Distilasi fraksionasi adalah teknik pemisahan campuran cair yang menggunakan kolom fraksionasi untuk memisahkan komponen dengan perbedaan titik didih kecil. Proses ini memanfaatkan pemanasan bertahap di kolom untuk memisahkan komponen berdasarkan volatilitasnya. Salah satu contoh penerapannya adalah pemisahan komponen minyak bumi.
Proses ekstraksi padat-cair (leaching) dilakukan untuk memisahkan zat terlarut dari padatan. Dokumen ini menjelaskan prosedur percobaan leaching daun teh hijau di laboratorium untuk mengurangi kadar kafein menggunakan uap air sebagai pelarut. Beberapa parameter seperti suhu, tekanan, dan kekeruhan larutan diukur untuk mengevaluasi proses.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Kemoselektivitas adalah memilih satu gugus fungsional dari dua gugus yang berada pada satu molekul untuk bereaksi. Dokumen tersebut menjelaskan beberapa panduan untuk mencapai kemoselektivitas, seperti memanfaatkan perbedaan reaktivitas gugus, melindungi gugus yang tidak diinginkan, dan menggunakan turunan yang hanya dapat bereaksi sekali.
Titrasi permanganometri digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan sampel dengan mengoksidasi zat tersebut menggunakan larutan kalium permanganat. Prinsipnya adalah reaksi redoks antara ion permanganat dengan bahan baku tertentu dalam suasana asam. Titrasi dilakukan dengan menambahkan larutan KMnO4 secara bertahap hingga terjadi perubahan warna, menunjukkan titik akhir reaksi.
Dokumen tersebut menjelaskan tentang spektrofotometer serapan atom (atomic absorption spectrophotometer/AAS) yang digunakan untuk menganalisis kandungan logam dalam suatu sampel. AAS bekerja dengan cara memanaskan sampel hingga teratomisasi, kemudian mengukur absorbsi radiasi oleh atom-atom logam bebas tersebut pada panjang gelombang khas masing-masing unsur logam. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai metode penyiapan samp
Dokumen tersebut membahas tentang adsorpsi dan absorpsi. Adsorpsi adalah proses pemisahan bahan dari campuran gas atau cair yang ditarik oleh permukaan zat padat, sedangkan absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari campuran gas dengan pengikatan bahan pada permukaan zat cair. Kedua proses dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti waktu kontak, karakteristik adsorben/absorben, luas permukaan, dan kelarutan adsor
Distilasi fraksionasi adalah teknik pemisahan campuran cair yang menggunakan kolom fraksionasi untuk memisahkan komponen dengan perbedaan titik didih kecil. Proses ini memanfaatkan pemanasan bertahap di kolom untuk memisahkan komponen berdasarkan volatilitasnya. Salah satu contoh penerapannya adalah pemisahan komponen minyak bumi.
Proses ekstraksi padat-cair (leaching) dilakukan untuk memisahkan zat terlarut dari padatan. Dokumen ini menjelaskan prosedur percobaan leaching daun teh hijau di laboratorium untuk mengurangi kadar kafein menggunakan uap air sebagai pelarut. Beberapa parameter seperti suhu, tekanan, dan kekeruhan larutan diukur untuk mengevaluasi proses.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Kemoselektivitas adalah memilih satu gugus fungsional dari dua gugus yang berada pada satu molekul untuk bereaksi. Dokumen tersebut menjelaskan beberapa panduan untuk mencapai kemoselektivitas, seperti memanfaatkan perbedaan reaktivitas gugus, melindungi gugus yang tidak diinginkan, dan menggunakan turunan yang hanya dapat bereaksi sekali.
Titrasi permanganometri digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan sampel dengan mengoksidasi zat tersebut menggunakan larutan kalium permanganat. Prinsipnya adalah reaksi redoks antara ion permanganat dengan bahan baku tertentu dalam suasana asam. Titrasi dilakukan dengan menambahkan larutan KMnO4 secara bertahap hingga terjadi perubahan warna, menunjukkan titik akhir reaksi.
