SlideShare a Scribd company logo
1 of 45
Download to read offline
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 35/PERMEN-KP/2015
TENTANG
SISTEM DAN SERTIFIKASI HAK ASASI MANUSIA
PADA USAHA PERIKANAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan pengelolaan perikanan
yang berkeadilan, memberikan kepastian hukum,
memberikan manfaat, dan sesuai dengan asas
pembangunan berkelanjutan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 45 Tahun 2009, perlu adanya sistem dan
sertifikasi hak asasi manusia pada usaha perikanan;
b. bahwa pada kegiatan usaha perikanan masih ditemukan
pelanggaran hak asasi manusia, antara lain perdagangan
orang, kerja paksa, pekerja anak, dan standar kondisi
kelayakan kerja yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan terkait hak asasi manusia dan
ketenagakerjaan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang
Sistem dan Sertifikasi Hak Asasi Manusia Pada Usaha
Perikanan;
- 3 -
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3886);
2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5073);
3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
4. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111);
5. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
23/PERMEN-KP/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1227);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
TENTANG SISTEM DAN SERTIFIKASI HAK ASASI MANUSIA
PADA USAHA PERIKANAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan
dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan
dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi,
- 4 -
pengolahan sampai dengan pemasaran, yang
dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.
2. Hak Asasi Manusia yang selanjutnya disingkat HAM
adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
3. Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang
atau kelompok orang termasuk aparat negara baik
disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang
secara melawan hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi, dan/atau mencabut hak asasi manusia
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh
undang-undang mengenai HAM, dan tidak mendapatkan,
atau dikhawatirkan tidak memperoleh penyelesaian
hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme
hukum yang berlaku
4. Usaha Perikanan adalah kegiatan yang dilaksanakan
dengan sistem bisnis perikanan yang meliputi
praproduksi, produksi, pengolahan, dan pemasaran.
5. Kapal Perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung
lain yang digunakan untuk melakukan penangkapan
ikan, mendukung operasi penangkapan ikan,
pengangkutan ikan, dan pengolahan ikan.
6. Pengusaha Perikanan adalah orang yang melakukan
usaha di bidang perikanan.
7. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain dari
Pengusaha Perikanan.
8. Awak Kapal Perikanan adalah setiap orang yang bekerja
di atas Kapal Perikanan dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain.
9. Nakhoda adalah pemimpin tertinggi di kapal dan
mempunyai wewenang dan tanggung jawab tertentu
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
- 5 -
undangan.
10. Ahli Penangkapan Ikan (fishing master) adalah Awak
Kapal Perikanan yang memiliki kompetensi dalam
mengenali wilayah penangkapan ikan, perencanaan
operasi penangkapan ikan yang bertanggung jawab serta
melaporkan kegiatan penangkapan ikan.
11. Masyarakat Sekitar adalah masyarakat yang tinggal di
sekitar lingkungan kegiatan dan operasi Pengusaha
Perikanan yang berpotensi terkena dampak pelanggaran
HAM dari kegiatan dan operasi Pengusaha Perikanan.
12. Sistem Penghormatan HAM pada Usaha Perikanan yang
selanjutnya disingkat Sistem HAM Perikanan adalah
sistem manajamen perusahaan untuk memastikan
penghormatan HAM oleh Pengusaha Perikanan.
13. Kebijakan HAM adalah pernyataan yang berisi komitmen
Pengusaha Perikanan untuk menghormati HAM para
pihak yang terkait dengan kegiatan usaha perikanan,
termasuk pekerja laut dan masyarakat sekitar.
14. Uji Tuntas HAM adalah suatu proses yang dilakukan oleh
Pengusaha Perikanan untuk mengidentifikasi, menilai,
mencegah, melakukan mitigasi, dan mengatasi dampak
pelanggaran HAM yang ditimbulkan dari kegiatan,
operasi dan hubungan bisnis Pengusaha Perikanan.
15. Pemulihan HAM adalah proses yang bertujuan untuk
menyelesaikan dampak pelanggaran HAM yang
disebabkan atau turut serta disebabkan oleh Pengusaha
Perikanan melalui mekanisme keluhan yang efektif
secara yudisial dan non-yudisial.
16. Sertifikasi HAM pada Usaha Perikanan yang selanjutnya
disebut Sertifikasi HAM Perikanan adalah suatu proses
untuk menilai dan memastikan ketaatan Pengusaha
Perikanan dalam melaksanakan Sistem HAM Perikanan.
17. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan.
Pasal 2
(1) Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:
a. sistem HAM perikanan; dan
- 6 -
b. Sertifikasi HAM Perikanan.
(2) Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memastikan
Pengusaha Perikanan menghormati HAM para pihak yang
terkait dengan kegiatan Usaha Perikanan, termasuk
Awak Kapal Perikanan dan Masyarakat Sekitar dengan
mencegah terjadinya pelanggaran HAM dan/atau
mengatasi dampak pelanggaran HAM yang telah terjadi.
Pasal 3
(1) Peraturan Menteri ini berlaku untuk:
a. setiap orang, baik warga negara Indonesia maupun
warga negara asing, termasuk Pengusaha Perikanan
yang melakukan kegiatan usaha perikanan di
wilayah pengelolaan Negara Republik Indonesia; dan
b. setiap Kapal Perikanan berbendera Indonesia yang
melakukan kegiatan perikanan di wilayah
pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia
maupun di luar wilayah pengelolaan perikanan
Negara Republik Indonesia, serta kapal pengangkut
ikan berbendera asing, yang melakukan kegiatan
perikanan di wilayah pengelolaan perikanan Negara
Republik Indonesia.
(2) Pengusaha Perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan
hukum yang berdasarkan grosse akta memiliki
Kapal Perikanan yang izinnya diterbitkan oleh
Kementerian Kelautan dan Perikanan;
b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan
hukum yang menyewa dan/atau mengelola Kapal
Perikanan yang izinnya diterbitkan oleh Kementerian
Kelautan dan Perikanan;
c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan
hukum yang memiliki Unit Pengolahan Ikan;
d. orang perseorangan, persekutuan, atau badan
hukum yang melakukan kegiatan usaha
mengeluarkan barang berupa produk perikanan dari
- 7 -
daerah pabean (wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan,
ruang udara di atasnya, serta tempat tertentu di
Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang
di dalamnya berlaku Undang-Undang Kepabeanan);
dan
e. setiap orang yang bertanggung jawab kepada
dan/atau mewakili pihak sebagaimana dimaksud
pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d.
BAB II
SISTEM HAM PERIKANAN
Pasal 4
(1) Setiap Pengusaha Perikanan wajib melaksanakan sistem
HAM Perikanan.
(2) Sistem HAM Perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. Kebijakan HAM;
b. Uji Tuntas HAM; dan
c. Pemulihan HAM.
(3) Dalam melaksanakan sistem HAM Perikanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pengusaha
Perikanan menunjuk koordinator pelaksana sistem HAM
perikanan.
Pasal 5
(1) Kebijakan HAM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (2) huruf a dibuat dalam bentuk pernyataan
komitmen untuk mematuhi semua peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(2) Pernyataan komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling sedikit berisi komitmen Pengusaha Perikanan
untuk:
a. menghormati HAM para pihak yang terkena dampak
pelanggaran HAM terkait kegiatan usaha perikanan;
- 8 -
b. menghormati hak untuk kondisi kerja yang adil dan
layak, antara lain hak untuk:
1. remunerasi dan waktu istirahat yang cukup
dan layak;
2. standar hidup layak, termasuk akomodasi,
makan dan minum;
3. mendapatkan pengobatan;
4. mendapatkan asuransi jaminan sosial;
5. mendapatkan perlindungan dari risiko kerja;
dan
6. hak khusus wanita, anak, dan penyandang
disabilitas.
c. menerapkan perjanjian kerja laut bagi Pekerja dan
perjanjian kerja laut bagi Awak Kapal Perikanan
dengan standar pengupahan yang layak;
d. menghindari terjadinya kerja paksa, antara lain
dalam bentuk:
1. penyalahgunaan kerentanan;
2. penipuan;
3. pembatasan ruang gerak;
4. pengasingan;
5. kekerasan fisik dan seksual;
6. intimidasi dan ancaman;
7. penahanan dokumen identitas;
8. penahanan upah;
9. jeratan hutang;
10. kondisi kerja dan kehidupan yang menyiksa;
dan
11. kerja lembur yang berlebihan.
e. melaksanakan Uji Tuntas HAM;
f. melakukan Pemulihan HAM; dan
g. memberikan pelatihan tentang Sistem HAM
Perikanan kepada Pekerja dan Awak Kapal
Perikanan secara berkelanjutan.
(3) Pernyataan komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) wajib:
- 9 -
a. ditandatangani oleh Pengusaha Perikanan atau
perwakilannya yang mempunyai wewenang;
b. disosialisasikan kepada dan tersedia bagi publik;
dan
c. dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan
kebijakan maupun prosedur operasional
perusahaan.
Pasal 6
(1) Uji Tuntas HAM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (2) huruf b, wajib dilakukan oleh Pengusaha
Perikanan dengan:
a. mengidentifikasi dan menilai setiap dampak
Pelanggaran HAM yang terjadi dan mungkin akan
terjadi yang dapat disebabkan atau turut serta
disebabkan oleh Pengusaha Perikanan terkait
kegiatan usaha perikanan;
b. mengambil tindakan penanganan yang efektif atas
hasil identifikasi dan penilaian dampak pelanggaran
HAM sebagaimana dimaksud pada huruf a, kepada
fungsi dan proses internal yang relevan, termasuk
melalui penugasan internal dalam mengatasi
dampak Pelanggaran HAM tersebut;
c. mengukur efektivitas penanganan dampak
Pelanggaran HAM; dan
d. mengkomunikasikan hasil penanganan dampak
Pelanggaran HAM tersebut kepada para pemangku
kepentingan.
(2) Dalam melaksanakan Uji Tuntas HAM sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Pengusaha Perikanan wajib
memenuhi kriteria kepatuhan HAM perikanan.
(3) Kriteria kepatuhan HAM perikanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. keselamatan dan kesehatan kerja Usaha Perikanan,
paling sedikit berupa:
1. ketersediaan prosedur untuk memastikan
keselamatan dan kesehatan kerja;
- 10 -
2. ketersediaan ahli keselamatan dan kesehatan
kerja;
3. ketersediaan akomodasi yang memadai dan
kecukupan gizi pekerja dan Awak Kapal
Perikanan;
4. pemenuhan persyaratan peralatan dan
perlengkapan kerja pada Pengusaha Perikanan
untuk memastikan keselamatan dan kesehatan
kerja; dan
5. pelaksanaan pelatihan keselamatan dan
kesehatan bagi pekerja dan Awak Kapal
Perikanan;
b. sistem perekrutan Pekerja dan Awak Kapal
Perikanan, paling sedikit berupa:
1. prosedur yang memastikan perekrutan Pekerja
dan Awak Kapal Perikanan;
2. pemenuhan persyaratan kompetensi dan usia
minimal bagi Pekerja dan Awak Kapal
Perikanan; dan
3. penerapan perjanjian kerja dan perjanjian kerja
laut.
c. sistem ketenagakerjaan, paling sedikit berupa:
1. pemenuhan persyaratan perjanjian kerja
bersama atau peraturan perusahaan;
2. pemenuhan asuransi kesehatan dan kecelakaan
kerja bagi pekerja; dan
3. pemenuhan persyaratan jaminan sosial.
d. tanggung jawab pengembangan masyarakat yang
berkelanjutan, paling sedikit berupa:
1. penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat
sekitar; dan
2. peningkatan taraf hidup masyarakat sekitar.
e. sistem keamanan, paling sedikit berupa:
1. pelaksanaan pelatihan HAM bagi personil
keamanan; dan
2. integrasi unsur HAM dalam prosedur kerja
keamanan.
- 11 -
f. sistem pengelolaan lingkungan, paling sedikit
berupa:
1. pencegahan terhadap pencemaran lingkungan;
dan
2. pemeliharaan keanekaragaman hayati.
g. sistem pengambilalihan lahan, paling sedikit berupa:
1. pemenuhan persyaratan untuk menghindari
