Artikel ini membahas perkembangan ilmu tasawuf dari masa klasik hingga modern. Tasawuf mengalami perubahan dalam pemikiran dan praktiknya seiring berjalannya waktu, dimulai dari fokus pada pengalaman spiritual pada masa klasik, menjadi lebih terorganisir pada abad pertengahan, hingga menjadi lebih inklusif dan terbuka pada masa modern. Meskipun mengalami perubahan, tasawuf tetap memainkan peran penting
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
ARTIKEL_PERKEMBANGAN ILMU TASAWUF DARI KLASIK SAMPAI MODERN_DAHLAN SYUKUR.pdf
1. PERKEMBANGAN ILMU TASAWUF DARI KLASIK SAMPAI MODERN
Dahlan Syukur
syukurdahlan2@gmail.com
MAHASISWA PJJPAI IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
ABSTRAK
Artikel ini membahas tentang perkembangan ilmu tasawuf dari klasik hingga modern. Tasawuf
klasik, abad pertengahan, dan modern memiliki perbedaan dalam teori dan praktik, namun tetap
memperhatikan aspek-aspek spiritual dan kehidupan mistik. Pada masa tasawuf klasik, fokus
lebih pada pengalaman spiritual dan kehidupan mistik, sedangkan pada masa tasawuf abad
pertengahan, tasawuf menjadi lebih terorganisir dan memperoleh pengakuan dari kalangan
ulama dan penguasa. Pada masa tasawuf modern, tasawuf menjadi lebih terbuka dan lebih
diterima oleh masyarakat. Para tokoh tasawuf modern lebih banyak menulis tentang aplikasi
tasawuf dalam kehidupan modern dan memperhatikan keseimbangan antara praktik spiritual
dan aktivitas dunia. Meskipun mengalami perubahan seiring waktu, tasawuf tetap menjadi
salah satu cabang penting dalam Islam.
1. Pendahuluan
Tasawuf merupakan cabang penting dalam Islam yang memperhatikan aspek-aspek spiritual
dan kehidupan mistik. Disiplin ilmu ini memiliki sejarah yang panjang dan berkembang dari
masa ke masa. Dalam artikel ini, akan dibahas tentang perkembangan ilmu tasawuf dari klasik
hingga modern. Perkembangan tasawuf selama ini menunjukkan adanya perubahan dalam teori
dan praktik, namun tetap memperhatikan prinsip-prinsip dasar tasawuf yang selalu relevan
dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, artikel ini akan membahas mengenai
perkembangan tasawuf pada masa klasik, abad pertengahan, dan modern serta perbedaan antara
ketiganya. Diharapkan artikel ini dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang
tasawuf dan bagaimana disiplin ilmu ini terus berkembang dan relevan dalam kehidupan
manusia.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah studi literatur. Studi literatur
dilakukan dengan cara membaca dan menganalisis berbagai sumber informasi yang terkait
dengan perkembangan ilmu tasawuf dari klasik hingga modern, seperti buku, jurnal, dan artikel
online. Dalam melakukan studi literatur, dilakukan analisis terhadap informasi yang ditemukan
dengan memperhatikan konteks sejarah dan pengaruhnya terhadap perkembangan tasawuf dari
masa ke masa. Selain itu, informasi yang ditemukan juga dibandingkan dan dikontras untuk
menunjukkan perbedaan dan kesamaan antara perkembangan tasawuf pada masa klasik, abad
pertengahan, dan modern. Dengan metode studi literatur, diharapkan artikel ini dapat
memberikan pemahaman yang komprehensif dan akurat mengenai perkembangan ilmu
tasawuf dari klasik hingga modern.
2. 3. Hasil Penelitian
3.1. Devinisi Tasawuf
Tasawuf merupakan salah satu cabang dari Islam yang memiliki sejarah yang panjang
dan berkembang dari masa ke masa. Dalam artikel ini, akan dibahas tentang
perkembangan ilmu tasawuf dari klasik hingga modern.
