Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diare
1. 1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An.A DENGAN DIARE DI
RUANGAN ANAK RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
OLEH :
NAMA : Viony Berliana
NIM ; 211211824
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG
2022
2. 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan asuhan keperawatan yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien An.A dengan Diare di Rungan Anak
RSUP DR. M.DJAMIL Padang” pada waktu yang telah ditentukan. Laporan ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Proses Keperawatan Berpikir Kritis.
Dalam penyusunan makalah saya menyadari kelancaran dalam penyusunan
laporan ini tidak lain berkat dorongan dan bimbingan semua pihak, sehingga
kendala dan hambatan yang saya hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu saya
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ns. Rini Rahmayanti, M,Kep. Sp. Kep. Mat selaku dosen mata kuliah
Proses Keperawatan Berpikir Kritis
2. Orang tua yang senantiasa mendukung terselesaikannya laporan ini
3. Rekan-rekan seperjuangan dengan program studi S1 Keperawatan yang
saling mengingatkan dengan memotivasi saya dalam penyusunan laporan
ini.
Saya menyadari dalam penulisan laporan ini masih belum sempurna dan
memerlukan berbagai perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat dibutuhkan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca dan semua pihak
Padang, 20 Juli 2022
Penulis
3. 3
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL….............................................................................................iii
DAFTAR DIAGRAM……………..………………………..………...................iv
BAB I PENDAHULUAN…...................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah….....................................................................1
B. Tujuan Penulisan…..............................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…......................................................................12
A. Konsep Penyakit Diare…....................................................................19
1. Pengertian…...........................................................................19
2. Klasifikasi…..........................................................................19
3. Etiologi…...............................................................................21
4. Tanda dan Gejala/Manifestasi Klinis …...............................23
5. Patofisiologi….......................................................................28
6. WOC .……………………………………………………...32
7. Penatalaksanaan…………………….……………………...34
8. Pemeriksaan Penunjang….....................................................35
9. Komplikasi…….…................................................................39
B. Konsep Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare….........................40
1. Pengkajian….........................................................................42
4. 4
2. DiagnosaKeperawatan….......................................................44
3. Intervensi Keperawatan…......................................................46
4. Implementasi Keperawatan…................................................48
5. Evaluasi Keperawatan…........................................................50
BAB III LAPORAN KASUS…………………………………….....…………..52
1. Pengkajian Keperawatan…....................................................52
2. DiagnosaKeperawatan….......................................................60
3. Intervensi Keperawatan…......................................................61
4. Implementasi Keperawatan…................................................62
5. Evaluasi Keperawatan…........................................................77
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………..85
A. Kesimpulan ……………………………………………………...85
B. Saran……………………………………………………………..86
DAFTARPUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
7. 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dengan konsistensi
lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi lebih dari tiga kali dalam satu hari
(Mendri, 2018). Diare juga didefinisikan sebagai suatu kumpulan dari gejala
infeksi pada saluran pencernaan yang dapat disebabkan oleh beberapa organisme
seperti bakteri, virus, dan parasit (Mendri, 2018) World Health Organization
(WHO) pada tahun 2009 melaporkan bahwa diare merupakan penyebab nomor
satu kematian balita di dunia, dan United Nations Children’s Fund (UNICEF)
melaporkan setiap hari satu anak meninggal karena diare, hal ini banyak terjadi di
negara-negara berkembang seperti Indonesia. Diare merupakan salah satu
penyebab kematian dan kesakitan terutama pada anak balita. Kesakitan dan
kematian anak balita (dibawah umur 5 tahun) masih menunjukkan angka yang
cukup tinggi terutama di negara berkembang termasuk Indonesia sekitar 60 Juta
kasus setiap tahunnya, dari jumlah kasus tersebut 70-80% adalah anak dibawah
umur 5 tahun (Grafika, Sabilu, & Munandar, 2017). Penyakit diare masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di
Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi.Di Indonesia
diare merupakan penyebab kematian bayi 40.90%. (Kementerian Kesehatan RI,
2018)
Anak diartikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari 18 tahun dalam
masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus yaitu kebutuhan fisik, sosial,
8. 8
psikologis dan spiritual. Anak merupakan individu yang mengalami satu rentang
perubahan dimana perkembangan yang dimulai sejak bayi hingga remaja, dalam
proses perkembangannya anak memiliki ciri fisik, kognitif, pola koping, konsep
diri dan perilaku sosial (Nining, 2016). Rentang sehat sakit yaitu suatu batas
dimana dapat diberikan sebuah bantuan pelayanan keperawatan pada anak, suatu
kondisi anak yang berada dalam status kesehatan yang meliputi sejahtera, sehat
optimal, sehat, sakit, sakit kronis serta meninggal. Batasan dari sehat secara
umum dapat diartikan suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial
serta tidak hanya bebas dari suatu penyakit dan kelemahan yang memiliki ciri
yaitu meliputi memiliki kemampuan merefleksikan perhatian individu sebagai
manusia, memiliki pandangan terhadap sehat dalam konteks lingkungan baik
internal ataupun eksternal serta memiliki hidup yang kreatif dan produktif
(Hidayat, 2012).
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menyatakan angka
insiden diare terbanyak berdasarkan kelompok umur terjadi pada balita
umurdibawah 5 tahun, prevalensi diare di Indonesia menurut data provinsi yaitu
dengan prevalensi tertinggi terjadi di Sulawesi tengah dengan persentase (11,5%)
dan provinsi dengan prevalensi terendah di kepulauan riau dengan persentase
(4,5%) sedangkan prevalensi diare di Bali dengan persentase (8,0%) (Riskesdas,
2018). Laporan hasil riset kesehatan dasar provinsi bali tahun 2018 menyatakan
prevalensi insiden diare menurut Kabupaten/Kota, dengan prevalensi tertinggi di
buleleng dengan persentase (6,0%) dan prevalensi terendah di bangli dengan
persentase (2.9%) sedangkan Kabupaten Badung berada di urutan ke tiga dengan
presentase (4,2%). (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2018). Prevalensi diare
9. 9
tertinggi adalah pada anak umur 12-23 bulan (20,7%), diikuti umur 6-11 bulan
(17,6%) dan umur 23-45 bulan (15,3%). Dengan demikian seperti yang
diprediksi, diare banyak diderita oleh kelompok umur 6-35 bulan karena anak
mulai aktif bermain dan berisiko terkena infeksi (Riskesdas, 2018). Diare akut
dengan dehidrasi berat dapat menimbulkan dampak negatif pada balita antara lain
penurunan volume cairan tubuh ( hipovolemia ) yang menyebabkan berkurangnya
perfusi jaringan. Diare akut dengan dehidrasi berat akan menyebabkan volume
darah berkurang sehingga dapat terjadi dampak negatif pada bayi dan balita antara
lain syok hipovolemik dengan gejala-gejalanya
yaitu denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat, tekanan darah menurun,
pasien lemah, kesadaran menurun, dan diuresis berkurang, gangguan elektrolit,
gangguan keseimbangan asam basa, gagal ginjal akut, dan proses tumbuh
kembang balita terhambat yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup
balita di masa depan (Syoeti, 2008).
Dehidrasi memicu gangguan kesehatan, mulai dari gangguan ringan
seperti haus, suhu tubuh meningkat, mudah mengantuk, hingga penyakit berat
seperti penurunan fungsi ginjal dan dapat menyebabkan
hipovolemia.Hipovolemia adalah penurunan volume cairan intravaskuler,
interstisial, dan atau intraseluler (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).Tingginya
kasus diare dan komplikasi yang mengakibatkan kematian membutuhkan peran
petugas kesehatan untuk menurunkan angka kejadian diare.Perawat dapat
melakukan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, intervensi,
implementasi dan evaluasi. Dimana pengkajian yang dilakukan pada pasien balita
diare dengan masalah keperawatan hipovolemia berfokus pada keluhan utama
10. 10
berupa rasa lemah, mengeluh haus, suhu tubuh meningkat, membrane mukosa
kering, turgor kulit menurun, nadi teraba lemah, frekuensi nadi meningkat, karena
itu, pengobatan awal untuk mencegah dan mengatasi masalah hipovolemia sangat
penting pada balita dengan diare (Mendri, 2018). Diare mempunyai beberapa
masalah keperawatan yang menyertai, diantaranya adalah defisit nutrisi, risiko
hipovolemia, hipovolemia, risiko ketidakseimbangan elektrolit.
Kejadian diare di wilayah Sumatera Barat berada di urutan ke delapan dari
33 provinsi di Indonesia dengan persentase 7,1%. Berdasarkan karakteristik
penduduk, kelompok balita adalah kelompok yang paling tinggi menderita diare
(Riskesdas, 2013).Proporsi kejadian diare terbanyak pada balita adalah kelompok
umur dibawah 1 tahun. Jumlah penderita diare di Kota Padang dari berbagai
Puskemas pada tahun 2014 adalah 7.827 orang penderita diare dan terjadi
peningkatan yang bermakna pada tahun 2015 yaitu 9.616 orang. Berdasarkan data
tersebut didapatkan angka kejadian diare pada umur kurang dari satu tahun
sebanyak 53 anak di Puskesmas Alai Kota Padang.Angka ini termasuk tinggi
dibandingkan angka kejadian diare di puskesmas lainnya di Kota Padang (DKK,
2014; 2015).
Di Kota Padang, RSUP Dr. M. Djamil Padang merupakan rumah sakit
pemerintah tipe A yang menjadi rumah sakit rujukan. Pada tahun 2016, jumlah
pasien diare yang dirawat di Bagian Rawat Inap Anak RSUP Dr. M. Djamil
Padang adalah sebanyak 77 orang anak.Berdasarkan penjelasan diatas, maka
peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran hasil pemeriksaan feses pasien
diare di Bagian Rawat Inap Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2016.
11. 11
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk menggambarkan Asuhan Keperawatan Pada An.A dengan
Diare di Ruangan Anak RSUP Dr. M. DJamil Padangpada tahun 2022.
2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengidentifikasi pengkajian keperawatan pada anak A dengan
Diare di Ruangan Anak RSUP Dr. M. DJamil Padang pada tahun
2022.
2) Untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada anak A dengan
Diare di Ruangan Anak RSUP Dr. M. DJamil Padang pada tahun
2022.
3) Untuk mengidentifikasi intervensi keperawatan pada anak A dengan
Diare di Ruangan Anak RSUP Dr. M. DJamil Padang pada tahun
2022.
4) Untuk mengidentifikasi implementasi keperawatan pada anak A
dengan Diare di Ruangan Anak RSUP Dr. M. DJamil Padang pada
tahun 2022.
5) Untuk mengidentifikasi evaluasi keperawatan pada anak A dengan
Diare di Ruangan Anak RSUP Dr. M. DJamil Padang pada tahun
2022.
12. 12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1) Definisi
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya
bentuk tinja dengan intensitas buang air besar secara berlebihan lebih
dari 3 kali dalam kurun waktu satu hari (Prawati & Haqi, 2019).Diare
adalah kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, 2011).
Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan diare adalah
suatu keadaan dimana terjadi pola perubahan BAB lebih dari biasanya
(> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja lebih encer atau
berair dengan atau tanpa darah dan tanpa lendir.
WHO (2009), mengatakan diare adalah suatu keadaan buang air
besar(BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih
daritiga kali sehari. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari,
sedangkandiare persisten terjadi selama ≥ 14 hari.
2) Klasifikasi
Pedoman dari Laboratorium/ UPF Ilmu Kesehatan Anak,
UniersitasAirlangga dalam Nursalam (2008), diare dapat
dikelompokkanmenjadi:
13. 13
a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling
lama 3-5 hari.
b. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.
c. Diare kornik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik
bukan suatu kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang
penyebab dan patogenesisnya multikompleks. Mengingat banyaknya
kemungkinan penyakit yang dapat mengakibatkan diare kronik dan
banyaknya pemeriksaan yang harus dikerjakan maka dibuat tinjauan
pustaka ini untuk dapat melakukan pemeriksaan lebih terarah.
Sedangkan menurut Wong (2008), diare dapat diklasifikasikan, sebagai
berikut:
a. Diare akut
Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita. Diare akut
didefenisikan sebagai peningkatan atau perubahan frekuensi defekasi
yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus
Gastroenteritis Infeksiosa (GI). Keadaan ini dapat menyertai infeksi
saluran napas atau (ISPA) atau infeksi saluran kemih (ISK). Diare
akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan
akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
b. Diare kronis
Didefenisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan
kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari
14 hari. Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti
sindrom malabsorpsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi kekebalan,
14. 14
alergi makanan, intoleransi latosa atau diare nonspesifik yang kronis,
atau sebagai akibat dari penatalaksanaan diare akut yang tidak
memadai.
c. Diare intraktabel
Yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan sindrom pada
bayi dalam usia minggu pertama dan lebih lama dari 2 minggu tanpa
ditemukannya mikroorganisme patogen sebagai penyebabnya dan
bersifat resisten atau membandelterhadap terapi. Penyebabnya yang
paling sering adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani secara
memadai.
d. Diare kronis nonspesifik
Diare ini juga dikenal dengan istilah kolon iritabel pada anak atau
diare todler, merupakan penyebab diare kronis yang sering dijumpai
pada anak-anak yang berusia 6 hingga 54 minggu. Feses pada anak
lembek dan sering disertai dengan partikel makanan yang tidak
tercerna, dan lamanya diare lebih dari 2 minggu. Anak-anak yang
menderita diare kronis nonspesifik ini akan tumbuh secara normal
dan tidak terdapat gejala malnutrisi, tidak ada darah dalam fesesnya
serta tidak tampak infeksi enterik.
3) Penyebab
Menurut Wong (2009), penyebab diare kebanyakan yaitu
mikroorganisme patogen yang disebarluaskan lewat jalur fekal-oral
melalui makanan atau air yang terkontaminasi atau ditularkan antar-
manusia dengan kontak yang erat (misalnya pada tempat penitipan anak).
15. 15
Kurang bersihnya air, tinggal berdesakan, hygiene yang buruk, kurang
gizi dan sanitasi yang jelek merupakan faktor risiko utama, khususnya
untuk terjangkit infeksi bakteri atau parasit yang patogen. Peningkatan
insidensi dan beratnya penyakit diare pada bayi juga berhubungan
dengan perubahan yang spesifik menurut usia pada kerentanan terhadap
mikroorganisme pathogen.
Ngastiyah (2014), mengatakan diare dapat disebabkan oleh
berbagaiinfeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare
sebenarnyamerupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem
gastrointestinalatau penyakit lain di luar saluran pencernaan. Tetapi
sekarang lebihdikenal dengan “penyakit diare”, karena dengan sebutan
penyakit diareakan mempercepat tindakan penanggulangannya. Penyakit
diareterutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya
karenadapat membawa bencana bisa terlambat.Faktor penyebab diare,
antara lain :
a. Faktor Infeksi
1. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan
yangmerupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi
infeksienteral sebagai berikut :
Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella,
Shigella,Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan
sebagainya.
16. 16
Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO,
Coxsackie,Poliomyelitis) Adeno-virus, Rotavirus,
Astrovirus, dan lainlain.
Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris,
Oxyuris,Strongyloides); protozoa (Entamoeba histolytica,
Giardialamblia, Trichomonas hominis); jamur (Candida
albicans)
2. Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan
seperti: otitis media akut (OMA) , tonsilitis/ tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2
tahun.
b. Faktor malabsorbsi
1. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa
dan sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting
dan tersering (intoleransi laktosa).
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein.
c. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat
terjadipada anak yang lebih besar).
4) Manifestasi Kinis / Tanda dan gejala
17. 17
Anak yang mengalami diare akibat infeksi bakteri mengalami kram
perut, muntah, demam, mual, dan diare cair akut. Diare karena infeksi
bakteri invasif akan mengalami demam tinggi, nyeri kepala, kejang-
kejang, mencret berdarah dan berlendir (Wijoyo, 2013).
Ngastiyah (2014), mengatakan anak yang mengalami diare mula-mula
akan cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan
berkurang.BAB cair, mungkin disertai lendir dan darah.Warna tinja
makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu.
Anus dan daerah sekitarnya akan lecet karena sering defekasi dan tinja
makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat
yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat
disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit.Jika anak telah banyak
kehilangan cairan dan elektrolit, serta mengalami gangguan asam basa
dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia,
hipovolemia.Gejala dari dehidrasi yang tampak yaitu berat badan
turun, turgor kulit kembali sangat lambat, mata dan ubun-ubun besar
menjadi cekung, mukosa bibir kering.
Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat
menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila
tidak diobati dengan tepat.Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas
plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik
(hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik.Menurut derajat dehidrasinya
18. 18
bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi
berat (Juffrie, 2010).
Manifestasi klinis anak diare menurut Wijayaningsih (2013) adalah
sebagai berikut :
a. Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang.
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer,
kadang disertai wial dan wiata.
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
dengan empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja
menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas
kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membrane mukosa
kering dan disertai penurunan berat badan.Perubahan tanda-tanda
vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan daran menurun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun
(apatis,samnolen,spoor,komatus) sebagai akibat hipovokanik.
f. Diueresis berkurang (oliguria sampai anuria).
g. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan
pernafasan cepat dan dalam.
Sedangkan manifestasi klinis menurut Elin (2009) dalam Nuraarif &
Kusuma (2015) yaitu :
a. Diare Akut
19. 19
1) kan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
2) Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas- gas
dalam perut, rasa tidak enak, nyeri perut
3) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi
pada perut
4) Demam
b. Diare Kronik
i. Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
ii. Penurunan BB dan nafsu makan
iii. Demam indikasi terjadi infeksi
iv. Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia, denyut lemah.
Tabel 1.2
Penilaian Derajat Dehidrasi
No. Penilaian Tanpa
Dehidrasi
Dehdrasi
Ringan/Sedang
Dehidrasi
Berat
1. Lihat :
Keadaan umum
Mata
Air mata
Baik, sadar
Nomal
Ada
Gelisah, rewel
Cekung
Tidak ada
Lesu, lunglai
atau tidak
sadar
Sangat
cekung dan
20. 20
Mulut dan Lidah
Rasa haus
Basah
Minum biasa
tidak haus
Kering
Haus, ingin
minum banyak
kering
Tidak ada
Sangat kering
Malas minum
atau tidak
bias minum
2. Periksa :
Turgor Kulit Kembali
cepat
Kembali lambat Kembali
sangat lambat
3. Hasil pemeriksaan : Tanpa
dehidrasi
Dehidrasi
ringan/sedang,
criteria
Bila ada 1 tanda
ditambah 1 atau
lebih tanda lain
Dehidrasi
berat, criteria
bila ada 1
tanda*
Ditambah 1
atau lebih
tanda lain
4. Terapi Rencana
terapi A
Rencana terapi
B
Rencana
terapi C
*Tanda-tanda yang juga dapat diperiksa: timbang berat badan, ubun-ubunbesar,
urine, nadi, dan pernapasan atau tekanan darah.
21. 21
5) Patofisiologi
Berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya diare di antaranya
karena faktor infeksi dimana proses ini diawali dengan masuknya
mikroorganisme ke dalam saluran pencernaan kemudian berkembang
dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan
usus. Berikutnya terjadi perubahan dalam kapasitas usus sehingga
menyebabkan gangguan fungsi usus dalam mengabsorpsi
(penyerapan) cairan dan elektrolit. Dengan adanya toksis bakteri maka
akan menyebabkan gangguan sistem transpor aktif dalam usus
akibatnya sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan
dan elektrolit meningkat.
Faktor malaborpsi merupakan kegagalan dalam melakukan
absorpsi yang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga
terjadi pergeseran cairan dan elektrolit ke dalam usus yang dapat
meningkatkan rongga usus sehingga terjadi diare. Pada factor
makanan dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak diserap dengan
baik sehingga terjadi peningkatan dan penurunan peristaltic yang
mengakibatkan penurunan penyerapan makanan yang kemudian
terjadi diare.
