SlideShare a Scribd company logo
1
1.4 PERKALIAN SILANG
Hasil perkalian silang a × b dari dua vektor a dan b adalah sebuah vektor,
yang tidak sama seperti hasil perkalian titik. Untuk alasan inilah perkalian silang
juga sering disebut sebagai perkalian vektor. Ingat bahwa a × b didefinisikan
hanya bila a dan b adalah vektor-vektor tiga-dimensi.
Definisi 1 Jika 𝐚 = 〈𝑎1, 𝑎2, 𝑎3〉 dan 𝐛 = 〈𝑏1, 𝑏2, 𝑏3〉, maka perkalian
silang dari 𝐚 dan 𝐛 adalah vektor
𝐚 × 𝐛 = 〈𝑎2 𝑏3 − 𝑎3 𝑏2, 𝑎3 𝑏1 − 𝑎1 𝑏3, 𝑎1 𝑏2 − 𝑎2 𝑏1〉
Mungkin sedikit aneh jika kita melihat cara pendefinisian diatas. Alasan
untuk bentuk khusus pada definisi diatas adalah bahwa perkalian silang
didefinisikan dalam cara ini memiliki banyak sifat yang berguna sebagaimana yang
akan kita lihat. Secara khusus, kita akan melihat bahwa vektor a × b adalah tegak
lurus pada kedua vektor a dan b.
Untuk membuat definisi diatas bisa dengan lebih mudah diingat, kita
gunakan notasi determinan. Determinan orde 2 didefinisikan oleh
|
𝑎 𝑏
𝑐 𝑑
| = 𝑎𝑑 − 𝑏𝑐
Sebagai contoh,
|
2 1
−6 4
| = 2(4) − 1(−6) = 14
Determinan orde 3 dapat didefinisikan dalam suku-suku determinan orde
2 sebagai berikut:
|
𝑎1 𝑎2 𝑎3
𝑏1 𝑏2 𝑏3
𝑐1 𝑐2 𝑐3
| = 𝑎1 |
𝑏2 𝑏3
𝑐2 𝑐3
| − 𝑎2 |
𝑏1 𝑏3
𝑐1 𝑐3
| + 𝑎3 |
𝑏1 𝑏2
𝑐1 𝑐2
|
Perhatikan bahwa setiap suku dalam sisi kanan dari persamaan diatas melibatkan
sebuah bilangan 𝑎𝑖 dalam baris pertama determinan, dan 𝑎𝑖 dikalikan dengan
determinan orde kedua yang diperoleh dari sisi kiri dengan menghapus baris dan
kolom pada mana 𝑎𝑖 berada. Perhatikan juga bahwa tanda minus dalam suku kedua.
Sebagai contoh,
|
1 2 −1
3 0 1
−5 4 2
| = 1 |
0 1
4 2
| − 2 |
3 1
−5 2
| + (−1) |
3 0
−5 4
|
2
= 1(0 − 4) − 2(6 + 5) + (−1)(12 − 0) = −38
Jika kita menuliskan kembali Definisi 1 dengan menggunakan determinan-
determinan orde kedua dan vektor basis i, j, dan k, kita lihat bahwa perkalian silang
dari vektor 𝐚 = 𝑎1 𝐢 + 𝑎2 𝐣 + 𝑎3 𝐤 dan 𝐛 = 𝑏1 𝐢 + 𝑏2 𝐣 + 𝑏3 𝐤 adalah
𝐚 × 𝐛 = |
𝑎2 𝑎3
𝑏2 𝑏3
| 𝐢 − |
𝑎1 𝑎3
𝑏1 𝑏3
| 𝐣 + |
𝑎1 𝑎2
𝑏1 𝑏2
| 𝐤
Kita juga sering menuliskan
𝐚 × 𝐛 = |
𝐢 𝐣 𝐤
𝑎1 𝑎2 𝑎3
𝑏1 𝑏2 𝑏3
|
Rumus simbolis dalam persamaan diatas mungkin saja menrupakan cara termudah
untuk mengingat dan menghitung perkalian silang.
Contoh 1
Jika 𝐚 = 〈1, 3, 4〉 dan 𝐛 = 〈2, 7, −5〉, maka
𝐚 × 𝐛 = |
𝐢 𝐣 𝐤
1 3 4
2 7 −5
|
= |
3 4
7 −5
| 𝐢 − |
1 4
2 −5
| 𝐣 + |
1 3
2 7
| 𝐤
= (−15 − 28)𝐢 − (−5 − 8)𝐣 + (7 − 6)𝐤 = −43𝐢 + 13𝐣 + 𝐤
□
Contoh 2
Perlihatkan bahwa 𝐚 × 𝐚 = 𝟎 untuk sebarang vektor dalam 𝑉3.
Penyelesaian
Jika 𝐚 = 〈𝑎1, 𝑎2, 𝑎3〉, maka
𝐚 × 𝐛 = |
𝐢 𝐣 𝐤
𝑎1 𝑎2 𝑎3
𝑎1 𝑎2 𝑎3
|
= (𝑎2 𝑎3 − 𝑎3 𝑎2)𝐢 − (𝑎1 𝑎3 − 𝑎3 𝑎1)𝐣 + (𝑎1 𝑎2 − 𝑎2 𝑎1)𝐤
= 0𝐢 − 0𝐣 + 0𝐤 = 𝟎
□
3
Satu dari sifat-sifat terpenting dari perkalian titik diberikan oleh teorema
berikut.
TEOREMA 1 Vektor 𝐚 × 𝐛 adalah adalah orthogonal terhadap kedua
vektor a dan b
Bukti Untuk memperlihatkan bahwa 𝐚 × 𝐛 adalah orthogonal
terhadap a, kita hitung perkalian titik keduanya sebagai berikut:
(𝐚 × 𝐛) ∙ 𝐚 = |
𝑎2 𝑎3
𝑏2 𝑏3
| 𝑎1 − |
𝑎1 𝑎3
𝑏1 𝑏3
| 𝑎2 + |
𝑎1 𝑎2
𝑏1 𝑏2
| 𝑎3
= 𝑎1(𝑎2 𝑏3 − 𝑎3 𝑏2) − 𝑎2(𝑎1 𝑏3 − 𝑎3 𝑏1) + 𝑎3(𝑎1 𝑏2 − 𝑎2 𝑏1)
