SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
1
1.2 VEKTOR
Istilah vektor digunakan untuk mengindikasikan suatu kuantitas (seperti
perpindahan atau kecepatan atau juga gaya) yang memiliki besar dan juga arah.
Sebuah vektor sering direpresentasikan oleh sebuah panah atau segmen garis
berarah. Panjang panah merepresentasikan besar vektor dan ujung panah menunjuk
pada arah vektor. Kita nyatakan sebuah vektor dengan huruf bercetak tebal (๐ฏ) atau
dengan meletakkan panah diatas huruf (๐‘ฃโƒ—).
Sebagai contoh, andarikan sebuah partikel bergerak sepanjang sebuah
segmen garis dari titik ๐ด ke titik ๐ต. Vektor perpindahan ๐ฏ, sebagaimana yang
diperlihatkan dalam Gambar 1, memiliki titik asal ๐ด (ekor) dan titik ujung ๐ต
(kepala) dan kita mengindikasikan hal ini dengan menuliskan ๐ฏ = ๐ด๐ตโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—. Catat bahwa
vektor ๐ฎ = ๐ถ๐ทโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— memiliki panjang dan arah yang sama dengan ๐ฏ meskipun berada
posisi yang berbeda. Kita katakan bahwa ๐ฎ dan ๐ฏ adalah ekivalen (atau sama) dan
kita tuliskan ๐ฎ = ๐ฏ. Vektor nol, dinotasikan dengan ๐ŸŽ, memiliki panjang 0. Hanya
vektor nol inilah vektor satu-satunya yang tidak memiliki arah tertentu.
Gambar 1
Vektor-vektor yang ekivalen
Andaikan sebuah partikel bergerak dari ๐ด ke ๐ต, jadi vektor perpindahannya adalah
๐ด๐ตโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—. Kemudian partikel tersebut merubah arah dan bergerak dari ๐ต ke ๐ถ, dengan
vektor perpindahan ๐ต๐ถโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— sebagaimana dalam Gambar 2.
Gambar 2
2
Efek kombinasi dari perpindahan ini adalah bahwa partikel tersebut telah
bergerak dari ๐ด ke ๐ถ. Vektor perpindahan yang dihasilkan ๐ด๐ถโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— disebut jumlah dari
๐ด๐ตโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— dan ๐ต๐ถโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— dan kita tuliskan
๐ด๐ถโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— = ๐ด๐ตโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— + ๐ต๐ถโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—
Secara umum, jika kita mulai dengan vektor-vektor ๐ฎ dan ๐ฏ, pertama kita
menggerakkan ๐ฏ sedemikan sehingga ekornya bertemu dengan kepala dari ๐ฎ dan
definisikan penjumlahan ๐ฎ dan ๐ฏ sebagai berikut.
Definisi Jika ๐ฎ dan ๐ฏ adalah vektor-vektor yang ditempatkan sedemikian
sehingga titik asalah dari ๐ฏ berada pada titik ujung dari ๐ฎ, maka jumlah ๐ฎ + ๐ฏ
adalah vektor dari titik asal ๐ฎ ke titik ujung ๐ฏ.
Definisi penjumlahan vektor diilustrasikan dalam Gambar 3. Anda dapat
melihat mengapa definisi ini terkadang disebut Aturan Segitiga.
Gambar 3
Aturan Segitiga
Gambar 4
Aturan Jajar-genjang
Dalam Gambar 4, kita mulai dengan vektor-vektor yang sama, ๐ฎ dan ๐ฏ
sebagaimana dalam Gambar 3 dan kita gambarkan duplikasi dari ๐ฏ dengan titik asal
yang sama dengan ๐ฎ. Dengan melengkapkan gambar menjadi sebuah jajar-genjang,
kita lihat bahwa ๐ฎ + ๐ฏ = ๐ฏ + ๐ฎ. Hal ini tentunya memberikan cara lain dalam
membangun penjumlahan: Jika kita tempatkan ๐ฎ dan ๐ฏ sehingga kedua vektor ini
mulai dari titik yang sama, maka ๐ฎ + ๐ฏ terletak disepanjang diagonal dengan ๐ฎ dan
๐ฏ sebagai sisi-sisinya. (Ini disebut Aturan Jajar-genjang)
Adalah mungkin untuk mengalikan sebuah vektor dengan sebuah bilangan
riil ๐‘. (dalam konteks ini kita sebut bilangan riil ๐‘ sebagai sebuah skalar untuk
membedakannya dari vektor). Sebagai contoh, kita mau bahwa 2๐ฏ merupakan
vektor yang sama dengan ๐ฏ + ๐ฏ, yang memiliki arah yang sama dengan ๐ฏ tetapi dua
kali lebih panjang. Secara umum, kita kalikan sebuah vektor dengan sebuah skalar
sebagai berikut.
3
DEFINISI PERKALIAN SKALAR Jika ๐‘ adalah skalar dan ๐ฏ adalah
vektor, maka perkalian skalar ๐‘๐ฏ adalah vektor yang panjangnya adalah |๐‘|
kali panjang ๐ฏ dan yang arahnya sama dengan arah ๐ฏ jika ๐‘ > 0 dan berlawanan
dengan arah ๐ฏ jika ๐‘ < 0. Jika ๐‘ = 0 atau ๐ฏ = ๐ŸŽ, maka ๐‘๐ฏ = ๐ŸŽ.
Definisi di atas diilustrasikan dalam Gambar 5. Kita lihat bahwa bilangan-
bilangan riil bekerja seperti sebagai faktor penskala; itu mengapa bilangan-bilangan
ini disebut skalar.
Gambar 5
Kelipatan skalar dari ๐ฏ
Catat bahwa dua vektor tak-nol adalah sejajar jika vektor yang satu adalah
kelipatan skalar dari vektor yang lainnya. Secara khusus, vektor โˆ’๐ฏ = (โˆ’1)๐ฏ
memiliki panjang yang sama dengan ๐ฏ tetapi berlawan arah dengan ๐‘ฃ. Kita sebut
yang demikian sebagai negatif dari ๐‘ฃ.
Kita maksudkan selisih dua vektor, ๐ฎ โˆ’ ๐ฏ sebagai
๐ฎ โˆ’ ๐ฏ = ๐ฎ + (โˆ’๐ฏ)
Jadi kita dapat membentuk ๐ฎ โˆ’ ๐ฏ dengan pertama sekali menggambar
negatif dari ๐ฏ, yaitu โˆ’๐ฏ, dan kemudian menambahkannya kepada ๐ฎ dengan
menerapkan Hukum Jajar-genjang sebagaimana dalam Gambar 6(a). Secara
alternatif, karena ๐ฏ + (๐ฎ โˆ’ ๐ฏ) = ๐ฎ, vektor ๐ฎ โˆ’ ๐ฏ, ketika ditambahkan kepada ๐ฏ,
memberikan ๐ฎ. Jadi kita dapat membentuk ๐ฎ โˆ’ ๐ฏ sebagaimana dalam Gambar 6(b)
dengan menerapkan Aturan Segitiga.
4
Gambar 6(a)
Menggambar ๐ฎ โˆ’ ๐ฏ dengan Aturan
Jajar-genjang
Gambar 6(b)