pengambilalihan lahan secara paksa; dan
2. pemenuhan persyaratan atas penggantian yang
wajar.
(4) Kriteria kepatuhan HAM perikanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Pasal 7
Dalam proses Pemulihan HAM sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) huruf c, Pengusaha Perikanan wajib
melakukan suatu mekanisme yang efektif dan bekerjasama
dalam proses lainnya yang sah untuk menjamin penyelesaian
dampak pelanggaran HAM dari kegiatan operasi dan
hubungan bisnis Pengusaha Perikanan.
BAB III
SERTIFIKASI HAM PERIKANAN
Pasal 8
(1) Setiap Pengusaha Perikanan wajib memiliki Sertifikat
HAM Perikanan.
(2) Sertifikat HAM perikanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan oleh Menteri kepada Pengusaha
Perikanan yang telah melaksanakan Sistem HAM
Perikanan dan dinyatakan lulus Sertifikasi HAM
Perikanan.
(3) Sertifikat HAM Perikanan sebagaimana dimksud pada
ayat (2) berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun.
- 12 -
Pasal 9
(1) Dalam rangka perlindungan dan penghormatan HAM
pada usaha perikanan termasuk pelaksanaan sistem dan
sertifikasi HAM perikanan, Menteri membentuk Tim HAM
Perikanan.
(2) Tim HAM Perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertanggung jawab kepada Menteri.
(3) Tim HAM Perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) terdiri dari unsur kementerian, lembaga
pemerintah nonkementerian, dan lembaga
nonpemerintahan terkait yang dibentuk transparan,
partisipatif, dan akuntabel.
(4) Tim HAM Perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai tugas, tanggung jawab, dan wewenang:
a. menentukan persyaratan dan kriteria pelaksanaan
dan pengawasan sertifikasi HAM perikanan;
b. mengakreditasi lembaga penilai untuk melakukan
tugas penilaian dalam sertifikasi HAM perikanan,
lembaga pelatihan HAM untuk melakukan pelatihan
sertifikasi HAM perikanan terhadap lembaga penilai,
dan lembaga pendukung lainnya;
c. memberikan, menolak, menangguhkan dan
mencabut sertifikat HAM perikanan kepada
Pengusaha Perikanan; dan
d. melaksanakan tugas dan fungsi lain yang
ditugaskan oleh Menteri dalam rangka perlindungan
dan penghormatan HAM perikanan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan
mekanisme Sertifikasi HAM Perikanan serta susunan
organisasi Tim HAM Perikanan ditetapkan oleh Menteri.
BAB IV
PELATIHAN
Pasal 10
- 13 -
(1) Dalam rangka pelaksanaan sistem HAM Perikanan dan
Sertifikasi HAM Perikanan, Kementerian Kelautan dan
Perikanan melakukan pelatihan pelaksanaan sistem
HAM Perikanan dan Sertifikasi HAM Perikanan.
(2) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
kepada:
a. Pengusaha Perikanan, termasuk koordinator
pelaksana;
b. lembaga penilai;
c. pengawas perikanan;
d. syahbandar di pelabuhan perikanan; dan
e. orang perseorangan serta lembaga terkait lainnya.
(3) Koordinator pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a wajib mengikuti pelatihan dan mendapat
sertifikat kompetensi Sistem HAM Perikanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Dalam memberikan pelatihan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2), Kementerian Kelautan dan
Perikanan dapat menunjuk lembaga pelatihan yang telah
diakreditasi oleh Tim HAM Perikanan.
BAB V
PENGAWASAN
Pasal 11
(1) Pengawasan terhadap perlindungan dan penghormatan
HAM pada usaha perikanan dilakukan oleh pengawas
perikanan, syahbandar di pelabuhan perikanan,
dan/atau pejabat berwenang lainnya berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
(2) Dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), pengawas perikanan, syahbandar di
pelabuhan perikanan, dan/atau pejabat berwenang
lainnya melakukan koordinasi dengan Tim HAM
Perikanan.
(3) Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada Tim HAM Perikanan.
- 14 -
BAB VI
SANKSI
Pasal 12
(1) Setiap Pengusaha Perikanan yang tidak memiliki
Sertifikat HAM Perikanan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (1), dikenakan sanksi administratif berupa:
a. pembekuan izin Usaha Perikanan, izin penangkapan
ikan dan/atau izin kapal pengangkut ikan;
b. pencabutan izin Usaha Perikanan, izin penangkapan
ikan dan/atau izin kapal pengangkut ikan; dan/atau
c. rekomendasi pencabutan izin penggunaan tenaga
kerja kepada Kementerian Ketenagakerjaan.
(2) Setiap Pengusaha Perikanan yang memiliki Sertifikat
HAM Perikanan namun melakukan pelanggaran kriteria
kepatuhan HAM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (3) dan ayat (4) dikenakan sanksi administratif
berupa pencabutan Sertifikat HAM Perikanan dan sanksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) dapat diumumkan oleh Menteri melalui
media elektronik dan/atau media cetak kepada publik.
(4) Nakhoda atau ahli penangkapan ikan yang menyebabkan
terjadinya dampak Pelanggaran HAM Perikanan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini
dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB VII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 13
Ketentuan mengenai sistem dan sertifikasi HAM pada usaha
perikanan dalam Peraturan Menteri ini dapat berlaku secara
mutatis mutandis terhadap usaha perikanan yang
perizinannya diterbitkan oleh Gubernur.
- 15 -
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 14
Peraturan Menteri di bidang perikanan yang mengatur:
a. perizinan Usaha Perikanan;
b. penerbitan surat laik operasi;
c. penerbitan surat persetujuan berlayar;
d. penerbitan Sertifikat Kelayakan Pengolahan dan
Sertifikat Penerapan Program Manajemen Mutu Terpadu;
e. pelaksanaan tugas pengawasan; dan
f. pelaksanaan tugas kesyahbandaran di pelabuhan
perikanan,
wajib menyesuaikan pengaturannya pada Peraturan Menteri
ini dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak
Peraturan Menteri ini diundangkan.
Pasal 15
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
- 16 -
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 8 Desember 2015
