SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Sejarah Kabupaten Muna
Perjuangan Pembentukan Kabupaten Muna seiring dengan perjuangan
pembentukan propinsi Sulawesi tengara. Dalam perjuangan ini dilakukan secara
sinergis antara tokoh muda dan tokoh tua baik yang ada di muna ataupun yang
ada diperantauan, baik perorangan maupun organisasi.
Tokoh Muda seperti Idrus Efendi, Halim Tobulu, La Ode Enda dan La Ode Taeda
Ahmad dikenal sangat gigih memperjuangkan pembentukan Kabupaten Muna. dan
Propinsi Sulawesi Tenggara.
Dengan oraganisasi para militer yang dibentuknya seperti Batalyon SADAR (
Sarekat Djasa Rahasia) dan Barisan 20 mereka terus menggalang dukungan guna
perwujudan pembentukan kabupaten Muna dan Propinsi Sulawesi Tenggara.
Bataliyon SADAR dan Barisan 20 pada awalnya dibentuk untuk melakukan
perlawanan terhadap pasukan sekutu ( NICA ) yang diboncengi Belanda yang
mencoba kembali untuk melakukan penjajaahan terhadap Indonesia yang telah
memproklamirkan kemerdekaannya pada Tanggal 17 Agustus 1945. Dengan Jiwa
patriotism yang tinggi Tokoh-Tokoh Muna tersebut melakukan perlawanan
melalui gerakan bawah tanah dan perang terbuka. Tujuannya adalah
mengusir colonial tersebut dari bumi Indonesia dalam hal ini termasuk di Muna.
A.Fase I (Pertama), Pemerintahan Swapraja
Pemerintahan Muna pada fase ini berstatus Swapraja dengan raja yang terakhir
Laode Pandu yang dilantik oleh pemangku adat menjadi Raja Muna tanggal 24
Februari 1947 di Kota Wuna. Pada fase ini tidak dapat dilepaskan dengan
perjuangan mempertahankan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Para
pejuang Muna dengan dipelopori tokoh-tokoh Muna melakukannya dengan caracara yang lebih cerdik. Para tokoh dan rakyat pejuang daerah Muna baik
perorangan maupun organisasi perjuangan antara lain Batalyon Sadar (Serikat
Djasa Rahasia), Barisan 20 dan lain-lain. Mereka dipimpin oleh para tokoh
dianataranya, Laode Muh Idrus Efendy dengan nama samaran Sitti Goladria,
Laode Enda Anwar dengan nama samaran Soneangka, Laode Taeda Ahmad dan
Halim Toboeloe. S
B.Fase II (Kedua), Pemerintahan Kewedanan
Pada fase ini ditandai dengan dibubarkan Daerah Afdeling Buton dan Laiwoi
berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Tenggara Nomor 18
Tahun 1951 tanggal 20 Oktober 1951. Ini didasrakan Peraturan Pemerintah
(Permen) Nomor 34 Tahun 1952 tentang pembentukan 7 (tujuh) Daerah
Administratif Sulawesi Tenggara, pemerintahan Muna beralih status menjadi
Kewedanan bersama-sama dengan Kewedanan Buton, Kendari, dan Kolaka. Masing-
masing Kewedanan dipimpin oleh seorang KPN (Kepala Pemerintahan Negeri). Dan
dalam sejarahnya Kewedanan Muna dipimpin, oleh :
1. Abdul Razak,
2. Ngitung,
3. Andi Pawilloi,
4. H Lethe,
5. H Suphu Yusuf,
6. Andi Jamuddin, dan,
7. F Latana.
C.Fase III (Ketiga), Perjuangan Pembentukan Kabupaten Muna
Bupati Sulawesi Tenggara yang kelima adalah Drs Laode Manarfa, tanggal 26
Juni S/D 31 Juli 1954 mengadakan sidang DPRD-SGR Sulawesi Tenggara di Raha,
dengan menghasilkan ketetapan-ketetapan antara lain, Kabupaten Sulawesi
Tenggara meliputi Kewedanan Kendari, Kolaka, dan Boea Pinang. Hasil keputusan
tersebut harus mendapat persetujuan Pemerintah Pusat, sehingga untuk
kepentingan perjuangan tersebut, anggota DPRD-SGR Sulawesi Tenggara
berangkat ke Jakarta. Delegasi Muna diwakili oleh Laode Ado dan Supphu Yusuf.
Hasil perjuangan tersebut disetujui oleh Menteri Dalam Negeri tanggal 3
Januari 1955. Berdasarkan ketetapan Menteri Dalam Negeri tentang
pembentukan dan pemekaran kabupaten Sulawesi Tenggara menjadi dua
Kewedanan, maka terjadilah polemik dan protes dari para tokoh masyarakat dan
pemuda baik di Muna maupun di Makassar. Karena tujuan akhir terbentuknya
Kewedanan Muna belum terwujud. Protes dan unjuk rasa dilakukan oleh para
pemuda Muna baik yang ada di Muna maupun yang ada di Makassar. Unjuk rasa
tesebut selalu ditujukan kepada Laode Ado sebagai delegasi Muna yang
menghadap kepada Menteri Dalam Negeri.
Berdasarkan kenyataan tersebut, Raja Muna, Laode Pandu mengadakan rapat
pada hari Senin, tanggal 12 September 1955 di Raha yang dihadiri tiga Kepala
Distrik, yaitu Kepala Distrik Katobu, Kepala Distrik Kabawo, Kepala Distrik
Tongkuno, dan Kepala Distrik Lawa tidak hadir. Selain itu turut pula hadir para
Kepala Kampung, Ketua-ketua Partai/Organisasi, Pemuka Masyarakat, dan Pihak
Kepolisian. Agenda rapat yakni mendengarkan delegasi DPRD-SGR SULTRA pada
bulan Januari 1955, membicarakan tentang status daerah-daerah otonom dan
status swapraja. Dan keputusannya antara lain, Muna diperjuangkan untuk
menjadi daerah Swatantra dengan otonomi penuh. Untuk mencapai tujuan
tersebut, maka hasil rapat memutuskan memberikan mandat kepada Laode Rasjid
dan Laode Ado untuk melaksanakan tugas menyusun program dan menetapkan
langkah perjuangan untuk terbentuknya daerah Swatantra Muna, dan membentuk
daerah persiapan pembentukan Kabupaten Muna.
Pemberi mandat untuk melaksanakan tugas-tugas dimaksud ditanda tangani oleh
sebanyak 102 orang. Selanjutnya, pada tanggal 5 Agustus 1956, para tokoh
masyarakat Muna di Makassar yang tergabung dalam PRIM (Persatuan Rakyat
Indonesia Muna), membentuk panitia pembentukan kabupaten Muna yang ditanda
tangani oleh Laode Walanda sebagai Ketua dan Laode Hatali sebagai sekretaris
yang ditujukan kepada MENDAGRI di Jakarta dan Gubernur Sulawesi Selatan di
Makassar dan 13 alamat lainnya
Tanggal 2 September 1956 dibentuk Panitia Dewan Penuntut Kabupaten Muna di
Raha dengan Ketua dan Sektretarisnya masing-masing Laode Hibi dan Laode