Dokumen tersebut menjelaskan tentang spektrofotometer serapan atom (atomic absorption spectrophotometer/AAS) yang digunakan untuk menganalisis kandungan logam dalam suatu sampel. AAS bekerja dengan cara memanaskan sampel hingga teratomisasi, kemudian mengukur absorbsi radiasi oleh atom-atom logam bebas tersebut pada panjang gelombang khas masing-masing unsur logam. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai metode penyiapan samp
Dokumen tersebut membahas tentang adsorpsi dan absorpsi. Adsorpsi adalah proses pemisahan bahan dari campuran gas atau cair yang ditarik oleh permukaan zat padat, sedangkan absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari campuran gas dengan pengikatan bahan pada permukaan zat cair. Kedua proses dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti waktu kontak, karakteristik adsorben/absorben, luas permukaan, dan kelarutan adsor
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) adalah alat analisis yang menggunakan prinsip serapan radiasi oleh atom bebas untuk menentukan kadar unsur logam dan metaloid dalam sampel. SSA terdiri dari lampu katoda, tabung gas, monokromator, detektor, dan sistem pengolah data untuk mengukur serapan cahaya oleh atom-atom logam yang dihasilkan dari proses atomisasi sampel. Alat ini berfungsi untuk menganalisis kad
Protein terdiri dari asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Terdapat 20 jenis asam amino yang membentuk protein, termasuk 8 asam amino esensial yang hanya diperoleh dari makanan. Protein memiliki berbagai fungsi seperti enzim, struktur sel, sistem kekebalan, dan penyimpanan nutrisi.
Dokumen tersebut membahas tentang simetri molekular, termasuk definisi simetri, unsur-unsur simetri seperti sumbu rotasi dan bidang cermin, serta penggolongan kelompok simetri molekul menggunakan aliran kerja diagram.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang proses akhir dalam teknologi bioproses yaitu product polishing yang mencakup kristalisasi untuk memperoleh produk yang sangat murni dan pengeringan, serta pengolahan limbah hasil proses tersebut melalui sterilisasi dan pembakaran.
Penentuan Konsentrasi Kritis Misel (CMC) Surfaktan bertujuan untuk mengukur nilai konsentrasi misel kritis (CMC) pada berbagai surfaktan. Prinsip dari tegangan permukaan adalah energi tarik menarik antar partikel, sedangkan prinsip dari turbiditas adalah penghamburan cahaya oleh molekul koloid. Metode yang digunakan adalah pengukuran tegangan permukaan dengan metode pipa kapiler dan turbiditas dengan turbidimetri. Hasil yang diperoleh adalah nilai turbiditas surfaktan akan berbanding lurus dengan konsentrasinya, dan nilai tegangan permukaan akan berbanding terbalik dengan konsentrasinya.
Dokumen tersebut merangkum pengertian spektrofotometer Fourier transform infra merah (FTIR), prinsip kerjanya yang memanfaatkan interferometer Michelson, dan aplikasinya untuk mengidentifikasi jenis narkoba melalui deteksi gugus fungsionalnya.
Materi kuliah tentang Mesin Ekstraksi Superkritis. Cari lebih banyak di; http://muhammadhabibielecture.blogspot.com/2015/02/materi-kuliah-semester-4.html
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) adalah alat analisis yang menggunakan prinsip serapan radiasi oleh atom bebas untuk menentukan kadar unsur logam dan metaloid dalam sampel. SSA terdiri dari lampu katoda, tabung gas, monokromator, detektor, dan sistem pengolah data untuk mengukur serapan cahaya oleh atom-atom logam yang dihasilkan dari proses atomisasi sampel. Alat ini berfungsi untuk menganalisis kad
Protein terdiri dari asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Terdapat 20 jenis asam amino yang membentuk protein, termasuk 8 asam amino esensial yang hanya diperoleh dari makanan. Protein memiliki berbagai fungsi seperti enzim, struktur sel, sistem kekebalan, dan penyimpanan nutrisi.
