1. LAPORAN KASUS
Vitiligo
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Disusun oleh:
Devi Novitasari 120810014
Pembimbing:
dr. Muhammad Risman, Sp.KK
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
RSUD WALED KABUPATEN CIREBON
CIREBON
2022
2. i
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN
ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
LAPORAN KASUS
Vitiligo
Laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam
Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUD Waled Cirebon
Disusun Oleh:
Devi Novitasari 120810014
Cirebon, Juni 2022
Pembimbing,
dr. Muhammad Risman, Sp.KK
3. ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul
“Vitiligo”. Penulisan Laporan Kasus ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu tugas Pendidikan Profesi Dokter bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
di Rumah Sakit Umum Daerah Waled Cirebon. Saya menyadari sangatlah sulit
bagi saya untuk menyelesaikan tugas ini tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak sejak penyusunan sampai dengan terselesaikannya laporan kasus
ini. Bersama ini saya menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya serta
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. dr. Catur Setiya Sulistiyana, M.Med.Ed selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon yang telah
memberikan sarana dan prasarana kepada saya sehingga dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik.
2. dr. Muhammad Risman Sp.KK selaku pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing saya dalam
penyusunan laporan kasus ini.
3. dr. Frista Martha Rahayu, Sp.DV selaku pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing saya.
4. Orang tua beserta keluarga yang senantiasa memberikan do’a, dukungan
moral maupun material.
5. Serta pihak lain yang tidak mungkin saya sebutkan satu-persatu atas
bantuannya secara langsung maupun tidak langsung sehingga laporan
kasus ini dapat terselesaikan dengan baik.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan kasus ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Cirebon, Juni 2022
Penulis
4. iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................. i
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1
A. IDENTITAS PASIEN ..................................................................1
B. ANAMNESIS...............................................................................1
C. STATUS GENERALIS................................................................2
D. STATUS DERMATOLOGI ........................................................3
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG.................................................3
F. RESUME......................................................................................3
G. DIAGNOSIS BANDING.............................................................4
H. DIAGNOSIS KERJA...................................................................4
I. PEMERIKSAAN ANJURAN......................................................4
J. PENATALAKSANAAN .............................................................4
K. PROGNOSIS................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................5
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................18
5. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. MZA
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 12 Tahun
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Ciledug Kulon
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 6 Juni 2022
Ruang Pemeriksaan : Poli Kulit dan Kelamin RSUD Waled
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Perubahan warna kulit
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSUD WALED dengan keluhan
perubahan warna kulit menjadi putih pada wajah pasien sejak usia pasien
berumur 1 tahun. Perubahan warna kulit awalnya disadari oleh pasien hanya
sebatan garis yang kecil pada hidung yang makin lama meluas ke daerah
hidung hingga ke dagu serta terdapat perubahan warna kulit pada pipi kanan
dan kiri. Selama ini pasien hanya mengobati obat salep yang di beli mandiri di
apotek namun tidak ada perbaikan. Perubahan warna tidak disertai gatal,
nyeri, atau mati rasa.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat penyakit kulit sebelumnya disangkal
- Riwayat alergi makanan maupun obat-obatan disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga:
- Riwayat penyakit serupa di keluarga terdapat keluhan yang sama pada
kakak pasien
- Riwayat alergi di keluarga disangkal
6. 2
Riwayat Pribadi dan Sosial:
Pasien merupakan Pelajar SD yang sehari-hari bersekolah. Pasien tinggal
bersama orangtua dan kakaknya.
C. STATUS GENERALIS
Keadaaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Vital Sign :Nadi : 70 x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 36,5oC
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Simetris, deviasi septum (-), sekret (-)
Telinga : Bentuk daun telinga normal, sekret (-)
Mulut : Mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis (-)
Tenggorokan : T1 – T1 tenang , tidak hiperemis
Thorax : Simetris, retraksi (-)
Jantung : BJ I – II reguler, murmur (-), Gallop (-)
Paru : VBS (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-)
Abdomen : Supel, datar, BU (+) normal
KGB : tidak teraba pembesaran.
