SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
RUSMIYATI, AMK
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN
ANEMIA
Definisi
 Rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit di bawah normal
(Smeltzer, 2002).
 Penurunan jumlah eritrosit atau disfungsi
eritrosit/sel darah merah yang dapat bersifat akut
atau kronis (Chang, 2009).
Derajat anemia
 Ringan sekali : Hb 10 gr/dl – 13 gr/dl
 Ringan : Hb 8 gr/dl – 9,9 gr/dl
 Sedang : Hb 6 gr/dl – 7,9 dr/dl
 Berat : Hb < 6 gr/dl
Klasifikasi anemia
1. Anemia Aplastik
 Akibat penurunan pada prekusor sel-sel
sumsum tulang dan penggantian sumsum
dengan lemak
 Penyebab kongenital, idiopati/infeksi, obat-
obatan, zat kimia, dan radiasi
 Jika dibiarkan lama depresi sumsum tulang
gagal sumsum tulang
2. Anemia Defisiensi Besi
 Tipe anemia yang paling umum terjadi
 Kondisi dimana kandungan besi dalam tubuh
menurun dibawah kadar normal
 Zat besi yang tidak adekuat  berkurangnya
sintesis Hb  menghambat proses
pematangan eritrosit
 Penyebab: perdarahan (ulkus peptikum, tumor
abdomen), malabsopsi (diit sangat tinggi serat
dan alkoholik kronis mencegah absorpsi besi).
3. Anemia Megaloblastik
 Terjadi karena defisiensi vitamin B12 dan asam folat
 Defisiensi vitamin B12 : akibat asupan vitamin B12
tidak adekuat, malabsorpsi di gastrointestinal,
penyakit usus atau pankreas
 Defisiensi asam folat : asupan asam folat tidak
adekuat ( pada orang tua, jarang makan sayuran
dan buah, anoreksia nervosa), pasien
hemodialisis, alkoholik.
4. Anemia Sel Sabit
 Gangguan resesif autosom yang disebabkan oleh
pewarisan dua salinan gen hemoglobin yang cacat
(Hb S), satu buah dari masing-masing orang tua.
 Hb S menjadi kaku dan membentuk konfigurasi
seperti sabit apabila terpajan oksigen berkadar
rendah
5. Anemia Hemolitik
 Jarang terjadi
 disebabkan oleh proses hemolisis (pemecahan
eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya)
 Penyebab: anemia sel sabit, malaria, penyakit
hemolitik pada bayi baru lahir, dan reaksi transfusi.
Etiologi
1. Kehilangan eritrosit tanpa pemecahan eritrosit
 Perdarahan (misalnya trauma, kelainan menstruasi,
perdarahan saluran cerna, endometriosis, fibroid,
infeksi parasit)
2. Penurunan produksi eritrosit
 Kanker (leukemia, metastasis tulang, sarcoma osteogenik),
kekurangan vitamin B12, defisiensi zat besi, penurunan
kadar asam folat, anemia aplastik, penyakit ginjal
(kurangnya produksi eritropoitin)
3. Peningkatan pemecahan eritrosit melebihi produksi
eritrosit
 Kelainan intrinsik, talasemia, anemia sel sabit, sferositosis
herediter, kelainan ekstrinsik, infeksi, malaria, mycoplasma,
koagulasi intravascular diseminata, keracunan timbal
Patofisiologi/WOC
Gangguan perfusi jaringan
Perdarahan, penurunan produksi eritrosit, kurangnya
factor intrinsic, dll
Anemia sel sabit
Aliran darah
kapiler tersumbat
Membelah sel
HgB S sensitif terhadap O2
Saturasi menurun
Adanya HgB S
Penurunan kemampuan
mengangkut O2
Penurunan konsentrasi Hb normal
Hipoksia sel
Kurva disosiasi oksihemoglobin
bergeser ke kanan
Peningkatan pengangkutan O2 oleh jaringan
Peningkatan kebutuhan dan konsumsi O2
Redistribusi darah ke area dengan kebutuhan O2 lebih tinggi
Disfungsi organ
hipoksemia
kematian
Kegagalan organ
Metabolisme anaerob
Penumpukan asam
laktat pada jaringan
Kelelahan
Intoleransi aktivitas