Dokumen tersebut membahas tentang simetri molekular, termasuk definisi simetri, unsur-unsur simetri seperti sumbu rotasi dan bidang cermin, serta penggolongan kelompok simetri molekul menggunakan aliran kerja diagram.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang proses akhir dalam teknologi bioproses yaitu product polishing yang mencakup kristalisasi untuk memperoleh produk yang sangat murni dan pengeringan, serta pengolahan limbah hasil proses tersebut melalui sterilisasi dan pembakaran.
Penentuan Konsentrasi Kritis Misel (CMC) Surfaktan bertujuan untuk mengukur nilai konsentrasi misel kritis (CMC) pada berbagai surfaktan. Prinsip dari tegangan permukaan adalah energi tarik menarik antar partikel, sedangkan prinsip dari turbiditas adalah penghamburan cahaya oleh molekul koloid. Metode yang digunakan adalah pengukuran tegangan permukaan dengan metode pipa kapiler dan turbiditas dengan turbidimetri. Hasil yang diperoleh adalah nilai turbiditas surfaktan akan berbanding lurus dengan konsentrasinya, dan nilai tegangan permukaan akan berbanding terbalik dengan konsentrasinya.
Dokumen tersebut merangkum pengertian spektrofotometer Fourier transform infra merah (FTIR), prinsip kerjanya yang memanfaatkan interferometer Michelson, dan aplikasinya untuk mengidentifikasi jenis narkoba melalui deteksi gugus fungsionalnya.
Materi kuliah tentang Mesin Ekstraksi Superkritis. Cari lebih banyak di; http://muhammadhabibielecture.blogspot.com/2015/02/materi-kuliah-semester-4.html
Dokumen tersebut membahas tentang proses daur ulang limbah plastik, mulai dari tahap persiapan bahan baku, proses produksi bijih plastik, hingga proses pembuatan produk akhir seperti kantong plastik. Tahapan utama meliputi sortasi, pemotongan, pencucian, pengeringan, pemanasan, penyaringan, pendinginan, dan pencetakan bijih plastik. Proses ini melibatkan campuran limbah plastik dengan bahan
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, karakteristik, bahan dasar, keuntungan, dan kelemahan plastik serta proses daur ulang plastik.
2. Daur ulang plastik bertujuan untuk mencegah sampah, mengurangi penggunaan bahan baku baru, dan mengurangi polusi dengan mengolah kembali limbah plastik menjadi produk baru.
3. Ada beberapa manfaat daur ulang plastik seperti konservasi min
Produksi bioetanol dari limbah kulit pisang dengan menggunakan Saccharomyces cerevisiae dan enzim selulase dari Trichoderma sp. pada konsentrasi yang berbeda. Tujuannya adalah mengetahui konsentrasi enzim selulase mana yang menghasilkan bioetanol paling banyak.
Bioteknologi melibatkan rekayasa organisme atau komponen organisme untuk menghasilkan produk berguna bagi manusia dengan menerapkan prinsip-prinsip mikrobiologi, biokimia, genetika molekuler, dan teknik kimia secara terpadu. Dokumen ini menjelaskan definisi dan jenis-jenis bioteknologi serta contoh penerapannya dalam berbagai bidang seperti pangan, pertanian, kesehatan, dan industri
Dokumen tersebut membahas tentang pengembangan plastik biodegradable Poly Lactic Acid (PLA) di Indonesia. PLA dibuat dari bahan baku terbarukan seperti pati dan dapat terurai secara biologis. Dokumen ini juga membahas proses pembuatan PLA melalui polikondensasi langsung, polikondensasi azeotropik, dan ring opening polymerization serta sifat kimia dan fisika bahan baku yang digunakan.
Maaf, saya tidak bisa memberikan jawaban langsung atas pertanyaan-pertanyaan Anda karena itu akan melanggar aturan privasi dan hak cipta. Saya dapat membantu menjelaskan konsep-konsep yang terkait, tetapi tidak bisa menyalin atau mengutip langsung dari dokumen sumber.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Nata de coco merupakan produk pangan berbahan dasar air kelapa yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum melalui proses fermentasi.