Tuga dan disetujui oleh Raja Muna. Gelombang penuntutan pembentukan daerah
setingkat Kabupaten juga muncul dari generasi muda Muna yang ada di
Makassar. Pada tanggal 8 Februari 1958 terbentuk panitiaa penuntutan
percepatan pembentukan Kabupaten Muna Muna dengan Ketua La Ode Walanda
dan sekretaris Ando Arifin. Panitia ini kemudian mengutus delegasinya untuk
mengahadap MENDAGRI di Jakarta. Delegasi ini dipimpin oleh La Ode Muh.
Idrus Efendi.
Tanggal 20 Maret 1958 Pemerintah Swapraja Buton mengeluarkan Surat
Pernyataan yang ditanda tangani Sultan Buton Laode Falihi, yang intinya
menyetujui terbentuknya Kabupaten Muna. Mengenai batas-batas akan
ditetapkan pada perundingan-perundingan yang akan datang.
Sebagai realisasi pernyataan Sultan Buton tersebut maka diadakan rapat
bertempat di Pendopo Sri Sultan Buton, yang hadir pada rapat tersebut ialah,
Drs Laode Manarfa, Kepala Daerah Sulawesi Tenggara, Laode Falihi, Sultan
Buton, Laode Pandu, Raja Muna, Laode A Salam dan Laode Hude masing-masing
Kepala Distrik yang diperbantukan pada Kantor Swapraja Buton, sebagai yang
mewakili Buton. Hadir juga Laode Muh Shalihin, Kepala Distrik Katobu dan Laode
Rianse sebagai Distrik Lawa, mewakili Muna.
Wujud dari pertemuan diatas yang disertai pernyataan-pernyatan Panitia dari
tiap tingkat pejabat pemerintah, maka pada tanggal 6 Desember 1958 diutuslah
empat orang Delegasi Muna untuk menghadap pemerintah pusat yakni Laode Muh
Idrus Efendi, La Sipala, Laode Muh Badia Rere dan Laode Ado. Adapun
penyandang dana keberangkatan Delegasi adalah Ham Ahing, Darwis Tungguno
dan Wahid Kuntarati
Hasil perjuangan tersebut oleh Mendagri menetapkan, Pulau Sulawesi dibagi 4
(empat) propinsi yaitu Sulawesi utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Tenggara. Pemerintah Pusat mengajukan para delegasi agar dipenuhi
syarat-syarat berdirinya propinsi Sulawesi Selatan Tenggara, antara lain
Sulawesi Selatan dibagi 4 (empat) Kabupaten, yaitu KPN Kolaka, KPN Kendari,
KPN Buton, dan KPN Muna.
Pada tanggal 20 hingga 22 Juli 1959 diadakan rapat raksasa yang dihadiri utusan
Buton, Muna, Kendari, Kolaka masing-masing 15 orang, lima orang dari staf Kepala
Daerah, empat KPN, dan empat Swapraja. Musyawarah itu dipimpin langsung
Laode Manarfa dan dihadiri pula oleh unsur TNI, Abdul Kahar (Kuasa Perang), H
Abdul Halik (Buton), Abdul Rahim Daeng Muntu (Muna), H L Lethe (Kendari),
Abdul Wahab (Kolaka).
D.Fase IV (Empat), Terbentuknya Kabupaten Muna
Setelah melalui perjuangan yang panjang oleh para tokoh pejuang Muna, dan
dilakukan tanpa pamrih dalam menghadapi berbagai tantangan, maka berdasarkan
berbagai pertimbangan yang logis dan pertimbangan strategis, oleh pemerintah
pusat menindaklanjuti yang ditandai dengan lahirnya Undang-undang Nomor 29
tahun 1959 tentang pembentukan daerah-daerah tingkat II di Sulawesi,
termasuk didalamnya Kabupaten Muna dengan ibukotanya Raha.
Pada awal pengusulan Kabupaten Muna terdiri dari empat Ghoerah (distrik, red)
yaitu distrik Katobu, Distrik Lawa, Distrik Kabawo, dan Distrik Tongkuno. Dari
empat distrik itu belum memenuhi kriteria untuk membentuk suatu kabupaten,
maka diadakan pendekatan dengan beberapa tokoh pada saat itu yaitu tokoh
Masyarakat Kulisusu, tokoh Masyarakat Wakorumba, dan tokoh Masyarakat
Tiworo Kepulauan, yang pada saat itu ketiga distrik tersebut adalah distrik
Kulisusu diwakili oleh Laode Ganiru dan Laode Ago, Distrik Wakorumba diwakili
oleh Laode Hami dan Laode Haju, Distrik Tiworo diwakili oleh La Baranti.
Berdasarkan kesepakatan yang utuh dan bulat dari tokoh – tokoh tersebut untuk
bergabung dalam pemerintahan Kabupaten Muna, maka doktrin untuk
terbentuknya Kabupaten Muna sudah tidak ada masalah lagi.
Dengan terbentuknya Kabupaten Muna, secara administratif dan yuridis pada
tanggal 2 Maret 1960, maka para Bupati yang menjabat sebagai Bupati Muna,
adalah,:
1.LAODE ABDUL KUDUS 02 Maret 1960 S/D 03 – Maret 1961,
2. LETTU INF. M THOLIB 21 Juni 1961 S/D 13 Juli 1965,
3. LAODE RASYID 11 November 1965 S/D 03 Desember 1970,
4. RS LA UTE 13 Desember 1970 S/D 22 April 1974,
5. DRS LAODE KAIMOEDDIN 22 April 1974 S/D 10 Maret 1981,
6. DRS LAODE SAAFI AMANE 10 Maret 1981 S/D 10 Maret 1986
7. DRS MAOLA DAUD 1986 S/D 1997,
8. KOL ART H M SALEH LASATA 3 Oktober 1997 S/D 1999
9. KOL INF H M DJAMALUDDIN BEDDU 1998 S/D 2000
10.RIDWAN BAE DAN Drs SYARIF ARIFIN S (Bupati dan wakil bupati)
periode 2000-2005,
11. RIDWAN BAE DAN Drs H LA BUNGA BAKA PERIODE TAHUN 2005 – 2010
12. Dr. LM. BAHARUDDIN, M.KES DAN DRS. MALIK DITU, M.Si 2010 2015
Jabatan Ketua DPRD Kabupaten Muna adalah,
1. PELTU BABASA,
2. KAPTEN MAHMUD A,
3. KOL CHB M YASIN USMAN,
4. KOL. CHK M A RACHMAN SH,
5. Drs LAODE MARADALA, dan
6. Hj WA ODE ZAENAB HIBI.
7. H. UKING DJASA, SH
Di samping para pejabat Bupati Definitif sebagaimana tersebut diatas, maka
untuk mengisi kekosongan dalam proses pemilihan Bupati, maka Gubernur
Sulawesi Tenggara menunjuk beberapa pelaksana Bupati agar tidak terjadi
kefakuman dalam bidang pemerintahan, pembangunan, dan pembinaan
masyarakat. Adapun pelaksana Bupati adalah,
1. La Tana,
2. Laode Saafi Amane,
3. Ahmad Djamaluddin SH,
4. Laode Moh Saleh SH,
5. Drs H Badrun Raona.
Pejabat SEKWILDA sejak terbentuknya Kabupaten Muna adalah,:
1. Drs Laode Arifin,
2. Drs Laode Saifudin Misbah,
3. Drs Muh Kasim Andi,
4. Drs LM Shalihin Sabora,
5. Drs Laode Majid Olo,
6. Drs Laode Nsaha,
7. Drs Muh Yusuf,
8. Drs H Badrun Raona,
9. Drs P Haridin,
10. Drs H Laode Kilo.
11. Zakaruddin, SE
12. DRS. H La Ode Alibasa
13. Dra La Ora, M.Pd

