Anemia adalah penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin dan sel darah merah. Dokumen ini membahas pengertian, penyebab, manifestasi klinis, dan pemeriksaan diagnostik anemia. Beberapa penyebab anemia adalah kekurangan zat besi, vitamin B12, dan asam folat, serta kehilangan darah berlebihan akibat luka atau penyakit. Gejala anemia meliputi pucat, lemah, nyeri kepala,
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Askep_Anemia.doc
1. Askep anemia
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik anak-anak, remaja usia
subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya sangat beragam, dari yang karena perdarahan, kekurangan
zat besi, asam folat, vitamin B12, sampai kelainan hemolitik. Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan
fisik maupun dengan pemeriksaan laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah, dan secara
laboratorik didapatkan penurunan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah dari harga normal.
B.Tujuan
1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian anemia.
b. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab anemia.
c. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada pasien
anemia.
d. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien dengan anemia.
BAB II
PERMASALAHAN
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang apa itu anemia, definisi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, dan bagaimana asuhan
keperawatan pada penyakit anemia.
BAB III
PEMBAHAS
A.Pengertian
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak
adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan
penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin
dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan
volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang
mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.
2. B. Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara
lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti
perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.
Perdarahan hebat
Akut (mendadak)
Kecelakaan
Pembedahan
Persalinan
Pecah pembuluh darah
Penyakit Kronik (menahun)
Perdarahan hidung
Wasir (hemoroid)
Ulkus peptikum
Kanker atau polip di saluran pencernaan
Tumor ginjal atau kandung kemih
Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
Berkurangnya pembentukan sel darah merah
Kekurangan zat besi
Kekurangan vitamin B12
Kekurangan asam folat
Kekurangan vitamin C
Penyakit kronik
Meningkatnya penghancuran sel darah merah
Pembesaran limpa
Kerusakan mekanik pada sel darah merah
Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
Sferositosis herediter
Elliptositosis herediter
Kekurangan G6PD
Penyakit sel sabit
Penyakit hemoglobin C
Penyakit hemoglobin S-C
Penyakit hemoglobin E
Thalasemia (Burton, 1990).
3. C. Klasifikasi anemia:
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh defek
produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik
Penyebab:
agen neoplastik/sitoplastik
terapi radiasi
antibiotic tertentu
obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
benzene
infeksi virus (khususnya hepatitis)
Gejala-gejala:
Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran
cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
b. Anemia pada penyakit ginjal
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun
defisiensi eritopoitin
Gejala-gejala:
Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
Hematokrit turun 20-30%
Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
c. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis
normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal).
Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai
keganasan
d. Anemia defisiensi besi
Penyebab:
Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises
oesophagus, hemoroid, dll.)
4. Gejala-gejalanya:
Atropi papilla lidah
Lidah pucat, merah, meradang
Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
e. Anemia megaloblastik
Penyebab:
Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st
gastrektomi) infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik,
infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.
f. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
destruksi sel darah merah:
Pengaruh obat-obatan tertentu
Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik
kronik
Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
Proses autoimun
Reaksi transfusi
Malaria
Tanda dan Gejala
Lemah, letih, lesu dan lelah
Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat.
D. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah
merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah
dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah
dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau
akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system
retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang
5. terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl
atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel
darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika
suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ
penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka
otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak
bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
6. E. Manifestasi klinis
1.Keadaan umum:
Pucat , keletihan berat ,kelemahan ,nyeri kepala , demam ,dipsnea , vertigo , sensitive terhadap
dingin , BB turun.
2. Kulit:
Pugat jaundice ( anemia hemolitik ) , kulit kering , kuku rapuh , klubbing
3. Mata:
Penglihatan kabur , jaundice sclera dan perdarahan retina
4. Telinga:
Vertigo , tinnitus
5. Mulut:
Mukosa licin dan mengkilat , stomatitis
6. Paru- paru:
Dipsneu dan orthopnea
7. Kardiovaskuler:
Takikardia , palpitasi ,mur – mur , angina , hipotensi ,kardiomegali , gagal jantung
8. Gastrointestinal:
Anoreksia dan menoragia,menurunya fertilisasi , hematuria ( pada anemia hemolitik )
9. Muskuloskletal;
Nyeri pinggang , sendi dan tenderness sternal
10. System persyarafan:
Nyeri kepala , binggung , neurupatu perifer , parastesia , mental depresi , cemas , kesulitan
koping.