Hidayat (2008), mengatakan proses terjadinya diare dapat
disebabkanoleh berbagai kemungkinan faktor diantaranya :
a. Faktor infeksi
1) Virus
22. 22
Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan
infeksi rotavirus. Setelah terpapar dengan agen
tertentu, virus akan masuk ke dalam tubuh bersama
dengan makanan dan minuman yang masuk ke dalam
saluran pencernaan yang kemudian melekat pada sel-
sel mukosa usus, akibatnya sel mukosa usus menjadi
rusak yang dapat menurunkan daerah permukaan usus.
Sel-sel mukosa yang rusak akan digantikan oleh sel
enterosit baru yang berbentuk kuboid atau sel epitel
gepeng yang belum matang sehingga fungsi sel-sel ini
masih belum bagus. Hal ini menyebabkan vili-vili usus
halus mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap
cairan dan makanan dengan baik. Selanjutnya, terjadi
perubahan kapasitas usus yang akhirnya
mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi
cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya
toksin bakteri atau virus akan menyebabkan sistem
transpor aktif dalam usus sehingga sel mukosa
mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan
elektrolit akan meningkat.
2) Bakteri
Bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan
menyerbu ke dalam mukosa, terjadi perbanyakan diri
sambil membentuk toksin. Enterotoksin ini dapat
23. 23
diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan gejala
hebat seperti demam tinggi, nyeri kepala, dan kejang-
kejang. Selain itu, mukosa usus yang telah dirusak
mengakibatkan mencret berdarah berlendir. Penyebab
utama pembentukan enterotoksin ialah bakteri Shigella
sp, E.coli. diare ini bersifat self-limiting dalam waktu
kurang lebih lima hari tanpa pengobatan, setelah sel-
sel yang rusak diganti dengan sel-sel mukosa yang
baru (Wijoyo, 2013).
a. Faktor malabsorpsi,
3) Gangguan osmotik
Cairan dan makanan yang tidak dapat diserap akan
terkumpul di usus halus dan akan meningkatkan
tekanan osmotik usus Akibatnya akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat.
Gangguan osmotik meningkat menyebabkan terjadinya
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Hal
ini menyebabkan banyak cairan ditarik ke dalam lumen
usus dan akan menyebabkan terjadinya hiperperistaltik
usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi
akan didorong
keluar melalui anus dan terjadilah diare (Nursalam,
2008).
4) Gangguan sekresi
24. 24
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada
dinding ususakan terjadi peningkatan sekresi, air dan
elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
timbul diare karena terdapat
peningkatan isi rongga usus (Nursalam, 2008).
5) Gangguan motilitas usus
Akibat dari diare yaitu kehilangan air dan elektrolit yang
dapat menyebabkan cairan ekstraseluler secara tiba-tiba
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatanusus untuk menyerap makanan sehingga
timbul diare. Sebaliknya bisa peristaltik usus menurun
akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,
selanjutnya timbul diare pula. cepat hilang, terjadi
ketidakseimbangan elektrolit yang mengakibatkan syok
hipovolemik dan berakhir pada kematian jika tidak
segera diobati (Nursalam, 2008).
b. Faktor makanan, ini dapat terjadi apabila toksin yang ada
tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi
peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan
penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang
kemudian menyebabkan diare (Hidayat, 2008). Diare akut
6berulang dapat menjurus ke malnutrisi energi protein,
yang mengakibatkan usus halus mengalami perubahan
kdoa yang disebabkan oleh PEM tersebut menjurus ke
25. 25
defisiensi enzim yang menyebabkan absorpsi yang tidak
adekuat dan terjadilah diare berulang yang kronik. Anak
dengan PEM terjadi perubahan respons imun,
menyebabkan reaksi hipersensitivitas kulit terlambat,
berkurangnya jumlah limfosit dan jumlah sel T yang
beredar.
Setelah mengalami gastroenteritis yang berat anak
mengalami malabsorpsi. Malabsorpsi juga terdapat pada
anak yang mengalamimalnutrisi, keadaan malnutrisi
menyebabkan atrofi mukosa usus, faktor infeksi silang
usus yang berulang menyebabkan malabsorpsi, enteropati
dengan kehilangan protein. Enteropati ini menyebabkan
hilangnya albumin dan imunogobulin yang mengakibatkan
kwashiorkor dan infeksi jalan nafas yang berat
(Suharyono, 2008).
c. Faktor psikologis, faktor ini dapat mempengaruhi
terjadinya peningkatan peristaltik usus yang akhirnya
mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat
menyebabkan diare. Proses penyerapan terganggu
(Hidayat, 2008).
6) WOC
27. 27
7) Pelaksanaan
Menurut Ngastiyah (2014) penatalaksanaan diare yaitu:
1) Penatalaksanaan Medis
a. Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting
yang perlu diperhatikan.
1. Jenis cairan: oral: pedialyte atau oralit, ricelyte. Parenteral:
NaCl, isotonic, infuse RL.
2. Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang
dikeluarkan.
3. Jalan masuk atau cairan pemberian
a) Cairan per oral, pada pasien dehidrasi ringan dan sedang
cairan diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl
dan NaHCO3, KCL, dan glukosa.
b) Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat
(RL) selalu tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja.
Mengenai beberapa banyak cairan yang diberikan
tergantung dari berat ringan dehidrasi, yang diperhitungkan
dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.
4. Jadwal pemberian cairan
Diberikan 2 jam pertama, selanjutnya dilakukan penilaian
kembali status hidrasi untuk menghitung kebutuhan cairan.
Identifikasi penyebab diare. Terapi sistemik seperti
28. 28
pemberian obat anti diare, obat anti mortilitas dan sekresi
usus, antimetik.
b. Pengobatan dietetic
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg jenis makanan: susu (ASI atau susu formula
yang mengandung laktosa rendah ada asam lemak tidak jenuh,
misalnyta LLM. Almiron atau sejenis lainnya). Makan setengah
padat (bubur) atau makan padat (nasi tim), bila anak tidak mau
minum susu karena dirumah tidak biasa. Susu khusus yang
disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang
tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang
atau tidak jenuh
2) Penatalaksanaan keperawatan
a) Bila dehidrasi masih ringan
Berikan minum sebanyak-banyaknya, 1 gelas setiap kali setelah
pasien defekasi. Cairan mengandung elektrolit, seperti oralit. Bila
tidak ada oralit dapat diberikan larutan garam dan 1 gelas air
matang yang agak dingin dilarutkan dalam satu sendok teh gula
pasir dan 1 jumput garam dapur. Jika anak terus muntah tidak mau
minum sama sekali perlu diberikan melalui sonde. Bila cairan per
oral tidak dapat dilakukan, dipasang infuse dengan cairan Ringer
Laktat (RL) atau cairan lain (atas persetujuan dokter). Yang
penting diperhatikan adalah apakah tetesan berjalan lancar terutama
29. 29
pada jam-jam pertama karena diperlukan untuk mengatasi
dehidrasi.
b) Pada dehidrasi berat
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat.untuk mengetahui
kebutuhan sesuai dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan yang
masuk tubuh dapat dihitung dengan cara:
(1) Jumlah tetesan per menit dikali 60, dibagi 15/20 (sesuai set
infuse yang dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol
infuse waktu memantaunya.
(2) Perhatikan tanda vital: denyut nadi, pernapasan, suhu.
(3) Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih
sering, encer atau sudah berubah konsistensinya.
(4) Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk
mencegah bibir dan selaput lendir mulut kering.
(5) Jika dehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien
diberikan makan lunak atau secara realimentasi.
Penanganan diare lainya yaitu dengan rencana terapi A, B, dan C sebagai berikut:
1. Rencana terapi A
Penanganan diarea rumah, dengan menjelaskan pada ibu tentan 4 aturan
perawatan di rumah:
a. Beri cairan tambahan
6) Jelaskan pada ibu, untuk :
a) Beri ASI lebih sering danlebih lama pada setiap kali
pemberian.
30. 30
b) Jika anak memperoleh ASI Eksklusif, berikan oralit atau air
matang sebagai tambahan.
c) Jika anak tidak memperoleh ASI Eksklusif, berikan 1 atau
lebih cairan berikut ini: oralit, cairan makanan (kuah sayur,
air tajin). Atau air matang.
Anak harus diberi larutan oralit dirumah jika:
a. Anak telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C
dalam kunjungan ini.
b. Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diareanya
bertambah parah. Ajari ibu cara mencampur dan
memberikan oralit. Beri ibu 6 bungkus oralit (200 ml)
untuk digunakan dirumah. Tunjukkan kepada ibu
beberapa banyak oralit atau caian lain yang harus
diberikan setiap kali anak berak:
Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6 bungkus oralit (200 ml)
untuk digunakan dirumah. Tunjukkan kepada ibu beberapa banyak oralit atau caian lain
yang harus diberikan setiap kali anak berak:
a) Sampai umur 1 tahun: 50 sampai 100 ml setiap kali berak.
b) Umur 1 sampai 5 tahun: 100sampai 200 ml setiap kali berak.
Katakan kepada ibu:
a) Agar meminum sedikit-sedikit tapi sering dari
mangkuk/cairan/gelas.
b) Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi lebih
lambat.
31. 31
c) Lanjutakan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.
b. Beri tablet Zinc selam 10 hari.
c. Lanjutkan pemberian makanan
d. Kapan harus kembali konseling bagi ibu.
2. Rencana terapi B
Penanganan dehidrasi ringan/sedang dengan oralit. Berikan oralit di klinik
sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam
Umur ≤4 bulan 4 - ≤ 12
bulan
1 - < 2
tahun
2 - < 5
tahun
Berat < 6 kg 6 -< 10 kg 10 - < 12 kg 12- 19 kg
Jumlah 200-400 400-700 700-900 900-1400
a) Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama
1) Jika anak menginginkan, boleh diberikan lebih banyak dari
pedoman diatas.
2) Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak
menyusu, berikan juga 100-200 ml air matang selama
periode ini.
b) Tunjukan cara memberikan larutan oralit
1) Minumkan sedikit-sedikit tapi sering dari cangkir/gelas
2) Jika anak muntah, tunggu 10 menit . Kemudian berikan lagi
lebih lambat.
