SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK
MENILAI INFERTILITAS
DOKTER MUDA REGULER PATOLOGI KLINIK
BAGIAN/KSM PATOLOGI KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA – RSUD DR. ZAINOEL
ABIDIN BANDA ACEH
2022
REFERAT
Pembimbing
dr. Desiana, M.Ked(Clinpath), SpPK(K)
Presentan
Naufal Rabbany
PENDAHULUAN
Ketidakmampuan untuk memperoleh kehamilan setelah 12
bulan atau lebih menikah melalui hubungan seksual secara
teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi.
Infertilitas
1 dari 4 pasangan di Negara berkembang mengalami
masalah infertilitas
Berdasarkan data dari WHO pada tahun 2012, Prevalensi
Infertilitas pada pasangan di Indonesia berusia 20-25 tahun
mencapai 21,8%
Pemeriksaan Laboratorium merupakan salah satu metode
untuk mengevaluasi infertilitas dari aspek etiologi, faktor
genetic, diagnosis klinis yang mendasari, dan
mengidentifikasi faktor risiko yang bersifat reversibel
sehingga dapat ditentukan penanganan yang tepat.
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
• Infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan suatu pasangan untuk melakukan
konsepsi setelah satu tahun dengan frekuensi hubungan seksual tanpa kontrasepsi. . .
EPIDEMIOLOGI
• Data dari WHO tahun 2010 menunjukkan sekitar 25% pasangan mengalami masalah
infertilitas.
• Sebanyak 64% dari pasangan yang mengalami infertilitas disebabkan oleh faktor wanita,
dan 36% faktor pria.
ETIOLOGI
Wanita
Etiologi Infertilitas
Pria
1. Gangguan Produksi Sperma
Faktor genetik (Klinefelter syndrome),
mikrodelesi kromosom Y atau kerusakan
langsung lainnya terkait anatomi (varikokel),
infeksi, atau endotoksin.
1. Gangguan Ovulasi (30-40%)
Terjadinya anovulasi dapat disebabkan tidak ada
atau sedikitnya produksi gonadotropin releasing
hormone (GnRH) oleh hipotalamus (40 % kasus),
sekresi hormon prolaktin oleh tumor hipopise (20
% kasus), polycystic ovary syndrome (PCOS) (30 %
kasus), kegagalan ovarium dini (10%).
2. Gangguan Fungsi Sperma
Misalnya akibat antibodi, antisperma, radang
saluran genital, varikokel, kegagalan reaksi
akrosom, ketidaknormalan biokimia, atau
gangguan dengan perlengketan sperma
3. Sumbatan pada Duktus
Dapat disebabkan oleh vasektomi maupun
kelainan kongenital
2. Kelainan Anatomis Organ Reproduksi
- Tuba Fallopi : Obstruksi akibat kondisi lain.
- Uterus : Septum Uterus dan Mioma Uteri
- Endometrium : Endometriosis dan Polip
PENEGAKAN DIAGNOSIS INFERTILITAS PADA PRIA
Anamnesis :
◦ Riwayat hubungan seksual
◦ Durasi infertilitas
◦ Kesuburan sebelumnya
◦ Penyakit masa kanak-kanak dan riwayat perkembangan
◦ Penyakit medis sistematik dan terapinya (diabetes mellitus dan penyakit pernapasan
bagian atas)
◦ Operasi daerah inguinal/pelvis/testis sebelumnya
◦ Obat dan alergi
◦ Infeksi menular seksual
◦ Paparan gonadotoksins (bakan kimia, kemoterapi, dan radioterapi)
◦ Gaya hidup pribadi (merokok, konsumsi alkohol, narkoba)
◦ Riwayat infertilitas dalam keluarga dan cacar bawaan lainnya
Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan fisik pada pasien infertil terdiri dari pemeriksaan umum berupa Tinggi, berat badan,
indeks massa tubuh pasien, serta tekanan darah perlu diperiksa. Derajat androgenisasi dapat
dinilai dengan mencari pola distribusi rambut pria.
Pemeriksaan genital yang dapat dilakukan yaitu :
 Penis : Fimosis, Parafimosis, Lokasi MUE
 Testis : letak, ukuran, dan konsistensi
 Epididimis : Letak, Ukuran
 Vas Deferens : Beserta isi Plexus Pampiniformis
 Varikokel
 Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan genital, dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu
analisa semen.
PENEGAKAN DIAGNOSIS INFERTILITAS PADA PRIA
PENEGAKAN DIAGNOSIS INFERTILITAS PADA WANITA
Anamnesis :
Anamnesis masih merupakan cara terbaik untuk mencari penyebab infertilitas pada wanita.
Faktor-faktor penting yang berkaitan dengan infertilitas yang harus ditanyakan kepada
pasien adalah :
Usia pasien
Riwayat kehamilan sebelumnya
Panjang siklus haid,
Riwayat penyakit sebelumnya dan sekarang,
Riwayat operasi
Frekuensi koitus dan waktu koitus.
Pemeriksaan Fisik :
Berat badan, Tinggi Badan, dan Index Massa Tubuh
Adanya hirsutism atau akantosis nigran
Besar tiroid, adanya nodul tiroid
