SlideShare a Scribd company logo
1 of 79
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindakan operasi merupakan salah satu jalan untuk menolong
persalinan sehingga tercapai well born baby dan well health mother. Kini
tindakan operasi sudah dapat di terima oleh masyarakat bahkan sering
dijumpai permintaan persalinan dengan operasi Sectio caesarea, dengan insisi
dibagian awah dan persalinan berikut dilakukan dengan tindakan yang sama
serta diikuti sterilisasi memakai teknik MA (Vasektomi Tuba) (Manuaba,
2007).
Caesarea adalah suatu pembedahan untuk melahirkan janin dengan
sayatan pada dinding perut dan dinding rahim (Manuaba, 2007). Ada beberapa
penyebab yang sering terjadi dan harus dilakukan caesar yaitu partus lama,
partus tak maju, panggul sempit dan janin terlalu besar, sehingga jalan satu
satunya adalah caesar. Jika tidak dilakukan caesar akan membahayakan
nyawa ibu dan nyawa janin (Wiknjosastro, 2007). Jumlah persalinan caesarea
di rumah sakit Pemerintah adalah sekitar 20-25% dari total persalinan,
sedangkan di rumah sakit Swasta jumlahnya sangat tinggi yaitu sekitar 30-
80% dari total persalinan (Himapid, 2009).
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding rahim. Ada tiga teknik Sectio caesarea,
yaitu transperitonealis, corporal (klasik), dan ekstraperitoneal. Sectio caesar
2
2
adalah lahirnya janin, plasenta dan selaput ketuban melalui irisan yang dibuat
pada dinding perut dan rahim (Jurnal.unimus.ac.id, 2014).
Beberapa kerugian dari persalinan yang dijalani melalui bedah caesar,
yaitu adanya komplikasi lain yang dapat terjadi saat tindakan bedah caesar
dengan frekuensi di atas 11%, antara lain cedera kandung kemih, cedera
rahim, cedera pada pembuluh darah, cedera pada usus, dan infeksi yaitu
infeksi pada rahim/endometritis, alat-alat berkemih, usus, serta infeksi akibat
luka operasi. Pada operasi caesar yang direncanakan angka komplikasinya
kurang lebih 4,2% sedangkan untuk operasi caesar darurat (sectio caesar
emergency) berangka kurang lebih 19%. Setiap tindakan operasi caesar
memiliki tingkat kesulitan berbeda-beda. Pada operasi kasus persalinan macet
dengan kedudukan kepala janin pada akhir jalan lahir misalnya, sering terjadi
cedera pada rahim bagian bawah atau cedera pada kandung kemih (robek).
Sedangkan pada kasus bekas operasi sebelumnya dimana dapat ditemukan
perlekatan organ dalam panggul sering menyulitkan saat mengeluarkan bayi
dan dapat pula menyebabkan cedera pada kandung kemih dan usus
(www.academia.edu /2014).
Berdasarkan data yang diambil dari catatan rekam medik RSUD
Sawerigading Palopo dari bulan Januari – Septmber 2014 tercatat data 728 ibu
bersalin, jumlah pasien bersalin normal sebanyak 495 (67%), ibu bersalin
dengan Sectio caesarea sejumlah 90 orang (12%) dan 20 orang (2%) terdiri
dari ibu bersalin dengan vakum ekstraksi dan episiotomi. Indikasi persalinan
dengan Sectio caesarea antara lain adalah presentasi bokong 35 orang (4%),
3
3
ketuban pecah dini (KPD) 15 orang (2%), preeklamsi ringan 10 orang (1%),
preeklamsi berat 15 orang (2%), CPD 7 orang (0,9%) dan induksi gagal 35
orang (4%).
Berdasarkan uraian diatas penulis untuk melakukan pengelolaan kasus
dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny “N” Post Op Sectio caesarea
indikasi ketuban pecah dini (KPD) di BLUD RSUD Sawerigading Palopo”.
B. Rumusan Masalah
“Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Pada Ny “N” Post Op Sectio
caesarea Indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) di BLUD RSUD Sawerigading
Palopo pada tanggal 23-16 Desember 2014 ?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif
dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan pada Ny “N”
Post Op Sectio Caesarea Indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) di BLUD
RSUD Sawerigading Palopo pada tanggal 23-16 Desember 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian data subjektif pada Ny “N” Post Op
Sectio Caesarea Indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) di BLUD RSUD
Sawerigading Palopo pada tanggal 23-16 Desember 2014.
b. Dapat melakukan pengkajian data objektiff pada Ny “N” Post Op
Sectio Caesarea Indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) di BLUD RSUD
Sawerigading Palopo pada tanggal 23-16 Desember 2014.
4
4
c. Dapat melakukan analisa data pada Ny “N” Post Op Sectio Caesarea
Indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) di BLUD RSUD Sawerigading
Palopo pada tanggal 23-16 Desember 2014.
d. Dapat melakukan penatalaksanaan pada bayi “Ny “N” Post Op Sectio
Caesarea Indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) di BLUD RSUD
Sawerigading Palopo pada tanggal 23-16 Desember 2014.
5
5
BAB II
TINJAUAN TIORI
A. Tinjauan Umum Tentang Nifas
1. Pengertian
Nifas adalah masa post partum atau puerperium yaitu masa atau
waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai
enam minggu berikutnya disertai dengan pulihnya kembali organ-organ
yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti
perlukaan dan lain sebagainya yang berkaitan dengan saat melahirkan
(Suherni, 2007).
Masa nifas adalah dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu berikutnya. Masa Nifas (puerperium) adalah
waktu yang diperlukan untuk kembalinya organ genetalia internal menjadi
normal secara anatomi dan fungsional yaitu sekitar 6 minggu (Manuaba,
2007).
2. Periode Nifas
Menurut Bahiyatun (2009 ), masa nifas dibagi menjadi 3 periode
yaitu:
a. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah di perbolehkan
berdiri dan berjalan.
b. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genetalia.
6
6
c. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin
beberapa minggu, bulan, atau tahun.
3. Perubahan Masa Nifas
Pada masa nifas, alat genitalia internal dan eksternal akan berangsur-
angsur pulih seperti keadaan seperti hamil.
a. Uterus
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses diman
uterus kembali kekondisi sebelum hanil dengan bobot hanya 60 gram.
b. Bekas Implantasi Uri
Bagian implantasi plasenta merupakan suatu luka yang kasar
dan menonjol ke dalam kavum uteri segmen setelah persalinan.
Penonjolan tersebut dengan diameter ±7.5 cm, sering disangka sebagai
suatu bagian plasenta yang tertinggal. Sesudah 2 minggu diameternya
menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah mencapai 2,4 mm.
c. Luka-luka pada jalan lahir
Seperti luka bekas episiotomi yang telah dijahit, luka pada
vagina dan servik, umumnya bila tidak seberapa luka akan sembuh
pueperiu, kecuali bila infeksi.
d. Rasa sakit
7
7
Rasa sakit atau disebut juga dengan after pains (meriang atau
mules-mules) disebabkan oleh kontraksi rahim dan berlangsung 2-4
hari pasca persalinan (Winkjosastro, 2007).
e. Lochea
Lochea adalah ekresi cairan rahim selama masa nifas.Lochea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam
uterus.Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat
organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada
pada vagina normal. Lochea mempunyai bau amis/anyir seperti darah
mensruasi meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda–
beda pada setiap wanita.Locheayang berbau tidak sedap menandakan
adanya infeksi.Locheamempunyai perubahan karena proses involusi
(Suherni, dkk, 2008).
Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan:
1) Lochea Rubra / Merah (Kruenta)
Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 masa
postpartum.Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah
segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi,
lanugo, (rambut bayi ) dan meconium.
2) Lochea Sanguinolenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan
berlendir.Berlangsung hari ke 4 sampai hari ke7 postpartum.
3) Lochea Serosa
8
8
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karenamengandung
serum, leukosit dan dan robekan/laserasi plasenta.Muncul pada hari
ke 7 sampai hari ke 14 postpartum.
4) Lochea Alba / Putih
Mengandung leokosit, sel desidua, sel epitel, selaput lender
servik dan serabut jaringan yang mati.Lochea alba bias berlangsung
selama 2 sampai 6 minggu post partum. Lochea rubra yang
menetap pada awal periode postpartum menunjukkan adanya
perdarahan postpartum sekunder yang mungkin disebabkan
tertinggalnya sisa/selaput plasenta.
Lochea serosa atau alba yang berlangsung bias menandakan adanya
endometritis, terutama jika diertai demam, rasa sakit atau nyeri
tekan pada abdomen. Bila terjadi infeksi, keluar cairan nanah
berbau busuk yang disebut dengan locheapurulenta.Pengeluaran
lochea yang tidak lancar disebut dengan lochea statis.
f. Servik
Servik mengalami involusi bersama-sama denganuterus.Warna
servik sendiri merah kehitam hitaman karena penuh pembuluh darah,
konsistensinyalunak,kadang-kadang terdapat laserasi/perlukaan kecil
karena robekan kecil yang terjadi selama di laktasi, serviks tidak
pernah kembali pada keadaan sebelum hamil. Bentuknya seperti
corong karena disebabkan oleh korpus uteri yang mengadakan
kontraksi, sehingga perbatasan antara korpus uteri dan serviks
9
9
perbentuk cincin. Muara serviks yang berlaktasi 10 cm pada waktu
persalinan, menutup secara bertahap. Setelah bayi lahir, tangan masih
masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki 2-3 jari, pada
minggu ke 6 post partum servik menutup (Farrer, 2002).
g. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan dan perenggangan
yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara
bertahap dalam 6-8 minggu post partum. Penurunan hormone estrogen
pada masa post partum berperan dalam penipisan mukosa vagina dan
hilangnya rugae. Rugae akan lihat kembali pada sekitar minggu ke 4.
h. Ligamen-ligamen
Ligamen dan diagfrahma pelvis serta fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan partus, setelah jalan lahir berangsur-angsur
mengecil kembali seperti sediakala (Winkjosastro, 2007).
4. Adaptasi Psikologi Masa Nifas
a. Masa Taking In
1) Dimulai sejak dilahirkan sampai 2-3 hari
2) Ibu bersifat pasif dn berorientasi pada diri sendiri.
3) Tingkat ketergantungan tinggi.
4) Kebutuhan nutrisi dan istirahat tinggi
b. Masa taking hold
1) Berlangsung sampai dua minggu
2) Klien mulai tertarik pada bayi
10
10
3) Ibu berupaya melakukan perawatan mandiri
c. Masa taking go
1) Berlangsung pada minggu ke-3 sampai minggu ke-4
2) Perhatian pada bayi sebagai individu terpisah
5. Kebutuhan dasar ibu nifas
a. Nutrisi
Nutrisi yang di konsumsi harus bermutu tinggi, bergizi
dancukup kalori. Kalori bagus untuk proses metabolisms tubuh, kerja
organ tubuh, proses pembentukan ASI. Wanita dewasa memerlukan
2.200 k kalori. Ibu menyusui memerlukan kalori yang sama dengan
wanita dewasa + 700 k. kalori pada 6 bulan pertama kemudian + 500
k. kalori bulan selanjutnya (Retna, 2008).
b. Gizi Ibu Menyusui
Menurut Retna (2008), gizi ibu menyusui meliputi:
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
2) Makan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan
vitamin yang cukup.
3) Minum sedikitnya 3 liter setiaphari (anjurkan ibu untuk minum
setiap kali menyusui).
4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca bersalin.
5) Minum Vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan Vitamin A
kepada bayinya melalui ASI nya.
11
11
Sesudah satu bulan pasca persalinan, makanlah makanan yang
mengandung kalori cukup banyak untuk mempertahankan berat badan
si ibu. Penurunan berat badan lebih dari setengah kilogram perminggu
dan pembatasan kalori yang terlalu ketat akan rnengganggu gizi dan
kesehatan ibu serta dapat membuat ibu memproduksi ASI lebih lanjut.
c. Cairan
Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses metabolisme
tubuh. Minumlah cairan cukup untuk membuat tubuh ibu tidak
dehidrasi (Retna, 2008).
d. Mobilisasi
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan. Lebih-lebih
bila partus agak lama. Oleh karena itu, ia harus cukup
beristrirahat.Delapan jam post partum wanita tersebut harus tidur
telentanguntuk mencegah terjadinya pendarahan post partum. Sesudah
8jam, ia boleh miring ke kiri atau ke kanan, untuk mencegah adanya
thrombosis (Wiknjosastro, 2007).
e. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya
makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-
sayuran dan buah-buahan (Arita, 2008).
12
12
f. Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Bila
kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan
katerisasi (Arita, 2008).
g. Defekasi
Beberapa wanita mengalami konstipasi pada masa nifas, namun
kebanyakan kasus sembuh secara spontan, jika tidak, dapat diberikan
supositoria biskodil per rectal untuk melunakan tinja(Llewellyn, 2002).
h. Perawatan Payudara (Mammae )
Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari
kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan mammae. Bayi mulai
disusui, isapan pada putting susu merupakan rangsangan psikis secara
reflektoris yang mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh hipofise
(Arita, 2008).
6. Pemeriksaan Post Natal
a. Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi , keluhan, respirasi, suhu
b. Keadaan umum : tekanan darah, selera makan, dan lain-lain.
c. Payudara : ASI, putting susu.
d. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rektum.
e. Sekret yang keluar, missal Lochea.
f. Keadaan alat-alat kandungan.
13
13
7. Rawat gabung
Rawat gabung atau Roming-in adalah suatu system perawatan
dimana bayi serta ibu dirawat dalam satu unit (Wiknjosastro, 2007).
8. Perawatan Psikologis
Respon terhadap masa nifas sangat bervariasi dan di pengaruhi oleh
banyak factor, untuk itu klien perlu diberikan dukungan, pendekatan, dan
dorongan semangat guna mengantisipasi kemungkinan masalah psikis
masa nifas (Farrer, 2002).
Adapun nasehat untuk ibu post natal yaitu:
a. Fisioterapi post natal sangat baik diberikan
b. Sebaiknya bayi disusui
c. Kerjakan gimnastik sehabis bersalin
d. Untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarga sebaiknya melakukan KB
untuk memperoleh imunisasi.
B. Tinjauan Umum Tentang Sectio caesaria
1. Pengertian
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram
(Sarwono, 2002).
Sectio caesarea adalah lahirnya janin melalui insisi didinding
abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerektomi) (Garry, 2005).
2. Macam-macam operasi Sectio caesarea (Garry, 2005)
14
14
a. Abdomen
1) Sectio caesarea Abdominalis
a) SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus
uteri). Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada
korpus uteri kira-kira 10 cm.
Kelebihan:
(1) Mengeluarkan janin dengan cepat.
(2) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik.
(3) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal.
Kekurangan:
(1) Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena
tidak ada reperitonealis yang baik.
(2) Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi
ruptureuteri spontan.
b) SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada
segmen bawah rahim).
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada
segmen bawah rahim (low servical transversal) kirakira 10 cm.
Kelebihan:
(1) Penjahitan luka lebih mudah.
(2) Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.
(3) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk
menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum.
15
15
(4) Perdarahan tidak begitu banyak.
(5) Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih
kecil.
Kekurangan :
(1) Luka dapat melebar ke kiri, kanan dan bawah sehingga
dapat menyebabkan uteri uterine pecah sehingga
mengakibatkan perdarahan banyak.
(2) Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi
2) Sectio caesarea ekstra peritonealis yaitu tanpa membuka
peritoneum parietalis dengandemikian tidak membuka cavum
abdominal.
b. Vagina (Sectio caesarea vaginalis) Menurut sayatan pada rahim, Sectio
caesarea dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Sayatan memanjang (longitudinal).
2) Sayatan melintang (transversal).
3) Sayatan huruf T (T insicion).
3. Indikasi
Menurut Winkjosastro (2006), Operasi Sectio caesarea dilakukan
jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu
ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC
proses persalinan normal.
a. Fetal distress.
b. His lemah/melemah.
16
16
c. Janin dalam posisi sungsang atau melintang.
d. Bayi besar (BBL > 4,2 kg).
e. Plasenta previa.
f. Kelainan letak.
g. Disproporsi Cevalo-Pelvik (ketidakseimbangan antar ukuran kepala
dan panggul).
h. Rupture uteri mengancam.
i. Hydrocephalus.
j. Primi muda atau tua.
k. Partus dengan komplikasi.
l. Panggul sempit.
m. Problema plasenta
Kelemahan umum, partus tidak maju/partus lama, penyakit Jantung,
Placenta Previa dengan perdarahan hebat atau Placenta previa marginalis.
Pintu vagina lemah, tumor vagina tumor cervic. Kehamilan Serotinus
(lebih dari 42 minggu) Distocia karena kekurangan his Prolapsus Foniculli
Wiknjosastro (2006)
4. Komplikasi
Menurut Wiknjosastro (2006), Kemungkinan yang timbul setelah
dilakukan operasi ini antara lain:
Pada ibu :
a. Infeksi puerperal (Nifas) :
1) Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.
17
17
2) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi
3) dan perut sedikit kembung.
4) Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik.
b. Perdarahan:
1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.
2) Perdarahan pada plasenta bed.
3) Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemihbila
peritonealisasi terlalu tinggi.
4) Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya
karena jika pernah mengalami pembedahan pada dinding rahim
insisi yang dibuat menciptakan garis kelemahan yang sangat
beresikountuk rupture pada persalinan berikutnya.
Pada bayi : hipoksia, depresi pernafasan, sindrom gawat
pernafasan dan trauma persalinan
5. Pemeriksaan Diagnostik (Wiknjosastro, 2006)
a. Elektroensefalogram ( EEG ) :
Dipakai untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
b. Pemindaian CT :
Menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk
mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
c. Magneti resonance imaging ( MRI ) :
18
18
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetic dan
gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah daerah otak
yang tidak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT.
d. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) :
Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu
menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam
otak.
6. Penatalaksanaan ibu nifas post Sectio caesarea meliputi:
a. Manajemen post operatif
1) Pasien dibaringkan di dalam kamar pulih (kamar isolasi) dengan
pemantauan ketat tensi, nadi, nafas tiap 15 menit dalam 1 jam
pertama, kemudian 30 menit dalam 1 jam berikut dan selanjutnya.
2) Pasien tidur dengan muka ke samping dan yakinkan kepalanya
agak tengadah agar jalan nafas bebas.
3) Letakkan tangan yang tidak diinfus di samping badan agar cairan
infus dapat mengalir dengan lancar.
b. Mobilisasi/aktifitas
Pasien boleh menggerakkan kaki dan tangan serta tubuhnya
sedikit 8 – 12 jam kemudian duduk, bila mampuh pada 24 jam setelah
Sectio caesarea pasien jalan, bahkan mandi sendiri pada hari kedua.
c. Perawatan luka
Perawatan luka pada ibu nifas post Sectio caesarea adalah
merawat luka dengan cara mengganti balutan atau penutup yang sudah
19
19
kotor atau lama dengan penutup luka atau pembalut luka yang baru.
Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya luka infeksi serta
memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien.
d. Pemberian cairan
e. Penanganan nyeri
f. Kateter/eliminasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak
enak pada penderita, menghalangi involasi uterus dan menyebabkan
pendarahan oleh karena itu dianjurkan pemasangan kateter seperti
dower cateter/balon kateter yang terpasang selama 24 sampai 48 jam,
kecuali penderita dapat kencing sendiri. Kateter dibuka 12 – 24 jam
pasca pembedahan.Bila terdapat hematuria maka pengangkatan dapat
ditunda.
g. Berikan obat antibiotik dan analgetik (Wiknjosastro, 2006)
C. Tinjauan Umum Tentang Ketuban Pecah Dini (KPD)
1. Pengertian
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan, dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan.
Waktu sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi rahim disebut ketuban
pecah dini. Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung (Sarwono P,. 2009).
20
20
2. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini masih belum jelas, maka preventif
tidak dapat dilakukan kecuali dalam usaha penekanan infeksi. Menurut
Sarwono P,. (2009), penyebab ketuban pecah dini adalah :
a. Serviks inkompeten
b. Ketegangan rahim berlebihan
c. Polihidramnion
d. Gemeli
e. Kelainan letak janin dalam rahim
f. Riwayat KPD sebelumnya
g. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
h. Infeksi vagina
3. Tanda dan Gejala
Kadang – kadang agak sulit atau meragukan kita apakah ketuban
benar sudah pecah atau belum apabila pembukaan kanalis servikalis belum
ada atau kecil. Cara menentukannya sebagai berikut :
a. Adanya cairan berisi mekonium, verniks caseosa, rambut lanugo
b. Adanya cairan ketuban dari vagina
c. Perubahan warna kertas lakmus dari merah menjadi biru
d. Cairan berbau khas, tidak seperti bau urin (Sarwono P,. 2009)
4. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dapat berlangsung sebagai
berikut :
21
21
a. Ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi sehingga dapat menyebabkan ketegangan rahim
b. Bila terjadi serviks inkompeten, maka selaput ketuban sangat lemah
dan mudah pecah dan mengeluarkan air ketuban
c. Infeksi yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput
ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban
pecah
d. Kelainan bawaan selaput ketuban dimana selaput ketuban terlalu tipis
sehingga mudah pecah
Patofisiologi KPD menurut Wiknjosastro (2006) yaitu KPD terjadi
karena adanya kelainan pada amnion dan juga bisa pada selaput janin.
Kelainan pada hidramnion jumlahnya bisa mencapai 2000 cc atau lebih.
Karena volume berlebihan maka tekanan akan lebih besar. Hal ini akan
lebih memudahkan selaput janin mengalami kerusakan akibat dari selaput
janin yang jelek.
5. Diagnosis
Tentukan pecahnya selaput ketuban. Ditentukan dengan adanya
cairan ketuban di vagina, jika tidak ada dapat dicoba dengan gerakan
sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan.
Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (Nitrazin
test) merah menjadi biru, membantu dalam menentukan jumlah cairan
ketuban dan usia kehamilan, kelainan janin. Tentukan usia kehamilan bila
perlu dengan pemeriksaan USG. Tentukan ada tidaknya infeksi, tanda-
22
22
tanda infeksi bila suhu ibu 38o C, air ketuban yang keruh dan berbau.
Pemeriksaan air ketuban dengan tes LEA (leukosit estrase). Leukosit darah
> 15.000/mm3. Janin yang mengalami tekhikardi, mungkin mengalami
infeksi intrauterin.
Tentukan tanda-tanda inpartu. Tentukan adanya kontraksi yang
teratur, periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif
(terminasi kehamilan) antara lain untuk menilai skor pelvik (Sarwono P,.
2009).
6. Komplikasi
a. Bagi janin
1) Prematuritas
2) Infeksi
3) Semakin lama periode laten, semakin lama kala satu persalinan,
maka semakin besar insiden infeksi
4) Prolaps tali pusat
5) Mortalitas perinatal
b. Bagi ibu
1) Partus lama
Adanya inkoordinasi kontraksi otot rahim akibat dari induksi
persalinan dengan oksitosis sehingga menyebabkan sulitnya
kekuatan otot rahim untuk meningkatkan pembukaan serviks
2) Perdarahan post partum
3) Atonia uteri
23
23
Bila pada saat ketuban percah serviks belum matang atau belum
membuka, maka akan memperlama proses persalinan dan
menyebabkan kelelahan pada ibu yang berakibat pada lemahnya
kontraksi uterus
4) Infeksi nifas
Adanya infeksi intra partum akibat ketuban pecah lebih dari 6 jam.
7. Penatalaksanaan
a. Konservatif
1) Rawat di rumah sakit
2) Berikan antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg atau entromisin bila tak
tahan ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
3) Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada
infeksi, tes basa negatif beri deksametason, observasi tanda-tanda
infeksi, dan kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37
minggu.
5) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah
24 jam.
6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi.
24
24
7) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi
intrauteri)
8) Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid untuk memacu
kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar
lesitinm dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg
sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6
jam sebanyak 4 kali.
b. Aktif
1) Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal
seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprosto 25 µg - 50 µg
intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
2) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi, dan
persalinan diakhiri.
a) Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian
induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio
sesarea.
b) Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
(Sarwono P,. 2009).
D. Tinjuan Teori Asuhan Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah. Penemuan–penemuan, keterampilan
25
25
dalam rangka tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus
pada klien (Saminem, 2010; h. 39).
2. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)
a. Data Subjektif
Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata,
mencakup nama, umur, tempat tinggal, pekerjaan, status perkawinan,
pendidikan serta keluhan-keluhan yang diperoleh dari hasil
wawancara langsung pada pasien atau keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya.
b. Data Objektif
Data yang diperoleh dari pemeriksaan fisik mencakup inspeksi,
palpasi, perkusi, auskultasi, serta pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan laboratorium.
c. Asessment /Diagnosa
Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan
masalah yang mencakup masalah dan prediksi terhadap kondisi
tersebut. Penegakan diagnose kebidanan dijadikan sebagai dasar
tindakan dalam upaya penanggulangan ancaman keselamatan pasien.
d. Planning / Perencanaan
Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan
dilakukan oleh bidan dalammelakukan interfens iuntuk memecahkan m
asalah pasien/klien.
26
26
Tabel 2.2. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan.
7 langkah menurut
Varney (1997)
5 langkah menurut
Kompetensi Bidan
(2000)
SOAP
Langkah 1 :
Pengumpulan data
Langkah 1 :
Pengumpulan data
Data Subyektif
Data Obyektif
Langkah 2 :
Diagnosis/masalah
Langkah 2 :
Assessment/diagnosis
Assessment/Diagnosis
Langkah 3 :
Antisipasi diagnosis
masalah potensial
Langkah 4 :
Pertimbangan
perlunya
konsultasi/rujukan
Langkah 3 :
Rencana tindakan Rencana tindakan
1. Konsultasi/rujuk
2. Pemeriksaan
diagnostic/
laboratorium
3. Pemberian
pengobatan
4. Pendidikan kesehatan
dan konseling
kesehatan
5. Follow up pemeriksaan
Langkah 5 :
Rencana tindakan
Langkah 6 :
Implementasi
Langkah 4 :
Implementasi
Langkah 7 :
Evaluasi
Langkah 5 :
Evaluasi
Sumber : Depkes RI,tahun 2003.
27
27
BAB III
PERKEMBANGAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “N” G1P0A0 POST OP
SECTIO CAESAREA INDIKASI KETUBAN PECAH DINI
(KPD) DI BLUD RSUD SAWERIGADING PALOPO
TANGGAL 23 DESEMBER 2014
No.Register :
Tanggal masuk RS : 21 Desember 2014
Tanggal partus : 23 Desember 2014 jam 15.00 wita.
Tanggal pengkajian : 23 Desember 2014 jam 15.00 wita.
Identitas Ibu/Suami
 Nama : Ny’’N” /Tn’’R”
 Umur : 19 tahun/22 Tahun
 Nikah/lamanya : 1 kali /
 Agama : Islam/Islam
 Pendidikan : SMA/SMA
 Pekarjaan : IRT /Karyawa PLN
 Alamat : Lasaktia Raya, Lebang
A. Data Subjektif (S)
1. Melahirkan anak pertama pada tanggal 23 Desember 2014 pukul 15.00
Wita.
2. Post op section caesarea 5 jam
3. Nyeri menetap pada daerah bekas operasi
4. G1P0A0
28
28
5. Ibu belum aktif dalam memenuhi kebutuhannya
6. Ada pengeluaran darah dari jalan lahir
B. Data Objektif (O)
1. Keadaan umum ibu baik
2. Kesadaran komposmentis
3. Ekpresi meringis, Nyeri tekan (+)
4. Luka operasi terdapat pada abdomen, tertutup kassa dan kering
5. TTV : TD : 120/80 mmHg N: 84 x/menit , R: 24 x/menit S: 36,5 0C.
6. TFU : setinggi pusat
7. Kontraksi uterus (+), teraba keras dan bundar
8. Perdarahan ± 50 cc
9. Kandung Kemih : Kosong
Terapi :
a. Infuse infuse RL 20 tetes/menit
b. Kateter
c. Cefotaxime 1 gr/iv/12 jam
d. Ketorolac 1 ampul/8 jam/iv
C. Assessment (A)
Diagnosa aktual : Post SC hari I
Masalah aktual : Nyeri luka pada bekas operasi
Masalah potensial : Potensial terjadi infeksi pada luka bekas operasi
29
29
A. Planning (P)
Tanggal 23 Desember 2014 jam 15.15 wita