Ekstremitas : Akral hangat, edema sianosis
7. 3
D. STATUS DERMATOLOGI
Lokasi : a/r Facialis
Distribusi : Regional
Efloresensi : Makula depigmentasi, berbentuk tidak khas, tersusun tidak
teratur, batas tidak tegas
Gambar 1. Gejala klinis pada pasien Vitiligo
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
F. RESUME
Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSUD WALED dengan keluhan
perubahan warna kulit menjadi putih pada wajah pasien sejak usia pasien
berumur 1 tahun. Perubahan warna kulit awalnya disadari oleh pasien hanya
sebatan garis yang kecil pada hidung yang makin lama meluas ke daerah
hidung hingga ke dagu serta terdapat perubahan warna kulit pada pipi kanan
dan kiri. Selama ini pasien hanya mengobati obat salep yang di beli mandiri di
apotek namun tidak ada perbaikan. Perubahan warna tidak disertai gatal,
nyeri, atau mati rasa
Riwayat alergi sebelumnya disangkal. Riwayat penyakit serupa di
keluarga disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis pasien
dalam batas normal. Sesuai dengan hasil pemeriksaan didapatkan status
dermatologis ditemukan pada wajah tampak Makula depigmentasi, berbentuk
tidak khas, tersusun tidak teratur, batas tidak tegas
8. 4
G. DIAGNOSIS KERJA
Vitiligo
H. DIAGNOSIS BANDING
- Vitiligo
- Tinea versikolor
- Pitiriasis alba
I. PEMERIKSAAN ANJURAN
Pemeriksaan Histopatologis
J. PENATALAKSANAAN
Non-medikamentosa
1) Memberi informasi untuk menghindari pemicu yang dapat
memperparah keadaan seperti terpapar cahaya matahari dan trauma
2) Memberikan kortikosteroid topikal yang berguna untuk usaha
mengadakan repigmentasi
Medikamentosa
- Metilprednisolon 16 mg 2x1
- Mometasone cream 2x 1 oles
K. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanamtionam : dubia ad bonam
9. 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Vitiligo merupakan kelainan depigmentasi yang didapat disebabkan tidak
adanya melanosit pada epidermis, membran mukosa, mata maupun bulbus
dari rambut. Karakteristik lesi berupa makula ataupun bercak depigmentasi
yang berbatas tegas dan biasanya asimptomatik. Kelainan ini cenderung
progresif dan jarang mengalami regresi spontan. Vitiligo dapat mengenai
semua usia, namun biasanya lebih sering pada usia 10 - 30 tahun.1,2
B. PREVALENSI
Vitiligo ditemukan pada 0,1-2,9% populasi penduduk dunia, di usia
berapapun, tersering pada usia 10-40 tahun, dengan dominasi pada
perempuan. Di Amerika, sekitar 2 juta orang menderita vitiligo. Di Eropa
Utara dialami 1 dari 200 orang. Di Eropa, sekitar 0,5% populasi menderita
vitiligo. Di India, angkanya mencapai 4%. Prevalensi vitiligo di China sekitar
0,19%. Sebagian besar kasus terjadi sporadis, sekitar 10-38% penderita
memiliki riwayat keluarga dan pola pewarisannya konsisten dengan trait
poligenik.2
Umumnya vitiligo muncul setelah kelahiran, dapat berkembang di masa
anak-anak, onset usia rata-ratanya adalah 20 tahun. Sementara ahli
berpendapat vitiligo dijumpai baik pada pria maupun wanita, tidak berbeda
signifi kan dalam hal tipe kulit atau ras tertentu. Pada 25% kasus, dimulai
pada usia 14 tahun; sekitar separuh penderita vitiligo muncul sebelum berusia
20 tahun.2
C. ETIOLOGI
Vitiligo merupakan suatu kelainan poligenik multifaktorial dengan
patogenesis yang kompleks. Etiologi pasti penyakit ini belum diketahui, tetapi
virus mungkin merupakan salah satu etiologi vitiligo. Terdapat beberapa teori
yang menjelaskan tentang hilangnya melanosit epidermal pada vitiligo. Teori
patogenesis vitiligo yang paling berperan antara lain mekanisme autoimun,
10. 6
sitotoksik, biokimia, oksidan-antioksidan, dan neural. Teori konvergen
menyatakan faktor stres, akumulasi bahan toksik, mutasi, perubahan
lingkungan seluler, dan migrasi melanosit yang terganggu, mempunyai peran
dalam patogenesis. Beberapa penelitian juga menyatakan peran genetik yang
bermakna terhadap vitiligo. Penyebab pasti sampai saat ini masih belum
diketahui. Teori autoimun dibuktikan dengan temuan antibodi, serta
peningkatan sitokin dan molekul adhesi (IL-2, ICAM-1, TNF-α, dan IFN-γ)
yang penting untuk aktivasi sel T pada pasien vitiligo.1,2
D. FAKTOR PENCETUS
Ada beberapa faktor pencetus terjadinya vitiligo yaitu : ‰
a. Trauma Vitiligo sering timbul pada tempat yang sering mengalami
trauma disebut Koebner Phenomen (Isomorphic respon).