Menggambar ๐ฎ โˆ’ ๐ฏ dengan
Aturan Segitiga
Jika kita tempatkan titik asal vektor ๐š pada titik asal dari sebuah sistem
koordinat Cartesius, maka titik ujung ๐š memiliki koordinat dalam bentuk (๐‘Ž1, ๐‘Ž2)
pada sistem koordinat dua-dimensi atau (๐‘Ž1, ๐‘Ž2, ๐‘Ž3) pada sistem koordinat tiga-
dimensi (lihat Gambar 7). Koordinat-koordinat ini disebut komponen dari ๐š dan
kita tuliskan
๐š = โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2โŒช atau ๐š = โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2, ๐‘Ž3โŒช
Gambar 7
Kita menggunakan notasi โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2โŒช untuk pasangan terurut yang mengacu kepada
sebuah vektor sehingga dapat dibedakan dari pasangan terurut (๐‘Ž1, ๐‘Ž2) yang
mengacu kepada sebuah titik pada bidang.
Sebagai contoh, vektor-vektor yang terlihat dalam Gambar 8 semuanya
ekivalen dengan vektor ๐‘‚๐‘ƒโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— = โŒฉ3, 2โŒช yang titik ujungnya adalah ๐‘ƒ(3, 2). Kesamaan
diantara vektor-vektor itu adalah bahwa titik ujung dicapai dari titik asala dengan
suatu perpindahan tiga unit ke kanan dan dua unit ke atas. Kita dapat memikirkan
semua vektor geometris ini sebagai representasi dari vektor aljabar ๐š = โŒฉ3, 2โŒช.
Representasi khusus ๐‘‚๐‘ƒโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— dari titik asal ke titik ๐‘ƒ(3, 2) disebut vektor posisi dari
titik ๐‘ƒ.
5
Gambar 8
Representasi vektor ๐š = โŒฉ3, 2โŒช
Dalam tiga-dimensi, vektor ๐š = ๐‘‚๐‘ƒโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— = โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2, ๐‘Ž3โŒช adalah vektor posisi dari
titik ๐‘ƒ(๐‘Ž1, ๐‘Ž2, ๐‘Ž3). (Lihat Gambar 9). Perhatikan representasi lain ๐ด๐ตโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— dari ๐š, dimana
titik pangkalnya adalah ๐ด(๐‘ฅ1, ๐‘ฆ1, ๐‘ง1) dan titik ujungnya adalah ๐ต(๐‘ฅ2, ๐‘ฆ2, ๐‘ง2). Maka
haruslah ๐‘ฅ1 + ๐‘Ž1 = ๐‘ฅ2, ๐‘ฆ1 + ๐‘Ž2 = ๐‘ฆ2 dan ๐‘ง1 + ๐‘Ž3 = ๐‘ง2 dan dengan demikian ๐‘Ž1 =
๐‘ฅ2 โˆ’ ๐‘ฅ1, ๐‘Ž2 = ๐‘ฆ2 โˆ’ ๐‘ฆ1, dan ๐‘Ž3 = ๐‘ง2 โˆ’ ๐‘ง1. Jadi,
Diberikan titik ๐ด(๐‘ฅ1, ๐‘ฆ1, ๐‘ง1) dan titik ๐ต(๐‘ฅ2, ๐‘ฆ2, ๐‘ง2), vektor ๐š dengan
representasi ๐ด๐ตโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— adalah
๐š = โŒฉ๐‘ฅ2 โˆ’ ๐‘ฅ1, ๐‘ฆ2 โˆ’ ๐‘ฆ1, ๐‘ง2 โˆ’ ๐‘ง1โŒช
vektor posisi P
Gambar 9
Representasi vektor ๐š = โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2, ๐‘Ž3โŒช
Contoh 1
Tentukan vektor yang direpresentasikan oleh segmen garis berarah dengan
titik pangkal ๐ด(2, โˆ’3, 4) dan titik ujung ๐ต(โˆ’2, 1, 1).
6
Penyelesaian
Vektor yang berhubungan dengan ๐ด๐ตโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— adalah
๐‘Ž = โŒฉโˆ’2 โˆ’ 2, 1 โˆ’ (โˆ’3), 1 โˆ’ 4โŒช = โŒฉโˆ’4, 4, โˆ’3โŒช
โ–ก
Besar atau panjang dari vektor ๐ฏ adalah panjang dari sebarang
representasinya dan dinotasikan dengan simbol |๐ฏ| atau โ€–๐ฏโ€–. Dengan menggunakan
rumus jarak untuk menghitung panjang segmen ๐‘‚๐‘ƒ, kita peroleh rumus berikut.
Panjang vektor dua-dimensi ๐š = โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2โŒช adalah
|๐š| = โˆš๐‘Ž1
2
+ ๐‘Ž2
2
Panjang vektor tiga- dimensi ๐š = โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2, ๐‘Ž3โŒช adalah
|๐š| = โˆš๐‘Ž1
2
+ ๐‘Ž2
2
+ ๐‘Ž3
2
Untuk mengetahui bagaimana menjumlahkan vektor-vektor secara aljabar,
perhatikan Gambar 10 bahwa jika ๐š = โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2โŒช dan ๐› = โŒฉ๐‘1, ๐‘2โŒช, maka jumlahnya
adalah ๐š + ๐› = โŒฉ๐‘Ž1 + ๐‘1, ๐‘Ž2 + ๐‘2โŒช. Dengan kata lain, untuk menjumlahkan vektor-
vektor kita menjumlahkan komponen-komponennya. Dengan cara yang sama,
untuk mengurangkan vektor-vektor kita kurangkan komponen-komponennya.
Gambar 10
Dari segitiga-segitiga yang sebangun dalam Gambar 11, kita lihat bahwa
komponen-komponen dari ๐‘๐š adalah ๐‘๐‘Ž1 dan ๐‘๐‘Ž2. Jadi, untuk mengalikan sebuah
vektor dengan sebuah skalar kita mengalikan setiap komponennya dengan skalar
itu.
7
Gambar 11
Jika ๐š = โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2โŒช dan ๐› = โŒฉ๐‘1, ๐‘2โŒช, maka
๐š + ๐› = โŒฉ๐‘Ž1 + ๐‘1, ๐‘Ž2 + ๐‘2โŒช ๐š โˆ’ ๐› = โŒฉ๐‘Ž1 โˆ’ ๐‘1, ๐‘Ž2 โˆ’ ๐‘2โŒช
๐‘๐š = โŒฉ๐‘๐‘Ž1, ๐‘๐‘Ž2โŒช
Dengan cara yang sama, untuk vektor-vektor tiga-dimensi,
โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2, ๐‘Ž3โŒช + โŒฉ๐‘1, ๐‘2, ๐‘3โŒช = โŒฉ๐‘Ž1 + ๐‘1, ๐‘Ž2 + ๐‘2, ๐‘Ž3 + ๐‘3โŒช
โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2, ๐‘Ž3โŒช + โŒฉ๐‘1, ๐‘2, ๐‘3โŒช = โŒฉ๐‘Ž1 + ๐‘1, ๐‘Ž2 + ๐‘2, ๐‘Ž3 + ๐‘3โŒช
๐‘โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2, ๐‘Ž3โŒช = โŒฉ๐‘๐‘Ž1, ๐‘๐‘Ž2, ๐‘๐‘Ž3โŒช
Contoh 2
Jika ๐š = โŒฉ4, 0, 3โŒช dan ๐› = โŒฉโˆ’2, 1, 5โŒช, tentukan |๐š| dan vektor-vektor ๐š + ๐›,
๐š โˆ’ ๐›, 3๐›, dan 2๐š + 5๐›.
Penyelesaian
|๐š| = โˆš42 + 02 + 32 = โˆš25 = 5
๐š + ๐› = โŒฉ4, 0, 3โŒช + โŒฉโˆ’2, 1, 5โŒช
= โŒฉ4 + (โˆ’2), 0 + 1, 3 + 5โŒช = โŒฉ2, 1, 8โŒช
๐š โˆ’ ๐› = โŒฉ4, 0, 3โŒช โˆ’ โŒฉโˆ’2, 1, 5โŒช
= โŒฉ4 โˆ’ (โˆ’2), 0 โˆ’ 1, 3 โˆ’ 5โŒช = โŒฉ6, โˆ’1, โˆ’2โŒช
3๐› = 3โŒฉโˆ’2, 1, 5โŒช = โŒฉ3(โˆ’2), 3(1), 3(5)โŒช = โŒฉโˆ’6, 3, 15โŒช
2๐š + 5๐› = 2โŒฉ4, 0, 3โŒช + 3โŒฉโˆ’2, 1, 5โŒช
= โŒฉ8, 0, 6โŒช + โŒฉโˆ’10, 5, 25โŒช = โŒฉโˆ’2, 5, 31โŒช
