SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
KATA PENGANTAR 
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena masih memberikan kita kesemaptan sehingga kita 
bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. 
Kedua kalinya sholawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Baginda 
Rasulullah Muhammad SAW. Karena telah membawa kita dari alam kebodohan kealam yang 
modern seperti saat ini. 
Dalam kesempatan pada saat ini kami akan membahas sedikit ulasan tentang “PENGARUH 
SOSIALISASI, NILAI BUDAYA TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN”. 
Dalam penyelesaian makalah ini kami sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak 
yang telah membantu atas terselesaikannya makalah kami tersebut. Kedua kalinya kami 
sampaikan terimakasih kepada Guru karena telah membimbing dan memberi arahan kepada 
kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan. 
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak kesalah, baik yang di 
sengaja maupun yang tidak disengaja. Oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran 
sehingga memberikan pembangunan kepada kami pada saat pembuatan makalah berikutnya. 
Raha, Februari 2014 
Penulis
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang Masalah 
Setaiap manusia di dunia ini pasti memerlukan orang lain, oleh karena itu terjadi sosialisasi 
antar sesama manusia tersebut, yang mana berfungsi sebagai sarana kedekatan antar 
sesamanya. 
Beberbicara masalah keperibadian, merupakan suatu cermin dan gambaran bagi setiap 
manusia. Jika keperibadiannya bagus, maka akan bagus pula tingkah laku yang dimiliki oleh 
orang tersebut. Begitu pula sebaliknya, jika keperibadian orang tesebut buruk maka otomatis 
akan di ikuti oleh perilakunya yang buruk tersebut. 
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang “Sosialisasi dan Pembentuk Keperibadian”. 
Kami harap makalah ini bisa memberikan pengetahuan dan bisa diterapkan dalam kehidupan 
sehari-hari. 
B. Rumusan Masalah 
Adapun rumusan masalah dalam makalah kami tersebut adalah sebagai berikut : 
1. Apakah definisi keperibadian itu ? 
2. Ada berapakah unsur-unsur keperibadian tersebut ? 
3. Apa yang mencangkup tujuh macam golongan naluri ? 
4. Bagaimana materi dari unsur-unsur keperibadian ? 
5. Ada berapakah jenis-jenis sosialisasi ? 
6. Berapakah tipe-tipe sosialisasi ? 
7. Apa yang dimaksud dengan pola sosialisasi ? 
8. Bagaimana proses sosialisasi berlangsung ? 
9. Apa sajakah agen/media sosialisasi itu ? 
10. Apakah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan 
keperibadian ? 
C. Tujuan Penulisan 
untuk mengetahui pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan keperibadian
BAB II 
PEMBAHASAN 
A. Defenisi Kepribadian 
Banyak para ahli yang memberikan perhatian dan mencurahkan penelitiannya untuk 
mendeskripsikan penelitiannya mengenai tentang pola tingkah laku yang nantinya merunut 
juga pada pola tingkah laku manusia sebagai bahan perbandingannya. 
Pola-pola tingkah laku bagi semua Homo Sapiens hampir tidak ada, bahkan bagi semua 
individu yang tergolong satu ras pun, tidak ada satu system pola tingkah laku yang seragam. 
Sebabnya tingkah laku Homo Sapiens tidak hanya ditentukan oleh system organic biologinya 
saja, melainkan juga akal dan pikirannya serta jiwanya, sehingga variasi pola tingkah laku 
Homo Sapiens sangat besar diversitasnya dan unik bagi setiap manusia. 
Dengan pola tingkah laku dalam arti yang sangat khusus yang ditentukan oleh nalurinya, 
dorongan-dorongan dan refleksnya. 
Jadi “Kepribadian” dalam konteks yang lebih mendalam adalah “susunan unsur-unsur akal 
dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seorang individu”. 
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan 
aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. 
Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena 
dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu. 
B. Unsur-unsur Kepribadian 
Ada beberapa unsur-unsur dari kepribadian. Diantaranya adalah sebagai berikut : 
v Pengetahuan 
Pengetahuan merupakan suatu unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa orang yang 
sadar. Dalam alam sekitar manusia terdapat berbagai hal yang diterimanya melalui panca 
inderanya yang masuk kedalam berbagi sel di bagian-bagian tertentu dari otaknya. Ddan 
didalam otak tersebutlah semuanya diproses menjadi susunan yang dipancarkan oleh individu 
kealam sekitar. Dan dalam Antropologi dikenal sebagai “persepsi” yaitu; “seluruh proses 
akal manusia yang sadar”. 
Ada kalanya suatu persepsi yang diproyeksikan kembali menjadi suatu penggambaran 
berfokus tentang lingkungan yang mengandung bagian-bagian. Penggambaran yang terfokus 
secara lebih intensif yang terjadi karena pemustan secara lebih intensif di dalam pandangan 
psikologi biasanya disebut dengan “Pengamatan”. 
Penggambaran tentang lingkungan dengan fokus pada bagian-bagian yang paling menarik 
perhatianya seringkali diolah oleh sutu proses dalam aklanya yang menghubungkannya 
dengan berbagai penggambaran lain yang sejenisnya yang sebelumnya pernah diterima dan 
diproyeksikan oleh akalnya, dan kemudian muncul kembali sebagai kenangan.
Dan penggambaran yang baru dengan pengertian baru dalam istilah psikologi disebut 
“Apersepsi”. 
Penggabungan dan membandingkan-bandingkan bagian-bagian dari suatu penggambaran 
dengan bagian-bagian dari berbagai penggambaran lain yang sejenis secara konsisten 
berdasarkan asas-asas tertentu. Dengan proses kemampuan untuk membentuk suatu 
penggambaran baru yang abstrak, yang dalam kenyataanya tidak mirip dengan salah satu dari 
sekian macam bahan konkret dari penggambaran yang baru. 
Dengan demikian manusia dapat membuat suatu penggambaran tentang tempat-tempat 
tertentu di muka bumi, padahal ia belum pernah melihat atau mempersepsikan tempat-tempat 
tersebut. Penggambaran abstrak tadi dalam ilmu-ilmu sosial disebut dengan “Konsep”. 
Cara pengamatan yang menyebabkan bahwa penggambaran tentang lingkungan mungkin ada 
yang ditambah-tambah atau dibesar-besarkan, tetapi ada pula yang dikurangi atau diperkecil 
pada bagian-bagian tertentu. Dan ada pula yang digabung dengan penggambaran-pengambaran 
lain sehingga menjadi penggambaran yang baru sama sekali, yang sebenarnya 
tidak nyata. 
Dan penggambaran baru yang seringkali tidak realistic dalam Psikologi disebut dengan 
“Fantasi”. 
Seluruh penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep, dan fantasi merupakan unsur-unsur 
pengetahuan yang secara sadar dimiliki seorang Individu. 
v Perasaan 
Selain pengetahuan, alam kesadaran manusia juga mengandung berbagai macam perasaan. 
Sebaliknya, dapat juga digambarkan seorang individu yang melihat suatu hal yang buruk atau 
mendengar suara yang tidak menyenangkan. Persepsi-persepsi seperti itu dapat menimbulkan 
dalam kesadaranya perasaan negatif. 
“Perasaan”, disamping segala macam pengetahuan agaknya juga mengisi alam kesadaran 
manusia setiap saat dalam hidupnya. “Perasaan” adalah suatu keadaan dalam kesadaran 
manusia yang karena pengetahuannya dinilai sebagai keadan yang positif atau negative. 
v Dorongan Naluri 
Kesadaran manusia mengandung berbagi perasaan berbagi perasaan lain yang tidak 
ditimbulkan karena diperanguhi oleh pengeathuannya, tetapi karena memang sudah 
terkandung di dalam organismenya, khususnya dalam gennya, sebagai naluri. Dan kemauan 
yang sudah meruapakan naluri disebut “Dorongan”.
C. Tujuh Macam Dorongan naluri 
Ada perbedaan paham mengenai jenis dan jumlah dorongan naluri yang terkandung dalam 
naluri manusia yaitu ; 
1. Dorongan untuk mempertahankan hidup. Dorongan ini memang merupakan suatu 
kekutan biologis yang ada pada setiap makhluk di dunia untuk dapat bertahan hidup. 
2. Dorongan seks. Dorongan ini telah banyak menarik perhatian para ahli antropolagi, 
dan mengenai hal ini telah dikembangkan berbagai teori. Dorongan biologis yang 
mendorong manusia untuk membentuk keturunan bagi kelanjutan keberadaanya di 
dunia ini muncul pada setiap individu yang normal yang tidak dipengaruhi oleh 
pengetahuan apapun. 
3. Dorongan untuk berupaya mencari makan. Dorongan ini tidak perlu dipelajari, dan 
sejak baru dilahirkan pun manusia telah menampakannya dengan mencari puting susu 
ibunya atau botol susunya tanpa perlu dipelajari. 
4. Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesame manusia, yang memang 
merupakan landasan biologi dari kehidupan masyarakat manusia sebagai kolektif. 
5. Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya. Dorongan ini merupakan asal-mula 
dari adanya beragam kebudayaan manusia, yang menyebabkan bahwa manusia 
mengembangkan adat. Adat, sebaliknya, memaksa perbuatan yang seragam (conform) 
dengan manusia-manusia di sekelilingnya. 
6. Dorongan untuk berbakti. Dorongan ini mungkin ada karena manusia adalah makhluk 
kolektif. Agar manusia dapat hidup secara bersama manusia lain diperlukan suatu 
landasan biologi untuk mengembangkan Altruisme, Simpati, Cinta, dan sebagainya. 
Dorongan itu kemudian lebih lanjut membentuk kekuatan-kekuatan yang oleh 
perasaanya dianggap berada di luar akalnya sehingga timbul religi. 
7. Dorongan untuk keindahan. Dorongan ini seringkali saudah tampak dimiliki bayi, 
yang sudah mulai tertarik pada bentuk-bentuk, warna-warni, dan suara-suara, irama, 
dan gerak-gerak, dan merupakan dasar dari unsur kesenian. 
D. Materi Dari Unsur-unsur Kepribadian 
Dalam sebuah konsep kepribadian umum,makin dipertajam dengan terciptanya konsep basic 
personality structure, atau “kepribadian dasar”, yaitu semua semua unsur kepribadian yang 
dimiliki sebagian besar warga suatu masyarakat. 
Kepribadian dasar ada karena semua individu warga masyarakat mengalami pengaruh 
lingkungan kebudayaan yang sama selama pertumbuhan mereka. Metodologi untuk 
mengumpulkan data mengenai kepribadian bangsa dapat dilakukan dengan mengumpulkan 
sample dari warga masyarakat yang menjadi objek penelitian, yang kemudian diteliti 
kepribadiannya dengan tes Psikologi.
