SlideShare a Scribd company logo
1 of 82
PERCEPATAN PEMBERANTASAN
KORUPSI
FASILITATOR
CHOIRUDDIN, S.Pd.
BADAN DIKLAT
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
2015
PENGERTIAN KORUPSI
Istilah korupsi berasal dari bahasa latin corruptio
yaitu penyuapan; coruptore yaitu meruksak,
dalam bahasa Inggris corruption, dalam bahasa
Belanda corruptie , arti harfiahnya dari korupsi
dapat berupa :
1) Kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak
bermoral, kebejatan, dan ketidak jujuran (S.
Wojowasito – WJS Poerwadarminta, Kamus
Lengkap Inggris Indonesia, Indonesia- Inggris,
Penerbit Hasta, Bandung).
2) Perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang,
penerimaan uang sogok, dan sebagainya
(W.J.S. Poerwadarminta , Kamus Umum Bahasa
Indonesia, Penerbit Balai Pustaka, 1976).
Dalam arti sosial korupsi adalah penyelewengan
atau penggelapan uang milik negara atau
perusahaan dan sebagainya untuk kepentingan
pribadi dan orang lain.
Kolusi adalah pemupakatan atau kerjasama
secara melawan hukum antara penyelenggara
negara atau antara penyelenggara negara dan
pihak lain yang merugikan orang lain,
masyarakat, dan atau negara.
Nepotisme adalah setiap perbuatan bagi
penyelenggara negara secara melawan hukum
yang menguntungkan kepentingan keluarga atau
kroni, dengan tidak menghiraukan kepentingan
orang lain..
MENURUT HARTANTI:
1. Korupsi, penyelewengan atau penggelapan
(uang negara atau perusahaan dan
sebagainya) untuk kepentingan pribadi dan
orang lain;
2. Korupsi : busuk, ruksak, suka memakai
barang atau uang yang dipercayakan
kepadanya; dapat disogok (melalui
kekuasaannya untuk kepentingan pribadi)
UNDANG-UNDANG NO 20/2001 :
1. Melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi.
2. Perbuatan melawan hukum
3. Merugikan keuangan negara atau
perekonomian
4. Menyalahgunakan kekuasaan, kesempatan
atas sarana yang ada padanya karena jabatan
dan kedudukannya dengan tujuan
menguntungkan diri sendiri atau orang lain.
Kelompok Delik Korupsi
(UU 20 Tahun 2001)
1. Kelompok delik yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara (pasal 2,3 UU
no. 31 Tahun 1999).
2. Kelompok delik penyuapan, baik aktif (yang
menyuap) maupun pasif (yang menerima suap
(pasal 5,11,12).
3. Kelompok delik penggelapan (pasal 8 dan 10 )
4. Kelompok delik pemerasan dalam jabatan (pasal
12e dan f)
5. Kelompok delik yang berkaitan dengan
pemborongan, leveransir, dan rekanan
SIFAT-SIFAT KORUPSI
• Korupsi Yang Bermotif Terselubung.
Yakni korupsi secara sepintas kelihatannya
bermotif politik, tetapi secara tersembunyi
sesungguhnya bermotif mendapatkan uang
semata. Contoh seorang pejabat menerima uang
suap dengan janji akan menerima si pemberi
suap menjadi pegawai negeri atau diangkat
dalam suatu jabatan. Namun dalam
kenyataannya setelah menerima suap, pejabat
itu tidak memperdulikan lagi janjinya kepada
orang yang memberi suap tersebut, yang pokok
adalah mendapatkan uang tersebut.
2. Korupsi Yang Bermotif Ganda.
Yakni seseorang melakukan korupsi secara
lahiriah kelihatannya bermotif mendapatkan
uang, tetapi sesungguhn bermotif lain, yakni
kepentingan politik. semata. Contoh seorang
yang membujuk dan menyogok seorang
pejabat agar dengan menyalah gunakan
kekuasaannya, pejabat itu dalam mengambil
keputusan memberikan suatu fasilitas pada si
pembujuk itu, meskipun sesungguhnya si
pembujuk (penyogok) tidak memikirkan
apahkah fasilitas itu akan
memberikankepadanya.
TIPOLOGI KORUPSI
1. Korupsi Transaktif, yaitu korupsi yang terjadi atas
kesepakatan di antara seorang donor dengan resipien
untuk keuntungan kedua belah pihak;
2. Korupsi Ekstortif, yaitu korupsi yang melibatkan
penekanan dan pemaksaan untuk menghindari bahaya
bagi mereka yang terlibat atau orang-orang yang
dekat dengan pelaku korupsi.
3. Korupsi Investif. Yaitu korupsi yang berawal dari
tawaran yang merupakan investasi untuk
mengantisipasi adanya keuntungan di masa datang.
4. Korupsi Nepostik, yaitu korupsi yang terjadi karena
perlakuan khusus baik dalam pengangkatan kantor
publik maupun pemberian proyek-proyek bagi
keluarga dekat.
5. Korupsi Otogenik, yaitu korupsi yang terjadi ketika
seorang pejabat mendapat keuntungan karena
memiliki pengetahuan sebagai orang dalam
(insider information) tentang berbagai kebijakan
publik yang seharusnya dirahasiakan.
6. Korupsi Supportif, yaitu perlindungan atau
penguatan korupsi yang menjadi intrik kekuasaan
dan bahkan kekerasan, dan
7. Korupsi Defensif. Yaitu korupsi yang dilakukan
dalam rangka mempertahankan diri dari
pemerasan.
CIRI-CIRI KORUPSI
1. Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu orang.
2. Korupsi pada umumnya dilakukan secara rahasia.
3. Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan
timbal balik.
4. Mereka yang mempraktikan cara-cara korupsi biasanya
berusaha untuk menyelubungi perbuatannya dengan
berlindung di balik pembenaran hukum.
5. Mereka yang terlibat korupsi menginginkan keputusan
yang tegas dan mampu untuk mempengaruhi keputusan-
keputusan itu.
6. Setiap perbuatan korupsi mengandung penipuan,
biasanya dilakukan oleh Badan Publik atau umum
(masyarakat).
7. Setiap bentuk korupsi adalah suatu penghianatan
kepercayaan.
PENYEBAB KORUPSI
BPKP :
(1) moral yang rendah
(2) sanksi yang lemah,
(3) disiplin yang rendah,
(4) sifat kehidupan yang konsumtif,
(5) kurangnya pengawasan dalam organisasi,
(6) contoh dari atasan,
(7) wewenang yang berlebihan,
(8) tersedianya kesempatan,
(9) budaya untuk memberi upeti,
(10)lemahnya pengawasan eksternal,
(11)lemahnya peran legislatif,
(12)peraturan yang tidak jelas,
(13)pengaruh lingkungan,
(14)penghasilan yang rendah,
HARTANTI :
1. Lemahnya pendidikan agama dan etika
2. Kolonialisme, suatu pemerintahan asing tidak
menggugah kesetiaan dan kepatuhan yang
diperlukan untuk membendung korupsi
3. Kurangnya pendidikan. Namun kenyataan korupsi
dilakukan oleh para koruptor yang memiliki
pendidikan tinggi.
4. Kemiskinan, korupsi di Indonesia bukan disebabkan
oleh kemiskinan tapi keserakahan.
5. Tidak adanya sanksi yang keras
6. Kelangkaan lingkungan yang subur untuk pelaku
korupsi
7. Struktur pemerintahan
8. Perubahan radikal, pada saat sistem nilai mengalami
perubahan radikal, korupsi muncul sebagai suatu
penyakit transisional.
9. Keadaan masyarakat. Korupsi dalam suatu birokrasi
bisa mencerminkan keadaan masyarakat secara
keseluruhan.
Hamzah (2005), membuat asumsi atau
hipotesis penyebab korupsi, adalah :
1. Kurangnya gaji atau pendapatan Pegawai
negeri dibandingkan dengan kebutuhan
yang makin hari makin meningkat;
2. Kebudayaan atau kultur Indonesia yang
merupakan sumber atau sebab meluasnya
korupsi;
3. Manajemen yang kurang baik dan Kontrol
yang kurang efektif dan efisien;
4. modernisasi;
AKIBAT DARI KORUPSI
1.Berkurangnya kepercayaan terhadap
pemerintah;
2.Berkurangnya kewibawaan pemerintah
dalam masyarakat;
3.Menyusutnya penerimaan negara;
4.Rapuhnya keamanan dan ketahanan
negara.
5.Perusak mental pribadi.
6.Hukum tidak lagi dihormati.
PENYELENGGARAAN NEGARA YANG BERSIH
DAN BEBAS DARI KORUPSI,KOLUSI, DAN
NEPOTISME
Pengertian Negara :
Menurut Sumantri :
Negara adalah suatu organisasi kekuasaan
oleh karenanya dalam setiap organisasi yang
bernama negara, selalu kita jumpai adanya
organ atau alat perlengkapan yang mempunyai
kemampuan untuk memaksakan kehendaknya
kepada siapa pun juga yang bertempat tinggal
di dalam wilayah kekuasaannya.
Menurut Arief Budiman :
Negara adalah lembaga yang memiliki kekuasaan
yang sangat besar di dalam sebuah masyarakat.
Negara dapat memaksakan kehendaknya kepada
warga atau kelompok yang ada di masyarakat.
Bahkan kalau perlu, negara memiliki keabsahan
untuk menggunakan kekerasan fisik dalam
memaksakan kepatuhan masyarakat terhadap
perintah-perintah yang dikeluarkannya.
Kekuasaan yang sangat besar ini diperoleh
karena negara merupakan pelembagaan dari
kepentingan umum. Sebagai lembaga yang
mewakili kepentingan Umum, negara dapat
memaksakan kehendaknya melawan
kepentingan-kepentingan pribadi atau kelompok
di masyarakat yang lebih kecil jumlahnya.
TUJUAN NEGARA INDONESIA
“kemudian daripada itu, untuk membentuk
suatu pemerintah negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk
memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial”.
AZAS POKOK SISTEM PEMERINTAHAN
REPUBLIK INDONESIA,
1.Indonesia adalah negara yang berdasarkan
atas hukum (Rechtsstaat), Negara Indonesia
tidak berdasarkan atas kekuasaan
(Machtsaat).
2.Sistem Konstitusional
Pemerintah berdasarkan atas sistem
konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat
absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas)
3.Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan
rakyat. Presiden dan Wakil Presiden dipilih
langsung oleh rakyat.
4. Presiden ialah pemegang kekuasaan pemerintah negara.
Presiden ialah penyelenggara pemerintahan negara yang
tertinggi, karena Presiden adalah pemegang kekuasaan
pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar. Dalam
menjalankan pemerintahan negara, kekuasaan dan
tanggung jawab adalah di tangan presiden.
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR. DPR
hanya dapat mengusulkan pemberhentian Presiden.
Presiden tidak bertanggung kepada DPR artinya
kedudukan Presiden tidak tergantung kepada Dewan.
6. Presiden mengangkat dan memberhentikan Menteri-
Menteri Negara. Menteri-Menteri itu tidak bertanggung
jawab kepada DPR. Kedudukan menteri tergantung
kepada Presiden. Menteri negara adalah pembantu
Presiden.
7. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas
PENYELENGGARA NEGARA.
1. Pejabat negara pada Lembaga Negara;
2. Menteri
3. Gubernur
4. Hakim
5. Pejabat negara yang lain, misalnya Kepala perwakilan
Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan
sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa pebuh,
Wakil Gubernur, dan Bupati/Walikota.
6. Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis, meliputi :
Direksi, Komisaris, dan pejabat struktural lainnya pada
BUMN/BUMD, Pimpinan Bank Indonesia dan Pimpinan
Badan Penyehatan Perbankan Nasional, Pimpinan
Perguruan Tinggi Negeri; Pejabat eselon I dan pejabat
lain yang disamakan di lingkungan sipil, militer, dan
kepolisian Negara Republik Indonesia;
Jaksa, Penyidik, Panitera Pengadilan, dan Pemimpin
dan Bendaharawan Proyek.
PEJABAT NEGARA
1. Presiden dan wakil presiden
2. Ketua, wakil ketua, dan anggota MPR
3. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota DPR
4. Ketua, wakil ketua, ketua muda, dan hakim
agung Mahkamah Agung
5. Ketua, wakil ketua,anggota BPK
6. Menteri dan jabatan setingkat Menteri
7. Kepala Perwakilan RI di luar negeri yang
berkedudukan sebagai duta besar luar biasa
dan berkuasa penuh
8. Gubernur dan Wakil Gubernur
9. Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Wakil
Walikota
10. Pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh
PEGAWAI NEGERI
Pegawai Negeri adalah setiap warga
negara Indonesia yang telah memenuhi
syarat yang ditentukan, diangkat oleh
pejabat yang berwenang dan diserahi
tugas dalam suatu jabatan negeri, atau
diserahi tugas negara lainnya dan digaji
berdasarkan pereaturan perundangan-
undangan yang berlaku.
JENIS-JENIS PEGAWAI NEGERI
PEGAWAI
NEGERI
PEGAWAI NEGERI
SIPIL
ANGGOTA TENTARA
NASIONAL
INDONESIA
ANGGOTA
KEPOLISIAN NEGARA
PEGAWAI
NEGERI SIPIL
PUSAT
PEGAWAI NEGERI
SIPIL DAERAH
AZAS-AZAS UMUM PENYELENGGARAAN NEGARA
1. AZASKEPASTIAN HUKUM,
adalah azas dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundangan-undangan, kepatutan,
dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara
negara.
2. AZAS TERTIB PENYELENGGARAAN NEGARA
Adalah azas yang menjadi landasan keteraturan,
keserasian, dan keseimbangan dalam mengendalikan
penyelenggara negara.
3. AZAS KEPENTINGAN UMUM
Adalah azas yang mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
4. AZAS KETERBUKAAN
Adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan
tetap memperhatikan perlindungan atas hak azasi pribadi,
golongan, dan rahasia negara.
5. AZAS PROPORSIONALITAS,
Adalah azas yang mengutamakan keseimbangan
antara hak dan kewajiban penyelenggara negara.
6. AZAS PROFESIONALISME,
adalah azas yang mengutamakan keahlian yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
7. AZAS AKUNTABILITAS,
Adalah azas yang menentukan bahwa setiap kegiatan
dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara
harus dapat dipertanggung jawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
ETIKA KEHIDUPAN BERBANGSA SEBAGAI
PEDOMAN PENYELENGGARAAN NEGARA
YANG BAIK DAN BERSIH
1. KEJUJURAN
2. AMANAH
3. KETELADANAN
4. SPORTIVITAS
5. DISIPLIN
6. ETOS KERJA
7. KEMANDIRIAN
8. SIKAP TOLERANSI
9. RASA MALU
10. TANGGUNG JAWAB
11. MENJAGA KEHORMATAN SERTA MARTABAT DIRI
SEBAGAI WARGA BANGSA
PRINSIP GOOD GOVERNANCE
1. Participation,
Setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan,
baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi
legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi dibagun atas
dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara secara konstruktif.
2. Rule of Law,
Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu,
terutama hukum untuk hak azasi manusia
3. Transprarency
Tranfaransi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi. Proses-
proses,lembaga-lembaga, dan informasi secara langsung dapat
diterima oleh mereka yang membutuhkan, informasi harus dapat
dipahami dan dapat dimonitor
4. Responsiveness,
lembaga-lembaga dan proses-proses harus mencoba untuk
melayani stakeholders.
5. Consensus orientation,
Good governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda
untuk mmemperoleh pilihan-pilihan terbaik bagi kepentingan yang
lebih luas, baik dalam hal kebijakan-kebijakan maupun prosedur-
prosedur.
6. Equity,
semua warga negara, baik laki-laki maupun perempuan
mempunyai kesempatan untuk meningkatkan atau menjaga
kesejahteraan mereka.
7. Efektiveness and efisiency.
proses-proses dan lembaga-lembaga menghasilkan sesuai
dengan apa yang telah digariskan dengan menggunakan
sumber-sumber yang tersedia sebaik mungkin.
8. Accountability,
Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan
masyarakat sipil bertanggung jawab kepada publik dan lembaga-
lembaga stakeholder.
9. Strategic vision,
Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif good
governance dan pengembangan manusia yang luas dan jauh ke
depan, sejalan dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan
semacam itu.
DASAR HUKUM
1. UU No 3/1971 tentang Pemberantasan Korupsi.
2. UU No 28/1999 tentang Penyelenggara negara yang
bersih dan bebas dari KKN
3. Tap MPR XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara
yang bersih dan bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme.
4. UU No 31/1999 tentang Pemberantasan tindak pidana
korupsi.
5. UU No 20 tahun 2001 tentang Perubahan UU no 31/1999.
6. UU no 30/2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi
7. Inpres no 5/2004 tentang Percepatan Pemberantasan
Korupsi
HAK-HAK PENYELENGGARA NEGARA
(TAP MPR XI/MPR/1998)
1. Menerima gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
2. menggunakan hak jawab terhadap setiap
teguran, tindakan dari atasannya, ancaman
hukuman, dan kritik masyarakat;
3. menyampaikan pendapat di muka umum secara
bertanggung jawab sesuai dengan
wewenangnya; dan
4. mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
KEWAJIBAN PENYELENGGARA NEGARA (TAP
MPR XI/MPR/1998)
1. Mengucapkan sumpah dan janji sesuai dengan agamanya
sebelum memangku jabatan
2. Bersedia diperiksa kekayaannya sebelum, selama dan setelah
menjabat;
3. Melaporkan dan mengumumkan kekayaannya sebelum dan
setelah menjabat;
4. Tidak melakukan perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme;
5. Melaksanakan tugas tanpa membeda-bedakan suku, agama,
ras, dan golongan
6. Melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab dan
tidak melakukan perbuatan tercela, tanpa pamrih baik untuk
kepentingan pribadi, keluarga, kroni, maupun kelompok, dan
tidak mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun yang
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku; dan
7. Bersedia menjadi saksi dalam perkara korupsi, kolusi, dan
nepotisme serta dalam perkara lainnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1. Memperoleh Gaji yang layak sesuai dengan
tanggungjawabnya
2. Memperoleh cuti
3. Memperoleh perawatan bagi yang ditimpa oleh suatu
kecelakaan dalam dan karena menjalankan tugas
kewajibannya yang mengakibatkan tidak dapat bekerja
dalam jabatan apapun
4. Memperoleh uang duka bagi keluarga PNS yang tewas
5. Memperoleh pensiun bagi yang telah memenuhi syarat
6. Memperoleh kenaikan gaji dan kenaikan pangkat
7. Menjadi peserta askes dan taspen
HAK-HAK BAGI PEGAWAI NEGERI
SIPIL
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
PENYELENGGARA NEGARA (TAP MPR XI/MPR/1998)
1. Membersihkan penyelengaraan negara dari KKN dengan
memberikan sanksi yang berat sesuai dengan ketentuan hukum
yang berlaku, meningkatkan efektivitas pengawasan dan
mengembangkan etika dan moral.
2. Meningkatkan kualitas aparatur negara dengan memperbaiki
kesejahteraan dan keprofesionalan serta memberlakukan sistem
karier dan prestasi kerja dengan menitik beratkan kepada
prestasi kerja.
3. Melakukan pemeriksaan terhadap kekayaan pejabat negara dan
pejabat pemerintah sebelum dan sesudah memangku jabatan
dengan tetap menjungjung hukum dan Ham.
4. Meningkatkan fungsi keprofesionalan birokrasi dalam melayani
masyarakat adan akuntabilitasnya dalam mengelola kekayaan
negara secara tranfaran, bersih, dan bebas dari penyalahgunaan
kekuasaan.
5. Meningkatkan kesejahteraan pegawaii negeri untuk menciptakan
aparatur yang bebas KKN, bertanggung jawab, profesional,
produktif dan efesien, memantapkan netralitas politik pegawai
negeri dengan menghargai hak-hak politiknya.
KOMISI PEMERIKSA
(UU 28/1999 Pasal 10)
Untuk mewujudkan Penyelenggaraan Negara
yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Presiden selaku Kepala Negara
membentuk Komisi Pemeriksa.
Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara
Negara yang selanjutnya disebut komisi
Pemeriksaan, adalah lembaga independen yang
akan melaksanakan tugas dan fungsinya bebas
dari pengaruh kekuasaan eksekutif, legislatif
dan yudikatif”.
TUGAS DAN WEWENANG KOMISI PEMERIKSA
1. Melakukan pemantauan dan klarifikasi atas
harta kekayaan penyelenggara negara.
2. Meneliti laporan atau pengaduan masyarakat,
lembaga swadaya masyarakat, atau instansi
pemerintah tentang dugaan adanya korupsi,
kolusi, dan nepotisme terhadap penyelenggara
negara yang bersangkutan;
3. Melakukan penyelidikan atas inisiatif sendiri
mengenai harta kekayaan penyelenggara
negara berdasarkan petunjuk adanya korupsi,
kolusi, dan nepotisme terhadap penyelenggara
negara yang bersangkutan.
4. Mencari dan memperoleh bukti-bukti, menghadirkan
saksi-saksi untuk penyelidikan Penyelenggara
Negara yang diduga melakukan korupsi, kolusi dan
nepotisme atau meminta dokumen-dokumen dari
pihak-pihak terkait dengan penyelidikan harta
kekayaan Penyelenggara Negara yang bersangkutan.
5. Jika dianggap perlu, selain meminta bukti kepemilikan
sebagian atau seluruh harta kekayaan
Penyelenggara Negara yang diduga diperoleh dari
korupsi, kolusi dan nepotisme selama mmenjabat
sebagai Penyelenggara Negara, juga meminta
pejabat yang berwenang membuktikan dugaan
tersebut sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
• KPK berwenang mengambil alih penyidikan
dan penuntutan, untuk :
1. Adanya laporan masyarakat mengenai tindak
pidana korupsi yang tidak dilanjuti:
2. Proses penanganan tindak pidana korupsi yang
berlarut-larut;
3. Adanya unsur nepotisme yang melindungi pelaku
korupsi;
4. Adanya campur tangan pihak eksekutif, legislatif,
dan yudikatif;
5. Alasan lain yang menyebabkan penanganan tindak
pidana korupsi sulit dilaksanakan.
KEWENANGAN KPK DALAM PENYIDIKAN,
PENYELIDIKAN, DAN PENUNTUTAN
1. Melakukan penyadapan pembicaraan
2. Memerintahkan untuk cekal
3. Meminta data keuangan pada bank dan memblokir
rekening tersangka
4. Meminta data kekayaan dan perpajakan tersangka
5. Menghentikan transaksi keuangan, perdagangan
dan pencabutan ijin lisensi serta konsesi yang
dimiliki tersangka.
6. Meminta bantuan interpol untuk pencarian dan
penyitaan aset tersangka di luar negeri
7. Meminta bantuan polisi untuk melakukan
penangkapan, penahanan, penggeladahan, dan
penyitaan.
KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK
PIDANA KORUPSI (UU 20/2001)
TUGASNYA :
1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi;
2. Suvervisi terhadap instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi;
3. melakukan penyelidikan, penyidikan, dan
penuntutan terhadap tindak pidana korupsi;
4. melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak
pidana korupsi;
5. melakukan monitor terhadap penyelenggaraan
pemerintahan negara;
Wewenang KPK:
1. Mengkoordinasikan penyilidikan, penyidikan, dan
penuntutan tindak pidana korupsi;
2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan
pemberantasan tindak pidana korupsi;
3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan
tindak pidana korupsi kepada instansi lain yang
terkait;
4. Melaksanakan dengan pendapat atau pertemuan
dengan instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi;
5. Meminta laporan instansi terkait mengenai
pencegahan tindak pidana korupsi;
Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat Dan
Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan Dan
Pemberantasan Korupsi
PERAN SERTA MASYARAKAT
1. Hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi
tentang penyelenggaraan negara;
2. Hak untuk memperoleh pelayanan yang sama dan adil
dari penyelenggara negara;
3. Hak menyampaikan dan pendapat secara
pertanggung jawab terhadap kebijakan Penyelenggara
negara;
4. Hak untuk memperoleh perlindungan hukum dalam
hal :
a. melaksanakan haknya sebagaimana dimaksud dalam
butir 1 dan 2.
b. Diminta hadir dalam proses penyelidikan, penyidikan,
dan sidang pengadilan sebagai saksi, dan saksi ahli
pelapor, dan saksi ahli, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
KEJAKSAAN
Tugas dan wewenang Kejaksaan Republik
Indonesia :
1. Di bidang pidana :
a. melakukan penuntutan
b. melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang
telah memperoleh hukum;
c. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana
bersyarat, putusan pidana pengawasa, dan keputusan lepas
bersyarat;
d. melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu
berdasarkan undang-undang;
e. melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat
melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke
pengadilan yang dalam pelaksanaanya dikoordinasikan
dengan penyidik.
f. Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan
kuasa khusus dapat bertindak baik di dalam maupun di luar
pengadilan untuk dan atas nama dengan atau pemerintah.
Wewenang kepolisian dalam proses pidana (Pasal
16).
1.melakukan penangkapan, penahanan,
penggeladahan, dan penyitaan
2.melarang setiap orang meninggalkan atau
memasuki tempat kejadian perkara untuk
kepentingan penyidikan.
3.membawa dan menghadapkan orang kepada
penyidik dalam rangka penyidikan
4.menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan
menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri;
5.melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
6.memanggil orang untuk didengar dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi;
7. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam
hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
8. Mengadakan penghentian penyidikan;
9. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut
umum;
10. Mengajukan permintaan secara langsung kepada
imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan
imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak
untuk mencegah atau menangkal orang yang
disangka untuk melakukan tindak pidana;
11. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada
penyidik PNS serta menerima hasil penyidikan
penyidik PNS untuk diserahkan kepada penuntut
umum;
12. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang
bertanggung jawab.
STRATEGI DALAM UPAYA PEMBERANTASAN
KORUPSI
1. Strategi Persuasif yaitu berupa upaya untuk
menghilangkan penyebab korupsi, menghilangkan
peluang melakukan korupsi dan mencegah
terjadinya korupsi.
2. Strategi detektif yaitu berupa upaya untuk
menampilkan suatu informasi apabila korupsi sudah
terjadi dan semaksimal mungkin dapat
diidentifikasikan dalam waktu yang singkat.
3. Strategi Represif yaitu memproses korupsi yang
sudah diidentifikasikan menurut ketentuan hukum
secara cepat, tepat, dengan tingkat kepastian
hukum yang tinggi melalui proses penyelidikan,
penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di
persidangan/putusan pengadilan.
PIRAMIDA STRATEGI PEMBERANTASAN
KORUPSI
PUBLIK
EDUCATION
PREVENTION
PUNISHMEN
INTRUKSI PRESIDEN KEPADA JAGUNG
DAN KAPOLRI
1. mengoptimalkan upaya-upaya penyidikan/penuntutan
terhadap tindak pidana korupsi untuk menghukum pelaku
dan menyelamatkan uang negara.
2. Mencegah dan memberikan sanksi yang tegas terhadap
penyalahgunaan wewenang yang dilakukan jaksa dan polisi
dalam rangka penegakan hukum
3. Meningkatkan kerjasama kejaksaan dengan kepolisian selain
BPKP dan Institusi negara yang terkait dengan upaya
penagakan hukum, dan pengembalian kerugian keuangan
negara akibat tiundakan korupsi
RENCANA AKSI NASIONAL
PEMBERANTASAN KORUPSI
1. Mendesain ulang pelayanan publik
2. Memperkuat tranfaransi, pengawasan, dan
sanksi pada kegiatan-kegiatan pemerintah
yang berhubungan dengan ekonomi dan
sumber daya manusia.
3. Meningkatkan pemberdayaan perangkat-
perangkat pendukung pencegahan korupsi.
JENIS HUKUMAN TINDAK
PIDANA KORUPSI
– Pidana Mati
Dapat dipidana mati kepada setiap orang
yang secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, sebagaimana
ditentukan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999, yang dilakukan
dalam ”keadaan tertentu”.
1. Melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain
atau korporasi dan dapat merugikan keuangan negara. Pasal 2
ayat (1) UUPTPK :dipidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh tahun) dan denda paling sedikit Rp 200 juta, dan paling
banyak Rp 1 Milyar.
Pasal 2 ayat (2) UUPTPK bilamana tindak pidana sbgmana ayat
(1) dilakukan dalam keadaan ttt, pidana mati dapat dijatuhkan
2. Menyalah gunakan kewenangan untuk menguntungkan diri sendiri,
atau orang lain atau korporasi dan dapat merugikan keuangan
negara.
Pasal 3 UUPTPK : dipidana dengan pidana seumur hidup, atau
pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20
(dua puluh) tahun atau denda paling sedikit Rp 50 juta, dan
paling banyak Rp 1 Milyar
3. Menyuap Pegawai Negeri
Pasal 5 ayat (1) huruf a : setiap orang yang memberi atau
menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai
negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak
berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan
dengan kewajibannya. Dipidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana
denda paling sedikit Rp 50 jt, dan paling banyak Rp 250 jt.
4. Menyuap Pegawai Negeri
Pasal 5 ayat (1) huruf b : setiap orang yang memberi
sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan
dengan kewajiban dilakukan atau tidak dilakukan dalam
jabatan Dipidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling
sedikit Rp 50 jt, dan paling banyak Rp 250 jt.
5. Memberi hadiah kepada pegawai negeri karena
jabatannya
Pasal 13 UUPTPK : Dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda paling banyak
Rp 150 jt, setiap orang yang memberi hadiah kepada
pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan atau
kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji
dianggap melekat pada jabatannya atau kedudukan
tersebut .
6. Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima
suap
Pasal 5 ayat (2) UUPTPK : Pegawai negeri atau
penyelenggara negara menerima pemberian atau janji
sebagmana dimaksud pasal 5 ayat (1) huruf a, dan b,
dipidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda
paling sedikit Rp 50 jt, dan paling banyak Rp 250 jt.