โ–ก
8
Kita nyatakan himpunan semua vektor dimensi-dua dengan ๐‘‰2 dan
himpunan semua vektor dimensi-tiga dengan ๐‘‰3. Secara umum, kita akan perlu
memperhatikan himpunan ๐‘‰๐‘› dari semua vektor ๐‘›-dimensi. Suatu vektor ๐‘›-dimensi
adalah suatu ๐‘›-pasangan terurut:
๐š = โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2, โ€ฆ , ๐‘Ž ๐‘›โŒช
SIFAT-SIFAT VEKTOR Jika ๐š, ๐›, dan ๐œ adalah vektor-vektor dalam
๐‘‰๐‘› dan ๐‘ dan ๐‘‘ adalah skalar, maka
1. ๐š + ๐› = ๐› + ๐š 2. ๐š + (๐› + ๐œ) = (๐š + ๐›) + ๐œ
3. ๐š + ๐ŸŽ = ๐š 4. ๐š + (โˆ’๐š) = ๐ŸŽ
5. ๐‘(๐š + ๐›) = ๐‘๐š + ๐‘๐› 6. (๐‘ + ๐‘‘)๐š = ๐‘๐š + ๐‘‘๐š
7. (๐‘๐‘‘)๐š = ๐‘(๐‘‘๐š) 8. 1๐š = ๐š
Kedelapan sifat vektor ini dapat diverifikasi secara geometris maupun
secara aljabar. Sebagai contoh, kita dapat melihat bahwa Sifat 2 (hukum assosiatif)
adalah benar dengan memperhatikan Gambar 12 dan menerapkan Aturan Segitiga
beberapa kali. Vektor ๐‘ƒ๐‘„โƒกโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— diperoleh baik dengan pertama membangun ๐š + ๐› dan
kemudian menambahkan ๐œ ataupun dengan menambahkan ๐š dengan vektor ๐› + ๐œ.
Gambar 12
Tiga vektor dalam ๐‘‰3 memiliki aturan yang khusus. Diberikan
๐ข = โŒฉ1, 0, 0โŒช ๐ฃ = โŒฉ0, 1, 0โŒช ๐ค = โŒฉ0, 0, 1โŒช
Vektor-vektor ๐ข, ๐ฃ, dan ๐ค ini disebut vektor basis. Vektor-vektor basis memiliki
panjang 1 dan mengarah pada arah sumbu-๐‘ฅ, sumbu-๐‘ฆ, dan sumbu-๐‘ง yang positif.
Dengan cara yang sama, dalam dua-dimensi kita definisikan ๐ข = โŒฉ1, 0โŒช dan ๐ฃ =
โŒฉ0, 1โŒช. (Lihat Gambar 13)
9
Gambar 13
Vektor basis dalam ๐‘‰2 dan ๐‘‰3
Jika ๐š = โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2, ๐‘Ž3โŒช, maka kita dapat menuliskan
๐š = โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2, ๐‘Ž3โŒช = โŒฉ๐‘Ž1, 0, 0โŒช + โŒฉ0, ๐‘Ž2, 0โŒช + โŒฉ0, 0, ๐‘Ž3โŒช
= ๐‘Ž1โŒฉ1, 0, 0โŒช + ๐‘Ž2โŒฉ0, 1, 0โŒช + ๐‘Ž3โŒฉ0, 0, 1โŒช
๐š = ๐‘Ž1 ๐ข + ๐‘Ž2 ๐ฃ + ๐‘Ž3 ๐ค
Jadi, sebarang vektor dalam ๐‘‰3 dapat diekspresikan dalam suku-suku ๐ข, ๐ฃ, dan ๐ค.
Sebagai contoh,
โŒฉ1, โˆ’2, 6โŒช = ๐ข โˆ’ 2๐ฃ + 6๐ค
Dengan cara yang sama, dalam dua-dimensi, kita dapat menuliskan
๐‘Ž = โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2โŒช = ๐‘Ž1 ๐ข + ๐‘Ž2 ๐ฃ
Perhatikan Gambar 14 untuk interpretasi geometris dari ekspresi-ekspresi diatas
dan bandingkan dengan Gambar 13.
Gambar 14
Contoh 3
Jika ๐š = ๐ข + 2๐ฃ โˆ’ 3๐ค dan ๐› = 4๐ข + 7๐ค, ekspresikan vektor 2๐š + 3๐› dalam
suku- suku ๐ข, ๐ฃ, dan ๐ค.
10
Penyelesaian
Dengan menggunakan Sifat-sifat vektor nomor 1, 2, 5, 6, dan 7, kita
memiliki
2๐š + 3๐› = 2(๐ข + 2๐ฃ โˆ’ 3๐ค) + 3(4๐ข + 7๐ค)
= 2๐ข + 4๐ฃ โˆ’ 6๐ค + 12๐ข + 21๐ค = 14๐ข + 4๐ฃ + 15๐ค
โ–ก
Vektor satuan adalah vektor yang panjangnya 1. Sebagai contoh, ๐ข, ๐ฃ, dan
๐ค semuanya adalah vektor-vektor satuan. Secara umum, jika ๐š โ‰  ๐ŸŽ, maka vektor
satuan yang memiliki arah yang sama dengan ๐š adalah
๐ฎ =
1
|๐š|
๐š =
๐š
|๐š|
Untuk memverifikasi ini, kita misalkan ๐‘ = 1/|๐š|. Maka ๐ฎ = ๐‘๐š dan ๐‘ adalah
skalar positif, sehinggu ๐ฎ memiliki arah yang sama dengan ๐š. Juga
|๐ฎ| = |๐‘๐š| = |๐‘||๐š| =
1
|๐š|
|๐š| = 1
Contoh 4
Tentukan vektor satuan yang searah dengan vektor 2๐ข โˆ’ ๐ฃ โˆ’ 2๐ค.
Penyelesaian
Vektor yang diberikan memiliki panjang
|2๐ข โˆ’ ๐ฃ โˆ’ ๐ค| = โˆš22 + (โˆ’1)2 + (โˆ’2)2 = โˆš9 = 3
Jadi, vektor satuan dengan arah yang sama adalah
1
3
(2๐ข โˆ’ ๐ฃ โˆ’ 2๐ค) =
2
3
๐ข โˆ’
1
3
๐ฃ โˆ’
2
3
๐ค
โ–ก
LATIHAN 1.2
1. Jelaskan mengenai hubungan antara titik (4, 7) dan vektor โŒฉ4, 7โŒช. Ilustrasikan
dengan sketsa gambar.
2. Sebutkan semua vektor yang sama dalam jajar-genjang berikut.
11
3. Tuliskan setiap kombinasi vektor-vektor berikut sebagai satu vektor tunggal.
(a) ๐‘ƒ๐‘„โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— + ๐‘„๐‘…โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— (b) ๐‘…๐‘ƒโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— + ๐‘ƒ๐‘†โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—
(c) ๐‘„๐‘†โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— โˆ’ ๐‘ƒ๐‘†โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— (d) ๐‘…๐‘†โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— + ๐‘†๐‘ƒโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— + ๐‘ƒ๐‘„โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—
4. Gunakan vektor-vektor dalam gambar berikut untuk menggambarkan vektor-
vektor
(a) ๐š + ๐› (b) ๐š โˆ’ ๐›
(c) 2๐š (d) โˆ’
1
2
๐›
(e) 2๐š + ๐› (f) ๐› โˆ’ 3๐š
5. Tentukan vektor ๐š dengan representasi yang diberikan oleh segmen garis
berarah ๐ด๐ตโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—. Gambarkan ๐ด๐ตโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— dan representasi yang ekivalen yang dimulai dari
titik asal.
(a) ๐ด(2, 3), ๐ต(โˆ’2, 1) (b) ๐ด(โˆ’2, โˆ’2), ๐ต(5, 3)
(c) ๐ด(โˆ’1, 3), ๐ต(2, 2) (d) ๐ด(2, 1), ๐ต(0, 6)
6. Tentukan ๐š + ๐›, 2๐š + 3๐›, |๐š|, dan |๐š โˆ’ ๐›| dan ilustrasikan secara geometris.
(a) ๐š = โŒฉ5, โˆ’12โŒช, ๐› = โŒฉโˆ’3, โˆ’6โŒช
(b) ๐š = 4๐ข + ๐ฃ, ๐› = ๐ข โˆ’ 2๐ฃ
(c) ๐š = 2๐ข โˆ’ 4๐ฃ + 4๐ค, ๐‘ = 2๐ฃ โˆ’ ๐ค
7. Tentukan vektor satuan yang memiliki arah yang sama dengan vektor-vektor
(a) โˆ’3๐ข + 7๐ฃ dan (b) โŒฉโˆ’4, 2, 4โŒช

