SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
Laporan praktikum PEMBUATAN PUPUK
KOMPOS ORGANIK MENGGUNAKAN
BIOAKTIVATOR EM4
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN D3 KESEHATAN LINGKUNGAN
UNIVERSITAS STTL ( SEKOLAH TINGGI TEKNIK LINGKUNGAN )
Latar Belakang
Telah lama sampah menjadi permasalahan serius dii berbagai kota besar di Indonesia.
Peningkatan jumlah penduduk Indonesia berbanding lurus dengan sampah yang dihasilkan tiap
harina. Sampah berdasarkan kandungan zat kimia dibagi menjadi dua kelompok, yatu sampah
organik dan sampah anorganik. Sampah organik pada umumnya mengalami pembusukan, seperti
daun, sisa makanan,dll. Sedangkan sampah anorganik pada umumnya tidak mengalami
pembusukan, seperti plastik, logam, dll.
Terkadang kita tidak menyadari bahwa sampah organik sangat banyakjumlahnya dan memiliki
nilai yang lebih bermanfaat seperti dijadikan kompos dan pupuk dari pada dibakar yang hanya
menghasilkan polutan bagi udara. Dengan mengolah menjadi kompos akan membuat tanah
menjadi subur karena kandungan unsur hara bertambah. Pengolahan sampah organik untuk
keperluan pembuatan kompos dapat dilakukan secara sederhana. Sampah berupa dedaunan
dimasukan ke dalam mesin perajang sampah agar ukuran sampah menjadi lebih kecil sehingga
memudahkan dalam proses decomposing dengan bantuan mikrobakteri pengurai untuk hasil yang
maksimal.
Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam dengan bantuan mikroba
maupun biota tanah lainnya. Namun proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung
lama dan lambat. Untuk mempercepat proses pengomposan ini telah banyak dikembangkan
teknologi-teknologi pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang,
maupun teknologi tinggi. Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan didasarkan
pada proses penguraian bahan organic yang terjadi secara alami. Proses penguraian dioptimalkan
sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat berjalan dengan lebih cepat dan efisien.
Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya terutama untuk mengatasi
permasalahan limbah organic, seperti untuk mengatasi masalah sampah di kota-kota besar,
limbah organik industri, serta limbah pertanian dan perkebunan.
Saat ini telah dilakukan beberapa penelitian pembuatan kompos denganmenggunakan bantuan
aktivator, diantaranya aktivator EM4 dan aktivator Stardec.Aktivator EM4 dan Stardec
merupakan aktivator kompos yang mengandungmikroorganisme yang dapat meningkatkan
keragaman mikroorganisme tanah dandapat meningkatkan kualitas tanah, kesehatan tanah serta
mempercepat prosespengomposan. Berdasarkan penelitian Utomo B. (2010), penggunaan
bioaktivator(aktivator kompos) pada tanah gambut menghasilkan peningkatan tinggi
padatanaman sebesar 39,44% dan penggunaan mikroorganisme efektif (EM4),menurunkan C-
organik dan meningkatkan N, P, K dan Ca yang terlarut dalamtanah serta memperbaiki sifat
kimia tanah.
Berdasarkan penelitian Rahayu M. S. dan Nurhayati (2005), penggunaanEM4 dalam
pengomposan limbah teh padat dapat mempengaruhi kecepatanpengomposan, hal ini dapat
dilihat dari perlakuan lama pengomposan nyatameningkatkan kandungan N-total, P-tersedia, K-
dd dan Mg, serta menurunkansuhu, C-organik, dan nisbah C/N kompos. Unsur mikro cenderung
meningkat danpH cenderung menurun dengan lama pengmposan.
Sampah merupakan masalah yang harus diatasi oleh seluruh kalangan masyarakat. Kampus 1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki taman yang cukup luas yang ditumbuhi beraneka jenis
rumput dan pepohonan lainnya. Dan setiap harinya menghasilkan sampah organik yang cukup
banyak. Kami, sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi ingin memanfaatkan sampah organik dari
hasil pemotongan rumput di Kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi pupuk organik
yang sangat bermanfaat. Dan karena, jarak kampus tidak terlalu jauh dari pasar Ciputat, kami
pun mengambil beberapa sampah sayuran dari tukang sayur yang ada di Pasar tersebut.
Untuk dapat mengetahui kompos yang baik dan lebih efisien, kami menggunakan bioaktivator
EM4 dan bioaktivator air sampah sebagai perbandingannya. Dilihat dari efisiensi harga dan
kemudahan mendapatkannya, serta kompos yang dihasilkan. Penelitian kali ini diharapkan dapat
memberikan informasi tentang bioaktivator yang baik dan efisien dalam pembuatan kompos.
Serta perbandingan kompos yang menggunakan bioaktivator EM4 dan yang menggunakan
bioaktivator air sampah.
TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui proses pembuatan kompos skala rumah tangga
dari dedaunan hijau basah sekaligus membandingkan hasil dari kompos yang menggunakan EM4
dengan yang menggunakan air sampah sebagai starternya.
TINJAUAN TEORITIS
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang
dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi
lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (J.H. Crawford, 2003).
Menurut Sutedjo (2002), kompos merupakan zat akhir suatu proses fermentasi, tumpukan
sampah/ seresah tanaman dan ada kalanya pula termasuk bingkai binatang. Sesuai dengan
humifikasi fermentas suatu pemupukan, dirincikan oleh hasil bagi C/N yang menurun.
Perkembangan mikrobia memerlukan waktu agar tercapai suatu keadaan fermentasi yang
optimal. Pada kegiatan mempercepat proses dipakai aktifator, baik dalam jumlah sedikit ataupun
banyak, yaitu bahan dengan perkembangan mikrobia dengan fermentasi maksimum. Aktifator
misalnya: kotoran hewan. Akhir fermentasi untuk C/N kompos 15 – 17.
Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan
organik sampah mencapai ±80%,sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang
sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah
sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi
bau dan lepasnya gas metana ke udara. (Rohendi, 2005).
Pertanian organik menjadi hal yang saat ini sedang dikembangkan dengan pesat.Hal ini dilata
rbelakangi dengan masalah,dimana semakin jenuhnya pemberian pupuk yang berasal dari
industri. Tanah semakin kering, semakin kurangnya kandungan hara organik yang pada akhirnya
merugikan petani.Dasar inilah diperlukan upaya dalam peningkatan kebutuhan bahan organik
bagi tanaman.Salah satunya adalah dengan memanfaatkan sisa-sisa bahan organik untuk diolah
menjadi kompos.
Secara garis besar membuat kompos berarti merangsang pertumbuhan bakteri (mikroorganisme)
untuk menghancurkan atau menguraikan bahan-bahan yang dikomposkan sehingga terurai
menjadi senyawa lain.Proses yang terjadi adalah dekomposisi, yaitu menghancurkan ikatan
organik molekul besar menjadi molekul yang lebih kecil, mengeluarkan ikatan CO2 dan H2O
serta penguraian lanjutan yaitu transformasi ke dalam mineral atau dari ikatan organik menjadi
anorganik.Proses penguraian tersebut mengubah unsur hara yang terikat dalam senyawa organik
yang sukar larut menjadi senyawa organik yang larut sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat
terbentuk lebih cepat.Proses pengomposan oleh bahan organik mengalami penguraian secara
biologis,khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber
energi.Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos
dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang,
pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.
Karakteristik umum yang dimiliki kompos antara lain : mengandung unsur hara dalam jenis dan
jumlah yang bervariasi tergantung bahan asal, menyediakan unsur secara lambat (slow release)
dan dalam jumlah terbatas dan mempunyai fungsi utama memperbaiki kesuburan dan kesehatan
tanah. Kehadiran kompos pada tanah menjadi daya tarik bagi mikroorganisme untuk melakukan
aktivitas pada tanah dan, meningkatkan meningkatkan kapasitas tukar kation. Hal yang
terpenting adalah kompos justru memperbaiki sifat tanah dan lingkungan, (Dipoyuwono, 2007).
Dengan mengetahui bahwa kualitas kompos sangat dipengaruhi oleh proses pengolahan,
sedangkan proses pengolahan kompos sendiri sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan
perbandingan C dan N bahan baku, maka untuk menentukan standarisasi kompos adalah dengan
membuat standarisasi proses pembuatan kompos serta standarisasi bahan baku kompos, sehingga
diperoleh kompos yang memiliki standar tertentu. Setelah standar campuran bahan baku kompos
dapat dipenuhi yaitu kelembaban ideal 50 – 60 persen dan mempunyai perbandingan C / N bahan
baku 30 :terdapat hal lain yang harus sangat diperhatikan selama proses pembuatan kompos itu
berlangsung, yaitu harus dilakukan pengawasan terhadap:
1. Temperatur
2. Kelembaban
3. Odor atau Aroma, dan
4. pH
Faktor – faktor yang mempengaruhi proses pengomposan yaitu :
 Rasio C/NRasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga
40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk
sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk
energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan
kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat.
 Ukuran PartikelAktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara. Permukaan
area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses
dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang
antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan
memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.
 AerasiPengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen (aerob).
Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan
udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos.
Aerasi ditentukan oleh posiritas dan kandungan air bahan(kelembaban). Apabila aerasi
terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak
sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara
di dalam tumpukan kompos.
 Porositasadalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung
dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga ini akan
diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan.
Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses
pengomposan juga akan terganggu.
 Kelembaban (Moisture content)Kelembaban memegang peranan yang sangat penting
dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplai
oksigen. Kelembaban 40 – 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba.
Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan
akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15%. Apabila kelembaban lebih besar dari 60%,
hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun
dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.
 Temperatur/suhu panas dihasilkan dari aktivitas mikroba.
Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula
proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos.