Peningkatan isi lambung
regurgitasi
Peristaltik usus menurun
Aliran darah GI menurun
Merangsang saraf simpatis
Ggn nutrisi: kurang dr kebut tubuh
Intake tdk adekuat
Mual, muntah, anoreksia
Tanda dan Gejala
 Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi,
takikardi, sesak nafas saat beraktivitas
 Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga
mendenging, mata berkunang-kunang,
kelemahan otot, iritabilatas, lesu, serta perasaan
dingin pada ekstremitas.
 Sistem urogenital: gangguan haid dan libido
menurun.
 Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa,
elastisitas kulit menurun, serta rambut tipis dan
halus.
Gejala khas:
 Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah,
stomatitis angularis, keletihan, kebas dan kesemutan
pada ekstremitas
 Anemia defisiensi asam folat: lidah merah (buffy
tongue).
 Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.
 Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan
tanda-tanda infeksi
Komplikasi
 Infeksi saluran napas karena daya tahan tubuh
menurun
 Jantung gampang lelah karena harus memompa
darah lebih kuat gagal jantung
 Kematian pada ibu hamil bila anemia berat tidak
teratasi
 BBLR dan gangguan perkembangan otak dan
organ lain pada bayi
Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
 Tes penyaring: kadar Hb, indeks eritrosit, asupan darah tepi.
 Pemeriksaan laju endap darah (LED), hitung diferensial, dan
hitung retikulosit.
 Pemeriksaan sumsum tulang
 Fungsi ginjal, fungsi endokrin, asam urat, fungsi hati, kultur
bakteri
3. Pemeriksaan penunjang lain
 Biopsi kelenjar dan pemeriksaan hispatologi.
 Radiologi: toraks, bone survey, USG, atau limfangiografi.
 Pemeriksaan sitogenetik
 Pemeriksaan biologi molekuler
Penatalaksanaan
Anemia Aplastik :
 Transplantasi sumsum tulang.
 Pemberian terapi imunosupresif dengan globulin
antitimosit (ATG).
 Hentikan semua obat yang menyebabkan anemia
tersebut.
 Cegah timbulnya gejala-gejala dengan
melakukan transfusi sel darah merah dan
trombosit.
 Lindungi pasien yang rentan terhadap leukopenia
dari kontak dengan orang-orang yang menderita
infeksi.
Anemia defisiensi besi:
 Kaji penyebab
 Lakukan pemeriksaan feses untuk mengetahui
darah samar.
 Berikan preparat besi yang diresepkan.
 Hindari tablet dengan salut enteral, karena diserap
dengan buruk.
 Lanjutkan terapi besi sampai setahun setelah
perdarahan terkontrol
Anemia megaloblastik
 Anemia defisiensi vitamin B12:
 Pemberian suplemen vitamin atau susu kedelai
difortifikasi (pada vegetarian ketat).
 Suntikan vitamin B12 secara IM untuk kelainan absorpsi
atau tidak terdapatnya faktor-faktor instriksik.
 Cegah kambuhan dengan vitamin B12 selama hidup
untuk pasien anemia pernisiosa atau malabsorpsi yang
tidak dapat diperbaiki.
 Anemia defisiensi asam folat:
 Pemberian diit nutrisi dan 1 mg gram asam folat setiap
hari.
 Asam folat IM untuk sindrom malabsorpsi.
 Asam folat oral diberikan dalam bentuk tablet (kecuali
vitamin prenatal).
Anemia sel sabit:
 Fokus terapi adalah hidrasi dan analgesia.
 Hidrasi dengan 3-5L cairan intravena dewasa per
hari.
 Berikan dosis adekuat analgesik narkotik.
 Gunakan obat anti inflamasi non steroid untuk nyeri
yang lebih ringan.
 Transfusi dipertahankan untuk krisis aplastik, krisis
yang tidak respon terhadap terapi, pada preoperasi