More Related Content

What's hot

Vektor vektor di ruang dimensi 2 dan ruang
Vektor vektor di ruang dimensi 2 dan ruangVektor vektor di ruang dimensi 2 dan ruang
Vektor vektor di ruang dimensi 2 dan ruang
Sebastian Rizal
ย 
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar LinearVektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
ahmad haidaroh
ย 
Lks vektor x peminatan (Bima gusti Ramadan)
Lks vektor x peminatan (Bima gusti Ramadan)Lks vektor x peminatan (Bima gusti Ramadan)
Lks vektor x peminatan (Bima gusti Ramadan)
bemgusti
ย 
Bab 2 Vektor
Bab 2 VektorBab 2 Vektor
Bab 2 Vektor
Mustahal SSi
ย 
vektor
vektorvektor
vektor
mfebri26
ย 
32764905 vektor
32764905 vektor32764905 vektor
32764905 vektor
YusRie MaRigold
ย 

What's hot (20)

Vektor vektor di ruang dimensi 2 dan ruang
Vektor vektor di ruang dimensi 2 dan ruangVektor vektor di ruang dimensi 2 dan ruang
Vektor vektor di ruang dimensi 2 dan ruang
ย 
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar LinearVektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
ย 
Vektor, Aljabar Linier
Vektor, Aljabar LinierVektor, Aljabar Linier
Vektor, Aljabar Linier
ย 
Vektor pertemuan 2
Vektor   pertemuan 2Vektor   pertemuan 2
Vektor pertemuan 2
ย 
Vektor (pertemuan 1)
Vektor (pertemuan 1)Vektor (pertemuan 1)
Vektor (pertemuan 1)
ย 
Lks vektor x peminatan (Bima gusti Ramadan)
Lks vektor x peminatan (Bima gusti Ramadan)Lks vektor x peminatan (Bima gusti Ramadan)
Lks vektor x peminatan (Bima gusti Ramadan)
ย 
Modul VEKTOR
Modul VEKTORModul VEKTOR
Modul VEKTOR
ย 
Matematika Vektor Kelompok2
Matematika Vektor Kelompok2Matematika Vektor Kelompok2
Matematika Vektor Kelompok2
ย 
Matematika "Perbandingan Segmen Garis"
Matematika "Perbandingan Segmen Garis"Matematika "Perbandingan Segmen Garis"
Matematika "Perbandingan Segmen Garis"
ย 
Vektor (2)
Vektor (2)Vektor (2)
Vektor (2)
ย 
Vektor pada bidang pendekatan secara aljabar
Vektor pada bidang pendekatan secara aljabarVektor pada bidang pendekatan secara aljabar
Vektor pada bidang pendekatan secara aljabar
ย 
Modul vektor
Modul vektorModul vektor
Modul vektor
ย 
Tugas mandiri aljabar linear & matriks
Tugas mandiri aljabar linear & matriksTugas mandiri aljabar linear & matriks
Tugas mandiri aljabar linear & matriks
ย 
Bab 2 Vektor
Bab 2 VektorBab 2 Vektor
Bab 2 Vektor
ย 
Aljabar Linier Bab 4 vektor
Aljabar Linier Bab 4 vektorAljabar Linier Bab 4 vektor
Aljabar Linier Bab 4 vektor
ย 
vektor
vektorvektor
vektor
ย 
Bab 2 vektor
Bab 2 vektorBab 2 vektor
Bab 2 vektor
ย 
Kelas xii bab 4
Kelas xii bab 4Kelas xii bab 4
Kelas xii bab 4
ย 
32764905 vektor
32764905 vektor32764905 vektor
32764905 vektor
ย 
Vektor Pada Dimensi 3 - Geometri Analitik Ruang
Vektor Pada Dimensi 3 - Geometri Analitik RuangVektor Pada Dimensi 3 - Geometri Analitik Ruang
Vektor Pada Dimensi 3 - Geometri Analitik Ruang
ย 