Selain ciri watak umum, seorang Individu memilki ciri-ciri wataknya sendiri, sementara 
adaindividu-individu dalam sample yang tidak meliki unsur-unsur kepribadian umum. 
Pendekatan dalam penelitian kepribadian suatu kebudaya juga dilaksanakan dengan metode 
lain yang didasarkan pada ciri-ciri dan unsur watak seorang individu dewasa. 
Pembentukan watak dan jiwa individu banyak dipengaruhi oleh pengalamannya di masa 
kanak-kanak serta pola pengasuhan orang tua. 
Berdasarkan konsepsi Psikologi tersebut, para ahli Antropologi berpendirian bahwa dengan 
mempelajari adat-istiadat pengasuhan anak yang khas akan dapat mengetahui adanya 
berbagai unsur kepribadian pada sebagian besar warga yang merupakan akibat dari 
pengalaman-pengalaman mereka sejak masa kanak-kanak. 
Penelitian mengenai etos kebudayaan dan kepribadian bangsa yang pertama-tama dilakukan 
oleh tokoh Antroplogi R. Benedict, R. Linton, dan M. Mead. Sehingga menjadi bagian 
khusus dalam antropologi yang dinamakan personality and culture. 
E. Jenis sosialisasi 
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan 
sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Menurut Goffman kedua proses tersebut 
berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua 
institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari 
masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang 
terkukung, dan diatur secara formal. 
Keluarga sebagai perantara sosialisasi primer 
1. Sosialisasi primer 
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi 
pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat 
(keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum 
masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara 
bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya. 
Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab 
seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak 
akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan 
anggota keluarga terdekatnya. 
2. Sosialisasi sekunder 
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang 
memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu 
bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi
suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 
'pencabutan' identitas diri yang lama. 
F. Tipe sosialisasi 
Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda. contoh, standar 
'apakah seseorang itu baik atau tidak' di sekolah dengan di kelompok sepermainan tentu 
berbeda. Di sekolah, misalnya, seseorang disebut baik apabila nilai ulangannya di atas tujuh 
atau tidak pernah terlambat masuk sekolah. Sementara di kelompok sepermainan, seseorang 
disebut baik apabila solider dengan teman atau saling membantu. Perbedaan standar dan nilai 
pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi. Kedua tipe 
sosialisasi tersebut adalah sebagai berikut. 
1. Formal 
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang 
berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer. 
2. Informal 
Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, 
seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada 
di dalam masyarakat. 
Baik sosialisasi formal maupun sosialisasi informal tetap mengarah kepada pertumbuhan 
pribadi anak agar sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di lingkungannya. Dalam 
lingkungan formal seperti di sekolah, seorang siswa bergaul dengan teman sekolahnya dan 
berinteraksi dengan guru dan karyawan sekolahnya. Dalam interaksi tersebut, ia mengalami 
proses sosialisasi. dengan adanya proses soialisasi tersebut, siswa akan disadarkan tentang 
peranan apa yang harus ia lakukan. Siswa juga diharapkan mempunyai kesadaran dalam 
dirinya untuk menilai dirinya sendiri. Misalnya, apakah saya ini termasuk anak yang baik dan 
disukai teman atau tidak? Apakah perliaku saya sudah pantas atau tidak? 
Meskipun proses sosialisasi dipisahkan secara formal dan informal, namun hasilnya sangat 
suluit untuk dipisah-pisahkan karena individu biasanya mendapat sosialisasi formal dan 
informal sekaligus. 
G. Pola sosialisasi 
Sosiologi dapat dibagi menjadi dua pola: sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris. 
Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan pada penggunaan hukuman 
terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan 
materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua. 
Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, 
penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga 
sebagai significant other. Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan
pola di mana anak diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan 
bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan 
pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan 
keperluan anak. Keluarga menjadi generalized other. 
H. Proses sosialisasi 
Macam – macam Proses Sosialisasi 
1. Proses Sosialisasi yang Terjadi Tanpa Disengaja melalui Proses Interaksi Sosial 
Proses ini terjadi apabila individu yang disosialisasi maupun yang terisolasi menyaksikan 
kegiatan yang dilakukan dan diperbuat oleh orang – orang disekitarnya dalam 
berinteraksi. Misalnya sorang anak memperhatikan kegiatan yang dilakukan oleh orang 
tuanya kemudian ia meniru dan mencontohkan perbuatan tersebut dalam pergaulan 
sehari–hari. 
2. Proses Sosialaisasi yang Terjadi secara Sengaja melalui Pendidikan dan Pengajaran. 
Proses ini terjadi apabila seorang individu mengikuti pengajaran dan pendidikan yang 
sengaja dilakukan oleh pendidik – pendidik yang mewakili masyarakat. Dalam 
pendidikan anak akan dikenalkan pada norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat. 
Menurut George Herbert Mead 
George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan 
menlalui tahap-tahap sebagai berikut. 
1. Tahap persiapan (Preparatory Stage) 
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk 
mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap 
ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna. 
Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan 
"mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak 
memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya. 
2. Tahap meniru (Play Stage) 
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang 
dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang anma diri dan 
siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang 
dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, 
kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap 
ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. 
Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi 
pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi 
seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other)
3. Tahap siap bertindak (Game Stage) 
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara 
langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri 
pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain 
secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan 
bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan 
hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di 
luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai 
dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang 
berlaku di luar keluarganya. 
4. Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage) 
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada 
posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya 
dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia 
dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan dengan orang 
lain yang tidak dikenalnya-- secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap 
ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya. 
Menurut Charles H. Cooley 
Cooley lebih menekankan peranan interaksi dalam teorinya. Menurut dia, Konsep Diri (self 
concept) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Sesuatu yang 
kemudian disebut looking-glass self terbentuk melalui tiga tahapan sebagai berikut. 
1. Kita membayangkan bagaimana kita di mata orang lain. 
Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena 
sang anak memiliki prestasi di kelas dan selalu menang di berbagai lomba. 
2. Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita. 
Dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang hebat, sang anak membayangkan 
pandangan orang lain terhadapnya. Ia merasa orang lain selalu memuji dia, selalu percaya 
pada tindakannya. Perasaan ini bisa muncul dari perlakuan orang terhadap dirinya. MIsalnya, 
gurunya selalu mengikutsertakan dirinya dalam berbagai lomba atau orang tuanya selalu 
memamerkannya kepada orang lain. Ingatlah bahwa pandangan ini belum tentu benar. Sang 
anak mungkin merasa dirinya hebat padahal bila dibandingkan dengan orang lain, ia tidak ada 
apa-apanya. Perasaan hebat ini bisa jadi menurun kalau sang anak memperoleh informasi dari 
orang lain bahwa ada anak yang lebih hebat dari dia. 
3. Bagaimana perasaan kita sebagai akibat dari penilaian tersebut. 
Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak yang hebat, timbul perasaan bangga 
dan penuh percaya diri. 
Ketiga tahapan di atas berkaitan erat dengan teori labeling, dimana seseorang akan berusaha 
memainkan peran sosial sesuai dengan apa penilaian orang terhadapnya. Jika seorang anak
dicap "nakal", maka ada kemungkinan ia akan memainkan peran sebagai "anak nakal" sesuai 
dengan penilaian orang terhadapnya, walaupun penilaian itu belum tentu kebenarannya. 
I. Agen/Media sosialisasi 
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada 
empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan 
lembaga pendidikan sekolah. 
Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu 
sama lain. Apa ayng diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan 
dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain. MIsalnya, di sekolah anak-anak 
diajarkan untuk tidak merokok, meminum minman keras dan menggunakan obat-obatan 
terlarang (narkoba), tetapi mereka dengan leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya 
