SlideShare a Scribd company logo
1 of 72
DEFINISI
Limbah adalah sisa dari suatu usaha maupun kegiatan yang mengandung
bahan yang karena sifat, konsentrasi, dan jumlahnya, baik yang secara
langsung maupun tidak langsung dapat membahayakan lingkungan,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya
(Mahida, 1984).
Limbah cair merupakan gabungan atau campuran dari air dan bahan-
bahan pencemaran (cair, gas dan padatan) yang terbawa oleh air, baik
dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi yang terbuang dari sumber
domestik (perkantoran, perumahan dan perdagangan), sumber industri,
dan pada saat tertentu tercampur dengan air tanah, air permukaan
(sungai, danau, laut) dan air hujan (Soeparman dan Suparmin, 2002).
KLASIFIKASI LIMBAH
• Limbah : cair - padat - gas
• Limbah : organik - anorganik
• Limbah : biodegradable - non biodegradable
• Limbah : hazardous - non hazardous
INTENSITAS KUALITAS LIMBAH
• Volume limbah
• Kandungan bahan pencemar
• Frekuensi pembuangan limbah
LIMBAH TAMBAK UDANG
• Karakteristik limbah cair tambak udang tidak terlalu tinggi dalam
konsentrasi polutannya, namun melibatkan volume air yang besar.
• Konsentrasi polutannya tergantung pula pada usia budidaya, kepadatan
tebar, substrat kolam dan konstruksi.
• Konsentrasi BOD < 100 ppm untuk effluent air buangan kolam saat
panen, namun dapat berada pada 100 -1000 ppm pada buangan lumpur
reguler / sifon, demikian halnya untuk TSS dan turbiditasnya.
• Retensi nutrien dari pakan di kolam udang hanya sebesar N 22% P 10%
dalam biomassa udang, berarti 78% N dan 90% P terbuang dari kolam.
Ini berarti polutan utama dari limbah tambak udang adalah pencemaran
nutrien terhadap lingkungan.
DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN
Input efluen dan sedimen buangan limbah tambak udang secara kontinyu
ke perairan laut akan berakibat :
• Pergeseran dominasi sistem alami photoautothroph (plankton sebagai
produsen primer laut) oleh sistem organothroph bacteria karena
kelimpahan bahan organik dalam air laut.
• Perluasan death zone area
• Penambahan lapisan anoxia dan euxinia di dasar laut
• Indikasi : naiknya konsentrasi total organic matter dan turunnya ORP
Resiko : saat terjadi purifikasi alami berupa upwelling (umbalan CO2, H2S,
toksin algae, germinasi spora).
DAMPAK TERHADAP BUDIDAYA UDANG
• Peningkatan kebutuhan sarana prasarana treatment air laut.
• Kelimpahan mikroorganisme patogen (bakteri, protozoa, virus).
• Peningkatan prevalensi penyakit udang.
• Fluktuasi alkalinitas.
• Peningkatan laju nitrifikasi.
• Peningkatan laju pelepasan posfat oleh sedimen.
• Gangguan healthy plankton bloom.
• Toksin algae.
• Azas Le Chatelier.
• Budidaya semakin hari semakin sulit.
KINETIKA PROSES
PROSES DEKOMPOSISI LIMBAH PADAT
Limbah padat yang mengendap di kolom air atau berupa slurry (kadar air
90%) jika ditiriskan akan melangsungkan proses peluruhan melalui
tahapan :
• Hidrolisis (1 minggu)
• Asidolisis / asidogenesis (1 minggu)
• Asetogenesis (1 minggu)
• Metanogenesis (4-8 minggu)
AMARAN DEKOMPOSISI LIMBAH PADAT
• Perlu diwaspadai saat limbah padat memasuki tahapan asidolisis &
asetogenesis, dimana CO2 dan H2S terbentuk dalam konsentrasi tinggi
dan terperangkap di dalam bubur/slurry limbah padat.
• Jika operator tambak terpapar langsung dengan gas yang keluar dari
bubur/slurry limbah padat ini akan berakibat keracunan dan kematian
cepat.
• CO2 mendorong percepatan larutnya H2S dalam darah, peracunan syaraf
berlangsung dalam waktu singkat dan tidak terdeteksi dalam darah saat
dianalisa.
• Toksisitas gas H2S 10 kali lebih mematikan dibanding HCN.
• Dimetilsulfida, dimetilsiloxan dan volatile toksin lysis plankton bersama
gas CO2 memberikan efek pingsan pada korban.
AMARAN DEKOMPOSISI LIMBAH PADAT
Penanganan P3K keracunan H2S sama persis dengan penanganan
keracunan karena sianida :
• Pemberian alat bantu pernafasan hiperbarik dengan oksigen murni.
• Injeksi Sodium Nitrit 3% 10 mL
• Injeksi larutan Sodium Thiosulfat 3% 50 mL
Jika pada kondisi tertentu operator tambak terpaksa turun ke lapisan
endapan bubur/slurry limbah padat tambak, lebih baik menyuntikan
terlebih dahulu larutan H2O2 ke dalam bubur sedimen limbah padat
tambak tersebut.
1 ppm H2S dioksidasi dengan cepat (Vr = 1/10 detik) oleh 1-3 ppm H2O2.
Atau operator tambak diberi tabung & masker oksigen selama bekerja di
lingkungan bubur/slurry limbah padat tambak udang tersebut.
PEMANFAATAN LIMBAH PADAT
• Bioremediasi (aerob : ORC & bakteri bioremediasi)
• Biocomposting (anaerob : fertilizer C/N rasio tinggi)
• Biogas (anaerob : metana & fertilizer C/N rasio rendah)
• Media pembiakan cacing tanah (Lumbricus sp) & cacing sutera (Tubifex
sp)
Reduksi volume padatan rata2 30% selama 1 bulan.
KINETIKA REAKSI LIMBAH CAIR TAMBAK UDANG
• Removal bahan organik
• Nitrifikasi
• Denitrifikasi
• Anammox
• Removal posfat
• Disinfeksi
REMOVAL BAHAN ORGANIK
• COD removal (aerasi) :
Bahan organik + Nutrien + O2 ------------> CO2 + H2O + NH3 + Biomassa
F M
F
• Reaksi oksidasi sempurna
• F/M rasio
• BOD : N : P = 100 : 5 : 1
Mikroba
NITRIFIKASI
• Nitrifikasi :
Nitritasi : 2NH4
+ + 3O2
Nitrosomonas 2NO2
- + 2H2O
Nitratasi : 2NO2
- + O2
Nitrobacter 2NO3
-
1 mol NH4
+ menghasilkan 2 mol H+, yang akan mengkonsumsi alkalinitas.
• Nitrosomonas :
55NH4
+ + 76O2 + 109HCO3
-C5H7O2N + 54NO2
- + 572H2O + 104H2CO3
• Nitrobacter :
400NO2
- + NH4
+ + 4H2CO3 + HCO3
- + 195O2  C5H7O2N + 400NO3
- + 3H2O
• Kebutuhan oksigen : 1 ppm NH4
+ memerlukan 4,57 ppm O2
• Kebutuhan alkalinitas : 1 ppm NH4
+- N memerlukan 7,14 ppm CaCO3
• COD/TKN : 4 - 10
DENITRIFIKASI
• Denitrifikasi :
NO3
-  NO2
-  NO  N2O  N2
6 NO3
- + 5 CH3OH  3N2 + 5CO2 + 7H2O + 6 OH-
• Kebutuhan CH3OH : 1 ppm NO3
- memerlukan 2,47 ppm CH3OH
• CH3OH/ NO3
- = 3 (rasio lebih rendah, denitrifikasi berjalan lebih lambat)
• Setiap 1 ppm NO3
- menghasilkan 3,6 ppm HCO3
-
• Bakteri denitrifikasi mempunyai kemampuan beradaptasi pada kondisi
aerob dan anaerob.
• Paracoccus denitrificans, Thiobacillus denitrificans. Bacillus sp dan
Pseudomonas sp.
ANAMMOX
• Reaksi :
2 NH4
+ + 3 O2 ---> 2 NO2
- + 4 H+ + 2 H2O ….. (1)
NH4
+ + NO2
- ---> N2 + 2 H2O ….. (2)
• Bakteri anammox melangsungkan reaksi nitrifikasi 2x lebih cepat dibandingkan
bakteri Nitrosomonas dan Nitrobacter.
• Bakteri anammox memotong rantai reaksi nirifikasi, mengoksidasi TAN (total
ammonium nitrogen) menjadi nitrit dan dengan enzim hydrazine oxygenase
yang dimilikinya mengubah ammonium dan nitrit menjadi gas nitrogen (N2).
• Nitrat hanya terbentuk 15% dari reaksi dan langsung dikonversi ke nitrit
kembali, otomatis mengatasi gangguan konsentrasi nitrat tinggi kepada udang.
• Sangat cocok untuk kolam IPAL tambak udang.
REMOVAL POSFAT
• Biologi : asimilasi poliposfat (biofilter/plankton/bakteri/rumput
laut/kerang)
2 HPO4
2− ⇌ P2O7
4− + H2O
• Kimia : pelindian Ca(OH)2 pH 10 -11
10 Ca2+ + 6 PO4
3- + 2 OH- ↔ Ca10(PO4)6(OH)2  Ca3(PO4)2 + H2O
Dosis Ca(OH)2 1,5 kali alkalinitas (sebagai CaCO3)
• Absorpsi dengan Lanthanum klorida (LaCl3) :
La3+ + PO4
3-  LaPO4
DISINFEKSI
• Kaporit - untuk efluen limbah cair dengan MPN Coliform > 100 /100 mL