Similar to 1.2 Vektor di R3

PPT_Vektor_Kelas_X_Matematika_Peminatan.pdf
PPT_Vektor_Kelas_X_Matematika_Peminatan.pdfPPT_Vektor_Kelas_X_Matematika_Peminatan.pdf
PPT_Vektor_Kelas_X_Matematika_Peminatan.pdf
DefriPratama
ย 
Pertemuan12
Pertemuan12Pertemuan12
Pertemuan12
33335
ย 

Similar to 1.2 Vektor di R3 (20)

Pamuji Yani-Vektor di R2
Pamuji Yani-Vektor di R2Pamuji Yani-Vektor di R2
Pamuji Yani-Vektor di R2
ย 
Vektor , matminat kelas 10
Vektor , matminat kelas 10Vektor , matminat kelas 10
Vektor , matminat kelas 10
ย 
Tugas matematika peminatan 1
Tugas matematika peminatan 1Tugas matematika peminatan 1
Tugas matematika peminatan 1
ย 
1. vektor dan skalar
1. vektor dan skalar1. vektor dan skalar
1. vektor dan skalar
ย 
resume-vektor
resume-vektorresume-vektor
resume-vektor
ย 
Vektor
VektorVektor
Vektor
ย 
Vektor Matematika Peminatan
Vektor Matematika PeminatanVektor Matematika Peminatan
Vektor Matematika Peminatan
ย 
GAR-1.pptx
GAR-1.pptxGAR-1.pptx
GAR-1.pptx
ย 
Bab 4.pdf
Bab 4.pdfBab 4.pdf
Bab 4.pdf
ย 
Vektor (1).ppsx
Vektor (1).ppsxVektor (1).ppsx
Vektor (1).ppsx
ย 
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
ย 
VEKTOR
VEKTORVEKTOR
VEKTOR
ย 
Vektor
VektorVektor
Vektor
ย 
Matematika Peminatan " Vektor"
Matematika Peminatan " Vektor"Matematika Peminatan " Vektor"
Matematika Peminatan " Vektor"
ย 
Vektor
VektorVektor
Vektor
ย 
PPT_Vektor_Kelas_X_Matematika_Peminatan.pdf
PPT_Vektor_Kelas_X_Matematika_Peminatan.pdfPPT_Vektor_Kelas_X_Matematika_Peminatan.pdf
PPT_Vektor_Kelas_X_Matematika_Peminatan.pdf
ย 
PPT persamaan garis lurus.pptx
PPT persamaan garis lurus.pptxPPT persamaan garis lurus.pptx
PPT persamaan garis lurus.pptx
ย 
barisan dan deret bilangan kompleks
barisan dan deret bilangan kompleksbarisan dan deret bilangan kompleks
barisan dan deret bilangan kompleks
ย 
Persamaan Garis Lurus Dimensi 3
Persamaan Garis Lurus Dimensi 3Persamaan Garis Lurus Dimensi 3
Persamaan Garis Lurus Dimensi 3
ย 
Pertemuan12
Pertemuan12Pertemuan12
Pertemuan12
ย 

Recently uploaded

Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
ย 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
AndreRangga1
ย 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
rizalhabib4
ย 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
ย 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
ย 

Recently uploaded (20)

MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
ย 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
ย 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
ย 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
ย 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
ย 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
ย 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
ย 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
ย 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
ย 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
ย 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
ย 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
ย 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
ย 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
ย 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
ย 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
ย 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
ย 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
ย 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
ย 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
ย 

