Bidang datar dalam dimensi tiga (geometri analitik ruang)dwinsalsabila
Bidang datar dalam dimensi tiga ini memuat materi mengenai persamaan vektoris, persamaan parameter, persamaan linear, dan vektor linear dalam bidang datar
Pola barisan bilangan, barisan dan deretSAINSFREAK
Mengenal pola barisan bilangan, barisan dan deret untuk menyelesaikan masalah nyata.
Untuk info dan berita seputar Matematika dan Sains, kunjungi website kami:
https://sainsfreak.wordpress.com
Bidang datar dalam dimensi tiga (geometri analitik ruang)dwinsalsabila
Bidang datar dalam dimensi tiga ini memuat materi mengenai persamaan vektoris, persamaan parameter, persamaan linear, dan vektor linear dalam bidang datar
Pola barisan bilangan, barisan dan deretSAINSFREAK
Mengenal pola barisan bilangan, barisan dan deret untuk menyelesaikan masalah nyata.
Untuk info dan berita seputar Matematika dan Sains, kunjungi website kami:
https://sainsfreak.wordpress.com
semoga power ini dapat bermanfaat bagi siswa -siswi SMA dalam mempelajari pertidaksamaan rasional dan irasional dan dapat bermanfaat pula bagi bapak ibu guru yang mengajar di tingkat SMA,..
Salah satu materi kuliah Aljabar Elementer dengan kode mata kuliah PMAT 4133 (4 SKS) - Deret Geometri Tak Hingga
Lebih lengkap:
https://emanmendrofa.blogspot.com/2020/05/deret-geometri-tak-hingga.html
Sistem bilangan yang sudah dikenal sebelumnya adalah sistem bilangan real, tetapi sistem bilangan real ternyata masih belum cukup untuk menyelesaikan semua bentuk permasalahan dalam berbagai operasi dan persamaan dalam matematika. Oleh karena itu, diperlukan sistem bilangan baru yaitu sistem bilangan kompleks. Sistem bilangan kompleks terdiri dari bilangan kompleks, fungsi analitik, fungsi elementer, integral fungsi kompleks, deret kompleks, dan metode pengintegralan residu.
Dalam sistem bilangan kompleks fungsi elementer sangat penting dan sebagai penunjang untuk mempelajari sistem bilangan kompleks yang lainnya. Fungsi elementer diantaranya, fungsi linear, fungsi pangkat, fungsi bilinear, fungsi eksponensial, fungsi logaritma, fungsi trigonometri dan fungsi hiperbola. Pemahaman tentang fungsi elementer sendiri sangat diperlukan dalam menganalisis suatu kurva secara geometris.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang Fungsi Trigonometri dan Fungsi Hiperbolik dalam bilangan kompleks.
Presentasi pelajaran mat minat kelas 10 tentang vektor
Pengertian Vektor
Notasi Vektor
Panjang Vektor di R2
Proyeksi vector orthogonal
Vektor Satuan
Vektor Basis
Penjumlahan vector secara aljabar
semoga power ini dapat bermanfaat bagi siswa -siswi SMA dalam mempelajari pertidaksamaan rasional dan irasional dan dapat bermanfaat pula bagi bapak ibu guru yang mengajar di tingkat SMA,..
Salah satu materi kuliah Aljabar Elementer dengan kode mata kuliah PMAT 4133 (4 SKS) - Deret Geometri Tak Hingga
Lebih lengkap:
https://emanmendrofa.blogspot.com/2020/05/deret-geometri-tak-hingga.html
Sistem bilangan yang sudah dikenal sebelumnya adalah sistem bilangan real, tetapi sistem bilangan real ternyata masih belum cukup untuk menyelesaikan semua bentuk permasalahan dalam berbagai operasi dan persamaan dalam matematika. Oleh karena itu, diperlukan sistem bilangan baru yaitu sistem bilangan kompleks. Sistem bilangan kompleks terdiri dari bilangan kompleks, fungsi analitik, fungsi elementer, integral fungsi kompleks, deret kompleks, dan metode pengintegralan residu.