= 𝑎1 𝑎2 𝑏3 − 𝑎1 𝑏2 𝑎3 − 𝑎1 𝑎2 𝑏3 + 𝑏1 𝑎2 𝑎3 + 𝑎1 𝑏2 𝑎3 − 𝑏1 𝑎2 𝑎3
= 0
Melalu perhitungan yang sama dapat diperlihatkan bahwa (𝐚 × 𝐛) ∙ 𝐛 = 0.
Dengan demikian 𝐚 × 𝐛 adalah adalah orthogonal terhadap kedua vektor a dan
b
□
Jika a dan b direpresentasikan oleh segmen-segmen garis berarah dengan
titik pangkal yang sama (sebagaimana dalam Gambar 1). Maka Teorema diatas
mengatakan bawa perkalian silang 𝐚 × 𝐛 mengarah pada arah tegak lurus pada
bidang yang melalui a dan b. Arah dari 𝐚 × 𝐛 diberikan oleh kaidah tangan kanan:
Jika jari-jari tangan kanan anda melipat dalam arah sebuah rotasi (melalui sebuah
sudut yang lebih kecil dari 180o
) dari a ke b, maka ibu jari anda mengarah pada
arah dari 𝐚 × 𝐛.
Gambar 1
4
Sekarang kita telah mengetahui arah dari vektor 𝐚 × 𝐛, hal yang lain dari
deskripsi geometris yang perlu kita lengkapi adalah panjang |𝐚 × 𝐛|. Ini diberikan
dalam teorema berikut
TEOREMA 2 Jika 𝜃 adalah sudut antara a dan b (sedemikian sehingga 0 ≤
𝜃 ≤ 𝜋), maka
|𝐚 × 𝐛| = |𝐚||𝐛| sin 𝜃
Bukti dari teorema diatas ditinggalkan kepada mahasiswa sebagai latihan.
Karena sebuah vektor secara lengkap ditentukan dengan besar dan arahnya,
kita sekarang dapat menyatakan bahwa 𝐚 × 𝐛 adalah vektor yang tegak lurus
terhadap kedua vektor a dan b, yang arahnya dapat ditentukan dengan kaidah
tangan kanan, dan panjangnya adalah |𝐚||𝐛| sin 𝜃. Pada kenyataannya, begitulah
tepatnya bagaimana seorang fisikawan mendefinisikan 𝐚 × 𝐛.
AKIBAT Dua vektor tak nol a dan b adalah sejajar jika dan hanya jika
𝐚 × 𝐛 = 𝟎
Bukti Dua vektor tak nol a dan b adalah sejajar jika dan hanya jika
𝜃 = 0 atau 𝜋. Dalam kedua kasus sin 𝜃 = 0, sehingga |𝐚 × 𝐛| = 0 dan dengan
demikian 𝐚 × 𝐛 = 𝟎.
□
Interpretasi geometris dari Teorema 2 dapat dilihat dengan memperhatikan
Gambar 2.
Gambar 2
Jika a dan b direpresentasikan oleh segmen-segmen garis berarah dengan
titik pangkal yang sama, maka kedua vektor itu menetapkan sebuah jajar-genjang
dengan alas |𝐚|, tinggi |𝐛| sin 𝜃, dan luas
𝐴 = |𝐚|(|𝐛| sin 𝜃) = |𝐚 × 𝐛|
5
Jadi kita memiliki cara berikut untuk menginterpretasikan besaran dari sebuah
perkalian silang.
Panjang dari perkalian silang 𝐚 × 𝐛 adalah sama dengan luas daerah jajar-
genjang yang ditetapkan oleh a dan b.
Contoh 3
Tentukan vektor yang tegak lurus pada bidang yang melalui titik-titik
𝑃(1, 4, 6), 𝑄(−2, 5, −1), dan 𝑅(1, −1, 1).
Penyelesaian
Vektor 𝑃𝑄⃗⃗⃗⃗⃗ × 𝑃𝑅⃗⃗⃗⃗⃗ adalah tegak lurus pada kedua vektor 𝑃𝑄⃗⃗⃗⃗⃗ dan 𝑃𝑅⃗⃗⃗⃗⃗ dan
dengan demikian tegak lurus pada bidang yang melalui 𝑃, 𝑄, dan 𝑅. Kita
telah mengetahui bahwa
𝑃𝑄⃗⃗⃗⃗⃗ = (−2 − 1)𝐢 + (5 − 4)𝐣 + (−1 − 6)𝐤 = −3𝐢 + 𝐣 − 7𝐤
𝑃𝑅⃗⃗⃗⃗⃗ = (1 − 1)𝐢 + (−1 − 4)𝐣 + (1 − 6)𝐤 = −5𝐣 − 5𝐤
Kita hitung perkalian silang dari kedua vektor ini:
𝑃𝑄⃗⃗⃗⃗⃗ × 𝑃𝑅⃗⃗⃗⃗⃗ = |
𝐢 𝐣 𝐤
−3 1 −7
0 −5 −5
|
= (−5 − 35)𝐢 − (15 − 0)𝐣 + (15 − 0)𝐤
= −40𝐢 − 15𝐣 + 15𝐤
Jadi vektor 〈−40, −15, 15〉 tegak lurus pada bidang yang diberikan.
Sebarang kelipatan skalar tak nol dari vektor ini, seperti 〈−8, −3, 3〉, juga
tegak lurus pada bidang tersebut.
□
Contoh 4
Tentukan luas daerah segitiga dengan verteks-verteks 𝑃(1, 4, 6),
𝑄(−2, 5, −1), dan 𝑅(1, −1, 1).