Pemeriksaan payudara, meliputi palpasi massa payudara dan sekret yang keluar dari puting
Klasifikasi Tanner pada perkembangan payudara
Pemeriksaan klitoris, cincin himen, vagina, dan servik.
Menilai adanya septum pada vagina
Menilai adanya stenosis servik atau posisi servik yang jauh dari garis tengah
Pemeriksaan posisi uterus dan besar uterus serta mobilitasnya
Pemeriksaan massa atau pembengkakan pada adneksa
Pemeriksaan pada ligamen sakrouterina dan cul de sac.
PENEGAKAN DIAGNOSIS INFERTILITAS PADA WANITA
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan Konfirmasi Ovulasi
Pemeriksaan Hormon
Pemeriksaan Kelainan Uterus
Pemeriksaan Kelainan Tuba
Pemeriksaan Infeksi Chlamydia
Pemeriksaan Uji Pasca Senggama
Histeroskopi dan Laparoskopi (Gold Standard)
PENEGAKAN DIAGNOSIS INFERTILITAS PADA WANITA
PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK
MENILAI INFERTILITAS PADA PRIA
1. Analisis Semen
Parameter Batas bawah
Volume semen (mL) 1,5 (1,4-1,7)
Jumlah sperma total (106 per ejakulat 39 (36-46)
Konsentrasi sperma (106 per mL) 15 (12-16)
Motilitas total (PR+NP, %) 40 (38-42)
Motilitas progresif (PR,%) 32 (31-34)
Vitalitas (spermatozoa yang hidup, %) 58 (55-63)
Morfoogi sperma (bentuk normal, %) 4 (3-4)
pH >7,2
Leukosit peroksidase positif (106 per mL) <1,0
Pemeriksaan opsional
Tes MAR (spermatozoa motil dengan partikel ikatan, %) <50
Tes immunobead (spermatozoa motil dengan bound beads, %) <50
Zinc seminal (µmol/ejakulat) >2,4
Fruktosa seminal (µmol/ejakulat) >13
Glukosidase netral seminal (µmol/ejakulat) >20
PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK
MENILAI INFERTILITAS PADA PRIA
Nomenklatur Deskripsi
Aspermia Tidak ditemukan ejakulat
Hipospermia Volume ejakulat kurang dari nilai referensi
Hemospermia Ditemukan eritrosit dalam ejakulat
Leukospermia Konsentrasi leukosit dalam ejakulat lebih dari nilai referensi
Azoospermia Tidak ditemukan spermatozoa dalam ejakulat setelah dilakukan sentrifugasi
Kriptozoospermia Tidak ditemukan spermatozoa pada preparat basah tetapi setelah sentrifugasi
ditemukan spermatozoa
Oligozoospermia Jumlah total (atau konsentrasi) spermatozoa kurang dari nilai referensi
Asthenozoospermia Persentase spermatozoa progresif (PR) lebih rendah dari nilai referensi
Nekrozoospermia Persentase spermatozoa hidup rendah dalam ejakulat
Teratozoospermia Persentase spermatozoa morfologi normal kurang dari nilai referensi
Normozoospermia Jumlah total (konsentrasi) spermatozoa, persentase motilitas (PR), dan
morfologi normal sama dengan atau di atas referensi
PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK
MENILAI INFERTILITAS PADA PRIA
2. Frekuensi Analisis Semen
Jika hasil pemeriksaan analisis semen didapatkan normal sesuai dengan kriteria WHO, satu kali
pemeriksaan sudah mencukupi. Jika hasil analisis semen menunjukkan kelainan pada sekurang-kurangnya
2 kali pemeriksaan, diperlukan pemeriksaan andrologi lanjutan. Sampel semen yang diperiksa diambil
setelah abstinen selama 2 - 7 hari dengan jarak antar pemeriksaan minimal 7 hari. Hasil analisis semen
yang abnormal dapat berupa:
b) Oligozoospermia : < 15 juta spermatozoa/mL
c) Astenozoospermia : < 32% spermatozoa motil
d) Teratozoospermia : < 4% bentuk yang normal
Ketiga kelainan ini sering ditemukan bersamaan dan disebut sebagai sindrom Oligo-Asteno-
Teratozoospermia (OAT). Sama seperti azoospermia, pada kasus sindrom OAT yang ekstrim (< 1 juta
spermatozoa/mL) juga terjadi peningkatan insidens obstruksi saluran genital pria dan kelainan genetik.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK
MENILAI INFERTILITAS PADA PRIA
3. Pemeriksaan Hormon
Umumnya, hormone yang diperiksa yang berkaitan dengan defisiensi testikuler adalah Hormon
Gonadotropin yaitu FSH/LH, Testosteron dan prolactin juga dapat diperiksa bila memungkinkan.
Secara umum, kadar FSH berhubungan dengan jumlah spermatogonia:
a. Jika spermatogonia sedikit atau tidak ada, FSH biasanya meningkat
b. Jika jumlah spermatogonia normal namun terdapat gangguan perkembangan total pada
spermatosit atau spermatid, FSH berada pada nilai normal
c. Namun, pada beberapa individu, kadar FSH tidak mencerminkan status spermatogenensis secara
akurat.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK
MENILAI INFERTILITAS PADA PRIA
FSH LH T P Kondisi
N N N N Nonendokrin
↑ ↑ ↓ N Kegagalan testis primer
↓ ↓ ↓ N Hipogonadotropik hipogonadisme
↓ ↓ ↓ ↑ Hiperprolaktinemia
↓ ↓ ↑ N Hiperplasian adrenal kongenital
↑/N ↑/N ↑ N Insensitivitas androgen ringan
↑ N N N Kegagalan sel germinal
PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK
MENILAI INFERTILITAS PADA WANITA
A. Pemeriksaan Konfirmasi Ovulasi
Pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan konfirmasi ovulasi pada wanita dilakukan sesuai
dengan fase yang sedang berlangsung pada siklus menstruasinya. Pemeriksan yang
direkomendasikan untuk diperiksa untuk konfirmasi ovulasi adalah progesterone serum dan LH Urin.
Progesteron serum pada fase folikuler berkisar antara 0,3-0,8 ng/mL sedangkan pada fase luteal akan
meningkat dengan kisaran 4-20 ng/mL. Kadar progesterone 10 nmol/L menandakan indikasi adanya
suatu ovulasi dan menjadi indikasi pasti terjadi suatu ovulasi bila kadar progesterone serum
mencapai 30 nmol/L. Tepat pada saat ovulasi, Luteinizing Hormone berada dalam konsentrasi
tertinggi dalam serum, sehingga dapat ditemukan lonjakan kadar LH pada Urin.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK
MENILAI INFERTILITAS PADA WANITA
- Frekuensi dan keteraturan menstruasi harus ditanyakan kepada seorang perempuan.
Perempuan yang mempunyai siklus dan frekuensi haid yang teratur setiap bulannya, kemungkinan
mengalami ovulasi.
- Perempuan yang memiliki siklus haid teratur dan telah mengalami infertilitas selama 1 tahun,
dianjurkan untuk mengkonfirmasi terjadinya ovulasi dengan cara mengukur kadar progesteron
serum fase luteal.
- Pemeriksaan kadar progesteron serum perlu dilakukan pada perempuan yang memiliki siklus
haid panjang (oligomenorea). Pemeriksaan dilakukan pada akhir siklus (hari ke 28-35) dan dapat
diulang tiap minggu sampai siklus haid berikutnya terjadi.
SIKLUS HORMONAL MENSTRUASI
PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK
MENILAI INFERTILITAS PADA WANITA
B. Pemeriksaan Hormon
Pemeriksaan hormon dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis infertilitas dan menyingkirkan
diagnosis banding gangguan hormonal lainnya. Berikut rekomendasi pemeriksaan hormon pada
kasus infertilitas pada wanita:
◦ Kadar AMH
◦ Hitung folikel antral basal (FAB)
◦ FSH dan estradiol hari ke-3
PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK
MENILAI INFERTILITAS PADA WANITA
Untuk pemeriksaan cadangan ovarium, parameter yang dapat digunakan adalah AMH dan folikel antral basal (FAB). Berikut
nilai AMH dan FAB yang dapat digunakan:
1. Hiper-responder (FAB > 20 folikel / AMH > 4.6 ng/ml)
2. Normo-responder (FAB > 6-8 folikel / AMH 1.2 - 4.6 ng/ml)
3. Poor-responder (FAB < 6-8 folikel / AMH < 1.2 ng/ml).12
Bila dicurigai adanya gangguan hormonal pada sistem saraf pusat seperti hipotalamus dan hipofisis, dapat juga dilakukan
pemeriksaan hormone yang dihasilkan dari kelenjar tersebut. Pemeriksaannya dapat berupa pemeriksaan Gonadotropine
Releasing Hormone (GnRH) Serum, Prolaktin Serum, FSH/LH Serum. Kadar hormon yang abnormal dapat menandakan adanya
suatu gangguan pada kelenjar terkait yang dapat disebabkan oleh adanya infeksi maupun keganasan.
• Medikamentosa
• Pembedahan
Konvensional
• Inseminasi intra uterin (IIU)
• in vitro fertilization (FIV)
• intra cytoplasmic sperm injection (ICSI)
Reproduksi Berbantu
TATALAKSANA
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk memperoleh kehamilan setelah 12 bulan atau lebih
menikah melalui hubungan seksual secara teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi. Infertilitas
dibedakan menjadi dua jenis yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Penyebab dari
infertilitas dipengaruhi berbagai faktor baik dari pria maupun wanita seperti, faktor hormonal dan
anatofisiologis. Penegakan diagnosis dari infertilitas dapat berupa anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologis. Pada pria, pemeriksaan laboratorium yang
umum digunakan untuk menilai infertilitas adalah analisa semen dan pemeriksaan hormone.
Sedangkan pada wanita, pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menilai infertilitas
adalah penilaian konfirmasi ovulasi dan pemeriksaan hormone.
TERIMA KASIH