b. Sinar matahari
c. Pada kulit yang terbakar / terpapar sinar matahari dapat terjadi
vitiligo.
d. Emosi dan stress Sekitar 40% penderita vitiligo, mengalami emosi dan
stress lebih kurang 6 bulan sebelum timbul atau berkembangnya lesi
vitiligo.1,2
E. PATOFISIOLOGI
Patogenesis vitiligo belum dapat dijelaskan dengan pasti. Ada beberapa
hipotesis yang dikemukakan yaitu :
1. Autoimmune hipotesis
Merupakan teori yang banyak diterima, dimana immune sistem
tubuh akan menghancurkan melanosit. Pada vitiligo dapat dijumpai
autoantibodi terhadap antigen sistem melanogenik yang disebut
autoantibodi anti melanosit, yang bersifat toksik terhadap
melanosit dan menghambat pembentukan melanin.2
2. Neurogenik hipotesis
Beberapa bahan yang lepas dari ujung syaraf perifer pada kulit
seperti Neuropeptide-Y, merupakan bahan toksik terhadap
melanosit dan dapat menghambat proses melanogenesis.
Kemungkinan Neuropeptide-Y memegang peranan dalam
11. 7
patogenesis vitiligo melalui mekanisme neuroimmunity atau
neuronal terhadap melanosit. 2
3. Self- destruct
Teori oleh Lerner Mekanisme pertahanan yang tidak sempurna
pada sintesis melanin di dalam melanosit, menyebabkan
menumpuknya bahan toksik (campuran phenolik) yang
menghancurkan melanosit. Hipotesis ini berdasarkan pengaruh
bahan toksik yang dihasilkan oleh campuran kimia (phenol)
terhadap fungsi melanosit.2
4. Autocytotoxic hipotesis
Berdasarkan observasi, sewaktu terjadinya sintesis melanin,
terbentuk bahan kimia yang bersifat cytotoxic terhadap citoplasma
dari sel sehingga menyebabkan timbulnya kerusakan struktur yang
penting seperti mitochondria.2
5. Genetik hipotesis
Vitiligo diperkirakan dapat diturunkan secara khromosom
autosomal. Cacat genetik ini menyebabkan dijumpainya melanosit
yang abnormal dan mudah mengalami trauma, sehingga
menghalangi pertumbuhan dan diferensiasi dari melanosit.2
Gambar 2. Patofisiologi vitiligo segmental dan non segmental.3
12. 8
Gambar 3. Patogenesis Vitiligo yang berhubungan dengan terapi.3
F. KLASIFIKASI
Lesi pada vitiligo dapat diklasifikasikan berdasarkan perluasan dan
distribusi pada kulit. Secara luas vitiligo dapat dibagi atas :
1. Tipe lokalisata
a) Fokal : terdapat satu atau beberapa makula depigmentasi
pada beberapa lokasi yang tersebar.
b) Segmental : terdapat satu atau beberapa makula
depigmentasi yang lokalisasinya unilateral pada satu areal
tubuh. Sering dijumpai pada anak-anak.
c) Mukosal : makula depigmentasi hanya terdapat pada
membran mukosa.3
2. Tipe generalisata Merupakan tipe yang sering dijumpai, berupa
makula depigmentasi yang distribusinya tersebar luas pada seluruh
permukaan kulit. Pola yang sering dijumpai yaitu bilateral dan
simetris.
a) Acrofacial : makula depigmentasi yang terdapat pada
distal ekstremitas dan wajah.
b) Vulgaris : makula depigmentasi yang menyebar.
c) Campuran : acrofacial dan vulgaris atau segmental dan
acrofasial dan atau vulgaris. 3
3. Tipe universalis : proses depigmentasi yang luas mengenai hampir
seluruh tubuh dan hanya menyisakan sedikit daerah yang
mempunyai pigmentasi yang normal. Tipe ini jarang ditemukan.