Penyelesaian
Dalam contoh sebelumnya kita telah menghitung bahwa 𝑃𝑄⃗⃗⃗⃗⃗ × 𝑃𝑅⃗⃗⃗⃗⃗ =
〈−40, −15, 15〉. Luas daerah jajar-genjang dengan sisi-sisi berdekatan 𝑃𝑄
dan 𝑃𝑅 adalah panjang dari perkalian silang ini:
|𝑃𝑄⃗⃗⃗⃗⃗ × 𝑃𝑅⃗⃗⃗⃗⃗ | = √(−40)2 + (−15)2 + 152 = 5√82
6
Luas daerah 𝐴 dari segitiga 𝑃𝑄𝑅 adalah setengah dari luas jajar-genjang ini,
yaitu
5
2
√82.
□
Jika kita terapkan Teorema 1 dan 2 pada vektor-vektor basis i, j, dan k
dengan menggunakan 𝜃 =
𝜋
2
, kita peroleh
𝐢 × 𝐣 = 𝐤 𝐣 × 𝐤 = 𝐢 𝐤 × 𝐢 = 𝐣
𝐣 × 𝐢 = −𝐤 𝐤 × 𝐣 = −𝐢 𝐢 × 𝐤 = −𝐣
Perhatikan bahwa
𝐢 × 𝐣 ≠ 𝐣 × 𝐢
Jadi perkalian silang tidaklah bersifat komutatif. Juga
𝐢 × (𝐢 × 𝐣) = 𝐢 × 𝐤 = −𝐣
dimana
(𝐢 × 𝐢) × 𝐣 = 𝟎 × 𝐣 = 𝟎
Jadi sifat asosiatif untuk perkalian tidak selamanya terpenuhi; yakni, secara umum,
(𝐚 × 𝐛) × 𝐜 ≠ 𝐚 × (𝐛 × 𝐜)
Namum demikian, beberapa hukum aljabar yang biasa tetap terpenuhi untuk
perkalian silang. Teorema berikut ini merangkum sifat-sifat perkalian vektor.
TEOREMA 3 Jika a, b, dan c adalah vektor-vektor dan 𝑐 adalah skalar,
maka
1. 𝐚 × 𝐛 = −𝐛 × 𝐚
2. (𝑐𝐚) × 𝐛 = 𝑐(𝐚 × 𝐛) = 𝐚 × (𝑐𝐛)
3. 𝐚 × (𝐛 + 𝐜) = 𝐚 × 𝐛 + 𝐚 × 𝐜
4. (𝐚 + 𝐛) × 𝐜 = 𝐚 × 𝐜 + 𝐛 × 𝐜
5. 𝐚 ∙ (𝐛 × 𝐜) = (𝐚 × 𝐛) ∙ 𝐜
6. 𝐚 × (𝐛 × 𝐜) = (𝐚 ∙ 𝐜)𝐛 − (𝐚 ∙ 𝐛)𝐜
Sifat-sifat ini dapat dibuktikan dengan menuliskan vektor dalam komponen-
komponennya dan dengan menggunakan definisi perkalian silang. Kita berikan
bukti dari Sifat 5 dan meninggalkan sisanya kepada mahasiswa sebagai latihan.
7
Bukti Sifat 5 Jika 𝐚 = 〈𝑎1, 𝑎2, 𝑎3〉, 𝐛 = 〈𝑏1, 𝑏2, 𝑏3〉, dan 𝐜 = 〈𝑐1, 𝑐2, 𝑐3〉,
maka
𝐚 ∙ (𝐛 × 𝐜) = 𝑎1(𝑏2 𝑐3 − 𝑏3 𝑐2) + 𝑎2(𝑏3 𝑐1 − 𝑏1 𝑐3) + 𝑎3(𝑏1 𝑐2 − 𝑏2 𝑐1)
= 𝑎1 𝑏2 𝑐3 − 𝑎1 𝑏3 𝑐2 + 𝑎2 𝑏3 𝑐1 − 𝑎2 𝑏1 𝑐3 + 𝑎3 𝑏1 𝑐2 − 𝑎3 𝑏2 𝑐1
= (𝑎2 𝑏3 − 𝑎3 𝑏2)𝑐1 + (𝑎3 𝑏1 − 𝑎1 𝑏3)𝑐2 + (𝑎1 𝑏2 − 𝑎2 𝑏1)𝑐3
= (𝐚 × 𝐛) ∙ 𝐜
□
LATIHAN 1.4
1. Tentukan perkalian silang 𝐚 × 𝐛 dan verifikasi bahwa vektor ini orthogonal
pada kedua vektor a dan b.
(a) 𝐚 = 〈6, 0, −2〉, 𝐛 = 〈0, 8, 0〉
(b) 𝐚 = 𝐢 + 3𝐣 − 2𝐤, 𝐛 = −𝐢 + 5𝐤
(c) 𝐚 = 𝐢 + 𝑒 𝑡
𝐣 + 𝑒−𝑡
𝐤, 𝐛 = 2𝐢 + 𝑒 𝑡
𝐣 − 𝑒−𝑡
𝐤
(d) 𝐚 = 〈𝑡, 𝑡2
, 𝑡3〉, 𝐛 = 〈1, 2𝑡, 3𝑡2〉
2. Jika 𝐚 = 𝐢 − 2𝐤 dan 𝐛 = 𝐣 + 𝐤, tentukan 𝐚 × 𝐛. Sketsakan a, b, dan 𝐚 × 𝐛
sebagai vektor-vektor dimulai dari titik asal.
3. Tentukan vektor-vektor berikut ini, tidak dengan menggunakan determinan,
tetapi dengan menggunakan sifat-sifat perkalian silang.
(a) (𝐢 × 𝐣) × 𝐤 (b) 𝐤 × (𝐢 − 2𝐣)
(c) (𝐣 − 𝐤) × (𝐤 − 𝐢) (d) (𝐢 + 𝐣) × (𝐢 − 𝐣)
4. Anggaplah bahwa u dan v adalah dua vektor yang terletak pada bidang kertas
halaman ini. Tentukan |𝐮 × 𝐯| dan tentukan apakah 𝐮 × 𝐯 mengarah ke dalam
halaman atau keluar halaman.
(a) (b)
5. Gambar di bawah ini memperlihatkan sebuah vektor a pada bidang-𝑥𝑦 dan
vektor b dalam arah k. Panjang vektor-vektor tersebut adalah |𝐚| = 3 dan
|𝐛| = 2.
(a) Tentukan |𝐚 × 𝐛|.
8
(b) Gunakan kaidah tangan kanan untuk memutuskan apakah komponen-
komponen dari 𝐚 × 𝐛 adalah positif, negatif, atau 0.
6. Tentukan luas daerah jajar-genjang dengan verteks-verteks 𝐴(−2, 1), 𝐵(0, 4),
𝐶(4, 2), dan 𝐷(2, −1).
7. Tentukan luas daerah jajar-genjang dengan verteks-verteks 𝐾(1, 2, 3),
𝐿(1, 3, 6), 𝑀(3, 8, 6), dan 𝑁(3, 7, 3).