untuk mengencerkan darah sabit, dan kadang-
kadang setengah dari masa kehamilan untuk
mencegah krisis
Asuhan keperawatan
Pengkajian keperawatan
 Riwayat kesehatan
 Keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang,
riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan
keluarga
 Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum: Pucat, keletihan, kelemahan,
nyeri kepala, demam, dispnea, vertigo, sensitif
terhadap dingin, berat badan menurun.
 Kulit: rambut dan kulit kering, kuku rapuh,
mukosa pucat
 Mata: Penglihatan kabur, perdarahan retina.
 Telinga: Vertigo, tinitus.
 Mulut: Mukosa licin dan mengkilat, stomatitis.
 Paru – paru: Dispneu.
 Kardiovaskuler: Takikardi, hipotensi,
kardiomegali, gagal jantung.
 Gastrointestinal: Anoreksia, mual, muntah, diare
 Muskuloskletal: Nyeri pinggang, nyeri sendi.
 System persyarafan: Nyeri kepala, bingung,
mental depresi, cemas, baal, parestesia perifer,
gangguan koordinasi, kejang.
Diagnosa Keperawatan
 Gangguan perfusi jaringan: kardiopulmoner,
renal, serebral, GI dan perifer berhubungan
dengan gangguan transport oksigen.
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen/ kelelahan.
 Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan
menyerap nutrisi yang diperlukan untuk produksi
sel darah merah, mual/muntah, anoreksia.
Intervensi Keperawatan
Dx. 1:
 Monitor TTV tiap 1-2 jam
 Monitor status neurologi terhadap kebingungan
mental atau perubahan tingkat kesadaran
 Auskultasi suara napas dan jantung yang abnormal
 Berikan oksigen sesuai indikasi
 Monitor EKG terhadap perubahan irama jantung dan
konduksi
 Monitor keluhan nyeri dada, tekanan, palpitasi, atau
dyspnea
 Berikan transfusi darah sesuai indikasi
 Monitor hasil laboratorium
Dx 2:
 Observasi kehilangan / gangguan keseimbangan
gaya jalan dan kelemahan otot
 Observasi TTV sebelum dan sesudah aktivitas
 Berikan lingkungan tenang,batasi pengunjung dan
kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di
indikasikan.
 Anjurkan klien istirahat bila terjadi kelelahan dan
kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas
semampunya
 Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
terapi intervena dan transfusi darah.
Dx. 3:
 Kaji asupan makanan klien
 Berikan makanan dalam kondisi hangat
 Selingi makan dengan minum
 Jaga kebersihan mulut klien
 Berikan makan sedikit tapi sering
 Batasi masukan minuman yang mengandung kafein.
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang diet dan
makanan ringan dengan tambahan makanan yang
disukai.
Referensi
Chang, E., Daly, J., Elliott, D. (2009). Patofisiologi: Aplikasi pada Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.
Comer, S. (1998). Critical Care Nursing Care Plans. USA: Delmar Thomson Learning
Doenges, Marilyn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3. Jakarta: EGC.
Rahmawati, E. (2017). Anemia. Diperoleh tanggal 1 Maret 2019 dari
https://www.academia.edu/37529449/LAPORAN_PENDAHULUAN_ANEMIA
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2002) Keperawatan Medikal Bedah Brunner &Suddarth; alih bahasa,
Agung Waluyo; editor bahasa Indonesia, Monica Ester. edisi VIII, Volume 3, Jakarta: EGC.
Syaiful, M. (2018). Anemia Defisiensi Besi. Diperoleh tanggal 1 Maret 2019 dari
https://www.academia.edu/6509605/Makalah_blok_24_anemia_def_besi
Terima kasih…