Temperatur yang berkisar antara 30 – 60oC menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat.
Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba
thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh
mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma.
 pH,Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum
untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5
 Lama pengomposan
Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposakan, metode
pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan aktivator pengomposan.
Secara alami pengomposan akan berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun
hingga kompos benar-benar matang.(Jakmi,2009)
Mengetahui kematangan kompos dapat diketahui dengan beberapa cara yaitu :
1. Dicium : kompos yang sudah matang berbau seperti tanah dan harum. Apabila kompos
tercium bau yang tidak sedap, berarti terjadi fermentasi anaerobik dan menghasilkan
senyawasenyawa berbau yang mungkin berbahaya bagi tanaman. Apabila kompos masih
berbau seperti bahan mentahnya berarti kompos masih belum matang.
2. Kekerasan bahan : kompos yang telah matang akan terasa lunak ketika dihancurkan.
Bentuk kompos mungkin masih menyerupai bahan asalnya, tetapi ketika diremas – remas
akan mudah hancur.
3. Warna kompos : kompos yang sudah matang adalah coklat kehitam – hitaman. Apabila
kompos masih berwarna hijau atau warnanya mirip dengan bahan mentahnya berarti
kompos tersebut belum matang. Selama proses pengomposan pada permukaan kompos
seringkali juga terlihat miselium jamur yang berwarna putih.
4. Penyusutan : terjadi penyusutan volume/bobot kompos seiring dengan kematangan
kompos. Besarnya penyusutan tergantung pada karakteristik bahan mentah dan tingkat
kematangan kompos. Penyusutan berkisar antara 20 – 40 %. Apabila penyusutannya
masih kecil/sedikit, kemungkinan proses pengomposan belum selesai dan kompos belum
matang.
5. Suhu : suhu kompos yang sudah matang mendekati dengan suhu awal pengomposan.
Suhu kompos yang masih tinggi, atau di atas 50oC, berarti proses pengomposan masih
berlangsung aktif dan kompos belum cukup matang.
Sifat khusus dari pupuk organik antara lain kandungan hara rendah dan sangat beragam,
pelepasan hara terjadi secara lambat, penyediaan hara dengan jumlah terbatas. Keunggulan
dalam pemanfaatan pupuk organik antara lain adalah perbaikan pada sifat fisik tanah, perkayaan
kandungan kimiawi tanah lebih berimbang, meningkatkan biodiversitas kehidupan biologi tanah,
dan aman bagi lingkungan. Walaupun demikian pupuk organik juga memiliki kelemahan antara
lain memerlukan jumlah besar bagi satu musim tanaman, jumlah dan jenis hara sangat beragam,
voluminous/bulky dalam transportasi dan dosisi lapangan, berdampak negatif jika diberikan
belum matang benar.
Secara umum strategi untuk mempercepat proses pengomposan dapat dikelompokan menjadi
tiga, yaitu:
1. Menanipulasi kondisi/faktor – faktor yang berpengaruh pada proses pengomposan.
2. Menambahkan organisme yang dapat mempercepat proses pengomposan: mikroba
pendegradasi bahan organik dan vermikompos (cacing).
3. Menggabungkan strategi pertama dan kedua.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
1. Aspek Ekonomi
menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah.
mengurangi volume/ukuran limbah.
Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
2. Aspek lingkungan
Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah
organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah.
Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbuna
3. Aspek bagi tanah/tanaman:
Meningkatkan kesuburan tanah
Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah(amaminimoy,2008)
RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam praktikum ini yaitu bagaimanakah perbandingan hasil kompos yang
berasal dari dedaunan hijau basah yang menggunakan EM4 dengan yang menggunakan air
sampah sebagai starternya ?
METODE
Metode yang digunakan adalah metode free inquiry dimana mahasiswa secara bebas dan mandiri
melakukan praktikum baik dalam menentukan variable-variabelnya serta langkah kerja yang
dilakukan.
VARIABEL
Variabel yang digunakan dalam praktikum ini terdiri dari variable bebas, variable terikat dan
variable kontrol. Variabel bebas dalam praktikum ini yaitu jenis starter yang digunakan ( EM4
dan air sampah). Variabel terikatnya yaitu alat dan bahan yang digunakan ( kecuali jenis starter),
komposisi bahan, waktu dan kondisi lingkungan (anaerobik).
ALAT dan BAHAN
a) Alat :
1. Ember / keranjang plastik ( 2 buah )
2. Plastik sampah ( Trash bag ) ( 2 buah)
3. pisau / cutter
4. botol bekas air mineral ( 2 buah)
5. sarung tangan
b) Bahan :
1. Dedaunan hijau basah ( rumput, daun singkong, kedebong pisang)
2. Larutan EM4
3. air sampah
4. sekam / sisa serbuk kayu
5. gula pasir
6. tanah
7. air
LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dedaunan hijau seperti rumput, daun singkong, kedebong pisang dicacah atau dipotong
kecil-kecil dengan menggunakan pisau / cutter. Setelah itu dicuci bersih.
3. Cairkan gula pasir dengan air sebanyak 250 gram ke dalam sebuah botol air mineral. Kocok
atau aduk hingga rata.
4. kemudian, larutkan larutan EM4 sebanyak 10 ml dengan air sebanyak 250 ml di botol bekas
air mineral yang lainnya.
5. Plastik sampah kemudian dimasukkan ke dalam masing- masing keranjang plastik.
6. Serbuk kayu dimasukkan ke dalam plastik sampah secukupnya. Kemudian masukkan
dedaunan yang telah dicacah tersebut sekitar 2 genggaman. Lalu, ditumpuk lagi dengan sebaran
tanah sekitar 1 genggam. Siram dengan larutan gula pasir dan larutan starter sekitar 50ml.
Keranjang plastik I disiram dengan larutan EM4, sedangkan keranjang plastik II disiram dengan
air sampah. Dan diaduk hingga merata.
7. Setelah itu, lakukan hal yang sama hingga beberapa lapis dan keranjang plastiknya hampir
penuh. Dan aduk hingga merata.
8. kemudian ikat ujung plastik sampah dengan kuat, hingga tertutup rapat. Dan simpan di tempat
yang teduh.
9. Secara berkala sekitar 2-3 hari, amati perubahan yang terjadi pada kompos sambil
ditambahkan larutan gula, dan aduk kembali hingga merata. Plastik kompos ditutup kembali.
Hasil data
Hari dan aerasi Kompos starter EM4 Kompos starter air sampah
Hari ke-1
Dedaunan hijau segar, bau khas
EM4
Dedaunan hijau segar, bau khas
air sampah yang busuk
Hari ke-4 aerasi 1
Dedaunan tidak nampak
berubah drastis seperti semula,
aroma tidak terlalu bau
Dedaunan tidak nampak
berubah drastis seperti semula,
aroma tidak terlalu bau.
Hari ke-8 aerasi 2
Dedaunan me-layu agak
kecoklatan, masih terdapat
daun yang hijau, aroma sangat
menusuk
Dedaunan me-layu melebihi
substrat EM4, masih terdapat
daun hijau, aroma tidak sebau
EM4 yang menusuk
Hari ke-12 aerasi 3
Dedaunan terlihat melayu
keseluruhan, berwarna coklat
lebih gelap dari semula, aroma
tetap menusuk tetapi tidak
sebau substrat kompos air
sampah di hari akhir ini.
Dedaunan terlihat melayu
keseluruhan, berwarna coklat
lebih gelap dari semula, aroma
sangat menusuk, melebihi bau
yang ditimbulkan dari EM4.
PEMBAHASAN
Berdasarkan pustaka yang dipakai, tata cara atau langkah yang kami kerjakan sama, hanya saja
sedikit perbedaan, yaitu pada starter. Kami menentukan variabel kontrol dengan perbedaan pada
starter antara starter organik yang berasal dari air sampah pasar dan starter buatan yaitu EM4
komposisinya mengandung beragam jenis bakteri yang ditentukan. Tata cara yang kami gunakan
dengan kondisi anaerob dimana starter dan substrat dibiarkan kedap udara yaitu dengan
penaruhan pada kantung polibag yang diikat rapat. Dengan tiga hari sekali dilakukan aerasi dan
pemberian gula sebagai makanan tambahan bagi dekomposer. Substrat yang kami pakai yaitu
dedaunana seperti jenis rumput yang masih hijau, daun singkong segar, dua genggam tanah,
serbuk kayu gergaji yang gunanya sebagai penyerap air dan penambahan gula sebagai awal
makanan starter. Pada percobaan ini suhu yang dipakai sama dengan keadaan ruang yaitu 26 oC.
Pengomposan ini berlangsung selama dua minggu.
Berdasarkan sumber, untuk mendapatkan hasil kompos yang baik yaitu dengan melihat
perubahannya terutama pada warna, semakin hitam bertandakan kompos ini sudah jadi atau siap
untuk digunakan. Dilihat dari data hasil praktikum, kedua kompos yang kami buat mengalami
pembusukan dengan menunjukan perubahan warna tetapi warna dari kedua kompos belum
terlihat hitam hanya berwarna coklat, ini mungkin disebabkan substrat yang kami pakai hanyalah
dedaunan dan sedikit penambahan tanah serta serpihan kayu gergaji, selain itu dedaunan yang
kami gunakanpun bukanlah dedaunan kering tetapi dedaunan yang sengaja dipotong karena
pertumbuhannya sudah melebihi, seperti rumput dan penambahan lainnya adalah daun singkong
hijau sisa pasar. Pada aerasi pertama belum terlihat perubahan spesifik dari dedaunan kedua
kompos tetapi pada aerasi kedua sudah terlihat kondisi pengomposan yaitu dedaunan mulai
melayu berwarna coklat muda terlihat kedua kompos mengalami ini hanya saja perbedaan juga
nampak pada kompos dengan starter air sampah organik membuat substrat lebih lunak atau
melayu, sedangkan pada EM4 tidak selayu pemakaian air sampah, nampak masih terdapat
dedaunan yang agak terlihat segar. Disini terlihat kerja air sampah organik lebih baik dibanding
starter EM4.
Selain warna yang berubah dapat dirasakan aroma kedua kompos yang berbau busuk, awalnya
substrat yang diperlakukan dengan starter EM4 memiliki aroma EM4 seperti bau madu yang
menusuk sedangkan substrat yang diperlakukan dengan starter air sampah memiliki bau sampah
yang juga menusuk seperti bau busuk, setelah dibiarkan selama tiga hari dalam kondisi anaerob
dan akhirnya dilakukan aerasi dihari ketiga, (aerasi merupakan pemberian udara pada kompos
dengan cara pengadukan) tercium bau berasal dari kedua kompos, dilihat dari peristiwa ini dapat
diketahui bahwa kedua kompos ini sama-sama diuraikan oleh bakteri-bakteri penghasil sulfur
yaitu jenis bakteri anaerob yang juga selama proses pengomposanpun wadah dibiarkan tertutup
tanpa oksigen, selain sulfur bakteri-bakteri ini menghasilkan senyawa lain dan macam asam
oraganik seperti asam asetat, butirat, valerat, puttrecine, amonia dan
H2S(http://id.wikipedia.org/wiki/Kompos). Adapun perbedaan yang muncul dari aroma, ketika
kompos berstarter air sampah pada aerasi kedua tidak berbau setajam mulanya, berbeda dengan
kompos berstarter EM4 yang memiliki aroma menusuk pada aerasi kedua. Disini dapat dilihat
adanya kerja bakteri EM4 aktif ekstra ketika semakin lama diperam. Tetapi pada aerasi
berikutnya kedua kompos memberikan aroma yang tetap menusuk, pada starter air sampah