32. 32
3) Lanjutkan ASI selama anak mau
c) Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut
1) Umur ≥6 bulan: 10 mg/hari
2) Umur ≥6 bulan: 20 mg/hari
d) Setelah 3 jam
1) Ulangi penilaian dan klasifikasi kembali derajat
dehidrasinya.
2) Pilih rencana terapi yang seusuai untuk melanjutkan
pengobatan.
3) Mulai memberi makan anak.
e) Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai
1) Tunjukan cara menyiapkan cairan oralit di rumah
2) Tunjukan beberapa banyak oralit yang harus diberikan
dirumah untuk menyelesaikan 3 jam pengobatan.
3) Beri oralit yang cukup untuk dehidrasi dengan
menambahkan 6 bungkus lagi
4) Jelas 4 aturan perawatan diare dirumah (lihat rencana terapi
A)
3. Rencana terapi C
Penanganan dehidrasi berat dengan cepat, yaitu dengan:
a. Memberikan cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum,
beri oralit melalui mulut sementara infuse dipersipakan. Beri ml/kg
33. 33
cairan Ringer Laktat atau jika tersedia, gunakan cairan NaCl yang
dibagi sebagai berikut
Umur Pemberian pertama 30
mg ml/kg selama
Pemberian pertama 70
mg ml/kg selama
Bayi (dibawah umur 12
tahun)
1 jam 5 jam
Anak ( 12 bulan sampai
5 tahun)
3 menit 2 jam
Ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangatlah lemah atau tidak teraba
b. Periksa kembali anak setiap15-30 menit. Jika nadi belum teraba,
beri tetesan lebih cepat.
c. Beri oralit (kira-kira 5 m/kg/jam) segera setelah anak mau minum:
biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri juga
tablet Zinc.
d. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam.
Klasifikasi dehidrasi dan pilih rencana terapi yang sesuai untuk
melanjutkan pengobatan.
e. Rujuk segera untuk pengobatan intravena, jika tidak ada fasilitas
untuk pemebrian cairan intravena terdekat (dalam 30 menit).
f. Jika anak bisa minum, bekali ibu larutan oralit dan tunjukan cara
meminumkan pada anaknya sedikit demi sedikit selama dalam
perjalanan menuju klinik.
34. 34
g. Jika perawat sudah terlatih mengunakan pipa orogastik untuk
rehidrasi, mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit melalui pipa
nasogastrik atau mulut: beri 20 ml/kg/jam selama 6 jam (total 120
ml/kg).
h. Periksa kembali anak setiap1-2 jam:
1) Jika anak muntah terus atau perut makin kembung, beri cairan
lebih lambat.
2) Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik, rujuk anak
untuk pengobatan intravena.
i. Sesudah 6 jam, perriksa kembali anak. Klasifikasi dehidrasi.
Kemudian tentukan rencana terapi sesuai (A, B, atau C) untuk
melanjutkan pengobatan.
4. Pemberian tablet Zinc untuk semua penderita diare
a. Pastikan semua anak yang menderita diare mendapatkan tablet
Zinc sesuai dosis dan waktu yang telah ditentukan.
b. Dosis tablet Zinc (1 tablet – 20 mg). berikan dosis tunggal selama
10 hari 1) Umur < 6 bulan: . tablet 2) Umur ≥ 6 bulan: 1 tablet
c. Cara pemberian tablet Zinc
1) Larutan tablet dengan sedikit air atau ASI dalam sendok teh
(tablet akan larut) 30 detik), segera berikan kepada anak.
2) Apabila anak muntah sekitar setengah jam setelah
pemebrian tablet Zinc, ulangi pemeberian dengan cara
memberikan potongan lebih kecil dilarutkan beberapa kali
hingga satu dosis penuh.
35. 35
3) Ingatkan ibu untuk memberikan tablet Zinc setiap hari
selama 10 hari penuh, meskipun diare sudah berhenti,
karena Zinc selain memberi pengobatan juga dapat
memberikan perlindungan terhadap diare selama 2-3 bulan
ke depan.
5. Pemberian Probiotik Pada Penderita Diare
Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang diberikan sebagai
suplemen makanan yang memberikan pengaruh menguntungkan pada
penderita dengan memperbaiki keseimbangan mikroorganisme usus, akan
terjadi peningkatan kolonisasi bakteri probiotik di dalam lumen. Saluran
cerna. Probiotik dapat meningkatkan produksi musin mukosa usus
sehingga meningkatkan respons imun alami (innate immunity). Probiotik
menghasilkan ion hidrogen yang menurunkan pH usus dengan
memproduksi asam laktat sehingga menghambat pertumbuhan bakteri
pathogen. Probiotik saat ini banyak digunakan sebagai salah satu terapi
suportif diare akut. Hal ini berdasarkan perannya dalam menjaga
keseimbangan flora usus normal yang mendasari terjadinya diare.
Probiotik aman dan efetif dalam mencegah dan mengobati diare akut pada
anak
3) Kebutuhan nutrisi Pasien yang menderita diare biasanya juga menderita
anoreksia sehingga masukan nutrisinya menjadi kurang. Kekurangan
kebutuhan nutrisi akan bertambah jika, pasien mengalami. Muntah-
muntah atau diare lama, keadaan ini menyebabkan makin menurunnya
daya tahan tubuh sehingga penyembuhan tidak lekas tercapai, bahkan
36. 36
dapat timbul komplikasi. Pada pasien yang menderita malabsorbsi
pemberian jenis makan yang menyebabakan malabsorbsi harus
dihindarkan. Pemberian makanan harus mempertimbangkan umur berat
badan dan kemampuan anak menerimanya. Pada umumnya anak umur
1 tahun sudah bisa makan makanan biasa, dianjurkan makan bubur
tanpa sayuran pada saat masih diare, dan minum teh. Besoknya jika
kondisinya telah membaik boleh diberi wortel, daging yang tidak
berlemak.
8) Pemeriksaan penunjang
Menurut Kyle (2014), pemeriksaan laboratorium dan diagnostic untuk
diare yaitu :
1. Kultur feses: dapat mengindikasikan adanya bakteri.
2. Feses untuk adanya ovum dan parasit: dapat mengindikasikan
adanya parasite.
3. Feses untuk panel atau kultur virus: untuk menentukan adanya
rotavirus atau virus lain.
4. Feses untuk darah samar: dapat positif jika inflamasi atau ulserasi
terdapat di saluran GI.
5. Feses untuk leukosit: dapat positif pada kasus inflamasi atau
infeksi.
6. pH feses/mengurangi zat: untuk melihat apakah diare disebabkan
oleh intoleransi karbohidrat.
7. Panel elektrolit: dapat mengindikasikan dehidrasi.
37. 37
8. Radiografi abdomen (KUB): adanya feses di usus dapat
mengindikasikan konstipasi atau impaksi feses (massa feses yang
imobil dan mengeras); tingkat cairan-udara dapat mengindikasikan
obstruksi usus.
9) Komplikasi
Menurut Wulandari & Erawati (2016) komplikasi yang terjadi dari
kehilangan akibat diare adalah sebagai berikut:
1. Dehidrasi Berdasarkan kehilangan berat badan, dehidrasi ada
empat kategori, yaitu tidak ada dehidrasi (penurunan berat badan
10%) 19 (Wulandari & Erawati, 2016). Dan berdasarkan tonisitas
darah, dehidrasi dapat dibagi atas tiga macam yaitu, dehidrasi
hipotonik (kadar Na plasma 150 mEq/l) (Sodikin, 2011).
2. Renjatan Hipovolemik Pada dehidrasi berat, volume darah
berkurang sehingga terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala
denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah
menurun, klien sangat lemah, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, kadang sampai soporokomateus) (Wulandari & Erawati,
2016).
3. Hipokalemia Gejala hipokalemia yaitu meteorismus, hipotoni otot
lemah, bradikardi, perubahan elektrokardiogram (Wulandari &
Erawati, 2016).
4. Hipoglikemia (Wulandari & Erawati, 2016).
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan
kekurangan enzyme lactase (Wulandari & Erawati, 2016).
38. 38
6. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik (Wulandari & Erawati,
2016).
7. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau
kronik) (Wulandari & Erawati, 2016)
A. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis
Asuhan keperawatan merupakan cara yang sistematis yang
dilakukan oleh perawat bersama klien dalam menentukan kebutuhan asuhan
keperawatan dengan melakukan pengkajian, menetukan diagnosis
merencanakan tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan serta
mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan dengan berfokus pada klien,
berorientasi pada tujuan pada setiap tahap saling terjadi ketergantungan dan
saling berhubungan (Hidayat, 2009).
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien.
a. Anamnesis: pengkajian mengenai nama lengkap, jenis kelamin,
tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang
tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan.
a) Keluhan Utama Biasanya pasien mengalamin buang air besar
(BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare
tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/
sedang), atau BAB > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare
39. 39
berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah diare persisten
(Nursalam, 2008)
b) Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya pasien mengalami:
1) Bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan
mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada,
dan kemungkinan timbul diare.
2) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan
darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena
bercampur empedu.
3) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering
defekasi dan sifatnya makin lama makin asam.
4) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
5) Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan eletrolit,
maka gejala dehidrasi mulai tampak.
6) Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi
dehidrasi. Urine normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine
sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada
urine dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat) (Nursalam, 2008).
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
a) Kemungkinan anak tidak dapat imunisasi campak Diare
lebih sering terjadi pada anak-anak dengan campak atau
yang baru menderita campak dalam 4 minggu terakhir,
sebagai akibat dari penuruan kekebalan tubuh pada pasien.
Selain imunisasi campak, anak juga harus mendapat
40. 40
imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG, imunisasi
DPT, serta imunisasi polio.
b) Adanya riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan
(antibiotik), makan makanan basi, karena faktor ini
merupakan salah satu kemungkinan penyebab diare.
c) Riwayat air minum yang tercemar dengan bakteri tinja,
menggunakan botol susu, tidak mencuci tangan setelah
buang air besar, dan tidak mencuci tangan saat menjamah
makanan.
d) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia
dibawah 2 tahun biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan
kejang yang terjadi sebelumnya, selama, atau setelah diare.