More Related Content

Similar to Referat PK Naufal Rabbany.pptx

REFERAT PCOS - pptx
REFERAT PCOS - pptxREFERAT PCOS - pptx
REFERAT PCOS - pptxzaki57645
 
Ca Endometrium ROB.pptx
Ca Endometrium ROB.pptxCa Endometrium ROB.pptx
Ca Endometrium ROB.pptxHenyPalapa
 
Diagnosa kebuntingan A 1.2
Diagnosa kebuntingan A 1.2Diagnosa kebuntingan A 1.2
Diagnosa kebuntingan A 1.2Jajat Rohmana
 
Tatalaksana emergensi kehamilan ektopik bagi dokter umum, RSPAD, 2014
Tatalaksana emergensi kehamilan ektopik bagi dokter umum, RSPAD, 2014Tatalaksana emergensi kehamilan ektopik bagi dokter umum, RSPAD, 2014
Tatalaksana emergensi kehamilan ektopik bagi dokter umum, RSPAD, 2014JudiEndjun Ultrasound
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHKharima SD
 
Hyperandrogenemia mempengaruhi morbiditas metabolik dan reproduksi pada sind...
Hyperandrogenemia mempengaruhi  morbiditas metabolik dan reproduksi pada sind...Hyperandrogenemia mempengaruhi  morbiditas metabolik dan reproduksi pada sind...
Hyperandrogenemia mempengaruhi morbiditas metabolik dan reproduksi pada sind...Afiqah Jasmi
 
Laporan Kasus 1_Abortus Spontan Inkomplit_Yusra Faisal Hamid.pptx
Laporan Kasus 1_Abortus Spontan Inkomplit_Yusra Faisal Hamid.pptxLaporan Kasus 1_Abortus Spontan Inkomplit_Yusra Faisal Hamid.pptx
Laporan Kasus 1_Abortus Spontan Inkomplit_Yusra Faisal Hamid.pptxTiffanieAlmas
 
Premarital check up.pptx
Premarital check up.pptxPremarital check up.pptx
Premarital check up.pptxssuser5bb3f3
 
Infertilitas
InfertilitasInfertilitas
Infertilitaskenggi
 
Tumor adneksa
Tumor adneksaTumor adneksa
Tumor adneksanurraisya
 
Deteksi dini-kanker-servik
Deteksi dini-kanker-servikDeteksi dini-kanker-servik
Deteksi dini-kanker-servikYenniy Ismullah
 
Pemeriksaan fisik ibu pada ibu hamil
Pemeriksaan fisik ibu pada ibu hamilPemeriksaan fisik ibu pada ibu hamil
Pemeriksaan fisik ibu pada ibu hamilrisdiana21
 
Pemeriksaan fisik ibu
Pemeriksaan fisik ibuPemeriksaan fisik ibu
Pemeriksaan fisik iburisdiana21
 

Similar to Referat PK Naufal Rabbany.pptx (20)

Infertilitas.pptx
Infertilitas.pptxInfertilitas.pptx
Infertilitas.pptx
 
REFERAT PCOS - pptx
REFERAT PCOS - pptxREFERAT PCOS - pptx
REFERAT PCOS - pptx
 
Ca Endometrium ROB.pptx
Ca Endometrium ROB.pptxCa Endometrium ROB.pptx
Ca Endometrium ROB.pptx
 