mengeluarkan bau busuk yang sangat menyengat dan melebihi bau kompos berstarter EM4.
Dari beberapa kondisi yang terlihat, pengomposan tanpa udara/anaerob memacu bakteri-bakteri
yang suka tanpa oksigen untuk menguraikan substrat ini dan kerja bakteri suka oksigen
terhambat akibatnya bakteri anaerobik ini yang mendominasi dan mereduksi senyawa-senyawa
khas beraroma tak sedap. Dari segi ukuran antara sebelum pengkomposan dengan yang sudah
terlihat perubahan, ini yang mengakibatkan proses pengkomposan terlaksana.
Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. juga nampak pada kompos dengan starter air sampah organik membuat substrat lebih
lunak atau melayu, sedangkan pada EM4 tidak selayu pemakaian air sampah, nampak
masih terdapat dedaunan yang agak terlihat segar. Disini terlihat kerja air sampah organik
lebih baik dibanding starter EM4.
2. Dari beberapa kondisi yang terlihat, pengomposan tanpa udara/anaerob memacu bakteri-
bakteri yang suka tanpa oksigen untuk menguraikan substrat ini dan kerja bakteri suka
oksigen terhambat akibatnya bakteri anaerobik ini yang mendominasi dan mereduksi
senyawa-senyawa khas beraroma tak sedap. Dari segi ukuran antara sebelum
pengkomposan dengan yang sudah terlihat perubahan, ini yang mengakibatkan proses
pengkomposan terlaksana.
DAFTAR PUSTAKA
Crawford,J.H. 2003. KOMPOS. Bogor: Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia
Dipoyuwono .2007.Meningkatkan Kualitas Kompos. Meningkatkan Kualitas Kompos.
Kiat Menggatasi Permasalahan Praktis.Jakarta: Agromedia Pustaka.
Rohendi, E.2005. Lokakarya Sehari Pengelolaan Sampah.DKI Jakarta:sebuah prosiding Bogor
,08 April 2012
Sutedjo.2002.Potensi dan Pemanfatan limbah gula sebagai Bahan pembuatan pupuk Organik
Tanah.Jakarta:Nalai industri Indonesia
pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/…/bpp09039.pdf
http:// factor-faktor yang mempengaruhi suhu pengomposan.com .
LAMPIRAN
Kompos dengan starter EM4
Serbuk kayu dimasukkan ke dalam plastik sampah secukupnya
Kemudian masukkan dedaunan yang telah dicacah tersebut sekitar 2 genggaman.
Lalu, ditumpuk lagi dengan sebaran tanah sekitar 1 genggam.
Siram dengan larutan gula pasir dan larutan starter sekitar 50ml. Keranjang plastik I disiram
dengan larutan EM4, sedangkan keranjang plastik II disiram dengan air sampah. Dan diaduk
hingga merata.
kemudian ikat ujung plastik sampah dengan kuat, hingga tertutup rapat. Dan simpan di tempat
yang teduh.
Kompos dengan starter air sampah (mol)
Serbuk kayu dimasukkan ke dalam plastik sampah secukupnya
Kemudian masukkan dedaunan yang telah dicacah tersebut sekitar 2 genggaman.
Lalu, ditumpuk lagi dengan sebaran tanah sekitar 1 genggam.
Siram dengan larutan gula pasir dan larutan starter sekitar 50ml. Keranjang plastik I disiram
dengan larutan EM4, sedangkan keranjang plastik II disiram dengan air sampah. Dan diaduk
hingga merata.
kemudian ikat ujung plastik sampah dengan kuat, hingga tertutup rapat. Dan simpan di tempat
yang teduh
LAPORAN PEMBUATAN KOMPOS
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI TERAPAN
PEMBUATAN PUPUK KOMPOS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Biologi Terapan
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang maha Esa atas kelimpahan karunia-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar, meskipun masih banyak
kekurangan dalam laporan yang kami buat ini.
Kami membuatlaporaninibertujuanuntukmemenuhisalahsatutugasyangdiberikanolehdosen
matakuliahBiologiterapan,sekaligusuntukkami memperdalamilmuBiologiTerapankhususnyadibidang
pertanian, khususnya dalam praktikum pembuatan pupuk kompos yang kami lakukan.
Isi laporan ini menyangkut tentang proses pembuatan kompos, sesuai dengan apa yang di
tugaskan kepada kami, kami harap dengan membaca laporan yang kami buat ini, dapat memberikan
manfaat bagi kita semua. Dan kami sadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna, maka kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Serang , 1 Januari 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampah merupakan sisa-sisa aktivitas makhluk hidup yang indentik dengan bahan buangan yang
tidak memiliki nilai, kotor, kumuh, dan bau. Sampah organik seperti dedaunan yang berasal dari taman,
jerami,rerumputan,dansisasisasayur,buah,yangberasaldari aktivitasrumahtangga(sampahdomestik)
memang sering menimbulkan berbagai masalah. Baik itu masalah keindahan dan kenyamanan maupun
masalah kesehatan manusia, baik dalam lingkup individu, keluarga, maupun masyarakat. Masalah-
masalah seperti timbulnya bau tak sedap maupun berbagai penyakit tentu membawa kerugian bagi
manusiamaupunlingkungandisekitarnya,baikmeteri maupunpsikis.Melihatfaktatersebut,tentuperlu
adanya suatu tindakan guna meminimalkan dampak negatif yang timbul dan berupaya meningkatkan
semaksimalmungkin dampak positifnya.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan
sampah organik domestik adalah mengolah sampah tersebut dengan teknik komposter tanpa
penambahan aktivator pengomposan, disamping terdapat berbagai teknik pengolahan lain (dengan
penambahan aktivator pengomposan) menghasilkan produk yang bernilai lebih, baik dari segi nilai
ekonomi yaitumemilikisuplemenbagitanaman.Meskipundalammetodeinitidakditambahkanaktivator
pengomposan,namun ke dalamnya ditambahkan organikagen (serbuk gergaji dan kotoran hewan) yang
berfungsi memacu pertumnuhan mikroba dan manambah unsur hara dalam kompos.
Dalam melakukan teknik penomposan, ada berbagai hal yang perlu diperhatikan agar proses
pengomposan berjalan dengan cepat sehingga masa panen relatif singkat dan cepat. Hal yang perlu
diperhatikan antara lain adalah proses pencacahan yang sebisa mungkin halus sehingga mudah di
dekomposisi,kelembabandanaerasi yangmendukungkerjamikroorganisme,maupunkadarkarbondan
Nitrogen yang ideal.
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan kegiatan ini adalah:
Sebagai gambaran untuk melakkukan kegiatan komposting sampah organik domestik sehingga
mampu menciptakan inovasi baru yang dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat maupun
pemerintah.
1.3 Manfaat
Manfaat dari Pembuatan kegiatan ini adalah:
1. Mengurangi permasalahan lingkungan akibat sampah organik yang dihasilkan terutama dari aktivitas
manusia;
2. Berkurangnya jumlah limbah berupa sampah organik domestik sehingga tercipta kenyamanan dan
kebersihan di lingkungan pribadi, keluarga, maupun masyarakat;
3. Meningkatkan efisiensi produksi padi dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada
4. Menghasilkansuatuproduk(kompos) yangmemiliki nilai tambahbagi masyarakatmaupun pemerintah;
5. Tercipta lapanngan kerja baru sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran;
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kompos dan Pengomposan
Komposadalah hasil penguraianparsial/tidaklengkapdari campuranbahan-bahanorganikyang
dapat dipercepatsecaraartifisial olehpopulasi berbagai macammikrobadalamkondisi lingkunganyang
hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003).
Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis,
khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.
2.2 Manfaat Pengomposan
Pengomposan memiliki banyak manfaat, diantaranya:
a. manfaat ekonomi
- Meningkatkan efisiensi biaya pengangkutan sampah disebabkansampah yang diangkut ke TPA ( Tempat
Pembuangan Akhir) semakin berkurang. Selain itu dapat memperpanjang TPA karena semakin sedikit
sampah yang dikelola.
- Menghasilkanprodukberupakomposyangmemiliki nilaitambahkarenaproduktersebutmemilik nilaijual.
b. manfaat terhadap lingkungan
- manfaatestetika.Adanyapengomposan,berartiadanyapenguranganterhadapsampahjenis organikyang
dapat merusak keindahan kota atau suatu tempat dan menimbulkan bau.Dengan demikian keindahan
dan kenyamanan tetap terjaga.
- Produk hasil pengomposan bermanfaat bagi tanah dan tanaman, sebab dapat:
 Menyuburkan tanah dan tanaman
 Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
 Meningkatkan kapasitas jerap air tanah
 Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
 Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
 Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
 Menekan pertumbuhan atau serangan penyakit tanaman
 Meningkatkan retensi atau ketersediaan hara di dalam tanah
- Pengomposanberpotensimengurangi pencemaranlingkungan,karenajumlahsampahyangdibakaratau
dibuangke sungai menjadi berkurang.Selainituaplikasi kompospadalahanpertanianberarti mencegah
pencemaran karena berkurangnya kebutuhan pemakaian pupuk buatan dan obat-obatan yang
berlebihan.
- Membantu melestarikan sumber daya alam karena pemakaian kompos pada perkebunan akan
meningkatkan kemampuanlahan kebun dalam menahan sebagai media tanaman dapat digantikan oleh
kompos, sehingga eksploatasi humus hutan dapat dicegah.
c. Manfaat kesehatan
Dengan pengomposan, panas yang dihasilkan mencapai 60OC, sehingga dapat membunuh
organisme pathogen penyebab penyakit yang terdapat dalam sampah.
d. Manfaat dari segi sosial kemasyarakatan
Pengomposan dapat meningkatkan peranserta masyarakat dalam pengelolaan sampah.
2.3 Prinsip Pengomposan
Pada dasarnya proses pengomposan adalah suatu proses biologis. Hal ini berarti bahwa peran
mikroorganisme pengurai sangat besar. (Tchobanoglous et al.1993).
Prinsip-prinsip proses biologis yang terjadi pada proses pengomposan
meliputi:
a. Kebutuhan Nutrisi
Untuk perkembangbiakan dan pertumbuhannya, mikroorganisme memerlukan sumber energi, yaitu
karbonuntuk prosessintesajaringanbarudan elemen-elemenanorganikseperti nitrogen,fosfor,kapur,
belerang dan magnesium sebagai bahan makanan untuk membentuk sel-sel tubuhnya. Selain itu,
untukmemacu pertumbuhannya, mikroorganisme juga memerlukan nutrien organik yang tidak dapat
disintesa dari sumber-sumber karbon lain. Nutrien organik tersebut antara lain asam amino,
purin/pirimidin, dan vitamin.
b. Mikroorganisme
Mikroorganisme pengurai dapatdibedakanantaralainberdasarkankepadastrukturdanfungsi sel,
yaitu:
1. Eucaryotes,termasukdalamdekomposeradalaheucaryotesbersel tunggal,antaralain:ganggang,jamur,
protozoa.
2. Eubacteria, bersel tunggal dan tidak mempunyai membran inti, contoh: bakteri. Beberapa hewan
invertebrata(tidakbertulangbelakang)seperti cacingtanah,kutujuga berperandalampengurai sampah.
Sesuai dengan peranannya dalam rantai makanan, mikroorganisme pengurai dapat dibagi menjadi 3
(tiga)kelompok, yaitu :
a. KelompokI(KonsumentingkatI)yangmengkonsumsilangsungbahanorganikdalamsampah,yaitu:jamur,
bakteri, actinomycetes.
b. Kelompok II (Konsumen tingkat II) mengkonsumsi jasad kelompok I, dan;
c. Kelompok III (Konsumen tingkat III), akan mengkonsumsi jasad kelompok I dan Kelompok I. Kondisi
