Teks tersebut membahas tentang kompetensi dan etika seorang pendidik. Secara garis besar, teks tersebut menjelaskan empat kompetensi utama seorang pendidik yaitu kompetensi kepribadian, sosial, pedagogik dan profesional serta etika-etika yang harus dimiliki seorang pendidik dalam melaksanakan tugasnya.
1. KOMPETENSI DAN ETIKA SEORANG PENDIDIK
Disusun Guna Memenuhi Tugas:
Mata Kuliah : Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampu : Moh. Muslih, Drs. M.Pd, Ph.D
Disusun oleh :
Kelompok 1 PGMI F
1. Kurniawan Ramadhan 2023113040
2. Rizqi Fakhuziah 2023114002
3. Jauzaul Muniroh 2023114005
4. Na’imah 2023114014
PRODI PGMI JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2015
2. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru adalah pekerja professional yang secara khusus disiapkan untuk
mendidik anak-anak yang telah diamanatkan orang tua untuk dapat mendidik
anaknya disekolah. Guru atau pendidik adalah sebagai orang tua kedua dan
sekaligus penanggung jawab pendidikan anak didiknya setelah kedua orang
tua didalam keluarganya memiliki tanggung jawab pendidikan yang baik
kepada peserta didiknya.
Sebagai penanggung amanat, guru bertanggung jawab untuk mendidik
peserta didiknya secara adil dan tuntas dan mendidik dengan sebaik-baiknya
dengan memerhatikan nilai-nilai humanisme karena pada saatnya nanti akan
diminta pertanggung jawaban atas pekerjaannya tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar kompetensi seorang pendidik?
2. Apa saja kompetensi seorang pendidik?
3. Bagaimana etika seorang pendidik?
C. Tujuan
1. Menjelaskan konsep dasar kompetensi seorang pendidik.
2. Menjelaskan dan mendeskripsikan etika seorang pendidik.
3. Menjelaskan etika seorang pendidik.
3. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Kompetensi Seorang Pendidik
Menurut PP No 74 Tahun 2008 pasal 2, seorang pendidik (guru) adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Sedangkan pada pasal 3 dituliskan bahwa:
1. Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 merupakan seperangkat
pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati,
dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.
2. Kompetensi Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
3. Kompetensi Guru sebagaimana diamaksud pada ayat (2) bersifat holistik.1
Standarisasi kompetensi guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan bagi
seorang guru dalam menguasai seperangkat kemampuan agar berkelayakan
menduduki salah satu jabatan fungsional guru, sesuai bidang tugas dan jenjang
pendidikan tertentu. Persyaratan yang dimaksud adalah penguasaan proses
belajar-mengajar dan penguasaan pengetahuan, yaitu:
a) Kompetensi proses belajar mengajar
Yaitu penguasaan terhadap kemampuan yang berkaitan dengan proses
pembelajaran. Kompetensi ini meliputi kemampuan dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pmbelajaran, kemampuan dalam menganalisis,
menyusun program perbaikan dan pengayaan, serta menyusun program
bbimbingan dan konseling.
b) Kompetensi Penguasaan pengetahuan
1 PP No 74 Tahun 2008.
4. 3
Yaitu kemampuan yang berkaitan dengan keluasan dan kedalaman
pengetahuan. Kompetensi ini mencakup pemahaman terhadap wawasan
pendidikan, pengembangan diri dan profesi, pengembangan potensi
peserta didik, dan penguasaan akademik.
Standarisasi guru bertujuan untuk:
a. Memformulasikan peta kemampuan guru secara nasional yang
diperuntukkan bagi perumusan kebijakan program pengembangan dan
peningkatan tenaga kependidikan, khususnya guru.
b. Memformulasikan peta kebutuhan supervisi dan peningkatan mutu
guru sebagai dasr bagi pelaksanaan peningkatan kompetensi,
peningkatan kualifikasi, dan diklat-diklat tenaga kependidikan yang
sesuai dengan kebutuhan.
c. Menumbuhkan kreatifitas guru yang bermutu, inovatif, terampil,
mandiri dan bertanggung jawab, yang dijadikan dasar peningkatan dan
pengembangan karier tenaga kependidikan yang profesional.2
B. Kompetensi Seorang Pendidik
Kompetensi merupakan seperangkat kemampuan yang harus dimiliki guru
searah dengan kebutuhan pendidikan di sekolah (kurikulum), tuntutan
masyarkat, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru
membawa amanah Ilahiyah untuk mencerdaskan kehidupan manusia dan
mengarahkanya untuk senantiasa taat beribadah kepada Allah dan berakhlak
mulia. Oleh karena tanggung jawabnya, guru dituntut untuk memiliki
kompetensi personal/ kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi pedagogik,
Maupun kompetensi profesional.
1. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, dan berakhlak mulia serta
menjadi teladan bagi peserta didik. Menurut Zakiyah Daradjat,
2 Pupuh Fathurrahman,Aa suryana. Supervisi Pendidikan dalam Pengembangan Proses
Pengajaran. (Bandung: Refika Aditama, 2011).Hlm. 53-54
5. 4
kompetensi kepribadian dan sosial merupakan kompetensi yang
terpenting. Dalam hal ini, ada kolerasi yang erat antara kompetensi sosial
dan kompetensi kepribadian. Dari kompetensi kepribadian, guru dapat
dievaluasi apakah ia seorang guru yang baik atau tidak. Kepribadian yang
utuh meliputi tingkah laku taupun tata bahasanya. Sebab, kepribadian
guru akan mudah diperhatikan dan ditiru oleh peserta didiknya, termasuk
budi bahasanya. Oleh karena itu menurut Imam Zarnuji, guru seharusnya
adalah seorang yang alim, wara’, dan lebih tua (dewasa). Persyaratan ini
penting dipenuhi oleh guru sebab guru menjadi simbol personifikasi bagi
subjek didiknya.
Lebih lanjut Athiya al-Abrasyi memberikan syarat kepribadian
seorang pendidik sebagai berikut:
a. Zuhud dan ikhlas
b. Bersih lahir dan batin
c. Pemaaf, sabar, dan mampu mengendalikan diri
d. Bersifat kebapakan atau keibuan (dewasa)3
Kompetensi kepribadian sebagaimana dimaksud pada PP No 74 Tahun
2008 ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang:
1) Beriman dan bertaqwa;
1) Berakhlak mulia;
2) Arif dan bijaksana;
3) Demokratis;
4) Mantap;
5) Berwibawa;
6) Stabil;
7) Dewasa;
8) Jujur;
9) Sportif;
10) Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat;
3 Novan Ardy Wiyani dan Barnawi. Ilmu Pendidikan Islam. (Jogjakarta:Ar-Ruz Media,2012).
Hlm.104
6. 5
11) Secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan
12) Mengebangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
2. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial ialah kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dan efisien
dengan peserta didik, tenaga kependidikan, wali peserta didik, sesama
pendidik, dan masyarakat. 4
Kompetensi sosial sebagaimana dimaksud pada PP No 74 Tahun
2008 ayat (2) merupakan kemampuan Guru sebagai bagian dari
Masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:
1) Berkomunikasi lisan, tulis, dan/ atau isyarat secara santun;
2) Menggunakan tekhnologi komunikasi dan informasi secara fungsional;
3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta
didik;
4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan
mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku; dan
5) Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.
3. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi:
1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;
2) Pemahaman terhadap peserta didik;
3) Pengembangan kurikulum atau silabus;
4) Perancangan pembelajaran;
5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran;
7) Evaluasi belajar; dan
4 Ibid. 103
7. 6
8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.5
4. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan
dalam standar nasional pendidikan.
Di dalam Islam seorang pendidik dituntut agar bersifat profesional
sebab jika guru tersebut tidak profesional tujuan pendidikan tidak dapat
tercapai.
َع اْوُلَمْاع ِمْوَق اَي ْقلُحِلْفُي َال ُهَّنِإِراَّالد ُهِاقَع ُهَل ُنْوُكَت ْنَم َنْوُمَلْعَت َفْكوَسَف ٌلِامَع ِِّنِإ ْمُكِتَن اَكَم ىَل
َنْوُمِالَّظال(531)
Katakanlah “Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu,
sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui,
siapakah (di antara kalian)yang akan mempaeroleh hasil yang baik di
dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan
mendapatkan keberuntungan” (QS Al-An’am [6]:(135).6
Kompetensi profesional sebagaimana dimaksud pada PP No.74
tahun 2008 ayat (2) merupakan kemampuan Guru dalam menguasai
pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, tekhnologi, dan/ atau seni dan
budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan:
1) Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi
program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/ atau kelompok mata
pelajaran yang akan diampu; dan
2) Konsep dan metode disiplin keilmuan, tekhnologi, atau seni yang
relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheran dengan
program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata
pelajaran yang akan diampu.
5 Ibid.
8. 7
C. Etika Seorang Pendidik
Berkaitan dengan hubungan guru dengan peserta didik, orangtua/wali
siswa, masyarakat, sekolah, profesi, organisasi profesi, dan pemerintah maka
dibuatlah niali-nilai operasional yang harus dijalankan guru sebagai berikut:
1. Etika Seorang Pendidik Terhadap Diri Sendiri:
a) Guru berbakti membimbing siswa untuk membentuk manusia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
b) Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
c) Guru berusaha memperoleh informasi tentang siswa sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan.
d) Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar mengajar.
e) Guru memelihara hubungan baik dengan orangtua murid dan
masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung
jawab bersama terhadap pendidikan.
f) Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
g) Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
h) Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
i) Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan.