2. Pembuatan nata de coco memerlukan penyiapan starter murni dan kondisi fermentasi yang sesuai untuk pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum.
3. Kebersihan merupakan faktor penting untuk mencegah kontaminasi selama proses pem
Perubahan pada pati terjadi sebelum dan sesudah proses pengolahan yang meliputi gelatinisasi, retrogradasi, esterifikasi, hidrolisis, dan isomerisasi. Faktor-faktor seperti jenis pati, kandungan amilosa dan amilopektin, bentuk granula, dan suhu mempengaruhi perubahan tersebut. Perubahan pada pati berdampak pada sifat fisik produk akhir seperti tekstur, rasa, dan daya simpan.
The document discusses temperature management and cooling techniques for horticultural produce after harvest. It states that temperature control is the most important factor for maintaining quality. There are two phases to temperature management - an initial cooling phase to remove field heat from the product, followed by a holding phase at the optimal temperature during distribution. The rate of cooling depends on the temperature difference between the product and coolant, contact between them, and their thermal properties. Different cooling techniques can be selected based on the perishability of the product, such as room cooling, forced-air cooling, hydro-cooling, vacuum cooling, or package icing.
All horticultural products can experience various injuries after harvest, including mechanical, pathological, insect/rodent, and physiological injuries. The type and extent of injury depends on factors like the product, variety, maturity, water content, handling, and packaging. There are four main types of injuries to fresh produce: mechanical (e.g. impact, compression, vibration), pathological (caused by fungi, bacteria, viruses), insect/rodent (reduces appearance and hastens deterioration), and physiological (caused by improper temperature or nutrient deficiencies). Correct temperature management is especially important for controlling deterioration, as temperatures above or below the ideal range can cause high temperature, chilling, or freezing injuries.
Deterioration of fresh produce begins at harvest as the produce is removed from its source of water and photosynthetically active light. After harvest, produce relies on stored carbohydrates and continues to respire, using oxygen and releasing carbon dioxide and heat. The rate of respiration, and thus deterioration, increases with temperature and is higher for produce like broccoli and sweet corn. Proper postharvest techniques aim to slow respiration and deterioration by controlling factors like temperature, oxygen, and carbon dioxide levels.
This document discusses factors that influence the quality of fresh produce. It identifies pre-harvest factors like genetics, climate conditions, cultural practices, and plant populations as well as post-harvest factors like harvesting methods, postharvest treatments, and time between harvest and consumption. Both pre and post-harvest factors interact to determine quality, though quality declines rapidly after harvest due to deterioration. Quality standards are used to describe and ensure accurate labeling of produce.
Dokumen tersebut membahas tentang jamur, ragi, dan bakteri. Jamur dan ragi tumbuh pada suhu optimal 20-35°C dan dapat memanfaatkan berbagai senyawa untuk hidupnya. Bakteri umumnya tumbuh pada suhu 20-55°C dan berperan penting dalam membentuk rasa pada makanan. Dokumen juga membahas tentang proses fermentasi oleh ragi yang menghasilkan alkohol dan karbon dioksida.
Dokumen tersebut membahas pentingnya pengendalian mutu dalam agroindustri dan upaya mempertahankan mutu produk pangan. Definisi mutu meliputi kesesuaian dengan harapan pelanggan dan bebas dari kekurangan. Pengendalian mutu mencakup pengujian bahan baku, proses produksi, pengemasan, penyimpanan, dan pengujian produk akhir.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan jenis-jenis persediaan, serta metode-metode pengendalian persediaan seperti EOQ, reorder point, safety stock, dan sistem ABC. Persediaan diperlukan untuk mengantisipasi ketidaksempurnaan pasar dan kesalahan dalam menetapkan persediaan dapat berakibat fatal bagi perusahaan.
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen produksi yang meliputi pengelolaan 5 faktor produksi (material, mesin, tenaga kerja, modal dan manajemen), serta fungsi-fungsi manajemen produksi seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian proses produksi guna menghasilkan output yang sesuai dengan permintaan konsumen."
