhkan per 31 Desember 2005 sebesar Rp. 6 milyar yang merupakan penurunan nilai persediaan tahun 2002 yang belum diamortisasi,
  • 30. 30 menurut Komite Audit harus dibebankan sekaligus pada tahun 2005 sebagai beban usaha. 3. Masalah persediaan dalam perjalanan. Berkaitan dengan pengalihan persediaan suku cadang Rp. 1,4 milyar yang dialihkan dari satu unit kerja ke unit kerja lainnya di lingkungan PT. KAI yang belum selesai proses akuntansinya per 31 Desember 2005, menurut Komite Audit seharusnya telah menjadi beban tahun 2005. 4. Masalah uang muka gaji. Biaya dibayar dimuka sebesar Rp. 28 milyar yang merupakan gaji Januari 2006 dan seharusnya dibayar tanggal 1 Januari 2006 tetapi telah dibayar per 31 Desember 2005 diperlakukan sebagai uang muka biaya gaji, yang menurut Komite Audit harus dibebankan pada tahun 2005. 5. Masalah Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditentukan Statusnya (BPYDBS) dan Penyertaan Modal Negara (PMN). BPYDBS sebesar Rp. 674,5 milyar dan PMN sebesar Rp. 70 milyar yang dalam laporan audit digolongkan sebagai pos tersendiri di bawah hutang jangka panjang, menurut Komite Audit harus direklasifikasi menjadi kelompok ekuitas dalam neraca tahun buku 2005. Beberapa hal yang direfentifikasi turut berperan dalam masalah pada laporan keuangan PT. KAI Indonesia: 1. Auditor internal tidak berperan aktif dalam proses audit, yang berperan hanya auditor Eksternal. 2. Komite audit tidak ikut serta dalam proses penunjukkan auditor sehingga tidak terlibat proses audit. 3. Manajemen (tidak termasuk auditor eksternal) tidak melaporkan kepada komite audit dan komite audit tidak menanyakannya. 4. Adanya ketidakyakinan manajemen akan laporan keuangan yang telah disusun, sehingga ketika komite audit mempertanyakan manajemen merasa tidak yakin. Terlepas dari pihak mana yang benar, permasalahan ini tentunya didasari oleh tidak berjalannya fungsi check and balances yang merupakan fungsi substantif dalam perusahaan. Yang terpenting adalah mengidentifikasi kelemahan yang ada sehingga dapat dilakukan penyempurnaan untuk menghindari munculnya permasalahan yang sama di masa yang akan datang.
  • 31. 31 Berikut ini beberapa solusi dan rekomendasi yang disarankan kepada PT KAI untuk memperbaiki kondisi yang telah terjadi: 1. Apabila Dewan Komisaris ini merasa direksi tidak capable (mampu) memimpin perusahaan, Dewan Komisaris dapat mengusulkan kepada pemegang saham untuk mengganti direksi. 2. Diperlukannya kebijaksanaan (wisdom) dari Anggota Dewan Komisaris untuk memilah-milah informasi apa saja yang merupakan private domain. 3. Komunikasi yang intens sangat diperlukan antara Auditor Eksternal dengan Komite Audit. 4. Komite Audit sangat mengandalkan Internal Auditor dalam menjalankan tugasnya untuk mengetahui berbagai hal yang terjadi dalam operasional perusahaan. 5. Komite Audit tidak memberikan second judge atas opini Auditor Eksternal, karena opini sepenuhnya merupakan tanggung jawab Auditor Eksternal. 6. Harus ada upaya untuk membenarkan kesalahan tahun-tahun lalu, karena konsistensi yang salah tidak boleh dipertahankan. 7. Komite Audit tidak berbicara kepada publik karena esensinya Komite Audit adalah organ Dewan Komisaris sehingga pendapat dan masukan Komite Audit harus disampaikan kepada Dewan Komisaris. Apabila Dewan Komisaris tidak setuju dengan Komite Audit, tetapi Komite Audit tetap pada pendiriannya, Komite Audit dapat mencantumkan pendapatnya pada Laporan Komite Audit yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan. 8. Manajemen menyusun laporan keuangan secara tepat waktu, akurat dan full disclosure. 9. Komite Audit dan Dewan Komisaris sebaiknya melakukan inisiatif untuk membangun budaya pengawasan dalam perusahaan melalui proses internalisasi, sehingga pengawasan merupakan bagian tidak terpisahkan dari setiap organ dan individu dalam organisasi.
  • 32. 32 Kaitan kasus dengan bukti audit a. Bukti pada kasus PT. KAI dikaitkan dengan Pendekatan dalam audit: 1. Bukti audit top-down Dalam laporan keuangan PT KAI tahun 2005, perusahaan BUMN itu dicatat meraih keutungan sebesar Rp 6,9 Miliar. Padahal apabila diteliti dan dikaji lebih rinci, perusahaan seharusnya menderita kerugian sebesar Rp 63 Miliar. 2. Bukti audit bottom-up Ditemukan adanya kejanggalan dari laporan keuangan PT. KAI tahun 2005. Pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi dalam laporan keuangan itu dimasukkan sebagai pendapatan PT KAI selama tahun 2005. Kewajiban PT. KAI untuk membayar surat ketetapan pajak (SKP) pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar Rp 95,2 Miliar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak pada akhir tahun 2003 disajikan dalam laporan keuangan sebagai piutang atau tagihan kepada beberapa pelanggan yang seharusnya menanggung beban pajak itu, padahal ia tidak dapat dikelompokan dalam bentuk pendapatan atau asset. Dengan demikian, kekeliruan dalam pencatatan transaksi atau perubahan keuangan telah terjadi disini. Penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan sebesar Rp 24 Miliar yang diketahui pada saat dilakukan inventarisasi tahun 2002 diakui manajemen PT KAI sebagai kerugian secara bertahap selama lima tahun. Pada akhir tahun 2005 masih tersisa saldo penurunan nilai yang belum dibebankan sebagai kerugian sebesar Rp 6 Miliar, yang seharusnya dibebankan seluruhnya dalam tahun 2005. b. Berdasarkan kompetensi bukti audit  Sumber Bahan Bukti dan Kualifikasi Orang yang Memberikan Informasi terhadap Bukti Sumber temuan bukti berasal dari Komite Audit dimana Komisaris menolak menyetujui dan menandatangani laporan keuangan yang telah diaudit oleh Auditor Eksternal karena merasa terdapat kejanggalan.
