5. Mengenai Kepulauan Maluku
Kepulauan Maluku yang terkenal sebagai kepulauan
rempah rempah mengundang banyak sekali bangsa
besar yang ingin datang untuk menguasainya,
terkhusus oleh bangsa Eropa, mulai dari kedatangan
bangsa Spanyol, Portugis, Inggris dan kemudian
bangsa Belanda yang memonopoli perdagangan
dengan cara yang salah. Hal inilah yang menjadi
alasan bangsa Maluku melakukan pemberontakan
6. Motivasi Perlawanan Maluku
Permulaan abad ke-19, penduduk Maluku
mengadakan perlawanan bersenjata melawan V.O.C
(Belanda) yang ingin menjadi penguasa tunggal dalam
dunia perdagangan didaerah jajahan yaitu Maluku.
V.O.C menggunakan kekuasaan kerajaan sekitar
Maluku untuk meluaskan kekuasaannya. Pada
hakekatnya, nafsu kaum penjajah untuk menguasai
rempah-rempah inilah yang menjadi penyebab
bangsa Maluku melakukan perlawanan.
7. Penyebab Perlawanan
Maluku
Penindasan dan pemerasan terhadap
rakyat maluku yang dilakukan oleh para
petinggi Belanda, terutama pada masa
Residen Van den Berg yang kala itu
mendapat perlindungan dari upaya
monopoli V.O.C
Penindasan
Ketidakpuasan rakyat terhadap peraturan-
peraturan gubernur Van Middlekoop antara
lain peraturan yang mewajibkan penduduk
negeri menyediakan perahu perahu untuk
keperluan pemerintah Belanda, peraturan-
peraturan dimana pada masa kekuasaan
Inggris telah dihapuskan
Ketidakpuasan
8. Penyebab Perlawanan
Maluku
Kekurangan uang yang diderita oleh
pemerintah Belanda pada
masa itu.
Kekurangan
Sifat kritis dari penduduk Maluku untuk
membandingkan perbuatan-perbuatan
pemerintah yang dulu dengan peraturan-
peraturan pemerintah yang sekarang
Perubahan
9. Pelopor Perlawanan Maluku
Pelopor utama pergerakan perlawanan bangsa
Maluku adalah Thomas Matulessy yang dikenal
dengan nama Kapitan Pattimura. Sosok Pattimura
adalah sosok yang menjadi pelopor dan membuka
perlawanan bersenjata terhadap Belanda yang
kemudian diikuti oleh para pahlawan dari daerah-
daerah lainnya di Maluku.
10. Biografi Singkat Pattimura
Thomas Matulessy alias Kapitan Pattimura lahir di
desa Haria pulau Saparua pada tanggal 8 juni 1783.
Thomas adalah keturunan dari keluarga besar
Matulessia (Matullessy) di desa Haria pulau Saparua.
Pattimura beragama Kristen Protestan. Ia adalah
mantan sersan mayor dinas militer Inggris (Corps
500). Ia bisa membaca dan menulis juga memperoleh
didikan militer, dan karena pendidikannya itu, dia
diangkat menjadi pemimpin pemberontakan.
12. Kembalinya Belanda ke
Maluku
Pada bulan Mei 1817 Belanda mengambil alih lagi kekuasaan
atas Maluku dari tangan Inggris sesuai traktat London yang
berisi:
1). Inggris harus mengembalikan semua jajahan Belanda
kepada Belanda dan
2). Corps 500 (corps batalyon yang ditetapkan Inggris, terdiri
dari pemuda-pemuda Maluku) harus dibubarkan.
Benteng Victoria dan Duurstede kembali berganti tuan.
Residen Inggris diganti oleh Residen Belanda ven den Berg.
Sistem monopoli, kerja paksa dan lain-lain diberlakukan lagi.
13. Pertemuan Gunung Saniri
Kembalinya Belanda disambut dengan berbagai
kekecawaan, ini kelihatan dari sikap rakyat yang
membangkang terhadap kerja rodi dan monopoli. Dalam
waktu singkat van den Berg berhasil membuat dirinya orang
yang paling dibenci di negeri ini. Melihat kenyataan ini
Thomas dan kawan-kawan bekas anggota korps 500, mulai
bergerak. Pada tanggal 3 Mei 1817 mereka mengadakan
pertemuan di rumah Thomas untuk membicarakan keadaan
tersebut. Rapat berikutnya dilakukan tanggal 9 Mei 1817, di
hutan Haria. Pada saat itu hadir juga Philips Latumahina dan
Anthone Rhebok. Dalam pertemuan ini disepakati bahwa
Kompeni Belanda harus di usir dari Maluku.