F. Komplikasi
1. Infeksi
2. Gagal pernafasan
3. Kardiovaskuler
4. fungsi ginjal
5. Gangguan fungsi hati.
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah
terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga
menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika
lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir
dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak
7. (Sjaifoellah, 1998).
G. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium ditemui :
1. Jumlah Hb lebih rendah dari normal ( 12 – 14 g/dl )
2. Kadar Ht menurun ( normal 37% - 41% )
3. Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
4. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
5. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak ( pada anemia aplastik )
Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH
(hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP).
Pansitopenia (aplastik).
Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan
darah/hemolisis).
Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus
anemia).
LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah :
atau penyakit malignasi.
Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia
tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau
menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi
Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
TBC serum : meningkat (DB)
Feritin serum : meningkat (DB)
Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
8. LDH serum : menurun (DB)
Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis
(DB).
Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP).
Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan
bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan
penurunan sel darah (aplastik).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges, 1999).
H. Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging,
telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi
darah.
ASKEP TEORITIS
A. Pengkajian
9. Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluru(Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk
bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis,
lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh
tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan
keletihan.
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina,
CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia
kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural.
Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia.
Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa
(konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat
tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP).
Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke
kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB).
Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
3) Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi
darah.
Tanda : depresi.
4) Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses
dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi
(DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia,
anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es,
kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
10. Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane
mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan
glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
6) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia,
penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ;
parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat
dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang
(aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif,
paralysis (AP).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik
terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan
panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis
(aplastik).
10) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan
wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna
atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan
sel darah merah.
11. 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman)
dan kebutuhan.
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan
neurologist.
6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan; efek samping terapi obat.
7. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi
; tidak mengenal sumber informasi.
C. Intervensi/Implementasi keperawatan
1) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.
meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.
INTERVENSI RASIONAL
Tingkatkan cuci tangan yang
baik ; oleh pemberi perawatan dan
pasien.
Pertahankan teknik aseptic ketat
pada prosedur/perawatan luka.
Berikan perawatan kulit,
perianal dan oral dengan cermat.
Motivasi perubahan
posisi/ambulasi yang sering, latihan
batuk dan napas dalam.
mencegah kontaminasi
silang/kolonisasi bacterial. Catatan :
pasien dengan anemia berat/aplastik
dapat berisiko akibat flora normal kulit.
menurunkan risiko
kolonisasi/infeksi bakteri
menurunkan risiko kerusakan
kulit/jaringan dan infeksi.
meningkatkan ventilasi semua
segmen paru dan membantu
memobilisasi sekresi untuk mencegah
12. Tingkatkan masukkan cairan
adekuat
Pantau/batasi pengunjung.
Berikan isolasi bila memungkinkan
Pantau suhu tubuh. Catat
adanya menggigil dan takikardia dengan
atau tanpa demam.
Amati eritema/cairan luka
Ambil specimen untuk
kultur/sensitivitas sesuai indikasi
(kolaborasi)
Berikan antiseptic topical ;
antibiotic sistemik (kolaborasi).
pneumonia.
membantu dalam pengenceran
secret pernapasan untuk mempermudah
pengeluaran dan mencegah stasis cairan
tubuh misalnya pernapasan dan ginjal.
membatasi pemajanan pada
bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi
dibutuhkan pada anemia aplastik, bila
respons imun sangat terganggu.
adanya proses inflamasi/infeksi
membutuhkan evaluasi/pengobatan.
indikator infeksi lokal. Catatan
: pembentukan pus mungkin tidak ada
bila granulosit tertekan.
membedakan adanya infeksi,
mengidentifikasi pathogen khusus dan
mempengaruhi pilihan pengobatan.
mungkin digunakan secara
propilaktik untuk menurunkan
kolonisasi atau untuk pengobatan proses
infeksi local.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau
ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah
merah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai laboratorium
normal.
tidak mengalami tanda mal nutrisi.
13. Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau
mempertahankan berat badan yang sesuai.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji riwayat nutrisi,
termasuk makan yang disukai.
Observasi dan catat
masukkan makanan pasien.
Timbang berat badan setiap
hari
Berikan makan sedikit
dengan frekuensi sering dan atau
makan diantara waktu makan.
Observasi dan catat kejadian
mual/muntah, flatus dan dan gejala
lain yang berhubungan
Berikan dan Bantu hygiene
mulut yang baik ; sebelum dan
sesudah makan, gunakan sikat gigi
halus untuk penyikatan yang lembut.
Berikan pencuci mulut yang di
encerkan bila mukosa oral luka.