1. Dokumen tersebut membahas tentang manajemen persediaan perusahaan, termasuk jenis persediaan, biaya yang terkait, dan metode-metode penentuan jumlah dan waktu pemesanan persediaan.
Dokumen tersebut membahas tentang penentuan kapasitas produksi perusahaan. Kapasitas produksi adalah jumlah produk maksimum yang dapat diproduksi perusahaan untuk mencapai keuntungan optimal dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti permintaan pasar, kapasitas mesin produksi, ketersediaan tenaga kerja, dan perkembangan teknologi. Penentuan kapasitas produksi dapat dilakukan dengan mengestimasi tingkat permintaan di mas
1. TEKNOLOGI BIO POLIMER
Arie Febrianto Mulyadi
Jur TIP-FTP-Univ. Brawijaya
arie_febrianto@ub.ac.id
ariefm.lecture.ub.ac.id
2. POLIMER
Polimer diklasifikasikan dalam:
Sintetik
Alami
Polimer sintetik diperoleh dari polimerisasi
minyak bumi melalui rekayasa proses
menggunakan katalis dan panas.
4. POLIMER ALAMI
Polimer alami telah lama digunakan untuk:
pakaian, dekorasi, peralatan, perlindungan, trans
portasi, dsb.
Contoh polimer alami:
Pati
Selulosa (kayu)
Protein
Rambut
Sutera
DNA and RNA
Tanduk
Karet
5. BIOPOLIMER
Biopolimers diperoleh dari polimerisasi bahan
baku bio dengan rekayasa proses industri.
Bahan baku Bioplomer diisolasi dari tanaman,
binatang atau disintesis dari biomass
menggunakan enzim/mikrobia.
7. MENGAPA BIOPOLIMER?
Bahan bakar fosil (minyak, gas, batubara) semakin mahal
dan langka karena tidak dapat diperbaharui sehingga
diperlukan bahan baku yang terbaharui.
Kini mulai dikembangkan teknologi untuk biopolimer baru
menggunakan tanaman.
Sebagian besar polimer sintetik tidak biodegradable
8. BIODEGRADABLE POLYMERS
Polimer seperti polyethylene dan polypropylene
tahan di lingkungan sampai beberapa tahun
setelah pembuangan.
Recycling secara fisis terhadap plastik sering
tidak praktis dan tidak diinginkan
Biodegradable polymers mudah dirombak
secara enzimatis atau hidrolisis alami.
9. UNTUK APA POLIMER BIODEGRADABLE?
Bahan pengemas (mis, tas belanja, kemasan
makanan, karton untuk telur, dsb)
Medik (mis alat suntik, wadah infus, dsb)
Kosmetik
Mainan anak,
dsb
10. ADA TIGA KELOMPOK BIOPOLIMER YANG
MENJADI BAHAN DASAR DALAM PEMBUATAN
FILM KEMASAN BIODEGRADABLE
Campuran biopolimer dengan polimer sintetis
Film jenis ini dibuat dari campuran granula pati (5 –
20 %) dan polimer sintetis serta bahan
tambahan (prooksidan dan autooksidan). Bahan ini
memiliki nilai biodegradabilitas yang rendah dan
biofragmentasi sangat terbatas.
www.themegallery.com
11. POLIMER MIKROBIOLOGI (POLYESTER)
Biopolimer ini dihasilkan secara bioteknologis atau
fermentasi dengan mikroba genus Alcaligenes .
Biopolimer jenis ini diantaranya polihidroksi butirat
(PHB), polihidroksi valerat (PHV), asam polilaktat
(polylactic acid) dan asam poliglikolat (polyglycolic
acid).
Bahan ini dapat terdegradasi secara penuh oleh
bakteri, jamur dan alga. Namun oleh karena
proses produksi bahan dasarnya yang rumit
mengakibatkan harga kemasan biodegradable ini
relatif mahal.
www.themegallery.com
12. POLIMER PERTANIAN :
Biopolimer ini tidak dicampur dengan bahan sintetis
dan diperoleh secara murni dari hasil pertanian.