Tasawuf klasik
Tasawuf klasik dapat dianggap sebagai periode awal perkembangan tasawuf. Pada
masa ini, tasawuf berkembang di kawasan Timur Tengah, khususnya di Irak dan Persia
pada abad ke-8 hingga ke-10 Masehi. Pada masa ini, para tokoh tasawuf seperti Al-
Hallaj, Al-Junaid, dan Abu Hamid Al-Ghazali mempelajari tasawuf dari para guru
mereka yang terdahulu.
Selama periode ini, tasawuf masih dalam tahap awal dan terus berkembang. Para tokoh
tasawuf pada masa ini lebih fokus pada pengalaman spiritual dan kehidupan mistik
daripada teori-teori filosofis atau teologis. Mereka lebih banyak mempraktikkan
latihan-latihan spiritual yang mereka pelajari dari para guru mereka.
Tasawuf abad pertengahan
Tasawuf abad pertengahan berkembang pada abad ke-11 hingga ke-13 Masehi. Pada
masa ini, tasawuf menjadi lebih terorganisir dan memperoleh pengakuan dari kalangan
ulama dan penguasa. Salah satu tokoh tasawuf yang terkenal pada masa ini adalah
Jalaluddin Rumi, seorang penyair dan sufi terkenal asal Persia.
Pada masa ini, tasawuf mengalami perkembangan dalam berbagai hal, termasuk teori-
teori filosofis dan teologis. Para tokoh tasawuf pada masa ini juga lebih banyak menulis
tentang praktik-praktik spiritual yang mereka pelajari.
Tasawuf modern
Tasawuf modern dapat dianggap sebagai periode ketiga dalam perkembangan tasawuf.
Pada masa ini, tasawuf menjadi lebih terbuka dan lebih diterima oleh masyarakat.
Sejumlah tokoh tasawuf modern seperti Muhammad Iqbal, Abu al-Hasan al-Nadwi, dan
Muhammad al-Ghazali telah memainkan peran penting dalam mengembangkan
tasawuf modern.
Tasawuf modern memiliki banyak kesamaan dengan tasawuf klasik, namun juga
memiliki perbedaan signifikan. Salah satu perbedaan utama antara tasawuf modern
dengan tasawuf klasik adalah bahwa tasawuf modern lebih banyak memperhatikan
keseimbangan antara praktik spiritual dan aktivitas dunia. Para tokoh tasawuf modern
juga lebih banyak menulis tentang aplikasi tasawuf dalam kehidupan modern.
3. 3.2. Perkembangan Tasawuf Pada Masa Klasik
Tasawuf merupakan disiplin ilmu dalam Islam yang mempelajari aspek-aspek spiritual
dan kehidupan mistik. Perkembangan tasawuf pada masa klasik bermula pada abad ke-
8 hingga abad ke-12 Masehi. Pada masa ini, tasawuf berkembang sebagai gerakan yang
mengedepankan pengalaman spiritual dan kehidupan mistik. Beberapa tokoh tasawuf
terkemuka pada masa klasik antara lain Al-Hallaj, Al-Junaid, dan Abu Yazid Al-
Busthami.
Al-Hallaj, salah satu tokoh tasawuf terkemuka pada masa klasik, menekankan
pentingnya pengalaman spiritual dan kehidupan mistik dalam mencapai kebenaran. Ia
memahami bahwa kebenaran hanya dapat dicapai melalui pengalaman spiritual yang
mendalam dan melalui proses penyucian jiwa. Al-Hallaj dikenal dengan pernyataannya
"Ana al-Haqq" (Aku adalah Kebenaran), yang menyebabkan ia dianggap sesat dan
akhirnya dihukum mati pada tahun 922 Masehi.
Sementara itu, Al-Junaid merupakan tokoh tasawuf yang menekankan pentingnya
ikhlas dan mengikuti jejak para sahabat dalam memperoleh kebenaran. Menurut Al-
Junaid, hanya dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dan mengikuti ajaran
Islam secara ketat, manusia dapat mencapai kebenaran sejati.
Abu Yazid Al-Busthami, tokoh tasawuf yang lahir pada abad ke-9, menekankan
pentingnya "fana" atau penghapusan diri dalam mencapai kesatuan dengan Allah. Ia
berpendapat bahwa hanya dengan menghancurkan ego dan keinginan duniawi, manusia
dapat mencapai kesatuan dengan Allah.
