1. SI KOYAN
SANG
LEGENDA
Si Koyan diketahui masyarakat
Kabupaten Kepulauan Meranti sebagai
seorang laki-laki yang kuat. Daya kekuatan
lelaki yang melegenda ini adalah satu koyan
(se-koyan), yang dalam hitungan orang-orang
melayu KEPULAUAN MERANTI adalah sama
beratnya mencapai 2 ton. Selain punya
kekuatan yang dahsyat, lelaki suku Akit ini juga
diyakini kebal senjata. Karena itulah, menurut
khabar yang beredar, sepak terjang Si Koyan
yang paling mengejutkan adalah tentang
pembantaian yang dilakukannya terhadap 32
orang tentara Belanda di daerah kampung tua
bernama Pereban di Kabupaten Kepulauan
Meranti.
Si Koyan dipercayai berasal dari Suku Akit.
Beliau hidup pada zaman perang
kemerdekaan. Sempat berjuang membantu
Sultan dalam mengusir penjajahan. Selain itu,
kisah yang paling mengesankan tentulah
tentang Si Koyan yang pernah membantu
Presiden Republik Indonesia Pertama ; Ir.
Soekarno saat bersama sama di dalam
pengasingan Belanda di Digul.
Dalam Banyak kisah perjalanannya,
Koyan selalu dikaitkan dengan kisah mistik
berbau faham animisme yang kental. Lelaki
yang dikenal sangat setia pada Sultan Siak ini
pernah menggemparkan istana kerajaan Johor
yang kala itu diperintah oleh Sultan Ibrahim.
Selain itu, Koyan juga diketahui mengukir
kisah panjang di sebuah daerah bernama
2. Pereban. Bersama beberapa orang
sahabatnya, lelaki ini berhasil menghalau jauh
gerakan para antek Belanda yang hampir
menguasai kawasan rantau Kepulauan
Meranti.
Atas dasar ceritera yang mengesankan
inilah, Pemerintah Kabupaten Kepulauan
Meranti berazam mengusulkan lelaki ajaib ini
sebagai Pahlawan Nasional yang berasal dari
wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti.
Sebuah langkah yang semakin konkrit dalam
upaya melestarikan, sekaligus menghargai jasa
para pejuang kemerdekaan yang kerap
terlupakan.
Untuk itulah, pengumpulan, riset, dan
pengkajian tentang sejarah panjang Si Koyan
masih terus dilakukan oleh Dinas Kebudayaan,
Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Kepulauan Meranti, dengan harapan agar
diperolah data yang akurat dalam penyusunan
buku maupun pembuatan film dan lain
sebagainya. Demi terwujudnya hal ini,
DISBUDPARPORA Kabupaten Kepulauan
Meranti telah melibatkan banyak sumber dan
pendataan ke tempat-tempat yang pernah
menjadi saksi sejarah lelaki kuat Koyan.
3. TASIK PUTERI
PEPEYU
Legenda Tasik Puteri Pepuyu adalah
cerita rakyat yang sudah turun temurun
diceritakan oleh masyarakat. Ada juga
sebahagian orang mengaggap cerita ini
merupakan sejarah yang benar-benar terjadi
karena pandainya orang bercerita. Cerita ini
mengisahkan Mayang Mengurai seorang dara
suci menjadi penunggu di Tasik Pepuyu. Tasik
Pepuyu adalah sebuah tasik yang terdapat di
Pulau Padang, Kabupaten Bengkalis, Riau.