atau media massa. 
Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen 
sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain. Akan 
tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu dalam situasi konflik pribadi karena 
dikacaukan oleh agen sosialisasi yang berlainan. 
1. Keluarga (kinship) 
Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan 
saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah. 
Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family), 
agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas 
beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga 
inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh 
orang-orabng yang berada diluar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat 
agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi 
(baby sitter). menurut Gertrudge Jaeger peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga 
pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam ligkugan keluarganya 
terutama orang tuanya sendiri. 
2. Teman pergaulan 
Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia 
ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan 
sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam 
proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa 
remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang 
individu. 
Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat 
(berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan
dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. 
Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur 
peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai- nilai keadilan. 
3. Lembaga pendidikan formal (sekolah) 
Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, 
dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian 
(independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di 
lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam 
melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus 
dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab. 
4. Media massa 
Yang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah, 
tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat 
tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan. 
Contoh : Penayangan acara SmackDown! di televisi diyakini telah menyebabkan 
penyimpangan perilaku anak-anak dalam beberapa kasus. Iklan produk-produk tertentu telah 
meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya. Media 
massa merupakan salah satu agen sosialisasi yang paling berpengaruh 
5. Agen-agen lain 
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan oleh 
institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. 
Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan 
membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan. 
Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar. 
J. Hubungan Antara Sosialisasi Dengan Pembentukan Kepribadian 
Sosialisasi adalah sebuah proses mempelajari dan menghayati norma serta perilaku yang 
selaras dengan peran peran sosial yang berlaku dalam suatu masyarakat. Kepribadian adalah 
keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan system kecenderungan tertentu yang 
berinteraksi dengan serangkaian situasi. Jadi, pada saat terjadi sosialisasi saat itu pula sejalan 
dengan proses pembentukan kepribadian. 
Sosialisasi adalah suatu proses sosial yang terjadi bila seseorang individu menghayati 
dan melaksanakan norma-norma kelompok tempat ia hidup sehingga akan merasa menjadi 
bagian dari kelompoknya tadi. Kepribadian adalah abstraksi dari pola perilaku manusia 
secara individual. Jadi, kepribadian merupakan ciri-ciri atau watak yang khas dari seorang 
individu sehingga memberikan identitas yang khas bagi individu yang bersangkutan. 
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa kepribadian merupakan abstraksi 
atau pengorganisasian dari sikap-sikap seorang individu untuk berprilaku dalam rangka 
berhubungan dengan orang lain (berinteraksi sosial) atau menanggapi suatu hal yang terjadi
dalam lingkungan masyarakatnya. Dengan kata lain, pola prilaku yang merupakan 
perwujudan dari kepribadian seorang individu akan disesuaikan dengan sistem nilai dan 
norma yang berlaku dalam kehidupan sosial budaya masyarakatnya. 
Akan tetapi nilai dan norma dalam kehidupan masyarakat akan sulit terwujud jika 
tidak disosialisasikan kepada seluruh anggota masyarakat. Dibutuhkan proses belajar atau 
sosialisasi untuk mencapai kesesuaian antara kepribadian dan nilai atau norma tersebut. 
Dengan demikian, kepribadian dapat menjadi acuan (blue print) bermasyarakat yang disebut 
kebudayaan. Sebaliknya sifat kebudayaan yang dinamis akan memerlukan sosialisasi agar 
sesuai dengan kepribadian masyarakat saling keterkaitan antara kehidupan tersebut 
berlangsung terus dalam lingkaran kehidupan (life cycle). 
K. Pembentukan Kepribadian Sebagai Hasil Sosialisasi 
Setiap individu dalam masyarakat adalah pribadi yang unik, tetapi karena mereka 
memperoleh tipe-tipe sosialisasi yang sangat mirip, baik yang berasal dari rumah maupun 
sekolah, akan banyak ciri kepribadian yang hampir serupa. Seseorang akan mencari pola 
perilaku atau sikap dan nilai-nilai yang ditekankan oleh kebudayaannya sebagai hal yang 
penting untuk mencapai kebiasaan dan prestasi pribadi. 
Kepribadian merupakan gabungan utuh dari sikap, sifat, emosi, nilai yang memengaruhi 
seseorang agar berbuat sesuai dengan tata cara yang diharapkan. Kepribadian merupakan 
gabungan keseluruhan sifat-sifat yang tampak dan yang dapat dilihat seseorang. Dari 
pengertian tersebut terlihat bahwa kepribadian tidak hanya terlihat dari ciri-ciri fisik, seperti 
rambutnya keriting atau kulitnya yang hitam saja, tetapi juga ciri lainnya, seperti kebiasaan 
dan sikapnya. 
Kepribadian terbentuk, hidup, dan berubah sejalan dengan proses sosialisasi. 
L. Penerapan Pengetahuan Sosiologi di Masyarakat 
Sosiologi adalah suatu kajian tentang masyarakat dan hubungannya dengan 
lingkungan di mana masyarakat bertempat tinggal. Kajian tersebut memberikan pengetahuan 
bagi siapa saja yang mempelajari. Pengetahuan sosiologi memberikan manfaat dan dapat 
diaplikasikan (diterapkan) dalam kehidupan sehari-hari untuk menunjang keberhasilan 
seseorang dalam kehidupannya di masyarakat. Pengatahuan sosiologi dapat diterapkan dalam 
proses sosialisasi yang secara tidak langsung ikut berperan serta dalam pembentukan 
kepribadian seorang individu. Oleh karena itu, peranan pengetahuan sosiologi dalam proses 
sosialisasi yang secara tidak langsung ikut membentuk kepribadian seorang individu 
mempunyai hubungan yang sangat erat, karena ilmu pengetahuan sosiologilah seorang 
individu dapat dibentuk kepribadiannya sedemikian rupa hingga menjadi seorang individu 
yang berprilaku sebagaimana di kalangan masyarakat tempat tinggalnya.
M. Penerapan Pengetahuan Sosiologi Tentang Proses Sosialisasi dan Pembentukan 
Kepribadian 
Pengetahuan sosiologi tentang proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian 
membantu seseorang untuk memahami bagaimana ia harus bersosialisasi dalam masyarakat 
agar mempunyai kepribadian yang baik. 
= contoh : seorang ibu akan mendidik anaknya dengan sebaik-baiknya, tidak melakukan 
kekerasan fisik atau emosional memberikan teladan yang baik, menumbuhkan sikap tolong-menolong, 
dan sikap saling menghargai sesama manusia. 
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang meberikan pemecahan atas berbagai masalah 
dengan pendekatan kemasyarakatan. Sosiologi sangat berkaitan erat dalam pembentukan 
kepribadian seseorang. Pengetahuan sosiologi dapat diterapkan di dalam masyarakat untuk 
membantu dalam pembentukan kepribadian seseorang agar perilakunya sesuai dengan 
norma-norma yang dianut oleh masyarakat setempat. Pengetahuan sosiologi dapat membantu 
dalam proses sosialisasi, maksudnya adalah apabila pengetahuan sosiologi yang dianut oleh 
suatu masyarakat itu salah, maka akan menyebabkan proses sosialisasi itu akan membentuk 
kepribadian seseorang pun mengikuti masyarakat sekitarnya yang memang sudah menganut 
suatu pengetahuan sosiologi yang salah.
BAB III 
PENUTUP 
A. Kesimpulan 
Dari penjabaran para ahli bisa diambil kesimpulan bahwa, kepribadian manusia itu terbentuk 
dari proses pembelajaran ataupun yang memang ada sejak lahir atau berupa naluri dan 
dorongan yang bersifat alami. 
Dan kadang-kadang pembentukan pribadi seseorang ada juga yang berdasarkan pengalaman 
dimasa kanak-kanak, yang mana adanya pola pengasuhan oleh orang tua serta naluri alami 
yang memang memberikan respon ketika mengalami dan mempelajari sesuatu. 
Sebagaimana unsur-unsur pengetahuan yang terdapat dalam pembentukan kepribadian 
manusia, yang dihimpun menjadi satu, juag tidak berasal dari naluri saja, tetapi juga 
pembelajaran. Karena dalam alam bawah sadar manusia berbagai pengetahuan larut dan 
terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang seringkali tercampur aduk tidak teratur. 
Penerapan pengetahuan sosiologi berkaitan erat dengan proses sosialisasi dan 
pembentukan kepribadian seorang individu. 
Dengan penerapan pengetahuan sosiologi yang baik dalam kehidupan di masyarakat otomatis 
akan membentuk proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian yang baik pula. 
B. Saran 
Dalam pembentukan kepribadian pasti membutuhkan hasil sosialisasi. Oleh karena itu 
marilah kita sama-sama melakukan sosialisasi yang baik antar sesama manusia sehingga 
kepribadian yang kita miliki akan baik pula. Sehinnga kita menjadi insane yang berguna bagi 
diri kita sendiri, begitu pula dengan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA 
http://www.psychologymania.com/2011/09/pengaruh-Sosialisasi-terhadap-kepribadian.html 
http://id.wikipedia.org/wiki/kepribadian#Pengaruh_sosialisasi 
http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi 
http://www.psychologymania.co.cc/2010/05/pengaruh-sosialisasi-terhadap-kepribadian.html 
Buku-panduan_Sosiologi 
Lks. Sosiologi.