Pada masa klasik, tasawuf berkembang sebagai gerakan yang kurang terorganisir dan
lebih mengutamakan pengalaman spiritual. Para tokoh tasawuf pada masa klasik
menekankan pentingnya memahami dan mengalami hakikat Islam secara langsung
melalui pengalaman mistik. Meskipun demikian, prinsip-prinsip dasar tasawuf pada
masa klasik masih relevan hingga saat ini dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan
manusia.
3.3. Perkembangan Tasawuf Pada Masa Pertengahan
Perkembangan tasawuf pada masa pertengahan atau abad ke-12 hingga ke-15 Masehi
mengalami perubahan signifikan dalam hal teori dan praktik. Pada masa ini, tasawuf
menjadi lebih terorganisir dan memperoleh pengakuan dari kalangan ulama dan
penguasa. Beberapa tokoh tasawuf terkemuka pada masa ini antara lain Al-Ghazali,
Jalaluddin Rumi, dan Ibn Arabi.
Al-Ghazali, tokoh tasawuf terkemuka pada masa ini, memainkan peran penting dalam
mengembangkan teori tasawuf yang berbasis pada ajaran Islam. Ia menekankan
pentingnya menjalankan ibadah dengan benar dan menghindari perilaku yang dilarang
4. dalam Islam. Selain itu, Al-Ghazali juga menekankan pentingnya pengalaman spiritual
dalam mencapai kebenaran.
Jalaluddin Rumi, tokoh tasawuf asal Persia, merupakan salah satu tokoh tasawuf
terkenal pada masa ini. Ia menekankan pentingnya cinta dan hubungan dengan Allah
dalam mencapai kesatuan dengan-Nya. Karya-karyanya yang terkenal, seperti
"Mathnawi" dan "Diwan-i Shams-i Tabrizi", banyak membahas tentang keindahan
cinta dan pengalaman spiritual.
Ibn Arabi, seorang tokoh tasawuf terkemuka pada masa pertengahan, mengembangkan
teori tasawuf yang berbasis pada konsep kesatuan dengan Allah. Ia berpendapat bahwa
segala sesuatu yang ada di dunia ini merupakan manifestasi dari keberadaan Allah. Ibn
Arabi juga menekankan pentingnya pengetahuan tentang diri sendiri dan kehidupan
mistik dalam mencapai kesatuan dengan Allah.
Pada masa pertengahan, tasawuf juga mulai diterapkan dalam kehidupan sosial dan
politik. Tasawuf menjadi semakin terorganisir dan diterima oleh kalangan ulama dan
penguasa. Misalnya, tarekat-tarekat tasawuf seperti tarekat Qadiriyyah,
Naqshbandiyyah, dan Suhrawardiyyah menjadi semakin terkenal dan banyak diikuti
oleh umat Islam.
Secara keseluruhan, pada masa pertengahan, tasawuf mengalami perkembangan teori
dan praktik yang signifikan. Tasawuf menjadi lebih terorganisir dan diterima oleh
kalangan ulama dan penguasa. Prinsip-prinsip dasar tasawuf pada masa pertengahan
masih relevan hingga saat ini dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan manusia.
3.4. Perkembangan Tasawuf Pada Masa Modern
Perkembangan tasawuf pada masa modern, terutama pada abad ke-19 dan ke-20
Masehi, banyak dipengaruhi oleh proses modernisasi dan sekularisasi. Tasawuf pada
masa ini mengalami perubahan dalam hal praktik dan pemikiran, di mana beberapa
tokoh tasawuf mulai mempertanyakan aspek-aspek tradisional dari tasawuf dan
mencari cara baru untuk mempraktikkan ajaran tasawuf.
Salah satu tokoh tasawuf terkenal pada masa modern adalah Ahmad al-Alawi, seorang
tokoh Sufi dari Maroko. Al-Alawi memperkenalkan konsep tasawuf yang lebih inklusif
dan terbuka untuk semua umat manusia, tanpa memandang latar belakang agama, suku,
atau budaya. Ia juga menekankan pentingnya pengembangan kualitas moral dan sosial
dalam praktik tasawuf.