13. 9
Gambar 4 . Klasifikasi perluasan dan ditribusi vitiligo.3
G. GEJALA KLINIS
Lesi vitiligo biasanya asimptomatik dimana tidak dijumpai rasa gatal dan
sakit, walaupun penderita dapat juga mengeluhkan terjadinya luka bakar
akibat sinar matahari pada daerah yang mengalami depigmentasi.
Karakteristik lesi pada vitiligo yaitu berupa makula atau bercak putih seperti
susu, berdiameter beberapa mm - cm dan berbentuk oval - bundar. Lesi
biasanya berbatas tegas dengan pinggir yang hiperpigmentasi dan lesi lebih
mudah dilihat pada penderita yang berkulit gelap atau agak kecoklatan.
Gambar 5. Gambaran Lokasi Predileksi Vitiligo.3
14. 10
Gambar 6. Gejala klinis Vitiligo segmental dan Non segmental.3
Lokasi depigmentasi paling sering dijumpai pada wajah, leher dan kulit
kepala dan daerah yang sering mendapat trauma seperti ekstensor dari lengan,
bagian ventral dari pergelangan tangan, bagian dorsal dari tangan dan digital
phalanges. Vitiligo juga dapat dijumpai pada bibir, genitalia, gingival, areola
dan puting susu. Depigmentasi dapat juga mengenai rambut pada kulit kepala
dimana rambut menjadi berwarna abu-abu ataupun putih, yang pada awalnya
hanya melibatkan sebagian kecil dari rambut. Perubahan warna tersebut dapat
juga terjadi pada rambut alis mata, bulu mata, pubis dan axilla.4,5.6
Dapat juga ditemukan variasi bentuk klinis vitiligo yaitu :
a) Trichrome vitiligo : vitiligo dengan lesi yang berwarna coklat muda
b) Quadrichrome vitiligo : adanya makula peri-follicular atau batas
hiperpigmentasi yang terlihat pada proses repigmentasi vitiligo.
c) Inflammatory vitiligo : lesi eritematosa dengan tepi yang
meninggi.4,5,6
15. 11
Gambar 7. Koebner’s Phenomenon. Pada fenomena Koebner, bercak vitiligo
berkembang sebagai suatu respons isomorfik terhadap gesekan atau tekanan
sebagai hasil berbagai aktivitas seperti: menyikat rambut, mengeringkan kulit
dengan handuk, memakai ikat pinggang atau arloji. Lesi vitiligo sering muncul di
tempat terjadinya microtraumas (Köbner phenomenon). Oleh karena itu,
perawatan kulit yang tepat dan menghindari microtraumas sangatlah penting.5
Gambar 8. Jenis lesi vitiligo.5
16. 12
H. DIAGNOSIS
Menegakkan diagnosa vitiligo pada umumnya berdasarkan gambaran
klinis yang khas yaitu adanya lesi depigmentasi berupa makula atau bercak
bewarna putih, berbatas tegas dengan pinggir yang hiperpigmentasi dan
mempunyai distribusi yang khas. Penderita vitiligo dengan kulit yang terang
(putih), agak sulit membedakan lesi vitiligo dengan kulit normal disekitarnya,
untuk keadaan ini dapat digunakan lampu wood yang memberikan hasil yaitu
makula yang amelanosit akan tampak putih berkilau. Pemeriksaan
histopatologi, juga diperlukan untuk menetapkan diagnosis dan membedakan
vitiligo dari penyakit depigmentasi yang lain. 6,7
Gambar 9. Diagnosis vitiligo.7
17. 13
Pemeriksaan Histopatologis
Pada lesi yang mengalami depigmentasi, dilakukan biopsi pada pinggir
lesi dan dilakukan pemeriksaan menggunakan mikroskop cahaya. Hasilnya
menunjukkan hilangnya sebagian atau seluruh sel melanosit pada epidermis
dan pada batas melanosit tampak dendrit yang besar dan panjang.
