1. BAB I
PEMBAHASAN
TUJUAN TEORITIS
A. Pengertian
1. Hipopituitari dapat terjadi pada kerusakan lobus anterior kelenjar hipofisis.
(brunner & suddarth).
2. Hipopituitari adalah sekresi beberapa hormone hipofisis anterior yang rendah. (
elizabeth. J. Korwin).
3. Hipopituitarisme merupakan keadaan tidak adanya seluruh sekresi hipofisis
(sylvia A. Price & Lorrena M. Wilson).
4. Hipopituitari adalah penurunan / adanya sekresi hormon kelenjar hipofisis
interior. Hipopituitari sering di sebut juga hipofungsi kelenjar hipofisis.
(http://www.google.co.id).
Jadi, dari ke empat pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa Hipopituitari
adalah suatu keadaan yang timbul akibat penurunan, atau tidak adanya sekresi
hormone kelenjar hipofisis anterior atau hipofunggsi.
B. Etiologi
Hipopituitarisme dapat menjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau
hipotalamus, penyebabnya menyangkut :
1. Faktor penyebab belum di ketahui,
2. Infeksi atau peradangan oleh : jamur, bakteri piognik, tubercolosis, pasca
meningitis,
3. Penyakit granulastomata infiltrative yang merusak hipofisis,
4. Trombosit vasculer yang menyebabkan nekrosis kelenjar hipofisis normal,
5. Tumor, misalnya dari jenis sel penghasil hormon yang dapat mengganggu
pembentukan salah satu atau semua hormon lain, sekunder dari tumor-tumor
jinak atau ganas metastasik desak ruang atau tumor hipofisis yang merusak sel-
sel hipofisis normal,
C. Manefestasi Klinis
Kelemahan, disfungsi seksual, kerontokan rambut ketiak dan pubis, hipertensi,
perubahan lapang pandang dan sakit kepala (apabila di sebabkan oleh tumor
pituitary non fungsional yang besar dan trauma).
2. D. Patofisiologis
Trauma, tumor, radiasi pada kepala dan leher
Merusak Sel-Sel Hipofisis Normal
Mal Fungsi Kelenjar Hipofisis
Hipopituitary (penurunan sekresi hormon hipofisis)
Hormon Somatotrofik
Hormon Trotropik
Hormone Andrenokortikotropik
Hormone Gonadrotopik
Leteinizing Hormone
E. Komplikasi
1. Kardiovaskuler .
Hipertensi
Tromboflebitis
Tromboembolisme
Percepatan uterosklerosis
2. Perubahan Mata
Glukoma Lensi Kornea
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Radiologik/ rentgenologis Sella Tursika
a. Foto Polos Kepala
b. Poliomografi berbagai arah (multi deroksional )
c. Pneumoensefalografi
d. CT scan
e. Agiografi Serebral
2. Pemeriksaan Lapang pandang
a. Adanya kelainan lapang pandang mencurigakan
b. Adanya tumor hipofisis yang menekan kiosma optik
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan kartisol, T3 dan T4, serta esterogen atau testoteron
3. b. Pemeriksaan ACTH, TSH, dan LH
c. Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supreson hormon, dan
dengan pengukuran efeknya terhadap kadar hormon serum
d. Tes provokatif
G. Penatalaksanaan Medis
1. Kausal
Bila di sebabkan oleh tumor, umumnya di lakuka radiasi. Bila gejala-gejala
tekanan oleh tumor progresif di lakukan operasi.
2. Terapi Supstitusi
a. Hidrokortison, antara 20-30 mg sehari di berikan per-os, umumnya di
sesuaikan dengan siklus harian sekresi steroid yaitu 10-15 mg waktu pagi,
dan 10 mg waktu malam. Predison dan deksametason tidak di berikan
karena kurang menyebabkan retensi garam dan air, bila terdapat stress
(ifeksi, operasi dan lain-lain). Dosis oral di naikan atau di berikan
prainteral. Bila terjadi krisis adrenal atasi syok segera dengan pemberian
cairan per-infus NACL-glukosa, steroid, dan vasopreses.
b. Puluis Teroid/ tiroksin di berikan setelah terapi dengan hidrokortison.
c. Testosteron pada penderita laki-laki berikan suntikan testosteron enantot
atau testosteron siprionot 200 mg intramuskuler tiap 2 minggu. Dapat
juga di berikan fluexymestron 10 mg per-os tiap hari.
d. Esterogen di berikan pada wanita secara siklis untuk mempertahankan
siklus haid. Berikanga androgen dosis stenga dosis pada laki-laki hentikan
bila ada gejala virillisasi” growth hormone” bila terdapat dwarfisme.
3. Tumor hipofisis, di obati dengan pembedahan radioterapi atau obat (misal :
akromegali dan hiperprolaktemia dengan hymocriptina).
4. Defenisi hormon hos di obati sebagai berikut: penggantian GH untuk
defesiensi GH pada anak-anak, toksin dan kortison untuk defesiensi TSH dan
ACTH, penggantian androgen atau estrogen untuk defesiensi gonadotropin
sendiri (isoleted) dapat di obati dengan penyuntikan FSH atau HCG.
5. Desmopressin dengan insuflusi masal dalam dosis terukur.
4. BAB III
KONSEP ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
“ HIPOPITUITARI”
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas klien
Nama : Ny. s
Umur : 30 thn
Jenis kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Nikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Muna
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : PNS/ guru
Alamat : Jln. S. Goldaria
b. Identitas Penanggung
Nama : Tn. s
Umur : 35 thn
Jenis kelamin : Laki-Laki
Status Perkawinan : Nikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Muna
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : PNS/ guru
Alamat : Jln. S. Goldaria
Hubungan dengan klien : Suami Pasien
2. Data Demograf
Pada pasien ini di derita di mana saj, tidak berpengaruh pada tempat berdomisili
wilayah tertentu.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Keluhan utama : nyeri
2. Riwayat Keluhan Utama
P : Nyeri
Q : Hilang Timbul
R : Kepala
5. S : 3 (0-5)
T : pada saat beraktifitas
4. Pemerksaan Fisik
pasca kecelakaan klien mengalami cidera di bagian kepala
hasil foto ronsen menunjukan kepala klien mengalami gangguan khususnya
bagian hipofisis anterior akibat benturan tersebut.
5. Analisis Data
No Sympton Etiologi Problem
1 Ds :
-Klien mengatakan
nyeri kepala
-ekspresi wajah
meringis
-skala nyeri 3 (0-5)
P : nyeri
Q : Hilang timbul
R : Kepala
S : 3 (0-5)
T : pada saat
beraktivitas
Adanya faktor penyebab ( adanya
trauma pada kepala)
Terjadi gangguan pada jaringan
dan kelenjar di sekitar
Produksi hormon terganggu
Hipopituitari (penurunan sekresi
hormon hipofisis)
nyeri
nyeri
2 Ds :
-klien mengatakan
tidak biasa
beraktivitas
Do :
-klien nampak lemah
-klien nampak dalam
pemenuhan ADL-nya
Adnya trauma pada klien
Keterbatasan rentang gerak pasca
cedera
kelemahan
intoleransi
intoleransi aktivitas
Intoleransi
aktivitas
3 Ds :
-klien mengatakan
tidak tau dengan
penyakitnya
Do :
-klien nampak sering
bertanya tentang
penyakitnya
-klien nampak cemas
Perubahan status kesetahan
Kurang terpaparnya informasi
Koping indifidu tidak efektif
Ansietas
ansietas