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SUSI PUDJIASTUTI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 10 Desember 2015
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 1851
16
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 35/PERMEN-KP/2015
TENTANG
SISTEM DAN SERTIFIKASI HAK ASASI MANUSIA
PADA USAHA PERIKANAN
KRITERIA KEPATUHAN HAM PERIKANAN
NO ASPEK HAM JENIS HAM KRITERIA KETERANGAN
1. Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
(K3)
Hak untuk
mendapatkan
perlindungan atas
K3.
1.1 Pengusaha Perikanan harus
memiliki Standard Operating
Procedure (SOP) tentang
kesehatan untuk memastikan:
a. Awak Kapal Perikanan yang
akan direkrut memiliki
sertifikat sehat (surat
keterangan sehat);
b. Pengusaha Perikanan
mempunyai prosedur
1. Undang-Undang Nomor
39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia.
2. Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.
3. Peraturan Pemerintah
Nomor 50 Tahun 2012
tentang Sistem
Manajemen
17
pemeriksaan kesehatan Awak
Kapal Perikanan dan/atau
Pekerja secara berkala;
c. Pengusaha Perikanan telah
menunjuk rumah sakit yang
memenuhi syarat yang
ditetapkan Pengusaha
Perikanan atau rumah sakit
lain yang memenuhi syarat
dalam keadaan darurat; dan
d. adanya Awak Kapal Perikanan
dan/atau Pekerja yang
memiliki sertifikasi dan
kemampuan sebagai petugas
pertolongan pertama pada
kecelakaan kerja yang dapat
memberikan instruksi
penggunaan peralatan dan
obat-obat kesehatan.
1.2 Pengusaha Perikanan harus
memiliki SOP tentang
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
18
identifikasi bahaya, penilaian
resiko dan pengendalian resiko
untuk memastikan resiko K3
yang telah atau akan muncul
dapat dikendalikan.
1.3 Pengusaha Perikanan harus
memiliki SOP tentang akomodasi
untuk memastikan tersedianya
akomodasi yang cukup kepada
Awak Kapal Perikanan selama
operasi penangkapan ikan dengan
ketentuan:
a. Pengusaha Perikanan
menyediakan persediaan
akomodasi makanan dan
minuman dengan kualitas dan
kuantitas yang cukup selama
operasi penangkapan ikan dan
Awak Kapal Perikanan tidak
dikenakan biaya untuk
19
itu); dan
b. makanan dan minuman yang
disediakan harus memenuhi
standar nilai nutrisi dan
higienis.
1.4 Pengusaha Perikanan harus
memiliki SOP tentang peralatan
dan perlengkapan keselamatan
kerja dengan persyaratan:
a. disediakan secara cuma-cuma,
semua peralatan dan
perlengkapan keselamatan
kerja yang diwajibkan bagi
Awak Kapal Perikanan
dan/atau Pekerja sesuai
dengan identifikasi bahaya
penilaian resiko yang telah
ditetapkan; dan
b. disediakan bagi setiap orang
lain yang memasuki tempat
kerja tersebut, disertai dengan
20
petunjuk-petunjuk yang
diperlukan menurut petunjuk
pengawas keselamatan kerja.
1.5 Pengusaha Perikanan harus
memiliki SOP tentang aturan
rambu-rambu K3 yang:
a. diletakkan pada tempat-
tempat yang mudah dilihat
dan terbaca; dan
b. dibuat dalam bahasa dan
simbol yang dimengerti oleh
seluruh Awak Kapal
Perikanan dan Pekerja.
1.6 Pengusaha Perikanan harus
memiliki SOP pelatihan K3 yang
mengatur:
a. pelatihan dilaksanakan
secara periodik (6 bulan
sekali);
b. pelatihan bagi Pengusaha
Perikanan yang memiliki
21
kapal perikanan dan/atau
menyewa dan/atau
mengelola Kapal Perikanan
dipimpin oleh nahkoda yang
diawasi oleh Syahbandar di
Pelabuhan Perikanan;
c. pelatihan bagi Pengusaha
Perikanan yang memiliki
Unit Pengolahan Ikan
dan/atau eksportir
perikanan dilakukan oleh
pekerja yang memiliki
keahlian tentang K3;
d. pelatihan tentang
penggunaan alat
penangkapan ikan dan alat
lainnya yang akan
digunakan di atas kapal
bagi Pengusaha Perikanan
yang memiliki kapal
perikanan dan/atau
22
menyewa dan/atau
mengelola Kapal; dan
e. pelatihan tentang
pengenalan tempat kerja
(induction training) kepada
calon Awak Kapal Perikanan
dan pekerja baru dan tamu.
1.7 Pengusaha Perikanan harus
mengikuti inspeksi K3 dengan
ketentuan:
a. inspeksi dilaksanakan
secara periodik selama 6
bulan sekali;
b. inspeksi dilakukan melalui
pemeriksaan mendalam
terhadap fasilitas akomodasi
dan K3 di atas kapal bagi
Pengusaha Perikanan yang
memiliki kapal perikanan
dan/atau
23
menyewa dan/atau
mengelola Kapal dan pada
unit pengolahan ikan bagi
pengusaha perikanan yang
memiliki unit pengolahan
ikan;dan
c. inspeksi di atas kapal
dilakukan oleh syahbandar
pada pelabuhan perikanan
dan inspeksi pada unit
pengolahan ikan dilakukan
oleh pengawas perikanan.
1.8 Pengusaha Perikanan harus
memiliki SOP pertolongan
pertama pada kecelakaan untuk
memastikan:
a. tersedianya peralatan dan
obat-obatan untuk
pertolongan kesehatan/
kecelakaan kerja pada kapal
dan/atau unit pengolahan
24
ikan yang jumlahnya
disesuaikan dengan Awak
Kapal Perikanan dan/atau
Pekerja, fishing ground (area
operasi) dan periode operasi
penangkapan ikan dan/atau
pengolahan ikan;dan
b. tersedianya instruksi kerja
yang dimengerti oleh Awak
Kapal Perikanan dan/atau
Pekerja tentang peralatan
dan obat-obatan untuk
pertolongan kesehatan/
kecelakaan kerja di
kapal/lingkungan usaha
perikanan.
1.9 Pengusaha Perikanan harus
memiliki SOP pencatatan dan
pelaporan kecelakaan kerja.
1.10 Pengusaha Perikanan
membentuk tim K3.
25
1.11 Pengusaha Perikanan harus
memiliki SOP dalam upaya
menghadapi keadaan darurat
kecelakaan kerja dan bencana
industri.
2. Sistem Perekrutan
Awak Kapal
Perikanan dan
Pekerja
2. Hak atas
pekerjaan yang
layak dan adil
(termasuk
perjanjian kerja,
pengupahan,
pembatasan
waktu kerja,
istirahat, cuti dan
libur)
2.1 Pengusaha Perikanan harus
memiliki SOP tentang
rekrutmen Awak Kapal
Perikanan dan Pekerja yang
mengatur bahwa:
a. rekrutmen Awak Kapal
Perikanan harus dilakukan
oleh lembaga resmi yang
diperbolehkan sebagai
Perusahaan Keagenan
Awak Kapal Perikanan yang
memiliki izin dari
kementerian tenaga kerja;
b. biaya Rekrutmen tidak
dibebankan kepada Awak
26
Kapal Perikanan dan/atau
Pekerja;
c. perjanjian kerja bagi Awak
Kapal Perikanan dan/atau
Pekerja harus dibuat
secara adil, transparan,
tanpa diskriminasi dan
dalam format serta bahasa
yang mudah dimengerti