More Related Content

What's hot

Ancaman disintegrasi sistem pemerintahan PRRI/PERMESTA dan BFO
Ancaman disintegrasi sistem pemerintahan PRRI/PERMESTA dan BFOAncaman disintegrasi sistem pemerintahan PRRI/PERMESTA dan BFO
Ancaman disintegrasi sistem pemerintahan PRRI/PERMESTA dan BFOGungun Misbah Gunawan
 
Sejarah kota bima
Sejarah kota bimaSejarah kota bima
Sejarah kota bimaoifanda
 
Masa orde lama periode tahun 1959 1966
Masa orde lama periode tahun 1959 1966Masa orde lama periode tahun 1959 1966
Masa orde lama periode tahun 1959 1966sylvianidya
 
Deskripsi Provinsi Kalimantan Timur
Deskripsi Provinsi Kalimantan TimurDeskripsi Provinsi Kalimantan Timur
Deskripsi Provinsi Kalimantan TimurYunus Thariq
 
Sejarah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Sejarah Kabupaten Labuhanbatu UtaraSejarah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Sejarah Kabupaten Labuhanbatu UtaraMukhrizal Effendi
 
Tugas bahasa jepang
Tugas bahasa jepangTugas bahasa jepang
Tugas bahasa jepangLINDA YUANA
 
Sistem pemerintahan indonesia (1959 1966)
Sistem pemerintahan indonesia (1959 1966)Sistem pemerintahan indonesia (1959 1966)
Sistem pemerintahan indonesia (1959 1966)Mimosa Lambert
 