Pemeriksaan dapat juga dikonfirmasikan dengan menggunakan pewarnaan
histokimia yaitu pewarnaan dopa untuk tyrosinase yang merupakan enzim
khusus untuk melanosit dan pewarnaan Fontana-Mason untuk melanin. Pada
pemeriksaan elektron mikroskop, dijumpai jumlah sel-sel langerhans
meningkat pada daerah basal epidermis dibandingkan pada daerah tengah
epidermis. 6
I. PENATALAKSANAAN
Prinsip pengobatan vitiligo adalah pembentukan cadangan baru melanosit,
dimana diharapkan melanosit baru yang terbentuk akan tumbuh kedalam kulit
yang mengalami depigmentasi. Pengobatan vitiligo membutuhkan waktu,
dimana sel baru yang terbentuk akan mengalami proliferasi dan kemudian
bermigrasi ke dalam kulit yang mengalami depigmentasi, sehingga untuk
melihat respon pengobatan dibutuhkan waktu minimal 3 bulan.8,9
Berikut terapi yang dapat diberikan pada pasien vitiligo antara lain:
a. Tabir surya yaitu sunscreen atau tabir surya mencegah paparan sinar
matahari berlebih pada kulit. Hal ini dapat mengurangi kerusakan
akibat sinar matahari dan dapat mencegah terjadinya fenomena
Koebner.
b. Kosmetik yaitu banyak penderita vitiligo, terutama jenis vitiligo fokal,
menggunakan covermask kosmetik sebagai pilihan terapi
c. Repigmentasi yaitu berbagai cara yang dapat dilakukan untuk proses
repigmentasi adalah sebagai berikut:
1) Glukokortikoid Topikal
Sebagai awal pengobatan, terapi diberikan secara intermiten (4 minggu
pemakaian, 2 minggu tidak). Glukokortikoid topikal kelas I cukup praktis,
sederhana, dan aman untuk pemberian pada makula tunggal atau multipel.
18. 14
Jika dalam 2 bulan tidak ada respon, mungkin saja terapi tidak berjalan
efektif. Perlu dilakukan pemantauan tanda-tanda awal atrofi akibat
penggunaan kortikostreoid.8,9
2) Topikal inhibitor kalsineurin
Topikal inhibitor kalsineurin seperti tacrolimus dan pimecrolimus efektif
untuk repigmentasi vitiligo tetapi hanya didaerah yang terpapar sinar
matahari.
3) Topikal fotokemoterapi
Topikal fotokemoterapi menggunakan topikal 8-methoxypsoralen (8-MOP)
dan UVA. Prosedur ini diindikasikan untuk makula berukuran kecil. Hampir
sama dengan psoralen oral, mungkin diperlukan minimal 15 kali terapi
untuk inisiasi respon dan minimal 100 kali terapi untuk menyelesaikannya.
4) Fotokemoterapi sistemik
Fotokemoterapi sistemik dengan PUVA oral lebih praktis digunakan untuk
vitiligo yang luasUVB Narrow-band (311 nm) Efektivitas terapi ini hampir
sama dengan PUVA, namun tidak memerlukan psoralen. UVB adalah terapi
pilihan untuk anak kurang dari 6 tahun.
5) Laser Excimer (308 nm)
Terapi ini cukup efektif. Namun, sama seperti pada PUVA, proses
repigmentasi tergolong lambat. Terapi jenis ini sangat efektif untuk vitiligo
yang terdapat di wajah. 8,9
6) Immunomudulator sistemik
Tingkat keberhasilannya pada lebih dari 90% orang dewasa dan lebih dari
65% anak-anak dengan vitiligo adalah dari tingkatan baik sampai sangat
baik.
7) Topikal analog Vitamin D
Analog vitamin D, khususnya calcipotriol, telah digunakan untuk terapi
tunggal atau dikombinasikan dengan topikal steroid pada manajemen
vitiligo.
