Laporan kasus ini membahas abortus inkomplit. Faktor risiko abortus termasuk usia ibu, riwayat abortus, dan gaya hidup. Penyebabnya meliputi faktor genetik, anatomi, hormonal, infeksi, imunologi, trauma, dan nutrisi. Gejalanya adalah sakit perut dan perdarahan. Diagnosa didasarkan pada riwayat medis dan pemeriksaan fisik. Pengobatannya meliputi evakuasi jaringan sisa dan manajemen komplikasi se
2. LATAR BELAKANG
Aborsi di dunia dan di Indonesia khususnya tetap menimbulkan banyak persepsi
dan bermacam interpretasi, tidak saja dari sudut pandang kesehatan, tetapi juga
dari sudut pandang hukum dan agama.
Diperkirakan diseluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta kasus aborsi tidak aman,
70 ribu perempuan meninggal akibat aborsi tidak aman
Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberi dampak pada
kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab kematian ibu yang
utama adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia.
Di Indonesia setiap tahunnya terjadi kurang lebih 2 juta kasus aborsi, artinya 43
kasus/100 kelahiran hidup (sensus 2000).
3. DEFINISI
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin berkembang sepenuhnya dan
dapat hidup di luar kandungan dan sebagai
ukuran digunakan kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500
gram.
6. FAKTOR RESIKO
1. Bertambahnya usia ibu
2. Riwayat Abortus
3. Kebiasaan Ibu
• Merokok
• Konsumsi alkohol
• Konsumsi kafein (coffee)
• Alat kontrasepsi dalam rahim
• Psikologis : anxietas dan depresi
7. ETIOLOGI
1. Faktor Genetik
2. Faktor Anatomi
3. Faktor Hormonal
4. Faktor Infeksi
5. Faktor Imunologi
6. Faktor Trauma
7. Faktor nutrisi dan lingkungan
8. Faktor Genetik
• Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh
kelainan kariotip dari embrio. Triplodi ditemukan
pada 16% kejadian abortus di mana terjadi
fertilisasi ovum normal oleh 2 sperma (dispermi).
Insiden trisomi meningkat dengan bertambahnya
usia. Trisomi 16 (dengan kejadian sekitar 30%
dari seluruh trisomi) adalah penyebab terbanyak
abortus spontan diikuti dengan sindroma Turner
(20-25%) dan Sindroma Down atau trisomi 21
yang sepertiganya bisa bertahan sampai lahir.
9. Faktor Anatomi
• Septum uterus akibat daripada kelainan duktus
Mulleri (40-80%)
• uterus bicornis atau uterus unicornis (10-30%)
• Mioma uteri bisa mengakibatkan abortus
berulang dan infertilitas akibat dari gangguan
passage dan kontraktilitas uterus
• Sindroma Asherman : mengganggu tempat
implantasi serta pasokan darah pada permukaan
endometrium
• Cacat uterus akuisita yang berkaitan dengan
abortus adalah leiomioma dan perlekatan
intrauteri.
• Inkompetensi serviks
10. Faktor Hormonal
• Pada DM, perempuan dengan kadar HbA1c yang
tinggi pada trimester pertama
• Kadar progesteron yang rendah
• Penelitian pada perempuan yang mengalami
abortus berulang, didapatkan 17% kejadian defek
luteal yaitu kurangnya progesteron pada fase
luteal.
11. Faktor Infeksi
Ada berbagai teori untuk menjelaskan keterkaitan
infeksi dengan kejadian abortus:
• Adanya metabolik toksik, endotoksin,
eksotoksin, dan sitokin yang berdampak langsung
pada janin dan unit fetoplasenta.
• Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin
dan cacat berat sehingga janin sulit untuk
bertahan hidup.
• Infeksi plasenta akan berakibat insufisiensi
plasenta dan bisa berlanjut kematian janin.
12. • Infeksi kronis endometrium dari penyebaran
kuman genetalia bawah yang bisa mengganggu
proses implantasi.
• Amnionitis oleh kuman gram positif dan gram
negatif juga bisa mengakibatkan abortus.
• Infeki virus pada kehamilan awal dapat
mengakibatkan perubahan genetik dan anatomik
embrio misalnya pada infeksi rubela, parvovirus
B19, CMV, HSV, koksakie virus B, dan varisella
zoster.
13. Beberapa jenis organisme yang bisa berdampak
pada kejadian abortus:
• Bakteria: listeria monositogenes, klamidia
trakomatis, ureaplasma urealitikum, mikoplasma
hominis, bakterial vaginosis.
• Virus: Sitomegalovirus, Rubella, Herpes
simpleks virus (HSV), Human Immunodeficiency
Virus (HIV), dan parvovirus.
• Parasit: Toksoplasma gondii, Plasmodium
falsifarum.
• Spirokaeta: Treponema pallidum.
14. Faktor Imunologi
Beberapa penyakit berhubungan erat dengan
kejadian abortus. Antaranya adalah SLE dan
Antiphospholipid Antibodies (aPA). Peluang
terjadinya pengakhiran kehamilan pada trimester 2
dan 3 pada SLE adalah 75%. Menurut penelitian,
sebagian besar abortus berhubungan dengan
adanya aPA yang merupakan antibodi yang akan
berikatan dengan sisi negatif dari phosfolipid.
15. Faktor Trauma
Trauma abdominal yang berat dapat menyebabkan
terjadinya abortus yang yang diakibatkan karena
adanya perdarahan. Namun secara statistik, hanya
sedikit insiden abortus yang disebabkan karena
trauma.
17. Patogenesis
Abortus dimulai dari perdarahan ke dalam decidua
basalis yang diikuti dengan nekrosis jaringan
disekitar perdarahan. Pada kehamilan di bawah 8
minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya,
karena vili korialis belum menembus desidua
terlalu dalam, sedangkan pada kehamilan 8-14
minggu, vili korialis telah masuk agak dalam,
sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan
tertinggal. Perdarahan yang banyak terjadi karena
hilangnya kontraksi yang dihasilkan dari aktivitas
kontraksi dan retraksi miometrium.
18. Gambaran Klinis
Gejala abortus berupa sakit perut kram, mules-
mules, dan perdarahan biasanya berupa darah beku
tanpa atau disertai dengan keluarnya fetus atau
jaringan
20. Penatalaksanaan
• Terlebih dahulu dilakukan penilaian mengenai
keadaan pasien dan diperiksa apakah ada tanda-
tanda syok.
• Evakuasi jaringan sisa di dalam uterus untuk
menghentikan perdarahan
• Penatalaksanaan abortus spontan dapat dilakukan
dengan menggunakan teknik pembedahan
maupun medis. Teknik pembedahan dapat
dilakukan dengan cara kuretase maupun aspirasi
vakum dan dilakukan induksi oksitosin
22. PROGNOSIS
Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari
etiologi aborsi sebelumnya. Kecuali adanya
inkompetensi serviks, angka kesembuhan yang
terlihat sesudah mengalami tiga kali abortus
spontan akan berkisar antara 70 dan 85% tanpa
tergantung pada pengobatan yang dilakukan.
Abortus inkomplit yang di evakuasi lebih dini
tanpa disertai infeksi memberikan prognosis yang
baik terhadap ibu