7. Pegawai negeri atau penyelenggara
negara menerima suap
Pegawai negeri atau penyelenggara negara
yang menerima hadiah atau janji, pada hal
diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau
janji tersebut diberikan untuk menggerakkan
agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu
dalam jabatannya yang bertentangan dengan
kewajibannya.
Pasal 12 huruf a UUPTPK : Dipidana dengan
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 4 (empat ) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
200 jt dan paling banyak Rp 1 milyar.
8. Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima
Hadiah
Pasal 12 huruf b UUPTPK : Pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang menerima hadiah, pada hal
diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan
sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau
tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yg bertentangan
dengan kewajibannya, dipidana penjara seumur hidup / penjara
paling singkat 4 (empat ) tahun dan paling lama 20 (duapuluh)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling
banyak Rp 1 M
9. Pegawai negeri / penyelenggara negara menerima
hadiah
Pasal 11 UUPTPK : Pegawai negerai atau penyelenggara
negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau
patut diduga , bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena
kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan
jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan
hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya,
dipidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5
(lima) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 50 jt, dan
paling banyak Rp 250 jt.
10. Menyuap Hakim
Pasal 6 ayat (1) huruf a UUPTPK : Setiap orang yang
memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Hakim
dengan maksud untuk mempengaruhi putusan
perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili,
dipidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun atau atau pidana
denda paling sedikit Rp 150 jt, dan paling banyak Rp
50 jt.
11. Menyuap Advokat
Pasal 6 ayat (1) huruf b UUPTPK : setiap orang yang memberi atau
menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi advokat untuk
menghadiri sidang pengadilan dengan maksud untuk
mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan
berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan
untuk diadili, dipidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun atau atau pidana denda paling
sedikit Rp 150 jt, dan paling banyak Rp 750 jt.
12. Hakim dan Advokat menerima suap
Pasal 6 ayat (2) UUPTPK : Bagi hakim atau advokat yang
menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf a atau advokat yang menerima pemberian atau
janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, dipidana
dengan pidana yg sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
13. Hakim menerima suap
Pasal 12 huruf (c) UUPTPK : Hakim yang menerima hadiah
atau janji, padahal diketahuinya atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi
putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili,
dipidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
atau atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling
banyak Rp 1 Milyar
14. Advokat menerima suap
Pasal 12 huruf d UUPTPK : Seseorang yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi
advokat untuk menghadiri sidang pengadilan menerima hadiah
atau janji padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah
atau janji tersebut untuk mempengaruhi nasihat atau
pendapat yang akan diberikan berhubung dengan perkara yang
diserahkan kepada pengadilan untuk diadili, dipidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau atau pidana
denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1 Milyar.
15. Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan
penggelapan.
Pasal 8 UUPTPK : Pegawai negeri atau orang selain pegawai
negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum
secara terus menerus atau sementara waktu, dengan
sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang
disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang atau
surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang
lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut,
dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun
atau atau pidana denda paling sedikit Rp 150 jt, dan
paling banyak Rp 750 jt.
16. Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan
administrasi
Pasal 9 UUPTPK : Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri
yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus
menerus atau sementara waktu, dengan sengaja memalsu buku-
buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan
administrasi, dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima ) tahun atau
atau pidana denda paling sedikit Rp 50 jt, dan paling banyak Rp
250 jt.
17. Pegawai negeri merusakkan bukti
Pasal 10 huruf a UUPTPK : Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri
yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus
menerus atau sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan,
menghancurkan , merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang,
akta, surat, atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan atau
membuktikan di muka pejabat yang berwenang yang dikuasai karena
jabatannya , dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7
(tujuh) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 100 jt, dan paling
banyak Rp 350 jt.
20. Pegawai negeri dan penyelenggara negara memeras
Pasal 12 huruf e UUPTPK : Pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum atau dengan menyalahgunakan
kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu,
membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan,
atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri,
dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt,
dan paling banyak Rp 1 Milyar.
21. Pegawai negeri atau penyelenggara negara
memeras
Pasal 12 huruf g UUPTPK : Pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan
tugas, meminta atau menerima pekerjaan, atau
penyerahan barang , seolah-olah merupakan utang
kepada dirinya, pada hal diketahui bahwa hal tersebut
bukan merupakan utang, dipidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau
pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling
banyak Rp 1 M
22. Pegawai negeri atau penyelenggara negara
memeras pegawai negeri atau penyelenggara
negara.
Pasal 12 huruf f UUPTPK : Pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang pada waktu
menjalankan tugas, meminta atau menerima
atau memotong pembayaran kepada pegawai
negeri atau penyelenggara negara yang lain
atau kepada kas umum seolah-olah pegawai
negeri atau penyelenggara negara lain atau
kas umum tersebut mempunyai utang
kepadanya, pada hal diketahui bahwa hal
tersebut bukan merupakan utang, dipidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun atau pidana denda
paling sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1
M.
23. Pemborong berbuat curang
Pasal 7 ayat (1) huruf a UUPTPK : Pemborong akhli bangunan yang
pada waktu membuat bangunan, atau menjual bahan bangunan yang
ada pada waktu menyerahkan bahan bangunan melakukan perbuatan
curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang atau
keselamatan negara dalam keadaan perang, dipidana penjara paling
singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun atau pidana
denda paling sedikit Rp 100 jt, dan paling banyak Rp 350 jt.
24. Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang
Pasal 7 ayat (1) huruf b UUPTPK : setiap orang yang bertugas
mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan bangunan, sengaja
membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud huruf a,
dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7
(tujuh) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 100 jt, dan paling
banyak Rp 350 jt.
25. Rekanan TNI/POLRI berbuat curang
Pasal 7 ayat (1) huruf c : Setiap orang yang pada waktu menyerahkan
barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian
Negara Republik Indonesia melakukan perbuatan curang yang dapat
membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang, dipidana
penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun
atau pidana denda paling sedikit Rp 100 jt, dan paling banyak Rp
350 jt
26. Pengawas rekanan TNI / POLRI berbuat curang
Pasal 7 ayat (1) huruf d UUPTPK : Setiap orang yang bertugas
mengawasi barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau
Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan sengaja membiarkan
perbuatan curang sebagaimana dimaksud huruf c, dipidana penjara
paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun atau
pidana denda paling sedikit Rp 100 jt, n paling banyak Rp 350 jt.
27. Penerima barang TNI / POLRI membiarkan perbuatan
curang
Pasal 2 ayat (2) UUPTPK : Bagi orang yang menerima penyerahan
bahan bangunan atau orang yang menerima penyerahan barang
keperluan TNI dan / atau POLRI dan membiarkan perbuatan curang
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c, dipidana dengan
pidana yang sama sebagaimna dmaksudkan dalam ayat (1)
28. Pegawai negeri atau penyelenggara negara
menyerobot tanah negara sehingga merugikan orang
lain
Pasal 12 huruf a UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara
negara yang pada waktu menjalankan tugas telah menggunakan tanah
negara yang diatasnya terdapat hak pakai, seolah-olah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, telah merugikan orang yang
berhak, pada hal diketahuinya pada saat dilakukan perbuatan, untuk
seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau
mengawasinya. dipidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun atau pidana denda paling sedikit
Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1 M
29. Pegawai negeri atau penyelenggara negara turut serta
dalam pengadaan yang diurusnya
Pasal 12 huruf i UUPTPK : Pegawai negeri atau
penyelenggara negara baik langsung maupun tidak
langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan,
pengadaan, atau persewaan, yang pada saat dilakukan
perbuatan, untuk seluruhnya atau sebagian ditugaskan
untuk mengurusi atau mengawasi, dipidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan
paling banyak Rp 1 M
30. Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima
gratifikasi dan tidak lapor KPK
Pasal 12 B UUPTPK :
(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara dianggap pemberian suap,
apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang
berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Yang nilainya Rp 10 jt atau lebih, pembuktian bahwa
gratifikasi tersebut bukan merupakan suap, yang
dilakukan oleh penerima gratifikasi;
b. Yang nilainya kurang dari Rp 10 jt pembuktian bahwa
gratifikasi tersebut adalah suap, oleh penuntut umum.
(2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara
negara sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah pidana
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling
banyak Rp 1 M
Pidana Tambahan.
1. perampasan barang bergerak yang berwujud
atau tidak berwujud atau barang bergerak tidak
bergerak yang digunakan atau diperoleh dari
tindak pidana korupsi.
2. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya
sebanyak-banyaknya sama dengan harta yang
diperoleh dari tindak pidana korupsi.
3. Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan
untuk paling lama 1 (satu) tahun;
4. Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak
tertentu atau penghapusan seluruh atau
sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau
dapat diberikan oleh pemerintah kepada
terpidana.
5. Jika terpidana tidak membayar uang pengganti
paling lama 1 (satu) bulan sesudah putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap, maka harta bendanya dapat
disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi
uang pengganti tersebut.
6. Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta
benda yang mencukupi untuk membayar uang
pengganti maka terpidana dengan pidana
penjara yang lamanya tidak memenuhi
ancaman maksimum dari pidana pokok sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 dan lamanya pidana tersebut
sudah ditentukan dalam putusan pengadilan.
Gugatan Perdata Kepada Ahli Warisnya.
Dalam hal terdakwa meninggal dunia pada
saat dilakukan pemeriksaan di sidang
pengadilan, sedangkan secara nyata telah ada
kerugian keuangan negara, maka penuntut
umum segera menyerahkan salinan berkas
berita acara sidang tersebut kepada Jaksa
Pengacara Negara atau diserahkan kepada
instsansi yang dirugikan untuk dilakukan
gugatan perdata kepada ahli warisnya.
MEKANISME PEMERIKSAAN
1. PENUNTUTAN
2. PEMERIKSAAN AKHIR.
3. PEMERIKSAAN PENDAHULUAN
a. Pembacaan Surat Dakwaan
b. Eksepsi
c. Pemeriksaan saksi dan saksi ahli
d. Keterangan terdakwa
e. Pembuktian
f. Requisitor atau tuntutan pidana
g. Pledoi
h. Replik-Duplik
i. Kesimpulan
j. Putusan Pengadilan
LATIHAN
MASALAH PENYEBAB SASARAN RENCANA
AKSI
Moral rendah 1.Pendidikan
agama rendah.
2.Kemiskinan
3.Lingkungan
tidak kondusif
1.meningkatnya
pendidikan
agama
2. Berkurangnya
kemiskinan
3.Terwujudnya
lingkungan yang
kondusif
1.Pembinaan
mental
spiritual
2.Menyediakan
lapangan kerja
3.Melaksanakan
kantibmas
CONTOH :
Soal Postest
1. Siapa saja pejabat negara itu, dan sebutkan 3 tugas utama
pemerintah ?.
2. Dalam rangka mewujudkan Good Governance,
penyelenggaraan negara harus berpedoman kepada azas,
etika, dan prinsip good governance, sebutkan ?
3. Jelaskan kewajiban penyelenggara negara berdasarkan Tap
MPR no XI/MPR/1998.
4. Sebutkan jenis-jenis korupsi menurut UU No 20 Tahun
2001?
5. Apa peran Komisi Pemberantasan korupsi dalam upaya
percepatan pemberantasan korupsi?
6. Alasan apa KPK mengambil alih penyidikan atau penuntutan
terhadap pelaku tindak pidana korupsi dari kepolisian dan
kejaksaan?
7. Ada 3 Strategi apa yang perlu dilakukan dalam percepatan
pemberantasan korupsi, sebutkan?.
Tulis no absen
Anti korupsi hitam putih