1. Mengobservasi TTV, TFU, kontraksi uterus, dan pengeluaran lochia
- TTV : TD 120/70 mmHg, N: 80 x/i, S: 36,50 C, P :20 x/i
- TFU setinggi pusat, kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar
- Lochia rubra, warna merah tua, dan berbau amis
2. Mengkaji tingkat nyeri yang dirasakan ibu
- Nyeri tingkat sedang
3. Ajarkan pasien teknik mengurangi rasa nyeri dengan nafas dalam
- Ibu mendemontrasikan nafas dalam selama periode nyeri
4. Motivasi ibu untuk bedrest selama 24 jam pertama sesuai instruksi dan
mobilisasi bertahap yaitu boleh miring kanan kiri setelah 8-12 jam post
operasi, dan boleh mulai duduk setelah 24 jam dan berjalan secara
bertahap.
- Ibu bersedia mengikuti anjuran
5. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan alat kelaminnya (personal
hygiene) dengan cara : mengganti pembalut setiap kali BAK/BAB atau
jika terasa penuh dan selesai mandi, membersihkan vulva setiap kali
selesai BAK/BAB dengan cara menyiram dari depan ke belakang
- Ibu bersedia mengikuti anjuran
e. Memberikan terapi sesuai program: injeksi Ketorolac 1 ampul/iv dan
Cefotaxime 1gr/iv
30
30
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY
“N” G1P0A0 POST OP SECTIO CAESAREA INDIKASI
KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI BLUD RSUD
SAWERIGADING PALOPO TANGGAL
24 DESEMBER 2014
Tanggal 24 Desember 2014 jam 08.00 wita
A. Data Subjektif (S) :
1. Nyeri pada daerah luka post operasi masih dirasakan
2. Ibu belum aktif dalam memenuhi kebutuhannya
3. Ada pengeluaran darah dari jalan lahir
B. Data Objektif (O) :
1. Keadaan umum ibu baik
2. Kesadaran komposmentis
3. Ekpresi meringis, nyeri tekan (+)
4. Luka post operasi : tidak ada pembengkakan, warna kemerahan, panas/
demam (-) , perdarahan (-)
5. TTV : TD : 120/80 mmHg N: 80 x/menit , R: 22 x/menit S: 36,7 0C.
6. TFU : 2 jbpst
7. Kontraksi uterus (+), teraba keras dan bundar
8. Perdarahan ± 10 cc
9. Genitalia terpasang kateter
Terapi :
1. Infuse infuse RL 20 tetes/menit
2. Kateter
3. Cefotaxime 1 gr/iv/12 jam
31
31
4. Ketorolac 1 ampul/8 jam/iv
C. Assesment (A)
Diagnosa : Nyeri luka pada bekas operasi
Masalah potensial : Potensial terjadi infeksi pada luka bekas operasi
D. Planning (P)
Tanggal 24 Desember 2014 , Jam 08.10 wita
1. Periksa keadaan umum dan vital sign setiap 4 jam sekali
- TTV : TD 120/70 mmHg, N: 80 x/i, S: 36,50 C, P :20 x/i
2. Periksa kontraksi uterus, TFU, perdarahan, pengeluaran Lochea setiap 4
jam sekali
- TFU setinggi pusat, kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar
Lochia rubra, warna merah tua, dan berbau amis.
6. Anjurkan ibu melakukan teknik dengan nafas dalam
- Ibu mendemontrasikan nafas dalam selama periode nyeri
3. Mengkaji karakteristik luka operasi
- Luka operasi tidak ada pembengkakan, warna kemerahan, panas/
demam (-) , perdarahan (-), pus (-).
4. Melakukan perawatan luka operasi
- Perawatan luka sesuai program terapi dan menjaga daerah luka agar
tetap bersih dan kering
5. Motivasi ibu untuk mobilisasi bertahap yaitu boleh miring kanan kiri dan
boleh mulai duduk setelah 24 jam dan berjalan secara bertahap.
- Ibu bersedia mengikuti anjuran.
32
32
6. Mengajarkan breast care untuk memperlancar proses laktasi ibu dan bayi
- Ibu mengerti perawatan payudara
7. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi untuk pemenuhan
nutrisi selama masa nifas dan menyusui
- Ibu bersedia mengikuti anjuran
8. Menjelaskan manfaat pemberian ASI Ekslusif dan segera menyusui
bayinya sedini mungkin
- Ibu mengerti dan bersedia member ASI Ekslusif kepada bayinya
9. Melakukan perawatan kateter
- Urine bag kosong, kateter lancar
10. Memberikan terapi sesuai program: injeksi Ketorolac 1 ampul/iv dan
Cefotaxime 1gr/iv
33
33
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY
“N” G1P0A0 DENGAN POST OP SECTIO CAESAREA
INDIKASI KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI BLUD RSUD
SAWERIGADING PALOPO TANGGAL
25 DESEMBER 2014
Tanggal 25 Desember 2014 jam 08.10 wita
A. Data Subjektif (S) :
1. Nyeri pada daerah luka post operasi berkurang
2. Ibu mulai melakukan mobilisasi bertahap
3. Ada pengeluaran darah dari jalan lahir
4. Sudah dapat miring kanan dan miring kiri dan mulai duduk tetapi hanya
sebentar.
B. Data Objektif (O) :
1. Keadaan umum ibu baik
2. Kesadaran komposmentis
3. Ekpresi meringis, nyeri tekan (+)
4. Luka post operasi : tidak ada pembengkakan, warna kemerahan, panas/
demam (-) , perdarahan (-)
5. TTV : TD : 120/80 mmHg N: 80 x/menit , R: 22 x/menit S: 36,7 0C.
6. TFU : 2 jbpst
7. Kontraksi uterus (+), teraba keras dan bundar
8. Perdarahan ± 10 cc
9. Genitalia terpasang kateter
Terapi :
1. Infuse infuse RL 20 tetes/menit
34
34
2. Kateter
3. Cefotaxime 1 gr/iv/12 jam
4. Ketorolac 1 ampul/8 jam/iv
C. Assesment (A)
Diagnosa : Nyeri luka pada bekas operasi
Masalah potensial : Potensial terjadi infeksi pada luka bekas operasi
D. Planning (P)
Tanggal 24 Desember 2014 , Jam 08.10 wita
1. Periksa keadaan umum dan vital sign setiap 4 jam sekali
- TTV : TD 120/70 mmHg, N: 80 x/i, S: 36,70 C, P :20 x/i
2. Periksa kontraksi uterus, TFU, perdarahan, pengeluaran Lochea setiap 4
jam sekali
- TFU setinggi pusat, kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar
Lochia rubra, warna merah tua, dan berbau amis.
3. Anjurkan ibu melakukan teknik dengan nafas dalam
- Ibu mendemontrasikan nafas dalam selama periode nyeri
4. Mengkaji karakteristik luka operasi
- Luka operasi tidak ada pembengkakan, warna kemerahan, panas/
demam (-) , perdarahan (-), pus (-).
5. Melakukan perawatan luka operasi
- Perawatan luka sesuai program terapi dan menjaga daerah luka agar
tetap bersih dan kering
6. Mengajarkan breast care untuk memperlancar proses laktasi ibu dan bayi
35
35
- Ibu mengerti perawatan payudara
7. Menjelaskan cara menyusui yang benar
- Ibu mendemonstrasikan cara menyusui yang benar
8. Menjelaskan tanda-tanda bahaya pada masa nifas, seperti ( demam dan
sakit kepala yang hebat,bengkak pada wajah, tangan dan payudara,
perdarahan yang banyak serta lochea yang berbau busuk, bayi tidak mau
menyusu, infeksi)
- Ibu mengerti tanda dan bahaya masa nifas
9. Melakukan perawatan kateter
- Urine tertampung 350 cc, kateter lancer
10. Menjelaskan kepada ibu tentang perlunya menggunakan alat kontrasepsi
yang sesuai dengan keadaan ibu (menyusui) yaitu mini pil atau suntikan
KB 3 bulan
- Ibu akan membicarakan dengan suaminya.
11. Memberikan terapi sesuai program: injeksi Ketorolac 1 ampul/iv dan
Cefotaxime 1gr/iv
36
36
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini penulis akan membandingkan antara kasus yang
diiteliti dengan tinjauan teori yang ada. Teori yang disajikan dapat mendukung
atau bertentangan dengan kasus di lahan. Sehingga dari temuan tersebut, penulis
dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan atau kesenjangan yang terjadi
menggunakan langkah-langkah manajemen kebidanan.
Dalam pembahasan ini penulis menggunakan pendekatan asuhan
kebidanan yang terdiri dari SOAP untuk menguraikan kesenjangan antara tiori
dengan temuan kasus.
A. Data Subjektif (S)
Pada pengkajian yang dilakukan pada Ny. “N” G1P0A0 ditemukan
data subjektive kelahiran ini merupakan kelahiran anaknya yang pertama.
Pada riwayat persalinan menunjukkan bahwa pasien dilakukan tindakan
persalinan secara Sectio Caesarea dengan indikasi Ketuban Pecah Dini
(KPD). Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono (2009) bahwa penananganan
aktif melalui tindakan Sectio Caesarea dilakukan apabila tindakan
konservatif mengalami kegagalan.
Setelah dilakukan operasi dan memasuki ruang perawatan, pasien
mengeluh nyeri pada luka post operasi Sectio caesarea. Pada pengkajian
subjektif ditemukan masalah utama yaitu pasien mengeluh nyeri pada luka
post operasi, hal ini sesuai dengan pendapat Kriebs (2008) bahwa pengkajian
pada pasien dengan post Sectio cesarea akan ditemukan keluhan nyeri akibat
37
37
insisi akibat terputusnya kontinuitas jaringan akibat laparotomi pada dinding
abdomen dan histerotomi pada dinding uterus, maka aliran darah pada
jaringan tersebut akan terhambat dan menyebabkan nyeri, distensi kandung
kemih, atau efek-efek anestesi. Dengan demikian tidak ada kesenjangan
dengan teori yang ada.
B. Data Objektif (O)
Disamping data subjektif ditemukan data objektif terdapat hasil
pemeriksaan tanda vital dimana tekanan darah pasien 120/70 mmHg, nadi
80 x/menit, suhu 36,50 C dan respirasi 20x/menit. Pemeriksaan fisik pada
abdomen terdapat luka jahitan post operasi, genitalia terpasang katater , TFU
setinggi pusat, kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar Lochia rubra (±
50 cc) , warna merah tua, dan berbau amis.
Berdasarkan data tentang perubahan-perubahan pada masa nifas
secara umum memiliki kesamaan dengan konsep tiori sehingga perubahan-
perubahan tersebut masih dikategorikan fisiologis.
Berdasarkan perbandingan data objektif antara tiori dengan temuan
pada kasus menunjukkan adanya keterkaitan data mayor, sehingga
disimpukan tidak ada kesenjangan antara tiori dengan kasus.
C. Assesment (A)
Interpretasi data terdiri dari penentuan diagnosa, menentukan
masalah, dan kebutuhan pada ibu post partum dengan SC indikasi KPD.
Interpretasi data terdiri dari diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang
38
38
ditegakkan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnosa kebidanan yang dikemukakan dari hasil pengkajian.
Pada kasus Ny.: N”, diganosa aktual yang terindentifikasi adalah
nyeri luka pada bekas operasi dan diagnosa potensial yang muncul antara lain
potensi terjadinya infeksi pada luka post operasi Sectio caesarea. Diagnosa
ini sesuai dengan apa yang diterangkan dalam Kriebs. (2008) bahwa
beberapa masalah yang muncul pada pasien post Sectio caesarea antara lain
nyeri akut, resiko infeksi, menyusui tidak efektif, kekurangan volume cairan,
defisit perwatan diri, resiko konstipasi, mobilitas inadekuat dan kurang
pengetahuan.
Jadi pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan
kasus.
D. Penatalaksaan
Menurut Winkjosastro (2007), perencanaan pada ibu nifas post sectio
cesarea antara lain :
1. Observasi keadaan umum dan tanda – tanda vital
2. Observasi pengeluaran Lochea
3. Bimbing untuk mobilisasi dini
4. Perawatan luka post operasi
5. Pasang kateter dan observasi eliminasi
6. Beri KIE tentang KB
7. Bantu penuhi kebutuhan diet pasien
8. Bericairan infus
39
39
9. Beri terapi sesuai dengan advis dokter
Pada kasus Ny. “N” G1P0A0 dengan post sectio cesarea
perencanaan yang dilakukan antara lain :
1. Mengobservasi TTV, TFU, kontraksi uterus, dan pengeluaran lochia
2. Mengkaji tingkat nyeri
3. Ajarkan pasien teknik mengurangi rasa nyeri dengan nafas dalam
4. Mobilisasi secara bertahap.
5. Perawatan luka
6. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan alat kelaminnya (personal
hygiene)
7. Breast care untuk memperlancar proses laktasi ibu dan bayi
8. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi untuk pemenuhan
nutrisi selama masa nifas dan menyusui
9. Menjelaskan manfaat pemberian ASI Ekslusif dan segera menyusui
bayinya sedini mungkin
10. Menjelaskan tanda-tanda bahaya pada masa nifas
11. Menjelaskan kepada ibu tentang perlunya menggunakan alat kontrasepsi
yang sesuai dengan keadaan ibu (menyusui) yaitu mini pil atau suntikan
KB 3 bulan
12. Perawatan kateter dan terapi infus
13. Memberikan terapi sesuai program: injeksi Ketorolac 1 ampul/iv dan
Cefotaxime 1gr/iv
40
40
Berdasarkan penatalaksanaan yang dilakukan pada Ny. “N” G1P0A0
dengan post sectio cesarea menunjukkan bahwa penalaksanaan asuhan
kebidanan mengacu pada penatalaksanaan yang direkomendasikan dalam
tiori sehingga disimpulkan pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan.
41
41
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan “Auhan Kebidanan Pada Ny “N” G1P0A0 Post OP
Sectio Caesarea Indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) Di BLUD RSUD
Sawerigading Palopo Tanggal 23-24 Desember 2014, maka penulis dapat
menyimpulkan tidak ditemukan antara kesenjangan antar tiori dengan kasus
tersebut dengan hasil sebagai berikut:
1. Pada data subjektif pada Ny. “N” : G1P0A0, persalinan dilakukan
tindakan persalinan secara Sectio caesarea dengan indikasi Ketuban Pecah
Dini (KPD) dan pasien mengeluh nyeri pada luka post operasi, pemenuhan
kebutuhan belum aktif.
2. Data objektif ditemukan tanda vital : tekanan darah pasien 120/70 mmHg,
nadi 80 x/menit, suhu 36,50 C dan respirasi 20x/menit, abdomen terdapat
luka jahitan post operasi, genitalia terpasang katater , TFU setinggi pusat,
kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar Lochia rubra (± 50 cc) ,
warna merah tua, dan berbau amis.
3. Pada kasus Ny. “N” diganosa aktual yang terindentifikasi adalah nyeri
luka pada bekas operasi dan diagnosa potensial yang muncul antara lain
potensi terjadinya infeksi pada luka post operasi Sectio caesarea.
4. Dalam menyusun suatu rencana asuhan kebidanan pada kasus Ny. “N”
dengan post operasi Sectio caesarea dilakukan tindakan secara
komprehensif untuk mengatasi masalah aktuan dan potensial dengan tetap
42
42
mengacu pada tiori , yaitu observasi : TTV, TFU, kontraksi uterus, dan
pengeluaran lochia, kaji tingkat nyeri, ajarkan pasien teknik relaksasi,
perawatan lukan, mobilisasi, personal hygiene, breast care, diet gizi
seimbang, pemberian ASI Ekslusif , tanda-tanda bahaya pada masa nifas,
promosi KB, perawatan kateter dan terapi infuse dan memberikan terapi
sesuai program: injeksi Ketorolac 1 ampul/iv dan Cefotaxime 1gr/iv
B. Saran
1. Bagi Insrtitusi Pendidikan
Diharapkan kegiatan bimbingan ditingkatkan utnuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam mengaplikasi konsep
tiori penanganan kasus-kasus patologi khususnya post operasi Sectio
caesarea.
2. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan
dengan berpedoman pada standar opersional prosedur dalam memberikan
asuhan kebidanan dengan kasus-kasus patologi khususnya post operasi
Sectio caesarea.
3. Bagi Penulis dan Mahasiswa Kebidanan
Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang penatalaksanaan
kasus-kasus patologi khususnya post operasi Sectio caesarea dan dapat
digunakan sebagai bahan perbandingan antara teori yang di dapat di
bangku kuliah dan dilahan praktek.
43
43
DAFTAR PUSTAKA
Arief, dkk. 2009. Neonatus Dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha
44
44
Dewi, Vivian Nanny Lia.(2011).Asuhan Neonates Bayi danAnak Balita.Jakarta
:SalembaMedika
Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan, Aspiksia Neonatorum Tahun 2009 – 2011.
Bagian Bina Kesmas Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar
Drew, David dan Philip Jevon, Maregaret Raby; alih bahasa,Dian Ramadhani.
(2009).editor edisi bahasa Indonesia, Sari Isnaeni. – Jakarta : EGC
Haider dan Bhutta, (2006) Birth Asphyxia in Developing Countries: Current
Status and Public Health Implications. Department of Paediatrics and Child
Health, The Aga Khan University, Karachi, Pakistan. Curr Probl Pediatr
Adolesc Health Care 2006;36:178-188
Hasan, I. (2005). Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 3. Jakarta: FKUI
Hellen Varney (2007), Varvey Midwifery. Jakarta: EGC
KR, JNPK.(2008). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta :TIM
Kriebs. (2008). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus Gede (2010).Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan
KB.Jakarta : EGC
Manuaba. 2005. Gawat Darurat Obstetri-Genekologi dan Obstetri – Genekologi
MedikaDepkes RI. (2003). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT bina Pustaka
Prawirohardjo, Sarwono.(2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka
Purnamaningrum, (2010), Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Dengan
Aspikasi http://purnamaningrum.Blogspot.com/2012/10/askeb-Aspiksia,
html
Rahmah, dkk (2012), Risiko Faktor Persalinan Dengan Kejadian Aspiksia
Neonatorum Di Rumah Sakit Umum Daerah Sawerigading Kota Palopo
Tahun 2012
Yulianti, dkk. (2010). Asuhan Neonates Bayidan Balita. Jakarta :Salembamedika
Saifudin, (2005)Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Saminem.(2010). Dokumentasi Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
45
45
Sari, dkk, (2011), Pencegahan Dan Penatalaksanaan Aspiksia Neonatorum.
Health Technology Assessment Indonesia Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
Soepardan,Suryani.(2009).Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC
Sulistyawati Ari dan Esti Nugraheni. (2010) . Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin.Jakarta: Salemba Medika
Sulistyowati, N. (2008). Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Dengan
Aspiksia
Wiknjosastro. (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP.
KATA PENGANTAR
46
46
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Pada Bayi “N” BCB/ SMK/
PBK dengan Aspiksia Sedang Di BLUD RSUD Sawerigading Palopo Pada Tanggal 16-
18 Desember 2014”.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusun laporan ini tidak terlepas
dari bimbingan dan dorongan serta semangat dari pembimbing, oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu DR. NIlawati Uly, S.Si. Apt. M.Kes selaku Ketua STIKes Mega Buana
Palopo.
2. Direkur BLUD RSUD Sawerigading Palopo yang telah memberikan izin
melakukan praktik.
3. Ibu Wahyuni Arif,, S.ST.M.Kes, selaku Ka. Prodi D IV Kebidanan STIKes
Mega Buana Palopo sekaligus sebagai pembimbing.
4. Pembimbing lahan atas bimbingannya selama penyusunan laporan ini.
5. Kepala ruangan dan rekan sejawat di ruangan perinatologi atas kerjasamanya.
6. Rekan-rekan mahasiswa Prodi D IV Kebidanan STIKes Mega Buana Palopo
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih memiliki banyak
kelemahan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran konstruktif khususnya
dari pembimbing dalam rangka perbaikannya. Semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
47
47
Palopo, 18 Desember 2014
Mahasiswa
Yuliana
LAPORAN INDIVIDU
48
48
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA
BAYI “N” BCB/ SMK/ PBK DENGAN ASPIKSI SEDANG
DI BLUD RSUD SAWERIGADING PALOPO
TANGGAL 16 S/D 18 DESEMBER 2014
DISUSUN OLEH :
YULIANA
B.14.06.126
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEGA BUANA
PALOPO, 2014
49
49
DAFTAR ISI
Drew, David dan Philip Jevon, Maregaret Raby; alih bahasa,Dian Ramadhani.
2008.editor edisi bahasa Indonesia, Sari Isnaeni. – Jakarta : EGC
Dewi, Vivian Nanny lia.2011.AsuhanNeonates BayidanAnakBalita.Jakarta
:SalembaMedika
Notoatmodjo Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
KR, JNPK.2008. Asuhanpersalinan normal. Jakarta :TIM
Soepardan,Suryani.2009.Konsepkebidanan.Jakarta : EGC
Saminem.2010. Dokumentasi Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Sulistyawati Ari dan Esti Nugraheni. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin.Jakarta: Salemba Medika
Prawirohardjo, sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT bina Pustaka
Rukiyah, Ai yeyeh, LiaYulianti. 2010. Asuhan Neonates BayidanBalita. Jakarta
:Salembamedika
Manuaba, Ida Bagus Gede.2010.ilmu kebidananpenyakitkandungandan KB.Jakarta :
EGC
Sulistyawati,Ari.EstiNugraha .2010. AsuhanKebidananpadaIbuBersalin.Jakarta
:SalembaMedika
Prawirohardjo, Sarwono.2011. IlmuKebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmukebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmubedahkebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka
http://www.Hukum Kewenangan Bidan.com
http://yulianasept. Blogspot.com/2012/10/proposal-Aspiksia,html
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus
pada pelaksanaan Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada By “ F “
Dengan Aspiksia Ringan di RSUD PANGKEP Tanggal 03 juni 2012, dengan teori
penanganan Aspiksia Ringan.
50
50
Dalam pembahasan ini, penulis akan membahas berdasarkan pendekatan
manajemen asuhan kebidanan dengan 7 langkah ,yaitu pengumpulan data
dasar,merumuskan diagnosa/masalah actual, merumuskan diagnosa /
masalah,melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi,merencakan tindakan
asuhan kebidanan,melaksanan tindakan asuhan kebidanan dan mengevaluasi
asuhan kebidanan.
A. LANGKAH I PENGKAJIAN DAN ANALISIS DATA
Dalam teori diawali dengan pengumpulan data melalui anamnese yang
meliputi identitas bayi dan orang tua bayi. riwayat kehamilan dan persalinan
sekarang serta pemerksaan fisik yang berpedoman pada format pengkajian yang
tersedia. Sedangkan menurut praktek yang dilakukan RSUD PANGKEP tidak ada
kesenjangan antara teori dengan praktek hal ini disebabkan karena adanya
pedoman yang sama,dan kerja sama antar petugas keesehatan.
Data yang di peroleh pada kasus bayi NY’F’yaitu Aspiksia ringan dengan
melihat data yang di peroleh maka terdapat perbedaan tinjauan pustaka dengan
kasus nyata bayi NY’’F’dengan Aspiksia.
Pada tahap pengkajian ini penulis tidak menemukan hambatan yang berarti
oleh karena adanya sikap kooperatif dari keluarga bayi NY’F’ untuk memberikan
informasi yang diperlukan serta dapat menerima kehadiran penulis saat
pengumpulan data sampai tindakan yang di berikan, mau menerima anjuran serta
saran yang diberikan oleh bidan.
B. LANGKAH II MERUMUSKAN DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL
Dalam tinjauan teori untuk mendiagnosis/ masalah actual dari
Aspiksia ringandidapat yaitu keadaan bayi tidak dapat segera bernafas secara
spontan dan teratur setelah bayi lahir.sedangkan di praktek didapatkan pada studi
kasus bayi NY’F’ di temukan bayi tidak segera menangis, gerak tonus otot tidak
tidak aktif, warna kulit ekstremitas biru dengn partus lama sehingga didiagnosa
Aspiksia ringan.Hal ini terdapat kesamaan antara teori dan praktek yang didukung
oleh pengetahuan dan keilmuan kebidanan.
C. LANGKAH III ANTISIPASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL
Adapun masalah potensial yang dapat penulis identifikasi pada kasus ini
adalah potensi terjadi Aspiksia berat,berdasarkan data yang ada menunjukkan
51
51
Aspiksia Ringandimana apabila penangananya kurang baik dapat mengakibatkan
Aspiksia berat.
Pada bayi NY’F’ dengan Aspiksia ringan dilakukan tindakan yaitu,
mengeringkan tubuh bayi. Menyelimuti serta membersihkan jalan napas dan
melakukan rangsangan taktil. Hal ini terdapat kesamaan antar petugas kesehatan.
D. LANGKAH IV TINDAKAN SEGERA DAN KOLABORASI
Secara teori tindakan segera dan kolaborasi tentang Aspiksia ringan yaitu :
1. mengeringkan tubuh bayi
2. membersihkan jalan nafas
3. melakukan rangsangan taktil
4. pemasangan 02 pada bayi agar tidak terjadi hentian nafas
Sedangkan dipraktek yang didapatkan tindakan segera dan kolaborasi
tentang Aspiksia ringan yaitu:
1..mengeringkan tubuh bayi
2. membersihkan jalan nafas
3. melakukan rangkasan taktil
4.pemasangan 02 pada bayi agar tidak terjadi hentian nafas
Sehingga ada kesamaan antara teori dengan praktek untuk penaganan segera
dan kolaborasi pada Aspiksia ringan. Hal ini disebabkan karena adanya kerja yang
baik antar petugas dan tersedianya alat-alat serta adanya pedoman yang berlaku di
RSUD PANGKEP.
E. LANGKAH V MENYUSUN RENCANA ASUHAN KEBIDANAN
Berdasarkan teori tindakan pada Aspiksia ringan:
1. Mengeringkan tubuh bayi
2. Menyelimuti bayi
3. Mengatur posisi bayi
4. Membersihkan jalan nafas
5. Melakukan rangsangan taktil
6. Pemasangan 02 jika terjadi nafas lemah.
Sedangkan pada studi bayi’ NY’ F’rencana asuhan yang di berikan adalah:
1. Mengeringkan tubuh bayi dengan mengganti selimut yang basah
dengan Selimut yang kering.
2. Membersihkan jalan nafas dengan delee
3. Melakukan rangsangan taktil
4. Nilai usaha nafas,denyut jantung dan warna kulit
5. Pemasangan 02 pada bayi agar tidak terjadi hentian nafas.
52
52
Hal ini terdapat kesamaan antara teoridengan praktek disebabkan karena adanya
kelengkapan alat dan kerja sama antar petugas.
F.LANGKAH VI PELAKSANAAN ASUHAN KEBIDANAN
Pada tahap pelaksanaan asuhan kebidanan ini,penulis dapat melaksanakan
semua tindakan yang telah di rencanakan sebelumnya.pada dasarnya penanganan
dan perawatan dilakukan berdasarkan teori yang ada.
Penulis tidak menemukan kesulitan dalam pelaksanaan tindakan asuhan
kebidanan, hal ini di tunjang adanya kerja sama yang baik dengan petugas
kesehatan di RSUD PANGKEP serta peralatan yang di gunakan, sehingga tidak
ada kesenjangan antara teori dan praktek.
G.LANGKAH VII EVALUASI ASUHAN KEBIDANAN
Pada tahap ini dinilai adalah keberhasilan dari tindakan yang diberikan
berdasarkan tinjauan pustaka bahwa semua bayi baru lahir perlu penanganan
sesegera mungkin,adapun tindakan yang dilakukan pada Aspiksia ringan:
a. Mengeringkan tubuh bayi
b. Menyelimuti bayi dengan kain bersih
c. Mengatur posisi bayi
d. Membersihkan jalan nafas
e. Melakukan rangsangan taktil
f. Memasangkan 02
Adapun hasil dan evaluasi dari kasus bayi’F’adalah Aspiksia ringan teratasi
dengan:
1. Bayi memakai pakaian dan dibungkus dengan selimut kering dan bersih.
2. Aspiksia ringan teratasi di tandai dengan APGAR score 10
3. Tali pusat Nampak bersih
4. Pemberian 02.
Berdasarkan teori dan hasil yang diperoleh dari bayi NY’F’tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktek.
53
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah mempelajari teori, konsep dan prinsip-prinsip Asuhan Bayi Baru
Lahir dan pengalaman langsung studi kasus pada By “ F “ . Bayi Baru Lahir
Dengan Aspiksia ringanmaka dapat ditarik kesimpulan dan saran-saran sebagai
berikut :
A. Kesimpulan
a. Pada bayi NY’F’ diagnose/masalah actual dan potensial adalah bayi cukup
bulan,sesuai masa kehamilan,lahir spontan dengan partus lama
Aspiksia ringan dan potensial terjadi Aspiksia sedang.Dari semua data yang
diperoleh menunjukkan bahwa By ”F” di diagnosa mengalami Aspiksia ringan.
b. Aspiksia Ringan ini perlu penanganan segera dengan rencana asuhan seperti
mengeringkan tubuh bayi, membersihkan jalan nafas, melakukan rangsangan
taktil, dan penatalaksanaan pemberian O2.
c. Aspiksia ringan ini jika tidak ditangani sesegera mungkin dapat berkelanjutan
menjadi Aspiksia sedang.Aspiksia ringan dapat mengancam keselamatan bayi
sehingga memerlukan tindakan kolaborasi dengan dokter untuk mencegah
masalah lebih lanjut yaitu Aspiksiasedang.
d. Pada evaluasi Aspiksia ringan dapat teratasi dan masalah potensial tidak
terjadi yaitu Aspiksia sedang. dapat ditarik kesimpulan bahwa penanganan yang
dilakukan di RSUD PANGKEP dalam menangani bayi Aspiksia secara garis besar
menunjukkan adanya kesamaan dengan teori.
B. Saran
a. Untuk Klien
54
54
1. Agar melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur minimal 4 x selama
kehamilan sehingga ditemukan secara tepat apabila terdapat tanda-tanda atau
kompliksi kehamilan.
2. Agar membiasakan diri untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi
seimbang sehingga kebutuhan ibu dan janin terpenuhi.
3. Membiasakan diri untuk memberikan ASI dengan tehnik menyusui yang baik dan
benar.
b. Untuk petugas kesehatan
1. Mengingat kenyataan bahwa sebagian besar angka kematian bayi Aspiksia yang
terjadi akibat tindakan yang kurang tepat, dengan melihat hal tersebut diharapkan
petugas kesehatan melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggungjawab serta
bersungguh-sungguh.
2. Keberhasilan dalam mengatasi Aspiksia neonatus tidak lepas dari adanya
kerjasama tim dan ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai sehingga
alat-alat yang digunakan harus dicek setiap saat.
3. Penerapan manajemen asuhan kebidanan dalam memberikan pelayanan kesehatan
di masyarakat perlu ditingkatkan, mengingat dengan manajemen asuhan
kebidanan tingkat kesakitan serta kematian ibu dan bayi dapat ditekan seminimal
mungkin dengan pengenalan komplikasi secara dini.
c. Untuk Institusi
Diharapkan untuk mendapatkan hasil yang baik, maka penerapan manajemen
asuhan kebidanan dalam pemecahan masalah harus lebih ditingkatkan dan
dikembangkan mengingat proses tersebut sangat bermamfaat dalam membina
tenaga bidan guna menciptakan SDM yang berpotensi dan profesional.
55
55
Lampiran 1
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan : Pemberian ASI
Sub Pokok Bahasan : Tehnik Menyusui Yang Baik dan Benar
Waktu : 5 Menit
Hari / Tanggal : Senin / 4 juni 2012
Tempat : Ruang Perinatologi RSUD PANGKEP
Pembawa Materi : SUSI SUSANTI
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendengarkan penyuluhan, klien dapat mengerti tentang pentingnya
pemberian ASI
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendengarkan penyuluhan klien akan dapat :
a. Menjelaskan cara menyusui yang baik dan benar
b. Menjelaskan posisi menyusui yang baik dan benar
c. Menjelaskan cara pengamatan tehnik menyusui yang baik dan benar
3. Materi
a. Cara menyusui yang baik dan benar
b. Posisi menyusui yang baik dan benar
c. Cara pengamatan tehnik menyusui yang baik dan benar
4. Metode
a. Diskusi
b. Tanya jawab
5. Media : Poster
6. Sasaran : Ibu nifas
7. Referensi : Depkes RI, 1997, “Indonesia Sehat 2010”, Jakarta.