• AOP (Advanced Oxidation Process) : Ozon, UV, H2O2 untuk water reuse
RANCANGAN VARIABEL
DASAR RANCANGAN IPAL TAMBAK
• Regulasi
• Asumsi debit limbah dan konsentrasi polutan
• Peralatan dan energi
• Ketersediaan lahan
• Cost
• Metode pengolahan
• Tujuan pengolahan : buang (discharge) atau daur ulang (reuse)
No
.
Parameter Air
Satuan Kisara
n
1.
Fisika
TSS (Total Suspended
Solid)
mg/l ≤ 200
2. Kekeruhan
Kimia
NTU (Nephelometer Turbidity
Unit)
≤ 50
1. pH - 6-9,0
2. BOD5 mg/l < 45
3. PO4
-3 mg/l < 0,1
4. H2S mg/l < 0,03
5. NO3 mg/l < 75
6. NO2 mg/l < 2,5
7. NH3
Biologi
mg/l < 0,1
1.
2.
Dinoflagellata
Gymnodinium
Peridinium
Bakteri Patogen
Individu/l
Individu/l
CFU (Calory Froming Unit)
< 8 x
102
< 8 x
102
< 102
PERMEN-KP RI 2014PERMEN-KP RI NO 75 2016
PERMEN-LH RI NO 5 TAHUN 2014PERMEN-TAN RI NO 70 TAHUN 2011
• Metode pengolahan limbah :
Primer - Sekunder - Tersier
Fisika - biologi, kimia - disinfeksi, ultrafiltrasi
• Tingkatan teknologi pengolahan limbah :
Sederhana - konvensional - standar industri
• Rule of thumb :
Limbah padat harus dipisahkan segera di awal proses pengolahan
limbah di IPAL.
Bak sedimentasi biasa untuk debit limbah cair kecil.
Bak settler RFS (radial flow settler) untuk debit limbah cair besar.
• Stabilization ponds
• Wetlands
• Aerated lagoon
• Oxidation ditch
• Activated sludge
• SBR (Sequencing Batch Reactor)
• MBBR (Moving Bead Bio Reactor)
• Filtrasi dan biofiltrasi
KOLAM SEDIMENTASI
KOLAM STABILISASI
KOLAM STABILISASI
AERATED LAGOON
ACTIVATED SLUDGE
MBBR
SBR
BIOFILTRASI : ROCK BIOFILTER
BIOFILTRASI : ROCK BIOFILTER
VARIABEL RANCANGAN IPAL TAMBAK UDANG
DEBIT
AIR
HRT
SISTEM DIMENSI
DESAIN
VARIABEL RANCANGAN 1 : DEBIT
• Asumsi pergantian air 10% per hari VS maksimum kolam panen per hari.
• Contoh :
- 4 kolam ukuran @ 2.500 M2 level air 1M
- Volume air kolam budidaya : 10.000 M3
- Q1 air buangan harian : 1.000 M3/hari
- Q2 air saat panen : 10.000 M3/hari
• Rancangan berdasar Q1 :
- Bak pengendapan : 1.000 M3 : 10 jam kerja = 100 M3/jam = 100 M3
• Rancangan berdasar Q2 :
- Bak pengendapan : 10.000 M3 : 8 jam kerja = 1250 M3/jam = 1.250 M3
VARIABEL RANCANGAN 2 : HRT
HRT untuk pengendapan :
• Q1 100 M3/jam - Vbp : 100 M3 - HRT = 1 jam
• Q2 1.250 M3/jam - Vbp : 1.250 M3 - HRT = 1 jam
HRT untuk aerasi :
• Sistem activated sludge / MBBR : 12 jam
• Aerated lagoon : 72 jam
HRT untuk pengendapan akhir dan stabilisasi :
• Sistem activated sludge / MBBR : 1-2 jam
• Aerated lagoon : 24 jam
VARIABEL : DIMENSI & SISTEM
ACTIVATED SLUDGE/MBBR
• Q1 : 100 M3/jam
V bak sedimentasi 1 : 100 M3
V bak aerasi : 1.200 M3
V bak sedimentasi 2 : 100 M3
V bak stabilisasi : 100 M3
Total : 1.500 M3
• Q2 : 1.250 M3/jam
V bak sedimentasi 1 : 1.250 M3
V bak aerasi : 15.000 M3
V bak sedimentasi 2 : 1.250 M3
V bak stabilisasi : 1.250 M3
Total : 18.750 M3
AERATED LAGOON
• Q1 : 100 M3/jam
V bak sedimentasi 1 : 100 M3
V bak aerasi : 7.200 M3
V bak sedimentasi 2 : 1.200 M3
V bak stabilisasi : 1.200 M3
Total : 9.700 M3
• Q2 : 1.250 M3/jam
V bak sedimentasi 1 : 1.250 M3
V bak aerasi : 90.000 M3
V bak sedimentasi 2 : 15.000 M3
V bak stabilisasi : 15.000 M3
Total : 121.250 M3
• Mengingat kebutuhan lahan IPAL yang sangat luas, diperlukan modifikasi
untuk mendapatkan desain IPAL yang realistis dan tepat guna.
• Desain IPAL dapat mengakomodasi buangan limbah saat peak load panen
berlangsung, mampu menahan limbah padat tidak keluar area tambak udang
dan paling tidak mereduksi kandungan polutan.
• Desain IPAL mampu mengolah limbah harian dengan efisiensi tinggi ( > 80%).
• Menggunakan azas radial flow settler, kolam pengendapan fakultatif, aerated
lagoon dan biofiltrasi rock filter.
• 3 skenario IPAL tambak yang dapat dipalikasikan :
- Kolam fakultatif
- Kolam fakultatif & aerated lagoon
- Kolam fakultatif, aerated lagoon & biofiltrasi
PERSPEKTIF
• Contoh lahan
tambak udang 10,5
hektar :
- 2,7 hektar : jalan,
bangunan,
tanggul, saluran
outlet.
- 8 hektar :
Kolam buidaya :
5,75 hektar (23
kolam @2500
M2)
Tandon
pengendapan :
0,575 hektar (2
kolam @2500
M2)
Tandon
treatment : 1,15
hektar (5 kolam
@2500 M2)
IPAL : 0,25 hektar
(1 kolam @2500
M2)
FAKULTATIF POND
• Menggunakan 1 kolam pengolahan sebagai kolam fakultatif anaerob.
• Ukuran kolam fakultatif seukuran dengan kolam budidaya terbesar.
• Atau volume kolam fakultatif 5 % dari volume air total kolam2 budidaya.
• Dilengkapi surface aerator 1 HP untuk luas 200 M2, dinyalakan 12 jam
siang hari dan dimatikan 12 jam malam hari.
• Lumpur dikeluarkan ke bak pasir dewatering sludge setiap hari.
• HRT :
- Flow through harian (ganti air 10%) : 4,3 jam
- Panen 1 kolam : 2 jam
- Panen 3 kolam bersamaan : 40 menit
2500
(23x2500x0,1) : 10
[ ]
(2500 : 2)
2500
[ ]
2500
(3x2500) : 2
[ ]X 60
GRAVITASI / POMPA
GRAVITASI
GRAVITASI / POMPA
• Contoh lahan
tambak udang 10,5
hektar :
- 2,45 hektar :
jalan, bangunan,
tanggul, saluran
outlet.
- 8 hektar :
Kolam buidaya :
5,75 hektar (23
kolam @2500
M2)
Tandon
pengendapan :
0,575 hektar (2
kolam @2500
M2)
Tandon
treatment : 1,15
hektar (5 kolam
@2500 M2)
IPAL : 0,575
hektar (2 kolam
@2500 M2)
FAKULTATIF & AERATED LAGOON
• Menggunakan 2 kolam IPAL : satu kolam fakultatif dan satu kolam
aerated lagoon.
• Volume IPAL 10% dari volume air total kolam2 budidaya.
• Masing2 kolam dilengkapi surface aerator 1 HP untuk luas 200 M2, untuk
kolam fakultatif dinyalakan 12 jam siang hari dan dimatikan 12 jam
malam hari dan untuk aerated lagoon full 24 jam.
• Lumpur dikeluarkan ke bak pasir dewatering sludge setiap hari.
• HRT :
- Flow through harian (ganti air 10%) : 8,6 jam
- Panen 1 kolam : 4 jam
- Panen 3 kolam bersamaan : 1,5 jam
• Contoh lahan
tambak udang 10,5
hektar :
- 2,2 hektar : jalan,
bangunan,
tanggul, saluran
outlet.
- 8 hektar :
Kolam buidaya :
5,75 hektar (23
kolam @2500
M2)
Tandon
pengendapan :
0,575 hektar (2
kolam @2500
M2)
Tandon
treatment : 1,15
hektar (5 kolam
@2500 M2)
IPAL : 0,75 hektar
(3 kolam @2500
M2)
FAKULTATIF, AERATED LAGOON & BIOFILTRASI
• Menggunakan 3 kolam IPAL : kolam fakultatif, kolam aerated lagoon dan kolam
biofiltrasi.
• Volume IPAL 15% dari volume air total kolam2 budidaya.
• Kolam fakultatif dan aerated lagoon dilengkapi surface aerator 1 HP untuk luas
200 M2, untuk kolam fakultatif dinyalakan 12 jam siang hari dan dimatikan 12
jam malam hari dan untuk aerated lagoon full 24 jam.
• Lumpur dikeluarkan ke drying bed dari kolam fakultatif setiap hari.
• Rock filter seperti anjuran FDA berfungsi sebagai media pelekatan bakteri
(biofilm) termasuk di dalamnya anammox bacteria, resirkulasi jika
memungkinkan dan volume batu yang diperlukan untuk filter removal
COD/BOD sesuai VTR (Volumetric TAN Rasio).
• HRT :
- Flow through harian (ganti air 10%) : 13 jam
- Panen 1 kolam : 6 jam
- Panen 3 kolam bersamaan : 2 jam
OPTIMASI LIMBAH TAMBAK
OPTIMASI LIMBAH TAMBAK
OPTIMASI LIMBAH TAMBAK
OPTIMASI LIMBAH TAMBAK
OPTIMASI LIMBAH TAMBAK
OPTIMASI LIMBAH TAMBAK
OPTIMASI LIMBAH TAMBAK
OPTIMASI LIMBAH TAMBAK
OPTIMASI LIMBAH TAMBAK
OPTIMASI LIMBAH TAMBAK
OPTIMASI LIMBAH TAMBAK
OPTIMASI LIMBAH TAMBAK
OPTIMASI LIMBAH TAMBAK
OPTIMASI LIMBAH TAMBAK
OPTIMASI LIMBAH TAMBAK
OPTIMASI LIMBAH TAMBAK
OPTIMASI LIMBAH TAMBAK
OPTIMASI LIMBAH TAMBAK