More Related Content

What's hot

Kd 32 dan 42 kelas 8 sistem koordinat
Kd 32 dan 42 kelas 8 sistem koordinatKd 32 dan 42 kelas 8 sistem koordinat
Kd 32 dan 42 kelas 8 sistem koordinat
arrinidittamargarani
 
Pertidaksamaan Rasional dan Irasional
Pertidaksamaan Rasional dan IrasionalPertidaksamaan Rasional dan Irasional
Pertidaksamaan Rasional dan Irasional
Franxisca Kurniawati
 
Deret Geometri Tak Hingga
Deret Geometri Tak HinggaDeret Geometri Tak Hingga
Deret Geometri Tak Hingga
Eman Mendrofa
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cUmmu Zuhry
 
Pola bilangan
Pola bilanganPola bilangan
Pola bilangan
Arif Lubis
 
Ppt eksponen dan logaritma
Ppt eksponen dan logaritmaPpt eksponen dan logaritma
Ppt eksponen dan logaritma
Novakantau
 
Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)
Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)
Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)Ig Fandy Jayanto
 
Sistem Bilangan Babilonia (Seksagesimal) presentasi
Sistem Bilangan Babilonia (Seksagesimal) presentasiSistem Bilangan Babilonia (Seksagesimal) presentasi
Sistem Bilangan Babilonia (Seksagesimal) presentasiKristalina Dewi
 
Peubah acak
Peubah acakPeubah acak
Peubah acak
Welly Dian Astika
 
PPT SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL
PPT SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABELPPT SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL
PPT SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL
nungkir
 
PPT Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel
PPT Sistem Persamaan Linear Tiga VariabelPPT Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel
PPT Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel
fransiscaputriwulandari
 
Jawaban Soal Latihan
Jawaban Soal LatihanJawaban Soal Latihan
Jawaban Soal Latihan
Muhammad Alfiansyah Alfi
 
Pembuktian integral trigonometri ivan
Pembuktian integral trigonometri ivanPembuktian integral trigonometri ivan
Pembuktian integral trigonometri ivanIvanvannn
 
geometri analitik ruang
geometri analitik ruanggeometri analitik ruang
geometri analitik ruang
ria angriani
 
PPT MATERI SPLDV.pptx
PPT MATERI SPLDV.pptxPPT MATERI SPLDV.pptx
PPT MATERI SPLDV.pptx
YanniFryda
 
Analisis kompleks
Analisis kompleksAnalisis kompleks
Analisis kompleks
UHN
 
(2) Lingkaran2-Segiempat Tali Busur 1.pptx
(2) Lingkaran2-Segiempat Tali Busur 1.pptx(2) Lingkaran2-Segiempat Tali Busur 1.pptx
(2) Lingkaran2-Segiempat Tali Busur 1.pptx
GibbonTamba1
 
06 relasi dan fungsi (2013)
06 relasi dan fungsi (2013)   06 relasi dan fungsi (2013)
06 relasi dan fungsi (2013) KuliahKita
 
Rpp kd 3.3 konsep matriks dan operasi aljabar
Rpp kd 3.3 konsep matriks dan operasi aljabarRpp kd 3.3 konsep matriks dan operasi aljabar
Rpp kd 3.3 konsep matriks dan operasi aljabar
AZLAN ANDARU
 

What's hot (20)

Kd 32 dan 42 kelas 8 sistem koordinat
Kd 32 dan 42 kelas 8 sistem koordinatKd 32 dan 42 kelas 8 sistem koordinat
Kd 32 dan 42 kelas 8 sistem koordinat
 
Pertidaksamaan Rasional dan Irasional
Pertidaksamaan Rasional dan IrasionalPertidaksamaan Rasional dan Irasional
Pertidaksamaan Rasional dan Irasional
 
Deret Geometri Tak Hingga
Deret Geometri Tak HinggaDeret Geometri Tak Hingga
Deret Geometri Tak Hingga
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
Pola bilangan
Pola bilanganPola bilangan
Pola bilangan
 
Ppt eksponen dan logaritma
Ppt eksponen dan logaritmaPpt eksponen dan logaritma
Ppt eksponen dan logaritma
 
Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)
Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)
Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)
 
Sistem Bilangan Babilonia (Seksagesimal) presentasi
Sistem Bilangan Babilonia (Seksagesimal) presentasiSistem Bilangan Babilonia (Seksagesimal) presentasi
Sistem Bilangan Babilonia (Seksagesimal) presentasi
 
Peubah acak
Peubah acakPeubah acak
Peubah acak
 
PPT SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL
PPT SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABELPPT SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL
PPT SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL
 
PPT Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel
PPT Sistem Persamaan Linear Tiga VariabelPPT Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel
PPT Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel
 
Jawaban Soal Latihan
Jawaban Soal LatihanJawaban Soal Latihan
Jawaban Soal Latihan
 
Pembuktian integral trigonometri ivan
Pembuktian integral trigonometri ivanPembuktian integral trigonometri ivan
Pembuktian integral trigonometri ivan
 
geometri analitik ruang
geometri analitik ruanggeometri analitik ruang
geometri analitik ruang
 
PPT MATERI SPLDV.pptx
PPT MATERI SPLDV.pptxPPT MATERI SPLDV.pptx
PPT MATERI SPLDV.pptx
 
Analisis kompleks
Analisis kompleksAnalisis kompleks
Analisis kompleks
 
(2) Lingkaran2-Segiempat Tali Busur 1.pptx
(2) Lingkaran2-Segiempat Tali Busur 1.pptx(2) Lingkaran2-Segiempat Tali Busur 1.pptx
(2) Lingkaran2-Segiempat Tali Busur 1.pptx
 
Analisis Riel 1
Analisis Riel 1Analisis Riel 1
Analisis Riel 1
 
06 relasi dan fungsi (2013)
06 relasi dan fungsi (2013)   06 relasi dan fungsi (2013)
06 relasi dan fungsi (2013)
 
Rpp kd 3.3 konsep matriks dan operasi aljabar
Rpp kd 3.3 konsep matriks dan operasi aljabarRpp kd 3.3 konsep matriks dan operasi aljabar
Rpp kd 3.3 konsep matriks dan operasi aljabar
 