More Related Content

What's hot

Teori ekonomi klasik vs teori ekonomi keynesian (1)
Teori ekonomi klasik vs teori ekonomi keynesian (1)Teori ekonomi klasik vs teori ekonomi keynesian (1)
Teori ekonomi klasik vs teori ekonomi keynesian (1)Puspita Ningtiyas
 
Sumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negaraSumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negaraNakano
 
Bab 5 lembaga lembaga anti korupsi di dindonesia
Bab 5 lembaga lembaga anti korupsi di dindonesiaBab 5 lembaga lembaga anti korupsi di dindonesia
Bab 5 lembaga lembaga anti korupsi di dindonesianatal kristiono
 
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar Tri Widodo W. UTOMO
 
Makalah kebijakan publik
Makalah kebijakan publikMakalah kebijakan publik
Makalah kebijakan publikMohammad Nawawi
 
Asas asas umum pemerintahan yang baik
Asas asas umum pemerintahan yang baikAsas asas umum pemerintahan yang baik
Asas asas umum pemerintahan yang baikFKP2B Cikarang
 
Penanggulangan Kasus Korupsi di Indonesia
Penanggulangan Kasus Korupsi di IndonesiaPenanggulangan Kasus Korupsi di Indonesia
Penanggulangan Kasus Korupsi di IndonesiaZaka Firma Aditya
 
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htnPengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htnDella Mega Alfionita
 
Hukum pasar modal
Hukum pasar modal Hukum pasar modal
Hukum pasar modal Isaka Yoga
 
Peran ekonomi pemerintah
Peran ekonomi pemerintahPeran ekonomi pemerintah
Peran ekonomi pemerintahSiti Sahati
 
Organ perseroan terbatas
Organ perseroan terbatasOrgan perseroan terbatas
Organ perseroan terbatasDua Dunia
 

What's hot (20)

Makalah korupsi
Makalah korupsiMakalah korupsi
Makalah korupsi
 
Makalah rule of law
Makalah rule of lawMakalah rule of law
Makalah rule of law
 
Organisasi Pemerintahan
Organisasi PemerintahanOrganisasi Pemerintahan
Organisasi Pemerintahan
 
Teori ekonomi klasik vs teori ekonomi keynesian (1)
Teori ekonomi klasik vs teori ekonomi keynesian (1)Teori ekonomi klasik vs teori ekonomi keynesian (1)
Teori ekonomi klasik vs teori ekonomi keynesian (1)
 
Sumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negaraSumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negara
 
Bab 5 lembaga lembaga anti korupsi di dindonesia
Bab 5 lembaga lembaga anti korupsi di dindonesiaBab 5 lembaga lembaga anti korupsi di dindonesia
Bab 5 lembaga lembaga anti korupsi di dindonesia
 
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
Sistem Politik Indonesia: Sebuah Pengantar
 
Administrasi Pembangunan
Administrasi PembangunanAdministrasi Pembangunan
Administrasi Pembangunan
 
Makalah kebijakan publik
Makalah kebijakan publikMakalah kebijakan publik
Makalah kebijakan publik
 
Asas asas umum pemerintahan yang baik
Asas asas umum pemerintahan yang baikAsas asas umum pemerintahan yang baik
Asas asas umum pemerintahan yang baik
 
Pelayanan terpadu
Pelayanan terpaduPelayanan terpadu
Pelayanan terpadu
 
Hukum pajak slide
Hukum pajak slideHukum pajak slide
Hukum pajak slide
 
Penanggulangan Kasus Korupsi di Indonesia
Penanggulangan Kasus Korupsi di IndonesiaPenanggulangan Kasus Korupsi di Indonesia
Penanggulangan Kasus Korupsi di Indonesia
 
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htnPengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
 
Hukum pasar modal
Hukum pasar modal Hukum pasar modal
Hukum pasar modal
 
Peran ekonomi pemerintah
Peran ekonomi pemerintahPeran ekonomi pemerintah
Peran ekonomi pemerintah
 