More Related Content

What's hot

Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"Marliena An
 
Pertemuan ke-10 Carl Gustav Jung
Pertemuan ke-10 Carl Gustav JungPertemuan ke-10 Carl Gustav Jung
Pertemuan ke-10 Carl Gustav JungVivia Maya Rafica
 
POSISI TEORI DALAM SPECTRUM INDIVIDUALISME VS STRUKTURALISMEPengantar ilmu so...
POSISI TEORI DALAM SPECTRUM INDIVIDUALISME VS STRUKTURALISMEPengantar ilmu so...POSISI TEORI DALAM SPECTRUM INDIVIDUALISME VS STRUKTURALISMEPengantar ilmu so...
POSISI TEORI DALAM SPECTRUM INDIVIDUALISME VS STRUKTURALISMEPengantar ilmu so...universitas tanjungpura pontianak
 
Cross-Cultural Psychology - Research and Applications (personality)
Cross-Cultural Psychology - Research and Applications (personality) Cross-Cultural Psychology - Research and Applications (personality)
Cross-Cultural Psychology - Research and Applications (personality) Bee_BQ
 
Pertemuan ke-6 Ludwig Klages
Pertemuan ke-6 Ludwig KlagesPertemuan ke-6 Ludwig Klages
Pertemuan ke-6 Ludwig KlagesVivia Maya Rafica
 
Seven Tradition of Communications
Seven Tradition of Communications Seven Tradition of Communications
Seven Tradition of Communications AdePutraTunggali
 
Hakikat manusia sebagai pelaku komunikasi
Hakikat manusia sebagai pelaku komunikasiHakikat manusia sebagai pelaku komunikasi
Hakikat manusia sebagai pelaku komunikasimawan fadlli
 
Manusia Makhluk Multidimensi
Manusia Makhluk MultidimensiManusia Makhluk Multidimensi
Manusia Makhluk MultidimensiAndrew Yapvito
 
Perspektif Psikologi Dalam Memahami Perkembangan
Perspektif Psikologi Dalam Memahami PerkembanganPerspektif Psikologi Dalam Memahami Perkembangan
Perspektif Psikologi Dalam Memahami PerkembanganFikri Rasyid
 
7 Tradisi Komunikasi
7 Tradisi Komunikasi7 Tradisi Komunikasi
7 Tradisi KomunikasiGadis Octory
 

What's hot (18)

Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
 
Kepribadian manusia
Kepribadian manusiaKepribadian manusia
Kepribadian manusia
 
Kepribadian2
Kepribadian2Kepribadian2
Kepribadian2
 
Pertemuan ke-10 Carl Gustav Jung
Pertemuan ke-10 Carl Gustav JungPertemuan ke-10 Carl Gustav Jung
Pertemuan ke-10 Carl Gustav Jung
 
Bab 3 Kepribadian
Bab 3 KepribadianBab 3 Kepribadian
Bab 3 Kepribadian
 
POSISI TEORI DALAM SPECTRUM INDIVIDUALISME VS STRUKTURALISMEPengantar ilmu so...
POSISI TEORI DALAM SPECTRUM INDIVIDUALISME VS STRUKTURALISMEPengantar ilmu so...POSISI TEORI DALAM SPECTRUM INDIVIDUALISME VS STRUKTURALISMEPengantar ilmu so...
POSISI TEORI DALAM SPECTRUM INDIVIDUALISME VS STRUKTURALISMEPengantar ilmu so...
 