  • 33. 33 Dalam hal ini, komisaris yang merangkap sebagai komite audit PT. KAI yaitu Hekinus Manao berbicara kepada publik dan menolak menyetujui laporan keuangan PT. KAI tahun 2005 yang telah diaudit oleh akuntan publik karena setelah diteliti dengan seksama mengenai ditemukan adanya kejanggalan dari laporan keuangan PT. KAI tahun 2005. Ketiadaan tata kelola yang baik itu juga membuat komite audit (komisaris) PT. KAI baru bisa dibuka akses terhadap laporan keuangan setelah diaudit akuntan publik. c. Data akuntansi yang mendasari Catatan akuntansi Berupa catatan akuntansi tahun 2002 yang membebankan kerugian akibat penurunan persediaan berupa suku cadang sebesar Rp 24 M. d. Bukti penguat 1) Bukti analitis Bukti analitis salah satunya adalah dengan melihat data catatan kerugian penurunan persediaan berupa suku cadang tahun 2002 sebesar 24 miliar yang harus dibebankan bertahap selama 5 tahun. Pada tahun 2005, masih tersisa kerugian sejumlah Rp 6 Miliar, namun tidak dicatat. 2) Bukti dokumenter Bukti documenter berupa surat ketetapan pajak (SKP) pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar Rp 95,2 Miliar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak pada akhir tahun 2003 Catatan akuntansi 3)Bukti lisan Bukti lisan berupa pernyataan manajemen PT. KAI pada tahun 1998- 2003 tidak melakukan pencadangan kerugian terhadap kemungkinan tidak tertagihnya kewajiban pajak.
  • 34. 34 Kaitan Kasus dengan Kertas Kerja Pemeriksaan Susunan kertas kerja pemeriksaan terdiri dari 1. Draf laporan audit 2. Laporan keuangan auditan 3. Ringkasan informasi bagi penelaah 4. Program audit 5. Laporan keuangan atas neraca lajur yang dibuat klien 6. Ringkasan jurnal penyesuaian 7. Working trial balance 8. Daftar Utama 9. Daftar pendukung Dalam kasus manipulasi laporan keuangan PT KAI pada tahun 2005, PT KAI salah saji dalam pelaporan keuangan. Akan tetapi setelah pelaksanaan proses audit, di antaranya pembuatan kertas kerja, auditor memberikan opini wajar. Namun berdasarkan temuan dari Komite Audit, terdapat banyak kejanggalan dalam audit laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor eksternal. Sehingga Komite Audit meminta untuk dilakukan audit ulang. Oleh karena itu kertas kerja pemeriksaan yang sudah dibuat oleh auditor mengindikasikan bahwa adanya kesalahan perhitungan dan penyajian. Hal tersebut disebabkan karena dalam penyusunan KKP didasarkan atas bukti-bukti audit yang dikumpulkan, salah satunya yaitu laporan keuangan PT KAI. Tetapi auditor tidak menunjukkan adanya kesalahan dalam penyajian laporan keuangan tersebut.
  • 35. 35 BAB III PENUTUP Kesimpulan Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan oleh auditor untuk menyatakan opini audit. Tujuan audit laporan keuangan adalah untuk memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan klien. Untuk mendasari pemberian pendapat tersebut, auditor harus memperoleh dan mengevaluasi bukti. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat (corroborating information) yang tersedia bagi auditor. Kertas kerja merupakan sumber yang penting bagi akuntan dan merupakan jembatan penghubung antara catatan klien dengan laporan akuntan. Pengumpulan kertas kerja akuntan sangat memperhatikan kondisi sistem pengendalian intern. Makin baik sistemnya maka semakin berkurang kertas kerjanya. Kertas kerja meliputi semua bukti-bukti yang dikumpulkan akuntan untuk membuktikan bahwa pemeriksaan telah dilakukan, metode dan prosedur pemeriksaan telah dilaksanakan dan kesimpulan (temuan) telah diberikan. Dalam kasus di atas dapat disimpulkan bahwa auditor dalam mengumpulkan bukti-bukti audit harus jujur sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, karena dari bukti-bukti audit tersebut akan dijadikan dasar dalam penyusunan kertas kerja pemeriksaan. Sehingga auditor dalam menyampaikan opininya harus sesuai dengan temuan bukti.
  • 36. 36 DAFTAR PUSTAKA Halim, Abdul. 2008. Auditing: Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Jusup, Al. 2001. Auditing (Pengauditan). Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN. Hartadi, Bambang. 1987. Auditing: Suatu Pedoman Pemeriksaan Akuntansi Tahap Pendahuluan. Yogyakarta: BPFE. Mulyadi. 2002. Auditing. Jakarta: Salemba Empat. Boyton,dkk. 2002. Modern Auditing. Jakarta: Erlangga. Kamis 5 November 2015, 10.30 WIB : http://www.kompasiana.com/www.hendri.com/permasalahan-isu- audit_5535b24a6ea8340823da4340