Informasi ini diperlukan untuk melihat tanda dan gejala
infeksi lain yang menyebabkan diare seperti OMA,
tonsilitis, faringitis, bronkopneumonia, dan ensefalitis
(Nursalam, 2008).
d) Riwayat Kesehatan Keluarga Adanya anggota keluarga yang
menderita diare sebelumnya, yang dapat menular ke anggota
keluarga lainnya. Dan juga makanan yang tidak dijamin
kebersihannya yang disajikan kepada anak. Riwayat keluarga
melakukan perjalanan ke daerah tropis (Nursalam, 2008; Wong,
2008).
e) Riwayat Nutrisi
41. 41
Riwayat pemberian makanan sebelum mengalami diare,
meliputi:
a. Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat
mengurangi resiko diare dan infeksi yang serius.
b. Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggunakan air
masak dan diberikan dengan botol atau dot, karena botol
yang tidak bersih akan mudah menimbulkan pencemaran.
c. Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak
merasa haus (minum biasa). Pada dehidrasi ringan atau
sedang anak merasa haus ingin minum banyak. Sedangkan
pada dehidrasi berat, anak malas minum atau tidak bisa
minum (Nursalam, 2008).
b. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
1. Diare tanpa dehidrasi: baik, sadar
2. Diare dehidrasi ringan atau sedang: gelisah, rewel
3. Diare dehidrasi berat: lesu, lunglai, atau tidak sadar
2. Berat badan Menurut S. Partono dalam Nursalam (2008), anak
yang mengalami diare dengan dehidrasi biasanya mengalami
penurunan berat badan, sebagai berikut:
c. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami
dehidrasi, ubunubunnya biasanya cekung
42. 42
b) Mata Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk
kelopak matanya normal. Apabila mengalami dehidrasi ringan
atau sedang kelopak matanya cekung (cowong). Sedangkan
apabila mengalami dehidrasi berat, kelopak matanya sangat
cekung.
c) Hidung Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada
hidung, tidak sianosis, tidak ada pernapasan cuping hidung.
d) Telinga Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.
e) Mulut dan Lidah
(1) Diare tanpa dehidrasi: Mulut dan lidah basah
(2) Diare dehidrasi ringan: Mulut dan lidah kering
(3) Diare dehidrasi berat: Mulut dan lidah sangat kering
f) Leher Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening,
tidak ada kelainan pada kelenjar tyroid.
g) Thorak
(1) Jantung
(a) Inspeksi
Pada anak biasanya iktus kordis tampak terlihat.
(b) Auskultasi
Pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung normal, diare
dehidrasi ringan atau sedang denyut jantung pasien normal
hingga meningkat, diare dengan dehidrasi berat biasanya
pasien mengalami takikardi dan bradikardi.
(2) Paru-paru
43. 43
(a) Inspeksi Diare tanpa dehidrasi biasanya pernapasan
normal, diare dehidrasi ringan pernapasan normal hingga
melemah, diare dengan dehidrasi berat pernapasannya
dalam.
h) Abdomen
(1) Inspeksi Anak akan mengalami distensi abdomen, dan kram.
(2) Palpasi Turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik,
pada pasien diare dehidrasi ringan kembali < 2 detik, pada
pasien dehidrasi berat kembali > 2 detik.
(3) Auskultasi Biasanya anak yang mengalami diare bising ususnya
meningkat
i) Ektremitas
Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT)
normal, akral teraba hangat. Anak dengan diare dehidrasi
Poltekkes Kemenkes Padang 38 ringan CRT kembali < 2 detik,
akral dingin. Pada anak dehidrasi berat CRT kembali > 2 detik,
akral teraba dingin, sianosis.
j) Genitalia
Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu di
lakukan pemeriksaan yaitu apakah ada iritasi pada anus.
c. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan laboratrium
44. 44
(a) Pemeriksaan AGD, elektrolit, kalium, kadar natrium
serum Biasanya penderita diare natrium plasma > 150
mmol/L, kalium > 5 mEq/L.
(b) Pemeriksaan urin Diperiksa berat jenis dan albuminurin.
Eletrolit urin yang diperiksa adalah Na+ K+ dan Cl.
Asetonuri menunjukkan adanya ketosis (Suharyono,
2008).
(c) Pemeriksaan tinja Biasanya tinja pasien diare ini
mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan
bikarbonat.
(d) Pemeriksaan pH, leukosit, glukosa Biasanya pada
pemeriksaan ini terjadi peningkatan kadar protein leukosit
dalam feses atau darah makroskopik (Longo, 2013). pH
menurun disebabkan akumulasi asama atau kehilangan
basa (Suharyono, 2008).
(e) Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan
dicurigai infeksi sistemik ( Betz, 2009).
2) Pemeriksaan Penunjang
(a) Endoskopi
(1) Endoskopi gastrointestinal bagian atas dan biopsi
D2, jika dicurigai mengalami penyakit seliak atau Giardia.
Dilakukan jika pasien mengalami mual dan muntah.
45. 45
(2) Sigmoidoskopi lentur, jika diare berhubungan
dengan perdarahan segar melalui rektum.
(3) Kolonoskopi dan ileoskopi dengan biopsi, untuk
semua pasien jika pada pemeriksaan feses dan darah
hasilnya normal, yang bertujuan untuk menyingkirkan
kanker.
(b) Radiologi
a. CT kolonografi, jika pasien tidak bisa atau tidak cocok
menjalani kolonoskopi
b. Ultrasonografi abdomen atau CT scan, jika di curigai
mengalami penyakit bilier atau prankeas
(c) Pemeriksaan lanjutan
(1) Osmolalitas dan volume feses setelah 48 jam
berpuasa akan mengidentifikasi penyebab sekretorik
dan osmotik dari diare.
(2) Pemeriksaan laksatif pada pasien-pasien yang
dicurigai membutuhkan sampel feses dan serologi
(Emmanuel, 2014).
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Wong (2009), diagnosa yang muncul pada diare yaitu
sebagai berikut:
a. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan
Cairan yang berlebihan dari traktur GI ke dalam feses atau muntahan.
46. 46
b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan kehilangan cairan yang tidak adekuat.
c. Risiko menularkan infeksi yang berhubungan dengan
mikroorganisme yang menginvasi traktus GI.
d. Risiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan iritasi
karena defekasi yang sering dan feses yang cair.
e. Ansietas berhubungan dengan keterpisahan anak dari orang tuanya,
lingkungan yang tidak biasa, dan prosedur yang menimbulkan distress.
f. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan krisis situasi
dan kurangnya pengetahuan.
3. Intervensi
Menurut PPNI (2018) Intervensi keperawatan adalah
segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada
pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome)
yang diharapkan PPNI (2019). Adapun intervensi yang sesuai dengan
penyakit diare adalah sebagai berikut :
a. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-
kapiler.
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan
pertukaran gas pasien meningkat dengan kriteria hasil :
a) Pola nafas membaik
b) Warna kulit membaik
c) Sianosis membaik
d) Takikardia membaik
47. 47
2) Intervensi
Observasi
a) Monitor frekuensi,irama,dan kedalaman upaya nafas
b) Monitor pola nafas
c) Monitor saturasi oksigen
d) Monitor nilai analisa gas darah
Terapeutik
a) Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat
b) Diare b.d fisiologis ( proses infeksi )
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan
eliminasi fekal pasien membaik dengan kriteria hasil :
a) Konsistensi feses meningkat
b) Frekuensi defekasi/bab meningkat
c) Peristaltik usus meningkat
d) Kontrol pengeluaran feses meningkat
e) Nyeri abdomen menurun
2) Intervensi Observasi
a. Identifiksi penyebab diare
b. Identifikasi riwayat pemberian makan
48. 48
c. Identifikasi gejala invaginasi
d. Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
e. Monitor jumlah pengeluaran diare
Terapeutik
a) Berikan asupan cairan oral (oralit)
b) Pasang jalur intravena
c) Berikan cairan intravena
d) Ambil sample darah untuk pemeriksaan darah lengkap
e) Ambil sample feses untuk kultur, jika perlu.
Edukasi
a) Anjurkan manghindari makanan pembentuk gas, pedas, dan
mengandung laktosa
b) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat pengeras feses
b) Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
c. Hipovolemi b.d kehilangan cairan aktif
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan
status cairan pasien membaik dengan kriteria hasil :
a) Turgor kulit membaik
b) Frekuensi nadi membaik
c) Tekanan darah membaik
d) Membrane mukosa membaik
e) Intake cairan membaik
49. 49
f) Output urine meningkat
2) Intervensi
Obsevasi
a) Periksa tanda dan gejala hypovolemia ( missal frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume
urin menurun,haus,lemah).
b) Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
a) Hitung kebutuhan cairan
b) Berikan asupan cairan oral
Edukasi
a) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
b) Anjurkan menghidari posisi mendadak
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian cairan isotonis (Nacl.RL)
b) Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20 ml/kg bb untuk
anak.
d. Gangguan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan
integritas kulit dan jaringan meningkat dengan kriteria hasil :
a) Kerusakan lapisan kulit menurun
b) Nyeri menurun
c) Kemerahan menurun
50. 50
d) Tekstur membaik
2) Intervensi Observasi
a) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Terapeutik
a) Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
b) Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode
diare
c) Gunakan petroleum berbahan petroleum atau minyak pada kulit
kering
Edukasi
a) Anjurkan menggunakan pelembab
b) Anjurkan minum air yang cukup
c) Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
d) Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat topical
e. Defisit nutrisi b.d penurunan intake makanan
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan
status nutrisi pasien membaik dengan kriteria hasil :
a) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
b) Diare menurun
c) Frekuensi makan membaik
d) Nafsu makan membaik
e) Bising usus membaik
51. 51
2) Intervensi
Observasi
a) Identifikasi status nutrisi
b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c) Identifikasi makanan yang disukai
d) Identifikasi keburuhan kalori dan nutrisi
e) Monitor asupan makanan
f) Monitor berat badan
g) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
a) Berikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
b) Berikan makanan tinggi kalori dan protein
Edukasi
a) Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
a) Kolaborasi dengn ahli gizi untuk menetukan jumlh kalori dan jenis
nutsisi yang dibutuhkan jika perlu.