serta harus ditandatangani
semua pihak;
d. Awak Kapal Perikanan
Tidak boleh menggunakan
tenaga kerja alih daya;
e. seluruh Awak Kapal
Perikanan dan/atau
Pekerja dapat menjadi
anggota serikat pekerja
yang sah dan diakui;
f. dokumen Perjanjian kerja
laut disimpan oleh
27
Pengusaha Perikanan dan
dipegang oleh masing-
masing Awak Kapal
Perikanan dan/atau
Pekerja; dan
g. perusahaan Keagenan
Awak Kapal Perikanan
harus terdaftar secara
resmi di Kementerian
Kelautan dan Perikanan
sebagai penyalur Awak
Kapal Perikanan.
2.2 Pengusaha Perikanan harus
menetapkan aturan
persyaratan bagi Awak Kapal
Perikanan sedikitnya:
a. mempunyai sertifikat
kompetensi keselamatan
pelayaran (layak laut),
kompetensi keselamatan
operasional penangkapan
28
ikan (layak tangkap),
kompetensi keamanan
pangan hasil perikanan
(layak simpan) yang
dikeluarkan oleh instansi
yang berwenang sesuai
dengan jabatan dan
keahlian yang dibutuhkan;
b. menetapkan usia minimum
bekerja yaitu 18 tahun;
c. berkewarganegaraan
Indonesia, atau
diperbolehkan
berkewarganegaraan asing
secara terbatas untuk
jabatan dan batas waktu
tertentu sesuai dengan
peraturan perundang-
undangan ketenagakerjaan
tentang tata cara
penggunaan tenaga kerja
29
asing dan peraturan
keimigrasian;
d. sebelum bekerja di atas
kapal, awak kapal
perikanan harus
memperoleh pelatihan
sebelum bekerja di atas
kapal perikanan (pre sea
training);
e. setiap Awak Kapal
Perikanan harus tercantum
dalam buku sijil dan crew
list; dan
f. setiap personil selain awak
kapal perikanan (taruna
atau siswa magang, dan
observer) harus tercantum
dalam daftar tersendiri.
2.3 Pengusaha Perikanan yang
memiliki kapal perikanan
dan/atau menyewa dan/atau
30
mengelola Kapal harus
membuat perjanjian kerja laut
yang termasuk di dalamnya
mengatur ketentuan berikut:
a. wilayah hukum PKL;
b. kepastian hukum PKL;
c. kondisi dan persyaratan
kerja di kapal perikanan;
d. umur;
e. standar kesehatan;
f. kompetensi awak kapal
perikanan;
g. sertifikat kompetensi;
h. otoritas kompeten;
i. dokumen awak kapal
perikanan;
j. hak dan kewajiban;
k. jam kerja, cuti, dan izin
kerja;
l. jaminan pertanggungan;
m. akomodasi, makanan, dan
31
minuman;
n. pemulangan;
o. pengupahan;
p. standar upah sistem
pembayaran;
q. penandatanganan dan
masa berlaku;
r. pemutusan hubungan
kerja
s. force majeur;
t. penempatan awak kapal
perikanan;
u. penyelesaian sengketa dan
advokasi;
v. materi PKL; dan
w. sanksi.
2.4 PKL bagi Awak Kapal
Perikanan harus diperiksa dan
disahkan oleh syahbandar di
pelabuhan perikanan.
32
2.5 Pengusaha Perikanan yang
memiliki Unit Pengolahan Ikan
dan/atau melakukan ekspor
produk perikanan wajib
membuat format perjanjian
kerja yang sekurang-
kurangnya memuat:
a. nama, alamat Pengusaha
Perikanan, dan jenis usaha;
b. nama, jenis kelamin, umur,
dan alamat pekerja/buruh;
c. jabatan atau jenis
pekerjaan;
d. tempat pekerjaan;
e. besarnya upah dan cara
pembayarannya;
f. syarat-syarat kerja yang
memuat hak dan kewajiban
Pengusaha Perikanan dan
pekerja;
g. mulai dan jangka waktu
33
berlakunya perjanjian kerja;
h. tempat dan tanggal
perjanjian kerja dibuat; dan
i. tanda tangan para pihak
dalam perjanjian kerja.
3. Sistem
Ketenagakerjaan
1. Hak atas
kebebasan
berpendapat
dan berserikat;
2. Hak atas
jaminan
sosial;
3. Hak atas
pekerjaan yang
layak dan adil
(hak atas
perjanjian kerja
bersama yang
mengatur
pengupahan,
pembatasan
waktu kerja,
3.1. Pengusaha Perikanan harus
menetapkan aturan tertulis
tentang hubungan kerja yang
diatur dalam perjanjian kerja
bersama yang telah disepakati
Pengusaha Perikanan dan
serikat pekerja dengan
persyaratan:
a. ditandatangan para pihak
(perwakilan serikat pekerja)
pembuat perjanjian kerja
bersama tanpa paksaan
dan tekanan;
b. jangka waktu dan tanggal
mulai berlakunya
perjanjian kerja bersama;
1. Undang-Undang Nomor
39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi
Manusia.
2. Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaa.
3. Undang-Undang Nomor
31 Tahun 2004 tentang
Perikanan sebagaimana
telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor
45 Tahun 2009.
4. Undang-Undang Nomor
31 Tahun 2004 tentang
Perlindungan dan
Penempatan Tenaga
34
istirahat, cuti,
dan libur)
c. perjanjian kerja bersama
didaftarkan dan disahkan
oleh Kementerian Kelautan
dan Perikanan;
d. perjanjian kerja bersama
dipegang oleh masing-
masing Awak Kapal
Perikanan dan/atau
pekerja.
3.2. Pengusaha Perikanan harus
membuat Perjanjian Kerja
Bersama (PKB) atau Peraturan
Perusahaan memuat paling
sedikitnya:
a. hubungan kerja termasuk
di dalamnya: perekrutan,
penempatan,
pengangkatan,
pemindahan, dan
pemutusan hubungan kerja
Awak Kapal Perikanan
dan/atau
Kerja Indonesia di Luar
Negeri.
5. Peraturan Presiden
Republik Indonesia
Nomor 63 Tahun 2015
tentang Kementerian
Kelautan dan Perikanan.
6. Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan
Nomor 32/PERMEN-
KP/2014 Tahun 2014
tentang Pelayanan
Publik di Lingkungan
Kementerian Kelautan
dan Perikanan.
7. Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan
Nomor 3/PERMEN-
KP/2013 Tahun 2013
tentang Kesyahbandaran
di Pelabuhan Perikanan.
35
Pekerja;
b. mekanisme hari dan waktu
kerja yang di dalamnya
termasuk lembur pekerja
dan waktu istirahat yang
cukup dan teratur;
c. pembebasan dan kewajiban
untuk bekerja yang di
dalamnya termasuk hari
istirahat, cuti, hari libur
resmi, dan izin
meninggalkan pekerjaan
dengan mendapat upah;
d. sistem dan standar
pengupahan mengacu pada
peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
e. jaminan
sosial/kesejahteraan Awak
Kapal Perikanan dan
Pekerja yang di
dalamnya
8. Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan
Nomor 52A/KEPMEN-
KP/2013 tentang
Persyaratan Jaminan
Mutu Dan Keamanan
Hasil Perikanan Pada
Proses Produksi,
Pengolahan Dan
Distibus.
9. Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan
Nomor
PER.07/MEN/2011
tentang Sistem Standar
Mutu Pendidikan dan
Pelatihan, Ujian, serta