8. Evaluasi : Lisan
56
56
TEHNIK MENYUSUI
Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai
masalah, hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang sebenarnya sangat
sederhana, seperti misalnya cara menaruh bayi pada payudaranya ketika
menyusui, isapan bayi yang mengakibatkan puting terasa nyeri, dan masih banyak
lagi masalah yang lain. Terlebih pada minggu pertama setelah persalinan seorang
ibu lebih peka dalam emosi, seorang ibu butuh seseorang yang membimbingnya
dalam merawat bayi termasuk dalam menyusui. Orang yang dapat membantunya
terutama adalah orang yang berpengaruh besar dalam kehidupannya atau yang
disegani seperti suami, keluarga/kerabat terdekat atau kelompok ibu-ibu
pendukung ASI dan dokter/tenaga kesehatan.
Seorang dokter atau tenaga kesehatan yang berkecimpung dalam bidang
laktasi, seharusnya mengetahui bahwa walaupun menyusui itu merupakan suatu
proses alamiah umum untuk mencapai keberhasilan menyusui diperlukan
pengetahuan mengenai tehnik-tehnik menyusui yang benar. Sehingga pada suatu
saat nanti dapat disampaikan pada ibu yang membutuhkan bimbingan laktasi.
A. Langkah-langkah Menyusui yang baik dan benar
1. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada putting
dan sekitar kalang payudara. Cara ini memiliki manfaat sebagai desinfektan dan
menjaga kelembaban puting susu.
2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara
a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan
kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar
pada sandaran kursi.
57
57
b. Bayi dipegang dibelakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada
lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah, dan bokong bayi ditahan
dengan telapak tangan).
c. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang satu didepan.
d. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak
hanya membelokkan kepala bayi)
e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
f. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
3. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang di bawah,
jangan menekan putting susu atau kalang payudara saja.
4. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (Rooting refleks) dengan cara :
a. Usahakan sebagian besar kalang payudara dimasukkan kedalam mulut bayi,
sehingga putting susu berada didaerah langit-langit dan lidah bayi akan menekan
ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah kalang payudara.
Posisi yang salah, yaitu apabila bayi hanya mengisap pada puting saja, akan
mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan puting susu lecet
b. Setelah bayi mulai mengisap payudara tidak perlu dipegang atau disanggai.
58
58
Gambar 1 :
Tehnik Menyusui Yang Baik dan Benar
(Sumber : Depkes RI, 1997)
B. Posisi Menyusui
Ada berbagai macam posisi menyusui, yang biasa dilakukan adalah
dengan duduk, berdiri atau berbaring. Ada posisi yang khusus berkaitan dengan
situasi tertentu seperti menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti
59
59
memegang bola (Foot ball Position), dimana kedua bayi disusui secara bersamaan
kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan di atas
dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini maka bayi
tidak akan tersedat.
Gambar 2. Posisi menyusui yang baik dan benar
(Posisi Memegang Bola Pada Bayi Kembar)
(Posisi Berbaring Miring) (Menghentikan Bayi Sedang
Menyusui)
(Posisi Bayi Telungkup) (Posisi Bayi Tegak)
(Sumber : Depkes RI, 1997)
60
60
C. Cara Pengamatan Tehnik Menyusui yang benar
Tehnik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu menjadi
lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya
atau bayi enggan menyusui. Untuk mengetahui bayi telah menyusui dengan tehnik
yang benar, dapat dilihat :
Bayi tampak tenang
Badan bayi menempel pada perut ibu
Mulut bayi terbuka lebar
Dagu menempel pada payudara ibu
Sebagian besar kalang payudara masuk kedalam mulut bayi
Bayi tampak mengisap kuat dengan irama perlahan
Puting susu ibu tidak terasa nyeri
Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
Kepala tidak menengadah
1. Melepaskan isapan bayi
Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya diganti
dengan payudara yang satunya, cara melepas isapan bayi :
a. Jari kelingking ibu dimasukkan kemulut bayi melalui sudut mulut atau,
b. Dagu bayi ditahan kebawah
2. Setelah selesai menyusui, dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting
susu dan disekitar kalang payudara, biarkan kering dengan sendirinya.
3. Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya
bayi tidak muntah (gumoh) setelah menyusui.
Cara menyendawakan bayi adalah :
a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian punggungnya
ditepuk perlahan-lahan.
b. Bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-
lahan.
61
61
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan : Perawatan payudara
Sub Pokok Bahasan : Cara perawatan payudara
Waktu : 5 Menit
Hari / Tanggal : Senin /4 juni 2012
Tempat : Ruang Perinatologi RSUD PANGKEP
Pembawa Materi : SUSI SUSANTI
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendengarkan penyuluhan, klien dapat mengerti tentang pentingnya
Perawatan payudara
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendengarkan penyuluhan klien akan dapat :
a. Menjelaskan tujuan perawatan payudara terutama pada masa nifas.
b. Menjelaskan tehnik perawatan payudara
3. Materi
a. Tujuan perawatan payudara terutama pada masa nifas.
b. Tehnik perawatan payudara
4. Metode
a. Diskusi
b. Tanya jawab
5. Media : Poster
6. Sasaran : Ibu nifas
7. Referensi : Syaifuddin A.B, 2002, “Buku Panduan Prakti Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal”, YBP, Sarwono Prawirohadjo, Jakarta.
8. Evaluasi : Lisan
62
62
PERAWATAN PAYUDARA
uan
1. Memelihara kebersihan payudara
2. Untuk memperlancar tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar
pengeluaran ASI
nik Perawatan Payudara
Persiapan
1. 2 buah baskom berisi air hangat dan air dingin
2. 2 handuk bersih dan kering
3. Kain kasa secukupnya
4. Minyak kelapa/baby oil
5. Waslap 2 buah
6. Ruang tertutup
Cara kerja
1. Licinkan tangan dengan sedikit minyak/baby oil.
2. Tempatkan kedua telapak tangan di antara kedua payudara, kemudian urut kearah
atas, terus kesamping, terus kebawah dan melintang, sehingga tangan menyangga
payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara.
3. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri, dan jari-jari tangan kanan saling
dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara kiri dari
pangkal ke arah puting, demikian pula payudara kanan.
4. Telapak tangan menopang payudara seperti pada cara diatas, kemudian jari-jari
tangan kanan dikepalkan, kemudian buku-buku jari tangan kanan mengurut
payudara dari pangkal kearah putting.
5. Kompres payudara dengan menggunakan air hangat dan air dingin.
6. Memakai BH yang tidak terlalu ketat sehingga dapat menopang payudara.
Gambar 3 : Tehnik Perawatan Payudara Selama Menyusui
63
63
(A) ( (B)
(Sumber : Jumiarni, dkk, 1995, hal 30-31)
Cara perawatan payudara
1. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama puting susu
2. Menggunakan BH yang menyokong payudara
3. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar
puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari
puting susu yang tidak lecet
4. Apabila lecet sangat berat dapat di istirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan
dan diminumkan dengan menggunakan sendok
5. Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parasetamol 1 tablet setiap 4 – 6
jam.
6. Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan :
64
64
a. Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5
menit
b. Urut payudara dari pangkal menuju puting atau gunakan sisir untuk mengurut
payudara dengan arah ”Z” menuju puting
c. Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu
menjadi lunak
d. Susukan bayi setiap 2 -3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI sisanya
keluarkan dengan tangan
e. Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
AB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI NY. K
UMUR 0 MENIT DENGAN ASPIKSIA SEDANG
DI RSUD KOTA SURAKARTA
Tgl/Jam masuk : 16 Juli 2011/14.45 WIB
I. PENGKAJIAN
Tanggal/jam: 16 Juli 2011/14.45 WIB
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama bayi : By Ny. K
Umur bayi : 0 menit
Tanggal/jam lahir : 16 Juli 2011/14.45 WIB
Jenis kelamin : Laki-laki
No Status Reg : 007296
Biodata orangtua
Nama ibu : Ny. K Nama bapak : Tn. T
Umur : 35 th Umur : 34 th
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Alamat : Pucang Sawit, RT: 4/RW:VIII, Jebres, Surakarta
2. Riwayat penyakit kehamilan
Perdarahan : tidak ada
Pre-eklampsia : tidak ada
Eklampsia : tidak ada
Penyakit kelamin : tidak ada
65
65
Lain-lain : tidak ada
3. Riwayat kehamilan
P3A0, umur kehamilan 40 minggu
ANC : 9 x, di Puskesmas
TT : 2 x
Kenaikan BB : 10 kg
4. Riwayat Persalinan
a. Kala I : 9 jam
b. Kala II : 10 menit, mulai jam 14.35 WIB
 DJJ : (+) 144 x/menit
 Warna air ketuban : Jernih
 Caput : tidak ada
 Cephal hematoma : tidak ada
 Anak lahir seluruhnya jam : 14.45 WIB
 Jenis persalinan : spontan
5. Nutrisi
Bayi belum mendapat nutrisi
6. Eliminasi
BAK : Bayi belum BAK
BAB : Bayi belum BAB
7. Istirahat/tidur
Bayi belum istirahat/tidur
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Awal
Tangisan : bayi tidak menangis
Warna Kulit : biru pada ekstermitas
Gerakan : sedikit
Kesimpulan : bayi lemah
2. Pemeriksaan Umum
KU : kurang
3. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dilakukan
II. INTERPRETASI DATA
Tanggal/jam : 16 juli 2011/14.45 WIB
a. Diagnosa Kebidanan
Bayi Ny.K umur 0 menit dengan Aspiksia sedang
DS : Bayi lahir spontan, tidak menangis, jenis kelamin laki-laki
DO : KU : kurang, biru pada ekstermitas, bayi tidak bernafas spontan/menangis
b. Masalah
Bayi mengalami kesulitan bernafas
c. Kebutuhan
Pembebasan jalan nafas
III. DIAGNOSA POTENSIAL
66
66
Potensial terjadi Aspiksia berat
IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA
Resusitasi pada bayi baru lahir
V. PERENCANAAN TINDAKAN
Tanggal/jam : 16 Juli 2011/14.45 WIB
1. Bersihkan muka dan hidung bayi serta mulut dari lendir atau air ketuban
2. Lakukan resusitasi pada bayi baru lahir
3. Lakukan pemotongan tali pusat
4. Jaga kehangatan bayi
5. Informasikan keadaan bayi pada ibu
VI. PELAKSANAAN
Tanggal/jam : 16 Juli 2011/14.45 WIB
1. Membersihkan muka, hidung dan mulut bayi dari lender dan air ketuban
2. Melakukan resusitasi pada bayi baru lahir
Langkah-langkah resusitasi :
1. Gosok punggung bayi, hal ini akan merangsang bayi untuk menangis. Melihat
respon bayi (bayi belum menangis).
2. Lakukan rangsangan taktil dengan menyentil telapak kaki bayi. Melihat respon
bayi (bayi menangis lambat, tidak teratur)
3. Lakukan kompresi dada untuk membantu denyut jantung dan nafas bayi,
dilakukan dengan cara : kedua ibu jari digunakan untuk menekan sternum,
sementara jari-jari lain mengelilingi dada; atau jari tengah dan telunjuk dari satu
tangan dapat digunakan untuk kompresi, sementara tangan lain menahan
punggung bayi. Sternum di kompresi sedalam ⅓ tebal antero posterior dada.
Melihat respon bayi (bayi menangis keras).
3. Melakukan pemotongan tali pusat. Tali pusat di klem menggunakan umbilical
klem, dorong isi tali pusat ke arah plasenta ± 3 cm, klem menggunakan klem tali
pusat, potong tali pusat menggunakan gunting tali pusat. Tutup tali pusat
menggunakan kassa steril.
4. Menjaga kehangatan bayi dengan membungkus bayi menggunakan kain yang
kering
5. Menginformasikan keadaan bayi kepada ibu bahwa bayi mengalami kesulitan
bernafas atau Aspiksia sedang dan setelah di tolong, bayi dapat menangis spontan.
VII. EVALUASI
Tanggal/jam : 16 Juli 2011/14.55 WIB
1. Muka, hidung dan mulut bayi sudah dibersihkan
2. Resusitasi pada bayi baru lahir sudah dilakukan dengan hasil, bayi baru dapat
menangis keras setelah dilakukan resusitasi.
3. Tali pusat sudah dipotong
4. Kehangatan bayi terjagadengan menyelimuti bayi menggunakan kain kering
67
67
5. Ibu sudah mengetahui keadaan setelah mengalami Aspiksia, kini keadaan bayi
baik-baik saja.
DATA PERKEMBANGAN I
Tanggal/jam : 16 Juli 2011/15.00 WIB
S : tidak ada
O : ¤ Pemeriksaan umum
KU : baik
Tanggal/jam lahir : 16 Juli 2011/14.45 WIB
HR : 136x/menit, Respirasi : 52x/menit, Suhu : 36,8°C
¤ Pemeriksaan Fisik : APGAR SCORE
APGAR
SCORE
0 1 2 1’ 5’ 10’
Warna kulit Biru/pucat Tubuh merah,
ekstermitas
biru
Kemerahan 1 2 2
Denyut
jantung
Tidak ada < 100 >100 1 2 2
Peka rangsang Tidak ada Meringis Menangis 1 1 1
Tonus otot Lemah Sedang Gerak aktif 1 1 2
Usaha nafas Tidak ada Tidak teratur baik 1 2 2
TOTAL 5 8 9
A : Bayi Ny.K umur 15 menit normal
P :
1. Jaga Kehangatan bayi, menjaga kehangatan bayi, bayi telah mendapat kehangatan
yang cukup dengan indicator suhu bayi : 36,8°C
2. Lakukan pemeriksaan fisik pada bayi, melakukan pemeriksaan fisik pada bayi :
a. Kepala
Bentuk kepala : mesocephal, UUB lunak,datar, berdenyut
Muka : tidak pucat, tidak odem, simetris
Mata : simetris, conjungtiva : merah, sclera : putih
Hidung : bersih, tidak ada secret
Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
Mulut : simetris, tidak ada kelainan
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
b. Dada
Bentuk : simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Putting : ada, simetris, masih tenggelam
Bunyi nafas : tidak ada wheezing, ronchi sedikit terdengar
Jantung : bunyi normal, denyut teratur
c. Abdomen
Tidak ada pembesaran lien dan hati
d. Genetalia
68
68
Testis sudah masuk scrotum, penis berlubang, ujung muara uretra berada di ujung
penis, tidak ada kelainan.
e. Anus : berlubang
f. Ekstermitas
 Tangan, lengan dan bahu
Gerakan : aktif
Kelainan : tidak ada
Jumlah jari : lengkap, kanan 5, kiri 5
 Tungkai dan kaki
Gerakan : aktif
Kelainan : tidak ada
Pemeriksaan fisik sudah dilakukan
3. Lakukan pemeriksaan antropometri pada bayi, melakukan antropometri pada
bayi:
a. BB : 2700 gr
b. PB : 46 cm
c. LK : 34 cm
d. LD : 33 cm
Pemeriksaan antropometri sudah dilakukan.
4. Amati reflek pada bayi, mengamati reflek pada bayi
a. Reflek Blinking : (+) menutup kedua matanya begitu terkena kilatan cahaya
atau bila terkena hembusan udara
b. Reflek Moro : (+) tangan bayi membentuk huruf C seperti memeluk saat
dikagetkan
c. Reflek Rooting : (+) bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipinya
d. Reflek Grasping : (+) tangan menggenggam ketika sesuatu menyentuh
telapak tangannya
5. Berikan obat tetes mata pada bayi, memberikan obat tetes mata berupa
cloramfenicol masing-masing 1 tetes, obat tetes mata sudah diberikan.
6. Berikan injeksi vit K pada bayi, memberikan injeksi vit K dengan dosis 1 mg
secara IM pada ⅓ paha atas bagian luar, injeksi vit K sudah diberikan.
7. Observasi KU, TTV, BAB, dan BAK bayi setiap 8 jam, mengobservasi KU,
TTV, BAB, BAK bayi setiap 8 jam.
Tanggal/jam KU TTV BAB BAK
16 Juli 2011
18.00 WIB Baik
HR :136x/m
R : 50x/m
S : 37°C
(+) meco (+)
8. Mandikan bayi setelah 6 jam, memandikan bayi stelah 6 jam. Bayi belum
dimandikan.
DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal/jam : 17 Juli 2011/ 06.00 WIB
S : - Ibu mengatakan bayi sudah menyusu kuat
- Ibu mengatakan bayi sudah BAB dan BAK
O : - KU : baik
69
69
- HR : 136x/m, R : 40x/m, S : 36,7°C
A : Bayi Ny.K umur 1 hari normal
P :
1. Jaga kebersihan bayi, menjaga kebersihan bayi dengan memandikan bayi 2x/hari,
bayi sudah dimandikan pukul 06.00 wib.
2. Lakukan perawatan tali pusat, melakukan perawatan tali pusat yaitu dengan
mengganti pembungkus tali pusat menggunakan kassa steril minimal 2x/hari
tanpa memberikan obat apapun ( misalnya betadine atau alcohol) dan menjaga tali
pusat agar tetap kering. Perawatan tali pusat sudah dilakukan.
3. Beritahu ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir, memberitahu ibu tanda bahaya
pada bayi baru lahir yaitu keluar darah dari tali pusat, tali pusat mengeluarkan
nanah dan berbau busuk, bayi demam tinggi, kulit tubuh bayi kuning, bayi tidak
mau menyusu dan rewel. Ibu sudah mengerti tanda bahaya bayi baru lahir.
4. Jaga kehangatan bayi, menjaga kehangatan bayi dengan cara memakaikan
pakaian kering dan bersih pada bayi serta menggedong bayi. Kehangatan bayi
sudah terjaga, bayi sudah digedong.
5. Beritahu ibu untuk mengimunisasikan bayinya (HBo), memberitahu ibu untuk
mengimunisasikan bayinya (HBo). Ibu bersedia mengimunisasikan bayinya, bayi
sudah di imunisasi HBo pukul 08.30 WIB
6. Anjurkan ibu menyusui secara tidak terjadwal sesering mungkin (on demand)
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, menganjurkan ibu menyusui bayinya
secara tidak terjadwal sesering mungkin (on demand) untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi bayinya. Ibu bersedia menyusui bayinya secara tidak terjadwal sesering
mungkin untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya. Bayi sudah disusui,
kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi.
7. Observasi KU, TTV, BAB, BAK bayi setiap 8 jam, mengobservasi KU, TTV,
BAB, BAK bayi setiap 8 jam.
Tanggal/jam KU TTV BAB BAK
17 Juli 2011
06.00 WIB Baik
HR : 136x/m
R : 40x/m
S : 36,7°C
(+)meco (+)
12.00 WIB Baik
HR : 140x/m
R : 48x/m
S : 36,8°C
(+)meco (+)
18.00 WIB Baik
HR : 140x/m
R : 40x/m
S : 36,7°C
(+)meco (+)
DATA PERKEMBANGAN III
Tanggal/jam : 18 Juli 2011/ 06.00 WIB
S : - Ibu mengatakan bayi mau menyusu.
- Ibu mengatakan bayi sudah BAB dan BAK
O : - KU : baik
- HR : 140x/m, R : 40x/m, S : 36,6°C
70
70
A : Bayi Ny.K umur 2 hari normal
P :
1. Mandikan bayi, memandikan bayi, bayi sudah dimandikan.
2. Ajari ibu cara merawat tali pusat bayi, mengajari ibu cara merawat tali pusat bayi
yaitu, dengan memngganti pembungkus tali pusat menggunakan kassa steril
minimal 2x/hari tanpa membubuhi obat misalnya betadine atau alcohol. Ibu sudah
mengerti cara merawat tali pusat.
3. Anjurkan ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayi, menganjurkan ibu untuk
selalu menjaga kehangatan bayi. Ibu bersedia untuk selalu menjaga kehangatan
bayi.
4. Anjurkan ibu menyusui dengan ASI Eksklusif, menganjurkan ibu menyusui
dengan ASI Eksklusif yaitu, memberikan makanan berupa ASI saja pada bayi
tanpa makanan pendamping apapun selama 6 bulan dan pemberian ASI diteruskan
sampai usia bayi 2 tahun. Ibu bersedia menyusui dengan ASI Eksklusif.
5. Anjurkan ibu untuk meneruskan jadwal imunisasi bayi selanjutnya di tempat
pelayanan kesehatan terdekat dan mengimunisasikan bayinya dengan lengkap.
Menganjurkan ibu untuk meneruskan jadwal imunisasi bayi selanjutnya di tempat
pelayanan kesehatan terdekat dan mengimunisasikan bayinya dengan lengkap. Ibu
bersedia meneruskan jadwal imunisasi dan mengimunisasikan bayinya secara
lengkap.
6. Anjurkan ibu kunjungan ulang untuk control bayi 1 minggu lagi setelah pulang.
Menganjurkan ibu kunjungan ulang untuk control bayi 1 minggu lagi setelah
pulang. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang untuk control bayi 1 minggu
lagi setelah pulang.
7. Setelah menyelesaikan administrasi, ibu dan bayi pulang pada tanggal 18 juli
2011 jam 14.30 WIB.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aspiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan
PaO2 di dalam darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO2 meningkat) dan
asidosis.
Dalam menangani Aspiksia harus segera dilakukan tinadakan resusitasi
neonatus. Dalam pelaksanaan resusitasi jangan menunggu nilai APGAR score
menit pertama, karena resusitasi harus dilakukan setelah 30 detik bayi mengalami
gagal nafas. Semakin lambat memulai, maka akan semakin sulit untuk melakukan
resusitasi.
B. Saran
Hendaknya bagi seluruh petugas kesehatan khususnya bidan dapat
melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Aspiksia dengan
baik agar dapat menghindari hal-hal yang dapat berakibat buruk terhadap bayi.
71
71
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Bina
Pustaka:
Jakarta.
Maryunani, 2008. Buku Saku Asuhan Bayi Lahir Normal. Trans Info Media :
Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka: Jakarta
http://pediatric.com/Aspiksia-neonatorum/ diakses pada 20 juli 2011 pukul
03.10.24 pm
RISIKO FAKTOR PERSALINAN DENGAN KEJADIAN ASPIKSIA
NEONATORUM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAWERIGADING
KOTA PALOPO TAHUN 2012
Rahmah Tahir1, Rismayanti2, Jumriani Ansar2
Menurut Dewi (2011), tindakan yang dapat dilakukan pada bayi
Aspiksia neonatorum adalah sebagai berikut:
a. Bersihkan jalan napas dengan pengisap lendir dan kassa steril.
b. Potong tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptik.
b. Segera keringkan tubuh bayi dengan handuk atau kain kering yang
bersih dan hangat.
c. Nilai status pernapasan. Lakukan hal-hal berikut bila ditemukan tanda-
tanda Aspiksia.
1) Segera baringkan dengan kepala bayi sedikit ekstensi dan
2) penolong berdiri disisi kepala bayi dari sisa air ketuban.
3) Miringkan kepala bayi.
4) Bersihkan mulut dengan kassa yang dibalut pada jari
5) telunjuk.
6) Isap cairan dari mulut dan hidung.
d. Lanjutkan menilai status pernapasan
72
72
Nilai status pernapasan apabila masih ada tanda Aspiksia, caranya
dengan menggosok punggung bayi (melakukan rangsangan taktil). Bila
tidak ada perubahan segera berikan nafas buatan. Menurut Hasan
(2005), tindakan yang dapat dilakukan pada bayi Aspiksia sedang
adalah sebagai berikut:
1) Rangsangan refleks pernafasan (hisap lendir, beri rangsangan
selama 30-60 detik).
2) Bila gagal lakukan pernafasan selama 2 menit
a) Kepala bayi sedikit ekstensi
b) Beri oksigen 1-2 liter/menit melalui kateter dalam
c) hidung.
d) Buka dan tutup mulut serta hidung, dagu keatas dan kebawah
teratur dengan frekuensi 20x/menit
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang
dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu:
1) Memastikan saluran nafas terbuka
a) Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm
b) Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea
c) Bila perlu masukkan pipa endo trachea (pipa ET) untuk
memastikan saluran pernafasan terbuka
2) Memulai pernafasan
a) Melakukan rangsangan taktil untuk memulai pernafasan
73
73
b) Mamakai VTP bila perlu, seperti: sungkup dan balon pipa ET atau
mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
3) Mempertahankan sirkulasi
Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara: kompresi
darah dan pengobatan (Prawirahardjo, 2007).
Langkah-langkah Resusitasi :
1) Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh
bayi dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi
2) Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas
yang datar
3) Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm
4) Hisap lendir dengan penghisap lender delee dari mulut ke mulut,
apabila mulut sudah bersih kemudian lanjutkan ke hidung
5) Lekukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi
dan mengusap-usap punggung bayi
6) Nilai pernafasan, jika pernafasan spontan lakukan penilaian denyut
jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10
7) Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi
dada
8) Denyut jantung 80x/menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV
sampai denyut jantung >100x/menit dan bayi dapat bernafas spontan
74
74
9) Jika denyut jantung 0 atau <10x/menit, lakukan pemberian obat
epineprin 1:10.000 dosis 0,2-0,3 mL/kg BB secara IV
10) Lakukan penilaian denyut jantung, jika >100x/menit hentikan obat
11) Jika denyut jantung <80x/menit ulangi pemberian epineprin sesuai
dosis diatas tiap 3-5 menit
12) Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap/tidak
respon terhadap diatas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat
dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit. (Winkjosastro,
2008)
Tindakan Khusus (dilakukan sesuai tingkatan Aspiksia):
1) Aspiksia berat (0-3)
Resusitasi aktif harus segera dikerjakan, langkah utama ialah
memperbaiki ventilasi paru dengan memberikan O2 dengan tekanan
intermiten. Cara yang terbaik adalah melakukan inkubasi
endotracheal, O2 diberikan dengan tekanan ≤30 mmHg. O2 yang
diberikan dengan meniupkan udara CO2 tinggi kedalam kateter secara
mulut ke pipa/ventilasi kentung ke pipa. Berikan antibiotik profilaksis
bila disertai asidosis, beri bikarbonat natrium 2-4 ml/kg BB secara IV.
2) Aspiksia sedang
Lakukan stimulasi, bila dalam 30-60 detik tidak timbul pernafasan
spontan, ventilasi harus segera dimulai. Lakukan ventilasi dengan
meletakkan kateter O2, intranasal dan O2 dilakukan dengan 1-2-
1/menit, eklamsia dorso fleksi kepala secara litmis dilakukan gerakan
75
75
membuka dan menutup mulut disertai gerakan membuka dan menutup
mulut disertai gerakan dagu ke atas dan ke bawah dalam frekuensi
20x/menit. Ventilasi ini dihentikan bila setelah 1-2 menit tidak dicapai
hasil yang diharapkan. Dalam hal ini langsung dilakukan ventilasi
paru dengan cara ventilasi mulut ke mulut. Ventilasi yang dilakukan
secara teratur dengan frekuensi 20-30x/menit. Bila tindakan ini
berhasil lakukan inkubasi endotracheal seperti asfiksi berat.
(Winkjosastro, 2008)
D. Riwayat Menstruasi
1. Menarche : Ibu mengatakan pada usia 13 tahun
2. Siklus : Ibu mengatakan 28 – 30 hari
3. Lama : Ibu mengatakan 5 hari
4. Banyaknya : Ibu mengatakan ganti pembalut 2 – 3 kali sehari
5. Teratur/tidak : Ibu mengatakan haidnya teratur
6. Sifat darah : Ibu mengatan darah berwarna merah dan encer
7. Dismenorhoe : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan nyeri
8. perut saat haid
E. Riwayat Penyakit
1. Riwayat penyakit sekarang
76
76
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit apapun seperti panas,
batuk, dan flu.
2. Riwayat penyakit sistemik
a. Jantung : Ibu mengatakan tidak merasakan berdebardebar, tidak mudah
lelah saat beraktifitas ringan dan tidak mengeluarkan keringat dingin
b. Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah mengeluh nyeri pada perut
bagian bawah dan tidak merasa sakit saat BAK.
c. Asma/TBC : Ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas, dan batuk
dalam waktu yang lama ( 3 bulan ).
d. Hepatitis : Ibu tidak pernah terlihat kuning pada ujung kuku, mata dan
kulit.
e. DM : Ibu mengatakan tidak pernah mengeluh sering minum pada
malam hari, tidak cepat lelah dan tidak sering BAK pada malam hari.
f. Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami tekanan darah
tinggi (lebih dari 140/90 mmHg)
g. Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami kejang yang
disertai keluar busa dari mulut
3. Riwayat kehamilan ini :
a. HPHT :
b. HPL : 26 Mei 2012
c. Umur kehamilan : 38 Minggu
d. Keluhan – keluhan pada :
1) Trimester I : Ibu mengatakan mual muntah pada pagi hari
77
77
2) Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun
3) Trimester III : Ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun
e. ANC : Ibu mengatakan 5 kali teratur di bidan.
f. Imunisasi TT : 2 kali
g. Pergerakan janin : Ibu mengatakan sudah merasakan gerakan janinnya
pada usia kehamilan 4 bulan.
4. Riwayat Persalinan ini :
a. G1P0A0
b. Tempat persalinan : Ruang Operasi RSUD Sawerigading Palopo
c. Tanggal/Jam persalinan : 22 Desember 2014 pukul 15.00 Wita.
d. Jenis persalinan : Sectio caesarea
e. Indikasi persalinan (Sectio caesarea) : ketuban pecah dini (KPD)
f. Placenta
1) Ukuran : ± 500 gram, panjang tali pusat ± 45 cm
2) Insersi Tali Pusat : Sentralis
3) Kelainan : Tidak ada kelainan
g. Perinium
1) Ruptur /Tidak : Tidak ada
2) Dijahit/Tidak : Tidak dijahit
h. Perdarahan :
1) Kala I : -
2) Kala II : ± 50 cc
3) Kala III : ± 20 cc
78
78
4) Kala IV : ± 10 cc
5) Saat operasi : ± 10 cc
i. Lama Persalinan :
1) Kala I : - Jam – menit
2) Kala II : 1 Jam - menit
3) Kala III : Jam – 15 menit
4) Kala IV : 2 Jam – menit
j. Keadaan Bayi
1) Jenis Kelamin : Perempuan
2) BB / PB : 3100 gram / 50 cm
3) LK / LD : 34 cm / 34 cm
4) Apgar Score : 8 – 9 – 10
5) Cacat bawaan : Tidak ada cacat bawaan
6) Massa gestasi : 40 minggu
5. Riwayat Keluarga Berencana :
Ibu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun.
6. Pola Kebiasaan Sehari – hari :
a. Nutrisi
1) Sebelum nifas : Ibu mengatakan 2 -3 x/hari, porsi sedang, lauk –
pauk, minum air putih dah susu, ± 10 gelas/ hari
2) Selama nifas : Ibu mengatakan belum buang angin dan ibu belum
diperbolehkan makan dan minum, terpasang infuse RL 20
tetes/menit
79
79
b. Eliminasi
1) BAB :
a) Sebelum nifas : BAB 1x/ hari, warna coklat kehitaman,
konsistensi lunak.
b) Selama nifas : Belum BAB
2) BAK
a) Sebelum nifas : Ibu mengatakan 6 – 7 x/hari
b) Selama nifas : Urin tertampung dalam DC ± 500 cc
c. Istirahat / Tidur
1) Sebelum nifas : Ibu mengatakan tidur siang ± 2 jam dan tidur
malam ± 8 jam
2) Selama nifas : Ibu mengatakan tidur siang ± 2 jam dan tidur malam
± 6 jam
d. Personal Higyene
Ibu mengatakan belum dapat melakukan secara mandiri dan masih
dibantu oleh keluarga.