More Related Content

What's hot

Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)Joy Irman
 
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AerobikBangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AerobikJoy Irman
 
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...Joy Irman
 
5. unit koagulasi flokulasi
5. unit koagulasi flokulasi5. unit koagulasi flokulasi
5. unit koagulasi flokulasiKurnia Zuliana
 
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Joy Irman
 
Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)
Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)
Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)Joy Irman
 
Pedoman pengoperasian dan pemeliharaan ipal
Pedoman pengoperasian dan pemeliharaan ipalPedoman pengoperasian dan pemeliharaan ipal
Pedoman pengoperasian dan pemeliharaan ipalinfosanitasi
 
Permen lhk no.68 2016 ttg baku mutu air limbah domestik
Permen lhk no.68 2016 ttg baku mutu air limbah domestikPermen lhk no.68 2016 ttg baku mutu air limbah domestik
Permen lhk no.68 2016 ttg baku mutu air limbah domestikRizki Darmawan
 
Operasi dan pemeliharaan unit Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
Operasi dan pemeliharaan unit Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)Operasi dan pemeliharaan unit Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
Operasi dan pemeliharaan unit Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)infosanitasi
 
Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)
Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)
Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)Joy Irman
 
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)Joy Irman
 
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikPerencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikJoy Irman
 
Sistem Pengolahan Air Limbah secara Biologis
Sistem Pengolahan Air Limbah secara BiologisSistem Pengolahan Air Limbah secara Biologis
Sistem Pengolahan Air Limbah secara BiologisJoy Irman
 
proses pengelolaan air limbah secara kimia
proses pengelolaan air limbah secara kimiaproses pengelolaan air limbah secara kimia
proses pengelolaan air limbah secara kimiamun farid
 
Rehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampah
Rehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) SampahRehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampah
Rehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampahinfosanitasi
 