Tasik ini bernama Tasik Pulau Padang yang
lebih dikenal dengan nama Tasik Pepuyu. Di
sinilah legenda ini bermula. Pada masa
sekarang, setelah pemekaran wilayah
Kabupaten Bengkalis, Tasik Pepuyu termasuk
ke dalam wilayah Kabupaten Meranti. Mayang
Mengurai adalah seorang dara yang memiliki
paras cantik jelita yang menjadi idaman setiap
lelaki yang memandangnya. Selain parasnya
yang elok, ia juga berbudi pekerti yang baik,
lemah lembut dan pandai memasak. Mulai
dari pemuda kampung sampai raja sang
penguasa negeri menginginkannya sebagai
pendamping hidup. Pada suatu hari Raja
mengumpulkan hulubalangnya dan
memerintahkan mereka meminang Mayang
Mengurai untuk jadi gundiknya. Menurut adat
istiadat raja-raja, apabila raja menikah dengan
rakyat biasa, maka perempuan itu statusnya
hanya sebagai gundik bukan istri. Oleh karena
alasan inilah Mayang Mengurai, abangnya dan
kedua orangtuanya menolak pinangan raja.
Sebelum memberi kepastian pinangan raja
ditolak, ayah Mayang Mengurai telah
menyembunyikan Mayang Mengurai di tengah
hutan. Waktu utusan raja datang menanyakan
kepastian pinangan raja, maka ayah Mayang
4. Mengurai mengatakan Mayang Mengurai
telah peri entah ke mana. Mendengar jawaban
tersebut, hulubalang membunuh kedua orang
tuanya dan kemudian juga orang-orang
kampung yang datang ke rumah Mayang
Mengurai. Pada hari itu, banyaklah penduduk
kampung Merbau yang terbunuh karena ingin
membatu keluarga Mayang Mengurai. Anjang,
abang di Mayang Mengurai dapat melarikan
diri dan selamat dari amukan para hulubalang
raja. Pada hari itu raja mengutus para
hulubalang untuk membinasakan dan
membakar kampung Merbau, sehingga
Merbau bersimbah darah.. Setelah peristiwa
berdarah tersebut, banyak kalangan penduduk
kehilangan keluarga, suami, istri, anak-anak,
abang dan adik. Anjang, abang Mayang
Mengurai akhirnya pergi mencari Mayang
Mengurai ke tengah hutan. Mayang Mengurai
disembunyikan ayahnya di atas sampan
terbuat dari sabut kelapa di pinggir laut di
tengah hutan belantara. Setelah bertemu
dengan abangnya, Mayang Mengurai
mendengarkan cerita abangnya tentang
peristiwa yang berlaku di kampungnya hingga
akhirnya abangnya menemuinya di tengah
hutan. Mayang Mengurai sangat sedih
mendengar semua cerita abangnya tetapi dia
tidak dapat berbuat apa-apa. Kedua kakak
beradik itu tinggal di hutan, hidup berkebun.
Dia tidak mau balik ke kampungnya lagi karena
telah bersumpah tidak akan kembali ke
kampungnya. Anjang dan Mayang Mengurai
tidak mau balik ke kampungnya maka
penasehat raja membuat siasat dengan
memfitnah bahwa mereka berdua telah
melakukan perbuatan sumbang. Fitnahan
tersebut terdengar oleh raja, maka raja
memerintahkan agar keduanya dihukum.
Kedua kaki dan tangan Anjang serta Mayang
Mengurai diikat dan dimasukkan dalam lukah
tengo lalu dibuang ke laut. Mayang Mengurai
sendiri lebih rela dibuang ke laut daripada
menjadi gundik sang raja. Arus air laut
5. menghanyutkan mereka ke tengah laut,
namun mereka tak henti-hentinya berdoa
kepada Tuhan agar diberi perlindungan dan
keselamatan. Dengan izin Allah, melalui
bantuan ikan hiu dan Jenggi mereka
terdampar di Pulau Sadai. Sadai dalam bahasa
Melayu artinya sama dengan dampar , jadi
tersadai sama artinya dengan terdampar.