2. Etika Seorang Guru dengan Pemimpin
a) Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan program
pembangunan bidang pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam UUD
1945, UU tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang tentang
Guru dan Dosen, dan ketentuan perundang-undangan lainnya.
b) Guru membantu program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan
berbudaya.
9. 8
c) Guru berusaha menciptakan, memelihara, dan meningkatkan rasa
persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
d) Guru tidak boleh menghindari kewajiban yang dibebankan oleh
pemerintah atau satuan pendidikan untuk kemajuan pedidikan dan
pembelajaran.
e) Guru tidak boleh melakukan tindakan pribadi atau kedinasan yang
berakibat pada kerugian negara.
3. Etika seorang pendidik dengan teman sejawat
a) Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi.
b) Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu
pendidikan dan bidang studi yang diajarkan.
c) Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya.
d) Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan tugas-tugas profesionalnya dan bertanggung jawab atas
konsekuensinya.
e) Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggung jawab,
inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional
lainnya.
f) Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang
akan merendahkan martabat proesionalnya.
g) Guru tidak boleh menerima janji, pemberian, dan pujian yang dapat
memengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan profesionalnya.
h) Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dengan maksud menghindari
tugas-tugas dan tanggung jawab yang muncul akibat kebijakan baru di
bidang pendidikan dan pembelajaran.
4. Etika Seorang Pendidik Terhadap Peserta Didik
a) Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.
10. 9
b) Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati dan
mengamalkan hak-hak dan kewajiban sebagai individu, warga sekolah,
dan anggota masyarakat.
c) Guru mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik
secara individual dan masing-masingnya berhak atas layanan
pembelajaran.
d) Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunkannya
untuk kepentingan proses kependidikan.
e) Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus menerus
berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana
sekolah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif
dan efisien bagipeserta didik.
f) Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih
sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang diluar
batas kaidah pendidikan.
g) Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan
yang dapat memengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.
h) Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk
membantu peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan
kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya.
i) Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali
merendahkan martabat peserta didiknya.
j) Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya
secara adil.
k) Guru berperilaku taat atas kepada hukum dan menjunjung tinggi
kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya.
l) Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh
perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.
m) Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta
didiknya dari kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar,
menimbulkan gangguan kesehatan, dan kemanusiaan.
11. 10
n) Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk
alasan-alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan,
hukum, kesehatan, dan kemanusiaan.
o) Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya
kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial,
kebudayaan, moral, dan agama.
p) Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional
dengan peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan
pribadi.
5. Etika Seorang Pendidik Terhadap Wali Murid
a) Guru berusaha membina hubungan kerja sama yang efektif dan efisien
dengan orang tua/ wali murid dalam melaksanakan proses pendidikan.
b) Guru memberikan informasi kepda orang tua/ wali murid secara jujur
dan objektif mengenai perkembangan peserta didik.
c) Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain
yang bukan orang tua/ walinya.
d) Guru memotivasi orang tua/ wali murid untuk beradaptasi dan
berpatisipasi dalam memajukan dan meningkatka kualitas pendidikan.
e) Guru berkomunikasi secara baik dengan orang tua/ wali murid
mengenai kondisi dan kemajuan peserta didik dalam proses
kependidikan pada umumnya.
f) Guru menjunjung tinggi hak orang tua/ wali murid untuk berkonsultasi
dengannya berkaitan dengan kesejahteraan, kemajuan, dan cita-cita
anak.
g) Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan
orang tua/ wali murid untuk memperoleh keuntungan-keuntungan
pribadi.
6. Etika Seorang Pendidik dengan Masyarakat
a) Guru menjalin komunikasi dan kerja sama yang harmonis, efektif, dan
efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan
pendidikan.
12. 11
b) Guru mengakomodasi aspirasi masyarakat dalam mengembangkan dan
meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
c) Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam
masyarakat.
d) Guru bekerja sama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan
prestise dan martabat profesinya.
e) Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan
masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan
kesejahteraan peserta didiknya.
f) Guru memberikan pandangan prefesional, menjunjung tinggi nilai-nilai
agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan
masyarakat.
g) Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan rahasia peserta
didiknya kepada masyarakat.
h) Guru tidak boleh menampilkan diri secara eksklusif dalam kehidupan
masyarakat.7
7 Barnawi dan Mohammad Arifin. Etika dan Profesi Kependidikan. (Jogjakarta: AR-RUZZ
MEDIA, 2012). Hlm. 58-65