Kolaborasi pada ahli gizi
untuk rencana diet.
Kolaborasi ; pantau hasil
pemeriksaan laboraturium.
Kolaborasi ; berikan obat
sesuai indikasi
mengidentifikasi defisiensi,
mengawasi masukkan kalori atau
kualitas kekurangan konsumsi
makanan.
memudahkan intervensi
mengawasi penurunan berat
badan atau efektivitas intervensi
nutrisi.
menurunkan kelemahan,
meningkatkan pemasukkan dan
mencegah distensi gaster.
gejala GI dapat
menunjukkan efek anemia (hipoksia)
pada organ.
meningkatkan nafsu makan
dan pemasukkan oral. Menurunkan
pertumbuhan bakteri, meminimalkan
kemungkinan infeksi. Teknik
perawatan mulut khusus mungkin
diperlukan bila jaringan
rapuh/luka/perdarahan dan nyeri
berat.
membantu dalam rencana
diet untuk memenuhi kebutuhan
individual.
meningkatakan efektivitas
program pengobatan, termasuk
sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.
kebutuhan penggantian
tergantung pada tipe anemia dan atau
14. adanyan masukkan oral yang buruk
dan defisiensi yang diidentifikasi.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan
kebutuhan.
Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil :
melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)
menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan
tekanan darah masih dalam rentang normal.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji kemampuan ADL pasien.
Kaji kehilangan atau gangguan
keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan
otot.
Observasi tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah aktivitas.
Berikan lingkungan tenang,
batasi pengunjung, dan kurangi suara
bising, pertahankan tirah baring bila di
indikasikan.
Gunakan teknik menghemat
energi, anjurkan pasien istirahat bila
terjadi kelelahan dan kelemahan,
anjurkan pasien melakukan aktivitas
semampunya (tanpa memaksakan diri).
mempengaruhi pilihan
intervensi/bantuan.
menunjukkan perubahan neurology
karena defisiensi vitamin B12
mempengaruhi keamanan pasien/risiko
cedera.
manifestasi kardiopulmonal dari
upaya jantung dan paru untuk membawa
jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
meningkatkan istirahat untuk
menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan
menurunkan regangan jantung dan paru.
meningkatkan aktivitas secara
bertahap sampai normal dan memperbaiki
tonus otot/stamina tanpa kelemahan.
Meingkatkan harga diri dan rasa
terkontrol.
4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk
pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
15. Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : - menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
INTERVENSI RASIONAL
Awasi tanda vital kaji pengisian
kapiler, warna kulit/membrane mukosa,
dasar kuku.
Tinggikan kepala tempat tidur
sesuai toleransi.
Awasi upaya pernapasan ;
auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi
adventisius.
Selidiki keluhan nyeri
dada/palpitasi.
Hindari penggunaan botol
penghangat atau botol air panas. Ukur
suhu air mandi dengan thermometer.
Kolaborasi pengawasan hasil
pemeriksaan laboraturium. Berikan sel
darah merah lengkap/packed produk
darah sesuai indikasi.
Berikan oksigen tambahan
sesuai indikasi.
memberikan informasi tentang
derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan
membantu menetukan kebutuhan
intervensi.
meningkatkan ekspansi paru dan
memaksimalkan oksigenasi untuk
kebutuhan seluler. Catatan :
kontraindikasi bila ada hipotensi.
dispnea, gemericik menununjukkan
gangguan jajntung karena regangan
jantung lama/peningkatan kompensasi
curah jantung.
iskemia seluler mempengaruhi
jaringan miokardial/ potensial risiko
infark.
termoreseptor jaringan dermal
dangkal karena gangguan oksigen.
mengidentifikasi defisiensi dan
kebutuhan pengobatan /respons terhadap
terapi.
memaksimalkan transport oksigen
ke jaringan.
5) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan
neurologist.
Tujuan : dapat mempertahankan integritas kulit.
Kriteria hasil : mengidentifikasi factor risiko/perilaku individu untuk mencegah cedera dermal.
INTERVENSI RASIONAL
16. Kaji integritas kulit, catat
perubahan pada turgor, gangguan warna,
hangat local, eritema, ekskoriasi.
Reposisi secara periodic dan
pijat permukaan tulang apabila pasien
tidak bergerak atau ditempat tidur.
Anjurkan pemukaan kulit
kering dan bersih. Batasi penggunaan
sabun.
Bantu untuk latihan rentang
gerak.