1.2 Vektor di R3

  • 1. 1 1.2 VEKTOR Istilah vektor digunakan untuk mengindikasikan suatu kuantitas (seperti perpindahan atau kecepatan atau juga gaya) yang memiliki besar dan juga arah. Sebuah vektor sering direpresentasikan oleh sebuah panah atau segmen garis berarah. Panjang panah merepresentasikan besar vektor dan ujung panah menunjuk pada arah vektor. Kita nyatakan sebuah vektor dengan huruf bercetak tebal (๐ฏ) atau dengan meletakkan panah diatas huruf (๐‘ฃโƒ—). Sebagai contoh, andarikan sebuah partikel bergerak sepanjang sebuah segmen garis dari titik ๐ด ke titik ๐ต. Vektor perpindahan ๐ฏ, sebagaimana yang diperlihatkan dalam Gambar 1, memiliki titik asal ๐ด (ekor) dan titik ujung ๐ต (kepala) dan kita mengindikasikan hal ini dengan menuliskan ๐ฏ = ๐ด๐ตโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—. Catat bahwa vektor ๐ฎ = ๐ถ๐ทโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— memiliki panjang dan arah yang sama dengan ๐ฏ meskipun berada posisi yang berbeda. Kita katakan bahwa ๐ฎ dan ๐ฏ adalah ekivalen (atau sama) dan kita tuliskan ๐ฎ = ๐ฏ. Vektor nol, dinotasikan dengan ๐ŸŽ, memiliki panjang 0. Hanya vektor nol inilah vektor satu-satunya yang tidak memiliki arah tertentu. Gambar 1 Vektor-vektor yang ekivalen Andaikan sebuah partikel bergerak dari ๐ด ke ๐ต, jadi vektor perpindahannya adalah ๐ด๐ตโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—. Kemudian partikel tersebut merubah arah dan bergerak dari ๐ต ke ๐ถ, dengan vektor perpindahan ๐ต๐ถโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— sebagaimana dalam Gambar 2. Gambar 2
  • 2. 2 Efek kombinasi dari perpindahan ini adalah bahwa partikel tersebut telah bergerak dari ๐ด ke ๐ถ. Vektor perpindahan yang dihasilkan ๐ด๐ถโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— disebut jumlah dari ๐ด๐ตโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— dan ๐ต๐ถโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— dan kita tuliskan ๐ด๐ถโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— = ๐ด๐ตโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— + ๐ต๐ถโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— Secara umum, jika kita mulai dengan vektor-vektor ๐ฎ dan ๐ฏ, pertama kita menggerakkan ๐ฏ sedemikan sehingga ekornya bertemu dengan kepala dari ๐ฎ dan definisikan penjumlahan ๐ฎ dan ๐ฏ sebagai berikut. Definisi Jika ๐ฎ dan ๐ฏ adalah vektor-vektor yang ditempatkan sedemikian sehingga titik asalah dari ๐ฏ berada pada titik ujung dari ๐ฎ, maka jumlah ๐ฎ + ๐ฏ adalah vektor dari titik asal ๐ฎ ke titik ujung ๐ฏ. Definisi penjumlahan vektor diilustrasikan dalam Gambar 3. Anda dapat melihat mengapa definisi ini terkadang disebut Aturan Segitiga. Gambar 3 Aturan Segitiga Gambar 4 Aturan Jajar-genjang Dalam Gambar 4, kita mulai dengan vektor-vektor yang sama, ๐ฎ dan ๐ฏ sebagaimana dalam Gambar 3 dan kita gambarkan duplikasi dari ๐ฏ dengan titik asal yang sama dengan ๐ฎ. Dengan melengkapkan gambar menjadi sebuah jajar-genjang, kita lihat bahwa ๐ฎ + ๐ฏ = ๐ฏ + ๐ฎ. Hal ini tentunya memberikan cara lain dalam membangun penjumlahan: Jika kita tempatkan ๐ฎ dan ๐ฏ sehingga kedua vektor ini mulai dari titik yang sama, maka ๐ฎ + ๐ฏ terletak disepanjang diagonal dengan ๐ฎ dan ๐ฏ sebagai sisi-sisinya. (Ini disebut Aturan Jajar-genjang) Adalah mungkin untuk mengalikan sebuah vektor dengan sebuah bilangan riil ๐‘. (dalam konteks ini kita sebut bilangan riil ๐‘ sebagai sebuah skalar untuk membedakannya dari vektor). Sebagai contoh, kita mau bahwa 2๐ฏ merupakan vektor yang sama dengan ๐ฏ + ๐ฏ, yang memiliki arah yang sama dengan ๐ฏ tetapi dua kali lebih panjang. Secara umum, kita kalikan sebuah vektor dengan sebuah skalar sebagai berikut.
  • 3. 3 DEFINISI PERKALIAN SKALAR Jika ๐‘ adalah skalar dan ๐ฏ adalah vektor, maka perkalian skalar ๐‘๐ฏ adalah vektor yang panjangnya adalah |๐‘| kali panjang ๐ฏ dan yang arahnya sama dengan arah ๐ฏ jika ๐‘ > 0 dan berlawanan dengan arah ๐ฏ jika ๐‘ < 0. Jika ๐‘ = 0 atau ๐ฏ = ๐ŸŽ, maka ๐‘๐ฏ = ๐ŸŽ. Definisi di atas diilustrasikan dalam Gambar 5. Kita lihat bahwa bilangan- bilangan riil bekerja seperti sebagai faktor penskala; itu mengapa bilangan-bilangan ini disebut skalar. Gambar 5 Kelipatan skalar dari ๐ฏ Catat bahwa dua vektor tak-nol adalah sejajar jika vektor yang satu adalah kelipatan skalar dari vektor yang lainnya. Secara khusus, vektor โˆ’๐ฏ = (โˆ’1)๐ฏ memiliki panjang yang sama dengan ๐ฏ tetapi berlawan arah dengan ๐‘ฃ. Kita sebut yang demikian sebagai negatif dari ๐‘ฃ. Kita maksudkan selisih dua vektor, ๐ฎ โˆ’ ๐ฏ sebagai ๐ฎ โˆ’ ๐ฏ = ๐ฎ + (โˆ’๐ฏ) Jadi kita dapat membentuk ๐ฎ โˆ’ ๐ฏ dengan pertama sekali menggambar negatif dari ๐ฏ, yaitu โˆ’๐ฏ, dan kemudian menambahkannya kepada ๐ฎ dengan menerapkan Hukum Jajar-genjang sebagaimana dalam Gambar 6(a). Secara alternatif, karena ๐ฏ + (๐ฎ โˆ’ ๐ฏ) = ๐ฎ, vektor ๐ฎ โˆ’ ๐ฏ, ketika ditambahkan kepada ๐ฏ, memberikan ๐ฎ. Jadi kita dapat membentuk ๐ฎ โˆ’ ๐ฏ sebagaimana dalam Gambar 6(b) dengan menerapkan Aturan Segitiga.