More Related Content

What's hot

Artritis reumatoid
Artritis reumatoidArtritis reumatoid
Artritis reumatoidfikri asyura
 
Pathway nefrolitiasis
Pathway nefrolitiasisPathway nefrolitiasis
Pathway nefrolitiasisMasykur Khair
 
Laporan kasus sirosis hepatis, diana
Laporan kasus sirosis hepatis, dianaLaporan kasus sirosis hepatis, diana
Laporan kasus sirosis hepatis, dianaDiana Arwati
 
Supraventrikuler takikardi
Supraventrikuler takikardiSupraventrikuler takikardi
Supraventrikuler takikardirezky ilhamsyah
 
Patofisiologi pencernaan
Patofisiologi pencernaan Patofisiologi pencernaan
Patofisiologi pencernaan Dedi Kun
 
Pemantauan dengan skala stroke
Pemantauan dengan skala strokePemantauan dengan skala stroke
Pemantauan dengan skala strokeAik Noera
 
Anatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
Anatomi dan Fisiologi Sistem KardiovaskulerAnatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
Anatomi dan Fisiologi Sistem KardiovaskulerYesi Tika
 
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologiAnatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologiWarnet Raha
 
05 pengkajian fisik&amp;psikologis
05 pengkajian fisik&amp;psikologis05 pengkajian fisik&amp;psikologis
05 pengkajian fisik&amp;psikologisdhina wida
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan acut kidney injury
Asuhan keperawatan pada klien dengan acut kidney injuryAsuhan keperawatan pada klien dengan acut kidney injury
Asuhan keperawatan pada klien dengan acut kidney injuryChristian Paomey
 
Konsep dasar keperawatan komunitas
Konsep dasar keperawatan komunitasKonsep dasar keperawatan komunitas
Konsep dasar keperawatan komunitasAmalia Senja
 
1. Terminologi sistem skeletal.pptx
1. Terminologi sistem skeletal.pptx1. Terminologi sistem skeletal.pptx
1. Terminologi sistem skeletal.pptxssuserbb0b09
 

What's hot (20)

PPT ANEMIA
PPT ANEMIAPPT ANEMIA
PPT ANEMIA
 
Artritis reumatoid
Artritis reumatoidArtritis reumatoid
Artritis reumatoid
 
Woc stroke
Woc strokeWoc stroke
Woc stroke
 
Lp bronkopneumonia
Lp bronkopneumoniaLp bronkopneumonia
Lp bronkopneumonia
 
Pathway nefrolitiasis
Pathway nefrolitiasisPathway nefrolitiasis
Pathway nefrolitiasis
 
Kanker kandung kemih
Kanker kandung kemihKanker kandung kemih
Kanker kandung kemih
 
Laporan kasus sirosis hepatis, diana
Laporan kasus sirosis hepatis, dianaLaporan kasus sirosis hepatis, diana
Laporan kasus sirosis hepatis, diana
 
Supraventrikuler takikardi
Supraventrikuler takikardiSupraventrikuler takikardi
Supraventrikuler takikardi
 
Askep sirosis hepatis
Askep sirosis hepatisAskep sirosis hepatis
Askep sirosis hepatis
 
Patofisiologi pencernaan
Patofisiologi pencernaan Patofisiologi pencernaan
Patofisiologi pencernaan
 
Aki
AkiAki
Aki
 
Evidence Based Medicine (Leonardo J. Sipahelut)
Evidence Based Medicine (Leonardo J. Sipahelut)Evidence Based Medicine (Leonardo J. Sipahelut)
Evidence Based Medicine (Leonardo J. Sipahelut)
 
Pemantauan dengan skala stroke
Pemantauan dengan skala strokePemantauan dengan skala stroke
Pemantauan dengan skala stroke
 
Anatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
Anatomi dan Fisiologi Sistem KardiovaskulerAnatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
Anatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
 
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologiAnatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologi
 
Sindroma koroner akut
Sindroma koroner akutSindroma koroner akut
Sindroma koroner akut
 
05 pengkajian fisik&amp;psikologis
05 pengkajian fisik&amp;psikologis05 pengkajian fisik&amp;psikologis
05 pengkajian fisik&amp;psikologis
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan acut kidney injury
Asuhan keperawatan pada klien dengan acut kidney injuryAsuhan keperawatan pada klien dengan acut kidney injury
Asuhan keperawatan pada klien dengan acut kidney injury
 
Konsep dasar keperawatan komunitas
Konsep dasar keperawatan komunitasKonsep dasar keperawatan komunitas
Konsep dasar keperawatan komunitas
 
1. Terminologi sistem skeletal.pptx
1. Terminologi sistem skeletal.pptx1. Terminologi sistem skeletal.pptx
1. Terminologi sistem skeletal.pptx
 

Similar to askep anemia.pptx (20)

Askep anemia
Askep anemiaAskep anemia
Askep anemia
 
Askep anemia
Askep anemiaAskep anemia
Askep anemia
 
Askep anemia
Askep anemiaAskep anemia
Askep anemia
 
Askep anemia
Askep anemiaAskep anemia
Askep anemia
 
Asuhan Keperawatan Anemia.pptx
Asuhan Keperawatan Anemia.pptxAsuhan Keperawatan Anemia.pptx
Asuhan Keperawatan Anemia.pptx
 
Askep_Anemia.doc
Askep_Anemia.docAskep_Anemia.doc
Askep_Anemia.doc
 
kasusanemia-170326130659 (1).pptx
kasusanemia-170326130659 (1).pptxkasusanemia-170326130659 (1).pptx
kasusanemia-170326130659 (1).pptx
 