Similar to 1.4 Perkalian Silang

1.3 Perkalian Titik
1.3 Perkalian Titik1.3 Perkalian Titik
1.3 Perkalian Titik
Universitas Negeri Medan
 
Vektor , matminat kelas 10
Vektor , matminat kelas 10Vektor , matminat kelas 10
Vektor , matminat kelas 10
ElisabethYesi
 
1.2 Vektor di R3
1.2 Vektor di R31.2 Vektor di R3
1.2 Vektor di R3
Universitas Negeri Medan
 
Modul vektor
Modul vektorModul vektor
Modul vektor
Ana Sugiyarti
 
Vektor Pada Dimensi 3 - Geometri Analitik Ruang
Vektor Pada Dimensi 3 - Geometri Analitik RuangVektor Pada Dimensi 3 - Geometri Analitik Ruang
Vektor Pada Dimensi 3 - Geometri Analitik Ruang
MuhammadFirzha1
 
resume-vektor
resume-vektorresume-vektor
resume-vektor
4905tgc
 
Bab 4.pdf
Bab 4.pdfBab 4.pdf
Bab 4.pdf
JanuarIsmail6
 
APG Pertemuan 1-2 (1)
APG Pertemuan 1-2 (1)APG Pertemuan 1-2 (1)
APG Pertemuan 1-2 (1)
Rani Nooraeni
 
Relasi rekursif
Relasi rekursifRelasi rekursif
Relasi rekursif
Essa Novalia
 
Pamuji Yani-Vektor di R2
Pamuji Yani-Vektor di R2Pamuji Yani-Vektor di R2
Pamuji Yani-Vektor di R2
PamujiYani
 
Vektor (pertemuan 1)
Vektor (pertemuan 1)Vektor (pertemuan 1)
Vektor (pertemuan 1)
Ana Sugiyarti
 
Vektor
VektorVektor
STD BAB 5 PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT.pptx
STD BAB 5 PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT.pptxSTD BAB 5 PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT.pptx
STD BAB 5 PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT.pptx
rimanurmalasarispd
 
1. vektor dan skalar
1. vektor dan skalar1. vektor dan skalar
1. vektor dan skalar
Nurrahmah Fitria
 
Tugas matematika peminatan 1
Tugas matematika peminatan 1Tugas matematika peminatan 1
Tugas matematika peminatan 1
nico popo
 
PPT persamaan garis lurus.pptx
PPT persamaan garis lurus.pptxPPT persamaan garis lurus.pptx
PPT persamaan garis lurus.pptx
FaikotulAzmiyah1
 
barisan dan deret bilangan kompleks
barisan dan deret bilangan kompleksbarisan dan deret bilangan kompleks
barisan dan deret bilangan kompleks
Nurmini RuddiaNa
 
1.1 Sistem Koordinat Tiga Dimensi
1.1 Sistem Koordinat Tiga Dimensi1.1 Sistem Koordinat Tiga Dimensi
1.1 Sistem Koordinat Tiga Dimensi
Universitas Negeri Medan
 
Bidang datar pada ruang (GAR)_Rahmah Fitri
Bidang datar pada ruang (GAR)_Rahmah FitriBidang datar pada ruang (GAR)_Rahmah Fitri
Bidang datar pada ruang (GAR)_Rahmah Fitri
RahmahFitri4
 

Similar to 1.4 Perkalian Silang (20)

1.3 Perkalian Titik
1.3 Perkalian Titik1.3 Perkalian Titik
1.3 Perkalian Titik
 
Vektor , matminat kelas 10
Vektor , matminat kelas 10Vektor , matminat kelas 10
Vektor , matminat kelas 10
 
1.2 Vektor di R3
1.2 Vektor di R31.2 Vektor di R3
1.2 Vektor di R3
 
Modul vektor
Modul vektorModul vektor
Modul vektor
 
Vektor Pada Dimensi 3 - Geometri Analitik Ruang
Vektor Pada Dimensi 3 - Geometri Analitik RuangVektor Pada Dimensi 3 - Geometri Analitik Ruang
Vektor Pada Dimensi 3 - Geometri Analitik Ruang
 
resume-vektor
resume-vektorresume-vektor
resume-vektor
 
Bab 4.pdf
Bab 4.pdfBab 4.pdf
Bab 4.pdf
 
APG Pertemuan 1-2 (1)
APG Pertemuan 1-2 (1)APG Pertemuan 1-2 (1)
APG Pertemuan 1-2 (1)
 
Relasi rekursif
Relasi rekursifRelasi rekursif
Relasi rekursif
 
Pamuji Yani-Vektor di R2
Pamuji Yani-Vektor di R2Pamuji Yani-Vektor di R2
Pamuji Yani-Vektor di R2
 
Vektor (pertemuan 1)
Vektor (pertemuan 1)Vektor (pertemuan 1)
Vektor (pertemuan 1)
 
GAR-1.pptx
GAR-1.pptxGAR-1.pptx
GAR-1.pptx
 
Vektor
VektorVektor
Vektor
 
STD BAB 5 PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT.pptx
STD BAB 5 PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT.pptxSTD BAB 5 PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT.pptx
STD BAB 5 PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT.pptx
 
1. vektor dan skalar
1. vektor dan skalar1. vektor dan skalar
1. vektor dan skalar
 
Tugas matematika peminatan 1
Tugas matematika peminatan 1Tugas matematika peminatan 1
Tugas matematika peminatan 1
 
PPT persamaan garis lurus.pptx
PPT persamaan garis lurus.pptxPPT persamaan garis lurus.pptx
PPT persamaan garis lurus.pptx
 
barisan dan deret bilangan kompleks
barisan dan deret bilangan kompleksbarisan dan deret bilangan kompleks
barisan dan deret bilangan kompleks
 
1.1 Sistem Koordinat Tiga Dimensi
1.1 Sistem Koordinat Tiga Dimensi1.1 Sistem Koordinat Tiga Dimensi
1.1 Sistem Koordinat Tiga Dimensi
 
Bidang datar pada ruang (GAR)_Rahmah Fitri
Bidang datar pada ruang (GAR)_Rahmah FitriBidang datar pada ruang (GAR)_Rahmah Fitri
Bidang datar pada ruang (GAR)_Rahmah Fitri
 

Recently uploaded

ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
AgusRahmat39
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
lastri261
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
suprihatin1885
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
heridawesty4
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
RinawatiRinawati10
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 