Dalam sistem bilangan kompleks fungsi elementer sangat penting dan sebagai penunjang untuk mempelajari sistem bilangan kompleks yang lainnya. Fungsi elementer diantaranya, fungsi linear, fungsi pangkat, fungsi bilinear, fungsi eksponensial, fungsi logaritma, fungsi trigonometri dan fungsi hiperbola. Pemahaman tentang fungsi elementer sendiri sangat diperlukan dalam menganalisis suatu kurva secara geometris.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang Fungsi Trigonometri dan Fungsi Hiperbolik dalam bilangan kompleks.
Presentasi pelajaran mat minat kelas 10 tentang vektor
Pengertian Vektor
Notasi Vektor
Panjang Vektor di R2
Proyeksi vector orthogonal
Vektor Satuan
Vektor Basis
Penjumlahan vector secara aljabar
Vektor adalah besaran yang mempunyai besar dan arah, seperti perpindahan, kecepatan, gaya, dan percepatan.
Skalar adalah besaran yang mempunyai besar tetapi tanpa arah, seperti massa, panjang, waktu, suhu, dan sebarang bilangan riil
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
1. 1
1.4 PERKALIAN SILANG
Hasil perkalian silang a × b dari dua vektor a dan b adalah sebuah vektor,
yang tidak sama seperti hasil perkalian titik. Untuk alasan inilah perkalian silang
juga sering disebut sebagai perkalian vektor. Ingat bahwa a × b didefinisikan
hanya bila a dan b adalah vektor-vektor tiga-dimensi.
Definisi 1 Jika 𝐚 = 〈𝑎1, 𝑎2, 𝑎3〉 dan 𝐛 = 〈𝑏1, 𝑏2, 𝑏3〉, maka perkalian
silang dari 𝐚 dan 𝐛 adalah vektor
𝐚 × 𝐛 = 〈𝑎2 𝑏3 − 𝑎3 𝑏2, 𝑎3 𝑏1 − 𝑎1 𝑏3, 𝑎1 𝑏2 − 𝑎2 𝑏1〉
Mungkin sedikit aneh jika kita melihat cara pendefinisian diatas. Alasan
untuk bentuk khusus pada definisi diatas adalah bahwa perkalian silang
didefinisikan dalam cara ini memiliki banyak sifat yang berguna sebagaimana yang
akan kita lihat. Secara khusus, kita akan melihat bahwa vektor a × b adalah tegak
lurus pada kedua vektor a dan b.
Untuk membuat definisi diatas bisa dengan lebih mudah diingat, kita
gunakan notasi determinan. Determinan orde 2 didefinisikan oleh
|
𝑎 𝑏
𝑐 𝑑
| = 𝑎𝑑 − 𝑏𝑐
Sebagai contoh,
|
2 1
−6 4
| = 2(4) − 1(−6) = 14
Determinan orde 3 dapat didefinisikan dalam suku-suku determinan orde
2 sebagai berikut:
|
𝑎1 𝑎2 𝑎3
𝑏1 𝑏2 𝑏3
𝑐1 𝑐2 𝑐3
| = 𝑎1 |
𝑏2 𝑏3
𝑐2 𝑐3
| − 𝑎2 |
𝑏1 𝑏3
𝑐1 𝑐3
| + 𝑎3 |
𝑏1 𝑏2
𝑐1 𝑐2
|
Perhatikan bahwa setiap suku dalam sisi kanan dari persamaan diatas melibatkan
sebuah bilangan 𝑎𝑖 dalam baris pertama determinan, dan 𝑎𝑖 dikalikan dengan
determinan orde kedua yang diperoleh dari sisi kiri dengan menghapus baris dan
kolom pada mana 𝑎𝑖 berada. Perhatikan juga bahwa tanda minus dalam suku kedua.