b) Kolaborasi pemberian obat antimetik jika perlu
f. Risiko Syok
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan
tingkat syok pasien menurun dengan kriteria hasil :
a) Kekuatan nadi meningkat
b) Output urine meningkat
c) Frekuensi nafas membaik
52. 52
d) Tingkat kesadaran meningkat
e) Tekanan darah sistolik,diastolic membaik
2) Intervensi
Observasi
a) Monitor status kardiopulmonal
b) Monitor frekuensi nafas
c) Monitor status oksigenasi
d) Monitor status cairan
e) Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
f) Monitor jumlah,warna,dan berat jenis urine
Terapeutik
a) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
b) Pasang jalur IV, jika perlu
Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b) Jelaskan penyebab/factor risiko syok
c) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
g. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan
tingkat ansietas pasien menurun dengan kriteria hasil :
a) Perilaku gelisah menurun
b) Perilaku tegang menurun
53. 53
c) Frekuensi pernapasan menurun
d) Pucat menurun
e) Kontak mata membaik
2) Intervensi
Obsevasi
a) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
b) Monitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik
a) Ciptakan suasana terapeutik untuk mengurangi kecemasan
b) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
c) Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
d) Gunakan nada suara lemah lembut dengan irama lambat
Edukasi
a) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
b) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat antiansietas jika perlu
3. Implementasi
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah di tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksaan
tindakan, serta menilai data yang baru. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan keperawatan antara lain:
a. Kemampuan intelektual, teknikal, dan interpersonal.
54. 54
b. Kemampuan menilai data baru.
c. Kreativitas dan inovasi dalam membuat modifikasi rencana tindakan.
d. Penyesuaian selama berinteraksi dengan klien.
e. Kemampuan mengambil keputusan dalam memodifikasi pelaksanaan.
f. Kemampuan untuk menjamin kenyamanan dan keamanan serta
efektivitas tindakan.
4. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah
dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur
keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan
dalam memenuhi kebutuhan klien. Penilaian adalah tahap yang menentukan
apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan yaitu pada
komponen kognitif, afektif, psikomotor, perubahan fungsi dan tanda gejala yang
spesifik ( Olfah & Ghofur, 2016)
55. 55
BAB III
LAPORAN KASUS
A. PENGKAJIAN
NAMA MAHASISWA : VIONY BERLIANA
NIM : 211211824
TEMPAT PRAKTEK : RSUD DR. M. DJAMIL PADANG
TGL PRAKTEK : 8 JULI 2022
TGL PENGKAJIAN : 8 JULI 2022
KASUS
Klien masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan keluhan diare.Diare
terjadi sejak 7 hari yang lalu dan disertai dengan mual dan muntah.Klien juga
dirawat di RS Solok sejak 3 hari yang lalu.Ibu klien mengatakan anaknya
mengalami diare lebih dari 6 kali sehari
Kondisi pasien pada saat dilakukan pengkajian diruang anak pada tanggal
8 Juli 2022 jam 10.00 WIB didapatkan data, keluarga mengatakan anaknya
mencret dan demam sejak 4 hari yang lalu sebelum dibawa kerumah sakit solok,
demam dan diare terus-menerus, keluarga hanya memberikan kompres pada
anaknya tetapi tidak tahu cara mengatasi mencret, lalu keluarga membawa
anaknya kerumah sakit dan telah diberikan paracetamol suppose 125 mg, IVFD
KaEN 1B, hasil pemeriksaan darah: Hb 10,9 g/dl, lekosit 5.640/mm3 ,trombosit
303.0000/mm3 , Ht 33% dan akhirnya dirujuk kerumah sakit RSUP Dr. M.
Djamil Padang.
56. 56
Pada saat dilakukan pengkajian keluarga juga mengatakan bahwa anaknya
masih demam dan suhu tubuh 37,9o C, keluarga mengatakan anaknya sering
BAB, makanannya hanya habis 1/3 porsi dari makanannya, anaknya tampak
lemah dan hanya tidur di tempat tidur, anaknya juga menangis saat demamnya
tinggi. Keluarga mengatakan tidak tahu pasti dan tidak mengerti dengan penyakit
anaknya dan penyebab pasti penyakit anaknya.
Pada riwayat penyakit sebelumnya keluarga mengatakan An.A baru
pertama kali dirawat dirumah sakit. Pasien mendapatkan imunisasi lengkap (BCG,
DPT, Polio, Campak, Hepatitis A), keluarga mengatakan dalam keluarga tidak ada
yang menderita penyakit yang sama seperti An. A. Pada data riwayat kesehatan
lingkungan didapatkan pasien tinggal bersama kedua orang tuanya dan 2 orang
kakaknya, pasien tinggal dirumah permanen yang mempunyai 2 kamar mandi dan
1 WC, sumber air minum biasanya keluarga mengkonsumsi air minum isi ulang,
tempat pembuangan sampah rumah tangga dibuang ke TPS.
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan data keadaan umum
klien tampak lemah, pernafasan 28 x/I, nadi 96 x/I, suhu : 37 °C, Berat badan 16.8
kg, tinggi badan 85 cm. keadaan kepala didapatkan lingkar kepala : 48 cm dan
tidak ada kerontokan pada rambut. Pada mata ditemukan simetris kiri dan kanan,
konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, palpebra tidak oedema, mata tidak
cekung, tidak ada lingkar mata hitam, reflek cahaya + /+. Pada pemeriksaan mulut
tampak warna bibir merah muda, mukosa bibir kering, tidak ada sianosis, lidah
tampak kotor/memutih, tidak ada gusi berdarah, gigi lengkap dan tidak ada gigi
berdarah.
57. 57
Pada pemeriksaan abdomen, saat dilakukan inspeksi tampak perut datar,
tidak ada pembesaran dan distensi abdomen, saat palpasi tidak ada terabanya
benjolan, tidak teraba adanya pembesaran hepar dan supel, pada perkusi
didapatkan tympani dan auskultasi bising usus (+) 12 x /i, pada ekstremitas teraba
hangat, tidak ada sianosis, IVFD terpasang pada tangan sebelah kiri IVFD KaEN
1B 18 tetes/I (makro), kekuatan otot 5/5. Pada kulit akral teraba hangat, turgor
kulit kering
Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 08 Juli 2022, didapatkan Hb 10,6
g/dl, lekosit 2.600/mm3 ,trombosit 366.000/mm3 . Penatalaksanaan yang
diberikan yaitu KaEN 1B 18 tetes/I (makro),urdafalk 125 mg , meropenem 700 g,
Zinc 20 mg, asam folat 1x1 mg.resomal 160 cc.
I. IDENTITAS DATA
Nama anak : An. A
Tempat/Tgl Lhr : Padang, 10 Maret 2020
Umur : 3 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Belum Sekolah
Anak ke- : 3
BB/TB : 16,8 Kg/85cm
Alamat : Kota Padang
Nama Ibu : Hayati Nama Ayah : Zainudin
Umur : 34 th Umur : 37 th
Pekerjaan : Ibu RT Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Alamat : Padang Alamat : Padang
58. 58
DX.MEDIS : Diare
No. RM : 0125B0100717Y001234
TGL Masuk RS : 8 Juli 2022
II. KELUHAN UTAMA
Keluarga mengatakan anaknya mencret dan demam sejak 4 hari yang
lalu sebelum dibawa kerumah sakit solok, demam dan diare terus-
menerus, keluarga hanya memberikan kompres pada anaknya tetapi
tidak tahu cara mengatasi mencret, lalu keluarga membawa anaknya
kerumah sakit dan telah diberikan paracetamol suppose 125 mg,
IVFD KaEN 1B, hasil pemeriksaan darah: Hb 10,9 g/dl, lekosit
5.640/mm3 ,trombosit 303.0000/mm3 , Ht 33% Cara masuk kerumah
sakit RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan rujukan dari RS. Solok.
III.RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
a. PRENATAL
1. Ketika hamil keadaan ibu sehat dan normal seperti biasanya
2. Ibu mengatakan sewaktu hamil trimester pertama sering
memeriksa kehamilan dengan bidan terdekat dan hasil
pemeriksaan baik dan normal.
b. INTRANATAL
Umur kehamilan 39-40 minggu, persalinan normal dibantu oleh
bidan
c. POSTNATAL
59. 59
1. Ketika hamil keadaan ibu sehat dan normal seperti biasanya
2. Ibu mengatakan anak mau dan lancer saat diberi ASI.
IV. RIWAYAT KESEHATAN
a. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Pada riwayat penyakit sebelumnya keluarga mengatakan pasien baru
pertama kali dirawat dirumah sakit. Pasien mendapatkan imunisasi
lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis A)
b. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Pasien mulai sakit diare pada tanggal 1 Juli 2022, Pengkajian pada pasien
mulai dilakukan pada tanggal 8 Juli 2022. Klien masuk RSUP Dr. M.
Djamil Padang dengan keluhan diare.Diare terjadi sejak 7 hari yang lalu
dan disertai dengan mual dan muntah. Keluarga mengatakan anaknya
mencret dan demam sejak 4 hari yang lalu sebelum dibawa kerumah sakit
solok, demam dan diare terus-menerus, keluarga hanya memberikan
kompres pada anaknya tetapi tidak tahu cara mengatasi mencret, lalu
keluarga membawa anaknya kerumah sakit dan telah diberikan
paracetamol suppose 125 mg, IVFD KaEN 1B, hasil pemeriksaan darah:
Hb 10,9 g/dl, lekosit 5.640/mm3 ,trombosit 303.0000/mm3 , Ht 33% dan
akhirnya dirujuk kerumah sakit RSUP Dr. M. Djamil Padang.
c. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Keluarga mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
yang sama seperti pasien.