More Related Content

What's hot

Contoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikContoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikAl-Ikhlas14
 
Partograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinanPartograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinanDokter Tekno
 
Contoh soap bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Contoh soap bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Contoh soap bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Contoh soap bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Plasenta previa (2)
Plasenta previa (2)Plasenta previa (2)
Plasenta previa (2)Taufik Tias
 
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatalmartaagustinasirait
 
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGOASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGOVeranica Widi
 
Komplikasi kehamilan
Komplikasi kehamilanKomplikasi kehamilan
Komplikasi kehamilanHetty Astri
 
Table jenis-jenis lochea
Table jenis-jenis locheaTable jenis-jenis lochea
Table jenis-jenis locheaowik15
 
Ppt metode kb sederhana
Ppt metode kb sederhanaPpt metode kb sederhana
Ppt metode kb sederhanalia lia
 
Soap imunisasi BCG dan Polio 1
Soap imunisasi BCG dan Polio 1Soap imunisasi BCG dan Polio 1
Soap imunisasi BCG dan Polio 1AjEn9
 
Materi issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidanan
Materi issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidananMateri issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidanan
Materi issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidananLatifah Safriana
 
Ppt ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
Ppt ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPpt ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
Ppt ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFRisqy Nur Fitri
 
persalinan sungsang
persalinan sungsangpersalinan sungsang
persalinan sungsangMariaBjr
 

What's hot (20)

Contoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikContoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etik
 
Partograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinanPartograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinan
 
Abortus
AbortusAbortus
Abortus
 
Contoh soap bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Contoh soap bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Contoh soap bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Contoh soap bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
 
Plasenta previa (2)
Plasenta previa (2)Plasenta previa (2)
Plasenta previa (2)
 
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
 
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGOASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
 
Komplikasi kehamilan
Komplikasi kehamilanKomplikasi kehamilan
Komplikasi kehamilan
 
Solusio placenta
Solusio placentaSolusio placenta
Solusio placenta
 
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
 
Table jenis-jenis lochea
Table jenis-jenis locheaTable jenis-jenis lochea
Table jenis-jenis lochea
 
Ppt metode kb sederhana
Ppt metode kb sederhanaPpt metode kb sederhana
Ppt metode kb sederhana
 
Soap imunisasi BCG dan Polio 1
Soap imunisasi BCG dan Polio 1Soap imunisasi BCG dan Polio 1
Soap imunisasi BCG dan Polio 1
 
askeb Bayi Baru Lahir NORMAL
askeb Bayi Baru Lahir NORMALaskeb Bayi Baru Lahir NORMAL
askeb Bayi Baru Lahir NORMAL
 
Materi issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidanan
Materi issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidananMateri issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidanan
Materi issue etik yang terjadi dalam pelayanan kebidanan
 
Atonia uteri
Atonia uteriAtonia uteri
Atonia uteri
 
Ppt ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
Ppt ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPpt ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
Ppt ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
 
askeb abortus imminens
askeb abortus imminensaskeb abortus imminens
askeb abortus imminens
 
Komplikasi persalinan
Komplikasi persalinanKomplikasi persalinan
Komplikasi persalinan
 
persalinan sungsang
persalinan sungsangpersalinan sungsang
persalinan sungsang
 

Viewers also liked

Asuhan kebidanan pada ny “n” dengan ketuban pecah dini
Asuhan kebidanan pada ny “n” dengan ketuban pecah diniAsuhan kebidanan pada ny “n” dengan ketuban pecah dini
Asuhan kebidanan pada ny “n” dengan ketuban pecah diniOperator Warnet Vast Raha
 
Ketuban pecah dini ppt
Ketuban pecah dini pptKetuban pecah dini ppt
Ketuban pecah dini pptTaufik Tias
 
Laporan pendahuluan sc
Laporan pendahuluan scLaporan pendahuluan sc
Laporan pendahuluan scnurulrachma0
 
Askep Histerektomi indikasi Tumor Padat Ovarii
Askep Histerektomi indikasi Tumor Padat OvariiAskep Histerektomi indikasi Tumor Padat Ovarii
Askep Histerektomi indikasi Tumor Padat Ovariibertha wulan
 
Manajemen asuhan kebidanan ibu bersalin pada ny m dengan ketuban pecah dini
Manajemen asuhan kebidanan ibu bersalin pada ny m dengan ketuban pecah diniManajemen asuhan kebidanan ibu bersalin pada ny m dengan ketuban pecah dini
Manajemen asuhan kebidanan ibu bersalin pada ny m dengan ketuban pecah diniOperator Warnet Vast Raha
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI...Warnet Raha
 
LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)
LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)
LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)Menanti Senja
 
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesareaAsuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesareaOperator Warnet Vast Raha
 
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...Operator Warnet Vast Raha
 
Askeb nifas dengan sc
Askeb nifas dengan scAskeb nifas dengan sc
Askeb nifas dengan scheri damanik
 
Kti mitra tanjung
Kti mitra tanjungKti mitra tanjung
Kti mitra tanjungMitraTajung
 
Pendokumentasian asuhan kebidanan intranatal patologi pada ny
Pendokumentasian asuhan kebidanan intranatal patologi pada nyPendokumentasian asuhan kebidanan intranatal patologi pada ny
Pendokumentasian asuhan kebidanan intranatal patologi pada nyOperator Warnet Vast Raha
 
Kti desi hatalia
Kti desi hataliaKti desi hatalia
Kti desi hataliaDESIHATALIA
 
Kti ade kurnia puspitasari
Kti ade kurnia puspitasariKti ade kurnia puspitasari
Kti ade kurnia puspitasariKTIADEKURNIA
 
Asuhan keperawatan pada pasien post op secsio cesarea (home care)
Asuhan keperawatan pada pasien post op secsio cesarea (home care)Asuhan keperawatan pada pasien post op secsio cesarea (home care)
Asuhan keperawatan pada pasien post op secsio cesarea (home care)Mamat Lawenga
 

Viewers also liked (20)

Asuhan kebidanan pada ny “n” dengan ketuban pecah dini
Asuhan kebidanan pada ny “n” dengan ketuban pecah diniAsuhan kebidanan pada ny “n” dengan ketuban pecah dini
Asuhan kebidanan pada ny “n” dengan ketuban pecah dini
 
Ketuban pecah dini ppt
Ketuban pecah dini pptKetuban pecah dini ppt
Ketuban pecah dini ppt
 
Laporan pendahuluan sc
Laporan pendahuluan scLaporan pendahuluan sc
Laporan pendahuluan sc
 
Askep Histerektomi indikasi Tumor Padat Ovarii
Askep Histerektomi indikasi Tumor Padat OvariiAskep Histerektomi indikasi Tumor Padat Ovarii
Askep Histerektomi indikasi Tumor Padat Ovarii
 
Manajemen asuhan kebidanan ibu bersalin pada ny m dengan ketuban pecah dini
Manajemen asuhan kebidanan ibu bersalin pada ny m dengan ketuban pecah diniManajemen asuhan kebidanan ibu bersalin pada ny m dengan ketuban pecah dini
Manajemen asuhan kebidanan ibu bersalin pada ny m dengan ketuban pecah dini
 
Kti pdf
Kti pdf Kti pdf
Kti pdf
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) TENTANG MOBILISASI DINI DI...
 
LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)
LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)
LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)
 
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesareaAsuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea
 
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...
 
Askeb nifas dengan sc
Askeb nifas dengan scAskeb nifas dengan sc
Askeb nifas dengan sc
 
Kti mitra tanjung
Kti mitra tanjungKti mitra tanjung
Kti mitra tanjung
 
Pendokumentasian asuhan kebidanan intranatal patologi pada ny
Pendokumentasian asuhan kebidanan intranatal patologi pada nyPendokumentasian asuhan kebidanan intranatal patologi pada ny
Pendokumentasian asuhan kebidanan intranatal patologi pada ny
 
Kti minarni akbid paramata raha
Kti minarni akbid paramata rahaKti minarni akbid paramata raha
Kti minarni akbid paramata raha
 
Kti desi hatalia
Kti desi hataliaKti desi hatalia
Kti desi hatalia
 
Kti endang satuni
Kti endang satuniKti endang satuni
Kti endang satuni
 
Kti ade kurnia puspitasari
Kti ade kurnia puspitasariKti ade kurnia puspitasari
Kti ade kurnia puspitasari
 
Asuhan keperawatan pada pasien post op secsio cesarea (home care)
Asuhan keperawatan pada pasien post op secsio cesarea (home care)Asuhan keperawatan pada pasien post op secsio cesarea (home care)
Asuhan keperawatan pada pasien post op secsio cesarea (home care)
 
Kti eka wahyuni
Kti eka wahyuniKti eka wahyuni
Kti eka wahyuni
 
Kti reni sapitria
Kti reni sapitriaKti reni sapitria
Kti reni sapitria
 

Similar to Laporan kasus sc kpd

Contoh laporan kasus nifas menggunakan langkah varne1
Contoh laporan kasus nifas menggunakan langkah varne1Contoh laporan kasus nifas menggunakan langkah varne1
Contoh laporan kasus nifas menggunakan langkah varne1Ichal Ichal
 
Masa nifas dan laktasi
Masa nifas dan laktasiMasa nifas dan laktasi
Masa nifas dan laktasiApunius Mirin
 
Mengetahui identifikasi kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebi...
Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebi...Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebi...
Mengetahui identifikasi kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebi...Operator Warnet Vast Raha
 
Adaptasi masa nifas terbaru
Adaptasi masa nifas terbaruAdaptasi masa nifas terbaru
Adaptasi masa nifas terbaruReniNurAristanti
 
SGD Kel. 2 Kelas A3 Keperawatan Maternitas 2.pptx
SGD Kel. 2 Kelas A3 Keperawatan Maternitas 2.pptxSGD Kel. 2 Kelas A3 Keperawatan Maternitas 2.pptx
SGD Kel. 2 Kelas A3 Keperawatan Maternitas 2.pptxAninImana
 
Tinjauan teoritis asuhan keperawatan post op sectio caesarea panggul sempit
Tinjauan teoritis asuhan keperawatan post op sectio caesarea  panggul sempitTinjauan teoritis asuhan keperawatan post op sectio caesarea  panggul sempit
Tinjauan teoritis asuhan keperawatan post op sectio caesarea panggul sempitOperator Warnet Vast Raha
 
Persalinan caisar (Putri Jayanti) ppt
Persalinan caisar (Putri Jayanti) pptPersalinan caisar (Putri Jayanti) ppt
Persalinan caisar (Putri Jayanti) pptRiz Kalia
 
Lp nifas fisiologis
Lp nifas fisiologisLp nifas fisiologis
Lp nifas fisiologisneng elis
 
Askeb nifas fisiologis 2 jam
Askeb nifas fisiologis 2 jamAskeb nifas fisiologis 2 jam
Askeb nifas fisiologis 2 jamNeyzha Neyz
 

Similar to Laporan kasus sc kpd (20)

Contoh laporan kasus nifas menggunakan langkah varne1
Contoh laporan kasus nifas menggunakan langkah varne1Contoh laporan kasus nifas menggunakan langkah varne1
Contoh laporan kasus nifas menggunakan langkah varne1
 
Konsep Dasar Sectio Caesarea
Konsep Dasar Sectio CaesareaKonsep Dasar Sectio Caesarea
Konsep Dasar Sectio Caesarea
 
Konsep Dasar Kehamilan
Konsep Dasar KehamilanKonsep Dasar Kehamilan
Konsep Dasar Kehamilan
 
Masa nifas dan laktasi
Masa nifas dan laktasiMasa nifas dan laktasi
Masa nifas dan laktasi
 
Mengetahui identifikasi kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebi...
Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebi...Mengetahui identifikasi  kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebi...
Mengetahui identifikasi kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebi...
 
86345062 makalah-plasenta-previa
86345062 makalah-plasenta-previa86345062 makalah-plasenta-previa
86345062 makalah-plasenta-previa
 
Lp sc
Lp scLp sc
Lp sc
 
Adaptasi masa nifas terbaru
Adaptasi masa nifas terbaruAdaptasi masa nifas terbaru
Adaptasi masa nifas terbaru
 
MASA NIFAS
MASA NIFASMASA NIFAS
MASA NIFAS
 
-Alat-Kuretase.docx
-Alat-Kuretase.docx-Alat-Kuretase.docx
-Alat-Kuretase.docx
 
-Alat-Kuretase.docx
-Alat-Kuretase.docx-Alat-Kuretase.docx
-Alat-Kuretase.docx
 
SGD Kel. 2 Kelas A3 Keperawatan Maternitas 2.pptx
SGD Kel. 2 Kelas A3 Keperawatan Maternitas 2.pptxSGD Kel. 2 Kelas A3 Keperawatan Maternitas 2.pptx
SGD Kel. 2 Kelas A3 Keperawatan Maternitas 2.pptx
 
256898838 copy-of-askeb-bulin
256898838 copy-of-askeb-bulin256898838 copy-of-askeb-bulin
256898838 copy-of-askeb-bulin
 
Tinjauan teoritis asuhan keperawatan post op sectio caesarea panggul sempit
Tinjauan teoritis asuhan keperawatan post op sectio caesarea  panggul sempitTinjauan teoritis asuhan keperawatan post op sectio caesarea  panggul sempit
Tinjauan teoritis asuhan keperawatan post op sectio caesarea panggul sempit
 
Persalinan caisar (Putri Jayanti) ppt
Persalinan caisar (Putri Jayanti) pptPersalinan caisar (Putri Jayanti) ppt
Persalinan caisar (Putri Jayanti) ppt
 
Askep ruptur uteri
Askep ruptur uteriAskep ruptur uteri
Askep ruptur uteri
 
Kelompok seminar askeb inc fisiologi
Kelompok seminar askeb inc fisiologiKelompok seminar askeb inc fisiologi
Kelompok seminar askeb inc fisiologi
 
Tugas biokimia
Tugas biokimiaTugas biokimia
Tugas biokimia
 
Lp nifas fisiologis
Lp nifas fisiologisLp nifas fisiologis
Lp nifas fisiologis
 
Askeb nifas fisiologis 2 jam
Askeb nifas fisiologis 2 jamAskeb nifas fisiologis 2 jam
Askeb nifas fisiologis 2 jam
 

More from Sirajamaspul Bambapuang (9)

Modul untuk dosen
Modul untuk dosenModul untuk dosen
Modul untuk dosen
 
Modul kep. jiwa
Modul kep. jiwaModul kep. jiwa
Modul kep. jiwa
 
Fisiologi sel
Fisiologi selFisiologi sel
Fisiologi sel
 
Panduan skripsi kjp 2014
Panduan skripsi kjp 2014 Panduan skripsi kjp 2014
Panduan skripsi kjp 2014
 
Panduan manual pengalaman belajar lapangan 2014-1
Panduan manual pengalaman belajar lapangan  2014-1Panduan manual pengalaman belajar lapangan  2014-1
Panduan manual pengalaman belajar lapangan 2014-1
 
Askeb aspiksia
Askeb aspiksiaAskeb aspiksia
Askeb aspiksia
 
Sistem tata pamong stikes kjp
Sistem tata pamong stikes kjpSistem tata pamong stikes kjp
Sistem tata pamong stikes kjp
 
Panduan skripsi kjp 2014 2
Panduan skripsi kjp 2014 2Panduan skripsi kjp 2014 2
Panduan skripsi kjp 2014 2
 
Nurse as patient advocate.ppt
Nurse as patient advocate.pptNurse as patient advocate.ppt
Nurse as patient advocate.ppt
 

Recently uploaded

materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 

Recently uploaded (20)

materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 

Laporan kasus sc kpd

  • 1. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan operasi merupakan salah satu jalan untuk menolong persalinan sehingga tercapai well born baby dan well health mother. Kini tindakan operasi sudah dapat di terima oleh masyarakat bahkan sering dijumpai permintaan persalinan dengan operasi Sectio caesarea, dengan insisi dibagian awah dan persalinan berikut dilakukan dengan tindakan yang sama serta diikuti sterilisasi memakai teknik MA (Vasektomi Tuba) (Manuaba, 2007). Caesarea adalah suatu pembedahan untuk melahirkan janin dengan sayatan pada dinding perut dan dinding rahim (Manuaba, 2007). Ada beberapa penyebab yang sering terjadi dan harus dilakukan caesar yaitu partus lama, partus tak maju, panggul sempit dan janin terlalu besar, sehingga jalan satu satunya adalah caesar. Jika tidak dilakukan caesar akan membahayakan nyawa ibu dan nyawa janin (Wiknjosastro, 2007). Jumlah persalinan caesarea di rumah sakit Pemerintah adalah sekitar 20-25% dari total persalinan, sedangkan di rumah sakit Swasta jumlahnya sangat tinggi yaitu sekitar 30- 80% dari total persalinan (Himapid, 2009). Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim. Ada tiga teknik Sectio caesarea, yaitu transperitonealis, corporal (klasik), dan ekstraperitoneal. Sectio caesar
  • 2. 2 2 adalah lahirnya janin, plasenta dan selaput ketuban melalui irisan yang dibuat pada dinding perut dan rahim (Jurnal.unimus.ac.id, 2014). Beberapa kerugian dari persalinan yang dijalani melalui bedah caesar, yaitu adanya komplikasi lain yang dapat terjadi saat tindakan bedah caesar dengan frekuensi di atas 11%, antara lain cedera kandung kemih, cedera rahim, cedera pada pembuluh darah, cedera pada usus, dan infeksi yaitu infeksi pada rahim/endometritis, alat-alat berkemih, usus, serta infeksi akibat luka operasi. Pada operasi caesar yang direncanakan angka komplikasinya kurang lebih 4,2% sedangkan untuk operasi caesar darurat (sectio caesar emergency) berangka kurang lebih 19%. Setiap tindakan operasi caesar memiliki tingkat kesulitan berbeda-beda. Pada operasi kasus persalinan macet dengan kedudukan kepala janin pada akhir jalan lahir misalnya, sering terjadi cedera pada rahim bagian bawah atau cedera pada kandung kemih (robek). Sedangkan pada kasus bekas operasi sebelumnya dimana dapat ditemukan perlekatan organ dalam panggul sering menyulitkan saat mengeluarkan bayi dan dapat pula menyebabkan cedera pada kandung kemih dan usus (www.academia.edu /2014). Berdasarkan data yang diambil dari catatan rekam medik RSUD Sawerigading Palopo dari bulan Januari – Septmber 2014 tercatat data 728 ibu bersalin, jumlah pasien bersalin normal sebanyak 495 (67%), ibu bersalin dengan Sectio caesarea sejumlah 90 orang (12%) dan 20 orang (2%) terdiri dari ibu bersalin dengan vakum ekstraksi dan episiotomi. Indikasi persalinan dengan Sectio caesarea antara lain adalah presentasi bokong 35 orang (4%),
  • 3. 3 3 ketuban pecah dini (KPD) 15 orang (2%), preeklamsi ringan 10 orang (1%), preeklamsi berat 15 orang (2%), CPD 7 orang (0,9%) dan induksi gagal 35 orang (4%). Berdasarkan uraian diatas penulis untuk melakukan pengelolaan kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny “N” Post Op Sectio caesarea indikasi ketuban pecah dini (KPD) di BLUD RSUD Sawerigading Palopo”. B. Rumusan Masalah “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Pada Ny “N” Post Op Sectio caesarea Indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) di BLUD RSUD Sawerigading Palopo pada tanggal 23-16 Desember 2014 ?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan pada Ny “N” Post Op Sectio Caesarea Indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) di BLUD RSUD Sawerigading Palopo pada tanggal 23-16 Desember 2014. 2. Tujuan Khusus a. Dapat melakukan pengkajian data subjektif pada Ny “N” Post Op Sectio Caesarea Indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) di BLUD RSUD Sawerigading Palopo pada tanggal 23-16 Desember 2014. b. Dapat melakukan pengkajian data objektiff pada Ny “N” Post Op Sectio Caesarea Indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) di BLUD RSUD Sawerigading Palopo pada tanggal 23-16 Desember 2014.
  • 4. 4 4 c. Dapat melakukan analisa data pada Ny “N” Post Op Sectio Caesarea Indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) di BLUD RSUD Sawerigading Palopo pada tanggal 23-16 Desember 2014. d. Dapat melakukan penatalaksanaan pada bayi “Ny “N” Post Op Sectio Caesarea Indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) di BLUD RSUD Sawerigading Palopo pada tanggal 23-16 Desember 2014.
  • 5. 5 5 BAB II TINJAUAN TIORI A. Tinjauan Umum Tentang Nifas 1. Pengertian Nifas adalah masa post partum atau puerperium yaitu masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya yang berkaitan dengan saat melahirkan (Suherni, 2007). Masa nifas adalah dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu berikutnya. Masa Nifas (puerperium) adalah waktu yang diperlukan untuk kembalinya organ genetalia internal menjadi normal secara anatomi dan fungsional yaitu sekitar 6 minggu (Manuaba, 2007). 2. Periode Nifas Menurut Bahiyatun (2009 ), masa nifas dibagi menjadi 3 periode yaitu: a. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah di perbolehkan berdiri dan berjalan. b. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia.
  • 6. 6 6 c. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu, bulan, atau tahun. 3. Perubahan Masa Nifas Pada masa nifas, alat genitalia internal dan eksternal akan berangsur- angsur pulih seperti keadaan seperti hamil. a. Uterus Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses diman uterus kembali kekondisi sebelum hanil dengan bobot hanya 60 gram. b. Bekas Implantasi Uri Bagian implantasi plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri segmen setelah persalinan. Penonjolan tersebut dengan diameter ±7.5 cm, sering disangka sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal. Sesudah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah mencapai 2,4 mm. c. Luka-luka pada jalan lahir Seperti luka bekas episiotomi yang telah dijahit, luka pada vagina dan servik, umumnya bila tidak seberapa luka akan sembuh pueperiu, kecuali bila infeksi. d. Rasa sakit
  • 7. 7 7 Rasa sakit atau disebut juga dengan after pains (meriang atau mules-mules) disebabkan oleh kontraksi rahim dan berlangsung 2-4 hari pasca persalinan (Winkjosastro, 2007). e. Lochea Lochea adalah ekresi cairan rahim selama masa nifas.Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus.Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea mempunyai bau amis/anyir seperti darah mensruasi meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda– beda pada setiap wanita.Locheayang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi.Locheamempunyai perubahan karena proses involusi (Suherni, dkk, 2008). Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan: 1) Lochea Rubra / Merah (Kruenta) Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 masa postpartum.Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo, (rambut bayi ) dan meconium. 2) Lochea Sanguinolenta Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir.Berlangsung hari ke 4 sampai hari ke7 postpartum. 3) Lochea Serosa
  • 8. 8 8 Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karenamengandung serum, leukosit dan dan robekan/laserasi plasenta.Muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14 postpartum. 4) Lochea Alba / Putih Mengandung leokosit, sel desidua, sel epitel, selaput lender servik dan serabut jaringan yang mati.Lochea alba bias berlangsung selama 2 sampai 6 minggu post partum. Lochea rubra yang menetap pada awal periode postpartum menunjukkan adanya perdarahan postpartum sekunder yang mungkin disebabkan tertinggalnya sisa/selaput plasenta. Lochea serosa atau alba yang berlangsung bias menandakan adanya endometritis, terutama jika diertai demam, rasa sakit atau nyeri tekan pada abdomen. Bila terjadi infeksi, keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan locheapurulenta.Pengeluaran lochea yang tidak lancar disebut dengan lochea statis. f. Servik Servik mengalami involusi bersama-sama denganuterus.Warna servik sendiri merah kehitam hitaman karena penuh pembuluh darah, konsistensinyalunak,kadang-kadang terdapat laserasi/perlukaan kecil karena robekan kecil yang terjadi selama di laktasi, serviks tidak pernah kembali pada keadaan sebelum hamil. Bentuknya seperti corong karena disebabkan oleh korpus uteri yang mengadakan kontraksi, sehingga perbatasan antara korpus uteri dan serviks
  • 9. 9 9 perbentuk cincin. Muara serviks yang berlaktasi 10 cm pada waktu persalinan, menutup secara bertahap. Setelah bayi lahir, tangan masih masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki 2-3 jari, pada minggu ke 6 post partum servik menutup (Farrer, 2002). g. Vulva dan vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan dan perenggangan yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu post partum. Penurunan hormone estrogen pada masa post partum berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan lihat kembali pada sekitar minggu ke 4. h. Ligamen-ligamen Ligamen dan diagfrahma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah jalan lahir berangsur-angsur mengecil kembali seperti sediakala (Winkjosastro, 2007). 4. Adaptasi Psikologi Masa Nifas a. Masa Taking In 1) Dimulai sejak dilahirkan sampai 2-3 hari 2) Ibu bersifat pasif dn berorientasi pada diri sendiri. 3) Tingkat ketergantungan tinggi. 4) Kebutuhan nutrisi dan istirahat tinggi b. Masa taking hold 1) Berlangsung sampai dua minggu 2) Klien mulai tertarik pada bayi
  • 10. 10 10 3) Ibu berupaya melakukan perawatan mandiri c. Masa taking go 1) Berlangsung pada minggu ke-3 sampai minggu ke-4 2) Perhatian pada bayi sebagai individu terpisah 5. Kebutuhan dasar ibu nifas a. Nutrisi Nutrisi yang di konsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dancukup kalori. Kalori bagus untuk proses metabolisms tubuh, kerja organ tubuh, proses pembentukan ASI. Wanita dewasa memerlukan 2.200 k kalori. Ibu menyusui memerlukan kalori yang sama dengan wanita dewasa + 700 k. kalori pada 6 bulan pertama kemudian + 500 k. kalori bulan selanjutnya (Retna, 2008). b. Gizi Ibu Menyusui Menurut Retna (2008), gizi ibu menyusui meliputi: 1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari. 2) Makan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup. 3) Minum sedikitnya 3 liter setiaphari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui). 4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin. 5) Minum Vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan Vitamin A kepada bayinya melalui ASI nya.
  • 11. 11 11 Sesudah satu bulan pasca persalinan, makanlah makanan yang mengandung kalori cukup banyak untuk mempertahankan berat badan si ibu. Penurunan berat badan lebih dari setengah kilogram perminggu dan pembatasan kalori yang terlalu ketat akan rnengganggu gizi dan kesehatan ibu serta dapat membuat ibu memproduksi ASI lebih lanjut. c. Cairan Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses metabolisme tubuh. Minumlah cairan cukup untuk membuat tubuh ibu tidak dehidrasi (Retna, 2008). d. Mobilisasi Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan. Lebih-lebih bila partus agak lama. Oleh karena itu, ia harus cukup beristrirahat.Delapan jam post partum wanita tersebut harus tidur telentanguntuk mencegah terjadinya pendarahan post partum. Sesudah 8jam, ia boleh miring ke kiri atau ke kanan, untuk mencegah adanya thrombosis (Wiknjosastro, 2007). e. Diet Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur- sayuran dan buah-buahan (Arita, 2008).
  • 12. 12 12 f. Miksi Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan katerisasi (Arita, 2008). g. Defekasi Beberapa wanita mengalami konstipasi pada masa nifas, namun kebanyakan kasus sembuh secara spontan, jika tidak, dapat diberikan supositoria biskodil per rectal untuk melunakan tinja(Llewellyn, 2002). h. Perawatan Payudara (Mammae ) Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan mammae. Bayi mulai disusui, isapan pada putting susu merupakan rangsangan psikis secara reflektoris yang mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh hipofise (Arita, 2008). 6. Pemeriksaan Post Natal a. Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi , keluhan, respirasi, suhu b. Keadaan umum : tekanan darah, selera makan, dan lain-lain. c. Payudara : ASI, putting susu. d. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rektum. e. Sekret yang keluar, missal Lochea. f. Keadaan alat-alat kandungan.
  • 13. 13 13 7. Rawat gabung Rawat gabung atau Roming-in adalah suatu system perawatan dimana bayi serta ibu dirawat dalam satu unit (Wiknjosastro, 2007). 8. Perawatan Psikologis Respon terhadap masa nifas sangat bervariasi dan di pengaruhi oleh banyak factor, untuk itu klien perlu diberikan dukungan, pendekatan, dan dorongan semangat guna mengantisipasi kemungkinan masalah psikis masa nifas (Farrer, 2002). Adapun nasehat untuk ibu post natal yaitu: a. Fisioterapi post natal sangat baik diberikan b. Sebaiknya bayi disusui c. Kerjakan gimnastik sehabis bersalin d. Untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarga sebaiknya melakukan KB untuk memperoleh imunisasi. B. Tinjauan Umum Tentang Sectio caesaria 1. Pengertian Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2002). Sectio caesarea adalah lahirnya janin melalui insisi didinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerektomi) (Garry, 2005). 2. Macam-macam operasi Sectio caesarea (Garry, 2005)
  • 14. 14 14 a. Abdomen 1) Sectio caesarea Abdominalis a) SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri). Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm. Kelebihan: (1) Mengeluarkan janin dengan cepat. (2) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik. (3) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal. Kekurangan: (1) Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis yang baik. (2) Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi ruptureuteri spontan. b) SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim). Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servical transversal) kirakira 10 cm. Kelebihan: (1) Penjahitan luka lebih mudah. (2) Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik. (3) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum.
  • 15. 15 15 (4) Perdarahan tidak begitu banyak. (5) Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil. Kekurangan : (1) Luka dapat melebar ke kiri, kanan dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri uterine pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak. (2) Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi 2) Sectio caesarea ekstra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengandemikian tidak membuka cavum abdominal. b. Vagina (Sectio caesarea vaginalis) Menurut sayatan pada rahim, Sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut: 1) Sayatan memanjang (longitudinal). 2) Sayatan melintang (transversal). 3) Sayatan huruf T (T insicion). 3. Indikasi Menurut Winkjosastro (2006), Operasi Sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal. a. Fetal distress. b. His lemah/melemah.
  • 16. 16 16 c. Janin dalam posisi sungsang atau melintang. d. Bayi besar (BBL > 4,2 kg). e. Plasenta previa. f. Kelainan letak. g. Disproporsi Cevalo-Pelvik (ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul). h. Rupture uteri mengancam. i. Hydrocephalus. j. Primi muda atau tua. k. Partus dengan komplikasi. l. Panggul sempit. m. Problema plasenta Kelemahan umum, partus tidak maju/partus lama, penyakit Jantung, Placenta Previa dengan perdarahan hebat atau Placenta previa marginalis. Pintu vagina lemah, tumor vagina tumor cervic. Kehamilan Serotinus (lebih dari 42 minggu) Distocia karena kekurangan his Prolapsus Foniculli Wiknjosastro (2006) 4. Komplikasi Menurut Wiknjosastro (2006), Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain: Pada ibu : a. Infeksi puerperal (Nifas) : 1) Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.
  • 17. 17 17 2) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi 3) dan perut sedikit kembung. 4) Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik. b. Perdarahan: 1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka. 2) Perdarahan pada plasenta bed. 3) Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemihbila peritonealisasi terlalu tinggi. 4) Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya karena jika pernah mengalami pembedahan pada dinding rahim insisi yang dibuat menciptakan garis kelemahan yang sangat beresikountuk rupture pada persalinan berikutnya. Pada bayi : hipoksia, depresi pernafasan, sindrom gawat pernafasan dan trauma persalinan 5. Pemeriksaan Diagnostik (Wiknjosastro, 2006) a. Elektroensefalogram ( EEG ) : Dipakai untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang. b. Pemindaian CT : Menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan. c. Magneti resonance imaging ( MRI ) :
  • 18. 18 18 Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetic dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah daerah otak yang tidak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT. d. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak. 6. Penatalaksanaan ibu nifas post Sectio caesarea meliputi: a. Manajemen post operatif 1) Pasien dibaringkan di dalam kamar pulih (kamar isolasi) dengan pemantauan ketat tensi, nadi, nafas tiap 15 menit dalam 1 jam pertama, kemudian 30 menit dalam 1 jam berikut dan selanjutnya. 2) Pasien tidur dengan muka ke samping dan yakinkan kepalanya agak tengadah agar jalan nafas bebas. 3) Letakkan tangan yang tidak diinfus di samping badan agar cairan infus dapat mengalir dengan lancar. b. Mobilisasi/aktifitas Pasien boleh menggerakkan kaki dan tangan serta tubuhnya sedikit 8 – 12 jam kemudian duduk, bila mampuh pada 24 jam setelah Sectio caesarea pasien jalan, bahkan mandi sendiri pada hari kedua. c. Perawatan luka Perawatan luka pada ibu nifas post Sectio caesarea adalah merawat luka dengan cara mengganti balutan atau penutup yang sudah
  • 19. 19 19 kotor atau lama dengan penutup luka atau pembalut luka yang baru. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya luka infeksi serta memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien. d. Pemberian cairan e. Penanganan nyeri f. Kateter/eliminasi Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita, menghalangi involasi uterus dan menyebabkan pendarahan oleh karena itu dianjurkan pemasangan kateter seperti dower cateter/balon kateter yang terpasang selama 24 sampai 48 jam, kecuali penderita dapat kencing sendiri. Kateter dibuka 12 – 24 jam pasca pembedahan.Bila terdapat hematuria maka pengangkatan dapat ditunda. g. Berikan obat antibiotik dan analgetik (Wiknjosastro, 2006) C. Tinjauan Umum Tentang Ketuban Pecah Dini (KPD) 1. Pengertian Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan. Waktu sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi rahim disebut ketuban pecah dini. Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung (Sarwono P,. 2009).
  • 20. 20 20 2. Etiologi Penyebab ketuban pecah dini masih belum jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan kecuali dalam usaha penekanan infeksi. Menurut Sarwono P,. (2009), penyebab ketuban pecah dini adalah : a. Serviks inkompeten b. Ketegangan rahim berlebihan c. Polihidramnion d. Gemeli e. Kelainan letak janin dalam rahim f. Riwayat KPD sebelumnya g. Kelainan bawaan dari selaput ketuban h. Infeksi vagina 3. Tanda dan Gejala Kadang – kadang agak sulit atau meragukan kita apakah ketuban benar sudah pecah atau belum apabila pembukaan kanalis servikalis belum ada atau kecil. Cara menentukannya sebagai berikut : a. Adanya cairan berisi mekonium, verniks caseosa, rambut lanugo b. Adanya cairan ketuban dari vagina c. Perubahan warna kertas lakmus dari merah menjadi biru d. Cairan berbau khas, tidak seperti bau urin (Sarwono P,. 2009) 4. Patofisiologi Mekanisme terjadinya ketuban pecah dapat berlangsung sebagai berikut :
  • 21. 21 21 a. Ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi sehingga dapat menyebabkan ketegangan rahim b. Bila terjadi serviks inkompeten, maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dan mengeluarkan air ketuban c. Infeksi yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah d. Kelainan bawaan selaput ketuban dimana selaput ketuban terlalu tipis sehingga mudah pecah Patofisiologi KPD menurut Wiknjosastro (2006) yaitu KPD terjadi karena adanya kelainan pada amnion dan juga bisa pada selaput janin. Kelainan pada hidramnion jumlahnya bisa mencapai 2000 cc atau lebih. Karena volume berlebihan maka tekanan akan lebih besar. Hal ini akan lebih memudahkan selaput janin mengalami kerusakan akibat dari selaput janin yang jelek. 5. Diagnosis Tentukan pecahnya selaput ketuban. Ditentukan dengan adanya cairan ketuban di vagina, jika tidak ada dapat dicoba dengan gerakan sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (Nitrazin test) merah menjadi biru, membantu dalam menentukan jumlah cairan ketuban dan usia kehamilan, kelainan janin. Tentukan usia kehamilan bila perlu dengan pemeriksaan USG. Tentukan ada tidaknya infeksi, tanda-
  • 22. 22 22 tanda infeksi bila suhu ibu 38o C, air ketuban yang keruh dan berbau. Pemeriksaan air ketuban dengan tes LEA (leukosit estrase). Leukosit darah > 15.000/mm3. Janin yang mengalami tekhikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterin. Tentukan tanda-tanda inpartu. Tentukan adanya kontraksi yang teratur, periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan) antara lain untuk menilai skor pelvik (Sarwono P,. 2009). 6. Komplikasi a. Bagi janin 1) Prematuritas 2) Infeksi 3) Semakin lama periode laten, semakin lama kala satu persalinan, maka semakin besar insiden infeksi 4) Prolaps tali pusat 5) Mortalitas perinatal b. Bagi ibu 1) Partus lama Adanya inkoordinasi kontraksi otot rahim akibat dari induksi persalinan dengan oksitosis sehingga menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk meningkatkan pembukaan serviks 2) Perdarahan post partum 3) Atonia uteri
  • 23. 23 23 Bila pada saat ketuban percah serviks belum matang atau belum membuka, maka akan memperlama proses persalinan dan menyebabkan kelelahan pada ibu yang berakibat pada lemahnya kontraksi uterus 4) Infeksi nifas Adanya infeksi intra partum akibat ketuban pecah lebih dari 6 jam. 7. Penatalaksanaan a. Konservatif 1) Rawat di rumah sakit 2) Berikan antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg atau entromisin bila tak tahan ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari. 3) Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi. 4) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes basa negatif beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu. 5) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam. 6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi.
  • 24. 24 24 7) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intrauteri) 8) Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitinm dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali. b. Aktif 1) Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprosto 25 µg - 50 µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. 2) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi, dan persalinan diakhiri. a) Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea. b) Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam (Sarwono P,. 2009). D. Tinjuan Teori Asuhan Kebidanan 1. Pengertian Manajemen Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah. Penemuan–penemuan, keterampilan
  • 25. 25 25 dalam rangka tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Saminem, 2010; h. 39). 2. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP) a. Data Subjektif Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata, mencakup nama, umur, tempat tinggal, pekerjaan, status perkawinan, pendidikan serta keluhan-keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung pada pasien atau keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. b. Data Objektif Data yang diperoleh dari pemeriksaan fisik mencakup inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, serta pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium. c. Asessment /Diagnosa Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan masalah yang mencakup masalah dan prediksi terhadap kondisi tersebut. Penegakan diagnose kebidanan dijadikan sebagai dasar tindakan dalam upaya penanggulangan ancaman keselamatan pasien. d. Planning / Perencanaan Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh bidan dalammelakukan interfens iuntuk memecahkan m asalah pasien/klien.
  • 26. 26 26 Tabel 2.2. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan. 7 langkah menurut Varney (1997) 5 langkah menurut Kompetensi Bidan (2000) SOAP Langkah 1 : Pengumpulan data Langkah 1 : Pengumpulan data Data Subyektif Data Obyektif Langkah 2 : Diagnosis/masalah Langkah 2 : Assessment/diagnosis Assessment/Diagnosis Langkah 3 : Antisipasi diagnosis masalah potensial Langkah 4 : Pertimbangan perlunya konsultasi/rujukan Langkah 3 : Rencana tindakan Rencana tindakan 1. Konsultasi/rujuk 2. Pemeriksaan diagnostic/ laboratorium 3. Pemberian pengobatan 4. Pendidikan kesehatan dan konseling kesehatan 5. Follow up pemeriksaan Langkah 5 : Rencana tindakan Langkah 6 : Implementasi Langkah 4 : Implementasi Langkah 7 : Evaluasi Langkah 5 : Evaluasi Sumber : Depkes RI,tahun 2003.
  • 27. 27 27 BAB III PERKEMBANGAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “N” G1P0A0 POST OP SECTIO CAESAREA INDIKASI KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI BLUD RSUD SAWERIGADING PALOPO TANGGAL 23 DESEMBER 2014 No.Register : Tanggal masuk RS : 21 Desember 2014 Tanggal partus : 23 Desember 2014 jam 15.00 wita. Tanggal pengkajian : 23 Desember 2014 jam 15.00 wita. Identitas Ibu/Suami  Nama : Ny’’N” /Tn’’R”  Umur : 19 tahun/22 Tahun  Nikah/lamanya : 1 kali /  Agama : Islam/Islam  Pendidikan : SMA/SMA  Pekarjaan : IRT /Karyawa PLN  Alamat : Lasaktia Raya, Lebang A. Data Subjektif (S) 1. Melahirkan anak pertama pada tanggal 23 Desember 2014 pukul 15.00 Wita. 2. Post op section caesarea 5 jam 3. Nyeri menetap pada daerah bekas operasi 4. G1P0A0
  • 28. 28 28 5. Ibu belum aktif dalam memenuhi kebutuhannya 6. Ada pengeluaran darah dari jalan lahir B. Data Objektif (O) 1. Keadaan umum ibu baik 2. Kesadaran komposmentis 3. Ekpresi meringis, Nyeri tekan (+) 4. Luka operasi terdapat pada abdomen, tertutup kassa dan kering 5. TTV : TD : 120/80 mmHg N: 84 x/menit , R: 24 x/menit S: 36,5 0C. 6. TFU : setinggi pusat 7. Kontraksi uterus (+), teraba keras dan bundar 8. Perdarahan ± 50 cc 9. Kandung Kemih : Kosong Terapi : a. Infuse infuse RL 20 tetes/menit b. Kateter c. Cefotaxime 1 gr/iv/12 jam d. Ketorolac 1 ampul/8 jam/iv C. Assessment (A) Diagnosa aktual : Post SC hari I Masalah aktual : Nyeri luka pada bekas operasi Masalah potensial : Potensial terjadi infeksi pada luka bekas operasi
  • 29. 29 29 A. Planning (P) Tanggal 23 Desember 2014 jam 15.15 wita 1. Mengobservasi TTV, TFU, kontraksi uterus, dan pengeluaran lochia - TTV : TD 120/70 mmHg, N: 80 x/i, S: 36,50 C, P :20 x/i - TFU setinggi pusat, kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar - Lochia rubra, warna merah tua, dan berbau amis 2. Mengkaji tingkat nyeri yang dirasakan ibu - Nyeri tingkat sedang 3. Ajarkan pasien teknik mengurangi rasa nyeri dengan nafas dalam - Ibu mendemontrasikan nafas dalam selama periode nyeri 4. Motivasi ibu untuk bedrest selama 24 jam pertama sesuai instruksi dan mobilisasi bertahap yaitu boleh miring kanan kiri setelah 8-12 jam post operasi, dan boleh mulai duduk setelah 24 jam dan berjalan secara bertahap. - Ibu bersedia mengikuti anjuran 5. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan alat kelaminnya (personal hygiene) dengan cara : mengganti pembalut setiap kali BAK/BAB atau jika terasa penuh dan selesai mandi, membersihkan vulva setiap kali selesai BAK/BAB dengan cara menyiram dari depan ke belakang - Ibu bersedia mengikuti anjuran e. Memberikan terapi sesuai program: injeksi Ketorolac 1 ampul/iv dan Cefotaxime 1gr/iv
