SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
Download to read offline
6
BAB II
KONSEP DASAR
I. Konsep Penyakit
A. Pengertian
Tifus abdominalis adalah penyakit infeksi yang terjadi pada usus
halus yang disebabkan oleh salmonella thypii, yang dapat ditularkan
melalui makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman
salmonella thypii. ( Hidayat, 2006 )
Demam thypoid adalah infeksi demam sistemik akut yang nyata
pada fogosit mononuclear dan membutuhkan tatanama yang terpisah
(Smeltzer, 2001). Demam enterik adalah sindrom klinis sitemik yang
dihasilkan oleh organisme salmonella tertentu. ( Nelson, 1999 ).
Thypoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari tujuh hari,
gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran ( Mansjoer, 1999 )
B. Fisiologi
Fungsi primer saluran pencernaan adalah menyediakan suplai
terus - menerus pada tubuh akan air, elektrolit dan zat gizi. Sistem
pencernaan dimulai pada saat makanan masuk kedalam mulut dan di
hancurkan oleh gigi. Penglihatan, penciuman dan pengecap makanan
7
mencetuskan saliva oleh reflek saraf. Saliva melumaskan makanan dan
memungkinkan makanan untuk diubah menjadi massa yang lunak atau
bolus. Sebagian makanan dihancurkan kemudian dapat lebih
menstimulasi reseptor-reseptor pengecap. Selain fungsi ini saliva juga
mengandung enzim ptialin yang memulai pemecahan karbohidrat
menjadi gula sederhana. Saliva di sekresi oleh 3 kelenjar utama yaitu :
a. Kelenjar parotis yang menghasilkan saliva yang banyak mengandung
air.
b. Kelenjar sublingual.
c. Kelenjar submandibular yang menghasilkan saliva berair dan
berlendir ( Mansjoer, 1999 ).
C. Etiologi
Tifus abdominalis disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella
paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella paratyphi C
( Mansjoer, 1999 ).
Salmonella typhosa, merupakan basil gram negatif yang bergerak
dengan bulu getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang - kurangnya tiga
macam antigen yaitu :
a. Antigen O ( Ohne Hauch ) yaitu somatic antigen ( tidak menyebar ),
terdiri dari zat kompleks lipopolisakarida.
b. Antigen H ( Hauch / menyebar ) terdapat pada flagella.
c. Antigen Vi merupakan polisakarida kapsul verilen.
8
Ketiga jenis antigen tersebut didalam tubuh manusia akan
menimbulkan pembentukan tiga macam antibody yang lazim disebut
aglutinin.
D. Patofisiologi
Kuman salmonella typhosa masuk kedalam saluran cerna,
bersama makanan dan minuman, sebagian besar akan mati oleh asam
lambung HCL dan sebagian ada yang lolos ( hidup ), kemudian kuman
masuk kedalam usus ( plag payer ) dan mengeluarkan endotoksin
sehingga menyebabkan bakterimia primer dan mengakibatkan
peradangan setempat, kemudian kuman melalui pembuluh limfe akan
menuju keorgan RES terutama pada organ hati dan limfe.
Diorgan RES ini sebagian kuman akan difagosif dan sebagian
tidak difagosif akan berkembang biak dan akan masuk kedalam
pembuluh darah sehingga menyebar keorgan lain, terutama usus halus
sehingga menyebabkan peradangan yang mengakibatkan malabsorbsi
nutrient dan hiperperistaltik usus sehingga terjadi diare. Pada
hipotalamus akan menekan termoregulasi yang mengakibatkan demam
remiten dan terjadi hipermetabolisme tubuh akibatnya tubuh menjadi
mudah lelah.
Selain itu endotoksin yang masuk kepembuluh darah kapiler
menyebabkan roseola pada kulit dan lidah hipermi. Konstipasi bisa
menyebabkan komplikasi intestinal ( perdarahan usus, perfarasi,
9
peritonitis ) dan ekstra intestinal ( pneumonia, meningitis ).
Endotoksi salmonella typhi membatu terjadiya proses inflamasi
lokal pada jaringan tempat salmonella typhi berkembang biak. Namun
pada typhi di sebabkan karena salmonella typhi dan endotoksinya
merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang dalam perkembangbiakan kuman dapat
mengakibatkan hipertropi splenomegali terjadi penekanan pada usus
menyebabkan nyeri ( Mansjoer, 1999 ).
E. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik demam typoid pada anak biasanya lebih ringan
dari pada orang dewasa. Masa tunas: 10 - 20 hari. Yang tersingkat 4 hari
jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman
yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala
prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala., pusing
dan tidak bersemangat, nafsu makan kurang. Menyusul manifestasi klinik
yang biasa ditemukan ialah :
1. Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris
remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu
tubuh berangsur - angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada
pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam
minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam; pada
10
minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir
minggu ketiga.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan
pecah-pecah. Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue),
ujung dan tepinya iemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen
ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa
membesar disertai nyeri perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi
tetapi juga dapat diare atau normal.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walapun tidak berapa dalam,
yaitu apatis sampai somnolen, jarang sopora koma atau gelisah
(kecuali penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan ).
Disamping gejala – gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya.
Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu
bintik – bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit
yang dapat ditemukan pula bradikardia dan epistaksis pada anak
besar
11
F. Komplikasi
Dapat terjadi :
1. Pada usus halus
a. Pendarahan usus.
Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja
dengan benzidin. Jika perdarahan banyak terjadi melena, dapat
disertai nyeri perut dengan tanda – tanda ranjatan.
b. Perforasi usus
Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi
pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritontis
hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum
c. Peritonitis
Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi
usus. Ditemukan gejala abdomen akut, nyeri perut yang hebat,
dinding abdomen tegang (defense muscular) dan nyeri tekan.
2. Di luar usus
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis ( bakteremia ),
yaitu meningtis, kolesistitis, ensefolopati. Terjadi karena infeksi
sekunder yaitu bronkopneumonia
12
G. Penatalaksanaan
Pengobatan demam thypoid terdiri atas 3 bagian yaitu:
1. Perawatan
Pasien demam thypoid perlu dirawat di rumah sakit untuk
isolasi, observasi dan pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut
sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14
hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadi komplikasi
perdarahan usus atau perforasi usus. Mobilisasi pasien dilakuakan
secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya
harus di ubah - ubah pada waktu - waktu tertentu untuk menghindari
komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus. Defekasi dan buang
air kecil perlu diperhatikan, karena kadang terjadi obstipasi dan
retensi air kemih
2. Diet
Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi
protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak
merangsang dan tidak menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Bila
kesadaran menurun diberikan makanan cair melalui sonde lambung.
Jika kesadaran dan nafsu makan baik dapat juga di berikan makanan
lunak. Beberapa penelitian manunjukan bahwa pemberian makanan
padat dini, yaitu nasi dengan lauk- pauk rendah selulosa (pantang
sayuran dengan serat kasar ) dapat di berikan dengan aman.
13
3. Obat.
Obat – obat anti mikroba yang sering dipergunakan ialah:
a. Kloramfenikol.
Belum ada obat anti mikroba yang dapat menurunkan demam
lebih cepat dibandingkan dengan kloramfenikol. Dosis untuk
orang dewasa 4 x 500 mg sehari oral atau intravena sampai 7
hari bebas demam. Dengan penggunan kloramfenikol, demam
pada demam tifoid turun rata - rata setelah 5 hari.
b. Tiamfenikol.
Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam thypid sama
dengan kloramfenikol komplikasi pada hematologis pada
penggunan tiamfenikol lebih jarang dari pada kloramfenikol.
Dengan tiamfemikol demam pada demam tifoid turun setelah
rata - rata 5 - 6 hari.
c. Ko-trimoksazol ( kombinasi dan sulfamitoksasol ).
Dosis itu orang dewasa, 2 kali 2 tablet sehari, digunakan sampai
7 hari bebas demam ( 1 tablet mengandung 80 mg trimitropin
dan 400 mg sulfametoksazol ). Dengan kontrimoksazol demam
pada demam tifoid turun rata - rata setelah 5 - 6 hari.
d. Ampicillin dan Amoksisilin.
Indikasi mutlak pengunaannya adalah pasien demam thypid
