Pendekatan Bayani, Burhani, dan 'Irfani digunakan bersama-sama oleh Muhammadiyah untuk mengembangkan pemikiran Islam dalam menanggapi permasalahan kontemporer. Pendekatan Bayani berfokus pada teks Alquran dan Hadis, Burhani menggunakan ilmu pengetahuan, dan 'Irfani menekankan intuisi dan kepekaan nurani. Ketiga pendekatan ini saling melengkapi untuk memecahkan berbagai masalah secara holistik.
2. Pendekatan Bayani, Burhani, ‘Irfani
• Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
peradaban, muncul berbagai problem kehidupan
di era kontemporer.
• Untuk merespon problem-problem kontemporer
yang sangat kompleks, di tengah-tengah
perkembangan pemikiran keagamaan,
Muhammadiyah meresponnya dengan
mengembangkan pemikiran Islam dengan
pendekatan bayânî, ‘irfânî dan burhânî,
3. Paradigma / Pendekatan Pengembangan
Pemikiran Islam dalam Manhaj Tarjih
Bayani
•Kebenaran ada dalam
teks ayat Alquran dan
as-Sunnah
‘Irfani
• Kebenaran ada
dalam hati
nurani manusia
Burhani
•Kebenaran ada
dalam pengalaman
dan akal pikiran
manusia
4. Implementasi Pendekatan
Bayani, Burhani, ‘Irfani
• Penggunaan ketiga pendekatan tersebut tidak
dilakukan secara alternatif di mana hanya satu
pendekatan dan apabila tidak dimungkinkan
diambil yang lain.
• Pendekatan-pendekatan tersebut digunakan
secara sirkular, yakni digunakan bersama-sama
apabila diperlukan.
• Namun apabila digunakan satu atau dua di
antaranya hal itu sudah mencukupi, maka yang
lain tidak diperlukan.
• Penggunaan ketiga pendekatan ini dimaksudkan
untuk satu sama lain saling melengkapi.
5. Pendekatan Bayani
• Pendekatan bayani
– Merespons permasalahan dengan titik tolak utama adalah nas-
nas syariah (al-Quran dan as-Sunnah).
– Banyak digunakan dalam memecahkan masalah-masalah yang
berkaitan dengan akidah dan ibadah mahdah (khusus)
• Asas hukum syariah tentang ibadah menegaskan bahwa
– “Ibadah itu pada asasnya tidak dapat dilaksanakan kecuali yang
disyriatkan.”
– Suatu ritus ibadah tidak sah dilakukan apabila tidak ada dalil
dari nas al-Quran atau hadis yang mensyariatkannya.
• Dalam masalah ibadah mahdah (khusus) pendekatan
bayani banyak digunakan.
• Dalam bidang mu’amalah dunyawiyyah, juga menggunakan
pendekatan bayani, baik teksnya maupun nilai-nilai dasar
dari teks dimaksud
6. Implementasi Bayani
• Paradigma bayani
– Cara pandang dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
yang bersumber dari teks, terutama al-Qur'an dan al-Sunnah.
– Kebenaran ada dalam teks Al-Qur’an dan As-Sunnah
– Kajian teks dengan pendekatan bahasa.
– Implikasi orang yang mempunyai paradigma bayani antara
lain ia cenderung literal, dogmatis, dan apologis.
• Contoh paradigma bayani dalam bidang kesehatan,
misalnya :
– QS. al-Baqarah (2) : 233
– Q.S. Luqman (31) : 14
– Q.S. asy-Syu’ara’ (26) ; 80
7. Pendekatan Burhani
Pendekatan burhani
• merespons permasalahan dengan banyak menggunakan
pendekatan ilmu pengetahuan umum yang berkembang,
Contoh :
• Ijtihad mengenai penentuan awal bulan kamariah,
khususnya bulan-bulan terkait ibadah, seperti Ramadan,
yawal atau Zulhijah, Muhamdiyah menggunakan ilmu hisab
bukan lagi menggunakan ru`yah.
Pendekatan ini dimaksudkan untuk
• memberikan dinamika kepada pemikiran tarjih (pemikiran
keislaman) Muhammadiyah, khususnya di luar bidang
ibadah mahdah (ibadah khusus).
8. Pendekatan Burhani
• Berbagai permasalahan sosial dan kemanusiaan yang timbul
– tidak hanya didekati dari sudut nas-nas syariah,
– tetapi juga didekati dengan menggunakan ilmu pengetahuan yang relevan.
• Nas-nas, baik berupa al-Quran maupun as-Sunnah, meskipun banyak
yang bersifat universal, namun turun dalam konteks tertentu dan untuk
menyapa situasi tertentu.
• Apabila konteks penerapannya di zaman sekarang telah berubah, maka
pemahaman terhadapnya perlu dilakukan kontekstualisasi dengan
menmanfaatkan temuan berbagai ilmu terkait.
• Kontekstualisasi tidak semata memaksa nas agar mengikuti konteks saja
sehingga terjadi pemerkosaan nas agar sesuai dengan konteks sehingga
nas hanya berfungsi sebagai legitimasi terhadap penafsiran yang kita
buat.
• Konteks memberikan wawasan kepada kita bagaimana memahami nas,
tetapi nas juga dalam waktu yang sama menerangi kita dan memberikan
petunjuk bagaimana kita menangani konteks, yang semuanya dilakukan
dalam bingkai maqasid asy-syariah sebagai ruang makna.
9. Implementasi Pendekatan Burhani
• Kriteria paradigma burhani?
– Paradigma burhani menjadikan realitas sebagai
sumbernya, baik realitas sosial, budaya maupun
kealaman.
– Untuk konteks kita sekarang yang dimaksud realitas
tentu realitas alam baik alam makro (jagad raya)
maupun alam mikro (manusia) realitas sosial. Karena
realitas alam menjadi sumber pengetahuan,
– Cara kerja paradigma ini adalah melalui pengamatan,
eksplorasi, ekspedisi, eksperimen, ekskavasi, atau
verifikasi.
• Contoh konkret implementasi paradigma burhani dalam bidang
kebidanan, adalah temuan ilmu pengetahuan tentang kehamilan,
bayi tabung, KB, ASI, dll?
10. Pendekatan ‘Irfani
Pendekatan irfani berdasarkan kepada
• Upaya meningkatkan kepekaan nurani dan
ketajaman intuisi batin melalui pembersihan
jiwa,
• Suatu keputusan tidak hanya didasarkan
kepada kecanggihan otak belaka, tetapi juga
didasarkan atas adanya kepekaan nurani
• Untuk menghayati berbagai masalah dan
keputusan yang diambil mengenainya dan
mendapatkan petunjuk dari Yang Maha Tinggi.
11. Paradigma ‘Irfani
• Paradigma 'irfani
– Menjadikan pengalaman langsung dan intuisi sebagai sumber
pengetahuan.
– Cara kerja paradigma ini adalah melalui pengasahan hati dan rasa
sehingga muncul kearifan yang memungkinkan kita berbuat baik
terhadap sesama manusia dan lingkungan.
– Ujung dari paradigma ini adalah terciptanya akhlak yang mulia,
baik terhadap sesama manusia maupun terhadap alam.
• Contohnya dalam perkuliahan?
– Mengidentifikasi sikap tenaga kesehatan terhadap kondisi pasien
– Mengidentifikasi sikap bidan terhadap ibu hamil, melahirkan,
memberikan ASI .
– Mengidentifikasi sikap anak terhadap pengorbanan ibu ketika
hamil, melahirkan, dan memberikan ASI