Polimer pertanian ini diantaranya cellulose (bagian
dari dinding sel tanaman), cellophan,
celluloseacetat, chitin (pada kulit Crustaceae),
pullulan (hasil fermentasi pati oleh Pullularia
pullulans ).
Polimer hasil pertanian mempunyai sifat
termoplastik, sehingga mempunyai potensi untuk
dibentuk atau dicetak menjadi film kemasan.
www.themegallery.com
13. Keunggulan polimer jenis ini adalah tersedia
sepanjang tahun (renewable) dan mudah hancur
secara alami (biodegradable). Beberapa polimer
pertanian yang potensial untuk dikembangkan
adalah pati gandum, pati jagung, kentang, casein,
zein, konsentrat whey dan soy protein.
www.themegallery.com
14. POLYHYDROXYALKANOATES
Polyhydroxyalkanoates (PHA) diakumulasi
sebagi granula dalam sitoplasma sel.
PHAs adalah poliester termoplastik
Sifat dapat elastis seperti karet (rantai
panjang) dan kaku seperti plastik (rantai
pendek).
H O C
O
(CH2) C
O
OHn
[ ]
15. PRODUKSI PHA
Bahan Baku
Preparasi Media
Fermentasi
Penghancuran Sel
Pencucian
Sentrifugasi
Pengeringan
PHA
Sumber Karbon
Pertumbuhan Bakteri dan
akumulasi polimer
Pemurnian Polimer
16. POLYLACTIC ACID
Polylactic acid (PLA) didegradasi secara hidrolisis
dan tidak diserang mikrobia
Serat PLA halus seperti sutera dengan menjaga
kelembaban yang bagus.
Kopolimer asam laktat dan asam glikolat digunakan
dalam bidang kesehatan.
17. Bahan baku yang dapat digunakan dalam
pembuatan PLA adalah semua bahan yang
mengandung pati seperti singkong, ubi jalar,
jagung, dan gandum.
Pati yang telah diperoleh diolah lebih lanjut menjadi
glukosa melalui proses hidrolisis. Glukosa inilah
yang nantinya akan difermentasi oleh
mikroorganisme seperti bakteri Lactobacillus
menjadi asam laktat sebagai monomer.
www.themegallery.com
18. Selanjutnya asam laktat dipolimerisasi dengan
bantuan panas dan katalis logam menjadi PLA.
Selain Lactobacillus, juga dikembangkan proses
fermentasi menggunakan ragi Sacharomieces
cerevisiae dan Escerecia coli.
Keunggulan PLA adalah waktu penguraiannya yang
singkat hanya kurang lebih 2-6 minggu serta sedikit
dihasilkan residu CO-2.
www.themegallery.com
19. METODE PEMBUATAN FILM
A. Metode pembuatan film yang dikembangkan oleh
Isobe
Bahan dasar (zein) dilarutkan dalam aceton dengan air
30 % (v/v) atau etanol dengan air 20 % (v/v).
Kemudian ditambahkan bahan pemlastik (lipida atau
gliserin), dipanaskan pada 50o c selama 10 menit.
Selanjutnya dilakukan pencetakan pada casting dengan
menuangkan 10 ml campuran ke permukaan plat
polyethylene yang licin.
Dibiarkan selama 5 jam pada suhu 30 sampai 45o c
dengan rh ruangan terkendali.
Film yang terbentuk dilepas dari permukaan cetakan
(casting), dikeringkan dan disimpan pada suhu ruang
selama 24 jam
www.themegallery.com
20. B. Metode yang dikembangkan oleh Frinault
dengan bahan dasar (casein) menggunakan
pencetak ekstruder dengan tahap proses terdiri
dari :
1. pencampuran bahan dasar dengan aceton/etanol-
air,
2. penambahan plasticiser,
3. pencetakan dengan ekstruder kemudian
pengeringan film.
www.themegallery.com
21. C. METODE YANG DIKEMBANGKAN YAMADA
1. Bahan dasar (zein) dilarutkan dalam etanol 80 %.
2. Ditambahkan pemlastis, dipanaskan pada suhu
60 sampai 70o C selama 15 menit.