Askep infertilitas
Askep infertilitasAskep infertilitas
Askep infertilitas
 
Diagnosa kebuntingan A 1.2
Diagnosa kebuntingan A 1.2Diagnosa kebuntingan A 1.2
Diagnosa kebuntingan A 1.2
 
Infertilitas
InfertilitasInfertilitas
Infertilitas
 
Deteksi dini-kanker-servik
Deteksi dini-kanker-servikDeteksi dini-kanker-servik
Deteksi dini-kanker-servik
 
Tatalaksana emergensi kehamilan ektopik bagi dokter umum, RSPAD, 2014
Tatalaksana emergensi kehamilan ektopik bagi dokter umum, RSPAD, 2014Tatalaksana emergensi kehamilan ektopik bagi dokter umum, RSPAD, 2014
Tatalaksana emergensi kehamilan ektopik bagi dokter umum, RSPAD, 2014
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
 
Hyperandrogenemia mempengaruhi morbiditas metabolik dan reproduksi pada sind...
Hyperandrogenemia mempengaruhi  morbiditas metabolik dan reproduksi pada sind...Hyperandrogenemia mempengaruhi  morbiditas metabolik dan reproduksi pada sind...
Hyperandrogenemia mempengaruhi morbiditas metabolik dan reproduksi pada sind...
 
Laporan Kasus 1_Abortus Spontan Inkomplit_Yusra Faisal Hamid.pptx
Laporan Kasus 1_Abortus Spontan Inkomplit_Yusra Faisal Hamid.pptxLaporan Kasus 1_Abortus Spontan Inkomplit_Yusra Faisal Hamid.pptx
Laporan Kasus 1_Abortus Spontan Inkomplit_Yusra Faisal Hamid.pptx
 
Terapki Kanker Payudara | www.terapikankerindonesia.com
Terapki Kanker Payudara | www.terapikankerindonesia.comTerapki Kanker Payudara | www.terapikankerindonesia.com
Terapki Kanker Payudara | www.terapikankerindonesia.com
 
Premarital check up.pptx
Premarital check up.pptxPremarital check up.pptx
Premarital check up.pptx
 
Infertilitas
InfertilitasInfertilitas
Infertilitas
 
Infertilitas
InfertilitasInfertilitas
Infertilitas
 
Tumor adneksa
Tumor adneksaTumor adneksa
Tumor adneksa
 
Deteksi dini-kanker-servik
Deteksi dini-kanker-servikDeteksi dini-kanker-servik
Deteksi dini-kanker-servik
 
Pemeriksaan fisik ibu pada ibu hamil
Pemeriksaan fisik ibu pada ibu hamilPemeriksaan fisik ibu pada ibu hamil
Pemeriksaan fisik ibu pada ibu hamil
 
Pemeriksaan fisik ibu
Pemeriksaan fisik ibuPemeriksaan fisik ibu
Pemeriksaan fisik ibu
 
225746559 isi-case
225746559 isi-case225746559 isi-case
225746559 isi-case
 

Recently uploaded

Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningSamFChaerul
 
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxheru687292
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxmariaboisala21
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Shary Armonitha
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfAuliaAulia63
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxImahMagwa
 
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxPPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxsitifaiza3
 
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptxBAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptxchleotiltykeluanan
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 

Recently uploaded (9)

Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
 
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
 
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxPPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
 
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptxBAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 