Recently uploaded (20)

ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 

1.4 Perkalian Silang

  • 1. 1 1.4 PERKALIAN SILANG Hasil perkalian silang a × b dari dua vektor a dan b adalah sebuah vektor, yang tidak sama seperti hasil perkalian titik. Untuk alasan inilah perkalian silang juga sering disebut sebagai perkalian vektor. Ingat bahwa a × b didefinisikan hanya bila a dan b adalah vektor-vektor tiga-dimensi. Definisi 1 Jika 𝐚 = 〈𝑎1, 𝑎2, 𝑎3〉 dan 𝐛 = 〈𝑏1, 𝑏2, 𝑏3〉, maka perkalian silang dari 𝐚 dan 𝐛 adalah vektor 𝐚 × 𝐛 = 〈𝑎2 𝑏3 − 𝑎3 𝑏2, 𝑎3 𝑏1 − 𝑎1 𝑏3, 𝑎1 𝑏2 − 𝑎2 𝑏1〉 Mungkin sedikit aneh jika kita melihat cara pendefinisian diatas. Alasan untuk bentuk khusus pada definisi diatas adalah bahwa perkalian silang didefinisikan dalam cara ini memiliki banyak sifat yang berguna sebagaimana yang akan kita lihat. Secara khusus, kita akan melihat bahwa vektor a × b adalah tegak lurus pada kedua vektor a dan b. Untuk membuat definisi diatas bisa dengan lebih mudah diingat, kita gunakan notasi determinan. Determinan orde 2 didefinisikan oleh | 𝑎 𝑏 𝑐 𝑑 | = 𝑎𝑑 − 𝑏𝑐 Sebagai contoh, | 2 1 −6 4 | = 2(4) − 1(−6) = 14 Determinan orde 3 dapat didefinisikan dalam suku-suku determinan orde 2 sebagai berikut: | 𝑎1 𝑎2 𝑎3 𝑏1 𝑏2 𝑏3 𝑐1 𝑐2 𝑐3 | = 𝑎1 | 𝑏2 𝑏3 𝑐2 𝑐3 | − 𝑎2 | 𝑏1 𝑏3 𝑐1 𝑐3 | + 𝑎3 | 𝑏1 𝑏2 𝑐1 𝑐2 | Perhatikan bahwa setiap suku dalam sisi kanan dari persamaan diatas melibatkan sebuah bilangan 𝑎𝑖 dalam baris pertama determinan, dan 𝑎𝑖 dikalikan dengan determinan orde kedua yang diperoleh dari sisi kiri dengan menghapus baris dan kolom pada mana 𝑎𝑖 berada. Perhatikan juga bahwa tanda minus dalam suku kedua. Sebagai contoh, | 1 2 −1 3 0 1 −5 4 2 | = 1 | 0 1 4 2 | − 2 | 3 1 −5 2 | + (−1) | 3 0 −5 4 |
  • 2. 2 = 1(0 − 4) − 2(6 + 5) + (−1)(12 − 0) = −38 Jika kita menuliskan kembali Definisi 1 dengan menggunakan determinan- determinan orde kedua dan vektor basis i, j, dan k, kita lihat bahwa perkalian silang dari vektor 𝐚 = 𝑎1 𝐢 + 𝑎2 𝐣 + 𝑎3 𝐤 dan 𝐛 = 𝑏1 𝐢 + 𝑏2 𝐣 + 𝑏3 𝐤 adalah 𝐚 × 𝐛 = | 𝑎2 𝑎3 𝑏2 𝑏3 | 𝐢 − | 𝑎1 𝑎3 𝑏1 𝑏3 | 𝐣 + | 𝑎1 𝑎2 𝑏1 𝑏2 | 𝐤 Kita juga sering menuliskan 𝐚 × 𝐛 = | 𝐢 𝐣 𝐤 𝑎1 𝑎2 𝑎3 𝑏1 𝑏2 𝑏3 | Rumus simbolis dalam persamaan diatas mungkin saja menrupakan cara termudah untuk mengingat dan menghitung perkalian silang. Contoh 1 Jika 𝐚 = 〈1, 3, 4〉 dan 𝐛 = 〈2, 7, −5〉, maka 𝐚 × 𝐛 = | 𝐢 𝐣 𝐤 1 3 4 2 7 −5 | = | 3 4 7 −5 | 𝐢 − | 1 4 2 −5 | 𝐣 + | 1 3 2 7 | 𝐤 = (−15 − 28)𝐢 − (−5 − 8)𝐣 + (7 − 6)𝐤 = −43𝐢 + 13𝐣 + 𝐤 □ Contoh 2 Perlihatkan bahwa 𝐚 × 𝐚 = 𝟎 untuk sebarang vektor dalam 𝑉3. Penyelesaian Jika 𝐚 = 〈𝑎1, 𝑎2, 𝑎3〉, maka 𝐚 × 𝐛 = | 𝐢 𝐣 𝐤 𝑎1 𝑎2 𝑎3 𝑎1 𝑎2 𝑎3 | = (𝑎2 𝑎3 − 𝑎3 𝑎2)𝐢 − (𝑎1 𝑎3 − 𝑎3 𝑎1)𝐣 + (𝑎1 𝑎2 − 𝑎2 𝑎1)𝐤 = 0𝐢 − 0𝐣 + 0𝐤 = 𝟎 □