Organ perseroan terbatas
Organ perseroan terbatasOrgan perseroan terbatas
Organ perseroan terbatas
 
Deasy 2 (surat dakwaan)
Deasy 2 (surat dakwaan)Deasy 2 (surat dakwaan)
Deasy 2 (surat dakwaan)
 
281669604 makalah-kasus-korupsi
281669604 makalah-kasus-korupsi281669604 makalah-kasus-korupsi
281669604 makalah-kasus-korupsi
 
Makalah sistem ekonomi
Makalah sistem ekonomiMakalah sistem ekonomi
Makalah sistem ekonomi
 

Similar to Anti korupsi hitam putih

Tugas Pendidikan Kewarganegaraan Tentang Korupsi dan Pencegahannya
Tugas Pendidikan Kewarganegaraan Tentang Korupsi dan PencegahannyaTugas Pendidikan Kewarganegaraan Tentang Korupsi dan Pencegahannya
Tugas Pendidikan Kewarganegaraan Tentang Korupsi dan PencegahannyaSiti Nurjannah
 
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia windari27
 
PEN PENANG KORUPSI ke-1 _ 26 Maret 2022.pptx
PEN PENANG KORUPSI ke-1 _ 26 Maret 2022.pptxPEN PENANG KORUPSI ke-1 _ 26 Maret 2022.pptx
PEN PENANG KORUPSI ke-1 _ 26 Maret 2022.pptxdampitv
 
mengembangkan sikap anti korupsi dikalangan generasi muda
mengembangkan sikap anti korupsi dikalangan generasi mudamengembangkan sikap anti korupsi dikalangan generasi muda
mengembangkan sikap anti korupsi dikalangan generasi mudaSalma Van Licht
 
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, ethic...
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, ethic...Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, ethic...
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, ethic...Nadiatur Rakhma
 
KORUPTOR YANG KEHILANGAN RASA CINTA TANAH AIR
KORUPTOR YANG KEHILANGAN RASA CINTA TANAH AIRKORUPTOR YANG KEHILANGAN RASA CINTA TANAH AIR
KORUPTOR YANG KEHILANGAN RASA CINTA TANAH AIRZaitun Hakimiah NS
 
Presentasi Teknologi Teknologi Finansial (Fintech) Elemen 3D Krem_20231025_12...
Presentasi Teknologi Teknologi Finansial (Fintech) Elemen 3D Krem_20231025_12...Presentasi Teknologi Teknologi Finansial (Fintech) Elemen 3D Krem_20231025_12...
Presentasi Teknologi Teknologi Finansial (Fintech) Elemen 3D Krem_20231025_12...8gbagusindraslub
 
Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...
Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...
Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...basrizal82
 
Tugas analisis kebijakan publik uas
Tugas analisis kebijakan publik uasTugas analisis kebijakan publik uas
Tugas analisis kebijakan publik uasnetieli
 
sosiologi agama
sosiologi agamasosiologi agama
sosiologi agamabycycle
 
Pendidikan Anti Korupsi di Perguruan Tinggi
Pendidikan Anti Korupsi di Perguruan TinggiPendidikan Anti Korupsi di Perguruan Tinggi
Pendidikan Anti Korupsi di Perguruan TinggiErhaSyam
 

Similar to Anti korupsi hitam putih (20)

Bab i,234
Bab i,234Bab i,234
Bab i,234
 
Tugas Pendidikan Kewarganegaraan Tentang Korupsi dan Pencegahannya
Tugas Pendidikan Kewarganegaraan Tentang Korupsi dan PencegahannyaTugas Pendidikan Kewarganegaraan Tentang Korupsi dan Pencegahannya
Tugas Pendidikan Kewarganegaraan Tentang Korupsi dan Pencegahannya
 
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
 
PEN PENANG KORUPSI ke-1 _ 26 Maret 2022.pptx
PEN PENANG KORUPSI ke-1 _ 26 Maret 2022.pptxPEN PENANG KORUPSI ke-1 _ 26 Maret 2022.pptx
PEN PENANG KORUPSI ke-1 _ 26 Maret 2022.pptx
 
Korupsi
KorupsiKorupsi
Korupsi
 
mengembangkan sikap anti korupsi dikalangan generasi muda
mengembangkan sikap anti korupsi dikalangan generasi mudamengembangkan sikap anti korupsi dikalangan generasi muda
mengembangkan sikap anti korupsi dikalangan generasi muda
 
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, ethic...
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, ethic...Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, ethic...
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, ethic...
 
KORUPTOR YANG KEHILANGAN RASA CINTA TANAH AIR
KORUPTOR YANG KEHILANGAN RASA CINTA TANAH AIRKORUPTOR YANG KEHILANGAN RASA CINTA TANAH AIR
KORUPTOR YANG KEHILANGAN RASA CINTA TANAH AIR
 
Presentasi Teknologi Teknologi Finansial (Fintech) Elemen 3D Krem_20231025_12...
Presentasi Teknologi Teknologi Finansial (Fintech) Elemen 3D Krem_20231025_12...Presentasi Teknologi Teknologi Finansial (Fintech) Elemen 3D Krem_20231025_12...
Presentasi Teknologi Teknologi Finansial (Fintech) Elemen 3D Krem_20231025_12...
 
Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...
Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...
Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...
 
Presentation1 130903215347-(1)
Presentation1 130903215347-(1)Presentation1 130903215347-(1)
Presentation1 130903215347-(1)
 
Presentation1 130903215347-
Presentation1 130903215347-Presentation1 130903215347-
Presentation1 130903215347-
 
Tugas analisis kebijakan publik uas
Tugas analisis kebijakan publik uasTugas analisis kebijakan publik uas
Tugas analisis kebijakan publik uas
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
sosiologi agama
sosiologi agamasosiologi agama
sosiologi agama
 
Pendidikan Anti Korupsi di Perguruan Tinggi
Pendidikan Anti Korupsi di Perguruan TinggiPendidikan Anti Korupsi di Perguruan Tinggi
Pendidikan Anti Korupsi di Perguruan Tinggi
 
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsiMakalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
 
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsiMakalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
 
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsiMakalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
 
Anti korupsi
Anti korupsiAnti korupsi
Anti korupsi
 

More from Musanif Efendi

Materi jaringan komputer_dasar.pptx
Materi jaringan komputer_dasar.pptxMateri jaringan komputer_dasar.pptx
Materi jaringan komputer_dasar.pptxMusanif Efendi
 
Install mikrotik di virtualbox
Install mikrotik di virtualboxInstall mikrotik di virtualbox
Install mikrotik di virtualboxMusanif Efendi
 
Bahan bacaan-modul-a-komunikasi-data-profesional
Bahan bacaan-modul-a-komunikasi-data-profesionalBahan bacaan-modul-a-komunikasi-data-profesional
Bahan bacaan-modul-a-komunikasi-data-profesionalMusanif Efendi
 
ANTI KORUPSI POLA BARU
ANTI KORUPSI POLA BARUANTI KORUPSI POLA BARU
ANTI KORUPSI POLA BARUMusanif Efendi
 
Sistem prajab pola baru
Sistem prajab pola baruSistem prajab pola baru
Sistem prajab pola baruMusanif Efendi
 
Penjelasan aktual prajab gil.iii basel
Penjelasan aktual prajab   gil.iii baselPenjelasan aktual prajab   gil.iii basel
Penjelasan aktual prajab gil.iii baselMusanif Efendi
 
Algoritma dan-pemrograman
Algoritma dan-pemrogramanAlgoritma dan-pemrograman
Algoritma dan-pemrogramanMusanif Efendi
 
Aulia Presentation For Computer Examination 2012
Aulia Presentation For Computer Examination 2012Aulia Presentation For Computer Examination 2012
Aulia Presentation For Computer Examination 2012Musanif Efendi
 
Aulia Presentation For Computer Examination 2012
Aulia Presentation For Computer Examination 2012Aulia Presentation For Computer Examination 2012
Aulia Presentation For Computer Examination 2012Musanif Efendi
 
Axell Final Test For Computer Presentation 2012
Axell Final Test For Computer Presentation 2012Axell Final Test For Computer Presentation 2012
Axell Final Test For Computer Presentation 2012Musanif Efendi
 
Sandrina Presentation For Computer Final Test
Sandrina Presentation For Computer Final TestSandrina Presentation For Computer Final Test
Sandrina Presentation For Computer Final TestMusanif Efendi
 
Fajri final test Presentation by using power point 2012
Fajri final test Presentation by using power point 2012Fajri final test Presentation by using power point 2012
Fajri final test Presentation by using power point 2012Musanif Efendi
 

More from Musanif Efendi (18)

Soalprogdasx
SoalprogdasxSoalprogdasx
Soalprogdasx
 
Materi jaringan komputer_dasar.pptx
Materi jaringan komputer_dasar.pptxMateri jaringan komputer_dasar.pptx
Materi jaringan komputer_dasar.pptx
 
Install mikrotik di virtualbox
Install mikrotik di virtualboxInstall mikrotik di virtualbox
Install mikrotik di virtualbox
 
Bahan bacaan-modul-a-komunikasi-data-profesional
Bahan bacaan-modul-a-komunikasi-data-profesionalBahan bacaan-modul-a-komunikasi-data-profesional
Bahan bacaan-modul-a-komunikasi-data-profesional
 
ANTI KORUPSI POLA BARU
ANTI KORUPSI POLA BARUANTI KORUPSI POLA BARU
ANTI KORUPSI POLA BARU
 
Sistem prajab pola baru
Sistem prajab pola baruSistem prajab pola baru
Sistem prajab pola baru
 
ETIKA PUBLIK
ETIKA PUBLIKETIKA PUBLIK
ETIKA PUBLIK
 
Nasionalisme
Nasionalisme Nasionalisme
Nasionalisme
 
DINAMIKA KELOMPOK
DINAMIKA KELOMPOKDINAMIKA KELOMPOK
DINAMIKA KELOMPOK
 
Penjelasan aktual prajab gil.iii basel
Penjelasan aktual prajab   gil.iii baselPenjelasan aktual prajab   gil.iii basel
Penjelasan aktual prajab gil.iii basel
 
Algoritma dan-pemrograman
Algoritma dan-pemrogramanAlgoritma dan-pemrograman
Algoritma dan-pemrograman
 
Flowchart
FlowchartFlowchart
Flowchart
 
Aulia Presentation For Computer Examination 2012
Aulia Presentation For Computer Examination 2012Aulia Presentation For Computer Examination 2012
Aulia Presentation For Computer Examination 2012
 
Aulia Presentation For Computer Examination 2012
Aulia Presentation For Computer Examination 2012Aulia Presentation For Computer Examination 2012
Aulia Presentation For Computer Examination 2012
 
Axell Final Test For Computer Presentation 2012
Axell Final Test For Computer Presentation 2012Axell Final Test For Computer Presentation 2012
Axell Final Test For Computer Presentation 2012
 
Sandrina Presentation For Computer Final Test
Sandrina Presentation For Computer Final TestSandrina Presentation For Computer Final Test
Sandrina Presentation For Computer Final Test
 
Fajri final test Presentation by using power point 2012
Fajri final test Presentation by using power point 2012Fajri final test Presentation by using power point 2012
Fajri final test Presentation by using power point 2012
 