Gunakan alat pelindung,
misalnya kulit domba, keranjang, kasur
tekanan udara/air. Pelindung tumit/siku
dan bantal sesuai indikasi. (kolaborasi)
kondisi kulit dipengaruhi oleh
sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi. Jaringan
dapat menjadi rapuh dan cenderung
untuk infeksi dan rusak.
meningkatkan sirkulasi
kesemua kulit, membatasi iskemia
jaringan/mempengaruhi hipoksia seluler.
area lembab, terkontaminasi,
memberikan media yang sangat baik
untuk pertumbuhan organisme patogenik.
Sabun dapat mengeringkan kulit secara
berlebihan.
meningkatkan sirkulasi
jaringan, mencegah stasis.
menghindari kerusakan kulit
dengan mencegah /menurunkan tekanan
terhadap permukaan kulit.
6) Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan;
efek samping terapi obat.
Tujuan : membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
Kriteria hasil : menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan sebagai penyebab, factor
pemberat.
INTERVENSI RASIONAL
Observasi warna feses,
konsistensi, frekuensi dan jumlah.
Auskultasi bunyi usus.
Awasi intake dan output
(makanan dan cairan).
Dorong masukkan cairan 2500-
membantu mengidentifikasi
penyebab /factor pemberat dan intervensi
yang tepat.
bunyi usus secara umum meningkat
pada diare dan menurun pada konstipasi.
dapat mengidentifikasi dehidrasi,
kehilangan berlebihan atau alat dalam
17. 3000 ml/hari dalam toleransi jantung.
Hindari makanan yang
membentuk gas.
Kaji kondisi kulit perianal
dengan sering, catat perubahan kondisi
kulit atau mulai kerusakan. Lakukan
perawatan perianal setiap defekasi bila
terjadi diare.
Kolaborasi ahli gizi untuk diet
siembang dengan tinggi serat dan bulk.
Berikan pelembek feses,
stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk
atau enema sesuai indikasi. Pantau
keefektifan. (kolaborasi).
Berikan obat antidiare, misalnya
Defenoxilat Hidroklorida dengan
atropine (Lomotil) dan obat
mengabsorpsi air, misalnya Metamucil.
(kolaborasi).
mengidentifikasi defisiensi diet.
membantu dalam memperbaiki
konsistensi feses bila konstipasi. Akan
membantu memperthankan status hidrasi
pada diare.
menurunkan distress gastric dan
distensi abdomen.
mencegah ekskoriasi kulit dan
kerusakan.
serat menahan enzim pencernaan
dan mengabsorpsi air dalam alirannya
sepanjang traktus intestinal dan dengan
demikian menghasilkan bulk, yang bekerja
sebagai perangsang untuk defekasi.
mempermudah defekasi bila
konstipasi terjadi.
Rasional : menurunkan motilitas
usus bila diare terjadi.
7) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ;
tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana
pengobatan.
Kriteria hasil :
pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit.
mengidentifikasi factor penyebab.
Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.
INTERVENSI RASIONAL
Berikan informasi tentang
anemia spesifik. Diskusikan kenyataan
bahwa terapi tergantung pada tipe dan
beratnya anemia.
memberikan dasar pengetahuan
sehingga pasien dapat membuat pilihan
yang tepat. Menurunkan ansietas dan
dapat meningkatkan kerjasama dalam
18. Tinjau tujuan dan persiapan
untuk pemeriksaan diagnostic.
Kaji tingkat pengetahuan klien
dan keluarga tentang penyakitnya.
Berikan penjelasan pada klien
tentang penyakitnya dan kondisinya
sekarang
Anjurkan klien dan keluarga
untuk memperhatikan diet makanan nya.
Minta klien dan keluarga
mengulangi kembali tentang materi yang
telah diberikan.
program terapi.
ansietas/ketakutan tentang
ketidaktahuan meningkatkan stress,
selanjutnya meningkatkan beban jantung.
Pengetahuan menurunkan ansietas.
megetahui seberapa jauh
pengalaman dan pengetahuan klien dan
keluarga tentang penyakitnya.
dengan mengetahui penyakit
dan kondisinya sekarang, klien dan
keluarganya akan merasa tenang dan
mengurangi rasa cemas.
Diet dan pola makan yang tepat
membantu proses penyembuhan.
mengetahui seberapa jauh
pemahaman klien dan keluarga serta
menilai keberhasilan dari tindakan yang
dilakukan.
D. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan
tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1) Infeksi tidak terjadi.
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
4) Peningkatan perfusi jaringan.
5) Dapat mempertahankan integritas kulit.
6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
19. Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).
2. Saran
a.
b.