Perpindahan Orde Lama ke Orde Baru Part 1
Perpindahan Orde Lama ke Orde Baru Part 1Perpindahan Orde Lama ke Orde Baru Part 1
Perpindahan Orde Lama ke Orde Baru Part 1Siti Farida
 
MAKALAH SEJARAH : SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK DAN EKONOMI MASA DEMOKRASI TERP...
MAKALAH SEJARAH : SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK DAN EKONOMI MASA DEMOKRASI TERP...MAKALAH SEJARAH : SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK DAN EKONOMI MASA DEMOKRASI TERP...
MAKALAH SEJARAH : SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK DAN EKONOMI MASA DEMOKRASI TERP...inka -chan
 

What's hot (18)

oke
okeoke
oke
 
Ancaman disintegrasi sistem pemerintahan PRRI/PERMESTA dan BFO
Ancaman disintegrasi sistem pemerintahan PRRI/PERMESTA dan BFOAncaman disintegrasi sistem pemerintahan PRRI/PERMESTA dan BFO
Ancaman disintegrasi sistem pemerintahan PRRI/PERMESTA dan BFO
 
Bab III a
Bab III aBab III a
Bab III a
 
Sejarah kota bima
Sejarah kota bimaSejarah kota bima
Sejarah kota bima
 
Kerajaan muna
Kerajaan munaKerajaan muna
Kerajaan muna
 
Pemerintahan bupati la ode abdul koedoes
Pemerintahan bupati la ode abdul koedoesPemerintahan bupati la ode abdul koedoes
Pemerintahan bupati la ode abdul koedoes
 
Pamong praja 2
Pamong praja 2Pamong praja 2
Pamong praja 2
 
Bab 2 sni 6
Bab 2 sni 6Bab 2 sni 6
Bab 2 sni 6
 
Masa orde lama periode tahun 1959 1966
Masa orde lama periode tahun 1959 1966Masa orde lama periode tahun 1959 1966
Masa orde lama periode tahun 1959 1966
 
Deskripsi Provinsi Kalimantan Timur
Deskripsi Provinsi Kalimantan TimurDeskripsi Provinsi Kalimantan Timur
Deskripsi Provinsi Kalimantan Timur
 
Sejarah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Sejarah Kabupaten Labuhanbatu UtaraSejarah Kabupaten Labuhanbatu Utara
Sejarah Kabupaten Labuhanbatu Utara
 
Tugas bahasa jepang
Tugas bahasa jepangTugas bahasa jepang
Tugas bahasa jepang
 
Sumatera utara 2
Sumatera utara 2Sumatera utara 2
Sumatera utara 2
 
Sistem pemerintahan indonesia (1959 1966)
Sistem pemerintahan indonesia (1959 1966)Sistem pemerintahan indonesia (1959 1966)
Sistem pemerintahan indonesia (1959 1966)
 
Demokrasi liberal sampai reformasi
Demokrasi liberal sampai reformasiDemokrasi liberal sampai reformasi
Demokrasi liberal sampai reformasi
 
Bab 8 sni 6
Bab 8 sni 6Bab 8 sni 6
Bab 8 sni 6
 
Perpindahan Orde Lama ke Orde Baru Part 1
Perpindahan Orde Lama ke Orde Baru Part 1Perpindahan Orde Lama ke Orde Baru Part 1
Perpindahan Orde Lama ke Orde Baru Part 1
 
MAKALAH SEJARAH : SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK DAN EKONOMI MASA DEMOKRASI TERP...
MAKALAH SEJARAH : SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK DAN EKONOMI MASA DEMOKRASI TERP...MAKALAH SEJARAH : SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK DAN EKONOMI MASA DEMOKRASI TERP...
MAKALAH SEJARAH : SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK DAN EKONOMI MASA DEMOKRASI TERP...
 

Viewers also liked (8)

Contoh narrative text
Contoh narrative textContoh narrative text
Contoh narrative text
 
Makalah imunoglobin
Makalah imunoglobinMakalah imunoglobin
Makalah imunoglobin
 
Rasid61
Rasid61Rasid61
Rasid61
 
Budaya muna
Budaya munaBudaya muna
Budaya muna
 
Speech Feedback Form
Speech Feedback FormSpeech Feedback Form
Speech Feedback Form
 
Hagia sophia slides 2
Hagia sophia slides 2Hagia sophia slides 2
Hagia sophia slides 2
 
Alroc Tools - Cable Stripping & Preparation Tools For LV HV Cable Jointers
Alroc Tools - Cable Stripping & Preparation Tools For LV HV Cable JointersAlroc Tools - Cable Stripping & Preparation Tools For LV HV Cable Jointers
Alroc Tools - Cable Stripping & Preparation Tools For LV HV Cable Jointers
 
Reaching the American Business Elite
Reaching the American Business Elite Reaching the American Business Elite
Reaching the American Business Elite
 

Similar to SEJARAH KABUPATEN MUNA

SEJARAH KEMBALINYA NKRI
SEJARAH KEMBALINYA NKRISEJARAH KEMBALINYA NKRI
SEJARAH KEMBALINYA NKRIDini Ni
 
Ppt_prri_permesta.pptx
Ppt_prri_permesta.pptxPpt_prri_permesta.pptx
Ppt_prri_permesta.pptxAlvinNova1
 
PPT tentang Upaya Menangani Disintegrasi Bangsa Indonesia
PPT tentang Upaya Menangani Disintegrasi Bangsa IndonesiaPPT tentang Upaya Menangani Disintegrasi Bangsa Indonesia
PPT tentang Upaya Menangani Disintegrasi Bangsa IndonesiaLydia Nurkumalawati
 
