Dokumen ini membahas hasil penelitian tentang pengelolaan limbah blotong menjadi pupuk organik melalui proses kompos. Penelitian ini menguji pengaruh pemberian dekomposer, aerasi, dan fosfat alam terhadap laju dekomposisi dan kualitas kompos blotong. Hasilnya menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi dekomposer dosis tinggi, aerasi, dan fosfat alam mampu mempercepat proses dekomposisi dan meningkatkan kandun
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
2555122.ppt
1. Tim Kajian Pupuk Organik
Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran
KAJIAN PENGELOLAAN
BLOTONG MENJADI PUPUK
ORGANIK
Cilegon, 27 Desember 2011
2. marenda_07@yahoo.co.id
PENDAHULUAN
• Blotong merupakan salah satu limbah produksi
gula yang didapat dari proses pemurnian nira
tebu, dimana tingkat pencemarannya paling
tinggi yaitu 35% (Setiyono, 1992; Solihin, 2008).
• Selama ini pabrik membuang limbahnya dengan
cara penumpukan (open dumping). Pabrik
membeli sejumlah besar lahan kemudian
langsung membuang limbahnya di tempat itu.
• Pemanfaatan blotong sebagai bahan
pembuatan pupuk organik dikarenakan blotong
mudah didapat, mengurangi pencemaran
lingkungan dan dapat meningkatkan hasil panen
karena mengandung unsur hara esensial
sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan
produktivitas tanaman (Sugiyarto, 1992).
3. marenda_07@yahoo.co.id
TUJUAN PENELITIAN
1. mengetahui pengaruh pemberian dekomposer,
aerasi dan fosfat alam terhadap laju dekomposisi
kompos kompos blotong di Cilegon.
2. Mengetahui pengaruh pemberian dekomposer,
aerasi dan fosfat alam terhadap kualitas kompos
blotong di Cilegon.
7. marenda_07@yahoo.co.id
TEKNIK PENGOMPOSAN BLOTONG DENGAN
SISTEM WINDROW COMPOSTING
SUHU 30-60C
Pengomposan
yang baik
menghasilkan
kenaikan suhu
DEKOMPOSER
Berbagai merk
produk tersedia
diberikan sesuai
dengan petunjuk
(rata-rata 0,25%)
LIMBAH BLOTONG
Berukuran halus
ditumpuk dengan
dimensi 1x1x1 m & tutup
dengan plastik hitam
Jika ρ = 1 g/cm3 maka
tumpukan blotong
tersebut berbobot 1 ton
AIR 40-60%
Pertahankan
kadar air tersebut
AERASI
Lakukan
pembalikkan
bahan kompos
berkala, 1
minggu 1 kali
2- 4 MINGGU
Kompos matang: bau tanah,
coklat kehitam-hitaman,
volume/bobot kompos
menyusut 20-40%, suhu
mendekati suhu awal
pengomposan
CEK:
Suhu setiap hari, kadar
air, air buangan ---
saluran khusus?
10. marenda_07@yahoo.co.id
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan metode percobaan menggunakan Rancangan Acak
Kelompok yang terdiri dari 8 perlakuan dengan 4 kali pengulangan sehingga
terdapat 32 unit pengomposan. Adapun perlakuan yang digunakan adalah
sebagai berikut:
K0= kontrol
K1= aerasi pembalikan
K2= dekomposer ½ kali dosis + aerasi pembalikan
K3= dekomposer 1 kali dosis + aerasi pembalikan
K4= dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan
K5= dekomposer ½ kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
K6= dekomposer 1 kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
K7= dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
11. marenda_07@yahoo.co.id
HASIL & PEMBAHASAN
Pengaruh Pemberian Dekomposer, Aerasi dan Fosfat Alam terhadap Suhu
Kompos
30
32
34
36
38
40
42
44
46
48
50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Waktu (hari)
Suhu
(o
C)
K0
K1
K2
K3
K4
K5
K6
K7
12. marenda_07@yahoo.co.id
HASIL & PEMBAHASAN
• Dekomposer mampu untuk mempercepat proses dekomposisi
limbah blotong yang berlangsung intensif pada awal proses
pengomposan.