Cross-Cultural Psychology - Research and Applications (personality)
Cross-Cultural Psychology - Research and Applications (personality) Cross-Cultural Psychology - Research and Applications (personality)
Cross-Cultural Psychology - Research and Applications (personality)
 
4. hakikat manusia
4. hakikat manusia4. hakikat manusia
4. hakikat manusia
 
Pertemuan ke-6 Ludwig Klages
Pertemuan ke-6 Ludwig KlagesPertemuan ke-6 Ludwig Klages
Pertemuan ke-6 Ludwig Klages
 
Kepribadian makhluk manusia
Kepribadian makhluk manusiaKepribadian makhluk manusia
Kepribadian makhluk manusia
 
Pendahuluan
PendahuluanPendahuluan
Pendahuluan
 
Seven Tradition of Communications
Seven Tradition of Communications Seven Tradition of Communications
Seven Tradition of Communications
 
Hakikat manusia sebagai pelaku komunikasi
Hakikat manusia sebagai pelaku komunikasiHakikat manusia sebagai pelaku komunikasi
Hakikat manusia sebagai pelaku komunikasi
 
Manusia Makhluk Multidimensi
Manusia Makhluk MultidimensiManusia Makhluk Multidimensi
Manusia Makhluk Multidimensi
 
Perspektif Psikologi Dalam Memahami Perkembangan
Perspektif Psikologi Dalam Memahami PerkembanganPerspektif Psikologi Dalam Memahami Perkembangan
Perspektif Psikologi Dalam Memahami Perkembangan
 
7 Tradisi Komunikasi
7 Tradisi Komunikasi7 Tradisi Komunikasi
7 Tradisi Komunikasi
 
Tradisi tradisi teori komunikasi
Tradisi tradisi teori komunikasiTradisi tradisi teori komunikasi
Tradisi tradisi teori komunikasi
 
Presentasi fil man
Presentasi fil manPresentasi fil man
Presentasi fil man
 

Similar to SOSIALISASI DAN KEPRIBADIAN

Makalah sosialisasi dan pembentukan kepribadian sma 1 raha
Makalah sosialisasi dan pembentukan kepribadian sma 1 rahaMakalah sosialisasi dan pembentukan kepribadian sma 1 raha
Makalah sosialisasi dan pembentukan kepribadian sma 1 rahaOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadianMakalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadianWarnet Raha
 
Makalah sosialisasi dan pembentukan kepribadian sma 1 raha
Makalah sosialisasi dan pembentukan kepribadian sma 1 rahaMakalah sosialisasi dan pembentukan kepribadian sma 1 raha
Makalah sosialisasi dan pembentukan kepribadian sma 1 rahaSeptian Muna Barakati
 
Makalah penghantar ilmu antropologi 2
Makalah penghantar ilmu antropologi 2Makalah penghantar ilmu antropologi 2
Makalah penghantar ilmu antropologi 2Reni Apriani
 
Paper dokmatika III
Paper dokmatika IIIPaper dokmatika III
Paper dokmatika IIIMelkiasAdu
 
Manusia dalam Pandangan Psikologi
Manusia dalam Pandangan PsikologiManusia dalam Pandangan Psikologi
Manusia dalam Pandangan PsikologiMelkiasAdu
 
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2Warnet Raha
 
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2Septian Muna Barakati
 
Antropologikepribadian 130921102627-phpapp02
Antropologikepribadian 130921102627-phpapp02Antropologikepribadian 130921102627-phpapp02
Antropologikepribadian 130921102627-phpapp02miftahul ulum
 
Psikologi kepribadia ne
Psikologi kepribadia nePsikologi kepribadia ne
Psikologi kepribadia neelmakrufi
 
Persepsi sosial
Persepsi sosialPersepsi sosial
Persepsi sosialtyaadhietz
 
Persepsi sosial
Persepsi sosial Persepsi sosial
Persepsi sosial tyaadhietz
 
Persepsi sosial
Persepsi sosialPersepsi sosial
Persepsi sosialtyaadhietz
 
Persepsi sosial
Persepsi sosialPersepsi sosial
Persepsi sosialmuji3228
 

Similar to SOSIALISASI DAN KEPRIBADIAN (20)

Makalah sosialisasi dan pembentukan kepribadian sma 1 raha
Makalah sosialisasi dan pembentukan kepribadian sma 1 rahaMakalah sosialisasi dan pembentukan kepribadian sma 1 raha
Makalah sosialisasi dan pembentukan kepribadian sma 1 raha
 
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadianMakalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian
 
Makalah sekolah
Makalah sekolahMakalah sekolah
Makalah sekolah
 
Makalah sosialisasi dan pembentukan kepribadian sma 1 raha
Makalah sosialisasi dan pembentukan kepribadian sma 1 rahaMakalah sosialisasi dan pembentukan kepribadian sma 1 raha
Makalah sosialisasi dan pembentukan kepribadian sma 1 raha
 
Makalah penghantar ilmu antropologi 2
Makalah penghantar ilmu antropologi 2Makalah penghantar ilmu antropologi 2
Makalah penghantar ilmu antropologi 2
 
Kepribadianmanusia 2017
Kepribadianmanusia 2017Kepribadianmanusia 2017
Kepribadianmanusia 2017
 
Paper dokmatika III
Paper dokmatika IIIPaper dokmatika III
Paper dokmatika III
 
Manusia dalam Pandangan Psikologi
Manusia dalam Pandangan PsikologiManusia dalam Pandangan Psikologi
Manusia dalam Pandangan Psikologi
 
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2
 
Tugas word
Tugas wordTugas word
Tugas word
 
Psikologi
PsikologiPsikologi
Psikologi
 
Psikologi
PsikologiPsikologi
Psikologi
 
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2
Makalah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan kepribadian 2
 
Antropologikepribadian 130921102627-phpapp02
Antropologikepribadian 130921102627-phpapp02Antropologikepribadian 130921102627-phpapp02
Antropologikepribadian 130921102627-phpapp02
 
Psikologi kepribadia ne
Psikologi kepribadia nePsikologi kepribadia ne
Psikologi kepribadia ne
 