Sebagai contoh,
|
1 2 −1
3 0 1
−5 4 2
| = 1 |
0 1
4 2
| − 2 |
3 1
−5 2
| + (−1) |
3 0
−5 4
|
2. 2
= 1(0 − 4) − 2(6 + 5) + (−1)(12 − 0) = −38
Jika kita menuliskan kembali Definisi 1 dengan menggunakan determinan-
determinan orde kedua dan vektor basis i, j, dan k, kita lihat bahwa perkalian silang
dari vektor 𝐚 = 𝑎1 𝐢 + 𝑎2 𝐣 + 𝑎3 𝐤 dan 𝐛 = 𝑏1 𝐢 + 𝑏2 𝐣 + 𝑏3 𝐤 adalah
𝐚 × 𝐛 = |
𝑎2 𝑎3
𝑏2 𝑏3
| 𝐢 − |
𝑎1 𝑎3
𝑏1 𝑏3
| 𝐣 + |
𝑎1 𝑎2
𝑏1 𝑏2
| 𝐤
Kita juga sering menuliskan
𝐚 × 𝐛 = |
𝐢 𝐣 𝐤
𝑎1 𝑎2 𝑎3
𝑏1 𝑏2 𝑏3
|
Rumus simbolis dalam persamaan diatas mungkin saja menrupakan cara termudah
untuk mengingat dan menghitung perkalian silang.
Contoh 1
Jika 𝐚 = 〈1, 3, 4〉 dan 𝐛 = 〈2, 7, −5〉, maka
𝐚 × 𝐛 = |
𝐢 𝐣 𝐤
1 3 4
2 7 −5
|
= |
3 4
7 −5
| 𝐢 − |
1 4
2 −5
| 𝐣 + |
1 3
2 7
| 𝐤
= (−15 − 28)𝐢 − (−5 − 8)𝐣 + (7 − 6)𝐤 = −43𝐢 + 13𝐣 + 𝐤
□
Contoh 2
Perlihatkan bahwa 𝐚 × 𝐚 = 𝟎 untuk sebarang vektor dalam 𝑉3.
Penyelesaian
Jika 𝐚 = 〈𝑎1, 𝑎2, 𝑎3〉, maka
𝐚 × 𝐛 = |
𝐢 𝐣 𝐤
𝑎1 𝑎2 𝑎3
𝑎1 𝑎2 𝑎3
|
= (𝑎2 𝑎3 − 𝑎3 𝑎2)𝐢 − (𝑎1 𝑎3 − 𝑎3 𝑎1)𝐣 + (𝑎1 𝑎2 − 𝑎2 𝑎1)𝐤
= 0𝐢 − 0𝐣 + 0𝐤 = 𝟎
□
3. 3
Satu dari sifat-sifat terpenting dari perkalian titik diberikan oleh teorema
berikut.
TEOREMA 1 Vektor 𝐚 × 𝐛 adalah adalah orthogonal terhadap kedua
vektor a dan b
Bukti Untuk memperlihatkan bahwa 𝐚 × 𝐛 adalah orthogonal
terhadap a, kita hitung perkalian titik keduanya sebagai berikut:
(𝐚 × 𝐛) ∙ 𝐚 = |
𝑎2 𝑎3
𝑏2 𝑏3
| 𝑎1 − |
𝑎1 𝑎3
𝑏1 𝑏3
| 𝑎2 + |
𝑎1 𝑎2
𝑏1 𝑏2
| 𝑎3
= 𝑎1(𝑎2 𝑏3 − 𝑎3 𝑏2) − 𝑎2(𝑎1 𝑏3 − 𝑎3 𝑏1) + 𝑎3(𝑎1 𝑏2 − 𝑎2 𝑏1)
= 𝑎1 𝑎2 𝑏3 − 𝑎1 𝑏2 𝑎3 − 𝑎1 𝑎2 𝑏3 + 𝑏1 𝑎2 𝑎3 + 𝑎1 𝑏2 𝑎3 − 𝑏1 𝑎2 𝑎3
= 0
Melalu perhitungan yang sama dapat diperlihatkan bahwa (𝐚 × 𝐛) ∙ 𝐛 = 0.