• penggunaan mikroorganisme pengompos tertentu (dekomposer)
dimaksudkan untuk mempercepat proses pengomposan dan
meningkatkan mutu kompos.
• Aerasi diperlukan agar udara dapat mengalir ke dalam tumpukan
untuk mencukupi suplai oksigen (O2) yang diperlukan untuk
penguraian bahan organik yang dikomposkan.
• Proses perombakan bahan organik dapat berlangsung optimal
jika tersedia nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K).
• Suhu bahan kompos blotong pada akhir pengomposan hingga
hari ke-21 berkisar antara 32C – 35C. Salah satu ciri kompos
yang telah matang mempunyai suhu ≤35C atau setara dengan
suhu lingkungan
13. marenda_07@yahoo.co.id
HASIL & PEMBAHASAN
Pengaruh Pemberian Dekomposer, Aerasi dan Fosfat Alam terhadap C
Organik Kompos
Perlakuan
C Organik
(%)
K0 = kontrol
K1 = aerasi pembalikan
K2 = dekomposer ½ kali dosis + aerasi pembalikan
K3 = dekomposer 1 kali dosis + aerasi pembalikan
K4 = dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan
K5 = dekomposer ½ kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
K6 = dekomposer 1 kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
K7 = dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat
alam
7,99
5,72
4,93
3,78
6,20
5,42
4,80
4,22
f
de
c
a
e
cd
bc
ab
15. marenda_07@yahoo.co.id
HASIL & PEMBAHASAN
• Minggu pertama pengomposan merupakan waktu yang intensif
bagi mikroorganisme yang terkandung dalam dekomposer untuk
melakukan dekomposisi bahan kompos blotong.
Mikroorganisme-mikroorganisme yang menguraikan bahan
kompos blotong memerlukan energi berupa C organik untuk
pertumbuhannya. Bahan kompos blotong menyediakan energi
yang cukup untuk perkembangan mikroorganisme.
• Energi akan digunakan oleh mikroorganisme pendekomposisi
untuk berkembang biak sehingga jumlahnya meningkat. Proses
dekomposisi berlangsung terus hingga energi yang tersedia
dalam bentuk C organik menjadi berkurang yang diikuti oleh
penurunan jumlah mikroorganisme
16. marenda_07@yahoo.co.id
HASIL & PEMBAHASAN
Pengaruh Pemberian Dekomposer, Aerasi dan Fosfat Alam terhadap N
Total Kompos
Perlakuan
N Total
(%)
K0 = kontrol
K1 = aerasi pembalikan
K2 = dekomposer ½ kali dosis + aerasi pembalikan
K3 = dekomposer 1 kali dosis + aerasi pembalikan
K4 = dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan
K5 = dekomposer ½ kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
K6 = dekomposer 1 kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
K7 = dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
0,19
0,18
0,18
0,18
0,18
0,17
0,18
0,18
ab
ab
ab
ab
ab
a
ab
ab
18. marenda_07@yahoo.co.id
HASIL & PEMBAHASAN
Pengaruh Pemberian Dekomposer, Aerasi dan Fosfat Alam terhadap
C/N Rasio Kompos
Perlakuan C/N Rasio
K0 = kontrol
K1 = aerasi pembalikan
K2 = dekomposer ½ kali dosis + aerasi pembalikan
K3 = dekomposer 1 kali dosis + aerasi pembalikan
K4 = dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan
K5 = dekomposer ½ kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
K6 = dekomposer 1 kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
K7 = dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
42,51
31,41
27,09
21,50
35,91
31,63
27,67
24,10
f
cd
bc
a
e
d
bcd
ab
19. marenda_07@yahoo.co.id
HASIL & PEMBAHASAN
• Perlakuan K3 (dekomposer 1 kali dosis + aerasi pembalikan) dan
K7 (dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam)
masing-masing memberikan nilai C/N rasio sebesar 21,50 dan
24,10
• Penurunan C/N rasio ini disebabkan senyawa karbon dalam
bahan kompos tersebut digunakan sebagai sumber energi oleh
mikroorganisme perombak dan selanjutnya dibebaskan ke udara
sebagai CO2 (Hakim et al., 1986; Dalzell et al., 1987)
• Selain itu penurunan C/N rasio ini disebabkan oleh meningkatnya
kandungan N total kompos (Supadma dan Arthagama, 2008).