  • 3. 3 Satu dari sifat-sifat terpenting dari perkalian titik diberikan oleh teorema berikut. TEOREMA 1 Vektor 𝐚 × 𝐛 adalah adalah orthogonal terhadap kedua vektor a dan b Bukti Untuk memperlihatkan bahwa 𝐚 × 𝐛 adalah orthogonal terhadap a, kita hitung perkalian titik keduanya sebagai berikut: (𝐚 × 𝐛) ∙ 𝐚 = | 𝑎2 𝑎3 𝑏2 𝑏3 | 𝑎1 − | 𝑎1 𝑎3 𝑏1 𝑏3 | 𝑎2 + | 𝑎1 𝑎2 𝑏1 𝑏2 | 𝑎3 = 𝑎1(𝑎2 𝑏3 − 𝑎3 𝑏2) − 𝑎2(𝑎1 𝑏3 − 𝑎3 𝑏1) + 𝑎3(𝑎1 𝑏2 − 𝑎2 𝑏1) = 𝑎1 𝑎2 𝑏3 − 𝑎1 𝑏2 𝑎3 − 𝑎1 𝑎2 𝑏3 + 𝑏1 𝑎2 𝑎3 + 𝑎1 𝑏2 𝑎3 − 𝑏1 𝑎2 𝑎3 = 0 Melalu perhitungan yang sama dapat diperlihatkan bahwa (𝐚 × 𝐛) ∙ 𝐛 = 0. Dengan demikian 𝐚 × 𝐛 adalah adalah orthogonal terhadap kedua vektor a dan b □ Jika a dan b direpresentasikan oleh segmen-segmen garis berarah dengan titik pangkal yang sama (sebagaimana dalam Gambar 1). Maka Teorema diatas mengatakan bawa perkalian silang 𝐚 × 𝐛 mengarah pada arah tegak lurus pada bidang yang melalui a dan b. Arah dari 𝐚 × 𝐛 diberikan oleh kaidah tangan kanan: Jika jari-jari tangan kanan anda melipat dalam arah sebuah rotasi (melalui sebuah sudut yang lebih kecil dari 180o ) dari a ke b, maka ibu jari anda mengarah pada arah dari 𝐚 × 𝐛. Gambar 1
  • 4. 4 Sekarang kita telah mengetahui arah dari vektor 𝐚 × 𝐛, hal yang lain dari deskripsi geometris yang perlu kita lengkapi adalah panjang |𝐚 × 𝐛|. Ini diberikan dalam teorema berikut TEOREMA 2 Jika 𝜃 adalah sudut antara a dan b (sedemikian sehingga 0 ≤ 𝜃 ≤ 𝜋), maka |𝐚 × 𝐛| = |𝐚||𝐛| sin 𝜃 Bukti dari teorema diatas ditinggalkan kepada mahasiswa sebagai latihan. Karena sebuah vektor secara lengkap ditentukan dengan besar dan arahnya, kita sekarang dapat menyatakan bahwa 𝐚 × 𝐛 adalah vektor yang tegak lurus terhadap kedua vektor a dan b, yang arahnya dapat ditentukan dengan kaidah tangan kanan, dan panjangnya adalah |𝐚||𝐛| sin 𝜃. Pada kenyataannya, begitulah tepatnya bagaimana seorang fisikawan mendefinisikan 𝐚 × 𝐛. AKIBAT Dua vektor tak nol a dan b adalah sejajar jika dan hanya jika 𝐚 × 𝐛 = 𝟎 Bukti Dua vektor tak nol a dan b adalah sejajar jika dan hanya jika 𝜃 = 0 atau 𝜋. Dalam kedua kasus sin 𝜃 = 0, sehingga |𝐚 × 𝐛| = 0 dan dengan demikian 𝐚 × 𝐛 = 𝟎. □ Interpretasi geometris dari Teorema 2 dapat dilihat dengan memperhatikan Gambar 2. Gambar 2 Jika a dan b direpresentasikan oleh segmen-segmen garis berarah dengan titik pangkal yang sama, maka kedua vektor itu menetapkan sebuah jajar-genjang dengan alas |𝐚|, tinggi |𝐛| sin 𝜃, dan luas 𝐴 = |𝐚|(|𝐛| sin 𝜃) = |𝐚 × 𝐛|
  • 5. 5 Jadi kita memiliki cara berikut untuk menginterpretasikan besaran dari sebuah perkalian silang. Panjang dari perkalian silang 𝐚 × 𝐛 adalah sama dengan luas daerah jajar- genjang yang ditetapkan oleh a dan b. Contoh 3 Tentukan vektor yang tegak lurus pada bidang yang melalui titik-titik 𝑃(1, 4, 6), 𝑄(−2, 5, −1), dan 𝑅(1, −1, 1). Penyelesaian Vektor 𝑃𝑄⃗⃗⃗⃗⃗ × 𝑃𝑅⃗⃗⃗⃗⃗ adalah tegak lurus pada kedua vektor 𝑃𝑄⃗⃗⃗⃗⃗ dan 𝑃𝑅⃗⃗⃗⃗⃗ dan dengan demikian tegak lurus pada bidang yang melalui 𝑃, 𝑄, dan 𝑅. Kita telah mengetahui bahwa 𝑃𝑄⃗⃗⃗⃗⃗ = (−2 − 1)𝐢 + (5 − 4)𝐣 + (−1 − 6)𝐤 = −3𝐢 + 𝐣 − 7𝐤 𝑃𝑅⃗⃗⃗⃗⃗ = (1 − 1)𝐢 + (−1 − 4)𝐣 + (1 − 6)𝐤 = −5𝐣 − 5𝐤 Kita hitung perkalian silang dari kedua vektor ini: 𝑃𝑄⃗⃗⃗⃗⃗ × 𝑃𝑅⃗⃗⃗⃗⃗ = | 𝐢 𝐣 𝐤 −3 1 −7 0 −5 −5 | = (−5 − 35)𝐢 − (15 − 0)𝐣 + (15 − 0)𝐤 = −40𝐢 − 15𝐣 + 15𝐤 Jadi vektor 〈−40, −15, 15〉 tegak lurus pada bidang yang diberikan. Sebarang kelipatan skalar tak nol dari vektor ini, seperti 〈−8, −3, 3〉, juga tegak lurus pada bidang tersebut. □ Contoh 4 Tentukan luas daerah segitiga dengan verteks-verteks 𝑃(1, 4, 6), 𝑄(−2, 5, −1), dan 𝑅(1, −1, 1). Penyelesaian Dalam contoh sebelumnya kita telah menghitung bahwa 𝑃𝑄⃗⃗⃗⃗⃗ × 𝑃𝑅⃗⃗⃗⃗⃗ = 〈−40, −15, 15〉. Luas daerah jajar-genjang dengan sisi-sisi berdekatan 𝑃𝑄 dan 𝑃𝑅 adalah panjang dari perkalian silang ini: |𝑃𝑄⃗⃗⃗⃗⃗ × 𝑃𝑅⃗⃗⃗⃗⃗ | = √(−40)2 + (−15)2 + 152 = 5√82