Peristiwa politik dan ekonomi pasca pengakuan kedaulatan di
Peristiwa politik dan ekonomi pasca pengakuan kedaulatan diPeristiwa politik dan ekonomi pasca pengakuan kedaulatan di
Peristiwa politik dan ekonomi pasca pengakuan kedaulatan diRiza Ramadhan
 
Peristiwa politik dan ekonomi pasca pengakuan kedaulatan di
Peristiwa politik dan ekonomi pasca pengakuan kedaulatan diPeristiwa politik dan ekonomi pasca pengakuan kedaulatan di
Peristiwa politik dan ekonomi pasca pengakuan kedaulatan diRiza Ramadhan
 
Republik maluku selatan smanike
Republik maluku selatan smanikeRepublik maluku selatan smanike
Republik maluku selatan smanikeangdedi
 
Proses Kembalinya Indonesia menjadi Negara Kesatuan
Proses Kembalinya Indonesia menjadi Negara KesatuanProses Kembalinya Indonesia menjadi Negara Kesatuan
Proses Kembalinya Indonesia menjadi Negara KesatuanFrestiany Regina Putri
 
Perkembangan Masyarakat Indonesia Menuju Negara Maju
Perkembangan Masyarakat Indonesia Menuju Negara Maju Perkembangan Masyarakat Indonesia Menuju Negara Maju
Perkembangan Masyarakat Indonesia Menuju Negara Maju Helena Nalle
 
PPT Kelompok 6 Sejarah Indonesia.pptx
PPT Kelompok 6 Sejarah Indonesia.pptxPPT Kelompok 6 Sejarah Indonesia.pptx
PPT Kelompok 6 Sejarah Indonesia.pptxKintilAsu
 
PPT tugas kelompok sejarah.pptx
PPT tugas kelompok sejarah.pptxPPT tugas kelompok sejarah.pptx
PPT tugas kelompok sejarah.pptxtrialianti
 
DISINTEGRASI BANGSA PASCA KEMERDEKAAN INDONESIA.ppt
DISINTEGRASI BANGSA PASCA KEMERDEKAAN INDONESIA.pptDISINTEGRASI BANGSA PASCA KEMERDEKAAN INDONESIA.ppt
DISINTEGRASI BANGSA PASCA KEMERDEKAAN INDONESIA.pptalfianhistorian
 
PPT 12A Kelompok 1.pdf
PPT 12A Kelompok 1.pdfPPT 12A Kelompok 1.pdf
PPT 12A Kelompok 1.pdfChaerulrh
 
RMS dan PRRI [sejarah indonesia - kelas 12]
RMS dan PRRI [sejarah indonesia - kelas 12]RMS dan PRRI [sejarah indonesia - kelas 12]
RMS dan PRRI [sejarah indonesia - kelas 12]Nur Rokhmah Wati
 
RMS_SMAN 1 KEJAYAN KAB PASURUAN
RMS_SMAN 1 KEJAYAN KAB PASURUANRMS_SMAN 1 KEJAYAN KAB PASURUAN
RMS_SMAN 1 KEJAYAN KAB PASURUANputpank
 

Similar to SEJARAH KABUPATEN MUNA (20)

Sejarah terbentuknya kabupaten muna
Sejarah terbentuknya kabupaten munaSejarah terbentuknya kabupaten muna
Sejarah terbentuknya kabupaten muna
 
ROEM ROYEN
ROEM ROYENROEM ROYEN
ROEM ROYEN
 
SEJARAH KEMBALINYA NKRI
SEJARAH KEMBALINYA NKRISEJARAH KEMBALINYA NKRI
SEJARAH KEMBALINYA NKRI
 
Ppt_prri_permesta.pptx
Ppt_prri_permesta.pptxPpt_prri_permesta.pptx
Ppt_prri_permesta.pptx
 
PPT tentang Upaya Menangani Disintegrasi Bangsa Indonesia
PPT tentang Upaya Menangani Disintegrasi Bangsa IndonesiaPPT tentang Upaya Menangani Disintegrasi Bangsa Indonesia
PPT tentang Upaya Menangani Disintegrasi Bangsa Indonesia
 
Peristiwa politik dan ekonomi pasca pengakuan kedaulatan di
Peristiwa politik dan ekonomi pasca pengakuan kedaulatan diPeristiwa politik dan ekonomi pasca pengakuan kedaulatan di
Peristiwa politik dan ekonomi pasca pengakuan kedaulatan di
 
Peristiwa politik dan ekonomi pasca pengakuan kedaulatan di
Peristiwa politik dan ekonomi pasca pengakuan kedaulatan diPeristiwa politik dan ekonomi pasca pengakuan kedaulatan di
Peristiwa politik dan ekonomi pasca pengakuan kedaulatan di
 
Republik maluku selatan smanike
Republik maluku selatan smanikeRepublik maluku selatan smanike
Republik maluku selatan smanike
 
Proses Kembalinya Indonesia menjadi Negara Kesatuan
Proses Kembalinya Indonesia menjadi Negara KesatuanProses Kembalinya Indonesia menjadi Negara Kesatuan
Proses Kembalinya Indonesia menjadi Negara Kesatuan
 
Pemberontakan rms
Pemberontakan rmsPemberontakan rms
Pemberontakan rms
 
Perkembangan Masyarakat Indonesia Menuju Negara Maju
Perkembangan Masyarakat Indonesia Menuju Negara Maju Perkembangan Masyarakat Indonesia Menuju Negara Maju
Perkembangan Masyarakat Indonesia Menuju Negara Maju
 