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbahDasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbahinfosanitasi
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Perencanaan SPAL (Renc...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Perencanaan SPAL (Renc...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Perencanaan SPAL (Renc...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Perencanaan SPAL (Renc...Joy Irman
 
Koagulasi dan-flokulasi (1)
Koagulasi dan-flokulasi (1)Koagulasi dan-flokulasi (1)
Koagulasi dan-flokulasi (1)Ecko Chicharito
 

What's hot (20)

Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
 
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AerobikBangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
 
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
 
5. unit koagulasi flokulasi
5. unit koagulasi flokulasi5. unit koagulasi flokulasi
5. unit koagulasi flokulasi
 
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
 
Pengolahan Air Limbah PPT
Pengolahan Air Limbah PPTPengolahan Air Limbah PPT
Pengolahan Air Limbah PPT
 
Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)
Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)
Jenis jenis Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL)
 
Pedoman pengoperasian dan pemeliharaan ipal
Pedoman pengoperasian dan pemeliharaan ipalPedoman pengoperasian dan pemeliharaan ipal
Pedoman pengoperasian dan pemeliharaan ipal
 
Permen lhk no.68 2016 ttg baku mutu air limbah domestik
Permen lhk no.68 2016 ttg baku mutu air limbah domestikPermen lhk no.68 2016 ttg baku mutu air limbah domestik
Permen lhk no.68 2016 ttg baku mutu air limbah domestik
 
Operasi dan pemeliharaan unit Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
Operasi dan pemeliharaan unit Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)Operasi dan pemeliharaan unit Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
Operasi dan pemeliharaan unit Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
 
3 unit-aerasi-so
3 unit-aerasi-so3 unit-aerasi-so
3 unit-aerasi-so
 
Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)
Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)
Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (3/4)
 
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)
 
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikPerencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
 
Sistem Pengolahan Air Limbah secara Biologis
Sistem Pengolahan Air Limbah secara BiologisSistem Pengolahan Air Limbah secara Biologis
Sistem Pengolahan Air Limbah secara Biologis
 
proses pengelolaan air limbah secara kimia
proses pengelolaan air limbah secara kimiaproses pengelolaan air limbah secara kimia
proses pengelolaan air limbah secara kimia
 
Rehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampah
Rehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) SampahRehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampah
Rehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampah
 
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbahDasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Perencanaan SPAL (Renc...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Perencanaan SPAL (Renc...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Perencanaan SPAL (Renc...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Perencanaan SPAL (Renc...
 
Koagulasi dan-flokulasi (1)
Koagulasi dan-flokulasi (1)Koagulasi dan-flokulasi (1)
Koagulasi dan-flokulasi (1)
 

Similar to OPTIMASI LIMBAH TAMBAK

Anaerobik digester
Anaerobik digesterAnaerobik digester
Anaerobik digesterIffa M.Nisa
 
MI.4-Pengolahan-Limbah-Cair-Fasyankes_Edit.pdf
MI.4-Pengolahan-Limbah-Cair-Fasyankes_Edit.pdfMI.4-Pengolahan-Limbah-Cair-Fasyankes_Edit.pdf
MI.4-Pengolahan-Limbah-Cair-Fasyankes_Edit.pdfHendrawanSetya
 
Pertemuan IX - Sistem Pengolahan air bersih.ppt
Pertemuan IX - Sistem Pengolahan air bersih.pptPertemuan IX - Sistem Pengolahan air bersih.ppt
Pertemuan IX - Sistem Pengolahan air bersih.pptDewaDepra1
 
Slide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptx
Slide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptxSlide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptx
Slide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptxAiniZahra12
 
Slide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptx
Slide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptxSlide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptx
Slide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptxAbdulAzisSTMSi
 
Penanganan limbah secara fisik kimia
Penanganan limbah secara fisik kimiaPenanganan limbah secara fisik kimia
Penanganan limbah secara fisik kimiaEko Supriyadi
 
04. PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH 2021.pdf
04. PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH 2021.pdf04. PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH 2021.pdf
04. PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH 2021.pdfHENINGWIIDA
 
Penyediaan Air Bersih
Penyediaan Air BersihPenyediaan Air Bersih
Penyediaan Air Bersihnesyaazzura
 
PENGERTIAN DAN PENGGUNAAN berbagai metode analisis data kom.ppt
PENGERTIAN  DAN PENGGUNAAN berbagai metode analisis data kom.pptPENGERTIAN  DAN PENGGUNAAN berbagai metode analisis data kom.ppt
PENGERTIAN DAN PENGGUNAAN berbagai metode analisis data kom.pptEllySufriadi4
 
Jurnal ekologi perairan
Jurnal ekologi perairanJurnal ekologi perairan
Jurnal ekologi perairanPT. SASA
 
Konsep dasar kimia air
Konsep dasar kimia airKonsep dasar kimia air
Konsep dasar kimia airMAYAKUSU
 
design thinking limbahqwqwqwqwqwqwq.pptx
design thinking limbahqwqwqwqwqwqwq.pptxdesign thinking limbahqwqwqwqwqwqwq.pptx
design thinking limbahqwqwqwqwqwqwq.pptxDarielTema
 

Similar to OPTIMASI LIMBAH TAMBAK (20)

Dampak air
Dampak airDampak air
Dampak air
 
Analisis data air
Analisis data airAnalisis data air
Analisis data air
 
Anaerobik digester
Anaerobik digesterAnaerobik digester
Anaerobik digester
 
MI.4-Pengolahan-Limbah-Cair-Fasyankes_Edit.pdf
MI.4-Pengolahan-Limbah-Cair-Fasyankes_Edit.pdfMI.4-Pengolahan-Limbah-Cair-Fasyankes_Edit.pdf
MI.4-Pengolahan-Limbah-Cair-Fasyankes_Edit.pdf
 
dampak-air.ppt
dampak-air.pptdampak-air.ppt
dampak-air.ppt
 
17562 19158-1-pb
17562 19158-1-pb17562 19158-1-pb
17562 19158-1-pb
 
A4 pli 2012
A4 pli 2012A4 pli 2012
A4 pli 2012
 
01a fiskim
01a fiskim01a fiskim
01a fiskim
 
PPTX_JIH.pptx
PPTX_JIH.pptxPPTX_JIH.pptx
PPTX_JIH.pptx
 
Pertemuan IX - Sistem Pengolahan air bersih.ppt
Pertemuan IX - Sistem Pengolahan air bersih.pptPertemuan IX - Sistem Pengolahan air bersih.ppt
Pertemuan IX - Sistem Pengolahan air bersih.ppt
 
PERT.2.pptx
PERT.2.pptxPERT.2.pptx
PERT.2.pptx
 
Slide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptx
Slide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptxSlide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptx
Slide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptx
 
Slide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptx
Slide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptxSlide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptx
Slide-CIV-306-CIV-306-Kualitas-Air-P7.pptx
 
Penanganan limbah secara fisik kimia
Penanganan limbah secara fisik kimiaPenanganan limbah secara fisik kimia
Penanganan limbah secara fisik kimia
 
04. PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH 2021.pdf
04. PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH 2021.pdf04. PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH 2021.pdf
04. PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH 2021.pdf
 
Penyediaan Air Bersih
Penyediaan Air BersihPenyediaan Air Bersih
Penyediaan Air Bersih
 
PENGERTIAN DAN PENGGUNAAN berbagai metode analisis data kom.ppt
PENGERTIAN  DAN PENGGUNAAN berbagai metode analisis data kom.pptPENGERTIAN  DAN PENGGUNAAN berbagai metode analisis data kom.ppt
PENGERTIAN DAN PENGGUNAAN berbagai metode analisis data kom.ppt
 