Sertifikasi Pelaut Kapal
Penangkap Ikan.
36
termasuk aturan tentang
perawatan dan pengobatan
awak kapal perikanan,
upah selama sakit,
program Badan
Penyelenggara Jaminan
Sosial, jaminan kecelakaan
kerja, jaminan hari tua,
tunjangan hari raya
keagamaan.
3.3. Pengusaha Perikanan yang
memiliki kapal perikanan
dan/atau menyewa dan/atau
mengelola Kapal harus
membuat SOP pengawakan
kapal perikanan untuk
memastikan bahwa:
a. setiap kapal yang berlayar
memiliki sijil dan crew list
setiap operasi penangkapan
ikan dengan ketentuan:
1) dibuat dan disahkan
37
oleh Syahbandar di
pelabuhan Perikanan;
dan
2) sijil dan crew list
sesuai dengan jumlah
awak kapal perikanan
yang ada di kapal.
b. identitas Awak Kapal
Perikanan pada sijil dan
crew list sesuai dengan
identitas Awak Kapal
Perikanan pada kapal;
c. awak Kapal Perikanan
memiliki dokumen awak
kapal perikanan yang sah
dan resmi;
d. awak Kapal Perikanan yang
dipekerjakan memiliki
kompetensi layak laut,
layak tangkap, dan layak
simpan; dan
38
e. awak Kapal Perikanan
memiliki perjanjian kerja
laut.
3.4. Pengusaha Perikanan harus
memiliki SOP tentang
pelatihan Awak Kapal
Perikanan dan/atau Pekerja
yang mengatur tentang:
a. peningkatan dan/atau
pengembangan kompetensi
Awak Kapal Perikanan
dan/atau Pekerja sesuai
dengan bakat, minat, dan
kemampuannya;
b. pelatihan kerja bagi tenaga
kerja penyandang cacat
yang dilaksanakan dengan
memperhatikan jenis,
derajat kecacatan, dan
kemampuan tenaga kerja
39
penyandang cacat yang
bersangkutan.
4. Tanggung Jawab
Pengembangan
Masyarakat yang
Berkelanjutan.
1. Hak
mengembang
kan diri; dan
2. Hak atas
kesejahteraan.
4.1. Pengusaha Perikanan harus
merencanakan program
pengembangan ekonomi
masyarakat sekitar dengan:
a. Pengusaha Perikanan yang
memiliki kapal perikanan
dan/atau menyewa
dan/atau mengelola dengan
jumlah akumulasi kapal
sebanyak 2000 GT wajib
memiliki nelayan binaan
yang bukan Awak Kapal
Perikanan perusahaan;
b. Pengusaha Perikanan yang
memiliki Unit Pengolahan
Ikan wajib memiliki
masyarakat binaan yang
mengelola usaha
pengolahan ikan skala kecil;
Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia.
40
c. memprioritaskan rekrutmen
tenaga perusahaan dengan
mengutamakan masyarakat
sekitar; dan
d. mewajibkan Pengusaha
Perikanan menerima
taruna/siswa magang.
4.2. Pengusaha Perikanan harus
memiliki SOP terkait proses
penggunaan lahan perusahaan
(jual beli/sewa) sesuai dengan
ketentuan perundang-
undangan yang berlaku yang
disepakati bersama dengan
masyarakat sekitar
perusahaan.
5. Tenaga Keamanan. 1. Hak atas rasa
aman;
2. Hak atas
kebebasan
pribadi.
5.1 Pengusaha Perikanan
memastikan tenaga keamanan
yang digunakan tidak
menimbulkan pelanggaran
HAM melalui:
Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia.
41
a. SOP demonstrasi pekerja
dan masyarakat sekitar;
b. kode etik dan SOP
pengamanan; dan
c. syarat dan Kriteria tenaga
keamanan di Pengusaha
Perikanan.
6. Lingkungan 1. Hak untuk
mendapatkan
lingkungan
hidup yang
baik dan
sehat; dan
2. Hak atas
kesejahteraan.
6.1 Pengusaha Perikanan harus
memiliki SOP tentang
penanganan limbah Bahan
Beracun Berbahaya (B3)
sehingga tidak secara langsung
membuang limbahnya ke media
lingkungan hidup;
6.2 Pengusaha Perikanan harus
memiliki SOP untuk
memastikan sumber tidak
bergerak yang mengeluarkan
emisi dan/atau gangguan wajib
telah memenuhi persyaratan
mutu emisi dan/atau gangguan
1. Undang-Undang Nomor
39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia.
2. Undang-Undang Nomor
32 Tahung 2009 tentang
Perlindungan dan
Pengelolaaan Lingkungan
Hidup.
3. Peraturan Pemerintah
Nomor 18 Tahun 1999
tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun.
4. Peraturan Pemerintah
42
yang ditetapkan oleh peraturan
perundang pemerintah.
Perikanan harus memiliki
SOP perlindungan
lingkungan dan ekosistem di
kapal termasuk didalamnya
pembuangan limbah
pengolahan, ikan hasil
tangkapan yang tidak
didaratkan/dibuang
Nomor 85 Tahun 1999
tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah
Nomor 18 Tahun 1999
Tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun.
5. Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 1999
tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.
7. Pengambilalihan
Lahan
1. Hak untuk
Hidup; dan
2. Hak atas
kesejahteraan.
7.1 Pengusaha Perikanan harus
memiliki SOP untuk
memverifikasi seluruh klaim
dan kepemilikan tanah;
7.2 Pengusaha Perikanan harus
memiliki SOP untuk
memastikan tidak dilakukan
tindakan pemaksaan terhadap
masyarakat lokal untuk
mendapatkan kepemilikan
Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia.
43
properti masyarakat lokal;
7.3 SOP Pengusaha Perikanan
terkait pengambilalihan lahan/
pembelian lahan harus
memastikan dilakukan
konsultasi dengan seluruh
pihak yang terkena dampak
sebelum melakukan
pengambilalihan lahan melalui
pihak ketiga, dan apabila
masyarakat adat (indigenous
people) terlibat, harus melalui
persetujuan diawal tanpa
paksaan (free and informed
consent);
7.4 Pengusaha Perikanan harus
memiliki SOP untuk
memastikan bahwa Pengusaha
Perikanan tidak ikut terlibat
dalam pemindahan paksa,
kecuali pemindahan dilakukan
44
sesuai dengan hukum
internasional dan solusi
alternatif telah
dipertimbangkan;
7.5 Ketika melakukan pembelian
atau penyewaan lahan dari
pemerintah, Pengusaha
Perikanan harus memeriksa
pemakaian lahan dan
memastikan tidak dilakukan
pemindahan paksa, kecuali
sesuai dengan hukum
internasional;
7.6 Pengusaha Perikanan harus
memastikan bahwa
penggantian yang wajar
(perumahan, tanah, uang, dll.)
telah diberikan kepada seluruh
pihak yang terkena dampak
dalam hal pemindahan;
7.7 Pengusaha Perikanan harus
45
memeriksa hak-hak seluruh
masyarakat terkait akses dan
penggunaan lahan dan
melakukan dialog dengan
seluruh pihak yang terkena
dampak untuk mendapatkan
solusi yang diterima oleh
seluruh pihak atas
penggunaan lahan.
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SUSI PUDJIASTUTI