PPT Kelompok 6 Sejarah Indonesia.pptx
PPT Kelompok 6 Sejarah Indonesia.pptxPPT Kelompok 6 Sejarah Indonesia.pptx
PPT Kelompok 6 Sejarah Indonesia.pptx
 
PPT tugas kelompok sejarah.pptx
PPT tugas kelompok sejarah.pptxPPT tugas kelompok sejarah.pptx
PPT tugas kelompok sejarah.pptx
 
DISINTEGRASI BANGSA PASCA KEMERDEKAAN INDONESIA.ppt
DISINTEGRASI BANGSA PASCA KEMERDEKAAN INDONESIA.pptDISINTEGRASI BANGSA PASCA KEMERDEKAAN INDONESIA.ppt
DISINTEGRASI BANGSA PASCA KEMERDEKAAN INDONESIA.ppt
 
PPT 12A Kelompok 1.pdf
PPT 12A Kelompok 1.pdfPPT 12A Kelompok 1.pdf
PPT 12A Kelompok 1.pdf
 
RMS dan PRRI [sejarah indonesia - kelas 12]
RMS dan PRRI [sejarah indonesia - kelas 12]RMS dan PRRI [sejarah indonesia - kelas 12]
RMS dan PRRI [sejarah indonesia - kelas 12]
 
Peristiwa Heroik di Biak
Peristiwa Heroik di BiakPeristiwa Heroik di Biak
Peristiwa Heroik di Biak
 
Bab 2b sni 6
Bab 2b sni 6Bab 2b sni 6
Bab 2b sni 6
 
RMS_SMAN 1 KEJAYAN KAB PASURUAN
RMS_SMAN 1 KEJAYAN KAB PASURUANRMS_SMAN 1 KEJAYAN KAB PASURUAN
RMS_SMAN 1 KEJAYAN KAB PASURUAN
 
Permesta
PermestaPermesta
Permesta
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