  • 4. 4 Gambar 6(a) Menggambar ๐ฎ โˆ’ ๐ฏ dengan Aturan Jajar-genjang Gambar 6(b) Menggambar ๐ฎ โˆ’ ๐ฏ dengan Aturan Segitiga Jika kita tempatkan titik asal vektor ๐š pada titik asal dari sebuah sistem koordinat Cartesius, maka titik ujung ๐š memiliki koordinat dalam bentuk (๐‘Ž1, ๐‘Ž2) pada sistem koordinat dua-dimensi atau (๐‘Ž1, ๐‘Ž2, ๐‘Ž3) pada sistem koordinat tiga- dimensi (lihat Gambar 7). Koordinat-koordinat ini disebut komponen dari ๐š dan kita tuliskan ๐š = โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2โŒช atau ๐š = โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2, ๐‘Ž3โŒช Gambar 7 Kita menggunakan notasi โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2โŒช untuk pasangan terurut yang mengacu kepada sebuah vektor sehingga dapat dibedakan dari pasangan terurut (๐‘Ž1, ๐‘Ž2) yang mengacu kepada sebuah titik pada bidang. Sebagai contoh, vektor-vektor yang terlihat dalam Gambar 8 semuanya ekivalen dengan vektor ๐‘‚๐‘ƒโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— = โŒฉ3, 2โŒช yang titik ujungnya adalah ๐‘ƒ(3, 2). Kesamaan diantara vektor-vektor itu adalah bahwa titik ujung dicapai dari titik asala dengan suatu perpindahan tiga unit ke kanan dan dua unit ke atas. Kita dapat memikirkan semua vektor geometris ini sebagai representasi dari vektor aljabar ๐š = โŒฉ3, 2โŒช. Representasi khusus ๐‘‚๐‘ƒโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— dari titik asal ke titik ๐‘ƒ(3, 2) disebut vektor posisi dari titik ๐‘ƒ.
  • 5. 5 Gambar 8 Representasi vektor ๐š = โŒฉ3, 2โŒช Dalam tiga-dimensi, vektor ๐š = ๐‘‚๐‘ƒโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— = โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2, ๐‘Ž3โŒช adalah vektor posisi dari titik ๐‘ƒ(๐‘Ž1, ๐‘Ž2, ๐‘Ž3). (Lihat Gambar 9). Perhatikan representasi lain ๐ด๐ตโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— dari ๐š, dimana titik pangkalnya adalah ๐ด(๐‘ฅ1, ๐‘ฆ1, ๐‘ง1) dan titik ujungnya adalah ๐ต(๐‘ฅ2, ๐‘ฆ2, ๐‘ง2). Maka haruslah ๐‘ฅ1 + ๐‘Ž1 = ๐‘ฅ2, ๐‘ฆ1 + ๐‘Ž2 = ๐‘ฆ2 dan ๐‘ง1 + ๐‘Ž3 = ๐‘ง2 dan dengan demikian ๐‘Ž1 = ๐‘ฅ2 โˆ’ ๐‘ฅ1, ๐‘Ž2 = ๐‘ฆ2 โˆ’ ๐‘ฆ1, dan ๐‘Ž3 = ๐‘ง2 โˆ’ ๐‘ง1. Jadi, Diberikan titik ๐ด(๐‘ฅ1, ๐‘ฆ1, ๐‘ง1) dan titik ๐ต(๐‘ฅ2, ๐‘ฆ2, ๐‘ง2), vektor ๐š dengan representasi ๐ด๐ตโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— adalah ๐š = โŒฉ๐‘ฅ2 โˆ’ ๐‘ฅ1, ๐‘ฆ2 โˆ’ ๐‘ฆ1, ๐‘ง2 โˆ’ ๐‘ง1โŒช vektor posisi P Gambar 9 Representasi vektor ๐š = โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2, ๐‘Ž3โŒช Contoh 1 Tentukan vektor yang direpresentasikan oleh segmen garis berarah dengan titik pangkal ๐ด(2, โˆ’3, 4) dan titik ujung ๐ต(โˆ’2, 1, 1).
  • 6. 6 Penyelesaian Vektor yang berhubungan dengan ๐ด๐ตโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— adalah ๐‘Ž = โŒฉโˆ’2 โˆ’ 2, 1 โˆ’ (โˆ’3), 1 โˆ’ 4โŒช = โŒฉโˆ’4, 4, โˆ’3โŒช โ–ก Besar atau panjang dari vektor ๐ฏ adalah panjang dari sebarang representasinya dan dinotasikan dengan simbol |๐ฏ| atau โ€–๐ฏโ€–. Dengan menggunakan rumus jarak untuk menghitung panjang segmen ๐‘‚๐‘ƒ, kita peroleh rumus berikut. Panjang vektor dua-dimensi ๐š = โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2โŒช adalah |๐š| = โˆš๐‘Ž1 2 + ๐‘Ž2 2 Panjang vektor tiga- dimensi ๐š = โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2, ๐‘Ž3โŒช adalah |๐š| = โˆš๐‘Ž1 2 + ๐‘Ž2 2 + ๐‘Ž3 2 Untuk mengetahui bagaimana menjumlahkan vektor-vektor secara aljabar, perhatikan Gambar 10 bahwa jika ๐š = โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2โŒช dan ๐› = โŒฉ๐‘1, ๐‘2โŒช, maka jumlahnya adalah ๐š + ๐› = โŒฉ๐‘Ž1 + ๐‘1, ๐‘Ž2 + ๐‘2โŒช. Dengan kata lain, untuk menjumlahkan vektor- vektor kita menjumlahkan komponen-komponennya. Dengan cara yang sama, untuk mengurangkan vektor-vektor kita kurangkan komponen-komponennya. Gambar 10 Dari segitiga-segitiga yang sebangun dalam Gambar 11, kita lihat bahwa komponen-komponen dari ๐‘๐š adalah ๐‘๐‘Ž1 dan ๐‘๐‘Ž2. Jadi, untuk mengalikan sebuah vektor dengan sebuah skalar kita mengalikan setiap komponennya dengan skalar itu.
  • 7. 7 Gambar 11 Jika ๐š = โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2โŒช dan ๐› = โŒฉ๐‘1, ๐‘2โŒช, maka ๐š + ๐› = โŒฉ๐‘Ž1 + ๐‘1, ๐‘Ž2 + ๐‘2โŒช ๐š โˆ’ ๐› = โŒฉ๐‘Ž1 โˆ’ ๐‘1, ๐‘Ž2 โˆ’ ๐‘2โŒช ๐‘๐š = โŒฉ๐‘๐‘Ž1, ๐‘๐‘Ž2โŒช Dengan cara yang sama, untuk vektor-vektor tiga-dimensi, โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2, ๐‘Ž3โŒช + โŒฉ๐‘1, ๐‘2, ๐‘3โŒช = โŒฉ๐‘Ž1 + ๐‘1, ๐‘Ž2 + ๐‘2, ๐‘Ž3 + ๐‘3โŒช โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2, ๐‘Ž3โŒช + โŒฉ๐‘1, ๐‘2, ๐‘3โŒช = โŒฉ๐‘Ž1 + ๐‘1, ๐‘Ž2 + ๐‘2, ๐‘Ž3 + ๐‘3โŒช ๐‘โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2, ๐‘Ž3โŒช = โŒฉ๐‘๐‘Ž1, ๐‘๐‘Ž2, ๐‘๐‘Ž3โŒช Contoh 2 Jika ๐š = โŒฉ4, 0, 3โŒช dan ๐› = โŒฉโˆ’2, 1, 5โŒช, tentukan |๐š| dan vektor-vektor ๐š + ๐›, ๐š โˆ’ ๐›, 3๐›, dan 2๐š + 5๐›. Penyelesaian |๐š| = โˆš42 + 02 + 32 = โˆš25 = 5 ๐š + ๐› = โŒฉ4, 0, 3โŒช + โŒฉโˆ’2, 1, 5โŒช = โŒฉ4 + (โˆ’2), 0 + 1, 3 + 5โŒช = โŒฉ2, 1, 8โŒช ๐š โˆ’ ๐› = โŒฉ4, 0, 3โŒช โˆ’ โŒฉโˆ’2, 1, 5โŒช = โŒฉ4 โˆ’ (โˆ’2), 0 โˆ’ 1, 3 โˆ’ 5โŒช = โŒฉ6, โˆ’1, โˆ’2โŒช 3๐› = 3โŒฉโˆ’2, 1, 5โŒช = โŒฉ3(โˆ’2), 3(1), 3(5)โŒช = โŒฉโˆ’6, 3, 15โŒช 2๐š + 5๐› = 2โŒฉ4, 0, 3โŒช + 3โŒฉโˆ’2, 1, 5โŒช = โŒฉ8, 0, 6โŒช + โŒฉโˆ’10, 5, 25โŒช = โŒฉโˆ’2, 5, 31โŒช โ–ก