Dengan demikian 𝐚 × 𝐛 adalah adalah orthogonal terhadap kedua vektor a dan
b
□
Jika a dan b direpresentasikan oleh segmen-segmen garis berarah dengan
titik pangkal yang sama (sebagaimana dalam Gambar 1). Maka Teorema diatas
mengatakan bawa perkalian silang 𝐚 × 𝐛 mengarah pada arah tegak lurus pada
bidang yang melalui a dan b. Arah dari 𝐚 × 𝐛 diberikan oleh kaidah tangan kanan:
Jika jari-jari tangan kanan anda melipat dalam arah sebuah rotasi (melalui sebuah
sudut yang lebih kecil dari 180o
) dari a ke b, maka ibu jari anda mengarah pada
arah dari 𝐚 × 𝐛.
Gambar 1
4. 4
Sekarang kita telah mengetahui arah dari vektor 𝐚 × 𝐛, hal yang lain dari
deskripsi geometris yang perlu kita lengkapi adalah panjang |𝐚 × 𝐛|. Ini diberikan
dalam teorema berikut
TEOREMA 2 Jika 𝜃 adalah sudut antara a dan b (sedemikian sehingga 0 ≤
𝜃 ≤ 𝜋), maka
|𝐚 × 𝐛| = |𝐚||𝐛| sin 𝜃
Bukti dari teorema diatas ditinggalkan kepada mahasiswa sebagai latihan.
Karena sebuah vektor secara lengkap ditentukan dengan besar dan arahnya,
kita sekarang dapat menyatakan bahwa 𝐚 × 𝐛 adalah vektor yang tegak lurus
terhadap kedua vektor a dan b, yang arahnya dapat ditentukan dengan kaidah
tangan kanan, dan panjangnya adalah |𝐚||𝐛| sin 𝜃. Pada kenyataannya, begitulah
tepatnya bagaimana seorang fisikawan mendefinisikan 𝐚 × 𝐛.
AKIBAT Dua vektor tak nol a dan b adalah sejajar jika dan hanya jika
𝐚 × 𝐛 = 𝟎
Bukti Dua vektor tak nol a dan b adalah sejajar jika dan hanya jika
𝜃 = 0 atau 𝜋. Dalam kedua kasus sin 𝜃 = 0, sehingga |𝐚 × 𝐛| = 0 dan dengan
demikian 𝐚 × 𝐛 = 𝟎.
□
Interpretasi geometris dari Teorema 2 dapat dilihat dengan memperhatikan
Gambar 2.
Gambar 2
Jika a dan b direpresentasikan oleh segmen-segmen garis berarah dengan
titik pangkal yang sama, maka kedua vektor itu menetapkan sebuah jajar-genjang
dengan alas |𝐚|, tinggi |𝐛| sin 𝜃, dan luas
𝐴 = |𝐚|(|𝐛| sin 𝜃) = |𝐚 × 𝐛|
5. 5
Jadi kita memiliki cara berikut untuk menginterpretasikan besaran dari sebuah
perkalian silang.
Panjang dari perkalian silang 𝐚 × 𝐛 adalah sama dengan luas daerah jajar-
genjang yang ditetapkan oleh a dan b.
Contoh 3
Tentukan vektor yang tegak lurus pada bidang yang melalui titik-titik
𝑃(1, 4, 6), 𝑄(−2, 5, −1), dan 𝑅(1, −1, 1).
Penyelesaian
Vektor 𝑃𝑄⃗⃗⃗⃗⃗ × 𝑃𝑅⃗⃗⃗⃗⃗ adalah tegak lurus pada kedua vektor 𝑃𝑄⃗⃗⃗⃗⃗ dan 𝑃𝑅⃗⃗⃗⃗⃗ dan
dengan demikian tegak lurus pada bidang yang melalui 𝑃, 𝑄, dan 𝑅. Kita
telah mengetahui bahwa
𝑃𝑄⃗⃗⃗⃗⃗ = (−2 − 1)𝐢 + (5 − 4)𝐣 + (−1 − 6)𝐤 = −3𝐢 + 𝐣 − 7𝐤
𝑃𝑅⃗⃗⃗⃗⃗ = (1 − 1)𝐢 + (−1 − 4)𝐣 + (1 − 6)𝐤 = −5𝐣 − 5𝐤
Kita hitung perkalian silang dari kedua vektor ini:
𝑃𝑄⃗⃗⃗⃗⃗ × 𝑃𝑅⃗⃗⃗⃗⃗ = |
𝐢 𝐣 𝐤
−3 1 −7
0 −5 −5
|
= (−5 − 35)𝐢 − (15 − 0)𝐣 + (15 − 0)𝐤
= −40𝐢 − 15𝐣 + 15𝐤
Jadi vektor 〈−40, −15, 15〉 tegak lurus pada bidang yang diberikan.