dengan leokopenia. Dosis yang dianjurkan berkisar antara 75 -
150 mg / kg berat badan sehari, digunakan sampai 7 hari bebas
14
demam. Dengan ampicillin dan amoksisilin demam pada demam
tifoid turun rata - rata setelah 7 - 9 hari.
e. Sefalosforin generasi ketiga.
Beberapa uji klinis menunjukan sefalosporin generasi ketiga
amtara lain sefiperazon, seftriakson dan cefotaksim efektif untuk
demam thypoid, tatapi dan lama pemberian yang oktimal belum
diketahui dengan pasti.
f. Fluorokinolon.
Fluorokinolon efektif untuk untuk demam thypoid, tetapi dosis
dan lama pemberian yang optimal belum diketahui dengan pasti.
Obat-obat Simtomatik:
1. Antipiretika
Antipiretika tidak perlu diberikan secara rutin pada setiap pasien
demam thypoid, karena tidak dapat berguna.
2. Kortikosteroid
pasien yang toksik dapat diberikan kortikosteroid oral atau
parenteral dalam dosis yang menurun secara bertahap ( Tapering
off ) selama 5 hari. Hasilnya biasanya sangat memuaskan,
kesadaran pasien menjadi jernih dan suhu badan cepat turun
sampai normal. Akan tetapi kortikosteroid tidak boleh diberikan
tanpa indikasi, karena dapat menyebabkan perdarahan intestinal
dan relaps.
15
H. Pathways
Makanan terkontaminasi salmonella
Mulut
HCL ( Lambung )
Hidup Tidak hidup
Usus terutama plag peyer
Kuman meneluarkan endotoksin
Bakteriema primer
Difogosit Tidak difogosit
Mati Bakteriema sekunder
Pembuluh darah usus halus Hipotalamus Hepar
Kapiler peradangan menekan Hipotasplenom
Procesia Tidak Mal absorbsi termoreguler endotoksin
pada kulit hiperemi nutrien Hipertermi merusak hepar
Hiperperistaltik cepat lelah
Perubahan nutrisi Usus Intoleransi SGOT / SGPT
Kurang dari Diare aktifitas
Kebutuhan tubuh bedrest
reinterkasi usus
Intestinal komplikasi ekstraintestinal
- perdarahan usus - pneumonia
- peritonitis - meningitis
16
I. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d arbsorpsi nutrisi
2. Hipertermi b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada
hipotalamus
3. Resiko tinggi kurang volume cairan b/d kehilangan cairan sekunder
terhadap diare
4. Intoleransi aktivitas b/d peningkatan kebutuhan metabolisme
sekunder terhadap infeksi akut
J. Intervensi
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d arbsorpsi nutrisi
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi:
1a. Dorong tirah baring
Rasional: Menurunkan kebutuhan metabolic untuk meningkatkan
penurunan kalori dan simpanan energi
1b. Anjurkan istirahat sebelum makan
Rasional: Menenangkan peristaltic dan meningkatkan energi
makan
1c. Berikan kebersihan oral
Rasional : Mulut bersih dapat meningkatkan nafsu makan
17
1d. Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan
menyenangkan
Rasional: Lingkungan menyenangkan menurunkan stress dan
konduktif untuk makan
1e. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
Rasional: Nutrisi yang adekuat akan membantu proses
1f. Kolaborasi pemberian nutrisi, terapi IV sesuai indikasi
Rasional: Program ini mengistirahatkan saluran gastrointestinal
sementara memberikan nutrisi penting.
2. Hipertermi b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada
hipotalamus
Tujuan: Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal
Intervensi:
2a. Pantau suhu klien
Rasional: Suhu 380
C sampai 41,10
C menunjukkan proses
peningkatan infeksius akut
2b. Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat
tidur sesuai dengan indikasi
Rasional: Suhu ruangan atau jumlah selimut harus dirubah,
mempertahankan suhu mendekati normal
2c. Berikan kompres mandi hangat
Rasional : Dapat membantu mengurangi demam
2d. Kolaborasi pemberian antipiretik
18
Rasional : Untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya
hipotalamus
3. Resiko tinggi kurang volume cairan b/d kehilangan cairan sekunder
terhadap diare
Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat dengan membran
mukosa, turgor kulit baik, kapiler baik, tanda vital stabil,
keseimbangan dan kebutuhan urin normal
Intervensi:
3a. Awasi masukan dan keluaran perkiraan kehilangan cairan yang
tidak terlihat
Rasional : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan
dan elektrolit penyakit usus yang merupakan
pedoman untuk penggantian cairan
3b. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa turgor
kulit dan pengisian kapiler
Rasional: Menunjukkan kehilangan cairan berlebih atau dehidrasi
3c. Kaji tanda vital
Rasional : Dengan menunjukkan respon terhadap efek kehilangan
cairan
3d. Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring
Rasional : Kalau diistirahkan utnuk penyembuhan dan untuk
penurunan kehilangan cairan usus
19
3e. Kolaborasi utnuk pemberian cairan parenteral
Rasional : Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan
cairan untuk mempertahankan kehilangan
4. Intoleransi aktivitas b/d peningkatan kebutuhan metabolisme
sekunder terhadap infeksi akut
Tujuan : Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi
aktivitas
Intervensi:
4a. Tingkatkan tirah baring dan berikan lingkungan tenang dan batasi
pengunjung
Rasional : Menyediakan energi yang digunakan untuk
penyembuhan
4b. Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik
Rasional : Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan
tekanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko
kerusakan jaringan
4c. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi
Rasional : Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan
karena keterbatasan aktifitas yang menganggu
periode istirahat
4d. Berikan aktifitas hiburan yang tepat (nonton TV, radio)
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan hambatan energi
20
II. Konsep Keluarga
A. Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
( DepKes, 2003, google. com, diakses tanggal 19 Maret 2009 )
B. Tipe / bentuk keluarga
1. Keluarga inti ( Nuclear Family ), adalah keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu, dan anak-anak.
2. Keluarga Besar (Extended Family ), adalah keluarga inti ditambah
dengan satu saudara., misalnva nenek, kakek, keponakan, saudara
sepupu, parnan, bibi, dan sebagainya.
3. Keluarga bcrantai ( Serial Family ), adalah keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lcbih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti
4. Keluarga duda / janda (Single Family ), adalah keluarga yang terjadi
kerena perceraian atau kematian.
5. Keluarga berkomposisi ( Composite Family ), adalah keluarga
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
6. Keluarga kabitas ( Cahabitation Family ), adalah dua orang menjadi
satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga
21
C. Tugas Keluarga
1. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan, yaitu sebagai berikut:
a) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya
b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
c) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan
yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau
usianya yang tertalu muda.
d) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan
kesehatan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e) Mempertahankan hubungan timbai balik antara keluarga dan
lembaga kesehatan. yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik
fasilitas kesehatan yang ada.
2. Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan, tugas pokok tersebut
adalah, sebagai berikut:
a) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
b) Pemeliharaan sumber - sumber daya yang ada dalam keluarga.
c) Pembagian tugas masing - masing anggotanya sesuai kedudukan
masing - masing.
d) Sosialisasi antar anggota keluarga.
e) Pengaturan jumlah anggota keluarga.
f) Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
g) Penempatan anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
h) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.
22
D. Peran keluarga
1. Peran formal Keluarga
a) Peran parental dan perkawinan
Delapan peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami -
ayah dan istri - Ibu:
1) Peran sebagai provider ( penyedia ).
2) Peran sebagai pengatur rumah tangga.
3) Peran perawatan anak
4) Peran sosialisasi anak.
5) Peran rekreasi.
6) Perart persaudaraan ( kinship ) memelihara hubungan keluarga
paternal dan maternal.
7) Peran terapeutik ( memenuhi kebutuhan afektif pasangan )
8) Peran seksual
b) Peran perkawinan
Kebutuhan bagi pasangan memelihara suatu hubungan perkawinan
yang kokoh itu sangat penting. Anak - anak terutama dapat
mempengaruhi hubungan perkawinan, menciptakan situasi dimana
suami dan istri membentuk suatu koalisi dengan anak. Memelihara
suatu hubungan perkawinan yang memuaskan rnerupakan salah
satu tugas perkembangan yang vital dari keluarga.
23
c) Peran informal
1) Pengharmonis : menengahi perbedaan yang terdapat diantara