60. 60
Genogram 3 generasi:
V. RIWAYAT KESEHATAN LINGKUNGAN
Pada data riwayat kesehatan lingkungan didapatkan pasien tinggal bersama
kedua orang tuanya dan 2 orang kakaknya, pasien tinggal dirumah
permanen yang mempunyai 2 kamar mandi dan 1 WC, sumber air minum
biasanya keluarga mengkonsumsi air minum isi ulang, tempat pembuangan
sampah rumah tangga dibuang ke TPS.
61. 61
VI. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
1. Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya dan 2 orang kakaknya.
2. Hubungan dengan anggota keluarga : Baik
3. Hubungan dengan teman sebaya : Baik
4. Pembawaan secara umum : Baik
5. Lingkungan rumah : Bersih
VII. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG
a. Motorik Kasar
An.A dapat duduk, merangkak, berdiri, berjalan dan berlari dengan
normal seperti anak pada umumnya.
b. Motorik Halus
An.A dapat menulis, menggenggam memotong kertas, mencoret
gambar, menyusun balok
c. Kognitif dan Bahasa
An.A dalam berbicara sudah bisa tapi masih belum jelas untuk
pengucapannya, An dia.A sudah mulai bertanya-tanya tentang apa
saja yang ada disekitarnya yang tidak ketahui.
d. Sosial dan kemandirian
An.A sudah mampu menyuap makanannya sendiri, An.A juga sudah
mulai bisa berteman
62. 62
VIII.IMUNISASI
IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
Jenis Imunisasi Usia
Pemberian
I
Usia
Pemberian
II
Usia
Pemberian
III
BCG Saat baru lahir - -
HEPATITIS 24 jam 2 bulan 3 bulan
DPT 2 bulan 3 bulan 4 bulan
POLIO 2 bulan 3 bulan 4 bulan
CAMPAK 8 bulan 14 bulan 18 bulan
63. 63
Pola pemenuhan Nutrisi
Ibu An.A selalu memberikan ASI dan makanan yang bergizi
untuk An.A dan diselingi juga dengan vitamin
Saat sakit makanannya hanya habis 1/3 porsi dari makanannya
a. Pola Tidur
Tidur siang 2 jam dan tidur malam 10 jam
Saat sakit waktu tidur berkurang menjadi tidur siang 1 jam dan
tidur malam 5 jam
b. Pola aktifitas/Latihan/OR/Bermain/Hoby
Saat sehat Aktivitas bermain : Baik
Saat sakit Aktivitas bermain : Tidak ada
c. Pola Kebersihan diri
1. Mandi
Saat An.A sehat (2 kali sehari, dibantu oleh ibu An.A)
Saat An.A sakit (1 kali sehari, dibantu ibu pasien)
2. Oral Hygiene
Saat An.A sehat (2 kali sehari, dibantu ibu pasien)
Saat An.A sakit (1 kali sehari, dibantu ibu pasien)
3. Cuci rambut
Saat An.A sehat (2 hari sekali, dibantu ibu pasien)
Saat An.A sakit ( 1 kali sehari, dibantu ibu pasien)
4. Berpakaian
Saat An.A sehat ( dibantu ibu pasien)
64. 64
Saat An.A sakit (dibantu ibu pasien, sesekali dibantu perawat)
e. Pola Eliminasi
1. BAB :
- Frekuensi : Lebih dari 6 kali sehari
- Warna : Kekuningan
- Bau : Sedikit menyengat
- Konsistensi : Cair
- Keluhan : BAB Cair
- Kebiasaan pada waktu BAB : Tidak ada
2. BAK :
- Frekuensi : 5 Kali sehari
- Warna : Normal
- Kebiasaan ngompol : Tidak ada
f. Kebiasaan Lain
- Mengigit jari : Tidak ada
- Menghisap jari : Tidak ada
- Mengigit kuku : Tidak ada
- Mudah marah : Tidak ada
- Memainkan genital : Tidak ada
- Keluhan yang berhubungan dengan BAK : Tidak ada
65. 65
X. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum Klien : tampak lemah
b. TB / BB : 85 cm/16, 8 kg
c. Kepala : Keadaan kepala didapatkan lingkar kepala
48 cm dan tidak ada kerontokan pada
rambut.
d. Mata : Pada mata ditemukan simetris kiri dan
kanan, konjungtiva tidak anemis, sclera
tidak ikterik, palpebra tidak oedema, mata
tidak cekung, tidak ada lingkar mata
hitam, reflek cahaya + /+.
e. Telinga : simetris kiri & kanan, tidak ada serumen
f. Hidung : simetris kiri& kanan, tidak ada secret
g. Mulut : tampak warna bibir merah muda, mukosa
bibir kering, tidak ada sianosis, lidah tampak
kotor/memutih, tidak ada gusi berdarah, gigi
lengkap dan tidak ada gigi berdarah
h. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjer tiroid
i. Dada
I : Benuk dada datar, Simetris
P : Tidak ada lesi dan pembengkakan Jantung
I : bentuk dada datar, simetris
P : hepar tidak teraba
A : bunyi jantung normal, tidak ada bunyi jantung tambahan
66. 66
j. Paru – paru
I: Simetris kiri dan kanan, tidak ada bantuan otot bantu pernapasan
P : Teraba pengembangan dada kanan dan kiri
P : perkusi sonor
A : Vesikuler
k. Perut
I : perut datar, tidak ada pembesaran dan distensi abdomen
P : tidak ada terabanya benjolan, tidak teraba adanya pembesaran
hepar dan supel,
P : didapatkan tympani
A : bising usus (+) 12 x /i,.
l. Punggung : Bentuk normal, tidak ada kelainan, Tidak ada lesi pada
punggung dan tidak ada pembengkakan
m. Ekstremitas : teraba hangat, tidak ada sianosis, IVFD
terpasang pada tangan sebelah kiri IVFD KaEN 1B 18 tetes/I
(makro), kekuatan otot 5/5.
n. Genitalia : Tampak bersih dan tidak ada bekas
luka
o. Kulit : akral teraba hangat, turgor kulit
kering
j. Pemeriksaan Neurologis : -
XI. PEMERIKSAAN TUMBUH KEMBANG
a. DDST (Denver Developmental Screening Test)
1. Motorik Kasar
67. 67
Dapat duduk, berdiri, berjalan dan berlari dengan normal.
2. Motorik Halus
Dapat mengambil benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk,
mampu makan makanannya sendiri, mampu menyusun balok.
3. Kognitif dan Bahasa
Bahasa belum jelas
4. Sosial dan Kemandirian
Dibantu oleh orang tua
b. STATUS NUTRISI
Gizi baik, tinggi normal, berat normal, dan tidak Stunting.
XII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 08 Juli 2022, didapatkan Hb
10,6 g/dl, lekosit 2.600/mm3 ,trombosit 366.000/mm3 .
Nilai normal:
b. DIAGNOSTIK (Rontgen, CT Scan, dll): -
c. Therapi yang didapatkan
68. 68
KaEN 1B 18 tetes/I (makro),urdafalk 125 mg , meropenem 700
g, Zinc 20 mg, asam folat 1x1 mg.resomal 160 cc
XIII. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang diberikan yaitu KaEN 1B 18
tetes/I (makro),urdafalk 125 mg , meropenem 700 g, Zinc 20 mg, asam
folat 1x1 mg.resomal 160 cc.
XIV. ANALISA DATA
NO. DATA MASALAH ETIOLOGI
1. Data Subjektif (DS) :
- Keluarga An. A diare
sejak 7 hari yang lalu
dan disertai dengan
mual dan muntah
- Ibu klien mengatakan
anaknya mengalami
diare lebih dari 6 kali
sehari
- Keluarga mengatakan
makanannya hanya
habis 1/3 porsi dari
makanannya
- Keluarga mengatakan
anaknya tampak lemah
dan hanya tidur di
tempat tidur
Data Objektif (DO) :
- Keadaan umum klien
tampak lemah,
- Berat badan 16.8 kg,
tinggi badan 85 cm.
- Keadaan kepala
Diare Proses infeksi
69. 69
didapatkan lingkar
kepala : 48 cm dan
tidak ada kerontokan
pada rambut.
- Pemeriksaan mulut
tampak warna bibir
merah muda, mukosa
bibir kering, tidak ada
sianosis, lidah tampak
kotor/memutih, tidak
ada gusi berdarah, gigi
lengkap dan tidak ada
gigi berdarah.
- Turgor kulit kering
- Pemeriksaan
laboratorium
didapatkan Hb 10,6
g/dl, lekosit
2.600/mm3, trombosit
366.000/mm3
- Bising usus (+) 12 x /i
2. Data Subjektif (DS) :
- Keluarga mengatakan
anaknya mencret dan
demam sejak 4 hari
yang lalu sebelum
dibawa kerumah sakit
solok
- Keluarga mengatakan
bahwa anaknya masih
demam dan suhu tubuh
37,9 o
C
- Keluarga mengatakan
anaknya juga menangis
saat demamnya tinggi
Hipertermia Dehidrasi
70. 70
Data Objektif (DO) :
- TTV: Pernafasan 28 x/I,
nadi 96 x/I, suhu : 37 °C
- Pada ekstremitas teraba
hangat
- Pada kulit akral teraba
hangat
3. Data Subjekif (DS) :
- Keluarga mengatakan
hanya memberikan
kompres pada anaknya
tetapi tidak tahu cara
mengatasi mencret
- Keluarga mengatakan
tidak tahu pasti dan
tidak mengerti dengan
penyakit anaknya dan
penyebab pasti penyakit
anaknya
Data Objektif (DO) : -
Defisit
pengetahuan
tentang diare
Kurang terpapar
informasi
XV. DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN
NO DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
(NANDA/SDKI)
TGL
MUNCUL
TT TGL
TERATASI
TT
1 Diare berhubungan dengan
proses infeksi
08 Juli
2022
2 Hipertermia berhubungan
dengan dehidrasi
08 Juli
2022
3 Defisit pengetahuan tentang
diare berhubungan dengan
kurang terpapar informasi
08 Juli
2022
71. 71
XVI. RENCANA KEPERAWATAN
NO. DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
SLKI SIKI
1. Diare berhubungan
dengan proses
infeksi
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 1x24 jam
diharapkan eliminasi
fekal membaik dengan
kriteria hasil :
- Kontrol
pengeluaran
feses
meningkat
- Keluhan
defekasi lama
dan sulit
menurun
- Konsistensi
feses membaik
- Frekuensi
defekasi
membaik
Manajamen Diare
Observasi :
- Identifikasi
penyebab
diare ( Bakteri
pada air
- Identifikasi
riwayat
pemberian
makanan
- Monitor
warna,
volume,
frekuensi, dan
konsistensi
tinja
Terapeutik :
- Berikan
asupan cairan
oral
- Pasang jalur
intravena
- Berikan cairan
intravena
Edukasi :
- Anjurkan
makan porsi
kecil dan
sering secara
bertahap
- Anjurkan
menghindari
makanan
pembentuk
gas, pedas dan
mengandung
72. 72
laktosa
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
obat
antimotilitas (
mis.