Sebarang kelipatan skalar tak nol dari vektor ini, seperti 〈−8, −3, 3〉, juga
tegak lurus pada bidang tersebut.
□
Contoh 4
Tentukan luas daerah segitiga dengan verteks-verteks 𝑃(1, 4, 6),
𝑄(−2, 5, −1), dan 𝑅(1, −1, 1).
Penyelesaian
Dalam contoh sebelumnya kita telah menghitung bahwa 𝑃𝑄⃗⃗⃗⃗⃗ × 𝑃𝑅⃗⃗⃗⃗⃗ =
〈−40, −15, 15〉. Luas daerah jajar-genjang dengan sisi-sisi berdekatan 𝑃𝑄
dan 𝑃𝑅 adalah panjang dari perkalian silang ini:
|𝑃𝑄⃗⃗⃗⃗⃗ × 𝑃𝑅⃗⃗⃗⃗⃗ | = √(−40)2 + (−15)2 + 152 = 5√82
6. 6
Luas daerah 𝐴 dari segitiga 𝑃𝑄𝑅 adalah setengah dari luas jajar-genjang ini,
yaitu
5
2
√82.
□
Jika kita terapkan Teorema 1 dan 2 pada vektor-vektor basis i, j, dan k
dengan menggunakan 𝜃 =
𝜋
2
, kita peroleh
𝐢 × 𝐣 = 𝐤 𝐣 × 𝐤 = 𝐢 𝐤 × 𝐢 = 𝐣
𝐣 × 𝐢 = −𝐤 𝐤 × 𝐣 = −𝐢 𝐢 × 𝐤 = −𝐣
Perhatikan bahwa
𝐢 × 𝐣 ≠ 𝐣 × 𝐢
Jadi perkalian silang tidaklah bersifat komutatif. Juga
𝐢 × (𝐢 × 𝐣) = 𝐢 × 𝐤 = −𝐣
dimana
(𝐢 × 𝐢) × 𝐣 = 𝟎 × 𝐣 = 𝟎
Jadi sifat asosiatif untuk perkalian tidak selamanya terpenuhi; yakni, secara umum,
(𝐚 × 𝐛) × 𝐜 ≠ 𝐚 × (𝐛 × 𝐜)
Namum demikian, beberapa hukum aljabar yang biasa tetap terpenuhi untuk
perkalian silang. Teorema berikut ini merangkum sifat-sifat perkalian vektor.
TEOREMA 3 Jika a, b, dan c adalah vektor-vektor dan 𝑐 adalah skalar,
maka
1. 𝐚 × 𝐛 = −𝐛 × 𝐚
2. (𝑐𝐚) × 𝐛 = 𝑐(𝐚 × 𝐛) = 𝐚 × (𝑐𝐛)
3. 𝐚 × (𝐛 + 𝐜) = 𝐚 × 𝐛 + 𝐚 × 𝐜
4. (𝐚 + 𝐛) × 𝐜 = 𝐚 × 𝐜 + 𝐛 × 𝐜
5. 𝐚 ∙ (𝐛 × 𝐜) = (𝐚 × 𝐛) ∙ 𝐜
6. 𝐚 × (𝐛 × 𝐜) = (𝐚 ∙ 𝐜)𝐛 − (𝐚 ∙ 𝐛)𝐜
Sifat-sifat ini dapat dibuktikan dengan menuliskan vektor dalam komponen-
komponennya dan dengan menggunakan definisi perkalian silang. Kita berikan
bukti dari Sifat 5 dan meninggalkan sisanya kepada mahasiswa sebagai latihan.