para anggota, menghibur dan menyatukan kembali perbedaan
pendapat.
2) Inisiator – kontributor : mengemukakan dan mengajukan ide-ide
baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan -
tujuan kelompok.
3) Pendamai ( compromiser ) : merupakan salah satu bagian dari
konflik dan ketidaksepakatan, pendamai inenyatakan kesalahan
posisi dan mengakui kesalahannya, atau menawarkan
penyelesaian " setengah jalan ".
4) Perawat keluarga : orang yang terpanggil untuk merawatm dan
mengasuh anggota keluarga lain yang membutuhkannya.
5) Koordinator keluarga : mengorganisasi dan merencanakan
kegiatan-kegiatan keluarga, berfungsi - mengangkat keterikatan
/ keakraban
E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi biologis
a) Untuk meneruskan keturunan.
b) Memelihara dan membesarkan anak.
c) Memenuhi kebutuhan grzi keluarga.
d) Memelihara dan merawat anggota keluarga.
24
2. Fungsi Psikologis
a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
b) Mcmberikan perhatian diantara anggota keluarga.
c) Memelihara dan merawat anggota keluarga.
d) Memberikan identitas keluarga.
3. Fungsi Sosialisasi
a) Membina sosialisasi pada anak.
b) Membentuk norma - norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
c) Meneruskan nilai - nilai budaya keluarga.
4. Fungsi Ekonomi
a) Mencari sumber-sumber pcnghasilan untuk pemenuhan kebutuhan
keluarga.
b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk mernenuhi
kebutuhan keluarga.
c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan dating
misalnya pendidikan anak, jaminan hari tua dan sebagainya.
5. Fungsi pendidikan
a) Menyekolahkan anak hntuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan, dan membentuk prilaku anak sesuai dengan bakat dan
minat yang dimilikinya.
b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
25
c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat - tingkat perkembangannya.
6. Fungsi perlindungan
Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan -
tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindung
dan merasa aman.
7. Fungsi perasaan
Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif,
merasakan perasaan anak dan anggota keluarga sehingga saling
pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam
keluarga.
8. Fungsi religius
Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan
beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan
bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada
kehidupan lain setelah didunia ini.
9. Fungsi rekreatif
Tugas keluarga dalam fungsi rekreatif ini tidak selalu harus pergi
ketempat rekreasi, tetapi yang penting bagairnana menciptakan
suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat mencapai
keseimbangan kepribadian masing - masing anggotanya.
26
F. Keperawatan Kesehatan Keluarga
1. Definisi
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan atau dipnsatkan pada keluarga sebagai unit
atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan mclalui
perawatan sebagai saran / penyalur ( Murwani, 2007 ).
2. Alasan Keluarga sebagai unit pelayanan.
a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga
yang menyangkut kehidupan masvarakat.
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam
kelompoknya.
c. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan
apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan
akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.
d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu
( Pasien ), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan
dalam memelihara kesehatan para anggotanya.
e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk
berbagai upaya kesehatan masyarakat.
27
G. Pengkajian Fokus
1. Biodata Keluarga
Fokus pengkajian untuk biodata keluarga berkaitan dengan umur,
jenis kelamin, dan jumlah anggota keluarga yang ada pada keluarga.
Umur sangat berkaitan dengan kejadian thypoid yaitu pada usia 3 –
19 tahun. Dan thypoid juga lebih sering menyerang anak – anak usia
sekolah dasar, ini dikarenakan mereka lebih suka jajan yang belum
tentu bersih dalam pengolahan bahan makanan, dari pada makan
dirumah. Anak usia sekolah rata – rata tidak tahu penyebab dari
penyakit thypoid abdominalis, ini diperburuk dengan para orang tua
tidak memperhatikan pola jajan dari anak – anak mereka.
2. Riwayat Keluarga
Thypoid bisa disebabkan karena adanya riwayat keluarga yang
pernah menderita penyakit thypoid. Mengingat penularan salmonella
thypi salah satunya adalah pasien dengan carier orang yang sembuh
dari demam thypoid dan terus mengekspres salmnella thypi dalam
tinja dan air kemih selama lebih dari satu tahun.
3. Karakteristik Lingkungan
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap penyebab terjadinya
Thypoid, yaitu lingkungan yang kotor akan beresiko tinggi untuk
terkena penyakit thypoid.
28
4. Fungsi Perawatan Kesehatan
Pada keluarga yang pernah menderita thypoid perawatan kesehatan
perlu dilakukan seperti mengatur diit nya yaitu jangan makan yang
keras – keras, pedas dan masam. Pada keluarga Tn.S jika sakit selalu
periksa ke Puskesmas atau ke pelayanan kesehatan terdekat
H. Proses Keperawatan Keluarga
Proses keperawatan keluarga adalah metode ilmiah yang
digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan
dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai
dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu yang telah
dilaksanakan terhadap keluarga ( Friedman, 1998 ).
1. Pengkajian Keluarga
Membagi proses pengkajian keperawatan keluarga ke dalam
tahap – tahap meliputi identifikasi data, tahap dan riwayat
perkembangan, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga
dan koping keluarga.
2. Mengidentifikasi Data
Data –data dasar yang digunakan oleh perawat untuk
mengukur keadaan pasien dengan memakai norma kesehatan
keluarga maupun sosial yang merupakan sistem integrasi dan
kesanggupan untuk mengatasinya
29
Pengumpulan data pada keluarga dengan Thypoid difokuskan
pada komponen – komponen yang berkaitan dengan Thypoid.
3. Data Identitas
a. Usia
Usia sangat berkaitan dengan kejadian thypoid yaitu
pada usia 3 – 19 tahun. Dan thypoid juga lebih sering
menyerang anak – anak usia sekolah dasar, ini dikarenakan
mereka lebih suka jajan yang belum tentu bersih dalam
pengolahan bahan makanan, dari pada makan dirumah. Anak
usia sekolah rata – rata tidak tahu penyebab dari penyakit
thypoid abdominalis, ini diperburuk dengan para orang tua tidak
memperhatikan pola jajan dari anak – anak mereka.
b. Jenis Kelamin
Pada pria lebih bresiko terkena penyakit thypoid ataupun
terpapar dengan kuman salmonella typhi dibandingkan wanita
karena aktivitas di luar rumah lebih banyak pria dari pada
wanita. ( Artikel Mahasiswa Fakultas Kedokteran UH, 2005,
google.com, diakses tanggal 10 Maret 2009 ).
c. Lingkungan
Penyakit thypoid merebak didaerah yang kebersihan
lingkungannya kurang diperhatikan, misalnya saja didaerah
yang kumuh atau kotor dan banyak lalat. Banyaknya lalat
didaerah yang kumuh akan menjadi perantara pindahnya kuman
30
ke manusia, dimana penyebaran salmonella thypi ini melalui
muntahan, urine, dan kotoran dari penderita yang kemudian
terbawa oleh lalat, lalat itu megontaminasi makanan, minuman,
sayuran maupun buah – buahan yang terbuka, sehingga orang
yang mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi dengan
kuman salmonella thypi akan beresiko terkena penyakit thypoid.
( Artikel Mahasiswa Fakultas Kedokteran UH, 2005, google.
com, diakses tanggal 10 Maret 2009 ).
d. Pekerjaan
Orang yang bekerja pada lingkungan yang kumuh dan
kotor lebih beresiko terkena penyakit thypoid, misalnya
pemulung.
e. Pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi fungsi kognitif
karena dengan pendidikan yang rendah, daya ingat klien, afektif
dan psikomotorik dalam pengelolaan penderita thypoid mereka
tidak mengenal tentang thypoid dan akibat serta pentingnya
fasilitas kesehatan.
f. Hubungan (genogram).
Dalam anggota keluarga penularan kuman salmonella
thypi melalui 2 sumber yaitu adanya anggota leluarga yang saat
itu sedang menderita penyakit thypoid dan adanya anggota
keluarga dengan carier (orang yang sembuh dari penyakit
31
thypoid dan terus mengeksresi salmonella thypi, tinja dan air
kemih selama lebih dari satu tahun. (Artikel Mahasiswa Fakultas
Kedokteran UH, 2005, google. com, diakses tanggal 10 Maret
2009 ).
g. Kebiasaan.
Kebiasaan yang paling berpengaruh pada proses
terjadinya penyakit thypoid yaitu hygiene personal yang kurang.
Kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan ataupun
kebiasaan memelihara kuku yang panjang akan mempermudah
masuknya kuman kedalam tubuh. (Artikel Mahasiswa Fakultas
Kedokteran UH, 2005, google. com, diakses tanggal 10 Maret
2009 ).
1. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga yang beresiko
mengalami masalah thypoid adalah tahap perkembangan
keluarga dengan anak usia sekolah, karena pada fase ini
umumnya keluarga mencapai jumlah anggota keluarga
maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk dan kurang
memperhatikan pola jajan dari anak mereka.Dimana dalam
pengolahan bahan makanan tersebut belum tentu bersih dari
pada makan dirumah. Anak usia sekolah rata – rata tidak tahu
penyebab dari penyakit thypoid.
32
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
Thypoid tidak ada kaitannya dengan penyakit yang lain
misalnya penyakit hipertensi, DM, dan lain – lain, karena penyakit
thypoid kaitannya adalah dengan lingkungan ( lingkungan yang
kotor dan kumuh ) meskipun thypoid adalah penyakit menular,
namun penularan penyakit thypoid yaitu melalui carier atau orang
yang sembuh dari penyakit thypoid dan masih mengekskresi
salmonella thypii dalam kemih selama lebih dari satu tahun.
3. Data Lingkungan
a) Kondisi Rumah atau Karakteristik Rumah
Penataan perabot rumah yang kurang diperhatikan atau
tidak teratur seperti tempat makanan dan tempat sampah yang
dibiarkan terbuka akan meningkatkan resiko terjadinya
penyakit thypoid, karena penyakit thypoid sering terjadi pada
daerah yang kebersihan lingkungannya kurang diperhatikan
misalnya saja dilingkungan yang kumuh dan kotor serta banyak
lalat.
b). Karakteristik Lingkungan dan Komunitas, menjelaskan tentang
karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat
c). Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh
mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.
33
d). Sistem pendukung
Pengelolaan pasien post opname thypoid dikeluarga sangat
membutuhkan peran aktif seluruh anggota keluarga dan petugas
dari pelayanan kesehatan yang ada dimasyarakat. Semuanya
berperan dalam pemberian edukasi, motivasi dan mengontrol
perkembangan kesehatan anggota keluarga yang habis menderita
penyakit thypoid.
4. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi
Adanya komunikasi yang terbuka antara keluarga sangat
berpengaruh terhadap kesembuhan penyakitnya, karena
dengan komunikasi yang terbuka dapat mengetahui masalah
kesehatan keluarga secara dini.
b. Struktur Pengambilan Keputusan
Kekuasaan dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan yang tepat untuk merawat anggota
keluarga yang sakit, karena pengambilan keputusan yang tepat
dapat mencegah komplikasi yang lebih lanjut.
c. Peran
Peran kepala keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan
keluarga terutama dalam penyediaan kebutuhan anggota
keluarga yang meliputi kebutuhan sandang, pangan dan papan.
34
d. Nilai atau Norma
Nilai atau norma yang dianut oleh keluarga sangat berpengaruh
terhadap cara perawatan anggota keluarga yang sakit.
5. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Kekurangan perhatian keluarga terhadap anggota keluarga yang
sakit mengakibatkan penderita thypoid tidak mendapatkan
perawatan dan pengobatan yang dibutuhkan, sehingga dapat
menimbulkan terjadinya komplikasi lebih lanjut.
2) Fungsi Sosial
Untuk memperoleh informasi yang tepat tentang thypoid dan
cara penanggulangannya.
3) Fungsi Perawatan Keluarga
Pendidikan ataupun pengetahuan yang kurang mempunyai
kecenderungan lebih tinggi untuk menderita thypoid
(Friedman, 1998).
a) Mengenal Masalah Kesehatan
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah thypoid
adalah salah satu faktor penyebab karena apabila keluarga
tidak mampu mengenal masalah thypoid, penyakit tersebut
akan mengakibatkan komplikasi.
35
b) Merawat Anggota Keluarga yang Sakit
Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sakit thypoid dikarenakan oleh ketidaktahuan
tentang penyakit, misalnya penyebab, gejala, perawatan,
pencegahan, komplikasi, serta diit thypoid.
c) Memodifikasi Lingkungan
Ketidakmampuan keluarga memelihara dan memodifikasi
lingkungan dapat beresiko untuk dilihat dari kebiasaan An.
B yang tidak sehat yaitu menjalankan diit yang salah dan
memelihara kuku yang panjang serta keadaan tempat
sampah yang terbuka.
4) Fungsi Reproduksi
Dalam keluarga penyakit thypoid merupakan penyakit yang
dapat ditularka kepada anggota keluarga yang lain.
5) Fungsi Ekonomi
Keadaan ekonomi yang rendah menyebabkan penyakit thypoid
tidak diperhatikan perawatan ataupun pengobatannya,
sementara penyakit thypoid juga sering diderita oleh kalangan
ekonomi menengah kebawah.
36
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan SGOT dan SPGT
Sering kali meningkat tetapi kembali normal setelah sembuhnya
demam thypoid. Kenaikan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan
pembatasan pengobatan.
2. Pemeriksaan Leukosit
Pada demam thypod terdapat Leukopenia dan Limfositosis relatif ,
tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada
kehanyakan kasus demam thypoid, jumlah leukosit pada sediaan
darah tepi berada dalam batas normal, malahan kadang-kadang
terjadi leukositosis, walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi
sekunder.
Leukositosis : Peningkatan jumlah Leukosit
Leukopenia : Penurunan jumlah Leukosit
Nilai normal Leukosit :
Dewasa : Total :4500-10000 µL
Anak usia 2 tahun : 6000-17000 µL
Bayi baru lahir : 9000-30000 µL
3. Biakan Darah
Biakan darah positif memastikan demam thypoid tetapi biakan darah
negatif tidak menunjukan demam thypoid. Hal ini disebabkan karena
hasil biakan darah bergantung pada beberapa faktor :
a. Teknik Pemeriksaan Laboratorium
37
Hasil pemeriksaan laboratorium satu dengan yang lain berbeda.
Hal ini disebabkan oleh karena perbedaan tehnik dan media
biakan yang digunakan karena jumlah kuman yang bcrada
dalam darah hanya sedikit, yaitu kurang dari 10 kuman/ml darah
( dewasa 5 - 10 ml, anak 2-5 ml ) dan darah tersebut harus
segera ditanam dalam media biakan sewaktu berada di sisi
pasien dan langsung dikirim ke laboratorium. Waktu
pengambilan darah paling baik adalah saat demam tinggi pada
waktu bakteriemia berlangsung
b. Saat Pemeriksaan Selama Perjalanan Penyakit
Pada demam tifoid biakan darah terhadap Salmonella thypi
terutama positif pada minggu pertama penyakit dan berkurang
pada minggu-minggu berikutnya, pada waktu kambuh biakan
dapat positif lagi.
c. Vaksinasi dimasa Lampau
Vaksinasi pada masa lampau menimbulkan antibody dalam
darah pasien. Antibodi ini dapat menekan bakteriemia, hingga
biakan darah mungkin negative.
d. Pengobatan dengan obat antimikrobia
Bila pasien sebelum biakan darah sudah mendapat obat
antimikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat
dan hasil biakan mungkin negative
38
e. Kepekaan Salmonella typhi terhadap obat antimikrobia
Penelitian di laboratorium kesehatan perum bio farma
menunjukaan bahwa selama 1984 – 1990 Salmonella typhi dan
Salmonella. paratyphi A masih 100% sensitive terhadap
Kloramfeniol 83,3%-100% sensitive terhadap ampisilin dan
97% - 100% sensitive terhadap kotrimoksasol.
4. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan
antibobodi ( aglutinin ). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella
terdapat dalam serum pasien demam tifoid, juga pada orang yang
pernah tertular salmonella dan pada orang yang pernah difaksinasi
terhadap demam thypid. Maksud uji widal adalah untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita
thypoid.Akibat infeksi Salmonella typhi pasien membuat antibody
(aglutinin), yaitu :
a. Aglutinin O , yang dibuat Karena rangsang antigen O ( berasal
dari tubuh kuman )
b. Aglutinin H, karena rangsangan antigen H ( berasal dari flagella
kuman )
c. Aglutinin Vi, karena rangsangan antigen Vi ( berasal dari simpai
kuman )
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya agglutinin 0 dan H yang
ditemukan titernya untuk diagnosis. Makin tinggi titernya, makin
39
besar kemungkinan pasien menderita demam thypoid. Pada infeksi
yang aktif, titer uji widal akan meningkat. Pada pemeriksaan ulang
yang dilakukan selang paling sedikit 5 hari.
Perlu diketahui bahwa ada jenis dari demam thypoid yang
mempunyai gejala hampir sama, hanya bedanya demam biasanya
tidak terlalu tinggi (lebih ringan) ialah yang terdapat pada paratifoid
A, B, C, untuk menemukan kuman penyebab perlu pemeriksaan
darah seperti pasien thypoid.
Interpretasi Uji Widal
Tidak ada konsensus baku mengenai tingginya titer uji widal
yang mempunyai nilai diagnostik yang pasti untuk demam thypoid.
Biakan darah positif memastikan demam thypoid, tetapi biakan
darah negative tidak menyingkirkan demam tifoid. Peningkatan titer
uji widal selama 2 sampai 3 minggu, memastikan diagnosis demam
thypoid. Reaksi widal tunggal dengan titer antibody O 1/320 atau
titer antibody H 1/640 menyokong diagnosis demam thypoid pada
pasien dengan gambaran klinis yang sama.
1