Selain itu, tokoh tasawuf modern lainnya adalah Muhammad Iqbal, seorang filosof dan
penyair Muslim dari India. Iqbal mempertanyakan pandangan-pandangan tradisional
dalam tasawuf dan mencoba mengembangkan konsep-konsep baru, seperti konsep
"selfhood" (kesadaran akan diri sendiri) dan "khudi" (keunikan individu). Ia juga
menekankan pentingnya menjalankan tasawuf dalam konteks sosial dan politik.
5. Tasawuf pada masa modern juga mempengaruhi gerakan-gerakan keagamaan yang
muncul pada masa itu, seperti gerakan salafi dan wahabi. Gerakan-gerakan ini menolak
banyak praktik tasawuf yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam, seperti praktik
ziarah kubur dan merayakan ulang tahun nabi. Namun, terdapat juga gerakan-gerakan
keagamaan yang memadukan ajaran tasawuf dengan pendekatan modern, seperti
gerakan Islam progresif.
Secara keseluruhan, pada masa modern, tasawuf mengalami perubahan yang signifikan
dalam hal pemikiran dan praktik. Tasawuf menjadi lebih inklusif dan terbuka untuk
semua umat manusia, serta diaplikasikan dalam konteks sosial dan politik. Meskipun
beberapa aspek dari tasawuf ditolak oleh gerakan-gerakan keagamaan tertentu, tetapi
tasawuf masih menjadi salah satu aspek penting dalam kehidupan keagamaan Islam
hingga saat ini.
4. Simpulan
Berdasarkan paparan tentang perkembangan ilmu tasawuf dari masa klasik sampai modern,
dapat disimpulkan bahwa tasawuf telah mengalami perubahan dan transformasi yang
signifikan dalam hal pemikiran dan praktik. Pada masa klasik, tasawuf dipandang sebagai cara
untuk mencapai kesatuan dengan Tuhan melalui penekanan pada aspek spiritual dan etis. Pada
masa pertengahan, tasawuf berkembang dengan pesat melalui penyebarannya oleh para sufi
dan persaudaraan tasawuf. Pada masa modern, tasawuf mengalami perubahan dalam hal
praktik dan pemikiran, dengan beberapa tokoh tasawuf mencari cara baru untuk
mempraktikkan ajaran tasawuf dan mempertanyakan aspek-aspek tradisional dari tasawuf.
Meskipun tasawuf telah mengalami perubahan dalam berbagai aspeknya, tasawuf masih
dianggap sebagai salah satu aspek penting dalam kehidupan keagamaan Islam hingga saat ini.
Tasawuf mengajarkan pentingnya pengembangan kualitas moral dan sosial dalam kehidupan
manusia, serta mengajarkan tentang pentingnya mencapai kesatuan dengan Tuhan melalui
praktik-praktik spiritual dan etis. Dalam perkembangan tasawuf yang lebih modern, beberapa
tokoh tasawuf telah mencoba mengembangkan konsep-konsep baru yang lebih inklusif dan
terbuka untuk semua umat manusia, serta mengaplikasikan tasawuf dalam konteks sosial dan
politik.
Dalam kesimpulannya, perkembangan tasawuf dari masa klasik sampai modern mencerminkan
adanya upaya untuk memahami ajaran Islam secara lebih dalam dan mengaplikasikan ajaran
tersebut dalam konteks kehidupan manusia yang terus berkembang dan berubah.
6. 5. Referensi
Ernst, C. W. (2010). The Shambhala guide to Sufism. Shambhala Publications.
Schimmel, A. (2013). Mystical dimensions of Islam. University of North Carolina Press.
Chittick, W. C. (2010). Sufism: A beginner's guide. Oneworld Publications.
Nasr, S. H. (2011). The essential Seyyed Hossein Nasr. World Wisdom.
Knysh, A. (2010). Islamic mysticism: A short history. Brill.
Algar, H. (2005). Wahhabism: A critical essay. Islamic Publications International.
Rustom, M. (2016). Iqbal and the concept of the self. Routledge.