Persepsi sosial
Persepsi sosialPersepsi sosial
Persepsi sosial
 
Persepsi sosial
Persepsi sosial Persepsi sosial
Persepsi sosial
 
Persepsi sosial
Persepsi sosialPersepsi sosial
Persepsi sosial
 
Persepsi sosial
Persepsi sosialPersepsi sosial
Persepsi sosial
 
Makalah pak fatah
Makalah pak fatahMakalah pak fatah
Makalah pak fatah
 

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Recently uploaded

AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 

SOSIALISASI DAN KEPRIBADIAN

  • 1. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena masih memberikan kita kesemaptan sehingga kita bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Kedua kalinya sholawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW. Karena telah membawa kita dari alam kebodohan kealam yang modern seperti saat ini. Dalam kesempatan pada saat ini kami akan membahas sedikit ulasan tentang “PENGARUH SOSIALISASI, NILAI BUDAYA TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN”. Dalam penyelesaian makalah ini kami sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu atas terselesaikannya makalah kami tersebut. Kedua kalinya kami sampaikan terimakasih kepada Guru karena telah membimbing dan memberi arahan kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak kesalah, baik yang di sengaja maupun yang tidak disengaja. Oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran sehingga memberikan pembangunan kepada kami pada saat pembuatan makalah berikutnya. Raha, Februari 2014 Penulis
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setaiap manusia di dunia ini pasti memerlukan orang lain, oleh karena itu terjadi sosialisasi antar sesama manusia tersebut, yang mana berfungsi sebagai sarana kedekatan antar sesamanya. Beberbicara masalah keperibadian, merupakan suatu cermin dan gambaran bagi setiap manusia. Jika keperibadiannya bagus, maka akan bagus pula tingkah laku yang dimiliki oleh orang tersebut. Begitu pula sebaliknya, jika keperibadian orang tesebut buruk maka otomatis akan di ikuti oleh perilakunya yang buruk tersebut. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang “Sosialisasi dan Pembentuk Keperibadian”. Kami harap makalah ini bisa memberikan pengetahuan dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah kami tersebut adalah sebagai berikut : 1. Apakah definisi keperibadian itu ? 2. Ada berapakah unsur-unsur keperibadian tersebut ? 3. Apa yang mencangkup tujuh macam golongan naluri ? 4. Bagaimana materi dari unsur-unsur keperibadian ? 5. Ada berapakah jenis-jenis sosialisasi ? 6. Berapakah tipe-tipe sosialisasi ? 7. Apa yang dimaksud dengan pola sosialisasi ? 8. Bagaimana proses sosialisasi berlangsung ? 9. Apa sajakah agen/media sosialisasi itu ? 10. Apakah pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan keperibadian ? C. Tujuan Penulisan untuk mengetahui pengaruh sosialisasi, nilai budaya terhadap pembentukan keperibadian
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. Defenisi Kepribadian Banyak para ahli yang memberikan perhatian dan mencurahkan penelitiannya untuk mendeskripsikan penelitiannya mengenai tentang pola tingkah laku yang nantinya merunut juga pada pola tingkah laku manusia sebagai bahan perbandingannya. Pola-pola tingkah laku bagi semua Homo Sapiens hampir tidak ada, bahkan bagi semua individu yang tergolong satu ras pun, tidak ada satu system pola tingkah laku yang seragam. Sebabnya tingkah laku Homo Sapiens tidak hanya ditentukan oleh system organic biologinya saja, melainkan juga akal dan pikirannya serta jiwanya, sehingga variasi pola tingkah laku Homo Sapiens sangat besar diversitasnya dan unik bagi setiap manusia. Dengan pola tingkah laku dalam arti yang sangat khusus yang ditentukan oleh nalurinya, dorongan-dorongan dan refleksnya. Jadi “Kepribadian” dalam konteks yang lebih mendalam adalah “susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seorang individu”. Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu. B. Unsur-unsur Kepribadian Ada beberapa unsur-unsur dari kepribadian. Diantaranya adalah sebagai berikut : v Pengetahuan Pengetahuan merupakan suatu unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa orang yang sadar. Dalam alam sekitar manusia terdapat berbagai hal yang diterimanya melalui panca inderanya yang masuk kedalam berbagi sel di bagian-bagian tertentu dari otaknya. Ddan didalam otak tersebutlah semuanya diproses menjadi susunan yang dipancarkan oleh individu kealam sekitar. Dan dalam Antropologi dikenal sebagai “persepsi” yaitu; “seluruh proses akal manusia yang sadar”. Ada kalanya suatu persepsi yang diproyeksikan kembali menjadi suatu penggambaran berfokus tentang lingkungan yang mengandung bagian-bagian. Penggambaran yang terfokus secara lebih intensif yang terjadi karena pemustan secara lebih intensif di dalam pandangan psikologi biasanya disebut dengan “Pengamatan”. Penggambaran tentang lingkungan dengan fokus pada bagian-bagian yang paling menarik perhatianya seringkali diolah oleh sutu proses dalam aklanya yang menghubungkannya dengan berbagai penggambaran lain yang sejenisnya yang sebelumnya pernah diterima dan diproyeksikan oleh akalnya, dan kemudian muncul kembali sebagai kenangan.
  • 4. Dan penggambaran yang baru dengan pengertian baru dalam istilah psikologi disebut “Apersepsi”. Penggabungan dan membandingkan-bandingkan bagian-bagian dari suatu penggambaran dengan bagian-bagian dari berbagai penggambaran lain yang sejenis secara konsisten berdasarkan asas-asas tertentu. Dengan proses kemampuan untuk membentuk suatu penggambaran baru yang abstrak, yang dalam kenyataanya tidak mirip dengan salah satu dari sekian macam bahan konkret dari penggambaran yang baru. Dengan demikian manusia dapat membuat suatu penggambaran tentang tempat-tempat tertentu di muka bumi, padahal ia belum pernah melihat atau mempersepsikan tempat-tempat tersebut. Penggambaran abstrak tadi dalam ilmu-ilmu sosial disebut dengan “Konsep”. Cara pengamatan yang menyebabkan bahwa penggambaran tentang lingkungan mungkin ada yang ditambah-tambah atau dibesar-besarkan, tetapi ada pula yang dikurangi atau diperkecil pada bagian-bagian tertentu. Dan ada pula yang digabung dengan penggambaran-pengambaran lain sehingga menjadi penggambaran yang baru sama sekali, yang sebenarnya tidak nyata. Dan penggambaran baru yang seringkali tidak realistic dalam Psikologi disebut dengan “Fantasi”. Seluruh penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep, dan fantasi merupakan unsur-unsur pengetahuan yang secara sadar dimiliki seorang Individu. v Perasaan Selain pengetahuan, alam kesadaran manusia juga mengandung berbagai macam perasaan. Sebaliknya, dapat juga digambarkan seorang individu yang melihat suatu hal yang buruk atau mendengar suara yang tidak menyenangkan. Persepsi-persepsi seperti itu dapat menimbulkan dalam kesadaranya perasaan negatif. “Perasaan”, disamping segala macam pengetahuan agaknya juga mengisi alam kesadaran manusia setiap saat dalam hidupnya. “Perasaan” adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengetahuannya dinilai sebagai keadan yang positif atau negative. v Dorongan Naluri Kesadaran manusia mengandung berbagi perasaan berbagi perasaan lain yang tidak ditimbulkan karena diperanguhi oleh pengeathuannya, tetapi karena memang sudah terkandung di dalam organismenya, khususnya dalam gennya, sebagai naluri. Dan kemauan yang sudah meruapakan naluri disebut “Dorongan”.