7. 7
Bukti Sifat 5 Jika 𝐚 = 〈𝑎1, 𝑎2, 𝑎3〉, 𝐛 = 〈𝑏1, 𝑏2, 𝑏3〉, dan 𝐜 = 〈𝑐1, 𝑐2, 𝑐3〉,
maka
𝐚 ∙ (𝐛 × 𝐜) = 𝑎1(𝑏2 𝑐3 − 𝑏3 𝑐2) + 𝑎2(𝑏3 𝑐1 − 𝑏1 𝑐3) + 𝑎3(𝑏1 𝑐2 − 𝑏2 𝑐1)
= 𝑎1 𝑏2 𝑐3 − 𝑎1 𝑏3 𝑐2 + 𝑎2 𝑏3 𝑐1 − 𝑎2 𝑏1 𝑐3 + 𝑎3 𝑏1 𝑐2 − 𝑎3 𝑏2 𝑐1
= (𝑎2 𝑏3 − 𝑎3 𝑏2)𝑐1 + (𝑎3 𝑏1 − 𝑎1 𝑏3)𝑐2 + (𝑎1 𝑏2 − 𝑎2 𝑏1)𝑐3
= (𝐚 × 𝐛) ∙ 𝐜
□
LATIHAN 1.4
1. Tentukan perkalian silang 𝐚 × 𝐛 dan verifikasi bahwa vektor ini orthogonal
pada kedua vektor a dan b.
(a) 𝐚 = 〈6, 0, −2〉, 𝐛 = 〈0, 8, 0〉
(b) 𝐚 = 𝐢 + 3𝐣 − 2𝐤, 𝐛 = −𝐢 + 5𝐤
(c) 𝐚 = 𝐢 + 𝑒 𝑡
𝐣 + 𝑒−𝑡
𝐤, 𝐛 = 2𝐢 + 𝑒 𝑡
𝐣 − 𝑒−𝑡
𝐤
(d) 𝐚 = 〈𝑡, 𝑡2
, 𝑡3〉, 𝐛 = 〈1, 2𝑡, 3𝑡2〉
2. Jika 𝐚 = 𝐢 − 2𝐤 dan 𝐛 = 𝐣 + 𝐤, tentukan 𝐚 × 𝐛. Sketsakan a, b, dan 𝐚 × 𝐛
sebagai vektor-vektor dimulai dari titik asal.
3. Tentukan vektor-vektor berikut ini, tidak dengan menggunakan determinan,
tetapi dengan menggunakan sifat-sifat perkalian silang.
(a) (𝐢 × 𝐣) × 𝐤 (b) 𝐤 × (𝐢 − 2𝐣)
(c) (𝐣 − 𝐤) × (𝐤 − 𝐢) (d) (𝐢 + 𝐣) × (𝐢 − 𝐣)
4. Anggaplah bahwa u dan v adalah dua vektor yang terletak pada bidang kertas
halaman ini. Tentukan |𝐮 × 𝐯| dan tentukan apakah 𝐮 × 𝐯 mengarah ke dalam
halaman atau keluar halaman.
(a) (b)
5. Gambar di bawah ini memperlihatkan sebuah vektor a pada bidang-𝑥𝑦 dan
vektor b dalam arah k. Panjang vektor-vektor tersebut adalah |𝐚| = 3 dan
|𝐛| = 2.
(a) Tentukan |𝐚 × 𝐛|.
8. 8
(b) Gunakan kaidah tangan kanan untuk memutuskan apakah komponen-
komponen dari 𝐚 × 𝐛 adalah positif, negatif, atau 0.
6. Tentukan luas daerah jajar-genjang dengan verteks-verteks 𝐴(−2, 1), 𝐵(0, 4),
𝐶(4, 2), dan 𝐷(2, −1).
7. Tentukan luas daerah jajar-genjang dengan verteks-verteks 𝐾(1, 2, 3),
𝐿(1, 3, 6), 𝑀(3, 8, 6), dan 𝑁(3, 7, 3).