8) Topikal 5-Fluorouracil Topikal 5-Fluorouracil digunakan untuk
menginduksi repigmentasi pada lesi vitiligo dengan cara memperbesar
19. 15
stimulasi migrasi dari melanosit folikuler ke epidermis selama proses
epitelisasi.
9) Minigrafting
Teknik pembedahan dengan metode minigrafting cukup efektif untuk
mengatasi vitiligo dengan makula segmental yang stabil dan sulit diatasi.
10) Depigmentasi
Tujuan dari depigmentasi adalah kesatuan warna kulit pada pasien dengan
vitiligo yang luas atau pasien dengan terapi PUVA yang gagal, yang tidak
dapat menggunakan PUVA, atau pasien yang menolak pilihan terapi PUVA.
Terapi biasanya dianggap selesai setelah 10 bulan pemberian. Efek samping
termasuk dermatitis kontak, okronosis eksogen, dan leukomelanoderma en
confetti. Biasanya dibutuhkan waktu 9-12 bulan agar terjadi depigmentasi.8,9
TERAPI EDUKASI
Terapi edukasi yang dapat diberikan dalam pelayanan primer, yaitu:
a. Edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien
b. Memberi informasi untuk menghindari pemicu yang dapat
memperparah keadaan seperti terpapar cahaya matahari dan trauma
c. Memberikan kortikosteroid topikal yang berguna untuk usaha
mengadakan repigmentasi dan
d. Merujuk ke pelayanan sekunder, dalam hal ini adalah dokter spesialis
kulit dan kelamin.9
21. 17
J. PROGNOSIS
Perkembangan penyakit vitiligo sukar untuk diramalkan, dimana
perkembangan dari lesi depigmentasi dapat menetap, meluas ataupun
terjadinya repigmentasi. Biasanya perkembangan penyakit dari semua
tipe vitiligo bertahap, dan bercak depigmentasi akan menetap seumur
hidup kecuali diberi pengobatan. Sering diawali dengan perkembangan
yang cepat dari lesi depigmentasi dalam beberapa bulan kemudian
progresifitas lesi depigmentasi akan berhenti dalam beberapa bulan dan
menetap dalam beberapa tahun. Repigmentasi spontan terjadi pada 10-
20% pasien tetapi hasilnya jarang memuaskan secara kosmetik.9
22. 18
DAFTAR PUSTAKA
1. Birle AS, Spritz RA, Norris D. Vitiligo. Dalam: Gold Smith .Fitz Patrick’s
Dermatology in General Medicine. Edisi 8, New York. McGraw Hill
Medical;2012
2. Schallreuter KU, Salem MMAEL. Vitiligo: Was ist neu? Hautarzt
2010;61:578-85.
3. Alkhateeb A, Fain PR, Thody A, Bennett DC, Spritz RA. Epidemiology of
vitiligo and associated autoimmune diseases in Caucasian probands and their
families. Pigment Cell Res 2013;16(3):208-14
4. Shekhar Neema. Vitiligo. Medscape Education Clinical Briefs. Department of
Dermatology, Armed Forces Medical College, India; 2022.
5. Majid I. Vitiligo management: an update. BJMP. 2010; 3(3):332
6. Gude D. Vitiligo: Newer insights in pathophysiology and treatment. Indian J
Paediatr Dermatol 2012;13(1):27-33.
7. Hossani-Madani AR, Halder RM. Topical treatment and combination
approaches for vitiligo: New insights, new developments. G Ital Dermatol
Venereol 2010;145:57-78.
8. Geel NV, Speeckaert R, Taieb A, Picardo M, Bohm M, Gawkrodger DJ, et al.
Koebner’s phenomenon in vitiligo: European position paper. Pigment Cell
Melanoma Res. 2011; 24(3):564-73.
9. Ezzedine K, Gauthier Y, Leaute-Labreze C, Marquez S, Bouchtnei S, Jouary
T, et al. Segmental vitiligo associated with generalized vitiligo (mixed
vitiligo): a retrospective case series of 19 patiens. J Am Acad Dermatol.
2011; 65(5):965-71.