More Related Content

What's hot

Pmk no. 11 ttg pelayanan rawat jalan eksekutif di rs (1)
Pmk no. 11 ttg pelayanan rawat jalan eksekutif di rs (1)Pmk no. 11 ttg pelayanan rawat jalan eksekutif di rs (1)
Pmk no. 11 ttg pelayanan rawat jalan eksekutif di rs (1)Nazila Hana
 
Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010
Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010
Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010Nusdianto Triakoso
 
PMK No. 1096 tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
PMK No. 1096 tentang Hygiene Sanitasi JasabogaPMK No. 1096 tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
PMK No. 1096 tentang Hygiene Sanitasi JasabogaAnwar Junaedi
 
PMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
PMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi JasabogaPMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
PMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi JasabogaUFDK
 
Uu nomor 41 tahun 2014
Uu nomor 41 tahun 2014Uu nomor 41 tahun 2014
Uu nomor 41 tahun 2014Sigit Windarto
 
Pmk no. 2 ttg klb keracunan pangan
Pmk no. 2 ttg klb keracunan panganPmk no. 2 ttg klb keracunan pangan
Pmk no. 2 ttg klb keracunan panganppidkemenkes
 
Permenkes 889 2011
Permenkes 889 2011Permenkes 889 2011
Permenkes 889 2011ADIJM
 
Workshop Otoritas Veteriner - FKH UGM, Yogyakarta, 14 November 2013
Workshop Otoritas Veteriner - FKH UGM, Yogyakarta, 14 November 2013Workshop Otoritas Veteriner - FKH UGM, Yogyakarta, 14 November 2013
Workshop Otoritas Veteriner - FKH UGM, Yogyakarta, 14 November 2013Tata Naipospos
 
Permenkes 356-ttgorganisasi-dan-tata-kerja-kkp
Permenkes 356-ttgorganisasi-dan-tata-kerja-kkpPermenkes 356-ttgorganisasi-dan-tata-kerja-kkp
Permenkes 356-ttgorganisasi-dan-tata-kerja-kkpwelam23
 
Permenkes 9 2014 klinik
Permenkes 9 2014 klinikPermenkes 9 2014 klinik
Permenkes 9 2014 klinikfalkenmadara
 
Pedoman pelaksanaan pelayanan ijin produksi kosmetika
Pedoman pelaksanaan pelayanan ijin produksi kosmetikaPedoman pelaksanaan pelayanan ijin produksi kosmetika
Pedoman pelaksanaan pelayanan ijin produksi kosmetikaMuhammad Erwin Yamashita
 
Kepmen Kesehatan Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sa...
Kepmen Kesehatan Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sa...Kepmen Kesehatan Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sa...
Kepmen Kesehatan Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sa...infosanitasi
 
Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...
Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...
Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...winda milani
 

What's hot (20)

Pmk no. 11 ttg pelayanan rawat jalan eksekutif di rs (1)
Pmk no. 11 ttg pelayanan rawat jalan eksekutif di rs (1)Pmk no. 11 ttg pelayanan rawat jalan eksekutif di rs (1)
Pmk no. 11 ttg pelayanan rawat jalan eksekutif di rs (1)
 
Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010
Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010
Permentan Pelayanan Jasa Medik Veteriner 02/2010
 
PMK No. 1096 tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
PMK No. 1096 tentang Hygiene Sanitasi JasabogaPMK No. 1096 tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
PMK No. 1096 tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
 
PMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
PMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi JasabogaPMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
PMK no.1096 Tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga
 
Uu nomor 41 tahun 2014
Uu nomor 41 tahun 2014Uu nomor 41 tahun 2014
Uu nomor 41 tahun 2014
 
Illegal fishing
Illegal fishing Illegal fishing
Illegal fishing
 
Pmk no. 2 ttg klb keracunan pangan
Pmk no. 2 ttg klb keracunan panganPmk no. 2 ttg klb keracunan pangan
Pmk no. 2 ttg klb keracunan pangan
 
Permenkes 889 2011
Permenkes 889 2011Permenkes 889 2011
Permenkes 889 2011
 
Omkaba karkes
Omkaba karkesOmkaba karkes
Omkaba karkes
 
Workshop Otoritas Veteriner - FKH UGM, Yogyakarta, 14 November 2013
Workshop Otoritas Veteriner - FKH UGM, Yogyakarta, 14 November 2013Workshop Otoritas Veteriner - FKH UGM, Yogyakarta, 14 November 2013
Workshop Otoritas Veteriner - FKH UGM, Yogyakarta, 14 November 2013
 
Pergub DKI Jakarta
Pergub DKI JakartaPergub DKI Jakarta
Pergub DKI Jakarta
 
Permenkes 356-ttgorganisasi-dan-tata-kerja-kkp
Permenkes 356-ttgorganisasi-dan-tata-kerja-kkpPermenkes 356-ttgorganisasi-dan-tata-kerja-kkp
Permenkes 356-ttgorganisasi-dan-tata-kerja-kkp
 
Permenkes 9 2014 klinik
Permenkes 9 2014 klinikPermenkes 9 2014 klinik
Permenkes 9 2014 klinik
 
Pedoman pelaksanaan pelayanan ijin produksi kosmetika
Pedoman pelaksanaan pelayanan ijin produksi kosmetikaPedoman pelaksanaan pelayanan ijin produksi kosmetika
Pedoman pelaksanaan pelayanan ijin produksi kosmetika
 
Magang fix
Magang fixMagang fix
Magang fix
 
Permenkes161
Permenkes161Permenkes161
Permenkes161
 
Permenkes 1799 2010
Permenkes 1799 2010Permenkes 1799 2010
Permenkes 1799 2010
 
Barang bebas ppn
Barang bebas ppnBarang bebas ppn
Barang bebas ppn
 
Kepmen Kesehatan Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sa...
Kepmen Kesehatan Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sa...Kepmen Kesehatan Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sa...
Kepmen Kesehatan Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sa...
 
Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...
Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...
Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...
 

Similar to Permen kp-nomor-35-tahun-2015-tentang-sistem-dan-sertifikasi-ham-

Uu perikanan no. 45 tahun 2009
Uu perikanan no. 45 tahun 2009Uu perikanan no. 45 tahun 2009
Uu perikanan no. 45 tahun 2009Mes Ry
 
Teknologi penangkapan ikan
Teknologi penangkapan ikanTeknologi penangkapan ikan
Teknologi penangkapan ikanshihatin
 
PPT Kel. 3 Kebijakan Pembangunan Perikanan.pptx
PPT Kel. 3 Kebijakan Pembangunan Perikanan.pptxPPT Kel. 3 Kebijakan Pembangunan Perikanan.pptx
PPT Kel. 3 Kebijakan Pembangunan Perikanan.pptxWira589766
 
UU no 9 Tahun 1985 tentang Perikanan
UU no 9 Tahun 1985 tentang PerikananUU no 9 Tahun 1985 tentang Perikanan
UU no 9 Tahun 1985 tentang PerikananPenataan Ruang
 
Pim1221 2 sejarah menangkap ikan
Pim1221 2 sejarah menangkap ikanPim1221 2 sejarah menangkap ikan
Pim1221 2 sejarah menangkap ikanPT. SASA
 
OSS PM Kelautan Perikanan 24 2019 izin-lokasi-perairan-di-wp3k(1)-1.pdf
OSS PM Kelautan Perikanan 24 2019 izin-lokasi-perairan-di-wp3k(1)-1.pdfOSS PM Kelautan Perikanan 24 2019 izin-lokasi-perairan-di-wp3k(1)-1.pdf
OSS PM Kelautan Perikanan 24 2019 izin-lokasi-perairan-di-wp3k(1)-1.pdfHeriHermawan66
 
Materi Muatanpp30 Th2008
Materi Muatanpp30 Th2008Materi Muatanpp30 Th2008
Materi Muatanpp30 Th2008bayuvita
 
Rencana Induk Pelabuhan Perikanan.pptx
Rencana Induk Pelabuhan Perikanan.pptxRencana Induk Pelabuhan Perikanan.pptx
Rencana Induk Pelabuhan Perikanan.pptxzulfaalya1
 
Karakterisitik manajemen sumberdaya perikanan
Karakterisitik manajemen sumberdaya perikananKarakterisitik manajemen sumberdaya perikanan
Karakterisitik manajemen sumberdaya perikananafdal muhammad
 