Referat PK Naufal Rabbany.pptx

  • 1. PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK MENILAI INFERTILITAS DOKTER MUDA REGULER PATOLOGI KLINIK BAGIAN/KSM PATOLOGI KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA – RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH 2022 REFERAT Pembimbing dr. Desiana, M.Ked(Clinpath), SpPK(K) Presentan Naufal Rabbany
  • 2. PENDAHULUAN Ketidakmampuan untuk memperoleh kehamilan setelah 12 bulan atau lebih menikah melalui hubungan seksual secara teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi. Infertilitas 1 dari 4 pasangan di Negara berkembang mengalami masalah infertilitas Berdasarkan data dari WHO pada tahun 2012, Prevalensi Infertilitas pada pasangan di Indonesia berusia 20-25 tahun mencapai 21,8% Pemeriksaan Laboratorium merupakan salah satu metode untuk mengevaluasi infertilitas dari aspek etiologi, faktor genetic, diagnosis klinis yang mendasari, dan mengidentifikasi faktor risiko yang bersifat reversibel sehingga dapat ditentukan penanganan yang tepat.
  • 4. DEFINISI • Infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan suatu pasangan untuk melakukan konsepsi setelah satu tahun dengan frekuensi hubungan seksual tanpa kontrasepsi. . . EPIDEMIOLOGI • Data dari WHO tahun 2010 menunjukkan sekitar 25% pasangan mengalami masalah infertilitas. • Sebanyak 64% dari pasangan yang mengalami infertilitas disebabkan oleh faktor wanita, dan 36% faktor pria.
  • 5. ETIOLOGI Wanita Etiologi Infertilitas Pria 1. Gangguan Produksi Sperma Faktor genetik (Klinefelter syndrome), mikrodelesi kromosom Y atau kerusakan langsung lainnya terkait anatomi (varikokel), infeksi, atau endotoksin. 1. Gangguan Ovulasi (30-40%) Terjadinya anovulasi dapat disebabkan tidak ada atau sedikitnya produksi gonadotropin releasing hormone (GnRH) oleh hipotalamus (40 % kasus), sekresi hormon prolaktin oleh tumor hipopise (20 % kasus), polycystic ovary syndrome (PCOS) (30 % kasus), kegagalan ovarium dini (10%). 2. Gangguan Fungsi Sperma Misalnya akibat antibodi, antisperma, radang saluran genital, varikokel, kegagalan reaksi akrosom, ketidaknormalan biokimia, atau gangguan dengan perlengketan sperma 3. Sumbatan pada Duktus Dapat disebabkan oleh vasektomi maupun kelainan kongenital 2. Kelainan Anatomis Organ Reproduksi - Tuba Fallopi : Obstruksi akibat kondisi lain. - Uterus : Septum Uterus dan Mioma Uteri - Endometrium : Endometriosis dan Polip
  • 6. PENEGAKAN DIAGNOSIS INFERTILITAS PADA PRIA Anamnesis : ◦ Riwayat hubungan seksual ◦ Durasi infertilitas ◦ Kesuburan sebelumnya ◦ Penyakit masa kanak-kanak dan riwayat perkembangan ◦ Penyakit medis sistematik dan terapinya (diabetes mellitus dan penyakit pernapasan bagian atas) ◦ Operasi daerah inguinal/pelvis/testis sebelumnya ◦ Obat dan alergi ◦ Infeksi menular seksual ◦ Paparan gonadotoksins (bakan kimia, kemoterapi, dan radioterapi) ◦ Gaya hidup pribadi (merokok, konsumsi alkohol, narkoba) ◦ Riwayat infertilitas dalam keluarga dan cacar bawaan lainnya
  • 7. Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan fisik pada pasien infertil terdiri dari pemeriksaan umum berupa Tinggi, berat badan, indeks massa tubuh pasien, serta tekanan darah perlu diperiksa. Derajat androgenisasi dapat dinilai dengan mencari pola distribusi rambut pria. Pemeriksaan genital yang dapat dilakukan yaitu :  Penis : Fimosis, Parafimosis, Lokasi MUE  Testis : letak, ukuran, dan konsistensi  Epididimis : Letak, Ukuran  Vas Deferens : Beserta isi Plexus Pampiniformis  Varikokel  Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan genital, dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu analisa semen. PENEGAKAN DIAGNOSIS INFERTILITAS PADA PRIA
  • 8. PENEGAKAN DIAGNOSIS INFERTILITAS PADA WANITA Anamnesis : Anamnesis masih merupakan cara terbaik untuk mencari penyebab infertilitas pada wanita. Faktor-faktor penting yang berkaitan dengan infertilitas yang harus ditanyakan kepada pasien adalah : Usia pasien Riwayat kehamilan sebelumnya Panjang siklus haid, Riwayat penyakit sebelumnya dan sekarang, Riwayat operasi Frekuensi koitus dan waktu koitus.