  • 30. 30 30 PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “N” G1P0A0 POST OP SECTIO CAESAREA INDIKASI KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI BLUD RSUD SAWERIGADING PALOPO TANGGAL 24 DESEMBER 2014 Tanggal 24 Desember 2014 jam 08.00 wita A. Data Subjektif (S) : 1. Nyeri pada daerah luka post operasi masih dirasakan 2. Ibu belum aktif dalam memenuhi kebutuhannya 3. Ada pengeluaran darah dari jalan lahir B. Data Objektif (O) : 1. Keadaan umum ibu baik 2. Kesadaran komposmentis 3. Ekpresi meringis, nyeri tekan (+) 4. Luka post operasi : tidak ada pembengkakan, warna kemerahan, panas/ demam (-) , perdarahan (-) 5. TTV : TD : 120/80 mmHg N: 80 x/menit , R: 22 x/menit S: 36,7 0C. 6. TFU : 2 jbpst 7. Kontraksi uterus (+), teraba keras dan bundar 8. Perdarahan ± 10 cc 9. Genitalia terpasang kateter Terapi : 1. Infuse infuse RL 20 tetes/menit 2. Kateter 3. Cefotaxime 1 gr/iv/12 jam
  • 31. 31 31 4. Ketorolac 1 ampul/8 jam/iv C. Assesment (A) Diagnosa : Nyeri luka pada bekas operasi Masalah potensial : Potensial terjadi infeksi pada luka bekas operasi D. Planning (P) Tanggal 24 Desember 2014 , Jam 08.10 wita 1. Periksa keadaan umum dan vital sign setiap 4 jam sekali - TTV : TD 120/70 mmHg, N: 80 x/i, S: 36,50 C, P :20 x/i 2. Periksa kontraksi uterus, TFU, perdarahan, pengeluaran Lochea setiap 4 jam sekali - TFU setinggi pusat, kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar Lochia rubra, warna merah tua, dan berbau amis. 6. Anjurkan ibu melakukan teknik dengan nafas dalam - Ibu mendemontrasikan nafas dalam selama periode nyeri 3. Mengkaji karakteristik luka operasi - Luka operasi tidak ada pembengkakan, warna kemerahan, panas/ demam (-) , perdarahan (-), pus (-). 4. Melakukan perawatan luka operasi - Perawatan luka sesuai program terapi dan menjaga daerah luka agar tetap bersih dan kering 5. Motivasi ibu untuk mobilisasi bertahap yaitu boleh miring kanan kiri dan boleh mulai duduk setelah 24 jam dan berjalan secara bertahap. - Ibu bersedia mengikuti anjuran.
  • 32. 32 32 6. Mengajarkan breast care untuk memperlancar proses laktasi ibu dan bayi - Ibu mengerti perawatan payudara 7. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi untuk pemenuhan nutrisi selama masa nifas dan menyusui - Ibu bersedia mengikuti anjuran 8. Menjelaskan manfaat pemberian ASI Ekslusif dan segera menyusui bayinya sedini mungkin - Ibu mengerti dan bersedia member ASI Ekslusif kepada bayinya 9. Melakukan perawatan kateter - Urine bag kosong, kateter lancar 10. Memberikan terapi sesuai program: injeksi Ketorolac 1 ampul/iv dan Cefotaxime 1gr/iv
  • 33. 33 33 PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “N” G1P0A0 DENGAN POST OP SECTIO CAESAREA INDIKASI KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI BLUD RSUD SAWERIGADING PALOPO TANGGAL 25 DESEMBER 2014 Tanggal 25 Desember 2014 jam 08.10 wita A. Data Subjektif (S) : 1. Nyeri pada daerah luka post operasi berkurang 2. Ibu mulai melakukan mobilisasi bertahap 3. Ada pengeluaran darah dari jalan lahir 4. Sudah dapat miring kanan dan miring kiri dan mulai duduk tetapi hanya sebentar. B. Data Objektif (O) : 1. Keadaan umum ibu baik 2. Kesadaran komposmentis 3. Ekpresi meringis, nyeri tekan (+) 4. Luka post operasi : tidak ada pembengkakan, warna kemerahan, panas/ demam (-) , perdarahan (-) 5. TTV : TD : 120/80 mmHg N: 80 x/menit , R: 22 x/menit S: 36,7 0C. 6. TFU : 2 jbpst 7. Kontraksi uterus (+), teraba keras dan bundar 8. Perdarahan ± 10 cc 9. Genitalia terpasang kateter Terapi : 1. Infuse infuse RL 20 tetes/menit
  • 34. 34 34 2. Kateter 3. Cefotaxime 1 gr/iv/12 jam 4. Ketorolac 1 ampul/8 jam/iv C. Assesment (A) Diagnosa : Nyeri luka pada bekas operasi Masalah potensial : Potensial terjadi infeksi pada luka bekas operasi D. Planning (P) Tanggal 24 Desember 2014 , Jam 08.10 wita 1. Periksa keadaan umum dan vital sign setiap 4 jam sekali - TTV : TD 120/70 mmHg, N: 80 x/i, S: 36,70 C, P :20 x/i 2. Periksa kontraksi uterus, TFU, perdarahan, pengeluaran Lochea setiap 4 jam sekali - TFU setinggi pusat, kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar Lochia rubra, warna merah tua, dan berbau amis. 3. Anjurkan ibu melakukan teknik dengan nafas dalam - Ibu mendemontrasikan nafas dalam selama periode nyeri 4. Mengkaji karakteristik luka operasi - Luka operasi tidak ada pembengkakan, warna kemerahan, panas/ demam (-) , perdarahan (-), pus (-). 5. Melakukan perawatan luka operasi - Perawatan luka sesuai program terapi dan menjaga daerah luka agar tetap bersih dan kering 6. Mengajarkan breast care untuk memperlancar proses laktasi ibu dan bayi
  • 35. 35 35 - Ibu mengerti perawatan payudara 7. Menjelaskan cara menyusui yang benar - Ibu mendemonstrasikan cara menyusui yang benar 8. Menjelaskan tanda-tanda bahaya pada masa nifas, seperti ( demam dan sakit kepala yang hebat,bengkak pada wajah, tangan dan payudara, perdarahan yang banyak serta lochea yang berbau busuk, bayi tidak mau menyusu, infeksi) - Ibu mengerti tanda dan bahaya masa nifas 9. Melakukan perawatan kateter - Urine tertampung 350 cc, kateter lancer 10. Menjelaskan kepada ibu tentang perlunya menggunakan alat kontrasepsi yang sesuai dengan keadaan ibu (menyusui) yaitu mini pil atau suntikan KB 3 bulan - Ibu akan membicarakan dengan suaminya. 11. Memberikan terapi sesuai program: injeksi Ketorolac 1 ampul/iv dan Cefotaxime 1gr/iv
  • 36. 36 36 BAB IV PEMBAHASAN Pada pembahasan ini penulis akan membandingkan antara kasus yang diiteliti dengan tinjauan teori yang ada. Teori yang disajikan dapat mendukung atau bertentangan dengan kasus di lahan. Sehingga dari temuan tersebut, penulis dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan atau kesenjangan yang terjadi menggunakan langkah-langkah manajemen kebidanan. Dalam pembahasan ini penulis menggunakan pendekatan asuhan kebidanan yang terdiri dari SOAP untuk menguraikan kesenjangan antara tiori dengan temuan kasus. A. Data Subjektif (S) Pada pengkajian yang dilakukan pada Ny. “N” G1P0A0 ditemukan data subjektive kelahiran ini merupakan kelahiran anaknya yang pertama. Pada riwayat persalinan menunjukkan bahwa pasien dilakukan tindakan persalinan secara Sectio Caesarea dengan indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD). Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono (2009) bahwa penananganan aktif melalui tindakan Sectio Caesarea dilakukan apabila tindakan konservatif mengalami kegagalan. Setelah dilakukan operasi dan memasuki ruang perawatan, pasien mengeluh nyeri pada luka post operasi Sectio caesarea. Pada pengkajian subjektif ditemukan masalah utama yaitu pasien mengeluh nyeri pada luka post operasi, hal ini sesuai dengan pendapat Kriebs (2008) bahwa pengkajian pada pasien dengan post Sectio cesarea akan ditemukan keluhan nyeri akibat
  • 37. 37 37 insisi akibat terputusnya kontinuitas jaringan akibat laparotomi pada dinding abdomen dan histerotomi pada dinding uterus, maka aliran darah pada jaringan tersebut akan terhambat dan menyebabkan nyeri, distensi kandung kemih, atau efek-efek anestesi. Dengan demikian tidak ada kesenjangan dengan teori yang ada. B. Data Objektif (O) Disamping data subjektif ditemukan data objektif terdapat hasil pemeriksaan tanda vital dimana tekanan darah pasien 120/70 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36,50 C dan respirasi 20x/menit. Pemeriksaan fisik pada abdomen terdapat luka jahitan post operasi, genitalia terpasang katater , TFU setinggi pusat, kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar Lochia rubra (± 50 cc) , warna merah tua, dan berbau amis. Berdasarkan data tentang perubahan-perubahan pada masa nifas secara umum memiliki kesamaan dengan konsep tiori sehingga perubahan- perubahan tersebut masih dikategorikan fisiologis. Berdasarkan perbandingan data objektif antara tiori dengan temuan pada kasus menunjukkan adanya keterkaitan data mayor, sehingga disimpukan tidak ada kesenjangan antara tiori dengan kasus. C. Assesment (A) Interpretasi data terdiri dari penentuan diagnosa, menentukan masalah, dan kebutuhan pada ibu post partum dengan SC indikasi KPD. Interpretasi data terdiri dari diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang
  • 38. 38 38 ditegakkan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan yang dikemukakan dari hasil pengkajian. Pada kasus Ny.: N”, diganosa aktual yang terindentifikasi adalah nyeri luka pada bekas operasi dan diagnosa potensial yang muncul antara lain potensi terjadinya infeksi pada luka post operasi Sectio caesarea. Diagnosa ini sesuai dengan apa yang diterangkan dalam Kriebs. (2008) bahwa beberapa masalah yang muncul pada pasien post Sectio caesarea antara lain nyeri akut, resiko infeksi, menyusui tidak efektif, kekurangan volume cairan, defisit perwatan diri, resiko konstipasi, mobilitas inadekuat dan kurang pengetahuan. Jadi pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus. D. Penatalaksaan Menurut Winkjosastro (2007), perencanaan pada ibu nifas post sectio cesarea antara lain : 1. Observasi keadaan umum dan tanda – tanda vital 2. Observasi pengeluaran Lochea 3. Bimbing untuk mobilisasi dini 4. Perawatan luka post operasi 5. Pasang kateter dan observasi eliminasi 6. Beri KIE tentang KB 7. Bantu penuhi kebutuhan diet pasien 8. Bericairan infus
  • 39. 39 39 9. Beri terapi sesuai dengan advis dokter Pada kasus Ny. “N” G1P0A0 dengan post sectio cesarea perencanaan yang dilakukan antara lain : 1. Mengobservasi TTV, TFU, kontraksi uterus, dan pengeluaran lochia 2. Mengkaji tingkat nyeri 3. Ajarkan pasien teknik mengurangi rasa nyeri dengan nafas dalam 4. Mobilisasi secara bertahap. 5. Perawatan luka 6. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan alat kelaminnya (personal hygiene) 7. Breast care untuk memperlancar proses laktasi ibu dan bayi 8. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi untuk pemenuhan nutrisi selama masa nifas dan menyusui 9. Menjelaskan manfaat pemberian ASI Ekslusif dan segera menyusui bayinya sedini mungkin 10. Menjelaskan tanda-tanda bahaya pada masa nifas 11. Menjelaskan kepada ibu tentang perlunya menggunakan alat kontrasepsi yang sesuai dengan keadaan ibu (menyusui) yaitu mini pil atau suntikan KB 3 bulan 12. Perawatan kateter dan terapi infus 13. Memberikan terapi sesuai program: injeksi Ketorolac 1 ampul/iv dan Cefotaxime 1gr/iv
  • 40. 40 40 Berdasarkan penatalaksanaan yang dilakukan pada Ny. “N” G1P0A0 dengan post sectio cesarea menunjukkan bahwa penalaksanaan asuhan kebidanan mengacu pada penatalaksanaan yang direkomendasikan dalam tiori sehingga disimpulkan pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan.
  • 41. 41 41 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan “Auhan Kebidanan Pada Ny “N” G1P0A0 Post OP Sectio Caesarea Indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) Di BLUD RSUD Sawerigading Palopo Tanggal 23-24 Desember 2014, maka penulis dapat menyimpulkan tidak ditemukan antara kesenjangan antar tiori dengan kasus tersebut dengan hasil sebagai berikut: 1. Pada data subjektif pada Ny. “N” : G1P0A0, persalinan dilakukan tindakan persalinan secara Sectio caesarea dengan indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) dan pasien mengeluh nyeri pada luka post operasi, pemenuhan kebutuhan belum aktif. 2. Data objektif ditemukan tanda vital : tekanan darah pasien 120/70 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36,50 C dan respirasi 20x/menit, abdomen terdapat luka jahitan post operasi, genitalia terpasang katater , TFU setinggi pusat, kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar Lochia rubra (± 50 cc) , warna merah tua, dan berbau amis. 3. Pada kasus Ny. “N” diganosa aktual yang terindentifikasi adalah nyeri luka pada bekas operasi dan diagnosa potensial yang muncul antara lain potensi terjadinya infeksi pada luka post operasi Sectio caesarea. 4. Dalam menyusun suatu rencana asuhan kebidanan pada kasus Ny. “N” dengan post operasi Sectio caesarea dilakukan tindakan secara komprehensif untuk mengatasi masalah aktuan dan potensial dengan tetap
  • 42. 42 42 mengacu pada tiori , yaitu observasi : TTV, TFU, kontraksi uterus, dan pengeluaran lochia, kaji tingkat nyeri, ajarkan pasien teknik relaksasi, perawatan lukan, mobilisasi, personal hygiene, breast care, diet gizi seimbang, pemberian ASI Ekslusif , tanda-tanda bahaya pada masa nifas, promosi KB, perawatan kateter dan terapi infuse dan memberikan terapi sesuai program: injeksi Ketorolac 1 ampul/iv dan Cefotaxime 1gr/iv B. Saran 1. Bagi Insrtitusi Pendidikan Diharapkan kegiatan bimbingan ditingkatkan utnuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam mengaplikasi konsep tiori penanganan kasus-kasus patologi khususnya post operasi Sectio caesarea. 2. Bagi Lahan Praktik Diharapkan untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dengan berpedoman pada standar opersional prosedur dalam memberikan asuhan kebidanan dengan kasus-kasus patologi khususnya post operasi Sectio caesarea. 3. Bagi Penulis dan Mahasiswa Kebidanan Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang penatalaksanaan kasus-kasus patologi khususnya post operasi Sectio caesarea dan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan antara teori yang di dapat di bangku kuliah dan dilahan praktek.
  • 43. 43 43 DAFTAR PUSTAKA Arief, dkk. 2009. Neonatus Dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha
  • 44. 44 44 Dewi, Vivian Nanny Lia.(2011).Asuhan Neonates Bayi danAnak Balita.Jakarta :SalembaMedika Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan, Aspiksia Neonatorum Tahun 2009 – 2011. Bagian Bina Kesmas Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar Drew, David dan Philip Jevon, Maregaret Raby; alih bahasa,Dian Ramadhani. (2009).editor edisi bahasa Indonesia, Sari Isnaeni. – Jakarta : EGC Haider dan Bhutta, (2006) Birth Asphyxia in Developing Countries: Current Status and Public Health Implications. Department of Paediatrics and Child Health, The Aga Khan University, Karachi, Pakistan. Curr Probl Pediatr Adolesc Health Care 2006;36:178-188 Hasan, I. (2005). Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 3. Jakarta: FKUI Hellen Varney (2007), Varvey Midwifery. Jakarta: EGC KR, JNPK.(2008). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta :TIM Kriebs. (2008). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC Manuaba, Ida Bagus Gede (2010).Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB.Jakarta : EGC Manuaba. 2005. Gawat Darurat Obstetri-Genekologi dan Obstetri – Genekologi MedikaDepkes RI. (2003). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta Prawirohardjo, Sarwono. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT bina Pustaka Prawirohardjo, Sarwono.(2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka Purnamaningrum, (2010), Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Dengan Aspikasi http://purnamaningrum.Blogspot.com/2012/10/askeb-Aspiksia, html Rahmah, dkk (2012), Risiko Faktor Persalinan Dengan Kejadian Aspiksia Neonatorum Di Rumah Sakit Umum Daerah Sawerigading Kota Palopo Tahun 2012 Yulianti, dkk. (2010). Asuhan Neonates Bayidan Balita. Jakarta :Salembamedika Saifudin, (2005)Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Saminem.(2010). Dokumentasi Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
  • 45. 45 45 Sari, dkk, (2011), Pencegahan Dan Penatalaksanaan Aspiksia Neonatorum. Health Technology Assessment Indonesia Departemen Kesehatan Republik Indonesia Soepardan,Suryani.(2009).Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC Sulistyawati Ari dan Esti Nugraheni. (2010) . Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.Jakarta: Salemba Medika Sulistyowati, N. (2008). Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Dengan Aspiksia Wiknjosastro. (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP. KATA PENGANTAR
  • 46. 46 46 Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Pada Bayi “N” BCB/ SMK/ PBK dengan Aspiksia Sedang Di BLUD RSUD Sawerigading Palopo Pada Tanggal 16- 18 Desember 2014”. Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusun laporan ini tidak terlepas dari bimbingan dan dorongan serta semangat dari pembimbing, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu DR. NIlawati Uly, S.Si. Apt. M.Kes selaku Ketua STIKes Mega Buana Palopo. 2. Direkur BLUD RSUD Sawerigading Palopo yang telah memberikan izin melakukan praktik. 3. Ibu Wahyuni Arif,, S.ST.M.Kes, selaku Ka. Prodi D IV Kebidanan STIKes Mega Buana Palopo sekaligus sebagai pembimbing. 4. Pembimbing lahan atas bimbingannya selama penyusunan laporan ini. 5. Kepala ruangan dan rekan sejawat di ruangan perinatologi atas kerjasamanya. 6. Rekan-rekan mahasiswa Prodi D IV Kebidanan STIKes Mega Buana Palopo 7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam penyusunan laporan kasus ini. Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih memiliki banyak kelemahan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran konstruktif khususnya dari pembimbing dalam rangka perbaikannya. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
  • 47. 47 47 Palopo, 18 Desember 2014 Mahasiswa Yuliana LAPORAN INDIVIDU
  • 48. 48 48 PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI “N” BCB/ SMK/ PBK DENGAN ASPIKSI SEDANG DI BLUD RSUD SAWERIGADING PALOPO TANGGAL 16 S/D 18 DESEMBER 2014 DISUSUN OLEH : YULIANA B.14.06.126 PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEGA BUANA PALOPO, 2014
  • 49. 49 49 DAFTAR ISI Drew, David dan Philip Jevon, Maregaret Raby; alih bahasa,Dian Ramadhani. 2008.editor edisi bahasa Indonesia, Sari Isnaeni. – Jakarta : EGC Dewi, Vivian Nanny lia.2011.AsuhanNeonates BayidanAnakBalita.Jakarta :SalembaMedika Notoatmodjo Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta KR, JNPK.2008. Asuhanpersalinan normal. Jakarta :TIM Soepardan,Suryani.2009.Konsepkebidanan.Jakarta : EGC Saminem.2010. Dokumentasi Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC Sulistyawati Ari dan Esti Nugraheni. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.Jakarta: Salemba Medika Prawirohardjo, sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT bina Pustaka Rukiyah, Ai yeyeh, LiaYulianti. 2010. Asuhan Neonates BayidanBalita. Jakarta :Salembamedika Manuaba, Ida Bagus Gede.2010.ilmu kebidananpenyakitkandungandan KB.Jakarta : EGC Sulistyawati,Ari.EstiNugraha .2010. AsuhanKebidananpadaIbuBersalin.Jakarta :SalembaMedika Prawirohardjo, Sarwono.2011. IlmuKebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmukebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmubedahkebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka http://www.Hukum Kewenangan Bidan.com http://yulianasept. Blogspot.com/2012/10/proposal-Aspiksia,html BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini membahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus pada pelaksanaan Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada By “ F “ Dengan Aspiksia Ringan di RSUD PANGKEP Tanggal 03 juni 2012, dengan teori penanganan Aspiksia Ringan.
  • 50. 50 50 Dalam pembahasan ini, penulis akan membahas berdasarkan pendekatan manajemen asuhan kebidanan dengan 7 langkah ,yaitu pengumpulan data dasar,merumuskan diagnosa/masalah actual, merumuskan diagnosa / masalah,melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi,merencakan tindakan asuhan kebidanan,melaksanan tindakan asuhan kebidanan dan mengevaluasi asuhan kebidanan. A. LANGKAH I PENGKAJIAN DAN ANALISIS DATA Dalam teori diawali dengan pengumpulan data melalui anamnese yang meliputi identitas bayi dan orang tua bayi. riwayat kehamilan dan persalinan sekarang serta pemerksaan fisik yang berpedoman pada format pengkajian yang tersedia. Sedangkan menurut praktek yang dilakukan RSUD PANGKEP tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek hal ini disebabkan karena adanya pedoman yang sama,dan kerja sama antar petugas keesehatan. Data yang di peroleh pada kasus bayi NY’F’yaitu Aspiksia ringan dengan melihat data yang di peroleh maka terdapat perbedaan tinjauan pustaka dengan kasus nyata bayi NY’’F’dengan Aspiksia. Pada tahap pengkajian ini penulis tidak menemukan hambatan yang berarti oleh karena adanya sikap kooperatif dari keluarga bayi NY’F’ untuk memberikan informasi yang diperlukan serta dapat menerima kehadiran penulis saat pengumpulan data sampai tindakan yang di berikan, mau menerima anjuran serta saran yang diberikan oleh bidan. B. LANGKAH II MERUMUSKAN DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL Dalam tinjauan teori untuk mendiagnosis/ masalah actual dari Aspiksia ringandidapat yaitu keadaan bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah bayi lahir.sedangkan di praktek didapatkan pada studi kasus bayi NY’F’ di temukan bayi tidak segera menangis, gerak tonus otot tidak tidak aktif, warna kulit ekstremitas biru dengn partus lama sehingga didiagnosa Aspiksia ringan.Hal ini terdapat kesamaan antara teori dan praktek yang didukung oleh pengetahuan dan keilmuan kebidanan. C. LANGKAH III ANTISIPASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL Adapun masalah potensial yang dapat penulis identifikasi pada kasus ini adalah potensi terjadi Aspiksia berat,berdasarkan data yang ada menunjukkan
  • 51. 51 51 Aspiksia Ringandimana apabila penangananya kurang baik dapat mengakibatkan Aspiksia berat. Pada bayi NY’F’ dengan Aspiksia ringan dilakukan tindakan yaitu, mengeringkan tubuh bayi. Menyelimuti serta membersihkan jalan napas dan melakukan rangsangan taktil. Hal ini terdapat kesamaan antar petugas kesehatan. D. LANGKAH IV TINDAKAN SEGERA DAN KOLABORASI Secara teori tindakan segera dan kolaborasi tentang Aspiksia ringan yaitu : 1. mengeringkan tubuh bayi 2. membersihkan jalan nafas 3. melakukan rangsangan taktil 4. pemasangan 02 pada bayi agar tidak terjadi hentian nafas Sedangkan dipraktek yang didapatkan tindakan segera dan kolaborasi tentang Aspiksia ringan yaitu: 1..mengeringkan tubuh bayi 2. membersihkan jalan nafas 3. melakukan rangkasan taktil 4.pemasangan 02 pada bayi agar tidak terjadi hentian nafas Sehingga ada kesamaan antara teori dengan praktek untuk penaganan segera dan kolaborasi pada Aspiksia ringan. Hal ini disebabkan karena adanya kerja yang baik antar petugas dan tersedianya alat-alat serta adanya pedoman yang berlaku di RSUD PANGKEP. E. LANGKAH V MENYUSUN RENCANA ASUHAN KEBIDANAN Berdasarkan teori tindakan pada Aspiksia ringan: 1. Mengeringkan tubuh bayi 2. Menyelimuti bayi 3. Mengatur posisi bayi 4. Membersihkan jalan nafas 5. Melakukan rangsangan taktil 6. Pemasangan 02 jika terjadi nafas lemah. Sedangkan pada studi bayi’ NY’ F’rencana asuhan yang di berikan adalah: 1. Mengeringkan tubuh bayi dengan mengganti selimut yang basah dengan Selimut yang kering. 2. Membersihkan jalan nafas dengan delee 3. Melakukan rangsangan taktil 4. Nilai usaha nafas,denyut jantung dan warna kulit 5. Pemasangan 02 pada bayi agar tidak terjadi hentian nafas.
  • 52. 52 52 Hal ini terdapat kesamaan antara teoridengan praktek disebabkan karena adanya kelengkapan alat dan kerja sama antar petugas. F.LANGKAH VI PELAKSANAAN ASUHAN KEBIDANAN Pada tahap pelaksanaan asuhan kebidanan ini,penulis dapat melaksanakan semua tindakan yang telah di rencanakan sebelumnya.pada dasarnya penanganan dan perawatan dilakukan berdasarkan teori yang ada. Penulis tidak menemukan kesulitan dalam pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan, hal ini di tunjang adanya kerja sama yang baik dengan petugas kesehatan di RSUD PANGKEP serta peralatan yang di gunakan, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. G.LANGKAH VII EVALUASI ASUHAN KEBIDANAN Pada tahap ini dinilai adalah keberhasilan dari tindakan yang diberikan berdasarkan tinjauan pustaka bahwa semua bayi baru lahir perlu penanganan sesegera mungkin,adapun tindakan yang dilakukan pada Aspiksia ringan: a. Mengeringkan tubuh bayi b. Menyelimuti bayi dengan kain bersih c. Mengatur posisi bayi d. Membersihkan jalan nafas e. Melakukan rangsangan taktil f. Memasangkan 02 Adapun hasil dan evaluasi dari kasus bayi’F’adalah Aspiksia ringan teratasi dengan: 1. Bayi memakai pakaian dan dibungkus dengan selimut kering dan bersih. 2. Aspiksia ringan teratasi di tandai dengan APGAR score 10 3. Tali pusat Nampak bersih 4. Pemberian 02. Berdasarkan teori dan hasil yang diperoleh dari bayi NY’F’tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.
  • 53. 53 53 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Setelah mempelajari teori, konsep dan prinsip-prinsip Asuhan Bayi Baru Lahir dan pengalaman langsung studi kasus pada By “ F “ . Bayi Baru Lahir Dengan Aspiksia ringanmaka dapat ditarik kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut : A. Kesimpulan a. Pada bayi NY’F’ diagnose/masalah actual dan potensial adalah bayi cukup bulan,sesuai masa kehamilan,lahir spontan dengan partus lama Aspiksia ringan dan potensial terjadi Aspiksia sedang.Dari semua data yang diperoleh menunjukkan bahwa By ”F” di diagnosa mengalami Aspiksia ringan. b. Aspiksia Ringan ini perlu penanganan segera dengan rencana asuhan seperti mengeringkan tubuh bayi, membersihkan jalan nafas, melakukan rangsangan taktil, dan penatalaksanaan pemberian O2. c. Aspiksia ringan ini jika tidak ditangani sesegera mungkin dapat berkelanjutan menjadi Aspiksia sedang.Aspiksia ringan dapat mengancam keselamatan bayi sehingga memerlukan tindakan kolaborasi dengan dokter untuk mencegah masalah lebih lanjut yaitu Aspiksiasedang. d. Pada evaluasi Aspiksia ringan dapat teratasi dan masalah potensial tidak terjadi yaitu Aspiksia sedang. dapat ditarik kesimpulan bahwa penanganan yang dilakukan di RSUD PANGKEP dalam menangani bayi Aspiksia secara garis besar menunjukkan adanya kesamaan dengan teori. B. Saran a. Untuk Klien
  • 54. 54 54 1. Agar melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur minimal 4 x selama kehamilan sehingga ditemukan secara tepat apabila terdapat tanda-tanda atau kompliksi kehamilan. 2. Agar membiasakan diri untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang sehingga kebutuhan ibu dan janin terpenuhi. 3. Membiasakan diri untuk memberikan ASI dengan tehnik menyusui yang baik dan benar. b. Untuk petugas kesehatan 1. Mengingat kenyataan bahwa sebagian besar angka kematian bayi Aspiksia yang terjadi akibat tindakan yang kurang tepat, dengan melihat hal tersebut diharapkan petugas kesehatan melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggungjawab serta bersungguh-sungguh. 2. Keberhasilan dalam mengatasi Aspiksia neonatus tidak lepas dari adanya kerjasama tim dan ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai sehingga alat-alat yang digunakan harus dicek setiap saat. 3. Penerapan manajemen asuhan kebidanan dalam memberikan pelayanan kesehatan di masyarakat perlu ditingkatkan, mengingat dengan manajemen asuhan kebidanan tingkat kesakitan serta kematian ibu dan bayi dapat ditekan seminimal mungkin dengan pengenalan komplikasi secara dini. c. Untuk Institusi Diharapkan untuk mendapatkan hasil yang baik, maka penerapan manajemen asuhan kebidanan dalam pemecahan masalah harus lebih ditingkatkan dan dikembangkan mengingat proses tersebut sangat bermamfaat dalam membina tenaga bidan guna menciptakan SDM yang berpotensi dan profesional.
  • 55. 55 55 Lampiran 1 SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok Bahasan : Pemberian ASI Sub Pokok Bahasan : Tehnik Menyusui Yang Baik dan Benar Waktu : 5 Menit Hari / Tanggal : Senin / 4 juni 2012 Tempat : Ruang Perinatologi RSUD PANGKEP Pembawa Materi : SUSI SUSANTI 1. Tujuan Instruksional Umum Setelah mendengarkan penyuluhan, klien dapat mengerti tentang pentingnya pemberian ASI 2. Tujuan Instruksional Khusus Setelah mendengarkan penyuluhan klien akan dapat : a. Menjelaskan cara menyusui yang baik dan benar b. Menjelaskan posisi menyusui yang baik dan benar c. Menjelaskan cara pengamatan tehnik menyusui yang baik dan benar 3. Materi a. Cara menyusui yang baik dan benar b. Posisi menyusui yang baik dan benar c. Cara pengamatan tehnik menyusui yang baik dan benar 4. Metode a. Diskusi b. Tanya jawab 5. Media : Poster 6. Sasaran : Ibu nifas 7. Referensi : Depkes RI, 1997, “Indonesia Sehat 2010”, Jakarta. 8. Evaluasi : Lisan