Jurnal ekologi perairan
Jurnal ekologi perairanJurnal ekologi perairan
Jurnal ekologi perairan
 
Konsep dasar kimia air
Konsep dasar kimia airKonsep dasar kimia air
Konsep dasar kimia air
 
design thinking limbahqwqwqwqwqwqwq.pptx
design thinking limbahqwqwqwqwqwqwq.pptxdesign thinking limbahqwqwqwqwqwqwq.pptx
design thinking limbahqwqwqwqwqwqwq.pptx
 

More from Syauqy Nurul Aziz

Pasar Udang - Your Shrimp Partner
Pasar Udang - Your Shrimp PartnerPasar Udang - Your Shrimp Partner
Pasar Udang - Your Shrimp PartnerSyauqy Nurul Aziz
 
Menimbang SIstem Budidaya Udang Berkelanjutan
Menimbang SIstem Budidaya Udang BerkelanjutanMenimbang SIstem Budidaya Udang Berkelanjutan
Menimbang SIstem Budidaya Udang BerkelanjutanSyauqy Nurul Aziz
 
Progres Inovasi Budidaya Udang Supra Intensif dan Pengembangan RAS Dalam Upay...
Progres Inovasi Budidaya Udang Supra Intensif dan Pengembangan RAS Dalam Upay...Progres Inovasi Budidaya Udang Supra Intensif dan Pengembangan RAS Dalam Upay...
Progres Inovasi Budidaya Udang Supra Intensif dan Pengembangan RAS Dalam Upay...Syauqy Nurul Aziz
 
Peranan Zonasi Budidaya Dalam Mencapai Peluang Produksi Optimum di Lampung - ...
Peranan Zonasi Budidaya Dalam Mencapai Peluang Produksi Optimum di Lampung - ...Peranan Zonasi Budidaya Dalam Mencapai Peluang Produksi Optimum di Lampung - ...
Peranan Zonasi Budidaya Dalam Mencapai Peluang Produksi Optimum di Lampung - ...Syauqy Nurul Aziz
 
Peta Geografis Tambak Udang Jawa Barat dan Banten
Peta Geografis Tambak Udang Jawa Barat dan BantenPeta Geografis Tambak Udang Jawa Barat dan Banten
Peta Geografis Tambak Udang Jawa Barat dan BantenSyauqy Nurul Aziz
 
Minimalisasi Variable Dalam Budidaya Udang
Minimalisasi Variable Dalam Budidaya UdangMinimalisasi Variable Dalam Budidaya Udang
Minimalisasi Variable Dalam Budidaya UdangSyauqy Nurul Aziz
 
Selayang Pandang Budidaya Udang di Yogyakarta
Selayang Pandang Budidaya Udang di YogyakartaSelayang Pandang Budidaya Udang di Yogyakarta
Selayang Pandang Budidaya Udang di YogyakartaSyauqy Nurul Aziz
 
Application of Low Protein Diet for Indonesian Shrimp Farming
Application of Low Protein Diet for Indonesian Shrimp FarmingApplication of Low Protein Diet for Indonesian Shrimp Farming
Application of Low Protein Diet for Indonesian Shrimp FarmingSyauqy Nurul Aziz
 
Biofilm Pada Akuakultur dan Arah Pemanfaatan dan Pengontrolan Mikroba dalam B...
Biofilm Pada Akuakultur dan Arah Pemanfaatan dan Pengontrolan Mikroba dalam B...Biofilm Pada Akuakultur dan Arah Pemanfaatan dan Pengontrolan Mikroba dalam B...
Biofilm Pada Akuakultur dan Arah Pemanfaatan dan Pengontrolan Mikroba dalam B...Syauqy Nurul Aziz
 
Minimasi Kadar Nitrit di Tambak Udang & Rekayasa Keseimbangan Bakteri - Plank...
Minimasi Kadar Nitrit di Tambak Udang & Rekayasa Keseimbangan Bakteri - Plank...Minimasi Kadar Nitrit di Tambak Udang & Rekayasa Keseimbangan Bakteri - Plank...
Minimasi Kadar Nitrit di Tambak Udang & Rekayasa Keseimbangan Bakteri - Plank...Syauqy Nurul Aziz
 
Perkembangan Sertifikasi Perikanan Budidaya di Indonesia
Perkembangan Sertifikasi Perikanan Budidaya di IndonesiaPerkembangan Sertifikasi Perikanan Budidaya di Indonesia
Perkembangan Sertifikasi Perikanan Budidaya di IndonesiaSyauqy Nurul Aziz
 
Update Penyakit Udang dan Penganannya
Update Penyakit Udang dan PenganannyaUpdate Penyakit Udang dan Penganannya
Update Penyakit Udang dan PenganannyaSyauqy Nurul Aziz
 
Sinergitas KKP dan SCI Dalam Mempersiapkan Audit DG SANTE UNI EROPA
Sinergitas KKP dan SCI Dalam Mempersiapkan Audit DG SANTE UNI EROPASinergitas KKP dan SCI Dalam Mempersiapkan Audit DG SANTE UNI EROPA
Sinergitas KKP dan SCI Dalam Mempersiapkan Audit DG SANTE UNI EROPASyauqy Nurul Aziz
 
Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...
Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...
Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...Syauqy Nurul Aziz
 
Akselerasi Pengembangan Budidaya Udang dan Pengendalian Sistem Penjaminan Mut...
Akselerasi Pengembangan Budidaya Udang dan Pengendalian Sistem Penjaminan Mut...Akselerasi Pengembangan Budidaya Udang dan Pengendalian Sistem Penjaminan Mut...
Akselerasi Pengembangan Budidaya Udang dan Pengendalian Sistem Penjaminan Mut...Syauqy Nurul Aziz
 

More from Syauqy Nurul Aziz (16)

Pasar Udang - Your Shrimp Partner
Pasar Udang - Your Shrimp PartnerPasar Udang - Your Shrimp Partner
Pasar Udang - Your Shrimp Partner
 
Menimbang SIstem Budidaya Udang Berkelanjutan
Menimbang SIstem Budidaya Udang BerkelanjutanMenimbang SIstem Budidaya Udang Berkelanjutan
Menimbang SIstem Budidaya Udang Berkelanjutan
 
Progres Inovasi Budidaya Udang Supra Intensif dan Pengembangan RAS Dalam Upay...
Progres Inovasi Budidaya Udang Supra Intensif dan Pengembangan RAS Dalam Upay...Progres Inovasi Budidaya Udang Supra Intensif dan Pengembangan RAS Dalam Upay...
Progres Inovasi Budidaya Udang Supra Intensif dan Pengembangan RAS Dalam Upay...
 
Peranan Zonasi Budidaya Dalam Mencapai Peluang Produksi Optimum di Lampung - ...
Peranan Zonasi Budidaya Dalam Mencapai Peluang Produksi Optimum di Lampung - ...Peranan Zonasi Budidaya Dalam Mencapai Peluang Produksi Optimum di Lampung - ...
Peranan Zonasi Budidaya Dalam Mencapai Peluang Produksi Optimum di Lampung - ...
 