  • 9. Pemeriksaan Fisik : Berat badan, Tinggi Badan, dan Index Massa Tubuh Adanya hirsutism atau akantosis nigran Besar tiroid, adanya nodul tiroid Pemeriksaan payudara, meliputi palpasi massa payudara dan sekret yang keluar dari puting Klasifikasi Tanner pada perkembangan payudara Pemeriksaan klitoris, cincin himen, vagina, dan servik. Menilai adanya septum pada vagina Menilai adanya stenosis servik atau posisi servik yang jauh dari garis tengah Pemeriksaan posisi uterus dan besar uterus serta mobilitasnya Pemeriksaan massa atau pembengkakan pada adneksa Pemeriksaan pada ligamen sakrouterina dan cul de sac. PENEGAKAN DIAGNOSIS INFERTILITAS PADA WANITA
  • 10. Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan Konfirmasi Ovulasi Pemeriksaan Hormon Pemeriksaan Kelainan Uterus Pemeriksaan Kelainan Tuba Pemeriksaan Infeksi Chlamydia Pemeriksaan Uji Pasca Senggama Histeroskopi dan Laparoskopi (Gold Standard) PENEGAKAN DIAGNOSIS INFERTILITAS PADA WANITA
  • 11. PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK MENILAI INFERTILITAS PADA PRIA 1. Analisis Semen Parameter Batas bawah Volume semen (mL) 1,5 (1,4-1,7) Jumlah sperma total (106 per ejakulat 39 (36-46) Konsentrasi sperma (106 per mL) 15 (12-16) Motilitas total (PR+NP, %) 40 (38-42) Motilitas progresif (PR,%) 32 (31-34) Vitalitas (spermatozoa yang hidup, %) 58 (55-63) Morfoogi sperma (bentuk normal, %) 4 (3-4) pH >7,2 Leukosit peroksidase positif (106 per mL) <1,0 Pemeriksaan opsional Tes MAR (spermatozoa motil dengan partikel ikatan, %) <50 Tes immunobead (spermatozoa motil dengan bound beads, %) <50 Zinc seminal (µmol/ejakulat) >2,4 Fruktosa seminal (µmol/ejakulat) >13 Glukosidase netral seminal (µmol/ejakulat) >20
  • 12. PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK MENILAI INFERTILITAS PADA PRIA Nomenklatur Deskripsi Aspermia Tidak ditemukan ejakulat Hipospermia Volume ejakulat kurang dari nilai referensi Hemospermia Ditemukan eritrosit dalam ejakulat Leukospermia Konsentrasi leukosit dalam ejakulat lebih dari nilai referensi Azoospermia Tidak ditemukan spermatozoa dalam ejakulat setelah dilakukan sentrifugasi Kriptozoospermia Tidak ditemukan spermatozoa pada preparat basah tetapi setelah sentrifugasi ditemukan spermatozoa Oligozoospermia Jumlah total (atau konsentrasi) spermatozoa kurang dari nilai referensi Asthenozoospermia Persentase spermatozoa progresif (PR) lebih rendah dari nilai referensi Nekrozoospermia Persentase spermatozoa hidup rendah dalam ejakulat Teratozoospermia Persentase spermatozoa morfologi normal kurang dari nilai referensi Normozoospermia Jumlah total (konsentrasi) spermatozoa, persentase motilitas (PR), dan morfologi normal sama dengan atau di atas referensi
  • 13. PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK MENILAI INFERTILITAS PADA PRIA 2. Frekuensi Analisis Semen Jika hasil pemeriksaan analisis semen didapatkan normal sesuai dengan kriteria WHO, satu kali pemeriksaan sudah mencukupi. Jika hasil analisis semen menunjukkan kelainan pada sekurang-kurangnya 2 kali pemeriksaan, diperlukan pemeriksaan andrologi lanjutan. Sampel semen yang diperiksa diambil setelah abstinen selama 2 - 7 hari dengan jarak antar pemeriksaan minimal 7 hari. Hasil analisis semen yang abnormal dapat berupa: b) Oligozoospermia : < 15 juta spermatozoa/mL c) Astenozoospermia : < 32% spermatozoa motil d) Teratozoospermia : < 4% bentuk yang normal Ketiga kelainan ini sering ditemukan bersamaan dan disebut sebagai sindrom Oligo-Asteno- Teratozoospermia (OAT). Sama seperti azoospermia, pada kasus sindrom OAT yang ekstrim (< 1 juta spermatozoa/mL) juga terjadi peningkatan insidens obstruksi saluran genital pria dan kelainan genetik.
  • 14. PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK MENILAI INFERTILITAS PADA PRIA 3. Pemeriksaan Hormon Umumnya, hormone yang diperiksa yang berkaitan dengan defisiensi testikuler adalah Hormon Gonadotropin yaitu FSH/LH, Testosteron dan prolactin juga dapat diperiksa bila memungkinkan. Secara umum, kadar FSH berhubungan dengan jumlah spermatogonia: a. Jika spermatogonia sedikit atau tidak ada, FSH biasanya meningkat b. Jika jumlah spermatogonia normal namun terdapat gangguan perkembangan total pada spermatosit atau spermatid, FSH berada pada nilai normal c. Namun, pada beberapa individu, kadar FSH tidak mencerminkan status spermatogenensis secara akurat.