14. “Selama ini rakyat menerima apa saja yang dibebankan kepadanya,
tetapi ini ada batasnya. Untuk itu Kompeni Belanda harus di usir
dengan mengajak seluruh rakyat Maluku. Tidak ada waktu lagi
untuk bertanya mengapa. “
15. Pengangkatan Pattimura
Realisasi dari kesepakatan ini adalah mengirimkan
utusan ke berbagai Negeri untuk memberitakan
rencana pemberontakan. Dalam pertemuan Gunung
Saniri pada 14 Mei 1817, diputuskan untuk
menyerang Benteng Duurstede dan mengangkat
Thomas Matulessy sebagai panglima perang. Sejak
inilah perjuangan menentang Penjajah Belanda
dibawah pimpinan Thomas Matulessy dikenal
sebagai “Perang Pattimura”
16. Penyerangan Pelabuhan
Porto
Perlawanan terhadap Belanda dimulai setelah hasil pertemuan gunung
Saniri disebarluaskan. Pada tanggal 14 Mei jam 9 malam rakyat serentak
berbondong-bondong berjalan menuju Negeri Porto di mana di
pelabuhannya sedang disiapkan arombai (perahu) posresiden untuk
berangkat ke Ambon. Rakyat yang datang membakar arombai– arombai
tersebut. Walaupun mereka membenci orang Belanda, Kapitan Pattimura
tetap menjamin keselamatan van den Berg dan mengantar ia pulang dengan
selamat. Tindakan Thomas Sebagai seorang Kapitan memperlihatkan sikap
dan karakternya sebagai seorang pemimpin besar yang bukan saja siap
untuk bertempur tapi juga sebagai seorang humanis yang menghargai
norma-norma kemanusiaan
17. Penyerangan Benteng
Duurstede
Sejak saat itu (15 Mei 1817) Benteng Duurstede di kepung oleh rakyat
Lease. Pasukan Belanda di dalam Benteng menjadi panik dan ketakutan.
Pada keesokan harinya tanggal 16 Mei 1817. menjelang subuh Kapitan
Pattimura berada di depan pasukannya. Ia memberi isyarat untuk maju dan
gelombang manusia itu maju kedepan menuju Benteng Duurstede. Residen
van der Berg keluar sambil mengipas-ngipas bendera putih. Tetapi tiba-tiba
ia terjatuh karena kena tembakan. Benteng Duurstede dan pasukan
Belanda yang ada di dalamnya dapat ditaklukan. Semua tentara Belanda
dibunuh termasuk istri van den Berg dan salah seorang anaknya. Sedangkan
seorang anak yang lain ketika akan dibunuh, dilarang oleh Kapitan
Pattimura. Pattimura menyerahkan anak itu kepada Simon Pattiwael untuk
dirawat dan dipelihara.
18. “Anak ini tidak boleh dibunuh ia tidak tau apa-apa. Kita bukan orang
biadab “
19. Perlawanan Balik Belanda
Berita tentang jatuhnya benteng Duurstede ke
tangan pasukan Pattimura dan pemusnahan orang-
orang Belanda, menggoncangkan dan
membingungkan pemerintah Belanda di kota Ambon.
Gubernur Van Middelkoop dan komisaris Engelhard
memutuskan militer yang besar ke Saparua di bawah
pimpinan mayor Beetjes. Ekspedisi tersebut
kemudian disebut dengan ekspedisi Beetjes.
20. Mengetahui hal tersebut, dengan segera Kapitan
Pattimura mengatur taktik dan strategi
pertempuran. Pasukan rakyat sekitar seribu orang
diatur dalam pertahanan sepanjang pesisir mulai dari
teluk Haria ,sampai ke teluk Saparua. Pattimura
bersama pasukannya berhasil mengalahkan Beetjes
dan tentaranya. Pattimura gagal ditangkap.
Penyambutan Pasukan
Belanda
21. Pada tanggal 20 Mei 1817 diadakan rapat raksasa di
Haria untuk mengadakan pernyataan kebulatan
tekad melanjutkan perjuangan melawan Belanda.
Peringatan kebulatan tekad ini dikenal dengan nama
Proklamasi Portho Haria yang berisi 14 pasal
pernyataan tentang keberatan atas keberadaan
Belanda di Maluku dan ditandatangani oleh 21 Raja
Patih dari pulau Saparua dan Nusalaut. Proklamasi ini
membangkitkan semangat juang yang mendorong
tumbuhnya front-front pertempuran di berbagai
tempat bahkan sampai ke Maluku Utara.
Proklamasi Portho Haria
22. Pada tanggal 4 Juli 1817 sebuah armada kuat dipimpin
Overste de Groot menuju Saparua dengan tugas
menjalankan vandalisme. Seluruh negeri di jazirah Hatawano
dibumi hanguskan. Siasat berunding, serang mendadak, aksi
vandalisme, dan adu domba dijalankan silih berganti. Belanda
juga melancarkan politik pengkhianatan terhadap Pattimura
dan para pembantunya. Belanda menjanjikan hadiah sebesar
1.000 gulden bagi siapa saja yang bisa menginformasikan
kebederadaaan Pattimura. Ternyata jerat Belanda mengenai
sasaran. Raja Boi memberi tahu tempat persembunyian
Pattimura.