More Related Content

What's hot (15)

Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam tifoid
Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam tifoidAsuhan keperawatan pada pasien dengan demam tifoid
Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam tifoid
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan demam thypoid
Asuhan keperawatan pada klien dengan demam thypoidAsuhan keperawatan pada klien dengan demam thypoid
Asuhan keperawatan pada klien dengan demam thypoid
 
Makalah febris
Makalah febrisMakalah febris
Makalah febris
 
Lp hypertermi
Lp hypertermiLp hypertermi
Lp hypertermi
 
Asuhan keperawatan klien dengan demam tifoid
Asuhan keperawatan klien dengan demam tifoidAsuhan keperawatan klien dengan demam tifoid
Asuhan keperawatan klien dengan demam tifoid
 
Askep demam typoid
Askep demam typoidAskep demam typoid
Askep demam typoid
 
Anak
Anak Anak
Anak
 
Askep Demam Thypoid
Askep Demam ThypoidAskep Demam Thypoid
Askep Demam Thypoid
 
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM
LAPORAN PENDAHULUAN  ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN  KEJANG DEMAMLAPORAN PENDAHULUAN  ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN  KEJANG DEMAM
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM
 
Makalah demam tyfoid
Makalah demam tyfoidMakalah demam tyfoid
Makalah demam tyfoid
 
Modul Demam
Modul Demam Modul Demam
Modul Demam
 
Patofisiologi demam
Patofisiologi demamPatofisiologi demam
Patofisiologi demam
 
Askep thipoid
Askep  thipoidAskep  thipoid
Askep thipoid
 
demam tifoid amee
demam tifoid ameedemam tifoid amee
demam tifoid amee
 
Askep kejang
Askep kejangAskep kejang
Askep kejang
 

Similar to KONSEP DASAR TIFUS (20)

Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalisKonsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
 
Konsep Dasar Demam Thypoid.docx
Konsep Dasar Demam Thypoid.docxKonsep Dasar Demam Thypoid.docx
Konsep Dasar Demam Thypoid.docx
 
Makalah penyakit tifus
Makalah penyakit tifusMakalah penyakit tifus
Makalah penyakit tifus
 
Makalah penyakit tifus
Makalah penyakit tifusMakalah penyakit tifus
Makalah penyakit tifus
 
Hiv
HivHiv
Hiv
 
askep typus abdominalis
askep typus abdominalisaskep typus abdominalis
askep typus abdominalis
 
Demam tifoid
Demam tifoidDemam tifoid
Demam tifoid
 
1. askep thipoid
1. askep  thipoid1. askep  thipoid
1. askep thipoid
 
Askep thipoid
Askep  thipoidAskep  thipoid
Askep thipoid
 
PPT asuhan keperawatan.pptx
PPT asuhan keperawatan.pptxPPT asuhan keperawatan.pptx
PPT asuhan keperawatan.pptx
 
Makalah penyakit tifus
Makalah penyakit tifusMakalah penyakit tifus
Makalah penyakit tifus
 
Demam tifoid
Demam tifoidDemam tifoid
Demam tifoid
 
Qqqqqooooooooytre
QqqqqooooooooytreQqqqqooooooooytre
Qqqqqooooooooytre
 
Askep Tb paru,
Askep Tb paru,Askep Tb paru,
Askep Tb paru,
 
Kejang demam AKPER PEMKAB MUNA
Kejang demam AKPER PEMKAB MUNA Kejang demam AKPER PEMKAB MUNA
Kejang demam AKPER PEMKAB MUNA
 
Kejang demam
Kejang demamKejang demam
Kejang demam
 
Kejang demam
Kejang demamKejang demam
Kejang demam
 
Penyakit gastritis.pptx
Penyakit gastritis.pptxPenyakit gastritis.pptx
Penyakit gastritis.pptx
 
asuhan keperawatan pada pasien tifoid.pptx
asuhan keperawatan pada pasien tifoid.pptxasuhan keperawatan pada pasien tifoid.pptx
asuhan keperawatan pada pasien tifoid.pptx
 
Kejan demam AKPER PEMKAB MUNA
Kejan demam AKPER PEMKAB MUNAKejan demam AKPER PEMKAB MUNA
Kejan demam AKPER PEMKAB MUNA
 

Recently uploaded

PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 

Recently uploaded (20)

PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 

KONSEP DASAR TIFUS

  • 1. 6 BAB II KONSEP DASAR I. Konsep Penyakit A. Pengertian Tifus abdominalis adalah penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh salmonella thypii, yang dapat ditularkan melalui makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella thypii. ( Hidayat, 2006 ) Demam thypoid adalah infeksi demam sistemik akut yang nyata pada fogosit mononuclear dan membutuhkan tatanama yang terpisah (Smeltzer, 2001). Demam enterik adalah sindrom klinis sitemik yang dihasilkan oleh organisme salmonella tertentu. ( Nelson, 1999 ). Thypoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari tujuh hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran ( Mansjoer, 1999 ) B. Fisiologi Fungsi primer saluran pencernaan adalah menyediakan suplai terus - menerus pada tubuh akan air, elektrolit dan zat gizi. Sistem pencernaan dimulai pada saat makanan masuk kedalam mulut dan di hancurkan oleh gigi. Penglihatan, penciuman dan pengecap makanan
  • 2. 7 mencetuskan saliva oleh reflek saraf. Saliva melumaskan makanan dan memungkinkan makanan untuk diubah menjadi massa yang lunak atau bolus. Sebagian makanan dihancurkan kemudian dapat lebih menstimulasi reseptor-reseptor pengecap. Selain fungsi ini saliva juga mengandung enzim ptialin yang memulai pemecahan karbohidrat menjadi gula sederhana. Saliva di sekresi oleh 3 kelenjar utama yaitu : a. Kelenjar parotis yang menghasilkan saliva yang banyak mengandung air. b. Kelenjar sublingual. c. Kelenjar submandibular yang menghasilkan saliva berair dan berlendir ( Mansjoer, 1999 ). C. Etiologi Tifus abdominalis disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella paratyphi C ( Mansjoer, 1999 ). Salmonella typhosa, merupakan basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang - kurangnya tiga macam antigen yaitu : a. Antigen O ( Ohne Hauch ) yaitu somatic antigen ( tidak menyebar ), terdiri dari zat kompleks lipopolisakarida. b. Antigen H ( Hauch / menyebar ) terdapat pada flagella. c. Antigen Vi merupakan polisakarida kapsul verilen.
  • 3. 8 Ketiga jenis antigen tersebut didalam tubuh manusia akan menimbulkan pembentukan tiga macam antibody yang lazim disebut aglutinin. D. Patofisiologi Kuman salmonella typhosa masuk kedalam saluran cerna, bersama makanan dan minuman, sebagian besar akan mati oleh asam lambung HCL dan sebagian ada yang lolos ( hidup ), kemudian kuman masuk kedalam usus ( plag payer ) dan mengeluarkan endotoksin sehingga menyebabkan bakterimia primer dan mengakibatkan peradangan setempat, kemudian kuman melalui pembuluh limfe akan menuju keorgan RES terutama pada organ hati dan limfe. Diorgan RES ini sebagian kuman akan difagosif dan sebagian tidak difagosif akan berkembang biak dan akan masuk kedalam pembuluh darah sehingga menyebar keorgan lain, terutama usus halus sehingga menyebabkan peradangan yang mengakibatkan malabsorbsi nutrient dan hiperperistaltik usus sehingga terjadi diare. Pada hipotalamus akan menekan termoregulasi yang mengakibatkan demam remiten dan terjadi hipermetabolisme tubuh akibatnya tubuh menjadi mudah lelah. Selain itu endotoksin yang masuk kepembuluh darah kapiler menyebabkan roseola pada kulit dan lidah hipermi. Konstipasi bisa menyebabkan komplikasi intestinal ( perdarahan usus, perfarasi,
  • 4. 9 peritonitis ) dan ekstra intestinal ( pneumonia, meningitis ). Endotoksi salmonella typhi membatu terjadiya proses inflamasi lokal pada jaringan tempat salmonella typhi berkembang biak. Namun pada typhi di sebabkan karena salmonella typhi dan endotoksinya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang dalam perkembangbiakan kuman dapat mengakibatkan hipertropi splenomegali terjadi penekanan pada usus menyebabkan nyeri ( Mansjoer, 1999 ). E. Manifestasi Klinik Manifestasi klinik demam typoid pada anak biasanya lebih ringan dari pada orang dewasa. Masa tunas: 10 - 20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala., pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan kurang. Menyusul manifestasi klinik yang biasa ditemukan ialah : 1. Demam Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur - angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam; pada
  • 5. 10 minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga. 2. Gangguan pada saluran pencernaan Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah. Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya iemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat diare atau normal. 3. Gangguan kesadaran Umumnya kesadaran pasien menurun walapun tidak berapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen, jarang sopora koma atau gelisah (kecuali penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan ). Disamping gejala – gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu bintik – bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pula bradikardia dan epistaksis pada anak besar
  • 6. 11 F. Komplikasi Dapat terjadi : 1. Pada usus halus a. Pendarahan usus. Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika perdarahan banyak terjadi melena, dapat disertai nyeri perut dengan tanda – tanda ranjatan. b. Perforasi usus Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritontis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum c. Peritonitis Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut, nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang (defense muscular) dan nyeri tekan. 2. Di luar usus Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis ( bakteremia ), yaitu meningtis, kolesistitis, ensefolopati. Terjadi karena infeksi sekunder yaitu bronkopneumonia
  • 7. 12 G. Penatalaksanaan Pengobatan demam thypoid terdiri atas 3 bagian yaitu: 1. Perawatan Pasien demam thypoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi dan pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadi komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus. Mobilisasi pasien dilakuakan secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien. Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya harus di ubah - ubah pada waktu - waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan, karena kadang terjadi obstipasi dan retensi air kemih 2. Diet Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Bila kesadaran menurun diberikan makanan cair melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan nafsu makan baik dapat juga di berikan makanan lunak. Beberapa penelitian manunjukan bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk- pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar ) dapat di berikan dengan aman.
  • 8. 13 3. Obat. Obat – obat anti mikroba yang sering dipergunakan ialah: a. Kloramfenikol. Belum ada obat anti mikroba yang dapat menurunkan demam lebih cepat dibandingkan dengan kloramfenikol. Dosis untuk orang dewasa 4 x 500 mg sehari oral atau intravena sampai 7 hari bebas demam. Dengan penggunan kloramfenikol, demam pada demam tifoid turun rata - rata setelah 5 hari. b. Tiamfenikol. Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam thypid sama dengan kloramfenikol komplikasi pada hematologis pada penggunan tiamfenikol lebih jarang dari pada kloramfenikol. Dengan tiamfemikol demam pada demam tifoid turun setelah rata - rata 5 - 6 hari. c. Ko-trimoksazol ( kombinasi dan sulfamitoksasol ). Dosis itu orang dewasa, 2 kali 2 tablet sehari, digunakan sampai 7 hari bebas demam ( 1 tablet mengandung 80 mg trimitropin dan 400 mg sulfametoksazol ). Dengan kontrimoksazol demam pada demam tifoid turun rata - rata setelah 5 - 6 hari. d. Ampicillin dan Amoksisilin. Indikasi mutlak pengunaannya adalah pasien demam thypid dengan leokopenia. Dosis yang dianjurkan berkisar antara 75 - 150 mg / kg berat badan sehari, digunakan sampai 7 hari bebas
  • 9. 14 demam. Dengan ampicillin dan amoksisilin demam pada demam tifoid turun rata - rata setelah 7 - 9 hari. e. Sefalosforin generasi ketiga. Beberapa uji klinis menunjukan sefalosporin generasi ketiga amtara lain sefiperazon, seftriakson dan cefotaksim efektif untuk demam thypoid, tatapi dan lama pemberian yang oktimal belum diketahui dengan pasti. f. Fluorokinolon. Fluorokinolon efektif untuk untuk demam thypoid, tetapi dosis dan lama pemberian yang optimal belum diketahui dengan pasti. Obat-obat Simtomatik: 1. Antipiretika Antipiretika tidak perlu diberikan secara rutin pada setiap pasien demam thypoid, karena tidak dapat berguna. 2. Kortikosteroid pasien yang toksik dapat diberikan kortikosteroid oral atau parenteral dalam dosis yang menurun secara bertahap ( Tapering off ) selama 5 hari. Hasilnya biasanya sangat memuaskan, kesadaran pasien menjadi jernih dan suhu badan cepat turun sampai normal. Akan tetapi kortikosteroid tidak boleh diberikan tanpa indikasi, karena dapat menyebabkan perdarahan intestinal dan relaps.
  • 10. 15 H. Pathways Makanan terkontaminasi salmonella Mulut HCL ( Lambung ) Hidup Tidak hidup Usus terutama plag peyer Kuman meneluarkan endotoksin Bakteriema primer Difogosit Tidak difogosit Mati Bakteriema sekunder Pembuluh darah usus halus Hipotalamus Hepar Kapiler peradangan menekan Hipotasplenom Procesia Tidak Mal absorbsi termoreguler endotoksin pada kulit hiperemi nutrien Hipertermi merusak hepar Hiperperistaltik cepat lelah Perubahan nutrisi Usus Intoleransi SGOT / SGPT Kurang dari Diare aktifitas Kebutuhan tubuh bedrest reinterkasi usus Intestinal komplikasi ekstraintestinal - perdarahan usus - pneumonia - peritonitis - meningitis
  • 11. 16 I. Diagnosa Keperawatan 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d arbsorpsi nutrisi 2. Hipertermi b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus 3. Resiko tinggi kurang volume cairan b/d kehilangan cairan sekunder terhadap diare 4. Intoleransi aktivitas b/d peningkatan kebutuhan metabolisme sekunder terhadap infeksi akut J. Intervensi 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d arbsorpsi nutrisi Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi Intervensi: 1a. Dorong tirah baring Rasional: Menurunkan kebutuhan metabolic untuk meningkatkan penurunan kalori dan simpanan energi 1b. Anjurkan istirahat sebelum makan Rasional: Menenangkan peristaltic dan meningkatkan energi makan 1c. Berikan kebersihan oral Rasional : Mulut bersih dapat meningkatkan nafsu makan
  • 12. 17 1d. Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan Rasional: Lingkungan menyenangkan menurunkan stress dan konduktif untuk makan 1e. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat Rasional: Nutrisi yang adekuat akan membantu proses 1f. Kolaborasi pemberian nutrisi, terapi IV sesuai indikasi Rasional: Program ini mengistirahatkan saluran gastrointestinal sementara memberikan nutrisi penting. 2. Hipertermi b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus Tujuan: Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal Intervensi: 2a. Pantau suhu klien Rasional: Suhu 380 C sampai 41,10 C menunjukkan proses peningkatan infeksius akut 2b. Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur sesuai dengan indikasi Rasional: Suhu ruangan atau jumlah selimut harus dirubah, mempertahankan suhu mendekati normal 2c. Berikan kompres mandi hangat Rasional : Dapat membantu mengurangi demam 2d. Kolaborasi pemberian antipiretik