Bisnis kompor air
Bisnis kompor airBisnis kompor air
Bisnis kompor air
 

Recently uploaded

alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 

Anti korupsi hitam putih

  • 1. PERCEPATAN PEMBERANTASAN KORUPSI FASILITATOR CHOIRUDDIN, S.Pd. BADAN DIKLAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 2015
  • 2. PENGERTIAN KORUPSI Istilah korupsi berasal dari bahasa latin corruptio yaitu penyuapan; coruptore yaitu meruksak, dalam bahasa Inggris corruption, dalam bahasa Belanda corruptie , arti harfiahnya dari korupsi dapat berupa : 1) Kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan, dan ketidak jujuran (S. Wojowasito – WJS Poerwadarminta, Kamus Lengkap Inggris Indonesia, Indonesia- Inggris, Penerbit Hasta, Bandung). 2) Perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya (W.J.S. Poerwadarminta , Kamus Umum Bahasa Indonesia, Penerbit Balai Pustaka, 1976).
  • 3. Dalam arti sosial korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan uang milik negara atau perusahaan dan sebagainya untuk kepentingan pribadi dan orang lain. Kolusi adalah pemupakatan atau kerjasama secara melawan hukum antara penyelenggara negara atau antara penyelenggara negara dan pihak lain yang merugikan orang lain, masyarakat, dan atau negara. Nepotisme adalah setiap perbuatan bagi penyelenggara negara secara melawan hukum yang menguntungkan kepentingan keluarga atau kroni, dengan tidak menghiraukan kepentingan orang lain..
  • 4. MENURUT HARTANTI: 1. Korupsi, penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaan dan sebagainya) untuk kepentingan pribadi dan orang lain; 2. Korupsi : busuk, ruksak, suka memakai barang atau uang yang dipercayakan kepadanya; dapat disogok (melalui kekuasaannya untuk kepentingan pribadi)
  • 5. UNDANG-UNDANG NO 20/2001 : 1. Melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi. 2. Perbuatan melawan hukum 3. Merugikan keuangan negara atau perekonomian 4. Menyalahgunakan kekuasaan, kesempatan atas sarana yang ada padanya karena jabatan dan kedudukannya dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain.
  • 6. Kelompok Delik Korupsi (UU 20 Tahun 2001) 1. Kelompok delik yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara (pasal 2,3 UU no. 31 Tahun 1999). 2. Kelompok delik penyuapan, baik aktif (yang menyuap) maupun pasif (yang menerima suap (pasal 5,11,12). 3. Kelompok delik penggelapan (pasal 8 dan 10 ) 4. Kelompok delik pemerasan dalam jabatan (pasal 12e dan f) 5. Kelompok delik yang berkaitan dengan pemborongan, leveransir, dan rekanan
  • 7. SIFAT-SIFAT KORUPSI • Korupsi Yang Bermotif Terselubung. Yakni korupsi secara sepintas kelihatannya bermotif politik, tetapi secara tersembunyi sesungguhnya bermotif mendapatkan uang semata. Contoh seorang pejabat menerima uang suap dengan janji akan menerima si pemberi suap menjadi pegawai negeri atau diangkat dalam suatu jabatan. Namun dalam kenyataannya setelah menerima suap, pejabat itu tidak memperdulikan lagi janjinya kepada orang yang memberi suap tersebut, yang pokok adalah mendapatkan uang tersebut.
  • 8. 2. Korupsi Yang Bermotif Ganda. Yakni seseorang melakukan korupsi secara lahiriah kelihatannya bermotif mendapatkan uang, tetapi sesungguhn bermotif lain, yakni kepentingan politik. semata. Contoh seorang yang membujuk dan menyogok seorang pejabat agar dengan menyalah gunakan kekuasaannya, pejabat itu dalam mengambil keputusan memberikan suatu fasilitas pada si pembujuk itu, meskipun sesungguhnya si pembujuk (penyogok) tidak memikirkan apahkah fasilitas itu akan memberikankepadanya.
  • 9. TIPOLOGI KORUPSI 1. Korupsi Transaktif, yaitu korupsi yang terjadi atas kesepakatan di antara seorang donor dengan resipien untuk keuntungan kedua belah pihak; 2. Korupsi Ekstortif, yaitu korupsi yang melibatkan penekanan dan pemaksaan untuk menghindari bahaya bagi mereka yang terlibat atau orang-orang yang dekat dengan pelaku korupsi. 3. Korupsi Investif. Yaitu korupsi yang berawal dari tawaran yang merupakan investasi untuk mengantisipasi adanya keuntungan di masa datang. 4. Korupsi Nepostik, yaitu korupsi yang terjadi karena perlakuan khusus baik dalam pengangkatan kantor publik maupun pemberian proyek-proyek bagi keluarga dekat.
  • 10. 5. Korupsi Otogenik, yaitu korupsi yang terjadi ketika seorang pejabat mendapat keuntungan karena memiliki pengetahuan sebagai orang dalam (insider information) tentang berbagai kebijakan publik yang seharusnya dirahasiakan. 6. Korupsi Supportif, yaitu perlindungan atau penguatan korupsi yang menjadi intrik kekuasaan dan bahkan kekerasan, dan 7. Korupsi Defensif. Yaitu korupsi yang dilakukan dalam rangka mempertahankan diri dari pemerasan.
  • 11. CIRI-CIRI KORUPSI 1. Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu orang. 2. Korupsi pada umumnya dilakukan secara rahasia. 3. Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik. 4. Mereka yang mempraktikan cara-cara korupsi biasanya berusaha untuk menyelubungi perbuatannya dengan berlindung di balik pembenaran hukum. 5. Mereka yang terlibat korupsi menginginkan keputusan yang tegas dan mampu untuk mempengaruhi keputusan- keputusan itu. 6. Setiap perbuatan korupsi mengandung penipuan, biasanya dilakukan oleh Badan Publik atau umum (masyarakat). 7. Setiap bentuk korupsi adalah suatu penghianatan kepercayaan.
  • 12. PENYEBAB KORUPSI BPKP : (1) moral yang rendah (2) sanksi yang lemah, (3) disiplin yang rendah, (4) sifat kehidupan yang konsumtif, (5) kurangnya pengawasan dalam organisasi, (6) contoh dari atasan, (7) wewenang yang berlebihan, (8) tersedianya kesempatan, (9) budaya untuk memberi upeti, (10)lemahnya pengawasan eksternal, (11)lemahnya peran legislatif, (12)peraturan yang tidak jelas, (13)pengaruh lingkungan, (14)penghasilan yang rendah,
  • 13. HARTANTI : 1. Lemahnya pendidikan agama dan etika 2. Kolonialisme, suatu pemerintahan asing tidak menggugah kesetiaan dan kepatuhan yang diperlukan untuk membendung korupsi 3. Kurangnya pendidikan. Namun kenyataan korupsi dilakukan oleh para koruptor yang memiliki pendidikan tinggi. 4. Kemiskinan, korupsi di Indonesia bukan disebabkan oleh kemiskinan tapi keserakahan. 5. Tidak adanya sanksi yang keras 6. Kelangkaan lingkungan yang subur untuk pelaku korupsi 7. Struktur pemerintahan 8. Perubahan radikal, pada saat sistem nilai mengalami perubahan radikal, korupsi muncul sebagai suatu penyakit transisional. 9. Keadaan masyarakat. Korupsi dalam suatu birokrasi bisa mencerminkan keadaan masyarakat secara keseluruhan.
  • 14. Hamzah (2005), membuat asumsi atau hipotesis penyebab korupsi, adalah : 1. Kurangnya gaji atau pendapatan Pegawai negeri dibandingkan dengan kebutuhan yang makin hari makin meningkat; 2. Kebudayaan atau kultur Indonesia yang merupakan sumber atau sebab meluasnya korupsi; 3. Manajemen yang kurang baik dan Kontrol yang kurang efektif dan efisien; 4. modernisasi;
  • 15. AKIBAT DARI KORUPSI 1.Berkurangnya kepercayaan terhadap pemerintah; 2.Berkurangnya kewibawaan pemerintah dalam masyarakat; 3.Menyusutnya penerimaan negara; 4.Rapuhnya keamanan dan ketahanan negara. 5.Perusak mental pribadi. 6.Hukum tidak lagi dihormati.
  • 16. PENYELENGGARAAN NEGARA YANG BERSIH DAN BEBAS DARI KORUPSI,KOLUSI, DAN NEPOTISME Pengertian Negara : Menurut Sumantri : Negara adalah suatu organisasi kekuasaan oleh karenanya dalam setiap organisasi yang bernama negara, selalu kita jumpai adanya organ atau alat perlengkapan yang mempunyai kemampuan untuk memaksakan kehendaknya kepada siapa pun juga yang bertempat tinggal di dalam wilayah kekuasaannya.
  • 17. Menurut Arief Budiman : Negara adalah lembaga yang memiliki kekuasaan yang sangat besar di dalam sebuah masyarakat. Negara dapat memaksakan kehendaknya kepada warga atau kelompok yang ada di masyarakat. Bahkan kalau perlu, negara memiliki keabsahan untuk menggunakan kekerasan fisik dalam memaksakan kepatuhan masyarakat terhadap perintah-perintah yang dikeluarkannya. Kekuasaan yang sangat besar ini diperoleh karena negara merupakan pelembagaan dari kepentingan umum. Sebagai lembaga yang mewakili kepentingan Umum, negara dapat memaksakan kehendaknya melawan kepentingan-kepentingan pribadi atau kelompok di masyarakat yang lebih kecil jumlahnya.
  • 18. TUJUAN NEGARA INDONESIA “kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.
  • 19. AZAS POKOK SISTEM PEMERINTAHAN REPUBLIK INDONESIA, 1.Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat), Negara Indonesia tidak berdasarkan atas kekuasaan (Machtsaat). 2.Sistem Konstitusional Pemerintah berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas) 3.Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan rakyat. Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat.
  • 20. 4. Presiden ialah pemegang kekuasaan pemerintah negara. Presiden ialah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi, karena Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar. Dalam menjalankan pemerintahan negara, kekuasaan dan tanggung jawab adalah di tangan presiden. 5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR. DPR hanya dapat mengusulkan pemberhentian Presiden. Presiden tidak bertanggung kepada DPR artinya kedudukan Presiden tidak tergantung kepada Dewan. 6. Presiden mengangkat dan memberhentikan Menteri- Menteri Negara. Menteri-Menteri itu tidak bertanggung jawab kepada DPR. Kedudukan menteri tergantung kepada Presiden. Menteri negara adalah pembantu Presiden. 7. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas
  • 21. PENYELENGGARA NEGARA. 1. Pejabat negara pada Lembaga Negara; 2. Menteri 3. Gubernur 4. Hakim 5. Pejabat negara yang lain, misalnya Kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa pebuh, Wakil Gubernur, dan Bupati/Walikota. 6. Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis, meliputi : Direksi, Komisaris, dan pejabat struktural lainnya pada BUMN/BUMD, Pimpinan Bank Indonesia dan Pimpinan Badan Penyehatan Perbankan Nasional, Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri; Pejabat eselon I dan pejabat lain yang disamakan di lingkungan sipil, militer, dan kepolisian Negara Republik Indonesia; Jaksa, Penyidik, Panitera Pengadilan, dan Pemimpin dan Bendaharawan Proyek.
  • 22. PEJABAT NEGARA 1. Presiden dan wakil presiden 2. Ketua, wakil ketua, dan anggota MPR 3. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota DPR 4. Ketua, wakil ketua, ketua muda, dan hakim agung Mahkamah Agung 5. Ketua, wakil ketua,anggota BPK 6. Menteri dan jabatan setingkat Menteri 7. Kepala Perwakilan RI di luar negeri yang berkedudukan sebagai duta besar luar biasa dan berkuasa penuh 8. Gubernur dan Wakil Gubernur 9. Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Wakil Walikota 10. Pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh
  • 23. PEGAWAI NEGERI Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan pereaturan perundangan- undangan yang berlaku.
  • 24. JENIS-JENIS PEGAWAI NEGERI PEGAWAI NEGERI PEGAWAI NEGERI SIPIL ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA PEGAWAI NEGERI SIPIL PUSAT PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH
  • 25.
  • 26.
  • 27. AZAS-AZAS UMUM PENYELENGGARAAN NEGARA 1. AZASKEPASTIAN HUKUM, adalah azas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundangan-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara negara. 2. AZAS TERTIB PENYELENGGARAAN NEGARA Adalah azas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam mengendalikan penyelenggara negara. 3. AZAS KEPENTINGAN UMUM Adalah azas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif. 4. AZAS KETERBUKAAN Adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak azasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
  • 28. 5. AZAS PROPORSIONALITAS, Adalah azas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara negara. 6. AZAS PROFESIONALISME, adalah azas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 7. AZAS AKUNTABILITAS, Adalah azas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