  • 5. C. Tujuh Macam Dorongan naluri Ada perbedaan paham mengenai jenis dan jumlah dorongan naluri yang terkandung dalam naluri manusia yaitu ; 1. Dorongan untuk mempertahankan hidup. Dorongan ini memang merupakan suatu kekutan biologis yang ada pada setiap makhluk di dunia untuk dapat bertahan hidup. 2. Dorongan seks. Dorongan ini telah banyak menarik perhatian para ahli antropolagi, dan mengenai hal ini telah dikembangkan berbagai teori. Dorongan biologis yang mendorong manusia untuk membentuk keturunan bagi kelanjutan keberadaanya di dunia ini muncul pada setiap individu yang normal yang tidak dipengaruhi oleh pengetahuan apapun. 3. Dorongan untuk berupaya mencari makan. Dorongan ini tidak perlu dipelajari, dan sejak baru dilahirkan pun manusia telah menampakannya dengan mencari puting susu ibunya atau botol susunya tanpa perlu dipelajari. 4. Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesame manusia, yang memang merupakan landasan biologi dari kehidupan masyarakat manusia sebagai kolektif. 5. Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya. Dorongan ini merupakan asal-mula dari adanya beragam kebudayaan manusia, yang menyebabkan bahwa manusia mengembangkan adat. Adat, sebaliknya, memaksa perbuatan yang seragam (conform) dengan manusia-manusia di sekelilingnya. 6. Dorongan untuk berbakti. Dorongan ini mungkin ada karena manusia adalah makhluk kolektif. Agar manusia dapat hidup secara bersama manusia lain diperlukan suatu landasan biologi untuk mengembangkan Altruisme, Simpati, Cinta, dan sebagainya. Dorongan itu kemudian lebih lanjut membentuk kekuatan-kekuatan yang oleh perasaanya dianggap berada di luar akalnya sehingga timbul religi. 7. Dorongan untuk keindahan. Dorongan ini seringkali saudah tampak dimiliki bayi, yang sudah mulai tertarik pada bentuk-bentuk, warna-warni, dan suara-suara, irama, dan gerak-gerak, dan merupakan dasar dari unsur kesenian. D. Materi Dari Unsur-unsur Kepribadian Dalam sebuah konsep kepribadian umum,makin dipertajam dengan terciptanya konsep basic personality structure, atau “kepribadian dasar”, yaitu semua semua unsur kepribadian yang dimiliki sebagian besar warga suatu masyarakat. Kepribadian dasar ada karena semua individu warga masyarakat mengalami pengaruh lingkungan kebudayaan yang sama selama pertumbuhan mereka. Metodologi untuk mengumpulkan data mengenai kepribadian bangsa dapat dilakukan dengan mengumpulkan sample dari warga masyarakat yang menjadi objek penelitian, yang kemudian diteliti kepribadiannya dengan tes Psikologi.
  • 6. Selain ciri watak umum, seorang Individu memilki ciri-ciri wataknya sendiri, sementara adaindividu-individu dalam sample yang tidak meliki unsur-unsur kepribadian umum. Pendekatan dalam penelitian kepribadian suatu kebudaya juga dilaksanakan dengan metode lain yang didasarkan pada ciri-ciri dan unsur watak seorang individu dewasa. Pembentukan watak dan jiwa individu banyak dipengaruhi oleh pengalamannya di masa kanak-kanak serta pola pengasuhan orang tua. Berdasarkan konsepsi Psikologi tersebut, para ahli Antropologi berpendirian bahwa dengan mempelajari adat-istiadat pengasuhan anak yang khas akan dapat mengetahui adanya berbagai unsur kepribadian pada sebagian besar warga yang merupakan akibat dari pengalaman-pengalaman mereka sejak masa kanak-kanak. Penelitian mengenai etos kebudayaan dan kepribadian bangsa yang pertama-tama dilakukan oleh tokoh Antroplogi R. Benedict, R. Linton, dan M. Mead. Sehingga menjadi bagian khusus dalam antropologi yang dinamakan personality and culture. E. Jenis sosialisasi Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, dan diatur secara formal. Keluarga sebagai perantara sosialisasi primer 1. Sosialisasi primer Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya. Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya. 2. Sosialisasi sekunder Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi
  • 7. suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama. F. Tipe sosialisasi Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda. contoh, standar 'apakah seseorang itu baik atau tidak' di sekolah dengan di kelompok sepermainan tentu berbeda. Di sekolah, misalnya, seseorang disebut baik apabila nilai ulangannya di atas tujuh atau tidak pernah terlambat masuk sekolah. Sementara di kelompok sepermainan, seseorang disebut baik apabila solider dengan teman atau saling membantu. Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi. Kedua tipe sosialisasi tersebut adalah sebagai berikut. 1. Formal Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer. 2. Informal Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat. Baik sosialisasi formal maupun sosialisasi informal tetap mengarah kepada pertumbuhan pribadi anak agar sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di lingkungannya. Dalam lingkungan formal seperti di sekolah, seorang siswa bergaul dengan teman sekolahnya dan berinteraksi dengan guru dan karyawan sekolahnya. Dalam interaksi tersebut, ia mengalami proses sosialisasi. dengan adanya proses soialisasi tersebut, siswa akan disadarkan tentang peranan apa yang harus ia lakukan. Siswa juga diharapkan mempunyai kesadaran dalam dirinya untuk menilai dirinya sendiri. Misalnya, apakah saya ini termasuk anak yang baik dan disukai teman atau tidak? Apakah perliaku saya sudah pantas atau tidak? Meskipun proses sosialisasi dipisahkan secara formal dan informal, namun hasilnya sangat suluit untuk dipisah-pisahkan karena individu biasanya mendapat sosialisasi formal dan informal sekaligus. G. Pola sosialisasi Sosiologi dapat dibagi menjadi dua pola: sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris. Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua. Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai significant other. Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan
  • 8. pola di mana anak diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Keluarga menjadi generalized other. H. Proses sosialisasi Macam – macam Proses Sosialisasi 1. Proses Sosialisasi yang Terjadi Tanpa Disengaja melalui Proses Interaksi Sosial Proses ini terjadi apabila individu yang disosialisasi maupun yang terisolasi menyaksikan kegiatan yang dilakukan dan diperbuat oleh orang – orang disekitarnya dalam berinteraksi. Misalnya sorang anak memperhatikan kegiatan yang dilakukan oleh orang tuanya kemudian ia meniru dan mencontohkan perbuatan tersebut dalam pergaulan sehari–hari. 2. Proses Sosialaisasi yang Terjadi secara Sengaja melalui Pendidikan dan Pengajaran. Proses ini terjadi apabila seorang individu mengikuti pengajaran dan pendidikan yang sengaja dilakukan oleh pendidik – pendidik yang mewakili masyarakat. Dalam pendidikan anak akan dikenalkan pada norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat. Menurut George Herbert Mead George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan menlalui tahap-tahap sebagai berikut. 1. Tahap persiapan (Preparatory Stage) Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna. Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan "mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya. 2. Tahap meniru (Play Stage) Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang anma diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other)
  • 9. 3. Tahap siap bertindak (Game Stage) Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya. 4. Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage) Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya-- secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya. Menurut Charles H. Cooley Cooley lebih menekankan peranan interaksi dalam teorinya. Menurut dia, Konsep Diri (self concept) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Sesuatu yang kemudian disebut looking-glass self terbentuk melalui tiga tahapan sebagai berikut. 1. Kita membayangkan bagaimana kita di mata orang lain. Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena sang anak memiliki prestasi di kelas dan selalu menang di berbagai lomba. 2. Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita. Dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang hebat, sang anak membayangkan pandangan orang lain terhadapnya. Ia merasa orang lain selalu memuji dia, selalu percaya pada tindakannya. Perasaan ini bisa muncul dari perlakuan orang terhadap dirinya. MIsalnya, gurunya selalu mengikutsertakan dirinya dalam berbagai lomba atau orang tuanya selalu memamerkannya kepada orang lain. Ingatlah bahwa pandangan ini belum tentu benar. Sang anak mungkin merasa dirinya hebat padahal bila dibandingkan dengan orang lain, ia tidak ada apa-apanya. Perasaan hebat ini bisa jadi menurun kalau sang anak memperoleh informasi dari orang lain bahwa ada anak yang lebih hebat dari dia. 3. Bagaimana perasaan kita sebagai akibat dari penilaian tersebut. Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak yang hebat, timbul perasaan bangga dan penuh percaya diri. Ketiga tahapan di atas berkaitan erat dengan teori labeling, dimana seseorang akan berusaha memainkan peran sosial sesuai dengan apa penilaian orang terhadapnya. Jika seorang anak