LAPORAN_PENDAHULUAN_ANEMIA_RUANG_NAKULA.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_ANEMIA_RUANG_NAKULA.docxLAPORAN_PENDAHULUAN_ANEMIA_RUANG_NAKULA.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_ANEMIA_RUANG_NAKULA.docx
 
Askep anemia
Askep anemiaAskep anemia
Askep anemia
 
Askep anemia.doc
Askep anemia.docAskep anemia.doc
Askep anemia.doc
 
Askep anemia (repaired)
Askep anemia (repaired)Askep anemia (repaired)
Askep anemia (repaired)
 
Askep anemia
Askep anemiaAskep anemia
Askep anemia
 
Askep anemia
Askep anemia Askep anemia
Askep anemia
 
Askep anemia 1
Askep anemia 1Askep anemia 1
Askep anemia 1
 
4. anemia
4. anemia4. anemia
4. anemia
 
Anemia.pptx
Anemia.pptxAnemia.pptx
Anemia.pptx
 
anemia.pptx
anemia.pptxanemia.pptx
anemia.pptx
 
ANEMIA-INTRODUCTION.pptx
ANEMIA-INTRODUCTION.pptxANEMIA-INTRODUCTION.pptx
ANEMIA-INTRODUCTION.pptx
 
ANEMIA KELOMPOK 4 (1).pptx
ANEMIA KELOMPOK 4 (1).pptxANEMIA KELOMPOK 4 (1).pptx
ANEMIA KELOMPOK 4 (1).pptx
 
Hematopoiesis & Klasifikasi Anemia
Hematopoiesis & Klasifikasi AnemiaHematopoiesis & Klasifikasi Anemia
Hematopoiesis & Klasifikasi Anemia
 

Recently uploaded

konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaErdinataKusuma1
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 

Recently uploaded (20)

konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 

askep anemia.pptx

  • 2. Definisi  Rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002).  Penurunan jumlah eritrosit atau disfungsi eritrosit/sel darah merah yang dapat bersifat akut atau kronis (Chang, 2009).
  • 3. Derajat anemia  Ringan sekali : Hb 10 gr/dl – 13 gr/dl  Ringan : Hb 8 gr/dl – 9,9 gr/dl  Sedang : Hb 6 gr/dl – 7,9 dr/dl  Berat : Hb < 6 gr/dl
  • 4. Klasifikasi anemia 1. Anemia Aplastik  Akibat penurunan pada prekusor sel-sel sumsum tulang dan penggantian sumsum dengan lemak  Penyebab kongenital, idiopati/infeksi, obat- obatan, zat kimia, dan radiasi  Jika dibiarkan lama depresi sumsum tulang gagal sumsum tulang
  • 5. 2. Anemia Defisiensi Besi  Tipe anemia yang paling umum terjadi  Kondisi dimana kandungan besi dalam tubuh menurun dibawah kadar normal  Zat besi yang tidak adekuat  berkurangnya sintesis Hb  menghambat proses pematangan eritrosit  Penyebab: perdarahan (ulkus peptikum, tumor abdomen), malabsopsi (diit sangat tinggi serat dan alkoholik kronis mencegah absorpsi besi).
  • 6. 3. Anemia Megaloblastik  Terjadi karena defisiensi vitamin B12 dan asam folat  Defisiensi vitamin B12 : akibat asupan vitamin B12 tidak adekuat, malabsorpsi di gastrointestinal, penyakit usus atau pankreas  Defisiensi asam folat : asupan asam folat tidak adekuat ( pada orang tua, jarang makan sayuran dan buah, anoreksia nervosa), pasien hemodialisis, alkoholik.
  • 7. 4. Anemia Sel Sabit  Gangguan resesif autosom yang disebabkan oleh pewarisan dua salinan gen hemoglobin yang cacat (Hb S), satu buah dari masing-masing orang tua.  Hb S menjadi kaku dan membentuk konfigurasi seperti sabit apabila terpajan oksigen berkadar rendah
  • 8. 5. Anemia Hemolitik  Jarang terjadi  disebabkan oleh proses hemolisis (pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya)  Penyebab: anemia sel sabit, malaria, penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, dan reaksi transfusi.
  • 9. Etiologi 1. Kehilangan eritrosit tanpa pemecahan eritrosit  Perdarahan (misalnya trauma, kelainan menstruasi, perdarahan saluran cerna, endometriosis, fibroid, infeksi parasit) 2. Penurunan produksi eritrosit  Kanker (leukemia, metastasis tulang, sarcoma osteogenik), kekurangan vitamin B12, defisiensi zat besi, penurunan kadar asam folat, anemia aplastik, penyakit ginjal (kurangnya produksi eritropoitin) 3. Peningkatan pemecahan eritrosit melebihi produksi eritrosit  Kelainan intrinsik, talasemia, anemia sel sabit, sferositosis herediter, kelainan ekstrinsik, infeksi, malaria, mycoplasma, koagulasi intravascular diseminata, keracunan timbal
  • 10. Patofisiologi/WOC Gangguan perfusi jaringan Perdarahan, penurunan produksi eritrosit, kurangnya factor intrinsic, dll Anemia sel sabit Aliran darah kapiler tersumbat Membelah sel HgB S sensitif terhadap O2 Saturasi menurun Adanya HgB S Penurunan kemampuan mengangkut O2 Penurunan konsentrasi Hb normal Hipoksia sel Kurva disosiasi oksihemoglobin bergeser ke kanan Peningkatan pengangkutan O2 oleh jaringan Peningkatan kebutuhan dan konsumsi O2 Redistribusi darah ke area dengan kebutuhan O2 lebih tinggi Disfungsi organ hipoksemia kematian Kegagalan organ Metabolisme anaerob Penumpukan asam laktat pada jaringan Kelelahan Intoleransi aktivitas Peningkatan isi lambung regurgitasi Peristaltik usus menurun Aliran darah GI menurun Merangsang saraf simpatis Ggn nutrisi: kurang dr kebut tubuh Intake tdk adekuat Mual, muntah, anoreksia
  • 11. Tanda dan Gejala  Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak nafas saat beraktivitas  Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilatas, lesu, serta perasaan dingin pada ekstremitas.  Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun.  Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta rambut tipis dan halus.
  • 12. Gejala khas:  Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis, keletihan, kebas dan kesemutan pada ekstremitas  Anemia defisiensi asam folat: lidah merah (buffy tongue).  Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.  Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi
  • 13. Komplikasi  Infeksi saluran napas karena daya tahan tubuh menurun  Jantung gampang lelah karena harus memompa darah lebih kuat gagal jantung  Kematian pada ibu hamil bila anemia berat tidak teratasi  BBLR dan gangguan perkembangan otak dan organ lain pada bayi
  • 14. Pemeriksaan Diagnostik 1. Laboratorium  Tes penyaring: kadar Hb, indeks eritrosit, asupan darah tepi.  Pemeriksaan laju endap darah (LED), hitung diferensial, dan hitung retikulosit.  Pemeriksaan sumsum tulang  Fungsi ginjal, fungsi endokrin, asam urat, fungsi hati, kultur bakteri 3. Pemeriksaan penunjang lain  Biopsi kelenjar dan pemeriksaan hispatologi.  Radiologi: toraks, bone survey, USG, atau limfangiografi.  Pemeriksaan sitogenetik  Pemeriksaan biologi molekuler