Lingkungan Ideal Efektivitas proses pembuatan kompos sangat tergantung kepada mikroorganisme
pengurai.
Apabila mereka hidup dalam lingkungan yang ideal, maka mereka akan tumbuh dan berkembang
dengan baik pula. Kondisi lingkungan yang ideal mencakup :
1. Keseimbangan Nutrien (Rasio C/N).
Parameternutrienyangpalingpentingdalamprosespembuatankomposadalahunsurkarbondan
nitrogen. Dalam proses pengurai terjadi reaksi antara karbon dan oksigen sehingga menimbulkan panas
(CO2).Nitrogenakanditangkapolehmikroorganismesebagai sumbermakanan.Apabilamikroorganisme
tersebut mati, maka nitrogen akan tetap tinggal dalam kompos sebagai sumber nutrisi bagi makanan.
Besarnya perbandingan antara unsur karbon dengan nitrogen tergantung pada jenis sampah sebagai
bahanbaku.PerbandinganCdanN yang ideal dalamprosespengomposanyangoptimumberkisarantara
20 : 1 sampai dengan 40 : 1, dengan rasio terbaik adalah 30 : 1.
2. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) ideal dalam proses pembuatan kompos secara aerobik berkisar pada pH
netral (6– 8,5), sesuai denganpHyangdibutuhkantanaman.Padaprosesawal,sejumlahmikroorganisme
akan mengubah sampah organik menjadi asam-asam organik, sehingga derajat keasaman akan selalu
menurun. Pada proses selanjutnya derajat keasaman akan meningkat secara bertahap yaitu pada masa
pematangan, karena beberapa jenis mikroorganisme memakan asam-asam organik yang terbentuk
tersebut.
Derajat keasaman dapat menjadi faktor penghambat dalam proses pembuatan kompos, yaitu dapat
terjadi apabila :
 pH terlalu tinggi (di atas 8) , unsur N akan menguap menjadi NH3. NH3 yang terbentuk akan sangat
mengganggu proses karena bau yang menyengat. Senyawa ini dalam kadar yang berlebihan dapat
memusnahkan mikroorganisme.
 pH terlalu rendah (di bawah 6), kondisi menjadi asam dan dapat menyebabkan kematian jasad renik.
3. Suhu (Temperatur)
Proses biokimia dalam proses pengomposan menghasilkan panas yang sangat penting bagi
mengoptimumkan laju penguraian dan dalam menghasilkan produk yang secara mikroorganisme aman
digunakan.Polaperubahantemperature dalamtumpukansampahbervariasi sesuaidengantipe danjenis
mikroorganisme.
a) Padaawal pengomposan,temperaturmesofilik,yaituantara25 – 45 Cakan terjadi dansegeradiikutioleh
temperatur termofilik antara 50 - 65 C. Temperatur termofilik dapat berfungsi untuk : a) mematikan
bakteri/bibit penyakit baik patogen maupun bibit vector penyakit seperti lalat;
b) mematikan bibit gulma. Tabel 1 menunjukkan suhu dan waktu yang dibutuhkan untuk mematikan
beberapaorganisme patogendanparasit.Kondisi termofilik,kemudianberangsur-angsurakanmenurun
mendekati tingkat ambien.
4. Ukuran Partikel Sampah
Ukuran partikel sampah yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan kompos harus sekecil
mungkin untuk mencapai efisiensi aerasi dan supaya lebih mudah dicerna atau diuraikan oleh
mikroorganisme. Semakinkecil partikel,semakin luaspermukaan yang dicerna sehingga pengurai dapat
berlangsung dengan cepat.
5. Kelembaban Udara
Kandungan kelembaban udara optimum sangat diperlukan dalam proses pengomposan. Kisaran
kelembaban yang ideal adalah 40 – 60 % dengan nilai yang paling baik adalah 50 %. Kelembaban yang
optimum harus terus dijaga untuk memperoleh jumlah mikroorganisme yang maksimal sehingga
prosespengomposandapatberjalandengancepat.Apabilakondisi tumpukanterlalulembab,tentudapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme karena molekul air akan mengisi rongga udara sehingga
terjadi kondisi anaerobikyangakanmenimbulkanbau.Bilatumpukanterlalukering(kelembabankurang
dari 40%), dapat mengakibatkanberkurangnya populasi mikroorganisme pengurai karena terbatasnya
habitat yang ada.
6. Homogenitas Campuran Sampah
Komponen sampah organik sebagai bahan baku pembuatan kompos perlu dicampur menjadi
homogenatau seragamjenisnya,sehinggadiperolehpemerataanoksigendankelembaban.Olehkarena
itu kecepatan pengurai di setiap tumpukan akan berlangsung secara seragam.
2.5 Jenis dan Cara Membuat Kompos
Kompos dari Sampah Organik Pasar atau Domestik Sampah organik pasar atau domestik dapat
diolah menjadi kompos dengan beberapa metode, diantaranya :
A. Metode Konvensional
Metode ini tidak menggunakan komposter. Biasanya adonan kompos ditimbun dan ditutup
dengan kain terpal. Selain kain terpal dapat digunakan pula karung goni atau sabut kelapa yang
dimasukkan dalam kantung dari jaring plastik. Salah satu contohnya adalah seperti yang tercantum di
bawah ini :
1. Alat-alat yang dibutuhkan Peralatan antara lain: parang/sabit, ember/bak plastik untuk menampung air,
emberuntukmenyiram,plastikpenutup,tali,sekopgarpu/cangkul,dancetakankompos(jikadiperlukan).
Plastikpenutupdapatmenggunakanplastikmulsayangberwarnahitam.Belahplastiktersebutsehingga
lebarnya menjadi 2 m. Panjang plastik disesuaikan dengan banyaknya bahan yang akan dikomposkan.
Cetakankomposdapatdibuatdari bambuataukayu.Cetakanini terdiridari 4bagianterpisah,duabagian
berukuran kurang lebih 2 x 1 m dan dua lainnya berukuran 1 x 1 m.
2. Bahan
a. Sampah organik domestik
Sampah ini dapat berupa sampah rumah tangga dan sampah taman. Sampah tersebut harus dipisahkan
dari sampahplastik,logam,kaca,dll.Sebaiknyasampahorganiktersebutadalahcampuranantarasampah
yang memiliki kandungan C dengan kandungan N.
b. Aktivator Pengomposan
AktivatoryangdigunakanadalahPROMI.Jikaaktivatorpengomposansulitdiperolehdapatmenggunakan
kotoran ternak atau rumen sapi untuk mempercepat proses pengomposan.
c. Air
3. Lokasi Pengomposan
Pengomposan sebaiknya dilakukan di dekat kebun yang akan diaplikasi kompos atau di dekat sumber
bahanbaku yangakan dibuatkompos.Pemilihanlokasi iniakanmenghematbiayatransportasi danbiaya
tenaga kerja. Lokasi juga dipilih dekat dengan sumber air. Karena apabila jauh dengan sumber air akan
menyulitkan proses pengomposan.
4. Tahapan Pengomposan
a. Memperkecil ukuran bahan. Untuk memperkecil ukuran bahan dapat dilakukan dengan menggunakan
parang atau dengan mesin pencacah.
b. Menyiapkan aktivator pengomposan. Aktivator (Orgadec atau Promi) dilarutkan ke dalam air sesuai dosis
yang dibutuhkan.
c. Pemasangancetakan. d. Memasukkanbahan ke dalamcetakan selapisdemi selapis.Tinggi lapisankurang
lebih seperlima dari tinggi cetakan. Injak-injak bahan tersebut agar memadat sambil disiram dengan
aktivator pengomposan.
e. Dalamsetiaplapisansiramkanaktivatorpengomposan. Setelahcetakanpenuh,bukacetakandantutup
tumpukan kulit buah kakao dengan plastik.
B. Metode komposter
Metode komposter dengan penambahan bakteri (aktivator) Sampah merupakan material sisa
yang tidakdiinginkan.60%- 70% sampah yangdihasilkanadalahsampahorganik/sampahbasah(sampah
rumah tangga, sampah dapur, sampah kebun, sampah restoran/sisa makanan, sampah pasar dll).Salah
satu solusi yang cukup tapat untuk menangani masalah sampah organik adalah dengan menjadikannya
kompos melalui suatu alat yang disebut komposter. Pengomposan dengan teknologi komposter adalah
proses penguraian sampah organik secara aerob dengan mengunakan Sy-Dec mikroba pengurai dan
Organik Agent (bahan mineral organik). Cara penggunaan komposter :
1. sampah organik yang telah terpilah dipotong/dirajang kecil- kecil (1-2 cm)
2. campursampahorganikdenganOrganikAgent(bahanmineralorganik:serbukgergaji,dedak,abu
dll)
3. Siram/cipratkanlarutanSy-Decmikrobapenguraipadabahansampahorganiksampaimembasahi
semua bahan dan menjadi lembab.
4. Bahan sampah yang telah diproses 1 sd 3 dimasukkan ke dalam komposter Proses komposting
yang baik temperatur 40-50 derajat celcius dapat dicapai dalam 2-3 hari.
5. Proses pembusukan sampah organik dalam komposter selama 7-10 hari(tergantung dari bahan
baku sampah organik). Bolak-balik/tusuk-tusuk media kompos setiap hari agar proses aerasi
berjalan dengan baik.
6. keluarkan sampah organik yang telah menjadi kompos melalui pintu yang ada dibagian bawah
komposter.Simpan ditempat teduh agar kena angin,kompos akan menjadi kering dan gembur
7. Kompos siap digunakan
Anehnya, doos dalam keranjang ini lama tidak penuhnya, sebab bahanbahan dalam doos tadi
mengempis.Terkadangkomposini beraromajeruk,bilakitabanyakmemasukkankulitjeruk.Bilakompos
sudah berwarna coklat kehitaman dan suhu sama dengan suhu kamar, maka kompos sudah dapat
dimanfaatkan.
Catatan:khususuntukkomposterKeranjangTakakuraini,upayakanagarbekassayuranbersantan,daging
dan bahan lainyang mengandungproteintidakdimasukkanke dalamdoos.Mengingatstarter-nyatelah
menggunakan kompos yang sudah jadi, maka MOL (mikroba loka) tidak digunakan.
Metode pembuatankomposdenganReaktorKompos(Komposter) sederhanaSebenarnyareaktor
ini bisadibuatdari apa saja.Salahsatu contohnyaadalahterbuatdari drum PVC.Hal yang palingpenting
untukdiperhatikanadalah,reaktorini harusmemiliki sistemventilasi yangbagus.Reaksi pengkomposan
adalahmemangjenisreaksi yangmemerlukanudara.Jikareaktorini tidakmemiliki sistemventilasi yang
baik, proses pembusukan yang terjadi juga akan menghasilkan bau busuk akibat dari pembentukan
amoniak dan H2S.
Contoh cara pembuatan kompos dengan komposter adalah sebagai berikut :
1. Siapkan wadah ember plastik bekas atau drum. Dasarnya dilubangi untuk tempat keluarnya
air,dapat pula dibuat lubang dalam tanah.
2. Isi wadah/lubang dengan pasir. Di atas pasir ditaburi sampah organik atau sampah basah
(sayuran, buah, dedaunan) dari dapur/kebun.
3. Tambahkan pada lapisan berikutnya kotoran ayam, kambing, burung dan lainnya.
4. Taburkan kapur pertanian/dolomit dan atau abu gosok di atasnya. Kemudianlapisanberikutnya
di taburi tanah secukupnya.
5. Ulangi tahapan ini selapis demi selapis sampai wadah/lubang penuh dan lapisan paling atas
ditutup tanah untuk menahan bau.
6. Biarkan tumpukan tersebut selama 1-1,5 bulan dan jaga wadah/lubang tersebut agar tetap
lembab. Proses pembuatan kompos sederhana tersebut telah selesai bila bahan-bahan dalam
lapisan telah menyusut sekitar 50 %.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1. Waktu dan Tempat
a. Waktu
Waktu Pelaksanaan Kegiataan dilaksanakan, pada:
Hari : jum’at
Tanggal : 9 Desember 2011
b. Tempat
Tempat pelaksanaan kegiatan di lingkungan sapiah panancangan serang.
3.2. Alat dan bahan :
A.Alat
 golok/ alat pemotong lain
 sekop
 sarung tangan
 ayakan/penyaring dari kawat
 plastik kemasan
 karung
 kawat.
B. Bahan
 sampah taman (dedaunan coklat) - sampah hijau (sayuran), buah-buahan yang busuk.
 starter ( serbuk gergaji campuran kotoran kambing dengan tanah dan larutan Em4)
 air
3.2. Cara Kerja
 Memilih sampah dahulu yang akan dijadikan sebagai bahan pengomposan, sampah dedaunan serta
sampah hijauan dan buah-buahan busuk (sampah domestik)
 Mencacah sampah dengan golok hingga berukuran 1,5 cm x1,5 cm
 Menambahkan serbuk gergaji, lalu aduk-aduk hingga terc