  • 13. 18 Rasional : Untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya hipotalamus 3. Resiko tinggi kurang volume cairan b/d kehilangan cairan sekunder terhadap diare Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat dengan membran mukosa, turgor kulit baik, kapiler baik, tanda vital stabil, keseimbangan dan kebutuhan urin normal Intervensi: 3a. Awasi masukan dan keluaran perkiraan kehilangan cairan yang tidak terlihat Rasional : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan dan elektrolit penyakit usus yang merupakan pedoman untuk penggantian cairan 3b. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa turgor kulit dan pengisian kapiler Rasional: Menunjukkan kehilangan cairan berlebih atau dehidrasi 3c. Kaji tanda vital Rasional : Dengan menunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan 3d. Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring Rasional : Kalau diistirahkan utnuk penyembuhan dan untuk penurunan kehilangan cairan usus
  • 14. 19 3e. Kolaborasi utnuk pemberian cairan parenteral Rasional : Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan cairan untuk mempertahankan kehilangan 4. Intoleransi aktivitas b/d peningkatan kebutuhan metabolisme sekunder terhadap infeksi akut Tujuan : Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas Intervensi: 4a. Tingkatkan tirah baring dan berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung Rasional : Menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan 4b. Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik Rasional : Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan 4c. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi Rasional : Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan karena keterbatasan aktifitas yang menganggu periode istirahat 4d. Berikan aktifitas hiburan yang tepat (nonton TV, radio) Rasional : Meningkatkan relaksasi dan hambatan energi
  • 15. 20 II. Konsep Keluarga A. Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. ( DepKes, 2003, google. com, diakses tanggal 19 Maret 2009 ) B. Tipe / bentuk keluarga 1. Keluarga inti ( Nuclear Family ), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. 2. Keluarga Besar (Extended Family ), adalah keluarga inti ditambah dengan satu saudara., misalnva nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, parnan, bibi, dan sebagainya. 3. Keluarga bcrantai ( Serial Family ), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lcbih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti 4. Keluarga duda / janda (Single Family ), adalah keluarga yang terjadi kerena perceraian atau kematian. 5. Keluarga berkomposisi ( Composite Family ), adalah keluarga perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama. 6. Keluarga kabitas ( Cahabitation Family ), adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga
  • 16. 21 C. Tugas Keluarga 1. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan, yaitu sebagai berikut: a) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat. c) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang tertalu muda. d) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan perkembangan kepribadian anggota keluarga. e) Mempertahankan hubungan timbai balik antara keluarga dan lembaga kesehatan. yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas kesehatan yang ada. 2. Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan, tugas pokok tersebut adalah, sebagai berikut: a) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya. b) Pemeliharaan sumber - sumber daya yang ada dalam keluarga. c) Pembagian tugas masing - masing anggotanya sesuai kedudukan masing - masing. d) Sosialisasi antar anggota keluarga. e) Pengaturan jumlah anggota keluarga. f) Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga. g) Penempatan anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas. h) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.
  • 17. 22 D. Peran keluarga 1. Peran formal Keluarga a) Peran parental dan perkawinan Delapan peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami - ayah dan istri - Ibu: 1) Peran sebagai provider ( penyedia ). 2) Peran sebagai pengatur rumah tangga. 3) Peran perawatan anak 4) Peran sosialisasi anak. 5) Peran rekreasi. 6) Perart persaudaraan ( kinship ) memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal. 7) Peran terapeutik ( memenuhi kebutuhan afektif pasangan ) 8) Peran seksual b) Peran perkawinan Kebutuhan bagi pasangan memelihara suatu hubungan perkawinan yang kokoh itu sangat penting. Anak - anak terutama dapat mempengaruhi hubungan perkawinan, menciptakan situasi dimana suami dan istri membentuk suatu koalisi dengan anak. Memelihara suatu hubungan perkawinan yang memuaskan rnerupakan salah satu tugas perkembangan yang vital dari keluarga.
  • 18. 23 c) Peran informal 1) Pengharmonis : menengahi perbedaan yang terdapat diantara para anggota, menghibur dan menyatukan kembali perbedaan pendapat. 2) Inisiator – kontributor : mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan - tujuan kelompok. 3) Pendamai ( compromiser ) : merupakan salah satu bagian dari konflik dan ketidaksepakatan, pendamai inenyatakan kesalahan posisi dan mengakui kesalahannya, atau menawarkan penyelesaian " setengah jalan ". 4) Perawat keluarga : orang yang terpanggil untuk merawatm dan mengasuh anggota keluarga lain yang membutuhkannya. 5) Koordinator keluarga : mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga, berfungsi - mengangkat keterikatan / keakraban E. Fungsi Keluarga 1. Fungsi biologis a) Untuk meneruskan keturunan. b) Memelihara dan membesarkan anak. c) Memenuhi kebutuhan grzi keluarga. d) Memelihara dan merawat anggota keluarga.
  • 19. 24 2. Fungsi Psikologis a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman. b) Mcmberikan perhatian diantara anggota keluarga. c) Memelihara dan merawat anggota keluarga. d) Memberikan identitas keluarga. 3. Fungsi Sosialisasi a) Membina sosialisasi pada anak. b) Membentuk norma - norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak. c) Meneruskan nilai - nilai budaya keluarga. 4. Fungsi Ekonomi a) Mencari sumber-sumber pcnghasilan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga. b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk mernenuhi kebutuhan keluarga. c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan dating misalnya pendidikan anak, jaminan hari tua dan sebagainya. 5. Fungsi pendidikan a) Menyekolahkan anak hntuk memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan membentuk prilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya. b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
  • 20. 25 c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat - tingkat perkembangannya. 6. Fungsi perlindungan Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan - tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman. 7. Fungsi perasaan Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif, merasakan perasaan anak dan anggota keluarga sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga. 8. Fungsi religius Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah didunia ini. 9. Fungsi rekreatif Tugas keluarga dalam fungsi rekreatif ini tidak selalu harus pergi ketempat rekreasi, tetapi yang penting bagairnana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat mencapai keseimbangan kepribadian masing - masing anggotanya.
  • 21. 26 F. Keperawatan Kesehatan Keluarga 1. Definisi Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipnsatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan mclalui perawatan sebagai saran / penyalur ( Murwani, 2007 ). 2. Alasan Keluarga sebagai unit pelayanan. a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masvarakat. b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya. c. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya. d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu ( Pasien ), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya. e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan masyarakat.
  • 22. 27 G. Pengkajian Fokus 1. Biodata Keluarga Fokus pengkajian untuk biodata keluarga berkaitan dengan umur, jenis kelamin, dan jumlah anggota keluarga yang ada pada keluarga. Umur sangat berkaitan dengan kejadian thypoid yaitu pada usia 3 – 19 tahun. Dan thypoid juga lebih sering menyerang anak – anak usia sekolah dasar, ini dikarenakan mereka lebih suka jajan yang belum tentu bersih dalam pengolahan bahan makanan, dari pada makan dirumah. Anak usia sekolah rata – rata tidak tahu penyebab dari penyakit thypoid abdominalis, ini diperburuk dengan para orang tua tidak memperhatikan pola jajan dari anak – anak mereka. 2. Riwayat Keluarga Thypoid bisa disebabkan karena adanya riwayat keluarga yang pernah menderita penyakit thypoid. Mengingat penularan salmonella thypi salah satunya adalah pasien dengan carier orang yang sembuh dari demam thypoid dan terus mengekspres salmnella thypi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari satu tahun. 3. Karakteristik Lingkungan Lingkungan sangat berpengaruh terhadap penyebab terjadinya Thypoid, yaitu lingkungan yang kotor akan beresiko tinggi untuk terkena penyakit thypoid.
  • 23. 28 4. Fungsi Perawatan Kesehatan Pada keluarga yang pernah menderita thypoid perawatan kesehatan perlu dilakukan seperti mengatur diit nya yaitu jangan makan yang keras – keras, pedas dan masam. Pada keluarga Tn.S jika sakit selalu periksa ke Puskesmas atau ke pelayanan kesehatan terdekat H. Proses Keperawatan Keluarga Proses keperawatan keluarga adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu yang telah dilaksanakan terhadap keluarga ( Friedman, 1998 ). 1. Pengkajian Keluarga Membagi proses pengkajian keperawatan keluarga ke dalam tahap – tahap meliputi identifikasi data, tahap dan riwayat perkembangan, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga dan koping keluarga. 2. Mengidentifikasi Data Data –data dasar yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan pasien dengan memakai norma kesehatan keluarga maupun sosial yang merupakan sistem integrasi dan kesanggupan untuk mengatasinya