Politik untuk Penangkapan
Pattimura
23. Pada tanggal 11 November 1817 dengan didampingi
beberapa orang pengkhianat, Letnan Pietersen berhasil
menyergap Pattimura dan Philips Latumahina. Para tokoh
pejuang akhirnya dapat ditangkap dan mengakhiri
pengabdiannya di tiang gantungan pada tanggal 16
Desember 1817 di Benteng Nieuw Victoria di kota Ambon.
Untuk jasa dan pengorbanannya itu, Kapitan Pattimura
dikukuhkan sebagai pahlawan perjuangan kemerdekaan oleh
pemerintah Republik Indonesia. Pahlawan Nasional
Indonesia.
Akhir Perjuangan Pattimura
25. Salah satu dampak perjuangan yang dilakukan dalam
Perang Pattimura adalah direbutnya Benteng Duurstede
oleh rakyat Maluku. Selain itu, Perang Pattimura juga
telah berhasil menyatukan dan mengobarkan semangat
perjuangan rakyat Maluku terhadap penindasan yang
dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda.
Dampak dan Akibat
26. Walau begitu pasca Perang Pattimura berakhir maka
kedudukan Belanda di Maluku semakin kuat dan semakin
bersikap sewenang-wenang, sehingga rakyat semakin
sengsara. Masyarakat Maluku masih terikat oleh kerja
rodi oleh belanda. Monopoli Belanda terhadap rempah-
rempah dan pembuatan perahu semakin merajalela.
Dampak dan Akibat
27. Oleh perang ini juga pada tanggal 16 Desember 1817
Pattimura dihukum gantung di alun-alun kota Ambon.
Christina Martha Tiahahu juga tertangkap dan dibuang ke
Jawa. Sementara dari peristiwa bersejarah ini, untuk
mengenang jasa Kapitan Pattimura kemudian ditetapkan
sebagai Pahlawan Nasional oleh pemerintah Republik
Indonesia. Kapitan Pattimura telah bersikap gagah berani
menuntut keadilan dan berusaha membawa kembali
kemakmuran ke tangan rakyat Maluku hingga akhir
hayatnya.
Dampak dan Akibat
29. Kesimpulan
Perang Pattimura (1817) merupakan sebuah peristiwa sejarah yang terjadi di Maluku
yang merupakan bentuk perlawanan rakyat terhadap VOC atau serikat dagang milik
Belanda. Pada hakekatnya, nafsu kaum penjajah untuk menguasai rempah-rempah
menjadi penyebab bangsa Maluku melakukan perlawanan.
Pasukan Pattimura melakukan perlawanan dengan cara menyerang Pelabuhan Porto dan
mengambil alih benteng Duurstede. Belanda berusaha melawan balik pasukan Pattimura
dengan mengirimkan pasukan yang dipimpin oleh Mayor Beetjes. Namun, pasukan
Pattimura dapat memenangkan pertemuran melawan pasukan Beetjes alhasil Pattimura
gagal ditangkap.
Perang Pattimura berakhir setelah Pattimura berhasil ditangkap oleh Belanda melalui
politik adu domba. Pattimura dijatuhi hukuman gantung di Benteng Nieuw Victoria di
kota Ambon.
30. Daftar Pustaka
M. Habib M., Hermawan, dan Agus S. 2020. Sejarah Indonesia Program Wajib. Jakarta:
Yudhistira Ghalia Indonesia.
Huliselan, Mus. 2017. “Perang Pattimura Untuk Maluku dan Indonesia” dalam Prosiding
Seminar Nasional Sejarah 2017 Vol. 1 no. 1 - hal. 6-19 Tahun 2017 [ KIP ].
Sopamena, Igor Leonard. 2014. “Perang Pattimura: penyerbuan Benteng Duurstede
(Komposisi Musik Program untuk Ansambel Musik)”.
Kontributor Wikipedia. 2022. “Pattimura”, https://id.wikipedia.org/wiki/Pattimura
(diakses pada 18 September, 2022).
31. Daftar Pustaka
Setyaningrum, Puspasari. 2022. “Sejarah Perang Pattimura: Tokoh, Penyebab, Kronologi,
dan Dampak”, https://regional.kompas.com/read/2022/07/20/182128678/sejarah-
perang-pattimura-tokoh-penyebab-kronologi-dan-dampak?page=all (diakses pada 18
September, 2022).
Pengelola Web Direktorat SMP. 2021. “Perjuangan Pattimura dan Rakyat Maluku
Mengusir Penjajah”, https://ditsmp.kemdikbud.go.id/perjuangan-pattimura-dan-rakyat-
maluku-mengusir-penjajah/ (diakses pada 18 September, 2022).
Arum, Rifda. 2022. “Perlawanan Rakyat Maluku: Latar Belakang, Tujuan, dan
Kronologinya”, https://www.gramedia.com/literasi/perlawanan-rakyat-maluku/ (diakses
pada 18 September, 2022).