  • 8. 8 Kita nyatakan himpunan semua vektor dimensi-dua dengan ๐‘‰2 dan himpunan semua vektor dimensi-tiga dengan ๐‘‰3. Secara umum, kita akan perlu memperhatikan himpunan ๐‘‰๐‘› dari semua vektor ๐‘›-dimensi. Suatu vektor ๐‘›-dimensi adalah suatu ๐‘›-pasangan terurut: ๐š = โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2, โ€ฆ , ๐‘Ž ๐‘›โŒช SIFAT-SIFAT VEKTOR Jika ๐š, ๐›, dan ๐œ adalah vektor-vektor dalam ๐‘‰๐‘› dan ๐‘ dan ๐‘‘ adalah skalar, maka 1. ๐š + ๐› = ๐› + ๐š 2. ๐š + (๐› + ๐œ) = (๐š + ๐›) + ๐œ 3. ๐š + ๐ŸŽ = ๐š 4. ๐š + (โˆ’๐š) = ๐ŸŽ 5. ๐‘(๐š + ๐›) = ๐‘๐š + ๐‘๐› 6. (๐‘ + ๐‘‘)๐š = ๐‘๐š + ๐‘‘๐š 7. (๐‘๐‘‘)๐š = ๐‘(๐‘‘๐š) 8. 1๐š = ๐š Kedelapan sifat vektor ini dapat diverifikasi secara geometris maupun secara aljabar. Sebagai contoh, kita dapat melihat bahwa Sifat 2 (hukum assosiatif) adalah benar dengan memperhatikan Gambar 12 dan menerapkan Aturan Segitiga beberapa kali. Vektor ๐‘ƒ๐‘„โƒกโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— diperoleh baik dengan pertama membangun ๐š + ๐› dan kemudian menambahkan ๐œ ataupun dengan menambahkan ๐š dengan vektor ๐› + ๐œ. Gambar 12 Tiga vektor dalam ๐‘‰3 memiliki aturan yang khusus. Diberikan ๐ข = โŒฉ1, 0, 0โŒช ๐ฃ = โŒฉ0, 1, 0โŒช ๐ค = โŒฉ0, 0, 1โŒช Vektor-vektor ๐ข, ๐ฃ, dan ๐ค ini disebut vektor basis. Vektor-vektor basis memiliki panjang 1 dan mengarah pada arah sumbu-๐‘ฅ, sumbu-๐‘ฆ, dan sumbu-๐‘ง yang positif. Dengan cara yang sama, dalam dua-dimensi kita definisikan ๐ข = โŒฉ1, 0โŒช dan ๐ฃ = โŒฉ0, 1โŒช. (Lihat Gambar 13)
  • 9. 9 Gambar 13 Vektor basis dalam ๐‘‰2 dan ๐‘‰3 Jika ๐š = โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2, ๐‘Ž3โŒช, maka kita dapat menuliskan ๐š = โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2, ๐‘Ž3โŒช = โŒฉ๐‘Ž1, 0, 0โŒช + โŒฉ0, ๐‘Ž2, 0โŒช + โŒฉ0, 0, ๐‘Ž3โŒช = ๐‘Ž1โŒฉ1, 0, 0โŒช + ๐‘Ž2โŒฉ0, 1, 0โŒช + ๐‘Ž3โŒฉ0, 0, 1โŒช ๐š = ๐‘Ž1 ๐ข + ๐‘Ž2 ๐ฃ + ๐‘Ž3 ๐ค Jadi, sebarang vektor dalam ๐‘‰3 dapat diekspresikan dalam suku-suku ๐ข, ๐ฃ, dan ๐ค. Sebagai contoh, โŒฉ1, โˆ’2, 6โŒช = ๐ข โˆ’ 2๐ฃ + 6๐ค Dengan cara yang sama, dalam dua-dimensi, kita dapat menuliskan ๐‘Ž = โŒฉ๐‘Ž1, ๐‘Ž2โŒช = ๐‘Ž1 ๐ข + ๐‘Ž2 ๐ฃ Perhatikan Gambar 14 untuk interpretasi geometris dari ekspresi-ekspresi diatas dan bandingkan dengan Gambar 13. Gambar 14 Contoh 3 Jika ๐š = ๐ข + 2๐ฃ โˆ’ 3๐ค dan ๐› = 4๐ข + 7๐ค, ekspresikan vektor 2๐š + 3๐› dalam suku- suku ๐ข, ๐ฃ, dan ๐ค.
  • 10. 10 Penyelesaian Dengan menggunakan Sifat-sifat vektor nomor 1, 2, 5, 6, dan 7, kita memiliki 2๐š + 3๐› = 2(๐ข + 2๐ฃ โˆ’ 3๐ค) + 3(4๐ข + 7๐ค) = 2๐ข + 4๐ฃ โˆ’ 6๐ค + 12๐ข + 21๐ค = 14๐ข + 4๐ฃ + 15๐ค โ–ก Vektor satuan adalah vektor yang panjangnya 1. Sebagai contoh, ๐ข, ๐ฃ, dan ๐ค semuanya adalah vektor-vektor satuan. Secara umum, jika ๐š โ‰  ๐ŸŽ, maka vektor satuan yang memiliki arah yang sama dengan ๐š adalah ๐ฎ = 1 |๐š| ๐š = ๐š |๐š| Untuk memverifikasi ini, kita misalkan ๐‘ = 1/|๐š|. Maka ๐ฎ = ๐‘๐š dan ๐‘ adalah skalar positif, sehinggu ๐ฎ memiliki arah yang sama dengan ๐š. Juga |๐ฎ| = |๐‘๐š| = |๐‘||๐š| = 1 |๐š| |๐š| = 1 Contoh 4 Tentukan vektor satuan yang searah dengan vektor 2๐ข โˆ’ ๐ฃ โˆ’ 2๐ค. Penyelesaian Vektor yang diberikan memiliki panjang |2๐ข โˆ’ ๐ฃ โˆ’ ๐ค| = โˆš22 + (โˆ’1)2 + (โˆ’2)2 = โˆš9 = 3 Jadi, vektor satuan dengan arah yang sama adalah 1 3 (2๐ข โˆ’ ๐ฃ โˆ’ 2๐ค) = 2 3 ๐ข โˆ’ 1 3 ๐ฃ โˆ’ 2 3 ๐ค โ–ก LATIHAN 1.2 1. Jelaskan mengenai hubungan antara titik (4, 7) dan vektor โŒฉ4, 7โŒช. Ilustrasikan dengan sketsa gambar. 2. Sebutkan semua vektor yang sama dalam jajar-genjang berikut.
  • 11. 11 3. Tuliskan setiap kombinasi vektor-vektor berikut sebagai satu vektor tunggal. (a) ๐‘ƒ๐‘„โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— + ๐‘„๐‘…โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— (b) ๐‘…๐‘ƒโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— + ๐‘ƒ๐‘†โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— (c) ๐‘„๐‘†โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— โˆ’ ๐‘ƒ๐‘†โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— (d) ๐‘…๐‘†โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— + ๐‘†๐‘ƒโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— + ๐‘ƒ๐‘„โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— 4. Gunakan vektor-vektor dalam gambar berikut untuk menggambarkan vektor- vektor (a) ๐š + ๐› (b) ๐š โˆ’ ๐› (c) 2๐š (d) โˆ’ 1 2 ๐› (e) 2๐š + ๐› (f) ๐› โˆ’ 3๐š 5. Tentukan vektor ๐š dengan representasi yang diberikan oleh segmen garis berarah ๐ด๐ตโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—. Gambarkan ๐ด๐ตโƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— dan representasi yang ekivalen yang dimulai dari titik asal. (a) ๐ด(2, 3), ๐ต(โˆ’2, 1) (b) ๐ด(โˆ’2, โˆ’2), ๐ต(5, 3) (c) ๐ด(โˆ’1, 3), ๐ต(2, 2) (d) ๐ด(2, 1), ๐ต(0, 6) 6. Tentukan ๐š + ๐›, 2๐š + 3๐›, |๐š|, dan |๐š โˆ’ ๐›| dan ilustrasikan secara geometris. (a) ๐š = โŒฉ5, โˆ’12โŒช, ๐› = โŒฉโˆ’3, โˆ’6โŒช (b) ๐š = 4๐ข + ๐ฃ, ๐› = ๐ข โˆ’ 2๐ฃ (c) ๐š = 2๐ข โˆ’ 4๐ฃ + 4๐ค, ๐‘ = 2๐ฃ โˆ’ ๐ค 7. Tentukan vektor satuan yang memiliki arah yang sama dengan vektor-vektor (a) โˆ’3๐ข + 7๐ฃ dan (b) โŒฉโˆ’4, 2, 4โŒช