Anemia merupakan keadaan dimana jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin rendah dibawah normal. Terdapat beberapa jenis anemia yaitu anemia aplastik, defisiensi besi, megaloblastik, dan hemolitik. Anemia disebabkan oleh berbagai faktor seperti kekurangan zat besi, vitamin B12, asam folat, infeksi, obat-obatan, serta gangguan sumsum tulang. Gejala umum anemia adalah lemah, pucat
3. Definisi Anemia
Menurut Handayani dan Andi, (2008) anemia
merupakan keadaan dimana eritrosit atau
hemoglobin tidak dapat berfungsi untuk
menyediakan oksigen kepada jaringan tubuh,
secara laboratoris anemia dijelaskan sebagai
penurunan kadar hemoglobin serta eritrosit
dibawah normal.
Menurut Baughman dan Hackley, (2000) anemia
adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah
merak dan kadar hemoglobin (Hb) atau
Hematokrit (Ht) dibawah normal.
4. Kategori Anemia
Batasan umum yang sering digunakan
adalah kriteria WHO pada tahun 1968
Laki-laki dewasa Hb< 13 gr/dl
Perempuan dewasa tidak
hamil
Hb< 12 gr/dl
Perempuan hamil Hb< 11 gr/dl
Anak usia 6-14 tahun Hb< 12 gr/dl
Anak usia 6 bulan – 6 tahun Hb< 11 gr/dl
5. Jenis-Jenis Anemia
Menurut Handayani dan Andi, (2008) jenis
anemia sebagai berikut :
• Anemia aplastik (Hipoproliferatif)
• Anemia defisiensi besi
• Anemia megaloblastik
• Anemia hemolitik
7. Etiologi Anemia aplastik
• Faktor genetik
• Obat-obatan dari bahan kimia.
jika dosis obat berlebihan
• Infeksi
• Iradiasi
• Anemia aplastik pada keadaan atau
penyakit lain (misal leukimia akut)
8. Gejala Anemia aplastik
• Sindrom anemia: berupa badan lemah,
lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang
serta telinga mendenging
• Gejala pendarahan (pendarahan kulit
seperti petekie dan ekimosis)
• Tanda-tanda infeksi dapat berupa ulserasi
mulut atau tenggorokan,febris, sepsis
• Organomegali dapat berupa hepatomegali
dan splenomegali
9. Manifestasi Anemia aplastik
• Ditandai dengan kelemahan dan pucat;
sesak nafas saat latihan
• Perdarahan abnormal pada sepertiga
pasien
• Adanya granulosit ditinjukkan dengan
demam, faringitis akut dan perdarahan
10. Komplikasi Anemia aplastik
• Gagal jantung akibat anemia berat
• Kematian akibat infeksi dan perdarahan
apabila sel-sel lain ikut terkena
11. Pencegahan Anemia aplastik
• Pencegahan Primer : menghindari
paparan bahan kimia berlebih, menjauhi
radiasi sinar x atau radiasi lainnya
• Pencegahan sekunder : cek darah rutin
• Pencegahan tersier: Transfusi sel darah
merah dan trombosit, transplantasi
sumsum tulang,
12. 2. Anemia Defisiensi Besi
kondisi yang terjadi akibat kosongnya
cadangan zat besi didalam tubh
sehingga penyediaan zat besi untuk
eritroposis berkurang yang pada
akhirnya pembentukan hemoglobin
berkurang
13. Etiologi Anemia Defisiensi Besi
• Kehilangan zat besi akibat pendarahan
menahun
• Faktor nutrisi
• Kebutuhan zat besi meningkat
• Gangguan absorbsi besi
14. Gejala Anemia Defisiensi Besi
• Sindrom anemia berupa badan lemah,
lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang
serta telinga mendenging
• Koilorikia
• Atrofi papilla lidah
• Stomatitis angularis
• disfagia
15. Manifestasi Anemia Defisiensi
Besi
• sel darah merah hipoklomatik dan
mikrositik
• Letih dan sering kesemutan pada
ekstremitas
• Hb secara normal rendah dibanding
dengan hematokrit dan jumlah sel darah
merah
• Jumlah sel darah putih normal; jumlah
trombosit bervariasi
16. Komplikasi Defisiensi Besi
• Pada Anak Kecil: perkembangan mereka
terhambat, turunnya pertahanan kekebalan
tubuh
• Pada Wanita Hamil: angka kematian ibu,
sedangkan untuk janin yang dikandung dapat
mengakibatkan pertumbuhan bayi secara
prematur, berat badan rendah, rentan terserang
infeksi ketika lahir, hingga kematian bayi dalam
kandungan
• Pada Orang Dewasa: kerusakan pada berbagai
organ seperti ginjal, jantung dan paru-paru
17. Pencegahan Defisiensi Besi
• Pencegahan Primer : pendidikan kesehatan, penyuluhan
gizi, suplementasi zat besi, memakan makanan yang
mengandung zat besi
• Pencegahan sekunder : cek darah rutin
• Pencegahan tersier : terapi pengganti preparat besi
dengan oral atau parenteral, pengobatan lain dapat
dengan cara pemberian makan yang tinggi protein,
vitamin C 3 X 100 mg/hari dan dapat dengan transfusi
darah.