  • 6. 6 Luas daerah 𝐴 dari segitiga 𝑃𝑄𝑅 adalah setengah dari luas jajar-genjang ini, yaitu 5 2 √82. □ Jika kita terapkan Teorema 1 dan 2 pada vektor-vektor basis i, j, dan k dengan menggunakan 𝜃 = 𝜋 2 , kita peroleh 𝐢 × 𝐣 = 𝐤 𝐣 × 𝐤 = 𝐢 𝐤 × 𝐢 = 𝐣 𝐣 × 𝐢 = −𝐤 𝐤 × 𝐣 = −𝐢 𝐢 × 𝐤 = −𝐣 Perhatikan bahwa 𝐢 × 𝐣 ≠ 𝐣 × 𝐢 Jadi perkalian silang tidaklah bersifat komutatif. Juga 𝐢 × (𝐢 × 𝐣) = 𝐢 × 𝐤 = −𝐣 dimana (𝐢 × 𝐢) × 𝐣 = 𝟎 × 𝐣 = 𝟎 Jadi sifat asosiatif untuk perkalian tidak selamanya terpenuhi; yakni, secara umum, (𝐚 × 𝐛) × 𝐜 ≠ 𝐚 × (𝐛 × 𝐜) Namum demikian, beberapa hukum aljabar yang biasa tetap terpenuhi untuk perkalian silang. Teorema berikut ini merangkum sifat-sifat perkalian vektor. TEOREMA 3 Jika a, b, dan c adalah vektor-vektor dan 𝑐 adalah skalar, maka 1. 𝐚 × 𝐛 = −𝐛 × 𝐚 2. (𝑐𝐚) × 𝐛 = 𝑐(𝐚 × 𝐛) = 𝐚 × (𝑐𝐛) 3. 𝐚 × (𝐛 + 𝐜) = 𝐚 × 𝐛 + 𝐚 × 𝐜 4. (𝐚 + 𝐛) × 𝐜 = 𝐚 × 𝐜 + 𝐛 × 𝐜 5. 𝐚 ∙ (𝐛 × 𝐜) = (𝐚 × 𝐛) ∙ 𝐜 6. 𝐚 × (𝐛 × 𝐜) = (𝐚 ∙ 𝐜)𝐛 − (𝐚 ∙ 𝐛)𝐜 Sifat-sifat ini dapat dibuktikan dengan menuliskan vektor dalam komponen- komponennya dan dengan menggunakan definisi perkalian silang. Kita berikan bukti dari Sifat 5 dan meninggalkan sisanya kepada mahasiswa sebagai latihan.
  • 7. 7 Bukti Sifat 5 Jika 𝐚 = 〈𝑎1, 𝑎2, 𝑎3〉, 𝐛 = 〈𝑏1, 𝑏2, 𝑏3〉, dan 𝐜 = 〈𝑐1, 𝑐2, 𝑐3〉, maka 𝐚 ∙ (𝐛 × 𝐜) = 𝑎1(𝑏2 𝑐3 − 𝑏3 𝑐2) + 𝑎2(𝑏3 𝑐1 − 𝑏1 𝑐3) + 𝑎3(𝑏1 𝑐2 − 𝑏2 𝑐1) = 𝑎1 𝑏2 𝑐3 − 𝑎1 𝑏3 𝑐2 + 𝑎2 𝑏3 𝑐1 − 𝑎2 𝑏1 𝑐3 + 𝑎3 𝑏1 𝑐2 − 𝑎3 𝑏2 𝑐1 = (𝑎2 𝑏3 − 𝑎3 𝑏2)𝑐1 + (𝑎3 𝑏1 − 𝑎1 𝑏3)𝑐2 + (𝑎1 𝑏2 − 𝑎2 𝑏1)𝑐3 = (𝐚 × 𝐛) ∙ 𝐜 □ LATIHAN 1.4 1. Tentukan perkalian silang 𝐚 × 𝐛 dan verifikasi bahwa vektor ini orthogonal pada kedua vektor a dan b. (a) 𝐚 = 〈6, 0, −2〉, 𝐛 = 〈0, 8, 0〉 (b) 𝐚 = 𝐢 + 3𝐣 − 2𝐤, 𝐛 = −𝐢 + 5𝐤 (c) 𝐚 = 𝐢 + 𝑒 𝑡 𝐣 + 𝑒−𝑡 𝐤, 𝐛 = 2𝐢 + 𝑒 𝑡 𝐣 − 𝑒−𝑡 𝐤 (d) 𝐚 = 〈𝑡, 𝑡2 , 𝑡3〉, 𝐛 = 〈1, 2𝑡, 3𝑡2〉 2. Jika 𝐚 = 𝐢 − 2𝐤 dan 𝐛 = 𝐣 + 𝐤, tentukan 𝐚 × 𝐛. Sketsakan a, b, dan 𝐚 × 𝐛 sebagai vektor-vektor dimulai dari titik asal. 3. Tentukan vektor-vektor berikut ini, tidak dengan menggunakan determinan, tetapi dengan menggunakan sifat-sifat perkalian silang. (a) (𝐢 × 𝐣) × 𝐤 (b) 𝐤 × (𝐢 − 2𝐣) (c) (𝐣 − 𝐤) × (𝐤 − 𝐢) (d) (𝐢 + 𝐣) × (𝐢 − 𝐣) 4. Anggaplah bahwa u dan v adalah dua vektor yang terletak pada bidang kertas halaman ini. Tentukan |𝐮 × 𝐯| dan tentukan apakah 𝐮 × 𝐯 mengarah ke dalam halaman atau keluar halaman. (a) (b) 5. Gambar di bawah ini memperlihatkan sebuah vektor a pada bidang-𝑥𝑦 dan vektor b dalam arah k. Panjang vektor-vektor tersebut adalah |𝐚| = 3 dan |𝐛| = 2. (a) Tentukan |𝐚 × 𝐛|.
  • 8. 8 (b) Gunakan kaidah tangan kanan untuk memutuskan apakah komponen- komponen dari 𝐚 × 𝐛 adalah positif, negatif, atau 0. 6. Tentukan luas daerah jajar-genjang dengan verteks-verteks 𝐴(−2, 1), 𝐵(0, 4), 𝐶(4, 2), dan 𝐷(2, −1). 7. Tentukan luas daerah jajar-genjang dengan verteks-verteks 𝐾(1, 2, 3), 𝐿(1, 3, 6), 𝑀(3, 8, 6), dan 𝑁(3, 7, 3).