More Related Content

What's hot

7 kebutuhan air tanaman
7 kebutuhan air tanaman7 kebutuhan air tanaman
7 kebutuhan air tanaman
selona
 
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
Biology Education
 
Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benih
Unhy Doel
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...
UNESA
 
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahanLaporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Firlita Nurul Kharisma
 

What's hot (20)

Laporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alatLaporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alat
 
7 kebutuhan air tanaman
7 kebutuhan air tanaman7 kebutuhan air tanaman
7 kebutuhan air tanaman
 
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI  LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
 
Laporan praktikum pembiakan vegetatif
Laporan praktikum pembiakan vegetatif Laporan praktikum pembiakan vegetatif
Laporan praktikum pembiakan vegetatif
 
Penyerapan dan Transpor Zat Hara
Penyerapan dan Transpor Zat HaraPenyerapan dan Transpor Zat Hara
Penyerapan dan Transpor Zat Hara
 
Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benih
 
8. laporan praktikum biologi respirasi kecambah
8. laporan praktikum biologi respirasi kecambah8. laporan praktikum biologi respirasi kecambah
8. laporan praktikum biologi respirasi kecambah
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...
 
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahanLaporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
 
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANLAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
 
Modul belajar eco enzyme nusantara (final) 2020
Modul belajar eco enzyme nusantara (final) 2020Modul belajar eco enzyme nusantara (final) 2020
Modul belajar eco enzyme nusantara (final) 2020
 
Bungan kembang sepatu
Bungan kembang sepatuBungan kembang sepatu
Bungan kembang sepatu
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
 
Faktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanah
Faktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanahFaktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanah
Faktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanah
 
Tanaman c3
Tanaman c3Tanaman c3
Tanaman c3
 
Praktikum Pembuatan Lubang Biopori
Praktikum Pembuatan Lubang BioporiPraktikum Pembuatan Lubang Biopori
Praktikum Pembuatan Lubang Biopori
 
Metabolisme nitrogen.pptx amrul
Metabolisme nitrogen.pptx amrulMetabolisme nitrogen.pptx amrul
Metabolisme nitrogen.pptx amrul
 
Makalah pencemaran tanah
Makalah pencemaran tanahMakalah pencemaran tanah
Makalah pencemaran tanah
 

Similar to Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4

Aplikasi mol (mikro organisme lokal) sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
Aplikasi mol (mikro organisme lokal)  sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...Aplikasi mol (mikro organisme lokal)  sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
Aplikasi mol (mikro organisme lokal) sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
Jidun Cool
 
Makalah kondas ipa kompos
Makalah kondas ipa kompos Makalah kondas ipa kompos
Makalah kondas ipa kompos
Wila Dantika
 
komposting dan keranjang tatakura
komposting dan keranjang tatakurakomposting dan keranjang tatakura
komposting dan keranjang tatakura
Wila Dantika
 
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan TanahLaporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
edhie noegroho
 
Laporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanahLaporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanah
Arif nor fauzi
 
Teknologi kompos untuk mengurangi sampah
Teknologi kompos untuk mengurangi sampahTeknologi kompos untuk mengurangi sampah
Teknologi kompos untuk mengurangi sampah
helmirizkullah
 
pptp5kompos-230312094017-73d1353b.pdf
pptp5kompos-230312094017-73d1353b.pdfpptp5kompos-230312094017-73d1353b.pdf
pptp5kompos-230312094017-73d1353b.pdf
NurAsmiRhodiyah
 
Laporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanahLaporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanah
Arif nor fauzi
 

Similar to Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4 (20)

Aplikasi mol (mikro organisme lokal) sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
Aplikasi mol (mikro organisme lokal)  sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...Aplikasi mol (mikro organisme lokal)  sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
Aplikasi mol (mikro organisme lokal) sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
 
Makalah kondas ipa kompos
Makalah kondas ipa kompos Makalah kondas ipa kompos
Makalah kondas ipa kompos
 
Lapporan k ompos
Lapporan k omposLapporan k ompos
Lapporan k ompos
 
16073402 komposlimbahkakao
16073402 komposlimbahkakao16073402 komposlimbahkakao
16073402 komposlimbahkakao
 
74211d585 pembuatan-kompos.docx
74211d585 pembuatan-kompos.docx74211d585 pembuatan-kompos.docx
74211d585 pembuatan-kompos.docx
 
Laporan kompos
Laporan komposLaporan kompos
Laporan kompos
 
13. lap kompos
13. lap kompos13. lap kompos
13. lap kompos
 
komposting dan keranjang tatakura
komposting dan keranjang tatakurakomposting dan keranjang tatakura
komposting dan keranjang tatakura
 
1. dasar dasar pengomposan
1. dasar dasar pengomposan1. dasar dasar pengomposan
1. dasar dasar pengomposan
 
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan TanahLaporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
 
Laporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanahLaporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanah
 
17562 19158-1-pb
17562 19158-1-pb17562 19158-1-pb
17562 19158-1-pb
 
Teknologi kompos untuk mengurangi sampah
Teknologi kompos untuk mengurangi sampahTeknologi kompos untuk mengurangi sampah
Teknologi kompos untuk mengurangi sampah
 
Pembuatan bioetanol
Pembuatan bioetanolPembuatan bioetanol
Pembuatan bioetanol
 
bioteknologi di bidang lingkungan
bioteknologi di bidang lingkunganbioteknologi di bidang lingkungan
bioteknologi di bidang lingkungan
 
PPT P5 Kompos.pptx
PPT P5 Kompos.pptxPPT P5 Kompos.pptx
PPT P5 Kompos.pptx
 
pptp5kompos-230312094017-73d1353b.pdf
pptp5kompos-230312094017-73d1353b.pdfpptp5kompos-230312094017-73d1353b.pdf
pptp5kompos-230312094017-73d1353b.pdf
 
Hafiz tugas tps
Hafiz tugas tpsHafiz tugas tps
Hafiz tugas tps
 
Komposting
KompostingKomposting
Komposting
 
Laporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanahLaporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanah
 

Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4

  • 1. Laporan praktikum PEMBUATAN PUPUK KOMPOS ORGANIK MENGGUNAKAN BIOAKTIVATOR EM4 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN D3 KESEHATAN LINGKUNGAN UNIVERSITAS STTL ( SEKOLAH TINGGI TEKNIK LINGKUNGAN ) Latar Belakang Telah lama sampah menjadi permasalahan serius dii berbagai kota besar di Indonesia. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia berbanding lurus dengan sampah yang dihasilkan tiap harina. Sampah berdasarkan kandungan zat kimia dibagi menjadi dua kelompok, yatu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik pada umumnya mengalami pembusukan, seperti daun, sisa makanan,dll. Sedangkan sampah anorganik pada umumnya tidak mengalami pembusukan, seperti plastik, logam, dll. Terkadang kita tidak menyadari bahwa sampah organik sangat banyakjumlahnya dan memiliki nilai yang lebih bermanfaat seperti dijadikan kompos dan pupuk dari pada dibakar yang hanya menghasilkan polutan bagi udara. Dengan mengolah menjadi kompos akan membuat tanah menjadi subur karena kandungan unsur hara bertambah. Pengolahan sampah organik untuk keperluan pembuatan kompos dapat dilakukan secara sederhana. Sampah berupa dedaunan dimasukan ke dalam mesin perajang sampah agar ukuran sampah menjadi lebih kecil sehingga memudahkan dalam proses decomposing dengan bantuan mikrobakteri pengurai untuk hasil yang maksimal. Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam dengan bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk mempercepat proses pengomposan ini telah banyak dikembangkan
  • 2. teknologi-teknologi pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang, maupun teknologi tinggi. Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan didasarkan pada proses penguraian bahan organic yang terjadi secara alami. Proses penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat berjalan dengan lebih cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organic, seperti untuk mengatasi masalah sampah di kota-kota besar, limbah organik industri, serta limbah pertanian dan perkebunan. Saat ini telah dilakukan beberapa penelitian pembuatan kompos denganmenggunakan bantuan aktivator, diantaranya aktivator EM4 dan aktivator Stardec.Aktivator EM4 dan Stardec merupakan aktivator kompos yang mengandungmikroorganisme yang dapat meningkatkan keragaman mikroorganisme tanah dandapat meningkatkan kualitas tanah, kesehatan tanah serta mempercepat prosespengomposan. Berdasarkan penelitian Utomo B. (2010), penggunaan bioaktivator(aktivator kompos) pada tanah gambut menghasilkan peningkatan tinggi padatanaman sebesar 39,44% dan penggunaan mikroorganisme efektif (EM4),menurunkan C- organik dan meningkatkan N, P, K dan Ca yang terlarut dalamtanah serta memperbaiki sifat kimia tanah. Berdasarkan penelitian Rahayu M. S. dan Nurhayati (2005), penggunaanEM4 dalam pengomposan limbah teh padat dapat mempengaruhi kecepatanpengomposan, hal ini dapat dilihat dari perlakuan lama pengomposan nyatameningkatkan kandungan N-total, P-tersedia, K- dd dan Mg, serta menurunkansuhu, C-organik, dan nisbah C/N kompos. Unsur mikro cenderung meningkat danpH cenderung menurun dengan lama pengmposan. Sampah merupakan masalah yang harus diatasi oleh seluruh kalangan masyarakat. Kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki taman yang cukup luas yang ditumbuhi beraneka jenis rumput dan pepohonan lainnya. Dan setiap harinya menghasilkan sampah organik yang cukup banyak. Kami, sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi ingin memanfaatkan sampah organik dari hasil pemotongan rumput di Kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi pupuk organik yang sangat bermanfaat. Dan karena, jarak kampus tidak terlalu jauh dari pasar Ciputat, kami pun mengambil beberapa sampah sayuran dari tukang sayur yang ada di Pasar tersebut. Untuk dapat mengetahui kompos yang baik dan lebih efisien, kami menggunakan bioaktivator EM4 dan bioaktivator air sampah sebagai perbandingannya. Dilihat dari efisiensi harga dan kemudahan mendapatkannya, serta kompos yang dihasilkan. Penelitian kali ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang bioaktivator yang baik dan efisien dalam pembuatan kompos. Serta perbandingan kompos yang menggunakan bioaktivator EM4 dan yang menggunakan bioaktivator air sampah.
  • 3. TUJUAN Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui proses pembuatan kompos skala rumah tangga dari dedaunan hijau basah sekaligus membandingkan hasil dari kompos yang menggunakan EM4 dengan yang menggunakan air sampah sebagai starternya. TINJAUAN TEORITIS Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (J.H. Crawford, 2003). Menurut Sutedjo (2002), kompos merupakan zat akhir suatu proses fermentasi, tumpukan sampah/ seresah tanaman dan ada kalanya pula termasuk bingkai binatang. Sesuai dengan humifikasi fermentas suatu pemupukan, dirincikan oleh hasil bagi C/N yang menurun. Perkembangan mikrobia memerlukan waktu agar tercapai suatu keadaan fermentasi yang optimal. Pada kegiatan mempercepat proses dipakai aktifator, baik dalam jumlah sedikit ataupun banyak, yaitu bahan dengan perkembangan mikrobia dengan fermentasi maksimum. Aktifator misalnya: kotoran hewan. Akhir fermentasi untuk C/N kompos 15 – 17. Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan organik sampah mencapai ±80%,sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara. (Rohendi, 2005). Pertanian organik menjadi hal yang saat ini sedang dikembangkan dengan pesat.Hal ini dilata rbelakangi dengan masalah,dimana semakin jenuhnya pemberian pupuk yang berasal dari industri. Tanah semakin kering, semakin kurangnya kandungan hara organik yang pada akhirnya merugikan petani.Dasar inilah diperlukan upaya dalam peningkatan kebutuhan bahan organik bagi tanaman.Salah satunya adalah dengan memanfaatkan sisa-sisa bahan organik untuk diolah menjadi kompos.
  • 4. Secara garis besar membuat kompos berarti merangsang pertumbuhan bakteri (mikroorganisme) untuk menghancurkan atau menguraikan bahan-bahan yang dikomposkan sehingga terurai menjadi senyawa lain.Proses yang terjadi adalah dekomposisi, yaitu menghancurkan ikatan organik molekul besar menjadi molekul yang lebih kecil, mengeluarkan ikatan CO2 dan H2O serta penguraian lanjutan yaitu transformasi ke dalam mineral atau dari ikatan organik menjadi anorganik.Proses penguraian tersebut mengubah unsur hara yang terikat dalam senyawa organik yang sukar larut menjadi senyawa organik yang larut sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat.Proses pengomposan oleh bahan organik mengalami penguraian secara biologis,khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan. Karakteristik umum yang dimiliki kompos antara lain : mengandung unsur hara dalam jenis dan jumlah yang bervariasi tergantung bahan asal, menyediakan unsur secara lambat (slow release) dan dalam jumlah terbatas dan mempunyai fungsi utama memperbaiki kesuburan dan kesehatan tanah. Kehadiran kompos pada tanah menjadi daya tarik bagi mikroorganisme untuk melakukan aktivitas pada tanah dan, meningkatkan meningkatkan kapasitas tukar kation. Hal yang terpenting adalah kompos justru memperbaiki sifat tanah dan lingkungan, (Dipoyuwono, 2007). Dengan mengetahui bahwa kualitas kompos sangat dipengaruhi oleh proses pengolahan, sedangkan proses pengolahan kompos sendiri sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan perbandingan C dan N bahan baku, maka untuk menentukan standarisasi kompos adalah dengan membuat standarisasi proses pembuatan kompos serta standarisasi bahan baku kompos, sehingga diperoleh kompos yang memiliki standar tertentu. Setelah standar campuran bahan baku kompos dapat dipenuhi yaitu kelembaban ideal 50 – 60 persen dan mempunyai perbandingan C / N bahan baku 30 :terdapat hal lain yang harus sangat diperhatikan selama proses pembuatan kompos itu berlangsung, yaitu harus dilakukan pengawasan terhadap: 1. Temperatur 2. Kelembaban 3. Odor atau Aroma, dan 4. pH Faktor – faktor yang mempengaruhi proses pengomposan yaitu :  Rasio C/NRasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat.  Ukuran PartikelAktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang
  • 5. antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.  AerasiPengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen (aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh posiritas dan kandungan air bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.  Porositasadalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.  Kelembaban (Moisture content)Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplai oksigen. Kelembaban 40 – 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15%. Apabila kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.  Temperatur/suhu panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 – 60oC menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma.  pH,Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5  Lama pengomposan Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposakan, metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan aktivator pengomposan. Secara alami pengomposan akan berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar-benar matang.(Jakmi,2009) Mengetahui kematangan kompos dapat diketahui dengan beberapa cara yaitu : 1. Dicium : kompos yang sudah matang berbau seperti tanah dan harum. Apabila kompos tercium bau yang tidak sedap, berarti terjadi fermentasi anaerobik dan menghasilkan senyawasenyawa berbau yang mungkin berbahaya bagi tanaman. Apabila kompos masih berbau seperti bahan mentahnya berarti kompos masih belum matang.
  • 6. 2. Kekerasan bahan : kompos yang telah matang akan terasa lunak ketika dihancurkan. Bentuk kompos mungkin masih menyerupai bahan asalnya, tetapi ketika diremas – remas akan mudah hancur. 3. Warna kompos : kompos yang sudah matang adalah coklat kehitam – hitaman. Apabila kompos masih berwarna hijau atau warnanya mirip dengan bahan mentahnya berarti kompos tersebut belum matang. Selama proses pengomposan pada permukaan kompos seringkali juga terlihat miselium jamur yang berwarna putih. 4. Penyusutan : terjadi penyusutan volume/bobot kompos seiring dengan kematangan kompos. Besarnya penyusutan tergantung pada karakteristik bahan mentah dan tingkat kematangan kompos. Penyusutan berkisar antara 20 – 40 %. Apabila penyusutannya masih kecil/sedikit, kemungkinan proses pengomposan belum selesai dan kompos belum matang. 5. Suhu : suhu kompos yang sudah matang mendekati dengan suhu awal pengomposan. Suhu kompos yang masih tinggi, atau di atas 50oC, berarti proses pengomposan masih berlangsung aktif dan kompos belum cukup matang. Sifat khusus dari pupuk organik antara lain kandungan hara rendah dan sangat beragam, pelepasan hara terjadi secara lambat, penyediaan hara dengan jumlah terbatas. Keunggulan dalam pemanfaatan pupuk organik antara lain adalah perbaikan pada sifat fisik tanah, perkayaan kandungan kimiawi tanah lebih berimbang, meningkatkan biodiversitas kehidupan biologi tanah, dan aman bagi lingkungan. Walaupun demikian pupuk organik juga memiliki kelemahan antara lain memerlukan jumlah besar bagi satu musim tanaman, jumlah dan jenis hara sangat beragam, voluminous/bulky dalam transportasi dan dosisi lapangan, berdampak negatif jika diberikan belum matang benar. Secara umum strategi untuk mempercepat proses pengomposan dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu: 1. Menanipulasi kondisi/faktor – faktor yang berpengaruh pada proses pengomposan. 2. Menambahkan organisme yang dapat mempercepat proses pengomposan: mikroba pendegradasi bahan organik dan vermikompos (cacing). 3. Menggabungkan strategi pertama dan kedua. Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek: 1. Aspek Ekonomi menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah. mengurangi volume/ukuran limbah. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
  • 7. 2. Aspek lingkungan Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbuna 3. Aspek bagi tanah/tanaman: Meningkatkan kesuburan tanah Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah Meningkatkan aktivitas mikroba tanah Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen) Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah(amaminimoy,2008) RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah dalam praktikum ini yaitu bagaimanakah perbandingan hasil kompos yang berasal dari dedaunan hijau basah yang menggunakan EM4 dengan yang menggunakan air sampah sebagai starternya ? METODE Metode yang digunakan adalah metode free inquiry dimana mahasiswa secara bebas dan mandiri melakukan praktikum baik dalam menentukan variable-variabelnya serta langkah kerja yang dilakukan. VARIABEL Variabel yang digunakan dalam praktikum ini terdiri dari variable bebas, variable terikat dan variable kontrol. Variabel bebas dalam praktikum ini yaitu jenis starter yang digunakan ( EM4
  • 8. dan air sampah). Variabel terikatnya yaitu alat dan bahan yang digunakan ( kecuali jenis starter), komposisi bahan, waktu dan kondisi lingkungan (anaerobik). ALAT dan BAHAN a) Alat : 1. Ember / keranjang plastik ( 2 buah ) 2. Plastik sampah ( Trash bag ) ( 2 buah) 3. pisau / cutter 4. botol bekas air mineral ( 2 buah) 5. sarung tangan b) Bahan : 1. Dedaunan hijau basah ( rumput, daun singkong, kedebong pisang) 2. Larutan EM4 3. air sampah 4. sekam / sisa serbuk kayu 5. gula pasir 6. tanah 7. air LANGKAH KERJA 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Dedaunan hijau seperti rumput, daun singkong, kedebong pisang dicacah atau dipotong kecil-kecil dengan menggunakan pisau / cutter. Setelah itu dicuci bersih.