  • 29. ETIKA KEHIDUPAN BERBANGSA SEBAGAI PEDOMAN PENYELENGGARAAN NEGARA YANG BAIK DAN BERSIH 1. KEJUJURAN 2. AMANAH 3. KETELADANAN 4. SPORTIVITAS 5. DISIPLIN 6. ETOS KERJA 7. KEMANDIRIAN 8. SIKAP TOLERANSI 9. RASA MALU 10. TANGGUNG JAWAB 11. MENJAGA KEHORMATAN SERTA MARTABAT DIRI SEBAGAI WARGA BANGSA
  • 30. PRINSIP GOOD GOVERNANCE 1. Participation, Setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi dibagun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara secara konstruktif. 2. Rule of Law, Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu, terutama hukum untuk hak azasi manusia 3. Transprarency Tranfaransi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi. Proses- proses,lembaga-lembaga, dan informasi secara langsung dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan, informasi harus dapat dipahami dan dapat dimonitor 4. Responsiveness, lembaga-lembaga dan proses-proses harus mencoba untuk melayani stakeholders. 5. Consensus orientation, Good governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk mmemperoleh pilihan-pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baik dalam hal kebijakan-kebijakan maupun prosedur- prosedur.
  • 31. 6. Equity, semua warga negara, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kesempatan untuk meningkatkan atau menjaga kesejahteraan mereka. 7. Efektiveness and efisiency. proses-proses dan lembaga-lembaga menghasilkan sesuai dengan apa yang telah digariskan dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia sebaik mungkin. 8. Accountability, Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan masyarakat sipil bertanggung jawab kepada publik dan lembaga- lembaga stakeholder. 9. Strategic vision, Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif good governance dan pengembangan manusia yang luas dan jauh ke depan, sejalan dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan semacam itu.
  • 32.
  • 33. DASAR HUKUM 1. UU No 3/1971 tentang Pemberantasan Korupsi. 2. UU No 28/1999 tentang Penyelenggara negara yang bersih dan bebas dari KKN 3. Tap MPR XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme. 4. UU No 31/1999 tentang Pemberantasan tindak pidana korupsi. 5. UU No 20 tahun 2001 tentang Perubahan UU no 31/1999. 6. UU no 30/2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 7. Inpres no 5/2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi
  • 34. HAK-HAK PENYELENGGARA NEGARA (TAP MPR XI/MPR/1998) 1. Menerima gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku; 2. menggunakan hak jawab terhadap setiap teguran, tindakan dari atasannya, ancaman hukuman, dan kritik masyarakat; 3. menyampaikan pendapat di muka umum secara bertanggung jawab sesuai dengan wewenangnya; dan 4. mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
  • 35. KEWAJIBAN PENYELENGGARA NEGARA (TAP MPR XI/MPR/1998) 1. Mengucapkan sumpah dan janji sesuai dengan agamanya sebelum memangku jabatan 2. Bersedia diperiksa kekayaannya sebelum, selama dan setelah menjabat; 3. Melaporkan dan mengumumkan kekayaannya sebelum dan setelah menjabat; 4. Tidak melakukan perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme; 5. Melaksanakan tugas tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras, dan golongan 6. Melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab dan tidak melakukan perbuatan tercela, tanpa pamrih baik untuk kepentingan pribadi, keluarga, kroni, maupun kelompok, dan tidak mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku; dan 7. Bersedia menjadi saksi dalam perkara korupsi, kolusi, dan nepotisme serta dalam perkara lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
  • 36. 1. Memperoleh Gaji yang layak sesuai dengan tanggungjawabnya 2. Memperoleh cuti 3. Memperoleh perawatan bagi yang ditimpa oleh suatu kecelakaan dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya yang mengakibatkan tidak dapat bekerja dalam jabatan apapun 4. Memperoleh uang duka bagi keluarga PNS yang tewas 5. Memperoleh pensiun bagi yang telah memenuhi syarat 6. Memperoleh kenaikan gaji dan kenaikan pangkat 7. Menjadi peserta askes dan taspen HAK-HAK BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL
  • 37. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENYELENGGARA NEGARA (TAP MPR XI/MPR/1998) 1. Membersihkan penyelengaraan negara dari KKN dengan memberikan sanksi yang berat sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, meningkatkan efektivitas pengawasan dan mengembangkan etika dan moral. 2. Meningkatkan kualitas aparatur negara dengan memperbaiki kesejahteraan dan keprofesionalan serta memberlakukan sistem karier dan prestasi kerja dengan menitik beratkan kepada prestasi kerja. 3. Melakukan pemeriksaan terhadap kekayaan pejabat negara dan pejabat pemerintah sebelum dan sesudah memangku jabatan dengan tetap menjungjung hukum dan Ham. 4. Meningkatkan fungsi keprofesionalan birokrasi dalam melayani masyarakat adan akuntabilitasnya dalam mengelola kekayaan negara secara tranfaran, bersih, dan bebas dari penyalahgunaan kekuasaan. 5. Meningkatkan kesejahteraan pegawaii negeri untuk menciptakan aparatur yang bebas KKN, bertanggung jawab, profesional, produktif dan efesien, memantapkan netralitas politik pegawai negeri dengan menghargai hak-hak politiknya.
  • 38. KOMISI PEMERIKSA (UU 28/1999 Pasal 10) Untuk mewujudkan Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Presiden selaku Kepala Negara membentuk Komisi Pemeriksa. Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara yang selanjutnya disebut komisi Pemeriksaan, adalah lembaga independen yang akan melaksanakan tugas dan fungsinya bebas dari pengaruh kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif”.
  • 39. TUGAS DAN WEWENANG KOMISI PEMERIKSA 1. Melakukan pemantauan dan klarifikasi atas harta kekayaan penyelenggara negara. 2. Meneliti laporan atau pengaduan masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau instansi pemerintah tentang dugaan adanya korupsi, kolusi, dan nepotisme terhadap penyelenggara negara yang bersangkutan; 3. Melakukan penyelidikan atas inisiatif sendiri mengenai harta kekayaan penyelenggara negara berdasarkan petunjuk adanya korupsi, kolusi, dan nepotisme terhadap penyelenggara negara yang bersangkutan.
  • 40. 4. Mencari dan memperoleh bukti-bukti, menghadirkan saksi-saksi untuk penyelidikan Penyelenggara Negara yang diduga melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme atau meminta dokumen-dokumen dari pihak-pihak terkait dengan penyelidikan harta kekayaan Penyelenggara Negara yang bersangkutan. 5. Jika dianggap perlu, selain meminta bukti kepemilikan sebagian atau seluruh harta kekayaan Penyelenggara Negara yang diduga diperoleh dari korupsi, kolusi dan nepotisme selama mmenjabat sebagai Penyelenggara Negara, juga meminta pejabat yang berwenang membuktikan dugaan tersebut sesuai dengan ketentuan perundang- undangan yang berlaku.
  • 41. • KPK berwenang mengambil alih penyidikan dan penuntutan, untuk : 1. Adanya laporan masyarakat mengenai tindak pidana korupsi yang tidak dilanjuti: 2. Proses penanganan tindak pidana korupsi yang berlarut-larut; 3. Adanya unsur nepotisme yang melindungi pelaku korupsi; 4. Adanya campur tangan pihak eksekutif, legislatif, dan yudikatif; 5. Alasan lain yang menyebabkan penanganan tindak pidana korupsi sulit dilaksanakan.
  • 42. KEWENANGAN KPK DALAM PENYIDIKAN, PENYELIDIKAN, DAN PENUNTUTAN 1. Melakukan penyadapan pembicaraan 2. Memerintahkan untuk cekal 3. Meminta data keuangan pada bank dan memblokir rekening tersangka 4. Meminta data kekayaan dan perpajakan tersangka 5. Menghentikan transaksi keuangan, perdagangan dan pencabutan ijin lisensi serta konsesi yang dimiliki tersangka. 6. Meminta bantuan interpol untuk pencarian dan penyitaan aset tersangka di luar negeri 7. Meminta bantuan polisi untuk melakukan penangkapan, penahanan, penggeladahan, dan penyitaan.
  • 43. KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI (UU 20/2001) TUGASNYA : 1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; 2. Suvervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; 3. melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi; 4. melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; 5. melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara;
  • 44. Wewenang KPK: 1. Mengkoordinasikan penyilidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi; 2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi; 3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi lain yang terkait; 4. Melaksanakan dengan pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; 5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi;
  • 45.
  • 46. Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat Dan Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan Dan Pemberantasan Korupsi
  • 47. PERAN SERTA MASYARAKAT 1. Hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi tentang penyelenggaraan negara; 2. Hak untuk memperoleh pelayanan yang sama dan adil dari penyelenggara negara; 3. Hak menyampaikan dan pendapat secara pertanggung jawab terhadap kebijakan Penyelenggara negara; 4. Hak untuk memperoleh perlindungan hukum dalam hal : a. melaksanakan haknya sebagaimana dimaksud dalam butir 1 dan 2. b. Diminta hadir dalam proses penyelidikan, penyidikan, dan sidang pengadilan sebagai saksi, dan saksi ahli pelapor, dan saksi ahli, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
  • 48. KEJAKSAAN Tugas dan wewenang Kejaksaan Republik Indonesia : 1. Di bidang pidana : a. melakukan penuntutan b. melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh hukum; c. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana pengawasa, dan keputusan lepas bersyarat; d. melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang; e. melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaanya dikoordinasikan dengan penyidik. f. Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama dengan atau pemerintah.
  • 49. Wewenang kepolisian dalam proses pidana (Pasal 16). 1.melakukan penangkapan, penahanan, penggeladahan, dan penyitaan 2.melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan. 3.membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan 4.menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri; 5.melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat; 6.memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
  • 50. 7. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; 8. Mengadakan penghentian penyidikan; 9. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum; 10. Mengajukan permintaan secara langsung kepada imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka untuk melakukan tindak pidana; 11. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik PNS serta menerima hasil penyidikan penyidik PNS untuk diserahkan kepada penuntut umum; 12. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
  • 51.
  • 52. STRATEGI DALAM UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI 1. Strategi Persuasif yaitu berupa upaya untuk menghilangkan penyebab korupsi, menghilangkan peluang melakukan korupsi dan mencegah terjadinya korupsi. 2. Strategi detektif yaitu berupa upaya untuk menampilkan suatu informasi apabila korupsi sudah terjadi dan semaksimal mungkin dapat diidentifikasikan dalam waktu yang singkat. 3. Strategi Represif yaitu memproses korupsi yang sudah diidentifikasikan menurut ketentuan hukum secara cepat, tepat, dengan tingkat kepastian hukum yang tinggi melalui proses penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di persidangan/putusan pengadilan.
  • 54. INTRUKSI PRESIDEN KEPADA JAGUNG DAN KAPOLRI 1. mengoptimalkan upaya-upaya penyidikan/penuntutan terhadap tindak pidana korupsi untuk menghukum pelaku dan menyelamatkan uang negara. 2. Mencegah dan memberikan sanksi yang tegas terhadap penyalahgunaan wewenang yang dilakukan jaksa dan polisi dalam rangka penegakan hukum 3. Meningkatkan kerjasama kejaksaan dengan kepolisian selain BPKP dan Institusi negara yang terkait dengan upaya penagakan hukum, dan pengembalian kerugian keuangan negara akibat tiundakan korupsi