  • 15. Penatalaksanaan Anemia Aplastik :  Transplantasi sumsum tulang.  Pemberian terapi imunosupresif dengan globulin antitimosit (ATG).  Hentikan semua obat yang menyebabkan anemia tersebut.  Cegah timbulnya gejala-gejala dengan melakukan transfusi sel darah merah dan trombosit.  Lindungi pasien yang rentan terhadap leukopenia dari kontak dengan orang-orang yang menderita infeksi.
  • 16. Anemia defisiensi besi:  Kaji penyebab  Lakukan pemeriksaan feses untuk mengetahui darah samar.  Berikan preparat besi yang diresepkan.  Hindari tablet dengan salut enteral, karena diserap dengan buruk.  Lanjutkan terapi besi sampai setahun setelah perdarahan terkontrol
  • 17. Anemia megaloblastik  Anemia defisiensi vitamin B12:  Pemberian suplemen vitamin atau susu kedelai difortifikasi (pada vegetarian ketat).  Suntikan vitamin B12 secara IM untuk kelainan absorpsi atau tidak terdapatnya faktor-faktor instriksik.  Cegah kambuhan dengan vitamin B12 selama hidup untuk pasien anemia pernisiosa atau malabsorpsi yang tidak dapat diperbaiki.  Anemia defisiensi asam folat:  Pemberian diit nutrisi dan 1 mg gram asam folat setiap hari.  Asam folat IM untuk sindrom malabsorpsi.  Asam folat oral diberikan dalam bentuk tablet (kecuali vitamin prenatal).
  • 18. Anemia sel sabit:  Fokus terapi adalah hidrasi dan analgesia.  Hidrasi dengan 3-5L cairan intravena dewasa per hari.  Berikan dosis adekuat analgesik narkotik.  Gunakan obat anti inflamasi non steroid untuk nyeri yang lebih ringan.  Transfusi dipertahankan untuk krisis aplastik, krisis yang tidak respon terhadap terapi, pada preoperasi untuk mengencerkan darah sabit, dan kadang- kadang setengah dari masa kehamilan untuk mencegah krisis
  • 20. Pengkajian keperawatan  Riwayat kesehatan  Keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga  Pemeriksaan fisik  Keadaan umum: Pucat, keletihan, kelemahan, nyeri kepala, demam, dispnea, vertigo, sensitif terhadap dingin, berat badan menurun.  Kulit: rambut dan kulit kering, kuku rapuh, mukosa pucat  Mata: Penglihatan kabur, perdarahan retina.
  • 21.  Telinga: Vertigo, tinitus.  Mulut: Mukosa licin dan mengkilat, stomatitis.  Paru – paru: Dispneu.  Kardiovaskuler: Takikardi, hipotensi, kardiomegali, gagal jantung.  Gastrointestinal: Anoreksia, mual, muntah, diare  Muskuloskletal: Nyeri pinggang, nyeri sendi.  System persyarafan: Nyeri kepala, bingung, mental depresi, cemas, baal, parestesia perifer, gangguan koordinasi, kejang.
  • 22. Diagnosa Keperawatan  Gangguan perfusi jaringan: kardiopulmoner, renal, serebral, GI dan perifer berhubungan dengan gangguan transport oksigen.  Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen/ kelelahan.  Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menyerap nutrisi yang diperlukan untuk produksi sel darah merah, mual/muntah, anoreksia.
  • 23. Intervensi Keperawatan Dx. 1:  Monitor TTV tiap 1-2 jam  Monitor status neurologi terhadap kebingungan mental atau perubahan tingkat kesadaran  Auskultasi suara napas dan jantung yang abnormal  Berikan oksigen sesuai indikasi  Monitor EKG terhadap perubahan irama jantung dan konduksi  Monitor keluhan nyeri dada, tekanan, palpitasi, atau dyspnea  Berikan transfusi darah sesuai indikasi  Monitor hasil laboratorium
  • 24. Dx 2:  Observasi kehilangan / gangguan keseimbangan gaya jalan dan kelemahan otot  Observasi TTV sebelum dan sesudah aktivitas  Berikan lingkungan tenang,batasi pengunjung dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan.  Anjurkan klien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya  Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi intervena dan transfusi darah.
  • 25. Dx. 3:  Kaji asupan makanan klien  Berikan makanan dalam kondisi hangat  Selingi makan dengan minum  Jaga kebersihan mulut klien  Berikan makan sedikit tapi sering  Batasi masukan minuman yang mengandung kafein.  Kolaborasi dengan ahli gizi tentang diet dan makanan ringan dengan tambahan makanan yang disukai.
  • 26. Referensi Chang, E., Daly, J., Elliott, D. (2009). Patofisiologi: Aplikasi pada Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC. Comer, S. (1998). Critical Care Nursing Care Plans. USA: Delmar Thomson Learning Doenges, Marilyn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3. Jakarta: EGC. Rahmawati, E. (2017). Anemia. Diperoleh tanggal 1 Maret 2019 dari https://www.academia.edu/37529449/LAPORAN_PENDAHULUAN_ANEMIA Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2002) Keperawatan Medikal Bedah Brunner &Suddarth; alih bahasa, Agung Waluyo; editor bahasa Indonesia, Monica Ester. edisi VIII, Volume 3, Jakarta: EGC. Syaiful, M. (2018). Anemia Defisiensi Besi. Diperoleh tanggal 1 Maret 2019 dari https://www.academia.edu/6509605/Makalah_blok_24_anemia_def_besi