  • 9. 3. Cairkan gula pasir dengan air sebanyak 250 gram ke dalam sebuah botol air mineral. Kocok atau aduk hingga rata. 4. kemudian, larutkan larutan EM4 sebanyak 10 ml dengan air sebanyak 250 ml di botol bekas air mineral yang lainnya. 5. Plastik sampah kemudian dimasukkan ke dalam masing- masing keranjang plastik. 6. Serbuk kayu dimasukkan ke dalam plastik sampah secukupnya. Kemudian masukkan dedaunan yang telah dicacah tersebut sekitar 2 genggaman. Lalu, ditumpuk lagi dengan sebaran tanah sekitar 1 genggam. Siram dengan larutan gula pasir dan larutan starter sekitar 50ml. Keranjang plastik I disiram dengan larutan EM4, sedangkan keranjang plastik II disiram dengan air sampah. Dan diaduk hingga merata. 7. Setelah itu, lakukan hal yang sama hingga beberapa lapis dan keranjang plastiknya hampir penuh. Dan aduk hingga merata. 8. kemudian ikat ujung plastik sampah dengan kuat, hingga tertutup rapat. Dan simpan di tempat yang teduh. 9. Secara berkala sekitar 2-3 hari, amati perubahan yang terjadi pada kompos sambil ditambahkan larutan gula, dan aduk kembali hingga merata. Plastik kompos ditutup kembali.
  • 10. Hasil data Hari dan aerasi Kompos starter EM4 Kompos starter air sampah Hari ke-1 Dedaunan hijau segar, bau khas EM4 Dedaunan hijau segar, bau khas air sampah yang busuk Hari ke-4 aerasi 1 Dedaunan tidak nampak berubah drastis seperti semula, aroma tidak terlalu bau Dedaunan tidak nampak berubah drastis seperti semula, aroma tidak terlalu bau. Hari ke-8 aerasi 2 Dedaunan me-layu agak kecoklatan, masih terdapat daun yang hijau, aroma sangat menusuk Dedaunan me-layu melebihi substrat EM4, masih terdapat daun hijau, aroma tidak sebau EM4 yang menusuk Hari ke-12 aerasi 3 Dedaunan terlihat melayu keseluruhan, berwarna coklat lebih gelap dari semula, aroma tetap menusuk tetapi tidak sebau substrat kompos air sampah di hari akhir ini. Dedaunan terlihat melayu keseluruhan, berwarna coklat lebih gelap dari semula, aroma sangat menusuk, melebihi bau yang ditimbulkan dari EM4. PEMBAHASAN Berdasarkan pustaka yang dipakai, tata cara atau langkah yang kami kerjakan sama, hanya saja sedikit perbedaan, yaitu pada starter. Kami menentukan variabel kontrol dengan perbedaan pada starter antara starter organik yang berasal dari air sampah pasar dan starter buatan yaitu EM4 komposisinya mengandung beragam jenis bakteri yang ditentukan. Tata cara yang kami gunakan dengan kondisi anaerob dimana starter dan substrat dibiarkan kedap udara yaitu dengan penaruhan pada kantung polibag yang diikat rapat. Dengan tiga hari sekali dilakukan aerasi dan pemberian gula sebagai makanan tambahan bagi dekomposer. Substrat yang kami pakai yaitu dedaunana seperti jenis rumput yang masih hijau, daun singkong segar, dua genggam tanah, serbuk kayu gergaji yang gunanya sebagai penyerap air dan penambahan gula sebagai awal
  • 11. makanan starter. Pada percobaan ini suhu yang dipakai sama dengan keadaan ruang yaitu 26 oC. Pengomposan ini berlangsung selama dua minggu. Berdasarkan sumber, untuk mendapatkan hasil kompos yang baik yaitu dengan melihat perubahannya terutama pada warna, semakin hitam bertandakan kompos ini sudah jadi atau siap untuk digunakan. Dilihat dari data hasil praktikum, kedua kompos yang kami buat mengalami pembusukan dengan menunjukan perubahan warna tetapi warna dari kedua kompos belum terlihat hitam hanya berwarna coklat, ini mungkin disebabkan substrat yang kami pakai hanyalah dedaunan dan sedikit penambahan tanah serta serpihan kayu gergaji, selain itu dedaunan yang kami gunakanpun bukanlah dedaunan kering tetapi dedaunan yang sengaja dipotong karena pertumbuhannya sudah melebihi, seperti rumput dan penambahan lainnya adalah daun singkong hijau sisa pasar. Pada aerasi pertama belum terlihat perubahan spesifik dari dedaunan kedua kompos tetapi pada aerasi kedua sudah terlihat kondisi pengomposan yaitu dedaunan mulai melayu berwarna coklat muda terlihat kedua kompos mengalami ini hanya saja perbedaan juga nampak pada kompos dengan starter air sampah organik membuat substrat lebih lunak atau melayu, sedangkan pada EM4 tidak selayu pemakaian air sampah, nampak masih terdapat dedaunan yang agak terlihat segar. Disini terlihat kerja air sampah organik lebih baik dibanding starter EM4. Selain warna yang berubah dapat dirasakan aroma kedua kompos yang berbau busuk, awalnya substrat yang diperlakukan dengan starter EM4 memiliki aroma EM4 seperti bau madu yang menusuk sedangkan substrat yang diperlakukan dengan starter air sampah memiliki bau sampah yang juga menusuk seperti bau busuk, setelah dibiarkan selama tiga hari dalam kondisi anaerob dan akhirnya dilakukan aerasi dihari ketiga, (aerasi merupakan pemberian udara pada kompos dengan cara pengadukan) tercium bau berasal dari kedua kompos, dilihat dari peristiwa ini dapat diketahui bahwa kedua kompos ini sama-sama diuraikan oleh bakteri-bakteri penghasil sulfur yaitu jenis bakteri anaerob yang juga selama proses pengomposanpun wadah dibiarkan tertutup tanpa oksigen, selain sulfur bakteri-bakteri ini menghasilkan senyawa lain dan macam asam oraganik seperti asam asetat, butirat, valerat, puttrecine, amonia dan H2S(http://id.wikipedia.org/wiki/Kompos). Adapun perbedaan yang muncul dari aroma, ketika kompos berstarter air sampah pada aerasi kedua tidak berbau setajam mulanya, berbeda dengan kompos berstarter EM4 yang memiliki aroma menusuk pada aerasi kedua. Disini dapat dilihat adanya kerja bakteri EM4 aktif ekstra ketika semakin lama diperam. Tetapi pada aerasi berikutnya kedua kompos memberikan aroma yang tetap menusuk, pada starter air sampah mengeluarkan bau busuk yang sangat menyengat dan melebihi bau kompos berstarter EM4. Dari beberapa kondisi yang terlihat, pengomposan tanpa udara/anaerob memacu bakteri-bakteri yang suka tanpa oksigen untuk menguraikan substrat ini dan kerja bakteri suka oksigen terhambat akibatnya bakteri anaerobik ini yang mendominasi dan mereduksi senyawa-senyawa khas beraroma tak sedap. Dari segi ukuran antara sebelum pengkomposan dengan yang sudah terlihat perubahan, ini yang mengakibatkan proses pengkomposan terlaksana. Kesimpulan
  • 12. Dari percobaan ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. juga nampak pada kompos dengan starter air sampah organik membuat substrat lebih lunak atau melayu, sedangkan pada EM4 tidak selayu pemakaian air sampah, nampak masih terdapat dedaunan yang agak terlihat segar. Disini terlihat kerja air sampah organik lebih baik dibanding starter EM4. 2. Dari beberapa kondisi yang terlihat, pengomposan tanpa udara/anaerob memacu bakteri- bakteri yang suka tanpa oksigen untuk menguraikan substrat ini dan kerja bakteri suka oksigen terhambat akibatnya bakteri anaerobik ini yang mendominasi dan mereduksi senyawa-senyawa khas beraroma tak sedap. Dari segi ukuran antara sebelum pengkomposan dengan yang sudah terlihat perubahan, ini yang mengakibatkan proses pengkomposan terlaksana. DAFTAR PUSTAKA Crawford,J.H. 2003. KOMPOS. Bogor: Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia Dipoyuwono .2007.Meningkatkan Kualitas Kompos. Meningkatkan Kualitas Kompos. Kiat Menggatasi Permasalahan Praktis.Jakarta: Agromedia Pustaka. Rohendi, E.2005. Lokakarya Sehari Pengelolaan Sampah.DKI Jakarta:sebuah prosiding Bogor ,08 April 2012 Sutedjo.2002.Potensi dan Pemanfatan limbah gula sebagai Bahan pembuatan pupuk Organik Tanah.Jakarta:Nalai industri Indonesia pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/…/bpp09039.pdf http:// factor-faktor yang mempengaruhi suhu pengomposan.com . LAMPIRAN
  • 13. Kompos dengan starter EM4 Serbuk kayu dimasukkan ke dalam plastik sampah secukupnya Kemudian masukkan dedaunan yang telah dicacah tersebut sekitar 2 genggaman. Lalu, ditumpuk lagi dengan sebaran tanah sekitar 1 genggam. Siram dengan larutan gula pasir dan larutan starter sekitar 50ml. Keranjang plastik I disiram dengan larutan EM4, sedangkan keranjang plastik II disiram dengan air sampah. Dan diaduk hingga merata. kemudian ikat ujung plastik sampah dengan kuat, hingga tertutup rapat. Dan simpan di tempat yang teduh. Kompos dengan starter air sampah (mol)
  • 14. Serbuk kayu dimasukkan ke dalam plastik sampah secukupnya Kemudian masukkan dedaunan yang telah dicacah tersebut sekitar 2 genggaman. Lalu, ditumpuk lagi dengan sebaran tanah sekitar 1 genggam.
  • 15. Siram dengan larutan gula pasir dan larutan starter sekitar 50ml. Keranjang plastik I disiram dengan larutan EM4, sedangkan keranjang plastik II disiram dengan air sampah. Dan diaduk hingga merata. kemudian ikat ujung plastik sampah dengan kuat, hingga tertutup rapat. Dan simpan di tempat yang teduh
  • 16. LAPORAN PEMBUATAN KOMPOS LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI TERAPAN PEMBUATAN PUPUK KOMPOS Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Biologi Terapan PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2012 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang maha Esa atas kelimpahan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar, meskipun masih banyak kekurangan dalam laporan yang kami buat ini. Kami membuatlaporaninibertujuanuntukmemenuhisalahsatutugasyangdiberikanolehdosen matakuliahBiologiterapan,sekaligusuntukkami memperdalamilmuBiologiTerapankhususnyadibidang pertanian, khususnya dalam praktikum pembuatan pupuk kompos yang kami lakukan. Isi laporan ini menyangkut tentang proses pembuatan kompos, sesuai dengan apa yang di tugaskan kepada kami, kami harap dengan membaca laporan yang kami buat ini, dapat memberikan
  • 17. manfaat bagi kita semua. Dan kami sadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik. Serang , 1 Januari 2012 Penulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan sisa-sisa aktivitas makhluk hidup yang indentik dengan bahan buangan yang tidak memiliki nilai, kotor, kumuh, dan bau. Sampah organik seperti dedaunan yang berasal dari taman, jerami,rerumputan,dansisasisasayur,buah,yangberasaldari aktivitasrumahtangga(sampahdomestik) memang sering menimbulkan berbagai masalah. Baik itu masalah keindahan dan kenyamanan maupun masalah kesehatan manusia, baik dalam lingkup individu, keluarga, maupun masyarakat. Masalah- masalah seperti timbulnya bau tak sedap maupun berbagai penyakit tentu membawa kerugian bagi manusiamaupunlingkungandisekitarnya,baikmeteri maupunpsikis.Melihatfaktatersebut,tentuperlu adanya suatu tindakan guna meminimalkan dampak negatif yang timbul dan berupaya meningkatkan semaksimalmungkin dampak positifnya.
  • 18. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan sampah organik domestik adalah mengolah sampah tersebut dengan teknik komposter tanpa penambahan aktivator pengomposan, disamping terdapat berbagai teknik pengolahan lain (dengan penambahan aktivator pengomposan) menghasilkan produk yang bernilai lebih, baik dari segi nilai ekonomi yaitumemilikisuplemenbagitanaman.Meskipundalammetodeinitidakditambahkanaktivator pengomposan,namun ke dalamnya ditambahkan organikagen (serbuk gergaji dan kotoran hewan) yang berfungsi memacu pertumnuhan mikroba dan manambah unsur hara dalam kompos. Dalam melakukan teknik penomposan, ada berbagai hal yang perlu diperhatikan agar proses pengomposan berjalan dengan cepat sehingga masa panen relatif singkat dan cepat. Hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah proses pencacahan yang sebisa mungkin halus sehingga mudah di dekomposisi,kelembabandanaerasi yangmendukungkerjamikroorganisme,maupunkadarkarbondan Nitrogen yang ideal. 1.2 Tujuan Tujuan pembuatan kegiatan ini adalah: Sebagai gambaran untuk melakkukan kegiatan komposting sampah organik domestik sehingga mampu menciptakan inovasi baru yang dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat maupun pemerintah. 1.3 Manfaat Manfaat dari Pembuatan kegiatan ini adalah: 1. Mengurangi permasalahan lingkungan akibat sampah organik yang dihasilkan terutama dari aktivitas manusia;
  • 19. 2. Berkurangnya jumlah limbah berupa sampah organik domestik sehingga tercipta kenyamanan dan kebersihan di lingkungan pribadi, keluarga, maupun masyarakat; 3. Meningkatkan efisiensi produksi padi dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada 4. Menghasilkansuatuproduk(kompos) yangmemiliki nilai tambahbagi masyarakatmaupun pemerintah; 5. Tercipta lapanngan kerja baru sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran; BAB II TINJAUAN PUSTAKA
  • 20. 2.1 Pengertian Kompos dan Pengomposan Komposadalah hasil penguraianparsial/tidaklengkapdari campuranbahan-bahanorganikyang dapat dipercepatsecaraartifisial olehpopulasi berbagai macammikrobadalamkondisi lingkunganyang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. 2.2 Manfaat Pengomposan Pengomposan memiliki banyak manfaat, diantaranya: a. manfaat ekonomi - Meningkatkan efisiensi biaya pengangkutan sampah disebabkansampah yang diangkut ke TPA ( Tempat Pembuangan Akhir) semakin berkurang. Selain itu dapat memperpanjang TPA karena semakin sedikit sampah yang dikelola. - Menghasilkanprodukberupakomposyangmemiliki nilaitambahkarenaproduktersebutmemilik nilaijual. b. manfaat terhadap lingkungan - manfaatestetika.Adanyapengomposan,berartiadanyapenguranganterhadapsampahjenis organikyang dapat merusak keindahan kota atau suatu tempat dan menimbulkan bau.Dengan demikian keindahan dan kenyamanan tetap terjaga. - Produk hasil pengomposan bermanfaat bagi tanah dan tanaman, sebab dapat:  Menyuburkan tanah dan tanaman  Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah  Meningkatkan kapasitas jerap air tanah  Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