  • 24. 29 Pengumpulan data pada keluarga dengan Thypoid difokuskan pada komponen – komponen yang berkaitan dengan Thypoid. 3. Data Identitas a. Usia Usia sangat berkaitan dengan kejadian thypoid yaitu pada usia 3 – 19 tahun. Dan thypoid juga lebih sering menyerang anak – anak usia sekolah dasar, ini dikarenakan mereka lebih suka jajan yang belum tentu bersih dalam pengolahan bahan makanan, dari pada makan dirumah. Anak usia sekolah rata – rata tidak tahu penyebab dari penyakit thypoid abdominalis, ini diperburuk dengan para orang tua tidak memperhatikan pola jajan dari anak – anak mereka. b. Jenis Kelamin Pada pria lebih bresiko terkena penyakit thypoid ataupun terpapar dengan kuman salmonella typhi dibandingkan wanita karena aktivitas di luar rumah lebih banyak pria dari pada wanita. ( Artikel Mahasiswa Fakultas Kedokteran UH, 2005, google.com, diakses tanggal 10 Maret 2009 ). c. Lingkungan Penyakit thypoid merebak didaerah yang kebersihan lingkungannya kurang diperhatikan, misalnya saja didaerah yang kumuh atau kotor dan banyak lalat. Banyaknya lalat didaerah yang kumuh akan menjadi perantara pindahnya kuman
  • 25. 30 ke manusia, dimana penyebaran salmonella thypi ini melalui muntahan, urine, dan kotoran dari penderita yang kemudian terbawa oleh lalat, lalat itu megontaminasi makanan, minuman, sayuran maupun buah – buahan yang terbuka, sehingga orang yang mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi dengan kuman salmonella thypi akan beresiko terkena penyakit thypoid. ( Artikel Mahasiswa Fakultas Kedokteran UH, 2005, google. com, diakses tanggal 10 Maret 2009 ). d. Pekerjaan Orang yang bekerja pada lingkungan yang kumuh dan kotor lebih beresiko terkena penyakit thypoid, misalnya pemulung. e. Pendidikan Tingkat pendidikan mempengaruhi fungsi kognitif karena dengan pendidikan yang rendah, daya ingat klien, afektif dan psikomotorik dalam pengelolaan penderita thypoid mereka tidak mengenal tentang thypoid dan akibat serta pentingnya fasilitas kesehatan. f. Hubungan (genogram). Dalam anggota keluarga penularan kuman salmonella thypi melalui 2 sumber yaitu adanya anggota leluarga yang saat itu sedang menderita penyakit thypoid dan adanya anggota keluarga dengan carier (orang yang sembuh dari penyakit
  • 26. 31 thypoid dan terus mengeksresi salmonella thypi, tinja dan air kemih selama lebih dari satu tahun. (Artikel Mahasiswa Fakultas Kedokteran UH, 2005, google. com, diakses tanggal 10 Maret 2009 ). g. Kebiasaan. Kebiasaan yang paling berpengaruh pada proses terjadinya penyakit thypoid yaitu hygiene personal yang kurang. Kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan ataupun kebiasaan memelihara kuku yang panjang akan mempermudah masuknya kuman kedalam tubuh. (Artikel Mahasiswa Fakultas Kedokteran UH, 2005, google. com, diakses tanggal 10 Maret 2009 ). 1. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga a. Tahap Perkembangan Keluarga Tahap perkembangan keluarga yang beresiko mengalami masalah thypoid adalah tahap perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah, karena pada fase ini umumnya keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk dan kurang memperhatikan pola jajan dari anak mereka.Dimana dalam pengolahan bahan makanan tersebut belum tentu bersih dari pada makan dirumah. Anak usia sekolah rata – rata tidak tahu penyebab dari penyakit thypoid.
  • 27. 32 2. Riwayat Kesehatan Keluarga Thypoid tidak ada kaitannya dengan penyakit yang lain misalnya penyakit hipertensi, DM, dan lain – lain, karena penyakit thypoid kaitannya adalah dengan lingkungan ( lingkungan yang kotor dan kumuh ) meskipun thypoid adalah penyakit menular, namun penularan penyakit thypoid yaitu melalui carier atau orang yang sembuh dari penyakit thypoid dan masih mengekskresi salmonella thypii dalam kemih selama lebih dari satu tahun. 3. Data Lingkungan a) Kondisi Rumah atau Karakteristik Rumah Penataan perabot rumah yang kurang diperhatikan atau tidak teratur seperti tempat makanan dan tempat sampah yang dibiarkan terbuka akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit thypoid, karena penyakit thypoid sering terjadi pada daerah yang kebersihan lingkungannya kurang diperhatikan misalnya saja dilingkungan yang kumuh dan kotor serta banyak lalat. b). Karakteristik Lingkungan dan Komunitas, menjelaskan tentang karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat c). Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.
  • 28. 33 d). Sistem pendukung Pengelolaan pasien post opname thypoid dikeluarga sangat membutuhkan peran aktif seluruh anggota keluarga dan petugas dari pelayanan kesehatan yang ada dimasyarakat. Semuanya berperan dalam pemberian edukasi, motivasi dan mengontrol perkembangan kesehatan anggota keluarga yang habis menderita penyakit thypoid. 4. Struktur Keluarga a. Pola Komunikasi Adanya komunikasi yang terbuka antara keluarga sangat berpengaruh terhadap kesembuhan penyakitnya, karena dengan komunikasi yang terbuka dapat mengetahui masalah kesehatan keluarga secara dini. b. Struktur Pengambilan Keputusan Kekuasaan dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan yang tepat untuk merawat anggota keluarga yang sakit, karena pengambilan keputusan yang tepat dapat mencegah komplikasi yang lebih lanjut. c. Peran Peran kepala keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan keluarga terutama dalam penyediaan kebutuhan anggota keluarga yang meliputi kebutuhan sandang, pangan dan papan.
  • 29. 34 d. Nilai atau Norma Nilai atau norma yang dianut oleh keluarga sangat berpengaruh terhadap cara perawatan anggota keluarga yang sakit. 5. Fungsi Keluarga 1) Fungsi Afektif Kekurangan perhatian keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit mengakibatkan penderita thypoid tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan yang dibutuhkan, sehingga dapat menimbulkan terjadinya komplikasi lebih lanjut. 2) Fungsi Sosial Untuk memperoleh informasi yang tepat tentang thypoid dan cara penanggulangannya. 3) Fungsi Perawatan Keluarga Pendidikan ataupun pengetahuan yang kurang mempunyai kecenderungan lebih tinggi untuk menderita thypoid (Friedman, 1998). a) Mengenal Masalah Kesehatan Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah thypoid adalah salah satu faktor penyebab karena apabila keluarga tidak mampu mengenal masalah thypoid, penyakit tersebut akan mengakibatkan komplikasi.
  • 30. 35 b) Merawat Anggota Keluarga yang Sakit Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit thypoid dikarenakan oleh ketidaktahuan tentang penyakit, misalnya penyebab, gejala, perawatan, pencegahan, komplikasi, serta diit thypoid. c) Memodifikasi Lingkungan Ketidakmampuan keluarga memelihara dan memodifikasi lingkungan dapat beresiko untuk dilihat dari kebiasaan An. B yang tidak sehat yaitu menjalankan diit yang salah dan memelihara kuku yang panjang serta keadaan tempat sampah yang terbuka. 4) Fungsi Reproduksi Dalam keluarga penyakit thypoid merupakan penyakit yang dapat ditularka kepada anggota keluarga yang lain. 5) Fungsi Ekonomi Keadaan ekonomi yang rendah menyebabkan penyakit thypoid tidak diperhatikan perawatan ataupun pengobatannya, sementara penyakit thypoid juga sering diderita oleh kalangan ekonomi menengah kebawah.
  • 31. 36 I. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan SGOT dan SPGT Sering kali meningkat tetapi kembali normal setelah sembuhnya demam thypoid. Kenaikan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan pembatasan pengobatan. 2. Pemeriksaan Leukosit Pada demam thypod terdapat Leukopenia dan Limfositosis relatif , tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kehanyakan kasus demam thypoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada dalam batas normal, malahan kadang-kadang terjadi leukositosis, walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Leukositosis : Peningkatan jumlah Leukosit Leukopenia : Penurunan jumlah Leukosit Nilai normal Leukosit : Dewasa : Total :4500-10000 µL Anak usia 2 tahun : 6000-17000 µL Bayi baru lahir : 9000-30000 µL 3. Biakan Darah Biakan darah positif memastikan demam thypoid tetapi biakan darah negatif tidak menunjukan demam thypoid. Hal ini disebabkan karena hasil biakan darah bergantung pada beberapa faktor : a. Teknik Pemeriksaan Laboratorium
  • 32. 37 Hasil pemeriksaan laboratorium satu dengan yang lain berbeda. Hal ini disebabkan oleh karena perbedaan tehnik dan media biakan yang digunakan karena jumlah kuman yang bcrada dalam darah hanya sedikit, yaitu kurang dari 10 kuman/ml darah ( dewasa 5 - 10 ml, anak 2-5 ml ) dan darah tersebut harus segera ditanam dalam media biakan sewaktu berada di sisi pasien dan langsung dikirim ke laboratorium. Waktu pengambilan darah paling baik adalah saat demam tinggi pada waktu bakteriemia berlangsung b. Saat Pemeriksaan Selama Perjalanan Penyakit Pada demam tifoid biakan darah terhadap Salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama penyakit dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya, pada waktu kambuh biakan dapat positif lagi. c. Vaksinasi dimasa Lampau Vaksinasi pada masa lampau menimbulkan antibody dalam darah pasien. Antibodi ini dapat menekan bakteriemia, hingga biakan darah mungkin negative. d. Pengobatan dengan obat antimikrobia Bila pasien sebelum biakan darah sudah mendapat obat antimikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negative
  • 33. 38 e. Kepekaan Salmonella typhi terhadap obat antimikrobia Penelitian di laboratorium kesehatan perum bio farma menunjukaan bahwa selama 1984 – 1990 Salmonella typhi dan Salmonella. paratyphi A masih 100% sensitive terhadap Kloramfeniol 83,3%-100% sensitive terhadap ampisilin dan 97% - 100% sensitive terhadap kotrimoksasol. 4. Uji Widal Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibobodi ( aglutinin ). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella terdapat dalam serum pasien demam tifoid, juga pada orang yang pernah tertular salmonella dan pada orang yang pernah difaksinasi terhadap demam thypid. Maksud uji widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita thypoid.Akibat infeksi Salmonella typhi pasien membuat antibody (aglutinin), yaitu : a. Aglutinin O , yang dibuat Karena rangsang antigen O ( berasal dari tubuh kuman ) b. Aglutinin H, karena rangsangan antigen H ( berasal dari flagella kuman ) c. Aglutinin Vi, karena rangsangan antigen Vi ( berasal dari simpai kuman ) Dari ketiga aglutinin tersebut hanya agglutinin 0 dan H yang ditemukan titernya untuk diagnosis. Makin tinggi titernya, makin
  • 34. 39 besar kemungkinan pasien menderita demam thypoid. Pada infeksi yang aktif, titer uji widal akan meningkat. Pada pemeriksaan ulang yang dilakukan selang paling sedikit 5 hari. Perlu diketahui bahwa ada jenis dari demam thypoid yang mempunyai gejala hampir sama, hanya bedanya demam biasanya tidak terlalu tinggi (lebih ringan) ialah yang terdapat pada paratifoid A, B, C, untuk menemukan kuman penyebab perlu pemeriksaan darah seperti pasien thypoid. Interpretasi Uji Widal Tidak ada konsensus baku mengenai tingginya titer uji widal yang mempunyai nilai diagnostik yang pasti untuk demam thypoid. Biakan darah positif memastikan demam thypoid, tetapi biakan darah negative tidak menyingkirkan demam tifoid. Peningkatan titer uji widal selama 2 sampai 3 minggu, memastikan diagnosis demam thypoid. Reaksi widal tunggal dengan titer antibody O 1/320 atau titer antibody H 1/640 menyokong diagnosis demam thypoid pada pasien dengan gambaran klinis yang sama.
  • 35. 1