SEJARAH KABUPATEN MUNA

  • 1. Sejarah Kabupaten Muna Perjuangan Pembentukan Kabupaten Muna seiring dengan perjuangan pembentukan propinsi Sulawesi tengara. Dalam perjuangan ini dilakukan secara sinergis antara tokoh muda dan tokoh tua baik yang ada di muna ataupun yang ada diperantauan, baik perorangan maupun organisasi. Tokoh Muda seperti Idrus Efendi, Halim Tobulu, La Ode Enda dan La Ode Taeda Ahmad dikenal sangat gigih memperjuangkan pembentukan Kabupaten Muna. dan Propinsi Sulawesi Tenggara. Dengan oraganisasi para militer yang dibentuknya seperti Batalyon SADAR ( Sarekat Djasa Rahasia) dan Barisan 20 mereka terus menggalang dukungan guna perwujudan pembentukan kabupaten Muna dan Propinsi Sulawesi Tenggara. Bataliyon SADAR dan Barisan 20 pada awalnya dibentuk untuk melakukan perlawanan terhadap pasukan sekutu ( NICA ) yang diboncengi Belanda yang mencoba kembali untuk melakukan penjajaahan terhadap Indonesia yang telah memproklamirkan kemerdekaannya pada Tanggal 17 Agustus 1945. Dengan Jiwa patriotism yang tinggi Tokoh-Tokoh Muna tersebut melakukan perlawanan melalui gerakan bawah tanah dan perang terbuka. Tujuannya adalah mengusir colonial tersebut dari bumi Indonesia dalam hal ini termasuk di Muna. A.Fase I (Pertama), Pemerintahan Swapraja Pemerintahan Muna pada fase ini berstatus Swapraja dengan raja yang terakhir Laode Pandu yang dilantik oleh pemangku adat menjadi Raja Muna tanggal 24 Februari 1947 di Kota Wuna. Pada fase ini tidak dapat dilepaskan dengan perjuangan mempertahankan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Para pejuang Muna dengan dipelopori tokoh-tokoh Muna melakukannya dengan caracara yang lebih cerdik. Para tokoh dan rakyat pejuang daerah Muna baik perorangan maupun organisasi perjuangan antara lain Batalyon Sadar (Serikat Djasa Rahasia), Barisan 20 dan lain-lain. Mereka dipimpin oleh para tokoh dianataranya, Laode Muh Idrus Efendy dengan nama samaran Sitti Goladria, Laode Enda Anwar dengan nama samaran Soneangka, Laode Taeda Ahmad dan Halim Toboeloe. S B.Fase II (Kedua), Pemerintahan Kewedanan Pada fase ini ditandai dengan dibubarkan Daerah Afdeling Buton dan Laiwoi berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Tenggara Nomor 18 Tahun 1951 tanggal 20 Oktober 1951. Ini didasrakan Peraturan Pemerintah (Permen) Nomor 34 Tahun 1952 tentang pembentukan 7 (tujuh) Daerah Administratif Sulawesi Tenggara, pemerintahan Muna beralih status menjadi Kewedanan bersama-sama dengan Kewedanan Buton, Kendari, dan Kolaka. Masing-
  • 2. masing Kewedanan dipimpin oleh seorang KPN (Kepala Pemerintahan Negeri). Dan dalam sejarahnya Kewedanan Muna dipimpin, oleh : 1. Abdul Razak, 2. Ngitung, 3. Andi Pawilloi, 4. H Lethe, 5. H Suphu Yusuf, 6. Andi Jamuddin, dan, 7. F Latana. C.Fase III (Ketiga), Perjuangan Pembentukan Kabupaten Muna Bupati Sulawesi Tenggara yang kelima adalah Drs Laode Manarfa, tanggal 26 Juni S/D 31 Juli 1954 mengadakan sidang DPRD-SGR Sulawesi Tenggara di Raha, dengan menghasilkan ketetapan-ketetapan antara lain, Kabupaten Sulawesi Tenggara meliputi Kewedanan Kendari, Kolaka, dan Boea Pinang. Hasil keputusan tersebut harus mendapat persetujuan Pemerintah Pusat, sehingga untuk kepentingan perjuangan tersebut, anggota DPRD-SGR Sulawesi Tenggara berangkat ke Jakarta. Delegasi Muna diwakili oleh Laode Ado dan Supphu Yusuf. Hasil perjuangan tersebut disetujui oleh Menteri Dalam Negeri tanggal 3 Januari 1955. Berdasarkan ketetapan Menteri Dalam Negeri tentang pembentukan dan pemekaran kabupaten Sulawesi Tenggara menjadi dua Kewedanan, maka terjadilah polemik dan protes dari para tokoh masyarakat dan pemuda baik di Muna maupun di Makassar. Karena tujuan akhir terbentuknya Kewedanan Muna belum terwujud. Protes dan unjuk rasa dilakukan oleh para pemuda Muna baik yang ada di Muna maupun yang ada di Makassar. Unjuk rasa tesebut selalu ditujukan kepada Laode Ado sebagai delegasi Muna yang menghadap kepada Menteri Dalam Negeri. Berdasarkan kenyataan tersebut, Raja Muna, Laode Pandu mengadakan rapat pada hari Senin, tanggal 12 September 1955 di Raha yang dihadiri tiga Kepala Distrik, yaitu Kepala Distrik Katobu, Kepala Distrik Kabawo, Kepala Distrik Tongkuno, dan Kepala Distrik Lawa tidak hadir. Selain itu turut pula hadir para Kepala Kampung, Ketua-ketua Partai/Organisasi, Pemuka Masyarakat, dan Pihak Kepolisian. Agenda rapat yakni mendengarkan delegasi DPRD-SGR SULTRA pada bulan Januari 1955, membicarakan tentang status daerah-daerah otonom dan status swapraja. Dan keputusannya antara lain, Muna diperjuangkan untuk menjadi daerah Swatantra dengan otonomi penuh. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka hasil rapat memutuskan memberikan mandat kepada Laode Rasjid dan Laode Ado untuk melaksanakan tugas menyusun program dan menetapkan
