Dokumen tersebut membahas tentang dua kelompok pemberontak yang melawan pemerintah Indonesia pada masa lalu, yaitu Republik Maluku Selatan (RMS) yang memproklamasikan kemerdekaan Maluku dari Indonesia pada 1950, dan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) yang memberontak pada 1958 untuk menuntut pembubaran kabinet. Kedua pemberontakan ini akhirnya berhasil ditumpas oleh pemerintah Indonesia.
1. REPUBLIK MALUKU SELATAN
&
PEMERINTAHAN REVOLUSIONER REPUBLIK
INDONESIA
KELOMPOK 4
XII MIPA 3
ANGGOTA:
• ALYA RAMADHANI
• DAVID SAPUTRA
• GINA AYU TRI AULIA IBROHIM
• MUTTAWAKIL GIBRAN DIAZ
• NOVITA FITRI DIANTY
• NUR ROKHMAH WATI
• RIZKY NAUFAL RISNANDAR
3. Republik Maluku Selatan
(RMS) adalah sebuah
republik di Kepulauan
Maluku yang
diproklamasikan tanggal 25
April 1950. Pemberontakan
RMS didalangi oleh mantan
jaksa agung NIT (Negara
Indonesia Timur), Soumokil
yang bertujuan untuk
melepaskan wilayah
Maluku dari Negara
Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
REPUBLIK MALUKU SELATAN
4. Kepemimpinan
Pada 25 April 1950, para anggota RMS memproklamasikan berdirinya Republik
Maluku Selatan dengan J.H Manuhutu sebagai Presiden. Pada 27 April 1950 Dr.J.P.
Nikijuluw ditunjuk sebagai Wakil Presiden RMS untuk daerah luar negeri dan
berkedudukan di Den Haag, Belanda. Pada 3 Mei 1950, Soumokil menggantikan
Manuhutu sebagai Presiden RMS.
J.H Manuhutu Dr.J.P. Nikijuluw Christian Robert Steven Soumokil
5. Tujuan
• Melepaskan diri dari Negara
Republik Indonesia Serikat.
• Mendirikan negara sendiri
dengan nama Republik
Maluku Selatan
Dampak
• Penyanderaan warga sipil
yang ditempatkan di
Gedung pemerintah
Belanda pada tahun 1978
• Pengibaran Bendera RMS di
maluku pada tahun 2002
• Konflik antara para aktivis
dengan NKRI
Tujuan dan dampak
6. Untuk mengatasinya, pemerintah melakukan upaya penumpasan
pemberontakan RMS dengan tiga cara, yaitu:
Mengirim Menteri
Kesehatan Indonesia,
Dr. J Leimena untuk
berdamai dengan RMS
dan membujuk mereka
bergabung dengan
NKRI. Akan tetapi,
langkah ini ditolak oleh
Soumokil
Setelah menolak
permintaan
perdamaian, akhirnya
pemerintah Indonesia
memutuskan untuk
melakukan ekspedisi
militer yang dipimpin
oleh Kolonel AE
Kawilarang.
Angkatan Perang
Republik Indonesia
Serikat (APRIS)
melakukan Operasi
Malam dengan
mendaratkan 850 orang
untuk melawan
pasukan RMS.
Upaya penumpasan
7. Upaya penumpasan
Setelah wilayah RMS dikuasai, Presiden
Pertama RMS, Jh Manuhutu, dan Perdana
Menteri RMS, Wairissal, ditangkap bersama
dengan sembilan menteri lainnya. Pada akhir
pemberontakan RMS, mereka semua yang
tertangkap pun dijatuhi hukuman penjara selama
3-5 tahun. Lalu, agar peristiwa pemberontakan
RMS tidak terulang, pemerintah RI mengambil
tindakan tegas dengan menghukum mati sisa-
sisa pasukan RMS. Albert Wairissal
Johanis Hermanus
Manuhutu
9. PEMERINTAHAN REVOLUSIONER REPUBLIK INDONESIA
Pemerintahan Revolusioner Republik
Indonesia (PRRI) adalah salah satu aksi
pertentangan antara pemerintah kawasan
dengan pemerintah pusat (Jakarta) yang
dideklarasikan pada tanggal 15 Februari
1958 dengan keluarnya ultimatum dari
Dewan Perjuangan yang dipimpin oleh
Letnan Kolonel Ahmad Husein di Padang,
Sumatera Barat, Indonesia.
Letnan Kolonel Ahmad Husein
10. Penyebab
PRRI dilatarbelakangi
kekecewaan para pemimpin
militer dan sipil Sumatra Tengah
terhadap pemerintah pusat yang
cenderung sentralis, sehingga
menimbulkan berbagai
ketimpangan dalam
pembangunan, terutama pada
daerah-daerah di luar pulau
Jawa.
Tujuan
Tujuan pemberontakan PRRI
adalah menuntut pembubaran
Kabinet Djuanda dengan
pembentukan pemerintahan
sementara yang dipimpin oleh
Mohammad Hatta dan Sultan
Hamengkubuwono IX hingga
pemilihan umum selanjutnya dan
juga menuntut Soekarno untuk
kembali ke posisi
konstitusionalnya.
Penyebab dan tujuan
11. 01 Dewan Banteng di
Sumatra Barat yang
dipimpin oleh Letkol
Ahmad Husein.
02
Dewan Gajah di Sumatra
Utara yang dipimpin oleh
Kolonel Maludin Simbolan.
Dewan daerah
12. 03 Dewan Garuda di Sumatra
Selatan yang dipimpin
oleh Letkol Barlian
04
Dewan Manguni di Sulawesi
Utara yang dipimpin oleh
Kolonel Ventje Sumual.
.
Dewan daerah
13. Dampak
Pemberontakan PRRI yang terjadi selama 3 tahun pastinya
membawa berbagai dampak bagi kehidupan Indonesia. Berikut
beberapa dampak yang disebabkan oleh pemberontakan PRRI:
• Sebanyak 22.174 jiwa menjadi korban pemberontakan ini, 4.360
orang mengalami luka-luka dan 8.072 orang menjadi tawanan
• Perekonomian semakin tidak stabil
• Negara kekurangan bahan makanan
• Adanya perpecahan hubungan persaudaraan
• Munculnya kesadaran bahwa Negara Kesatuan Republik
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki masing-
masing masalah di wilayahnya.