Loperamide,
difenoksilat
- pemberian
obat pengeras
feses ( mis.
Atapulgit,
smektit,
kaolin-pektin )
Setelah dilakukan
Intervensi keperawatan
selama 1x24 jam
diharapkan
termoregulasi
membaik dengan
kriteria hasil :
- Suhu tubuh
membaik
- Suhu kulit
membaik
- Ventilasi
membaik
Manajemen
Hipertermia
Observasi :
- Identifikasi
penyebab
hipertermia (
dehidrasi)
- Monitor suhu
tubuh
- Monitor kadar
elektralit
Teraupeutik :
- Sediakan
lingkungan
yang dingin
- Longarkan
atau lepaskan
pakaian
- Basahi dan
kipasi
permukaan
tubuh
- Berikan cairan
oral
73. 73
Edukasi :
- Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
cairan dan
elektrolit
intravena,jika
perlu
74. 74
Edukasi Kesehatan
Observasi :
- Identifikasi
kesiapan dan
kemampuan
menerima
informasi
- Identifikasi
faktorfaktor
yang dapat
meningkatkan
dan
menurunkan
motivasi
perilaku hidup
bersih dan
sehat
Terapeutik :
- Sediakan
materi dan
media
pendidikan
kesehatan
- Jadwalkan
pendidikan
kesehatan
sesuai
kesepakatan
- Berikan
kesempatan
untuk bertanya
Edukasi :
- Jelaskan faktor
risiko yang
dapat
mempengaruhi
kesehatan
- Ajarkan
perilaku hidup
bersih dan
sehat
- Ajarkan
75. 75
strategi yang
dapat
digunakan
untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan
sehat
XVII. CATATAN PERKEMBANGAN
NO.
DX HARI/
JAM
IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
HARI/
JAM
EVALUASI
(SOAP)
PARAF
1 Jumat,
8 Juli
2022,
08.00
wib
1.Monitor tinja
Obsevasi
Memonitor warna,
volume, frekuensi,
dan konsistensi tinja
2.Pemberian cairan
intravena
Terapeutik
Memberikan KaEN 1B
18 tetes/I (makro)
Jumat,
8 Juli
2022,
10.00
wib
S : Ibu klien
mengatakan
anaknya
masih
mengalami
diare sekitar
5 kali sehari
Keluarga
mengatakan
makanan An.
A hanya
habis 1/2
porsi dari
makanannya
Keluarga
mengatakan
anaknya
masih tampak
lemah dan
hanya tidur di
76. 76
tempat tidur O :
Keadaan umum
klien masih tampak
lemah, Turgor kulit
masih kering A:
Masalah
belum
teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan
- Monitor
tinja
- Pemberia n
cairan intravena
2 Jumat,
8 Juli
2022,
11.00
wib
1.Monitor suhu tubuh
Observasi
Mengukur suhu tubuh
Edukasi
Menganjurkan tirah
baring
2.Pemberian cairan
dan elektrolit intravena
Terapeutik
Memberikan cairan
dan elektrolit
intravena,
Jumat,
8 Juli
2022,
15.00
wib
S: Keluarga
mengatakan bahwa
anaknya sudah
tidak
demam O: TTV:
Pernafasan 28 x/I,
nadi 90 x/I, suhu :
37 °C
A: Masalah
teratasi
P: Intervensi
dihentikan
1 Sabtu,
9 Juli
2022,
10.00
wib
1.Monitor tinja
Obsevasi
Memonitor warna,
volume, frekuensi,
dan konsistensi tinja
2.Pemberian cairan
Sabtu,
9 Juli
2022,
14.00
wib
S : Ibu klien
mengatakan
anaknya sudah
tidak
diare lagi Keluarga
mengatakan
77. 77
intravena
Terapeutik
Memberikan KaEN 1B
18 tetes/I (makro)
3.Anjurkan pantangan
Edukasi
Menganjurkan
menghindari
makanan
pembentuk gas,
pedas
dan mengandung
laktosa
makanan An.
A habis Keluarga
mengatakan
anaknya sudah
bersemangat O :
Keadaan umum
klien tampak sudah
bersemangat, Turgor
kulit sudah normal
A: Masalah
teratasi P:
Intervensi
dihentikan
3 Sabtu,
9 Juli
2022,
14.30
wib
1.Identifikasi
kesiapan dan
kemampuan
menerima informasi
Observasi
Mengidentifikasi
kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi
2. Sediakan materi
dan media
pendidikan
kesehatan
Terapeutik
Menyediakan materi
dan media pendidikan
kesehatan
Jumat,
10 Juli
2022,
10.00
wib
S: Keluarga
mengatakan sudah
mampu
memberikan
oralit saat anggota
keluarganya
terkena diare
Keluarga
mengatakan sudah
tahu penyebab dan
gejala diare O:
Keluarga tampak
sudah mengerti
tentang penyakit
anaknya A:
Masalah
teratasi P:
Intervensi
dihentikan
78. 78
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada bab ini, penulis akan menyimpulkan hasil dari Asuhan
Keperawatan Pada An.A dengan Diare di RSUP Dr. M. Djamil Padang,
mulai dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan yang
dilaksanakan pada tanggal 08 sampai dengan 10 Juli 2018.
• Keluarga pasien sudah mengerti dan memahami tentang
konsep
penyakit diare
• Pengkajian asuhan keperawatan pada An.a dengan Diare di
RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2022 dapat dilakukan dengan
baik. Data yang ditemukan selaras dengan konsep teori.
• Pada diagnosa asuhan pada An.A dengan Diare di RSUP
Dr. M. Djamil Padang 2022 dapat dirumuskan 3 diagnosa pada
tinjauan
kasus.
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi
2. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi tentang diare
79. 79
• Pada perencanaan asuhan keperawatan pada An.A dengan
Diare di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2022 beberapa
perencanaan dapat diterapkan pada tinjauan kasus.
• Pada implementasi asuhan keperawatan pada An.A dengan
Diare di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2022 hampir semua
dapat dilakukan, namun ada beberapa rencana tindakan yang
penulis tidak dapat dilakukan oleh perawat tersebut.
• Evaluasi pada pasien dengan asuhan keperawatan pada
An.A dengan Diare di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2022,
ketiga masalah keperawatan teratasi.
B. Saran
Setelah pemakalah membuat kesimpulan tentang asuhan
keperawatan pada An.F dengan dengan Diare di RSUP Dr. M. Djamil
Padang tahun 2022 maka penulis menganggap perlu adanya saran untuk
memperbaiki dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan. Adapun saran-
saran sebagai
berikutnya:
Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan kesehatan harus melakukan pengembangan
dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang, agar bisa
memberikan asuhan keperawatan yang profesional untuk klien,
khususnya asuhan keperawatan An. A dengan Diare.
80. 80
Rumah Sakit
Rumah sakit harus menekankan perawat dan petugas kesehatan
lainnya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan demi membantu
pengobatan klien dan memberikan kepuasan klien dalam pelayanan di
Rumah sakit, terutama pada pelayanan penyakit diare
Penulis
Penulis harus mampu memberikan dan berfikir kritis dalam
melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien,
terutama klien An.A dengan Diare. Penulis juga harus menggunakan
teknik komunikasi terapeutik yang lebih baik lagi pada saat
pengkajian, tindakan dan evaluasi agar terjalin kerja sama yang baik
guna mempercepat kesembuhan klien.
Penulis Selanjutnya
Penulis selanjutnya sebaiknya dapat memberikan pelayanan dan
melakukan asuhan keperawatan yang lebih baik lagi, terutama pada
klien An.A dengan Diare. Kerja sama yang baik hendaknya tetap
dipertahankan dan untuk mengatasi terjadinya komplikasi lanjut.
62
81. 81
DAFTAR PUSTAKA
Esmi Sinaga. (2018). Asuhan keperawatan anak pada anak c pasien diare
ruang rawat nginap di puskesmas puuwatu tahun.
(https://www.scribd.com/document/394184751/KTI-ESMI-SINAGA)
Debby Daviani Prawati, Dani Nasirul Haqi. (2019). Faktor Yang
Mempengaruhi Kejadian Diare Di Tambak Sari, Kota Surabaya.
Andi Fatmawati. 2017. Asuhan Keperawatan Pada An. R Dengan
Kasus Diare Pada Anak Di Ruang Madinah RSI Siti Khadijah
Palembang.
( http://repository.stik-sitikhadijah.ac.id/241/1/41505001.pdf )
Kartika Sari Wijayaningsih. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta.
M. Fadila Arie Novard, Netti Suharti, Roslaili Rasyid. (2019).
Gambaran Bakteri Penyebab Infeksi Pada Anak Berdasarkan Jenis
Spesimen dan Pola Resistensinya di Laboratorium RSUP Dr. M.
Djamil Padang Tahun 2014-2016.
Syaifuddin. (2016). Anatomi Fisiologi (Monica Ester, Ed.). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Ns. Yuliastati,S.Kep, M.Kep, Amelia Arnis. (2016). Keperawatan
Anak. Jakarta. Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta Selatan.
Tim Pokja Sdki PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan.
Tim Pokja Siki PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan.
Tim Pokja Slki PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan.
Umar Zein. (2004). Diare Akut Infeksius Pada Dewasa.