  • 3. langkah perjuangan untuk terbentuknya daerah Swatantra Muna, dan membentuk daerah persiapan pembentukan Kabupaten Muna. Pemberi mandat untuk melaksanakan tugas-tugas dimaksud ditanda tangani oleh sebanyak 102 orang. Selanjutnya, pada tanggal 5 Agustus 1956, para tokoh masyarakat Muna di Makassar yang tergabung dalam PRIM (Persatuan Rakyat Indonesia Muna), membentuk panitia pembentukan kabupaten Muna yang ditanda tangani oleh Laode Walanda sebagai Ketua dan Laode Hatali sebagai sekretaris yang ditujukan kepada MENDAGRI di Jakarta dan Gubernur Sulawesi Selatan di Makassar dan 13 alamat lainnya Tanggal 2 September 1956 dibentuk Panitia Dewan Penuntut Kabupaten Muna di Raha dengan Ketua dan Sektretarisnya masing-masing Laode Hibi dan Laode Tuga dan disetujui oleh Raja Muna. Gelombang penuntutan pembentukan daerah setingkat Kabupaten juga muncul dari generasi muda Muna yang ada di Makassar. Pada tanggal 8 Februari 1958 terbentuk panitiaa penuntutan percepatan pembentukan Kabupaten Muna Muna dengan Ketua La Ode Walanda dan sekretaris Ando Arifin. Panitia ini kemudian mengutus delegasinya untuk mengahadap MENDAGRI di Jakarta. Delegasi ini dipimpin oleh La Ode Muh. Idrus Efendi. Tanggal 20 Maret 1958 Pemerintah Swapraja Buton mengeluarkan Surat Pernyataan yang ditanda tangani Sultan Buton Laode Falihi, yang intinya menyetujui terbentuknya Kabupaten Muna. Mengenai batas-batas akan ditetapkan pada perundingan-perundingan yang akan datang. Sebagai realisasi pernyataan Sultan Buton tersebut maka diadakan rapat bertempat di Pendopo Sri Sultan Buton, yang hadir pada rapat tersebut ialah, Drs Laode Manarfa, Kepala Daerah Sulawesi Tenggara, Laode Falihi, Sultan Buton, Laode Pandu, Raja Muna, Laode A Salam dan Laode Hude masing-masing Kepala Distrik yang diperbantukan pada Kantor Swapraja Buton, sebagai yang mewakili Buton. Hadir juga Laode Muh Shalihin, Kepala Distrik Katobu dan Laode Rianse sebagai Distrik Lawa, mewakili Muna. Wujud dari pertemuan diatas yang disertai pernyataan-pernyatan Panitia dari tiap tingkat pejabat pemerintah, maka pada tanggal 6 Desember 1958 diutuslah empat orang Delegasi Muna untuk menghadap pemerintah pusat yakni Laode Muh Idrus Efendi, La Sipala, Laode Muh Badia Rere dan Laode Ado. Adapun penyandang dana keberangkatan Delegasi adalah Ham Ahing, Darwis Tungguno dan Wahid Kuntarati Hasil perjuangan tersebut oleh Mendagri menetapkan, Pulau Sulawesi dibagi 4 (empat) propinsi yaitu Sulawesi utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Pemerintah Pusat mengajukan para delegasi agar dipenuhi
  • 4. syarat-syarat berdirinya propinsi Sulawesi Selatan Tenggara, antara lain Sulawesi Selatan dibagi 4 (empat) Kabupaten, yaitu KPN Kolaka, KPN Kendari, KPN Buton, dan KPN Muna. Pada tanggal 20 hingga 22 Juli 1959 diadakan rapat raksasa yang dihadiri utusan Buton, Muna, Kendari, Kolaka masing-masing 15 orang, lima orang dari staf Kepala Daerah, empat KPN, dan empat Swapraja. Musyawarah itu dipimpin langsung Laode Manarfa dan dihadiri pula oleh unsur TNI, Abdul Kahar (Kuasa Perang), H Abdul Halik (Buton), Abdul Rahim Daeng Muntu (Muna), H L Lethe (Kendari), Abdul Wahab (Kolaka). D.Fase IV (Empat), Terbentuknya Kabupaten Muna Setelah melalui perjuangan yang panjang oleh para tokoh pejuang Muna, dan dilakukan tanpa pamrih dalam menghadapi berbagai tantangan, maka berdasarkan berbagai pertimbangan yang logis dan pertimbangan strategis, oleh pemerintah pusat menindaklanjuti yang ditandai dengan lahirnya Undang-undang Nomor 29 tahun 1959 tentang pembentukan daerah-daerah tingkat II di Sulawesi, termasuk didalamnya Kabupaten Muna dengan ibukotanya Raha. Pada awal pengusulan Kabupaten Muna terdiri dari empat Ghoerah (distrik, red) yaitu distrik Katobu, Distrik Lawa, Distrik Kabawo, dan Distrik Tongkuno. Dari empat distrik itu belum memenuhi kriteria untuk membentuk suatu kabupaten, maka diadakan pendekatan dengan beberapa tokoh pada saat itu yaitu tokoh Masyarakat Kulisusu, tokoh Masyarakat Wakorumba, dan tokoh Masyarakat Tiworo Kepulauan, yang pada saat itu ketiga distrik tersebut adalah distrik Kulisusu diwakili oleh Laode Ganiru dan Laode Ago, Distrik Wakorumba diwakili oleh Laode Hami dan Laode Haju, Distrik Tiworo diwakili oleh La Baranti. Berdasarkan kesepakatan yang utuh dan bulat dari tokoh – tokoh tersebut untuk bergabung dalam pemerintahan Kabupaten Muna, maka doktrin untuk terbentuknya Kabupaten Muna sudah tidak ada masalah lagi. Dengan terbentuknya Kabupaten Muna, secara administratif dan yuridis pada tanggal 2 Maret 1960, maka para Bupati yang menjabat sebagai Bupati Muna, adalah,: 1.LAODE ABDUL KUDUS 02 Maret 1960 S/D 03 – Maret 1961, 2. LETTU INF. M THOLIB 21 Juni 1961 S/D 13 Juli 1965, 3. LAODE RASYID 11 November 1965 S/D 03 Desember 1970, 4. RS LA UTE 13 Desember 1970 S/D 22 April 1974, 5. DRS LAODE KAIMOEDDIN 22 April 1974 S/D 10 Maret 1981, 6. DRS LAODE SAAFI AMANE 10 Maret 1981 S/D 10 Maret 1986 7. DRS MAOLA DAUD 1986 S/D 1997, 8. KOL ART H M SALEH LASATA 3 Oktober 1997 S/D 1999
  • 5. 9. KOL INF H M DJAMALUDDIN BEDDU 1998 S/D 2000 10.RIDWAN BAE DAN Drs SYARIF ARIFIN S (Bupati dan wakil bupati) periode 2000-2005, 11. RIDWAN BAE DAN Drs H LA BUNGA BAKA PERIODE TAHUN 2005 – 2010 12. Dr. LM. BAHARUDDIN, M.KES DAN DRS. MALIK DITU, M.Si 2010 2015 Jabatan Ketua DPRD Kabupaten Muna adalah, 1. PELTU BABASA, 2. KAPTEN MAHMUD A, 3. KOL CHB M YASIN USMAN, 4. KOL. CHK M A RACHMAN SH, 5. Drs LAODE MARADALA, dan 6. Hj WA ODE ZAENAB HIBI. 7. H. UKING DJASA, SH Di samping para pejabat Bupati Definitif sebagaimana tersebut diatas, maka untuk mengisi kekosongan dalam proses pemilihan Bupati, maka Gubernur Sulawesi Tenggara menunjuk beberapa pelaksana Bupati agar tidak terjadi kefakuman dalam bidang pemerintahan, pembangunan, dan pembinaan masyarakat. Adapun pelaksana Bupati adalah, 1. La Tana, 2. Laode Saafi Amane, 3. Ahmad Djamaluddin SH, 4. Laode Moh Saleh SH, 5. Drs H Badrun Raona. Pejabat SEKWILDA sejak terbentuknya Kabupaten Muna adalah,: 1. Drs Laode Arifin, 2. Drs Laode Saifudin Misbah, 3. Drs Muh Kasim Andi, 4. Drs LM Shalihin Sabora, 5. Drs Laode Majid Olo, 6. Drs Laode Nsaha, 7. Drs Muh Yusuf, 8. Drs H Badrun Raona, 9. Drs P Haridin, 10. Drs H Laode Kilo. 11. Zakaruddin, SE 12. DRS. H La Ode Alibasa 13. Dra La Ora, M.Pd