  • 55. RENCANA AKSI NASIONAL PEMBERANTASAN KORUPSI 1. Mendesain ulang pelayanan publik 2. Memperkuat tranfaransi, pengawasan, dan sanksi pada kegiatan-kegiatan pemerintah yang berhubungan dengan ekonomi dan sumber daya manusia. 3. Meningkatkan pemberdayaan perangkat- perangkat pendukung pencegahan korupsi.
  • 56. JENIS HUKUMAN TINDAK PIDANA KORUPSI – Pidana Mati Dapat dipidana mati kepada setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, sebagaimana ditentukan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, yang dilakukan dalam ”keadaan tertentu”.
  • 57. 1. Melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi dan dapat merugikan keuangan negara. Pasal 2 ayat (1) UUPTPK :dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh tahun) dan denda paling sedikit Rp 200 juta, dan paling banyak Rp 1 Milyar. Pasal 2 ayat (2) UUPTPK bilamana tindak pidana sbgmana ayat (1) dilakukan dalam keadaan ttt, pidana mati dapat dijatuhkan 2. Menyalah gunakan kewenangan untuk menguntungkan diri sendiri, atau orang lain atau korporasi dan dapat merugikan keuangan negara. Pasal 3 UUPTPK : dipidana dengan pidana seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau denda paling sedikit Rp 50 juta, dan paling banyak Rp 1 Milyar
  • 58. 3. Menyuap Pegawai Negeri Pasal 5 ayat (1) huruf a : setiap orang yang memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya. Dipidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50 jt, dan paling banyak Rp 250 jt. 4. Menyuap Pegawai Negeri Pasal 5 ayat (1) huruf b : setiap orang yang memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatan Dipidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50 jt, dan paling banyak Rp 250 jt.
  • 59. 5. Memberi hadiah kepada pegawai negeri karena jabatannya Pasal 13 UUPTPK : Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda paling banyak Rp 150 jt, setiap orang yang memberi hadiah kepada pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatannya atau kedudukan tersebut . 6. Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima suap Pasal 5 ayat (2) UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima pemberian atau janji sebagmana dimaksud pasal 5 ayat (1) huruf a, dan b, dipidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50 jt, dan paling banyak Rp 250 jt.
  • 60. 7. Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima suap Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, pada hal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya. Pasal 12 huruf a UUPTPK : Dipidana dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat ) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200 jt dan paling banyak Rp 1 milyar.
  • 61. 8. Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima Hadiah Pasal 12 huruf b UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah, pada hal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yg bertentangan dengan kewajibannya, dipidana penjara seumur hidup / penjara paling singkat 4 (empat ) tahun dan paling lama 20 (duapuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1 M 9. Pegawai negeri / penyelenggara negara menerima hadiah Pasal 11 UUPTPK : Pegawai negerai atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga , bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya, dipidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 50 jt, dan paling banyak Rp 250 jt.
  • 62. 10. Menyuap Hakim Pasal 6 ayat (1) huruf a UUPTPK : Setiap orang yang memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Hakim dengan maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili, dipidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 150 jt, dan paling banyak Rp 50 jt. 11. Menyuap Advokat Pasal 6 ayat (1) huruf b UUPTPK : setiap orang yang memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili, dipidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 150 jt, dan paling banyak Rp 750 jt.
  • 63. 12. Hakim dan Advokat menerima suap Pasal 6 ayat (2) UUPTPK : Bagi hakim atau advokat yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau advokat yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, dipidana dengan pidana yg sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) 13. Hakim menerima suap Pasal 12 huruf (c) UUPTPK : Hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahuinya atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili, dipidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1 Milyar
  • 64. 14. Advokat menerima suap Pasal 12 huruf d UUPTPK : Seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili, dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1 Milyar.
  • 65. 15. Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan penggelapan. Pasal 8 UUPTPK : Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut, dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 150 jt, dan paling banyak Rp 750 jt.
  • 66. 16. Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi Pasal 9 UUPTPK : Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau sementara waktu, dengan sengaja memalsu buku- buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi, dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima ) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 50 jt, dan paling banyak Rp 250 jt. 17. Pegawai negeri merusakkan bukti Pasal 10 huruf a UUPTPK : Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan, menghancurkan , merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan di muka pejabat yang berwenang yang dikuasai karena jabatannya , dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 100 jt, dan paling banyak Rp 350 jt.
  • 67. 20. Pegawai negeri dan penyelenggara negara memeras Pasal 12 huruf e UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri, dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1 Milyar.
  • 68. 21. Pegawai negeri atau penyelenggara negara memeras Pasal 12 huruf g UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta atau menerima pekerjaan, atau penyerahan barang , seolah-olah merupakan utang kepada dirinya, pada hal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang, dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1 M
  • 69. 22. Pegawai negeri atau penyelenggara negara memeras pegawai negeri atau penyelenggara negara. Pasal 12 huruf f UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta atau menerima atau memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum seolah-olah pegawai negeri atau penyelenggara negara lain atau kas umum tersebut mempunyai utang kepadanya, pada hal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang, dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1 M.
  • 70. 23. Pemborong berbuat curang Pasal 7 ayat (1) huruf a UUPTPK : Pemborong akhli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau menjual bahan bangunan yang ada pada waktu menyerahkan bahan bangunan melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang atau keselamatan negara dalam keadaan perang, dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 100 jt, dan paling banyak Rp 350 jt. 24. Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang Pasal 7 ayat (1) huruf b UUPTPK : setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud huruf a, dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 100 jt, dan paling banyak Rp 350 jt.
  • 71. 25. Rekanan TNI/POLRI berbuat curang Pasal 7 ayat (1) huruf c : Setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang, dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 100 jt, dan paling banyak Rp 350 jt 26. Pengawas rekanan TNI / POLRI berbuat curang Pasal 7 ayat (1) huruf d UUPTPK : Setiap orang yang bertugas mengawasi barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud huruf c, dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 100 jt, n paling banyak Rp 350 jt.
  • 72. 27. Penerima barang TNI / POLRI membiarkan perbuatan curang Pasal 2 ayat (2) UUPTPK : Bagi orang yang menerima penyerahan bahan bangunan atau orang yang menerima penyerahan barang keperluan TNI dan / atau POLRI dan membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimna dmaksudkan dalam ayat (1) 28. Pegawai negeri atau penyelenggara negara menyerobot tanah negara sehingga merugikan orang lain Pasal 12 huruf a UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas telah menggunakan tanah negara yang diatasnya terdapat hak pakai, seolah-olah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, telah merugikan orang yang berhak, pada hal diketahuinya pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya. dipidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1 M
  • 73. 29. Pegawai negeri atau penyelenggara negara turut serta dalam pengadaan yang diurusnya Pasal 12 huruf i UUPTPK : Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan, yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruhnya atau sebagian ditugaskan untuk mengurusi atau mengawasi, dipidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1 M
  • 74. 30. Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima gratifikasi dan tidak lapor KPK Pasal 12 B UUPTPK : (1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut : a. Yang nilainya Rp 10 jt atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap, yang dilakukan oleh penerima gratifikasi; b. Yang nilainya kurang dari Rp 10 jt pembuktian bahwa gratifikasi tersebut adalah suap, oleh penuntut umum. (2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah pidana seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp 200 jt, dan paling banyak Rp 1 M
  • 75.
  • 76. Pidana Tambahan. 1. perampasan barang bergerak yang berwujud atau tidak berwujud atau barang bergerak tidak bergerak yang digunakan atau diperoleh dari tindak pidana korupsi. 2. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan harta yang diperoleh dari tindak pidana korupsi. 3. Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk paling lama 1 (satu) tahun; 4. Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh pemerintah kepada terpidana.
  • 77. 5. Jika terpidana tidak membayar uang pengganti paling lama 1 (satu) bulan sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut. 6. Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti maka terpidana dengan pidana penjara yang lamanya tidak memenuhi ancaman maksimum dari pidana pokok sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 dan lamanya pidana tersebut sudah ditentukan dalam putusan pengadilan.
  • 78. Gugatan Perdata Kepada Ahli Warisnya. Dalam hal terdakwa meninggal dunia pada saat dilakukan pemeriksaan di sidang pengadilan, sedangkan secara nyata telah ada kerugian keuangan negara, maka penuntut umum segera menyerahkan salinan berkas berita acara sidang tersebut kepada Jaksa Pengacara Negara atau diserahkan kepada instsansi yang dirugikan untuk dilakukan gugatan perdata kepada ahli warisnya.
  • 79. MEKANISME PEMERIKSAAN 1. PENUNTUTAN 2. PEMERIKSAAN AKHIR. 3. PEMERIKSAAN PENDAHULUAN a. Pembacaan Surat Dakwaan b. Eksepsi c. Pemeriksaan saksi dan saksi ahli d. Keterangan terdakwa e. Pembuktian f. Requisitor atau tuntutan pidana g. Pledoi h. Replik-Duplik i. Kesimpulan j. Putusan Pengadilan
  • 80. LATIHAN MASALAH PENYEBAB SASARAN RENCANA AKSI Moral rendah 1.Pendidikan agama rendah. 2.Kemiskinan 3.Lingkungan tidak kondusif 1.meningkatnya pendidikan agama 2. Berkurangnya kemiskinan 3.Terwujudnya lingkungan yang kondusif 1.Pembinaan mental spiritual 2.Menyediakan lapangan kerja 3.Melaksanakan kantibmas CONTOH :
  • 81. Soal Postest 1. Siapa saja pejabat negara itu, dan sebutkan 3 tugas utama pemerintah ?. 2. Dalam rangka mewujudkan Good Governance, penyelenggaraan negara harus berpedoman kepada azas, etika, dan prinsip good governance, sebutkan ? 3. Jelaskan kewajiban penyelenggara negara berdasarkan Tap MPR no XI/MPR/1998. 4. Sebutkan jenis-jenis korupsi menurut UU No 20 Tahun 2001? 5. Apa peran Komisi Pemberantasan korupsi dalam upaya percepatan pemberantasan korupsi? 6. Alasan apa KPK mengambil alih penyidikan atau penuntutan terhadap pelaku tindak pidana korupsi dari kepolisian dan kejaksaan? 7. Ada 3 Strategi apa yang perlu dilakukan dalam percepatan pemberantasan korupsi, sebutkan?. Tulis no absen