18. 3. Anemia Megaloblastik
Kondisi yang disebabkan oleh
defisiensi vitamin B12 dan defisiensi
asam folat memperlihatkan
perubahan-perubahan sumsum
tulang dan darah perifer yang identik
19. Etiologi Anemia Megaloblastik
A. Defisiensi vitamin B12
– Asupan kurang
– Malabsobsi
– Gangguan metabolism seluler
B. Defisiensi asam folat
• Asupan kurang
• Peningkatan kebutuhan
• Gangguan metabolisme folat
• Penurunan cadangan folat di hati
C. Gangguan metobolisme vitamin B12 dan asam
folat
D. Gangguan sintesis DNA
20. Gejala Anemia Megaloblastik
• Anemia karena eritropoesis yang inefektif
• Ikterus ringan akibat pemecahan globin
• Glotitis dengan lidah berwarna merah
seperti daging
• Purpura trombositopeni
• Kerusakan kolumna posterior
• Kerusakan kolumna lateralis
21. Manifestasi Anemia
Megaloblastik
• Secara bertahap menjadi lemah, cepat
capai, dan pucat
• Terjadi merah pada lidah, sert diare
ringean
• Kerusakan medula spinalis
mengakibatkan kekacauan mental dan
kesulitan mempertahankan keseimbangan
22. Komplikasi Anemia
Megaloblastik
• Komplikasi kehamilan: Wanita hamil yang
kekurangan folat berisiko melahirkan secara
prematur.
• Gangguan sistem saraf : Vitamin B-12 berperan
penting dalam produksi sel darah merah dan
memelihara sistem saraf.
• Penyakit kudis: Kekurangan vitaminCdapat
menyebabkanpenyakit kudis. Penyakit ini
ditandai dengan adanya pendarahandi bawah
kulitdandi sekitar gusi.
23. Pencegahan Anemia
Megaloblastik
• Pencegahan Primer : Defisiensi vitamin B12 ditangani
dengan pemberian vitamin B12. Defisiensi asam folat
dengan pemberian asam folat, memakan makanan yang
banyak mengandung vit. B12 , asam folat
• Pencegahan sekunder : cek darah rutin
• Pencegahan tersier : Terapi suportif (Transfusi bila ada
hipoksia dan suspensi trombosit bila trombosotopenia
mengancam jiwa), terapi untuk defisiensi vitamin B12,
erapi untuk defisiensi asam folat, Terapi penyakit dasar.
Menghentikan obat-obatan penyebab anemia
megaloblastik
24. 4. Anemia Hemolitik
Kondisi yang disebabkan oleh proses
hemolisis (pemecahan eritrosit dalam
pembuluh darah sebelum waktunya)
25. Etiologi Anemia Hemolitik
• Anemia sel sabit
• Malaria
• Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir
• Reaksi transfuse
26. Gejala Anemia Hemolitik
Gejala hemolisis terjadi secara tiba-tiba dan berat,
menyebabkan krisis hemolitik, yang ditandai
dengan:
• Menggigil
• Demam
• perasaan melayang
• penurunan tekanan darah
• nyeri punggung dan nyeri lambung
27. Manifestasi Anemia Hemolitik
• Manifestasi hemolitik: diantaranya berupa
ikterus akibat meningkatnya kadar bilirubin
indirek dlm darah, tapi tidak di urin
(acholuric jaundice); hepatomegali,
splenomegali, kholelitiasis (batu empedu),
ulkus dll.
28. Komplikasi Anemia Hemolitik
• Akibat anemia yang berat dan lama, sering
terjadi gagal jantung. Transfusi darah yang
berulang-ulang dari proses hemolisis
menyebabkan kadar besi dalam darah tinggi,
sehingga tertimbun dalam berbagai jaringan
tubuh seperti hepar, limpa, kulit, jantung dan
lain-lain. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan
fungsi alat tersebut (hemokromotosis). Limpa
yang besar mudah ruptur akibat trauma yang
ringan, kematian terutama disebabkan oleh
infeksi dan gagal jantung.
29. Pencegahan Anemia Hemolitik
• Pencegahan Primer :
• Pencegahan sekunder
• Pencegahan tersier : transfusi darah, obat-
obatan, operasi untuk mengangkat limpa,
transplantasi sistem sel darah dan
sumsum tulang belakang.
30. 4. Anemia sel sabit/bulan sabit
Merupakan anemia berat yang
diakibatkan oleh defek molekul
hemoglobin (substansi asam amino
tunggal dalam rantai β Hemoglobin)
32. Gejala sel sabit/bulan sabit
• Anemia
• Nyeri
• Kaki dan tangan bengkak
• Sering infeksi
• Tertundanya pertumbuhan
• Masalah penglihatan
33. Manifestasi anemia sel sabit/bulan
sabit
• Sistem jantung : nafas pendek, dispnea sewaktu kerja
berat, gelisah
• Sistem pernafasan : nyeri dada, batuk, sesak nafas,
demam, gelisah
• Sistem saraf pusat : pusing, kejang, sakit kepala,
gangguan BAK dan BAB
• Sistem genitourinaria : nyeri pinggang, hematuria
• Sistem gastrointestinal : nyeri perut, hepatomegali,
demam
• Sistem okular : nyeri, perubahan penglihatan, buta
• Sistem skeletal : nyeri, mobilitas berkurang, nyeri dan
bengkak pada lengan dan kaki.
34. Komplikasi sel sabit/bulan sabit
• Sering terjadi infeksi
• menurunnya faal paru dan ginjal
• infark tulang, nekrosis aseptik kaput
femoralis, serangan-serangan priapismus
dan dapat berakhir dengan impotensi
35. Pencegahan anemia sel
sabit/bulan sabit
• Sampai saat ini belum diketahui ada
pengobatan yang dapat memperbaiki
pembentukan sabit, karena itu pengobatan
secara primer ditujukan untuk pencegahan dan
penunjang. Karena infeksi tampaknya
mencetuskan krisis sel sabit, pengobatan
ditekankan pada pencegahan infeksi, deteksi
dini dan pengobatan segera setiap ada infeksi
pengobatan akan mencakup pemberian
antibiotik dan hidrasi dengan cepat dan dengan
dosis yang besar.