  • 56. 56 56 TEHNIK MENYUSUI Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai masalah, hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana, seperti misalnya cara menaruh bayi pada payudaranya ketika menyusui, isapan bayi yang mengakibatkan puting terasa nyeri, dan masih banyak lagi masalah yang lain. Terlebih pada minggu pertama setelah persalinan seorang ibu lebih peka dalam emosi, seorang ibu butuh seseorang yang membimbingnya dalam merawat bayi termasuk dalam menyusui. Orang yang dapat membantunya terutama adalah orang yang berpengaruh besar dalam kehidupannya atau yang disegani seperti suami, keluarga/kerabat terdekat atau kelompok ibu-ibu pendukung ASI dan dokter/tenaga kesehatan. Seorang dokter atau tenaga kesehatan yang berkecimpung dalam bidang laktasi, seharusnya mengetahui bahwa walaupun menyusui itu merupakan suatu proses alamiah umum untuk mencapai keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai tehnik-tehnik menyusui yang benar. Sehingga pada suatu saat nanti dapat disampaikan pada ibu yang membutuhkan bimbingan laktasi. A. Langkah-langkah Menyusui yang baik dan benar 1. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada putting dan sekitar kalang payudara. Cara ini memiliki manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu. 2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
  • 57. 57 57 b. Bayi dipegang dibelakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah, dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan). c. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang satu didepan. d. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi) e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus f. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang 3. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang di bawah, jangan menekan putting susu atau kalang payudara saja. 4. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (Rooting refleks) dengan cara : a. Usahakan sebagian besar kalang payudara dimasukkan kedalam mulut bayi, sehingga putting susu berada didaerah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah kalang payudara. Posisi yang salah, yaitu apabila bayi hanya mengisap pada puting saja, akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan puting susu lecet b. Setelah bayi mulai mengisap payudara tidak perlu dipegang atau disanggai.
  • 58. 58 58 Gambar 1 : Tehnik Menyusui Yang Baik dan Benar (Sumber : Depkes RI, 1997) B. Posisi Menyusui Ada berbagai macam posisi menyusui, yang biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring. Ada posisi yang khusus berkaitan dengan situasi tertentu seperti menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti
  • 59. 59 59 memegang bola (Foot ball Position), dimana kedua bayi disusui secara bersamaan kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan di atas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini maka bayi tidak akan tersedat. Gambar 2. Posisi menyusui yang baik dan benar (Posisi Memegang Bola Pada Bayi Kembar) (Posisi Berbaring Miring) (Menghentikan Bayi Sedang Menyusui) (Posisi Bayi Telungkup) (Posisi Bayi Tegak) (Sumber : Depkes RI, 1997)
  • 60. 60 60 C. Cara Pengamatan Tehnik Menyusui yang benar Tehnik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusui. Untuk mengetahui bayi telah menyusui dengan tehnik yang benar, dapat dilihat : Bayi tampak tenang Badan bayi menempel pada perut ibu Mulut bayi terbuka lebar Dagu menempel pada payudara ibu Sebagian besar kalang payudara masuk kedalam mulut bayi Bayi tampak mengisap kuat dengan irama perlahan Puting susu ibu tidak terasa nyeri Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus Kepala tidak menengadah 1. Melepaskan isapan bayi Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya diganti dengan payudara yang satunya, cara melepas isapan bayi : a. Jari kelingking ibu dimasukkan kemulut bayi melalui sudut mulut atau, b. Dagu bayi ditahan kebawah 2. Setelah selesai menyusui, dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan disekitar kalang payudara, biarkan kering dengan sendirinya. 3. Menyendawakan bayi Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh) setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi adalah : a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan. b. Bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan- lahan.
  • 61. 61 61 SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok Bahasan : Perawatan payudara Sub Pokok Bahasan : Cara perawatan payudara Waktu : 5 Menit Hari / Tanggal : Senin /4 juni 2012 Tempat : Ruang Perinatologi RSUD PANGKEP Pembawa Materi : SUSI SUSANTI 1. Tujuan Instruksional Umum Setelah mendengarkan penyuluhan, klien dapat mengerti tentang pentingnya Perawatan payudara 2. Tujuan Instruksional Khusus Setelah mendengarkan penyuluhan klien akan dapat : a. Menjelaskan tujuan perawatan payudara terutama pada masa nifas. b. Menjelaskan tehnik perawatan payudara 3. Materi a. Tujuan perawatan payudara terutama pada masa nifas. b. Tehnik perawatan payudara 4. Metode a. Diskusi b. Tanya jawab 5. Media : Poster 6. Sasaran : Ibu nifas 7. Referensi : Syaifuddin A.B, 2002, “Buku Panduan Prakti Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal”, YBP, Sarwono Prawirohadjo, Jakarta. 8. Evaluasi : Lisan
  • 62. 62 62 PERAWATAN PAYUDARA uan 1. Memelihara kebersihan payudara 2. Untuk memperlancar tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI nik Perawatan Payudara Persiapan 1. 2 buah baskom berisi air hangat dan air dingin 2. 2 handuk bersih dan kering 3. Kain kasa secukupnya 4. Minyak kelapa/baby oil 5. Waslap 2 buah 6. Ruang tertutup Cara kerja 1. Licinkan tangan dengan sedikit minyak/baby oil. 2. Tempatkan kedua telapak tangan di antara kedua payudara, kemudian urut kearah atas, terus kesamping, terus kebawah dan melintang, sehingga tangan menyangga payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara. 3. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri, dan jari-jari tangan kanan saling dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara kiri dari pangkal ke arah puting, demikian pula payudara kanan. 4. Telapak tangan menopang payudara seperti pada cara diatas, kemudian jari-jari tangan kanan dikepalkan, kemudian buku-buku jari tangan kanan mengurut payudara dari pangkal kearah putting. 5. Kompres payudara dengan menggunakan air hangat dan air dingin. 6. Memakai BH yang tidak terlalu ketat sehingga dapat menopang payudara. Gambar 3 : Tehnik Perawatan Payudara Selama Menyusui
  • 63. 63 63 (A) ( (B) (Sumber : Jumiarni, dkk, 1995, hal 30-31) Cara perawatan payudara 1. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama puting susu 2. Menggunakan BH yang menyokong payudara 3. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak lecet 4. Apabila lecet sangat berat dapat di istirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok 5. Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parasetamol 1 tablet setiap 4 – 6 jam. 6. Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan :
  • 64. 64 64 a. Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit b. Urut payudara dari pangkal menuju puting atau gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah ”Z” menuju puting c. Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak d. Susukan bayi setiap 2 -3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI sisanya keluarkan dengan tangan e. Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui. AB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI NY. K UMUR 0 MENIT DENGAN ASPIKSIA SEDANG DI RSUD KOTA SURAKARTA Tgl/Jam masuk : 16 Juli 2011/14.45 WIB I. PENGKAJIAN Tanggal/jam: 16 Juli 2011/14.45 WIB A. Data Subyektif 1. Biodata Nama bayi : By Ny. K Umur bayi : 0 menit Tanggal/jam lahir : 16 Juli 2011/14.45 WIB Jenis kelamin : Laki-laki No Status Reg : 007296 Biodata orangtua Nama ibu : Ny. K Nama bapak : Tn. T Umur : 35 th Umur : 34 th Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia Agama : Islam Agama : Islam Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA Alamat : Pucang Sawit, RT: 4/RW:VIII, Jebres, Surakarta 2. Riwayat penyakit kehamilan Perdarahan : tidak ada Pre-eklampsia : tidak ada Eklampsia : tidak ada Penyakit kelamin : tidak ada
  • 65. 65 65 Lain-lain : tidak ada 3. Riwayat kehamilan P3A0, umur kehamilan 40 minggu ANC : 9 x, di Puskesmas TT : 2 x Kenaikan BB : 10 kg 4. Riwayat Persalinan a. Kala I : 9 jam b. Kala II : 10 menit, mulai jam 14.35 WIB  DJJ : (+) 144 x/menit  Warna air ketuban : Jernih  Caput : tidak ada  Cephal hematoma : tidak ada  Anak lahir seluruhnya jam : 14.45 WIB  Jenis persalinan : spontan 5. Nutrisi Bayi belum mendapat nutrisi 6. Eliminasi BAK : Bayi belum BAK BAB : Bayi belum BAB 7. Istirahat/tidur Bayi belum istirahat/tidur B. DATA OBYEKTIF 1. Pemeriksaan Awal Tangisan : bayi tidak menangis Warna Kulit : biru pada ekstermitas Gerakan : sedikit Kesimpulan : bayi lemah 2. Pemeriksaan Umum KU : kurang 3. Pemeriksaan Laboratorium Tidak dilakukan II. INTERPRETASI DATA Tanggal/jam : 16 juli 2011/14.45 WIB a. Diagnosa Kebidanan Bayi Ny.K umur 0 menit dengan Aspiksia sedang DS : Bayi lahir spontan, tidak menangis, jenis kelamin laki-laki DO : KU : kurang, biru pada ekstermitas, bayi tidak bernafas spontan/menangis b. Masalah Bayi mengalami kesulitan bernafas c. Kebutuhan Pembebasan jalan nafas III. DIAGNOSA POTENSIAL
  • 66. 66 66 Potensial terjadi Aspiksia berat IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA Resusitasi pada bayi baru lahir V. PERENCANAAN TINDAKAN Tanggal/jam : 16 Juli 2011/14.45 WIB 1. Bersihkan muka dan hidung bayi serta mulut dari lendir atau air ketuban 2. Lakukan resusitasi pada bayi baru lahir 3. Lakukan pemotongan tali pusat 4. Jaga kehangatan bayi 5. Informasikan keadaan bayi pada ibu VI. PELAKSANAAN Tanggal/jam : 16 Juli 2011/14.45 WIB 1. Membersihkan muka, hidung dan mulut bayi dari lender dan air ketuban 2. Melakukan resusitasi pada bayi baru lahir Langkah-langkah resusitasi : 1. Gosok punggung bayi, hal ini akan merangsang bayi untuk menangis. Melihat respon bayi (bayi belum menangis). 2. Lakukan rangsangan taktil dengan menyentil telapak kaki bayi. Melihat respon bayi (bayi menangis lambat, tidak teratur) 3. Lakukan kompresi dada untuk membantu denyut jantung dan nafas bayi, dilakukan dengan cara : kedua ibu jari digunakan untuk menekan sternum, sementara jari-jari lain mengelilingi dada; atau jari tengah dan telunjuk dari satu tangan dapat digunakan untuk kompresi, sementara tangan lain menahan punggung bayi. Sternum di kompresi sedalam ⅓ tebal antero posterior dada. Melihat respon bayi (bayi menangis keras). 3. Melakukan pemotongan tali pusat. Tali pusat di klem menggunakan umbilical klem, dorong isi tali pusat ke arah plasenta ± 3 cm, klem menggunakan klem tali pusat, potong tali pusat menggunakan gunting tali pusat. Tutup tali pusat menggunakan kassa steril. 4. Menjaga kehangatan bayi dengan membungkus bayi menggunakan kain yang kering 5. Menginformasikan keadaan bayi kepada ibu bahwa bayi mengalami kesulitan bernafas atau Aspiksia sedang dan setelah di tolong, bayi dapat menangis spontan. VII. EVALUASI Tanggal/jam : 16 Juli 2011/14.55 WIB 1. Muka, hidung dan mulut bayi sudah dibersihkan 2. Resusitasi pada bayi baru lahir sudah dilakukan dengan hasil, bayi baru dapat menangis keras setelah dilakukan resusitasi. 3. Tali pusat sudah dipotong 4. Kehangatan bayi terjagadengan menyelimuti bayi menggunakan kain kering
  • 67. 67 67 5. Ibu sudah mengetahui keadaan setelah mengalami Aspiksia, kini keadaan bayi baik-baik saja. DATA PERKEMBANGAN I Tanggal/jam : 16 Juli 2011/15.00 WIB S : tidak ada O : ¤ Pemeriksaan umum KU : baik Tanggal/jam lahir : 16 Juli 2011/14.45 WIB HR : 136x/menit, Respirasi : 52x/menit, Suhu : 36,8°C ¤ Pemeriksaan Fisik : APGAR SCORE APGAR SCORE 0 1 2 1’ 5’ 10’ Warna kulit Biru/pucat Tubuh merah, ekstermitas biru Kemerahan 1 2 2 Denyut jantung Tidak ada < 100 >100 1 2 2 Peka rangsang Tidak ada Meringis Menangis 1 1 1 Tonus otot Lemah Sedang Gerak aktif 1 1 2 Usaha nafas Tidak ada Tidak teratur baik 1 2 2 TOTAL 5 8 9 A : Bayi Ny.K umur 15 menit normal P : 1. Jaga Kehangatan bayi, menjaga kehangatan bayi, bayi telah mendapat kehangatan yang cukup dengan indicator suhu bayi : 36,8°C 2. Lakukan pemeriksaan fisik pada bayi, melakukan pemeriksaan fisik pada bayi : a. Kepala Bentuk kepala : mesocephal, UUB lunak,datar, berdenyut Muka : tidak pucat, tidak odem, simetris Mata : simetris, conjungtiva : merah, sclera : putih Hidung : bersih, tidak ada secret Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen Mulut : simetris, tidak ada kelainan Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe b. Dada Bentuk : simetris, tidak ada retraksi dinding dada Putting : ada, simetris, masih tenggelam Bunyi nafas : tidak ada wheezing, ronchi sedikit terdengar Jantung : bunyi normal, denyut teratur c. Abdomen Tidak ada pembesaran lien dan hati d. Genetalia
  • 68. 68 68 Testis sudah masuk scrotum, penis berlubang, ujung muara uretra berada di ujung penis, tidak ada kelainan. e. Anus : berlubang f. Ekstermitas  Tangan, lengan dan bahu Gerakan : aktif Kelainan : tidak ada Jumlah jari : lengkap, kanan 5, kiri 5  Tungkai dan kaki Gerakan : aktif Kelainan : tidak ada Pemeriksaan fisik sudah dilakukan 3. Lakukan pemeriksaan antropometri pada bayi, melakukan antropometri pada bayi: a. BB : 2700 gr b. PB : 46 cm c. LK : 34 cm d. LD : 33 cm Pemeriksaan antropometri sudah dilakukan. 4. Amati reflek pada bayi, mengamati reflek pada bayi a. Reflek Blinking : (+) menutup kedua matanya begitu terkena kilatan cahaya atau bila terkena hembusan udara b. Reflek Moro : (+) tangan bayi membentuk huruf C seperti memeluk saat dikagetkan c. Reflek Rooting : (+) bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipinya d. Reflek Grasping : (+) tangan menggenggam ketika sesuatu menyentuh telapak tangannya 5. Berikan obat tetes mata pada bayi, memberikan obat tetes mata berupa cloramfenicol masing-masing 1 tetes, obat tetes mata sudah diberikan. 6. Berikan injeksi vit K pada bayi, memberikan injeksi vit K dengan dosis 1 mg secara IM pada ⅓ paha atas bagian luar, injeksi vit K sudah diberikan. 7. Observasi KU, TTV, BAB, dan BAK bayi setiap 8 jam, mengobservasi KU, TTV, BAB, BAK bayi setiap 8 jam. Tanggal/jam KU TTV BAB BAK 16 Juli 2011 18.00 WIB Baik HR :136x/m R : 50x/m S : 37°C (+) meco (+) 8. Mandikan bayi setelah 6 jam, memandikan bayi stelah 6 jam. Bayi belum dimandikan. DATA PERKEMBANGAN II Tanggal/jam : 17 Juli 2011/ 06.00 WIB S : - Ibu mengatakan bayi sudah menyusu kuat - Ibu mengatakan bayi sudah BAB dan BAK O : - KU : baik
  • 69. 69 69 - HR : 136x/m, R : 40x/m, S : 36,7°C A : Bayi Ny.K umur 1 hari normal P : 1. Jaga kebersihan bayi, menjaga kebersihan bayi dengan memandikan bayi 2x/hari, bayi sudah dimandikan pukul 06.00 wib. 2. Lakukan perawatan tali pusat, melakukan perawatan tali pusat yaitu dengan mengganti pembungkus tali pusat menggunakan kassa steril minimal 2x/hari tanpa memberikan obat apapun ( misalnya betadine atau alcohol) dan menjaga tali pusat agar tetap kering. Perawatan tali pusat sudah dilakukan. 3. Beritahu ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir, memberitahu ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir yaitu keluar darah dari tali pusat, tali pusat mengeluarkan nanah dan berbau busuk, bayi demam tinggi, kulit tubuh bayi kuning, bayi tidak mau menyusu dan rewel. Ibu sudah mengerti tanda bahaya bayi baru lahir. 4. Jaga kehangatan bayi, menjaga kehangatan bayi dengan cara memakaikan pakaian kering dan bersih pada bayi serta menggedong bayi. Kehangatan bayi sudah terjaga, bayi sudah digedong. 5. Beritahu ibu untuk mengimunisasikan bayinya (HBo), memberitahu ibu untuk mengimunisasikan bayinya (HBo). Ibu bersedia mengimunisasikan bayinya, bayi sudah di imunisasi HBo pukul 08.30 WIB 6. Anjurkan ibu menyusui secara tidak terjadwal sesering mungkin (on demand) untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, menganjurkan ibu menyusui bayinya secara tidak terjadwal sesering mungkin (on demand) untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya. Ibu bersedia menyusui bayinya secara tidak terjadwal sesering mungkin untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya. Bayi sudah disusui, kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi. 7. Observasi KU, TTV, BAB, BAK bayi setiap 8 jam, mengobservasi KU, TTV, BAB, BAK bayi setiap 8 jam. Tanggal/jam KU TTV BAB BAK 17 Juli 2011 06.00 WIB Baik HR : 136x/m R : 40x/m S : 36,7°C (+)meco (+) 12.00 WIB Baik HR : 140x/m R : 48x/m S : 36,8°C (+)meco (+) 18.00 WIB Baik HR : 140x/m R : 40x/m S : 36,7°C (+)meco (+) DATA PERKEMBANGAN III Tanggal/jam : 18 Juli 2011/ 06.00 WIB S : - Ibu mengatakan bayi mau menyusu. - Ibu mengatakan bayi sudah BAB dan BAK O : - KU : baik - HR : 140x/m, R : 40x/m, S : 36,6°C
  • 70. 70 70 A : Bayi Ny.K umur 2 hari normal P : 1. Mandikan bayi, memandikan bayi, bayi sudah dimandikan. 2. Ajari ibu cara merawat tali pusat bayi, mengajari ibu cara merawat tali pusat bayi yaitu, dengan memngganti pembungkus tali pusat menggunakan kassa steril minimal 2x/hari tanpa membubuhi obat misalnya betadine atau alcohol. Ibu sudah mengerti cara merawat tali pusat. 3. Anjurkan ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayi, menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayi. Ibu bersedia untuk selalu menjaga kehangatan bayi. 4. Anjurkan ibu menyusui dengan ASI Eksklusif, menganjurkan ibu menyusui dengan ASI Eksklusif yaitu, memberikan makanan berupa ASI saja pada bayi tanpa makanan pendamping apapun selama 6 bulan dan pemberian ASI diteruskan sampai usia bayi 2 tahun. Ibu bersedia menyusui dengan ASI Eksklusif. 5. Anjurkan ibu untuk meneruskan jadwal imunisasi bayi selanjutnya di tempat pelayanan kesehatan terdekat dan mengimunisasikan bayinya dengan lengkap. Menganjurkan ibu untuk meneruskan jadwal imunisasi bayi selanjutnya di tempat pelayanan kesehatan terdekat dan mengimunisasikan bayinya dengan lengkap. Ibu bersedia meneruskan jadwal imunisasi dan mengimunisasikan bayinya secara lengkap. 6. Anjurkan ibu kunjungan ulang untuk control bayi 1 minggu lagi setelah pulang. Menganjurkan ibu kunjungan ulang untuk control bayi 1 minggu lagi setelah pulang. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang untuk control bayi 1 minggu lagi setelah pulang. 7. Setelah menyelesaikan administrasi, ibu dan bayi pulang pada tanggal 18 juli 2011 jam 14.30 WIB. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Aspiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO2 meningkat) dan asidosis. Dalam menangani Aspiksia harus segera dilakukan tinadakan resusitasi neonatus. Dalam pelaksanaan resusitasi jangan menunggu nilai APGAR score menit pertama, karena resusitasi harus dilakukan setelah 30 detik bayi mengalami gagal nafas. Semakin lambat memulai, maka akan semakin sulit untuk melakukan resusitasi. B. Saran Hendaknya bagi seluruh petugas kesehatan khususnya bidan dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Aspiksia dengan baik agar dapat menghindari hal-hal yang dapat berakibat buruk terhadap bayi.
  • 71. 71 71 DAFTAR PUSTAKA Prawirohardjo. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Bina Pustaka: Jakarta. Maryunani, 2008. Buku Saku Asuhan Bayi Lahir Normal. Trans Info Media : Jakarta. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka: Jakarta http://pediatric.com/Aspiksia-neonatorum/ diakses pada 20 juli 2011 pukul 03.10.24 pm RISIKO FAKTOR PERSALINAN DENGAN KEJADIAN ASPIKSIA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAWERIGADING KOTA PALOPO TAHUN 2012 Rahmah Tahir1, Rismayanti2, Jumriani Ansar2 Menurut Dewi (2011), tindakan yang dapat dilakukan pada bayi Aspiksia neonatorum adalah sebagai berikut: a. Bersihkan jalan napas dengan pengisap lendir dan kassa steril. b. Potong tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptik. b. Segera keringkan tubuh bayi dengan handuk atau kain kering yang bersih dan hangat. c. Nilai status pernapasan. Lakukan hal-hal berikut bila ditemukan tanda- tanda Aspiksia. 1) Segera baringkan dengan kepala bayi sedikit ekstensi dan 2) penolong berdiri disisi kepala bayi dari sisa air ketuban. 3) Miringkan kepala bayi. 4) Bersihkan mulut dengan kassa yang dibalut pada jari 5) telunjuk. 6) Isap cairan dari mulut dan hidung. d. Lanjutkan menilai status pernapasan
  • 72. 72 72 Nilai status pernapasan apabila masih ada tanda Aspiksia, caranya dengan menggosok punggung bayi (melakukan rangsangan taktil). Bila tidak ada perubahan segera berikan nafas buatan. Menurut Hasan (2005), tindakan yang dapat dilakukan pada bayi Aspiksia sedang adalah sebagai berikut: 1) Rangsangan refleks pernafasan (hisap lendir, beri rangsangan selama 30-60 detik). 2) Bila gagal lakukan pernafasan selama 2 menit a) Kepala bayi sedikit ekstensi b) Beri oksigen 1-2 liter/menit melalui kateter dalam c) hidung. d) Buka dan tutup mulut serta hidung, dagu keatas dan kebawah teratur dengan frekuensi 20x/menit Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu: 1) Memastikan saluran nafas terbuka a) Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm b) Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea c) Bila perlu masukkan pipa endo trachea (pipa ET) untuk memastikan saluran pernafasan terbuka 2) Memulai pernafasan a) Melakukan rangsangan taktil untuk memulai pernafasan
  • 73. 73 73 b) Mamakai VTP bila perlu, seperti: sungkup dan balon pipa ET atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi). 3) Mempertahankan sirkulasi Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara: kompresi darah dan pengobatan (Prawirahardjo, 2007). Langkah-langkah Resusitasi : 1) Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi 2) Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang datar 3) Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm 4) Hisap lendir dengan penghisap lender delee dari mulut ke mulut, apabila mulut sudah bersih kemudian lanjutkan ke hidung 5) Lekukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan mengusap-usap punggung bayi 6) Nilai pernafasan, jika pernafasan spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10 7) Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dada 8) Denyut jantung 80x/menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV sampai denyut jantung >100x/menit dan bayi dapat bernafas spontan
  • 74. 74 74 9) Jika denyut jantung 0 atau <10x/menit, lakukan pemberian obat epineprin 1:10.000 dosis 0,2-0,3 mL/kg BB secara IV 10) Lakukan penilaian denyut jantung, jika >100x/menit hentikan obat 11) Jika denyut jantung <80x/menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis diatas tiap 3-5 menit 12) Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap/tidak respon terhadap diatas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit. (Winkjosastro, 2008) Tindakan Khusus (dilakukan sesuai tingkatan Aspiksia): 1) Aspiksia berat (0-3) Resusitasi aktif harus segera dikerjakan, langkah utama ialah memperbaiki ventilasi paru dengan memberikan O2 dengan tekanan intermiten. Cara yang terbaik adalah melakukan inkubasi endotracheal, O2 diberikan dengan tekanan ≤30 mmHg. O2 yang diberikan dengan meniupkan udara CO2 tinggi kedalam kateter secara mulut ke pipa/ventilasi kentung ke pipa. Berikan antibiotik profilaksis bila disertai asidosis, beri bikarbonat natrium 2-4 ml/kg BB secara IV. 2) Aspiksia sedang Lakukan stimulasi, bila dalam 30-60 detik tidak timbul pernafasan spontan, ventilasi harus segera dimulai. Lakukan ventilasi dengan meletakkan kateter O2, intranasal dan O2 dilakukan dengan 1-2- 1/menit, eklamsia dorso fleksi kepala secara litmis dilakukan gerakan
  • 75. 75 75 membuka dan menutup mulut disertai gerakan membuka dan menutup mulut disertai gerakan dagu ke atas dan ke bawah dalam frekuensi 20x/menit. Ventilasi ini dihentikan bila setelah 1-2 menit tidak dicapai hasil yang diharapkan. Dalam hal ini langsung dilakukan ventilasi paru dengan cara ventilasi mulut ke mulut. Ventilasi yang dilakukan secara teratur dengan frekuensi 20-30x/menit. Bila tindakan ini berhasil lakukan inkubasi endotracheal seperti asfiksi berat. (Winkjosastro, 2008) D. Riwayat Menstruasi 1. Menarche : Ibu mengatakan pada usia 13 tahun 2. Siklus : Ibu mengatakan 28 – 30 hari 3. Lama : Ibu mengatakan 5 hari 4. Banyaknya : Ibu mengatakan ganti pembalut 2 – 3 kali sehari 5. Teratur/tidak : Ibu mengatakan haidnya teratur 6. Sifat darah : Ibu mengatan darah berwarna merah dan encer 7. Dismenorhoe : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan nyeri 8. perut saat haid E. Riwayat Penyakit 1. Riwayat penyakit sekarang
  • 76. 76 76 Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit apapun seperti panas, batuk, dan flu. 2. Riwayat penyakit sistemik a. Jantung : Ibu mengatakan tidak merasakan berdebardebar, tidak mudah lelah saat beraktifitas ringan dan tidak mengeluarkan keringat dingin b. Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah mengeluh nyeri pada perut bagian bawah dan tidak merasa sakit saat BAK. c. Asma/TBC : Ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas, dan batuk dalam waktu yang lama ( 3 bulan ). d. Hepatitis : Ibu tidak pernah terlihat kuning pada ujung kuku, mata dan kulit. e. DM : Ibu mengatakan tidak pernah mengeluh sering minum pada malam hari, tidak cepat lelah dan tidak sering BAK pada malam hari. f. Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami tekanan darah tinggi (lebih dari 140/90 mmHg) g. Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami kejang yang disertai keluar busa dari mulut 3. Riwayat kehamilan ini : a. HPHT : b. HPL : 26 Mei 2012 c. Umur kehamilan : 38 Minggu d. Keluhan – keluhan pada : 1) Trimester I : Ibu mengatakan mual muntah pada pagi hari
  • 77. 77 77 2) Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun 3) Trimester III : Ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun e. ANC : Ibu mengatakan 5 kali teratur di bidan. f. Imunisasi TT : 2 kali g. Pergerakan janin : Ibu mengatakan sudah merasakan gerakan janinnya pada usia kehamilan 4 bulan. 4. Riwayat Persalinan ini : a. G1P0A0 b. Tempat persalinan : Ruang Operasi RSUD Sawerigading Palopo c. Tanggal/Jam persalinan : 22 Desember 2014 pukul 15.00 Wita. d. Jenis persalinan : Sectio caesarea e. Indikasi persalinan (Sectio caesarea) : ketuban pecah dini (KPD) f. Placenta 1) Ukuran : ± 500 gram, panjang tali pusat ± 45 cm 2) Insersi Tali Pusat : Sentralis 3) Kelainan : Tidak ada kelainan g. Perinium 1) Ruptur /Tidak : Tidak ada 2) Dijahit/Tidak : Tidak dijahit h. Perdarahan : 1) Kala I : - 2) Kala II : ± 50 cc 3) Kala III : ± 20 cc
  • 78. 78 78 4) Kala IV : ± 10 cc 5) Saat operasi : ± 10 cc i. Lama Persalinan : 1) Kala I : - Jam – menit 2) Kala II : 1 Jam - menit 3) Kala III : Jam – 15 menit 4) Kala IV : 2 Jam – menit j. Keadaan Bayi 1) Jenis Kelamin : Perempuan 2) BB / PB : 3100 gram / 50 cm 3) LK / LD : 34 cm / 34 cm 4) Apgar Score : 8 – 9 – 10 5) Cacat bawaan : Tidak ada cacat bawaan 6) Massa gestasi : 40 minggu 5. Riwayat Keluarga Berencana : Ibu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun. 6. Pola Kebiasaan Sehari – hari : a. Nutrisi 1) Sebelum nifas : Ibu mengatakan 2 -3 x/hari, porsi sedang, lauk – pauk, minum air putih dah susu, ± 10 gelas/ hari 2) Selama nifas : Ibu mengatakan belum buang angin dan ibu belum diperbolehkan makan dan minum, terpasang infuse RL 20 tetes/menit
  • 79. 79 79 b. Eliminasi 1) BAB : a) Sebelum nifas : BAB 1x/ hari, warna coklat kehitaman, konsistensi lunak. b) Selama nifas : Belum BAB 2) BAK a) Sebelum nifas : Ibu mengatakan 6 – 7 x/hari b) Selama nifas : Urin tertampung dalam DC ± 500 cc c. Istirahat / Tidur 1) Sebelum nifas : Ibu mengatakan tidur siang ± 2 jam dan tidur malam ± 8 jam 2) Selama nifas : Ibu mengatakan tidur siang ± 2 jam dan tidur malam ± 6 jam d. Personal Higyene Ibu mengatakan belum dapat melakukan secara mandiri dan masih dibantu oleh keluarga.