Peta Geografis Tambak Udang Jawa Barat dan Banten
Peta Geografis Tambak Udang Jawa Barat dan BantenPeta Geografis Tambak Udang Jawa Barat dan Banten
Peta Geografis Tambak Udang Jawa Barat dan Banten
 
Minimalisasi Variable Dalam Budidaya Udang
Minimalisasi Variable Dalam Budidaya UdangMinimalisasi Variable Dalam Budidaya Udang
Minimalisasi Variable Dalam Budidaya Udang
 
Selayang Pandang Budidaya Udang di Yogyakarta
Selayang Pandang Budidaya Udang di YogyakartaSelayang Pandang Budidaya Udang di Yogyakarta
Selayang Pandang Budidaya Udang di Yogyakarta
 
Application of Low Protein Diet for Indonesian Shrimp Farming
Application of Low Protein Diet for Indonesian Shrimp FarmingApplication of Low Protein Diet for Indonesian Shrimp Farming
Application of Low Protein Diet for Indonesian Shrimp Farming
 
Biofilm Pada Akuakultur dan Arah Pemanfaatan dan Pengontrolan Mikroba dalam B...
Biofilm Pada Akuakultur dan Arah Pemanfaatan dan Pengontrolan Mikroba dalam B...Biofilm Pada Akuakultur dan Arah Pemanfaatan dan Pengontrolan Mikroba dalam B...
Biofilm Pada Akuakultur dan Arah Pemanfaatan dan Pengontrolan Mikroba dalam B...
 
Minimasi Kadar Nitrit di Tambak Udang & Rekayasa Keseimbangan Bakteri - Plank...
Minimasi Kadar Nitrit di Tambak Udang & Rekayasa Keseimbangan Bakteri - Plank...Minimasi Kadar Nitrit di Tambak Udang & Rekayasa Keseimbangan Bakteri - Plank...
Minimasi Kadar Nitrit di Tambak Udang & Rekayasa Keseimbangan Bakteri - Plank...
 
Perkembangan Sertifikasi Perikanan Budidaya di Indonesia
Perkembangan Sertifikasi Perikanan Budidaya di IndonesiaPerkembangan Sertifikasi Perikanan Budidaya di Indonesia
Perkembangan Sertifikasi Perikanan Budidaya di Indonesia
 
Update Penyakit Udang dan Penganannya
Update Penyakit Udang dan PenganannyaUpdate Penyakit Udang dan Penganannya
Update Penyakit Udang dan Penganannya
 
Sinergitas KKP dan SCI Dalam Mempersiapkan Audit DG SANTE UNI EROPA
Sinergitas KKP dan SCI Dalam Mempersiapkan Audit DG SANTE UNI EROPASinergitas KKP dan SCI Dalam Mempersiapkan Audit DG SANTE UNI EROPA
Sinergitas KKP dan SCI Dalam Mempersiapkan Audit DG SANTE UNI EROPA
 
Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...
Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...
Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...
 
Why Disease Come
Why Disease ComeWhy Disease Come
Why Disease Come
 
Akselerasi Pengembangan Budidaya Udang dan Pengendalian Sistem Penjaminan Mut...
Akselerasi Pengembangan Budidaya Udang dan Pengendalian Sistem Penjaminan Mut...Akselerasi Pengembangan Budidaya Udang dan Pengendalian Sistem Penjaminan Mut...
Akselerasi Pengembangan Budidaya Udang dan Pengendalian Sistem Penjaminan Mut...
 