  • 10. dicap "nakal", maka ada kemungkinan ia akan memainkan peran sebagai "anak nakal" sesuai dengan penilaian orang terhadapnya, walaupun penilaian itu belum tentu kebenarannya. I. Agen/Media sosialisasi Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan lembaga pendidikan sekolah. Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain. Apa ayng diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain. MIsalnya, di sekolah anak-anak diajarkan untuk tidak merokok, meminum minman keras dan menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba), tetapi mereka dengan leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya atau media massa. Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain. Akan tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu dalam situasi konflik pribadi karena dikacaukan oleh agen sosialisasi yang berlainan. 1. Keluarga (kinship) Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orabng yang berada diluar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi (baby sitter). menurut Gertrudge Jaeger peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam ligkugan keluarganya terutama orang tuanya sendiri. 2. Teman pergaulan Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu. Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan
  • 11. dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai- nilai keadilan. 3. Lembaga pendidikan formal (sekolah) Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab. 4. Media massa Yang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan. Contoh : Penayangan acara SmackDown! di televisi diyakini telah menyebabkan penyimpangan perilaku anak-anak dalam beberapa kasus. Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya. Media massa merupakan salah satu agen sosialisasi yang paling berpengaruh 5. Agen-agen lain Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar. J. Hubungan Antara Sosialisasi Dengan Pembentukan Kepribadian Sosialisasi adalah sebuah proses mempelajari dan menghayati norma serta perilaku yang selaras dengan peran peran sosial yang berlaku dalam suatu masyarakat. Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan system kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi. Jadi, pada saat terjadi sosialisasi saat itu pula sejalan dengan proses pembentukan kepribadian. Sosialisasi adalah suatu proses sosial yang terjadi bila seseorang individu menghayati dan melaksanakan norma-norma kelompok tempat ia hidup sehingga akan merasa menjadi bagian dari kelompoknya tadi. Kepribadian adalah abstraksi dari pola perilaku manusia secara individual. Jadi, kepribadian merupakan ciri-ciri atau watak yang khas dari seorang individu sehingga memberikan identitas yang khas bagi individu yang bersangkutan. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa kepribadian merupakan abstraksi atau pengorganisasian dari sikap-sikap seorang individu untuk berprilaku dalam rangka berhubungan dengan orang lain (berinteraksi sosial) atau menanggapi suatu hal yang terjadi
  • 12. dalam lingkungan masyarakatnya. Dengan kata lain, pola prilaku yang merupakan perwujudan dari kepribadian seorang individu akan disesuaikan dengan sistem nilai dan norma yang berlaku dalam kehidupan sosial budaya masyarakatnya. Akan tetapi nilai dan norma dalam kehidupan masyarakat akan sulit terwujud jika tidak disosialisasikan kepada seluruh anggota masyarakat. Dibutuhkan proses belajar atau sosialisasi untuk mencapai kesesuaian antara kepribadian dan nilai atau norma tersebut. Dengan demikian, kepribadian dapat menjadi acuan (blue print) bermasyarakat yang disebut kebudayaan. Sebaliknya sifat kebudayaan yang dinamis akan memerlukan sosialisasi agar sesuai dengan kepribadian masyarakat saling keterkaitan antara kehidupan tersebut berlangsung terus dalam lingkaran kehidupan (life cycle). K. Pembentukan Kepribadian Sebagai Hasil Sosialisasi Setiap individu dalam masyarakat adalah pribadi yang unik, tetapi karena mereka memperoleh tipe-tipe sosialisasi yang sangat mirip, baik yang berasal dari rumah maupun sekolah, akan banyak ciri kepribadian yang hampir serupa. Seseorang akan mencari pola perilaku atau sikap dan nilai-nilai yang ditekankan oleh kebudayaannya sebagai hal yang penting untuk mencapai kebiasaan dan prestasi pribadi. Kepribadian merupakan gabungan utuh dari sikap, sifat, emosi, nilai yang memengaruhi seseorang agar berbuat sesuai dengan tata cara yang diharapkan. Kepribadian merupakan gabungan keseluruhan sifat-sifat yang tampak dan yang dapat dilihat seseorang. Dari pengertian tersebut terlihat bahwa kepribadian tidak hanya terlihat dari ciri-ciri fisik, seperti rambutnya keriting atau kulitnya yang hitam saja, tetapi juga ciri lainnya, seperti kebiasaan dan sikapnya. Kepribadian terbentuk, hidup, dan berubah sejalan dengan proses sosialisasi. L. Penerapan Pengetahuan Sosiologi di Masyarakat Sosiologi adalah suatu kajian tentang masyarakat dan hubungannya dengan lingkungan di mana masyarakat bertempat tinggal. Kajian tersebut memberikan pengetahuan bagi siapa saja yang mempelajari. Pengetahuan sosiologi memberikan manfaat dan dapat diaplikasikan (diterapkan) dalam kehidupan sehari-hari untuk menunjang keberhasilan seseorang dalam kehidupannya di masyarakat. Pengatahuan sosiologi dapat diterapkan dalam proses sosialisasi yang secara tidak langsung ikut berperan serta dalam pembentukan kepribadian seorang individu. Oleh karena itu, peranan pengetahuan sosiologi dalam proses sosialisasi yang secara tidak langsung ikut membentuk kepribadian seorang individu mempunyai hubungan yang sangat erat, karena ilmu pengetahuan sosiologilah seorang individu dapat dibentuk kepribadiannya sedemikian rupa hingga menjadi seorang individu yang berprilaku sebagaimana di kalangan masyarakat tempat tinggalnya.
  • 13. M. Penerapan Pengetahuan Sosiologi Tentang Proses Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian Pengetahuan sosiologi tentang proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian membantu seseorang untuk memahami bagaimana ia harus bersosialisasi dalam masyarakat agar mempunyai kepribadian yang baik. = contoh : seorang ibu akan mendidik anaknya dengan sebaik-baiknya, tidak melakukan kekerasan fisik atau emosional memberikan teladan yang baik, menumbuhkan sikap tolong-menolong, dan sikap saling menghargai sesama manusia. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang meberikan pemecahan atas berbagai masalah dengan pendekatan kemasyarakatan. Sosiologi sangat berkaitan erat dalam pembentukan kepribadian seseorang. Pengetahuan sosiologi dapat diterapkan di dalam masyarakat untuk membantu dalam pembentukan kepribadian seseorang agar perilakunya sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat setempat. Pengetahuan sosiologi dapat membantu dalam proses sosialisasi, maksudnya adalah apabila pengetahuan sosiologi yang dianut oleh suatu masyarakat itu salah, maka akan menyebabkan proses sosialisasi itu akan membentuk kepribadian seseorang pun mengikuti masyarakat sekitarnya yang memang sudah menganut suatu pengetahuan sosiologi yang salah.
  • 14. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari penjabaran para ahli bisa diambil kesimpulan bahwa, kepribadian manusia itu terbentuk dari proses pembelajaran ataupun yang memang ada sejak lahir atau berupa naluri dan dorongan yang bersifat alami. Dan kadang-kadang pembentukan pribadi seseorang ada juga yang berdasarkan pengalaman dimasa kanak-kanak, yang mana adanya pola pengasuhan oleh orang tua serta naluri alami yang memang memberikan respon ketika mengalami dan mempelajari sesuatu. Sebagaimana unsur-unsur pengetahuan yang terdapat dalam pembentukan kepribadian manusia, yang dihimpun menjadi satu, juag tidak berasal dari naluri saja, tetapi juga pembelajaran. Karena dalam alam bawah sadar manusia berbagai pengetahuan larut dan terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang seringkali tercampur aduk tidak teratur. Penerapan pengetahuan sosiologi berkaitan erat dengan proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian seorang individu. Dengan penerapan pengetahuan sosiologi yang baik dalam kehidupan di masyarakat otomatis akan membentuk proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian yang baik pula. B. Saran Dalam pembentukan kepribadian pasti membutuhkan hasil sosialisasi. Oleh karena itu marilah kita sama-sama melakukan sosialisasi yang baik antar sesama manusia sehingga kepribadian yang kita miliki akan baik pula. Sehinnga kita menjadi insane yang berguna bagi diri kita sendiri, begitu pula dengan orang lain.
  • 15. DAFTAR PUSTAKA http://www.psychologymania.com/2011/09/pengaruh-Sosialisasi-terhadap-kepribadian.html http://id.wikipedia.org/wiki/kepribadian#Pengaruh_sosialisasi http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi http://www.psychologymania.co.cc/2010/05/pengaruh-sosialisasi-terhadap-kepribadian.html Buku-panduan_Sosiologi Lks. Sosiologi.