Absorpsi adalah proses penyerapan obat ke dalam aliran darah melalui berbagai rute seperti mulut, usus, kulit, dan lainnya. Proses ini dipengaruhi oleh sifat obat, kondisi permukaan penyerapan, dan mekanisme transportasi seperti difusi. Rute oral dan parenteral umumnya paling cepat dalam menyerap obat karena melewati saluran pencernaan dan hati.
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Absorpsi
1. Absorpsi
Absorpsi adalah proses pengambilan obat pada bagian permukaan tubuh/saluran
pencernaan/bagian lain dalam sistem organ ke aliran darah/pembuluh limfe.
Absorpsi penting, karena berapa jumlah obat yang dapat di absorpsi (diserap) berkaitan dengan
berapa jumlah obat yang dapat di distribusikan dan sampai ke tempat kerja.
Dalam proses absorpsi obat, tidaklah mudah, hal ini dikarenakan obat harus melewati barier
absorpsi. Barier absorpsi dapat merupakan epitelium di membran sel, dll.
Untu dapat melewati barier absorpsi, maka perlu adanya mekanisme transpor. Beberapa
mekanisme transpor absorpsi adalah:
1. Difusi pasif. Difusi pasif adalah pergerakkan obat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah. Bersifat spontan, non selektif, bergantung pada konsentarasi, proses ini akan berhenti
pada saat konsentrasi yang dicapai telah sama.
2. Difusi aktif: adalah pergerakkan zat yang melawan gradien konsentrasi sehingga perlu energi.
Karena adanya energi, maka pergerakkan obat dapat bergerak dari keadaan konsentrasinya
rendah ke konsentrasinya tinggi. Pergerakkan ini akan berhenti jika energi telah habis.
3. Difusi terfasilitasi: pada proses ini terdapat carrier yang memfasilitasi proses transpor.
Bersifat spesifik, karena hanya zat yang cocok dengan carrier sajalah yang dapat terbawa. Proses
ini tidak tergantung dari konsentrasi dan berhenti ketika carrier tidak ada lagi.
4. Pinositosis dan Fagositosis: jarang terjadi pada obat, umumnya terjadi pada sistem imun.
5. Osmosis: termasuk difusi pasif (difusi pelarut).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi absorpsi adalah:
1. Sifat fisikokimia (kelarutan, polimorfisme, dll).
2. Ukuran partikel
3. Sediaan obat
4. Dosis
5. Waktu kontak obat dengan permukaan absorpsi. Misalnya pada obat diare, peristaltik usus
cepat, namun obat diabsorpsi cepat sehingga waktu kontak obat dengan permukaan absorpsi
rendah.
6. Luas permukaan absorpsi,. Misalnya pada lansia, organ banyak yang mengalami degeneratif
sehingga luas permukaan absorpsi turun.
2. 7. Rute pemberian
8. pH absorpsi
9. Struktur membran
10. Aliran darah
Proses absorpsi pada beberapa rute pemberian obat:
1. Bukal/sublingual
2. Oral
3. Rektal
4. Dermal/kulit
5. Okular/mata
6. Nasal/hidung
7. Otic/telinga
8. Paru-paru
9. Parenteral
Rute Bukal/Sublingual
Pada rute ini:
Mukosa tervaskularisasi pada rongga mulut dan tenggorokan
Pembuluh darah banyak, namun membran tipis sehingga baik untuk zat yang tidak
terionisasi dan lipofil
Keuntungan: kerja cepat karena tidak melewati saluran cerna dan hati
Obat yang dapat digunakan: anti angin dan nitrogliserin.
Rute Oral
Dipengaruhi oleh:
1. Kondisi/patologik saluran cerna
2. pH saluran cerna
3. HA ↔ H(+) + A(-)
Jika lingkungan lebih bersifat asam, makakesetimbangan akan bergeser ke arah kiri, bergeser ke
arah non polar. Jika lingkungan lebih bersifat basa, maka kesetimbangan bergeser ke arah kanan,
bergeser ke arah polar.
Membran bersifat non polar, maka:
Jika obat bersifat asam lemah, maka absorpsi baik di lambung (pH asam). Jika obat bersifat basa
lemah, maka absorpsi baik di usus (pH basa).
Absorpsi minyak dan lemak, lebih baik diemulsikan terlebih dahulu, dipecah dalam bentuk asam
lemak dan gliserol. Jika masih dalam keadaan lemak (lipofil) susah dicerna oleh enzim.
3. Waktu kontak
4. Luas permukaan absorpsi, misalnya obat antasid. Sebaiknya diberikan dengan cara dikunyah
terlebih dahulu, karena menurunkan luas permukaan absorpsi sehingga efek/reaksi terhadap
asam lambung cepat/besar.
5. Motilitas
6. Pasokan darah
7. Makanan dan bahan lain
Mudah dalam penggunaan
Rute Rektal
Keuntungan:
pembuluh pada rektum dibagi menjadi 2 bagian, yaitu 2/3 bagian pembuluh pada rektum
melewati vena cava inferior, tidak melewati vena porta sehingga langsung dibawa ke
jantung dan menghasilkan kerja yang lebih cepat.
Tidak melewati hati sehingga lebih cepat.
Kelemahan:
koefisien absorpsi rendah karena dipengaruhi oleh kondisi rektum sehingga sebaiknya
digunakan jika kondisi rektum kosong.
Tidak praktis
Obat yang digunakan: pencahar, antiemeti untuk anak, obat panas untuk bayi, antipireti, dan
analgetik.
4. Rute Okular/Mata
Dapat digunakan untuk pengobatan lokal/sistemik
Hati-hati mengiritasi
Perhatikan pH sediaan, tonisitas, dan sterilitas
Obat yang digunakan: antiseptik mata dan antibiotik.
Rute Nasal/Hidung
Hati-hati mengiritasi
Mukosa hidung baik untuk absorpsi karena kerjanya cepat
Lokal/sistemik
Rute Telinga: diberika melalui telinga/otic
Rute Paru-Paru:
Terutama untuk zat yang bersifat gas (aerosol)
Di absorpsi melalui alveoli
Untuk kerja cepat
Diperlukan suatu alat khusus untuk pemberiannya
Contoh: obat asma.
Rute Dermal/Kulit:
Umumnya kulit tidak digunakan untuk obsorpsi hanya menghasilkan efek lokal saja.
Efek sistemik: transdermal, contohnya nitrogliserin.
Dipengaruhi oleh kondisi kulit, sehingga pemberiannya harus dibersihkan terlebih dahulu
pada kulit yang ingin diobati.
Untuk obat-lipo memakai basis minyak: absorpi rendah, lambat.
Untuk obat -lipo memakai basis air: absorpsi tinggi, cepat.
Untuk obat-hidro memakai basis minyak: absorpsi lumayan baik.
Untuk obat-hidro memakai basis air: tidak ada efek.
Rute Parenteral:
Dapat mempercepat kerja obat: menurunkan barier absorpsi.
Sangat tergantung dari pasokan darah.
Digunakan untuk obat kerja cepat yang tidak dapat diberikan secara oral.
Perlu penanganan khus dari dokter atau perawat.
Beberapa contoh rute parenteral: intravena (langsung ke pembuluh darah), intamuskular
(ke otot), intradermal (ke kulit), subkutan (di bawah kulit), dll