Anjang dan Mayang Mengurai memulai hidup
di Pulau Sadai, mereka berkebun dan
menangkap ikan untuk memenuhi kebutuhan
mereka sehari-hari. Untuk keperluan air
minum, mereka membuat perigi di pinggir
laut, tetapi airnya tawar. Banyak juga pelaut
yang singgah di pulau ini terutama yang
membutuhkan air tawar. Anjang dan Mayang
Mengurai memberikan sebagian hasil kebun
dan ikan yang mereka tangkap kepada orang-
orang yang mampir ke pulau tersebut. Pada
suatu hari para petualang panglima Malaka
sampai ke Pulau Sadai untuk mencari air
tawar. Mereka bertemu dengan Mayang
Mengurai. Mereka dipersilakan mengambil air
tawar dan sebelum pulang Mayang Mengurai
memberi mereka bungkusan berisikan ikan
terubuk yang disalai. Bungkusan itu diberikan
kepada raja dan raja merasa masakan itu
sangat enak. Akhirnya raja mengutus para
panglima menemui Mayang Mengurai untuk
dijadikan permaisuri. Kedatangan utusan raja
di Pulau Sadai membuat Mayang Mengurau
ketakutan karena teringat masa lalunya. Lalu
dia menemui abangnya yang pada waktu itu
baru saja selesai sholat Ashar dan melaporkan
kedatangan utusan raja. Tanpa pikir panjang,
Anjang mengajak Mayang Mengurai duduk
disampingnya, sambil mengibaskan
sajadahnya itu Anjang berseru : andainya
engkau terbang ke Bengkalis engkau akan
menjadi ayam putih, jika engkau terbang ke
Tanjung Padang engkau akan menjadi
penunggu Tasik Pepuyu. Jika aku ke laut jadi
buaya dan jika aku ke darat aku akan jadi
harimau. Dengan sekejab mata hilanglah
6. Mayang Mengurai dan Anjang dari pulau itu.
Rupanya dengan kibasan sajadah itu Mayang
Mengurai terbang ke Tanjung Padang dan
terdampar ke Tasik Pepuyu. Sedangkan Anjang
terbang ke daratan Malaka dan menjadi
seekor harimau. Akhirnya Mayang Mengurai
menetap di Tasik Pepuyu Tanjung Padang yang
terletak di Pulau Padang. Masyarakat
menamakan Mayang Mengurai dengan Puteri
Tasik Pepuyu. Sedangkan Anjang berada di
daratan Melaka telah menjadi harimau jantan.
Anjang berubah wujud menjadi harimau
dengan telapak kaki kanannya seperti telapak
kaki anak-anak. Sedangkan yang sebelah
kirinya tetap seperti telapak kaki harimau.
Utusan raja sangat kecewa karena tidak dapat
bertemu dengan Mayang Mengurai dan dari
cerita mulut ke mulut barulah mereka
mengetahui bahwa penghuni pulau tersebut
bukan hanya seorang gadis tetapi juga ada
seorang bujang. Pengajaran yang dapat dipetik
dari cerita rakyat ini adalah perbuatan seorang
raja yang berbuat semena-mena kepada
rakyat telah menyengsarakan kehidupan
rakyatnyanya. Ini adalah perbuatan yang tidak
baik yang harus dihindari. Dan sebaliknyanya
seseorang akan mempertahankan harga
dirinya sampai titik darah penghabisan
walaupun berhadapan dengan seorang raja.
Dalam kesulitan seseorang selalu berusaha
untuk memenuhi kebutuhannya dan selalu
berdoa minta pertolongan pada Allah swt.
Cerita rakyat ini berfungsi sebagai pelipur lara,
sebagai media untuk menyampaikan pesan-
pesan moral yang terdapat di dalamnya dan
memberikan contoh bahwa perbuatan yang
tidak baik akan berdampak buruk terhadap
yang melakukannya. Disamping itu juga dapat
diketahui bahwa nama suatu kawasan atau
daerah adakalanya diambil dari peristiwa yang
terjadi di daerah tersebut yang diceritakan
dari mulut ke mulut.