Kandungan N kompos setelah mengalami proses aminisasi,
amonifikasi atau nitrifikasi, maka akan terbentuk NH4 dan NO3
yang dapat meningkatkan N total kompos.
21. marenda_07@yahoo.co.id
HASIL & PEMBAHASAN
• Perlakuan K5 - K7 (dekomposer ½ - 1½ kali dosis + aerasi
pembalikan + fosfat alam) menunjukkan peningkatan
kandungan P dan K tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya
dan kontrol
• Fosfat alam yang diberikan mampu menambah kandungan P
dan K dalam bahan kompos.
• Fosfat alam yang digunakan secara langsung umumnya
mempunyai kelarutan yang rendah, sehingga melalui proses
pengomposan bersama dengan pemberian mikroba dapat
meningkatkan kelarutannya.
• Asam-asam organik yang dihasilkan oleh mikroba dapat
meningkatkan kelarutan fosfat alam yang pada akhirnya
dapat meningkatkan ketersedian unsur P
25. marenda_07@yahoo.co.id
KESIMPULAN
1. Pemberian dekomposer, aerasi dan fosfat alam memberikan pengaruh
terhadap dinamika suhu dalam tumpukan bahan kompos blotong selama 21
hari inkubasi. Suhu tertinggi hingga 47,28C diperoleh dari tumpukan bahan
kompos yang diberikan perlakuan K7 (dekomposer 1½ kali dosis + aerasi
pembalikan + fosfat alam).
2. Pemberian dekomposer, aerasi dan fosfat alam mampu secara nyata
menurunkan C organik dalam tumpukan bahan kompos blotong selama 21
hari inkubasi. Kandungan C organik terendah diperoleh pada tumpukan
bahan kompos yang diberikan perlakuan K3 (dekomposer 1 kali dosis +
aerasi pembalikan) dan K7 (dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan +
fosfat alam).
3. Pemberian dekomposer, aerasi dan fosfat alam memberikan pengaruh yang
tidak berbeda nyata dalam meningkatkan N total dalam tumpukan bahan
kompos blotong selama 21 hari inkubasi.
26. marenda_07@yahoo.co.id
KESIMPULAN
4. Pemberian dekomposer, aerasi dan fosfat alam mampu secara nyata
menurunkan C/N rasio dalam tumpukan bahan kompos blotong selama 21
hari inkubasi. Nilai C/N rasio terendah diperoleh pada tumpukan bahan
kompos yang diberikan perlakuan K3 (dekomposer 1 kali dosis + aerasi
pembalikan) dan K7 (dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat
alam).
5. Pemberian dekomposer, aerasi dan fosfat alam mampu meningkatkan
kandungan P dan K dalam tumpukan bahan kompos blotong selama 21 hari
inkubasi. Perlakuan K5 - K7 (dekomposer ½ - 1½ kali dosis + aerasi
pembalikan + fosfat alam) menunjukkan peningkatan kandungan P dan K
dibandingkan perlakuan lainnya dan kontrol.
6. Pemberian dekomposer, aerasi dan fosfat alam mampu menurunkan
kandungan logam berat dalam tumpukan bahan kompos blotong selama 21
hari inkubasi. Perlakuan K2 – K7 menunjukkan penurunan kandungan logam
berat dibandingkan perlakuan lainnya dan kontrol.
27. marenda_07@yahoo.co.id
SARAN
1. Pengembangan pupuk organik asal blotong dapat
dilakukan mengingat syarat dalam permentan 2011 telah
dapat dipenuhi. Beberapa item dalam analisis dapat
dilakukan uji lanjut
2. Pengembangan dilakukan dengan melakukan kajian
lanjutan dengan pembuatan pupuk granul, analisis sosial
ekonomi, analisis kandungan hara lengkap, dan analisis
efektifitas.