OPTIMASI LIMBAH TAMBAK

  • 1.
  • 2.
  • 3.
  • 4. DEFINISI Limbah adalah sisa dari suatu usaha maupun kegiatan yang mengandung bahan yang karena sifat, konsentrasi, dan jumlahnya, baik yang secara langsung maupun tidak langsung dapat membahayakan lingkungan, kesehatan, kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya (Mahida, 1984). Limbah cair merupakan gabungan atau campuran dari air dan bahan- bahan pencemaran (cair, gas dan padatan) yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi yang terbuang dari sumber domestik (perkantoran, perumahan dan perdagangan), sumber industri, dan pada saat tertentu tercampur dengan air tanah, air permukaan (sungai, danau, laut) dan air hujan (Soeparman dan Suparmin, 2002).
  • 5. KLASIFIKASI LIMBAH • Limbah : cair - padat - gas • Limbah : organik - anorganik • Limbah : biodegradable - non biodegradable • Limbah : hazardous - non hazardous
  • 6. INTENSITAS KUALITAS LIMBAH • Volume limbah • Kandungan bahan pencemar • Frekuensi pembuangan limbah
  • 7. LIMBAH TAMBAK UDANG • Karakteristik limbah cair tambak udang tidak terlalu tinggi dalam konsentrasi polutannya, namun melibatkan volume air yang besar. • Konsentrasi polutannya tergantung pula pada usia budidaya, kepadatan tebar, substrat kolam dan konstruksi. • Konsentrasi BOD < 100 ppm untuk effluent air buangan kolam saat panen, namun dapat berada pada 100 -1000 ppm pada buangan lumpur reguler / sifon, demikian halnya untuk TSS dan turbiditasnya. • Retensi nutrien dari pakan di kolam udang hanya sebesar N 22% P 10% dalam biomassa udang, berarti 78% N dan 90% P terbuang dari kolam. Ini berarti polutan utama dari limbah tambak udang adalah pencemaran nutrien terhadap lingkungan.
  • 8. DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN Input efluen dan sedimen buangan limbah tambak udang secara kontinyu ke perairan laut akan berakibat : • Pergeseran dominasi sistem alami photoautothroph (plankton sebagai produsen primer laut) oleh sistem organothroph bacteria karena kelimpahan bahan organik dalam air laut. • Perluasan death zone area • Penambahan lapisan anoxia dan euxinia di dasar laut • Indikasi : naiknya konsentrasi total organic matter dan turunnya ORP Resiko : saat terjadi purifikasi alami berupa upwelling (umbalan CO2, H2S, toksin algae, germinasi spora).
  • 9. DAMPAK TERHADAP BUDIDAYA UDANG • Peningkatan kebutuhan sarana prasarana treatment air laut. • Kelimpahan mikroorganisme patogen (bakteri, protozoa, virus). • Peningkatan prevalensi penyakit udang. • Fluktuasi alkalinitas. • Peningkatan laju nitrifikasi. • Peningkatan laju pelepasan posfat oleh sedimen. • Gangguan healthy plankton bloom. • Toksin algae. • Azas Le Chatelier. • Budidaya semakin hari semakin sulit.
  • 10.
  • 12. PROSES DEKOMPOSISI LIMBAH PADAT Limbah padat yang mengendap di kolom air atau berupa slurry (kadar air 90%) jika ditiriskan akan melangsungkan proses peluruhan melalui tahapan : • Hidrolisis (1 minggu) • Asidolisis / asidogenesis (1 minggu) • Asetogenesis (1 minggu) • Metanogenesis (4-8 minggu)
  • 13.
  • 14.
  • 15. AMARAN DEKOMPOSISI LIMBAH PADAT • Perlu diwaspadai saat limbah padat memasuki tahapan asidolisis & asetogenesis, dimana CO2 dan H2S terbentuk dalam konsentrasi tinggi dan terperangkap di dalam bubur/slurry limbah padat. • Jika operator tambak terpapar langsung dengan gas yang keluar dari bubur/slurry limbah padat ini akan berakibat keracunan dan kematian cepat. • CO2 mendorong percepatan larutnya H2S dalam darah, peracunan syaraf berlangsung dalam waktu singkat dan tidak terdeteksi dalam darah saat dianalisa. • Toksisitas gas H2S 10 kali lebih mematikan dibanding HCN. • Dimetilsulfida, dimetilsiloxan dan volatile toksin lysis plankton bersama gas CO2 memberikan efek pingsan pada korban.
  • 16. AMARAN DEKOMPOSISI LIMBAH PADAT Penanganan P3K keracunan H2S sama persis dengan penanganan keracunan karena sianida : • Pemberian alat bantu pernafasan hiperbarik dengan oksigen murni. • Injeksi Sodium Nitrit 3% 10 mL • Injeksi larutan Sodium Thiosulfat 3% 50 mL Jika pada kondisi tertentu operator tambak terpaksa turun ke lapisan endapan bubur/slurry limbah padat tambak, lebih baik menyuntikan terlebih dahulu larutan H2O2 ke dalam bubur sedimen limbah padat tambak tersebut. 1 ppm H2S dioksidasi dengan cepat (Vr = 1/10 detik) oleh 1-3 ppm H2O2. Atau operator tambak diberi tabung & masker oksigen selama bekerja di lingkungan bubur/slurry limbah padat tambak udang tersebut.
  • 17. PEMANFAATAN LIMBAH PADAT • Bioremediasi (aerob : ORC & bakteri bioremediasi) • Biocomposting (anaerob : fertilizer C/N rasio tinggi) • Biogas (anaerob : metana & fertilizer C/N rasio rendah) • Media pembiakan cacing tanah (Lumbricus sp) & cacing sutera (Tubifex sp) Reduksi volume padatan rata2 30% selama 1 bulan.
  • 18. KINETIKA REAKSI LIMBAH CAIR TAMBAK UDANG • Removal bahan organik • Nitrifikasi • Denitrifikasi • Anammox • Removal posfat • Disinfeksi
  • 19. REMOVAL BAHAN ORGANIK • COD removal (aerasi) : Bahan organik + Nutrien + O2 ------------> CO2 + H2O + NH3 + Biomassa F M F • Reaksi oksidasi sempurna • F/M rasio • BOD : N : P = 100 : 5 : 1 Mikroba
  • 20. NITRIFIKASI • Nitrifikasi : Nitritasi : 2NH4 + + 3O2 Nitrosomonas 2NO2 - + 2H2O Nitratasi : 2NO2 - + O2 Nitrobacter 2NO3 - 1 mol NH4 + menghasilkan 2 mol H+, yang akan mengkonsumsi alkalinitas. • Nitrosomonas : 55NH4 + + 76O2 + 109HCO3 -C5H7O2N + 54NO2 - + 572H2O + 104H2CO3 • Nitrobacter : 400NO2 - + NH4 + + 4H2CO3 + HCO3 - + 195O2  C5H7O2N + 400NO3 - + 3H2O • Kebutuhan oksigen : 1 ppm NH4 + memerlukan 4,57 ppm O2 • Kebutuhan alkalinitas : 1 ppm NH4 +- N memerlukan 7,14 ppm CaCO3 • COD/TKN : 4 - 10
  • 21. DENITRIFIKASI • Denitrifikasi : NO3 -  NO2 -  NO  N2O  N2 6 NO3 - + 5 CH3OH  3N2 + 5CO2 + 7H2O + 6 OH- • Kebutuhan CH3OH : 1 ppm NO3 - memerlukan 2,47 ppm CH3OH • CH3OH/ NO3 - = 3 (rasio lebih rendah, denitrifikasi berjalan lebih lambat) • Setiap 1 ppm NO3 - menghasilkan 3,6 ppm HCO3 - • Bakteri denitrifikasi mempunyai kemampuan beradaptasi pada kondisi aerob dan anaerob. • Paracoccus denitrificans, Thiobacillus denitrificans. Bacillus sp dan Pseudomonas sp.
  • 22. ANAMMOX • Reaksi : 2 NH4 + + 3 O2 ---> 2 NO2 - + 4 H+ + 2 H2O ….. (1) NH4 + + NO2 - ---> N2 + 2 H2O ….. (2) • Bakteri anammox melangsungkan reaksi nitrifikasi 2x lebih cepat dibandingkan bakteri Nitrosomonas dan Nitrobacter. • Bakteri anammox memotong rantai reaksi nirifikasi, mengoksidasi TAN (total ammonium nitrogen) menjadi nitrit dan dengan enzim hydrazine oxygenase yang dimilikinya mengubah ammonium dan nitrit menjadi gas nitrogen (N2). • Nitrat hanya terbentuk 15% dari reaksi dan langsung dikonversi ke nitrit kembali, otomatis mengatasi gangguan konsentrasi nitrat tinggi kepada udang. • Sangat cocok untuk kolam IPAL tambak udang.
  • 23. REMOVAL POSFAT • Biologi : asimilasi poliposfat (biofilter/plankton/bakteri/rumput laut/kerang) 2 HPO4 2− ⇌ P2O7 4− + H2O • Kimia : pelindian Ca(OH)2 pH 10 -11 10 Ca2+ + 6 PO4 3- + 2 OH- ↔ Ca10(PO4)6(OH)2  Ca3(PO4)2 + H2O Dosis Ca(OH)2 1,5 kali alkalinitas (sebagai CaCO3) • Absorpsi dengan Lanthanum klorida (LaCl3) : La3+ + PO4 3-  LaPO4