  • 15. PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK MENILAI INFERTILITAS PADA PRIA FSH LH T P Kondisi N N N N Nonendokrin ↑ ↑ ↓ N Kegagalan testis primer ↓ ↓ ↓ N Hipogonadotropik hipogonadisme ↓ ↓ ↓ ↑ Hiperprolaktinemia ↓ ↓ ↑ N Hiperplasian adrenal kongenital ↑/N ↑/N ↑ N Insensitivitas androgen ringan ↑ N N N Kegagalan sel germinal
  • 16. PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK MENILAI INFERTILITAS PADA WANITA A. Pemeriksaan Konfirmasi Ovulasi Pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan konfirmasi ovulasi pada wanita dilakukan sesuai dengan fase yang sedang berlangsung pada siklus menstruasinya. Pemeriksan yang direkomendasikan untuk diperiksa untuk konfirmasi ovulasi adalah progesterone serum dan LH Urin. Progesteron serum pada fase folikuler berkisar antara 0,3-0,8 ng/mL sedangkan pada fase luteal akan meningkat dengan kisaran 4-20 ng/mL. Kadar progesterone 10 nmol/L menandakan indikasi adanya suatu ovulasi dan menjadi indikasi pasti terjadi suatu ovulasi bila kadar progesterone serum mencapai 30 nmol/L. Tepat pada saat ovulasi, Luteinizing Hormone berada dalam konsentrasi tertinggi dalam serum, sehingga dapat ditemukan lonjakan kadar LH pada Urin.
  • 17. PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK MENILAI INFERTILITAS PADA WANITA - Frekuensi dan keteraturan menstruasi harus ditanyakan kepada seorang perempuan. Perempuan yang mempunyai siklus dan frekuensi haid yang teratur setiap bulannya, kemungkinan mengalami ovulasi. - Perempuan yang memiliki siklus haid teratur dan telah mengalami infertilitas selama 1 tahun, dianjurkan untuk mengkonfirmasi terjadinya ovulasi dengan cara mengukur kadar progesteron serum fase luteal. - Pemeriksaan kadar progesteron serum perlu dilakukan pada perempuan yang memiliki siklus haid panjang (oligomenorea). Pemeriksaan dilakukan pada akhir siklus (hari ke 28-35) dan dapat diulang tiap minggu sampai siklus haid berikutnya terjadi.
  • 19. PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK MENILAI INFERTILITAS PADA WANITA B. Pemeriksaan Hormon Pemeriksaan hormon dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis infertilitas dan menyingkirkan diagnosis banding gangguan hormonal lainnya. Berikut rekomendasi pemeriksaan hormon pada kasus infertilitas pada wanita: ◦ Kadar AMH ◦ Hitung folikel antral basal (FAB) ◦ FSH dan estradiol hari ke-3
  • 20. PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK MENILAI INFERTILITAS PADA WANITA Untuk pemeriksaan cadangan ovarium, parameter yang dapat digunakan adalah AMH dan folikel antral basal (FAB). Berikut nilai AMH dan FAB yang dapat digunakan: 1. Hiper-responder (FAB > 20 folikel / AMH > 4.6 ng/ml) 2. Normo-responder (FAB > 6-8 folikel / AMH 1.2 - 4.6 ng/ml) 3. Poor-responder (FAB < 6-8 folikel / AMH < 1.2 ng/ml).12 Bila dicurigai adanya gangguan hormonal pada sistem saraf pusat seperti hipotalamus dan hipofisis, dapat juga dilakukan pemeriksaan hormone yang dihasilkan dari kelenjar tersebut. Pemeriksaannya dapat berupa pemeriksaan Gonadotropine Releasing Hormone (GnRH) Serum, Prolaktin Serum, FSH/LH Serum. Kadar hormon yang abnormal dapat menandakan adanya suatu gangguan pada kelenjar terkait yang dapat disebabkan oleh adanya infeksi maupun keganasan.
  • 21. • Medikamentosa • Pembedahan Konvensional • Inseminasi intra uterin (IIU) • in vitro fertilization (FIV) • intra cytoplasmic sperm injection (ICSI) Reproduksi Berbantu TATALAKSANA
  • 23. KESIMPULAN Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk memperoleh kehamilan setelah 12 bulan atau lebih menikah melalui hubungan seksual secara teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi. Infertilitas dibedakan menjadi dua jenis yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Penyebab dari infertilitas dipengaruhi berbagai faktor baik dari pria maupun wanita seperti, faktor hormonal dan anatofisiologis. Penegakan diagnosis dari infertilitas dapat berupa anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologis. Pada pria, pemeriksaan laboratorium yang umum digunakan untuk menilai infertilitas adalah analisa semen dan pemeriksaan hormone. Sedangkan pada wanita, pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menilai infertilitas adalah penilaian konfirmasi ovulasi dan pemeriksaan hormone.