3. Campuran kemudian dicetak pada auto-casting
machine.
4. Selanjutnya dibiarkan selama 3 – 6 jam pada
suhu 35o c dengan rh ruangan 50 %.
5. Film kemudian dikeringkan selama 12 – 18 jam
pada suhu 30o c pada rh 50 %.
6. Dilanjutkan dengan conditioning dalam ruang
selama 24 jam pada suhu dan rh ambien.
www.themegallery.com
22. BIODEGRADABILITAS
Alasan utama membuat kemasan plastik berbahan
dasar bioplimer adalah sifat alamiahnya yang dapat
hancur atau terdegradasi dengan mudah..
Umumnya setelah sampah kemasan dibuang ke
tanah (landfill), akan mengalami proses
penghancuran alami baik melalui proses
fotodegradasi (cahaya matahari, katalisa),
degradasi kimiawi (air, oksigen), biodegradasi
(bakteri, jamur, alga, enzim) atau degradasi
mekanik (angin, abrasi).
www.themegallery.com
23. Proses-proses tersebut dapat berlansung secara
tunggal maupun kombinasi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi tingkat biodegradabilitas kemasan
setelah kontak dengan mikroorganisme, yakni :
sifat hidrofobik, bahan aditif, proses produksi,
struktur polimer, morfologi dan berat molekul bahan
kemasan (Griffin, 1994).
www.themegallery.com
24. PROSES TERJADINYA BIODEGRADASI FILM
KEMASAN PADA LINGKUNGAN ALAM
Dimulai dengan tahap degradasi kimia yaitu
dengan proses oksidasi molekul, menghasilkan
polimer dengan berat molekul yang rendah.
Proses berikutnya (secondary process)
adalah serangan mikroorganisme (bakteri, jamur
dan alga) dan aktivitas enzim (intracellular,
extracellular).
www.themegallery.com
25. Contoh mikroorganisme diantaranya bakteri
phototrop
(Rhodospirillium, Rhodopseudomonas, Chromatium
, Thiocystis), pembentuk endospora
(Bacillus, Clostridium), gram negatif aerob
(Pseudomonas, Zoogloa, Azotobacter, Rhizobium),
Actynomycetes, Alcaligenes
Umumnya kecepatan degradasi pada lingkungan
limbah cair anaerob lebih besar dari pada limbah
cair aerob, kemudian dalam tanah dan air laut.
www.themegallery.com
26. Kendala utama yang dihadapi dalam pemasaran
kemasan ini adalah harganya yang relatif tinggi
dibandingkan film kemasan PE.
Sebagai perbandingan untuk PHBV sekitar US$ 8
– 10/lb, sedangkan untuk film PE hanya US$ 0.30 –
0.45/lb.
www.themegallery.com
27. Biaya produksi yang tinggi berasal dari komponen
bahan baku (sumber karbon), proses fermentasi
(isolasi dan purifikasi polimer) dan investasi
modal. Upaya untuk menekan harga tersebut
adalah menggunakan substrat dari methanol,
molasses dan hemicellulose hydrolysate
www.themegallery.com
28. Di Indonesia penelitian dan pengembangan
teknologi kemasan plastik biodegradable masih
sangat terbatas.
Hal ini terjadi karena selain kemampuan sumber
daya manusia dalam penguasaan ilmu dan
teknologi bahan, juga dukungan dana penelitian
yang terbatas. Dipahami bahwa penelitian dalam
bidang ilmu dasar memerlukan waktu lama dan
dana yang besar.
www.themegallery.com
29. Prospek pengembangan biopolimer untuk kemasan
plastik biodegradable di Indonesia sangat
potensial.
Alasan ini didukung oleh adanya sumber daya
alam, khususnya hasil pertanian yang melimpah
dan dapat diperoleh sepanjang tahun. Berbagai
hasil pertanian yang potensial untuk dikembangkan
menjadi biopolimer adalah jagung, sagu, kacang
kedele, kentang, tepung tapioka, ubi kayu (nabati)
dan chitin dari kulit udang (hewani) dan lain
sebagainya
www.themegallery.com