  • 24. DISINFEKSI • Kaporit - untuk efluen limbah cair dengan MPN Coliform > 100 /100 mL • AOP (Advanced Oxidation Process) : Ozon, UV, H2O2 untuk water reuse
  • 26. DASAR RANCANGAN IPAL TAMBAK • Regulasi • Asumsi debit limbah dan konsentrasi polutan • Peralatan dan energi • Ketersediaan lahan • Cost • Metode pengolahan • Tujuan pengolahan : buang (discharge) atau daur ulang (reuse)
  • 27. No . Parameter Air Satuan Kisara n 1. Fisika TSS (Total Suspended Solid) mg/l ≤ 200 2. Kekeruhan Kimia NTU (Nephelometer Turbidity Unit) ≤ 50 1. pH - 6-9,0 2. BOD5 mg/l < 45 3. PO4 -3 mg/l < 0,1 4. H2S mg/l < 0,03 5. NO3 mg/l < 75 6. NO2 mg/l < 2,5 7. NH3 Biologi mg/l < 0,1 1. 2. Dinoflagellata Gymnodinium Peridinium Bakteri Patogen Individu/l Individu/l CFU (Calory Froming Unit) < 8 x 102 < 8 x 102 < 102 PERMEN-KP RI 2014PERMEN-KP RI NO 75 2016
  • 28. PERMEN-LH RI NO 5 TAHUN 2014PERMEN-TAN RI NO 70 TAHUN 2011
  • 29.
  • 30. • Metode pengolahan limbah : Primer - Sekunder - Tersier Fisika - biologi, kimia - disinfeksi, ultrafiltrasi • Tingkatan teknologi pengolahan limbah : Sederhana - konvensional - standar industri • Rule of thumb : Limbah padat harus dipisahkan segera di awal proses pengolahan limbah di IPAL. Bak sedimentasi biasa untuk debit limbah cair kecil. Bak settler RFS (radial flow settler) untuk debit limbah cair besar.
  • 31. • Stabilization ponds • Wetlands • Aerated lagoon • Oxidation ditch • Activated sludge • SBR (Sequencing Batch Reactor) • MBBR (Moving Bead Bio Reactor) • Filtrasi dan biofiltrasi
  • 36.
  • 38. MBBR
  • 39. SBR
  • 40. BIOFILTRASI : ROCK BIOFILTER
  • 41. BIOFILTRASI : ROCK BIOFILTER
  • 42. VARIABEL RANCANGAN IPAL TAMBAK UDANG DEBIT AIR HRT SISTEM DIMENSI DESAIN
  • 43. VARIABEL RANCANGAN 1 : DEBIT • Asumsi pergantian air 10% per hari VS maksimum kolam panen per hari. • Contoh : - 4 kolam ukuran @ 2.500 M2 level air 1M - Volume air kolam budidaya : 10.000 M3 - Q1 air buangan harian : 1.000 M3/hari - Q2 air saat panen : 10.000 M3/hari • Rancangan berdasar Q1 : - Bak pengendapan : 1.000 M3 : 10 jam kerja = 100 M3/jam = 100 M3 • Rancangan berdasar Q2 : - Bak pengendapan : 10.000 M3 : 8 jam kerja = 1250 M3/jam = 1.250 M3
  • 44. VARIABEL RANCANGAN 2 : HRT HRT untuk pengendapan : • Q1 100 M3/jam - Vbp : 100 M3 - HRT = 1 jam • Q2 1.250 M3/jam - Vbp : 1.250 M3 - HRT = 1 jam HRT untuk aerasi : • Sistem activated sludge / MBBR : 12 jam • Aerated lagoon : 72 jam HRT untuk pengendapan akhir dan stabilisasi : • Sistem activated sludge / MBBR : 1-2 jam • Aerated lagoon : 24 jam
  • 45. VARIABEL : DIMENSI & SISTEM ACTIVATED SLUDGE/MBBR • Q1 : 100 M3/jam V bak sedimentasi 1 : 100 M3 V bak aerasi : 1.200 M3 V bak sedimentasi 2 : 100 M3 V bak stabilisasi : 100 M3 Total : 1.500 M3 • Q2 : 1.250 M3/jam V bak sedimentasi 1 : 1.250 M3 V bak aerasi : 15.000 M3 V bak sedimentasi 2 : 1.250 M3 V bak stabilisasi : 1.250 M3 Total : 18.750 M3 AERATED LAGOON • Q1 : 100 M3/jam V bak sedimentasi 1 : 100 M3 V bak aerasi : 7.200 M3 V bak sedimentasi 2 : 1.200 M3 V bak stabilisasi : 1.200 M3 Total : 9.700 M3 • Q2 : 1.250 M3/jam V bak sedimentasi 1 : 1.250 M3 V bak aerasi : 90.000 M3 V bak sedimentasi 2 : 15.000 M3 V bak stabilisasi : 15.000 M3 Total : 121.250 M3
  • 46. • Mengingat kebutuhan lahan IPAL yang sangat luas, diperlukan modifikasi untuk mendapatkan desain IPAL yang realistis dan tepat guna. • Desain IPAL dapat mengakomodasi buangan limbah saat peak load panen berlangsung, mampu menahan limbah padat tidak keluar area tambak udang dan paling tidak mereduksi kandungan polutan. • Desain IPAL mampu mengolah limbah harian dengan efisiensi tinggi ( > 80%). • Menggunakan azas radial flow settler, kolam pengendapan fakultatif, aerated lagoon dan biofiltrasi rock filter. • 3 skenario IPAL tambak yang dapat dipalikasikan : - Kolam fakultatif - Kolam fakultatif & aerated lagoon - Kolam fakultatif, aerated lagoon & biofiltrasi PERSPEKTIF
  • 47. • Contoh lahan tambak udang 10,5 hektar : - 2,7 hektar : jalan, bangunan, tanggul, saluran outlet. - 8 hektar : Kolam buidaya : 5,75 hektar (23 kolam @2500 M2) Tandon pengendapan : 0,575 hektar (2 kolam @2500 M2) Tandon treatment : 1,15 hektar (5 kolam @2500 M2) IPAL : 0,25 hektar (1 kolam @2500 M2)
  • 48. FAKULTATIF POND • Menggunakan 1 kolam pengolahan sebagai kolam fakultatif anaerob. • Ukuran kolam fakultatif seukuran dengan kolam budidaya terbesar. • Atau volume kolam fakultatif 5 % dari volume air total kolam2 budidaya. • Dilengkapi surface aerator 1 HP untuk luas 200 M2, dinyalakan 12 jam siang hari dan dimatikan 12 jam malam hari. • Lumpur dikeluarkan ke bak pasir dewatering sludge setiap hari. • HRT : - Flow through harian (ganti air 10%) : 4,3 jam - Panen 1 kolam : 2 jam - Panen 3 kolam bersamaan : 40 menit 2500 (23x2500x0,1) : 10 [ ] (2500 : 2) 2500 [ ] 2500 (3x2500) : 2 [ ]X 60
  • 50. • Contoh lahan tambak udang 10,5 hektar : - 2,45 hektar : jalan, bangunan, tanggul, saluran outlet. - 8 hektar : Kolam buidaya : 5,75 hektar (23 kolam @2500 M2) Tandon pengendapan : 0,575 hektar (2 kolam @2500 M2) Tandon treatment : 1,15 hektar (5 kolam @2500 M2) IPAL : 0,575 hektar (2 kolam @2500 M2)
  • 51. FAKULTATIF & AERATED LAGOON • Menggunakan 2 kolam IPAL : satu kolam fakultatif dan satu kolam aerated lagoon. • Volume IPAL 10% dari volume air total kolam2 budidaya. • Masing2 kolam dilengkapi surface aerator 1 HP untuk luas 200 M2, untuk kolam fakultatif dinyalakan 12 jam siang hari dan dimatikan 12 jam malam hari dan untuk aerated lagoon full 24 jam. • Lumpur dikeluarkan ke bak pasir dewatering sludge setiap hari. • HRT : - Flow through harian (ganti air 10%) : 8,6 jam - Panen 1 kolam : 4 jam - Panen 3 kolam bersamaan : 1,5 jam
  • 52.
  • 53. • Contoh lahan tambak udang 10,5 hektar : - 2,2 hektar : jalan, bangunan, tanggul, saluran outlet. - 8 hektar : Kolam buidaya : 5,75 hektar (23 kolam @2500 M2) Tandon pengendapan : 0,575 hektar (2 kolam @2500 M2) Tandon treatment : 1,15 hektar (5 kolam @2500 M2) IPAL : 0,75 hektar (3 kolam @2500 M2)
  • 54. FAKULTATIF, AERATED LAGOON & BIOFILTRASI • Menggunakan 3 kolam IPAL : kolam fakultatif, kolam aerated lagoon dan kolam biofiltrasi. • Volume IPAL 15% dari volume air total kolam2 budidaya. • Kolam fakultatif dan aerated lagoon dilengkapi surface aerator 1 HP untuk luas 200 M2, untuk kolam fakultatif dinyalakan 12 jam siang hari dan dimatikan 12 jam malam hari dan untuk aerated lagoon full 24 jam. • Lumpur dikeluarkan ke drying bed dari kolam fakultatif setiap hari. • Rock filter seperti anjuran FDA berfungsi sebagai media pelekatan bakteri (biofilm) termasuk di dalamnya anammox bacteria, resirkulasi jika memungkinkan dan volume batu yang diperlukan untuk filter removal COD/BOD sesuai VTR (Volumetric TAN Rasio). • HRT : - Flow through harian (ganti air 10%) : 13 jam - Panen 1 kolam : 6 jam - Panen 3 kolam bersamaan : 2 jam