  • 21.  Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)  Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman  Menekan pertumbuhan atau serangan penyakit tanaman  Meningkatkan retensi atau ketersediaan hara di dalam tanah - Pengomposanberpotensimengurangi pencemaranlingkungan,karenajumlahsampahyangdibakaratau dibuangke sungai menjadi berkurang.Selainituaplikasi kompospadalahanpertanianberarti mencegah pencemaran karena berkurangnya kebutuhan pemakaian pupuk buatan dan obat-obatan yang berlebihan. - Membantu melestarikan sumber daya alam karena pemakaian kompos pada perkebunan akan meningkatkan kemampuanlahan kebun dalam menahan sebagai media tanaman dapat digantikan oleh kompos, sehingga eksploatasi humus hutan dapat dicegah. c. Manfaat kesehatan Dengan pengomposan, panas yang dihasilkan mencapai 60OC, sehingga dapat membunuh organisme pathogen penyebab penyakit yang terdapat dalam sampah. d. Manfaat dari segi sosial kemasyarakatan Pengomposan dapat meningkatkan peranserta masyarakat dalam pengelolaan sampah. 2.3 Prinsip Pengomposan Pada dasarnya proses pengomposan adalah suatu proses biologis. Hal ini berarti bahwa peran mikroorganisme pengurai sangat besar. (Tchobanoglous et al.1993). Prinsip-prinsip proses biologis yang terjadi pada proses pengomposan meliputi: a. Kebutuhan Nutrisi
  • 22. Untuk perkembangbiakan dan pertumbuhannya, mikroorganisme memerlukan sumber energi, yaitu karbonuntuk prosessintesajaringanbarudan elemen-elemenanorganikseperti nitrogen,fosfor,kapur, belerang dan magnesium sebagai bahan makanan untuk membentuk sel-sel tubuhnya. Selain itu, untukmemacu pertumbuhannya, mikroorganisme juga memerlukan nutrien organik yang tidak dapat disintesa dari sumber-sumber karbon lain. Nutrien organik tersebut antara lain asam amino, purin/pirimidin, dan vitamin. b. Mikroorganisme Mikroorganisme pengurai dapatdibedakanantaralainberdasarkankepadastrukturdanfungsi sel, yaitu: 1. Eucaryotes,termasukdalamdekomposeradalaheucaryotesbersel tunggal,antaralain:ganggang,jamur, protozoa. 2. Eubacteria, bersel tunggal dan tidak mempunyai membran inti, contoh: bakteri. Beberapa hewan invertebrata(tidakbertulangbelakang)seperti cacingtanah,kutujuga berperandalampengurai sampah. Sesuai dengan peranannya dalam rantai makanan, mikroorganisme pengurai dapat dibagi menjadi 3 (tiga)kelompok, yaitu : a. KelompokI(KonsumentingkatI)yangmengkonsumsilangsungbahanorganikdalamsampah,yaitu:jamur, bakteri, actinomycetes. b. Kelompok II (Konsumen tingkat II) mengkonsumsi jasad kelompok I, dan; c. Kelompok III (Konsumen tingkat III), akan mengkonsumsi jasad kelompok I dan Kelompok I. Kondisi Lingkungan Ideal Efektivitas proses pembuatan kompos sangat tergantung kepada mikroorganisme pengurai. Apabila mereka hidup dalam lingkungan yang ideal, maka mereka akan tumbuh dan berkembang dengan baik pula. Kondisi lingkungan yang ideal mencakup : 1. Keseimbangan Nutrien (Rasio C/N). Parameternutrienyangpalingpentingdalamprosespembuatankomposadalahunsurkarbondan nitrogen. Dalam proses pengurai terjadi reaksi antara karbon dan oksigen sehingga menimbulkan panas (CO2).Nitrogenakanditangkapolehmikroorganismesebagai sumbermakanan.Apabilamikroorganisme
  • 23. tersebut mati, maka nitrogen akan tetap tinggal dalam kompos sebagai sumber nutrisi bagi makanan. Besarnya perbandingan antara unsur karbon dengan nitrogen tergantung pada jenis sampah sebagai bahanbaku.PerbandinganCdanN yang ideal dalamprosespengomposanyangoptimumberkisarantara 20 : 1 sampai dengan 40 : 1, dengan rasio terbaik adalah 30 : 1. 2. Derajat Keasaman (pH) Derajat keasaman (pH) ideal dalam proses pembuatan kompos secara aerobik berkisar pada pH netral (6– 8,5), sesuai denganpHyangdibutuhkantanaman.Padaprosesawal,sejumlahmikroorganisme akan mengubah sampah organik menjadi asam-asam organik, sehingga derajat keasaman akan selalu menurun. Pada proses selanjutnya derajat keasaman akan meningkat secara bertahap yaitu pada masa pematangan, karena beberapa jenis mikroorganisme memakan asam-asam organik yang terbentuk tersebut. Derajat keasaman dapat menjadi faktor penghambat dalam proses pembuatan kompos, yaitu dapat terjadi apabila :  pH terlalu tinggi (di atas 8) , unsur N akan menguap menjadi NH3. NH3 yang terbentuk akan sangat mengganggu proses karena bau yang menyengat. Senyawa ini dalam kadar yang berlebihan dapat memusnahkan mikroorganisme.  pH terlalu rendah (di bawah 6), kondisi menjadi asam dan dapat menyebabkan kematian jasad renik. 3. Suhu (Temperatur) Proses biokimia dalam proses pengomposan menghasilkan panas yang sangat penting bagi mengoptimumkan laju penguraian dan dalam menghasilkan produk yang secara mikroorganisme aman digunakan.Polaperubahantemperature dalamtumpukansampahbervariasi sesuaidengantipe danjenis mikroorganisme. a) Padaawal pengomposan,temperaturmesofilik,yaituantara25 – 45 Cakan terjadi dansegeradiikutioleh temperatur termofilik antara 50 - 65 C. Temperatur termofilik dapat berfungsi untuk : a) mematikan bakteri/bibit penyakit baik patogen maupun bibit vector penyakit seperti lalat;
  • 24. b) mematikan bibit gulma. Tabel 1 menunjukkan suhu dan waktu yang dibutuhkan untuk mematikan beberapaorganisme patogendanparasit.Kondisi termofilik,kemudianberangsur-angsurakanmenurun mendekati tingkat ambien. 4. Ukuran Partikel Sampah Ukuran partikel sampah yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan kompos harus sekecil mungkin untuk mencapai efisiensi aerasi dan supaya lebih mudah dicerna atau diuraikan oleh mikroorganisme. Semakinkecil partikel,semakin luaspermukaan yang dicerna sehingga pengurai dapat berlangsung dengan cepat. 5. Kelembaban Udara Kandungan kelembaban udara optimum sangat diperlukan dalam proses pengomposan. Kisaran kelembaban yang ideal adalah 40 – 60 % dengan nilai yang paling baik adalah 50 %. Kelembaban yang optimum harus terus dijaga untuk memperoleh jumlah mikroorganisme yang maksimal sehingga prosespengomposandapatberjalandengancepat.Apabilakondisi tumpukanterlalulembab,tentudapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme karena molekul air akan mengisi rongga udara sehingga terjadi kondisi anaerobikyangakanmenimbulkanbau.Bilatumpukanterlalukering(kelembabankurang dari 40%), dapat mengakibatkanberkurangnya populasi mikroorganisme pengurai karena terbatasnya habitat yang ada. 6. Homogenitas Campuran Sampah Komponen sampah organik sebagai bahan baku pembuatan kompos perlu dicampur menjadi homogenatau seragamjenisnya,sehinggadiperolehpemerataanoksigendankelembaban.Olehkarena itu kecepatan pengurai di setiap tumpukan akan berlangsung secara seragam. 2.5 Jenis dan Cara Membuat Kompos
  • 25. Kompos dari Sampah Organik Pasar atau Domestik Sampah organik pasar atau domestik dapat diolah menjadi kompos dengan beberapa metode, diantaranya : A. Metode Konvensional Metode ini tidak menggunakan komposter. Biasanya adonan kompos ditimbun dan ditutup dengan kain terpal. Selain kain terpal dapat digunakan pula karung goni atau sabut kelapa yang dimasukkan dalam kantung dari jaring plastik. Salah satu contohnya adalah seperti yang tercantum di bawah ini : 1. Alat-alat yang dibutuhkan Peralatan antara lain: parang/sabit, ember/bak plastik untuk menampung air, emberuntukmenyiram,plastikpenutup,tali,sekopgarpu/cangkul,dancetakankompos(jikadiperlukan). Plastikpenutupdapatmenggunakanplastikmulsayangberwarnahitam.Belahplastiktersebutsehingga lebarnya menjadi 2 m. Panjang plastik disesuaikan dengan banyaknya bahan yang akan dikomposkan. Cetakankomposdapatdibuatdari bambuataukayu.Cetakanini terdiridari 4bagianterpisah,duabagian berukuran kurang lebih 2 x 1 m dan dua lainnya berukuran 1 x 1 m. 2. Bahan a. Sampah organik domestik Sampah ini dapat berupa sampah rumah tangga dan sampah taman. Sampah tersebut harus dipisahkan dari sampahplastik,logam,kaca,dll.Sebaiknyasampahorganiktersebutadalahcampuranantarasampah yang memiliki kandungan C dengan kandungan N. b. Aktivator Pengomposan AktivatoryangdigunakanadalahPROMI.Jikaaktivatorpengomposansulitdiperolehdapatmenggunakan kotoran ternak atau rumen sapi untuk mempercepat proses pengomposan. c. Air 3. Lokasi Pengomposan Pengomposan sebaiknya dilakukan di dekat kebun yang akan diaplikasi kompos atau di dekat sumber bahanbaku yangakan dibuatkompos.Pemilihanlokasi iniakanmenghematbiayatransportasi danbiaya
  • 26. tenaga kerja. Lokasi juga dipilih dekat dengan sumber air. Karena apabila jauh dengan sumber air akan menyulitkan proses pengomposan. 4. Tahapan Pengomposan a. Memperkecil ukuran bahan. Untuk memperkecil ukuran bahan dapat dilakukan dengan menggunakan parang atau dengan mesin pencacah. b. Menyiapkan aktivator pengomposan. Aktivator (Orgadec atau Promi) dilarutkan ke dalam air sesuai dosis yang dibutuhkan. c. Pemasangancetakan. d. Memasukkanbahan ke dalamcetakan selapisdemi selapis.Tinggi lapisankurang lebih seperlima dari tinggi cetakan. Injak-injak bahan tersebut agar memadat sambil disiram dengan aktivator pengomposan. e. Dalamsetiaplapisansiramkanaktivatorpengomposan. Setelahcetakanpenuh,bukacetakandantutup tumpukan kulit buah kakao dengan plastik. B. Metode komposter Metode komposter dengan penambahan bakteri (aktivator) Sampah merupakan material sisa yang tidakdiinginkan.60%- 70% sampah yangdihasilkanadalahsampahorganik/sampahbasah(sampah rumah tangga, sampah dapur, sampah kebun, sampah restoran/sisa makanan, sampah pasar dll).Salah satu solusi yang cukup tapat untuk menangani masalah sampah organik adalah dengan menjadikannya kompos melalui suatu alat yang disebut komposter. Pengomposan dengan teknologi komposter adalah proses penguraian sampah organik secara aerob dengan mengunakan Sy-Dec mikroba pengurai dan Organik Agent (bahan mineral organik). Cara penggunaan komposter : 1. sampah organik yang telah terpilah dipotong/dirajang kecil- kecil (1-2 cm) 2. campursampahorganikdenganOrganikAgent(bahanmineralorganik:serbukgergaji,dedak,abu dll) 3. Siram/cipratkanlarutanSy-Decmikrobapenguraipadabahansampahorganiksampaimembasahi semua bahan dan menjadi lembab. 4. Bahan sampah yang telah diproses 1 sd 3 dimasukkan ke dalam komposter Proses komposting yang baik temperatur 40-50 derajat celcius dapat dicapai dalam 2-3 hari.
  • 27. 5. Proses pembusukan sampah organik dalam komposter selama 7-10 hari(tergantung dari bahan baku sampah organik). Bolak-balik/tusuk-tusuk media kompos setiap hari agar proses aerasi berjalan dengan baik. 6. keluarkan sampah organik yang telah menjadi kompos melalui pintu yang ada dibagian bawah komposter.Simpan ditempat teduh agar kena angin,kompos akan menjadi kering dan gembur 7. Kompos siap digunakan Anehnya, doos dalam keranjang ini lama tidak penuhnya, sebab bahanbahan dalam doos tadi mengempis.Terkadangkomposini beraromajeruk,bilakitabanyakmemasukkankulitjeruk.Bilakompos sudah berwarna coklat kehitaman dan suhu sama dengan suhu kamar, maka kompos sudah dapat dimanfaatkan. Catatan:khususuntukkomposterKeranjangTakakuraini,upayakanagarbekassayuranbersantan,daging dan bahan lainyang mengandungproteintidakdimasukkanke dalamdoos.Mengingatstarter-nyatelah menggunakan kompos yang sudah jadi, maka MOL (mikroba loka) tidak digunakan. Metode pembuatankomposdenganReaktorKompos(Komposter) sederhanaSebenarnyareaktor ini bisadibuatdari apa saja.Salahsatu contohnyaadalahterbuatdari drum PVC.Hal yang palingpenting untukdiperhatikanadalah,reaktorini harusmemiliki sistemventilasi yangbagus.Reaksi pengkomposan adalahmemangjenisreaksi yangmemerlukanudara.Jikareaktorini tidakmemiliki sistemventilasi yang baik, proses pembusukan yang terjadi juga akan menghasilkan bau busuk akibat dari pembentukan amoniak dan H2S. Contoh cara pembuatan kompos dengan komposter adalah sebagai berikut : 1. Siapkan wadah ember plastik bekas atau drum. Dasarnya dilubangi untuk tempat keluarnya air,dapat pula dibuat lubang dalam tanah. 2. Isi wadah/lubang dengan pasir. Di atas pasir ditaburi sampah organik atau sampah basah (sayuran, buah, dedaunan) dari dapur/kebun. 3. Tambahkan pada lapisan berikutnya kotoran ayam, kambing, burung dan lainnya. 4. Taburkan kapur pertanian/dolomit dan atau abu gosok di atasnya. Kemudianlapisanberikutnya di taburi tanah secukupnya.
  • 28. 5. Ulangi tahapan ini selapis demi selapis sampai wadah/lubang penuh dan lapisan paling atas ditutup tanah untuk menahan bau. 6. Biarkan tumpukan tersebut selama 1-1,5 bulan dan jaga wadah/lubang tersebut agar tetap lembab. Proses pembuatan kompos sederhana tersebut telah selesai bila bahan-bahan dalam lapisan telah menyusut sekitar 50 %. BAB III METODE PERCOBAAN 3.1. Waktu dan Tempat a. Waktu Waktu Pelaksanaan Kegiataan dilaksanakan, pada: Hari : jum’at Tanggal : 9 Desember 2011 b. Tempat Tempat pelaksanaan kegiatan di lingkungan sapiah panancangan serang. 3.2. Alat dan bahan : A.Alat  golok/ alat pemotong lain
  • 29.  sekop  sarung tangan  ayakan/penyaring dari kawat  plastik kemasan  karung  kawat. B. Bahan  sampah taman (dedaunan coklat) - sampah hijau (sayuran), buah-buahan yang busuk.  starter ( serbuk gergaji campuran kotoran kambing dengan tanah dan larutan Em4)  air 3.2. Cara Kerja  Memilih sampah dahulu yang akan dijadikan sebagai bahan pengomposan, sampah dedaunan serta sampah hijauan dan buah-buahan busuk (sampah domestik)  Mencacah sampah dengan golok hingga berukuran 1,5 cm x1,5 cm  Menambahkan serbuk gergaji, lalu aduk-aduk hingga terc