2023.12.12_Peran PSDKP Dalam Mengawal PIT_SEDIMENTASI_FINNALES_FIX.pptx
2023.12.12_Peran PSDKP Dalam Mengawal PIT_SEDIMENTASI_FINNALES_FIX.pptx2023.12.12_Peran PSDKP Dalam Mengawal PIT_SEDIMENTASI_FINNALES_FIX.pptx
2023.12.12_Peran PSDKP Dalam Mengawal PIT_SEDIMENTASI_FINNALES_FIX.pptxudebitung
 
1. deskripsi materi mapel dasar program keahlian hmp4 l2_revisi_oktober_2013
1. deskripsi materi mapel dasar program keahlian  hmp4 l2_revisi_oktober_20131. deskripsi materi mapel dasar program keahlian  hmp4 l2_revisi_oktober_2013
1. deskripsi materi mapel dasar program keahlian hmp4 l2_revisi_oktober_2013MULDAN MARTIN, A.Pi., M.Si
 
582111317920_19_Muhammad Rahman_K3A_UAS KONVENSI MARITIM.pdf
582111317920_19_Muhammad Rahman_K3A_UAS KONVENSI MARITIM.pdf582111317920_19_Muhammad Rahman_K3A_UAS KONVENSI MARITIM.pdf
582111317920_19_Muhammad Rahman_K3A_UAS KONVENSI MARITIM.pdfrizkyw7
 
Workshop Kurikulum Legislasi dan Etika Veteriner - FKH UGM, 25 November 2021
Workshop Kurikulum Legislasi dan Etika Veteriner - FKH UGM, 25 November 2021Workshop Kurikulum Legislasi dan Etika Veteriner - FKH UGM, 25 November 2021
Workshop Kurikulum Legislasi dan Etika Veteriner - FKH UGM, 25 November 2021Tata Naipospos
 
Tes seputar ojk
Tes seputar ojkTes seputar ojk
Tes seputar ojkamrania
 
YANLIK_PERIZINAN-SIUP-SIPI-SIKPI_290817.pptx
YANLIK_PERIZINAN-SIUP-SIPI-SIKPI_290817.pptxYANLIK_PERIZINAN-SIUP-SIPI-SIKPI_290817.pptx
YANLIK_PERIZINAN-SIUP-SIPI-SIKPI_290817.pptxRobertJModalo
 
PERIZINAN REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
PERIZINAN REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECILPERIZINAN REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
PERIZINAN REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECILAchmad Wahid
 

Similar to Permen kp-nomor-35-tahun-2015-tentang-sistem-dan-sertifikasi-ham- (20)

Uu 2009 45
Uu 2009 45Uu 2009 45
Uu 2009 45
 
Uu perikanan no. 45 tahun 2009
Uu perikanan no. 45 tahun 2009Uu perikanan no. 45 tahun 2009
Uu perikanan no. 45 tahun 2009
 
Uu 2009 45
Uu 2009 45Uu 2009 45
Uu 2009 45
 
Teknologi penangkapan ikan
Teknologi penangkapan ikanTeknologi penangkapan ikan
Teknologi penangkapan ikan
 
PPT Kel. 3 Kebijakan Pembangunan Perikanan.pptx
PPT Kel. 3 Kebijakan Pembangunan Perikanan.pptxPPT Kel. 3 Kebijakan Pembangunan Perikanan.pptx
PPT Kel. 3 Kebijakan Pembangunan Perikanan.pptx
 
Uu no 31 2004_perikanan
Uu no 31 2004_perikananUu no 31 2004_perikanan
Uu no 31 2004_perikanan
 
UU no 9 Tahun 1985 tentang Perikanan
UU no 9 Tahun 1985 tentang PerikananUU no 9 Tahun 1985 tentang Perikanan
UU no 9 Tahun 1985 tentang Perikanan
 
Per 02 men 2011
Per 02 men 2011Per 02 men 2011
Per 02 men 2011
 
Pim1221 2 sejarah menangkap ikan
Pim1221 2 sejarah menangkap ikanPim1221 2 sejarah menangkap ikan
Pim1221 2 sejarah menangkap ikan
 
OSS PM Kelautan Perikanan 24 2019 izin-lokasi-perairan-di-wp3k(1)-1.pdf
OSS PM Kelautan Perikanan 24 2019 izin-lokasi-perairan-di-wp3k(1)-1.pdfOSS PM Kelautan Perikanan 24 2019 izin-lokasi-perairan-di-wp3k(1)-1.pdf
OSS PM Kelautan Perikanan 24 2019 izin-lokasi-perairan-di-wp3k(1)-1.pdf
 
Materi Muatanpp30 Th2008
Materi Muatanpp30 Th2008Materi Muatanpp30 Th2008
Materi Muatanpp30 Th2008
 
Rencana Induk Pelabuhan Perikanan.pptx
Rencana Induk Pelabuhan Perikanan.pptxRencana Induk Pelabuhan Perikanan.pptx
Rencana Induk Pelabuhan Perikanan.pptx
 
Karakterisitik manajemen sumberdaya perikanan
Karakterisitik manajemen sumberdaya perikananKarakterisitik manajemen sumberdaya perikanan
Karakterisitik manajemen sumberdaya perikanan
 
2023.12.12_Peran PSDKP Dalam Mengawal PIT_SEDIMENTASI_FINNALES_FIX.pptx
2023.12.12_Peran PSDKP Dalam Mengawal PIT_SEDIMENTASI_FINNALES_FIX.pptx2023.12.12_Peran PSDKP Dalam Mengawal PIT_SEDIMENTASI_FINNALES_FIX.pptx
2023.12.12_Peran PSDKP Dalam Mengawal PIT_SEDIMENTASI_FINNALES_FIX.pptx
 
1. deskripsi materi mapel dasar program keahlian hmp4 l2_revisi_oktober_2013
1. deskripsi materi mapel dasar program keahlian  hmp4 l2_revisi_oktober_20131. deskripsi materi mapel dasar program keahlian  hmp4 l2_revisi_oktober_2013
1. deskripsi materi mapel dasar program keahlian hmp4 l2_revisi_oktober_2013
 
582111317920_19_Muhammad Rahman_K3A_UAS KONVENSI MARITIM.pdf
582111317920_19_Muhammad Rahman_K3A_UAS KONVENSI MARITIM.pdf582111317920_19_Muhammad Rahman_K3A_UAS KONVENSI MARITIM.pdf
582111317920_19_Muhammad Rahman_K3A_UAS KONVENSI MARITIM.pdf
 
Workshop Kurikulum Legislasi dan Etika Veteriner - FKH UGM, 25 November 2021
Workshop Kurikulum Legislasi dan Etika Veteriner - FKH UGM, 25 November 2021Workshop Kurikulum Legislasi dan Etika Veteriner - FKH UGM, 25 November 2021
Workshop Kurikulum Legislasi dan Etika Veteriner - FKH UGM, 25 November 2021
 
Tes seputar ojk
Tes seputar ojkTes seputar ojk
Tes seputar ojk
 
YANLIK_PERIZINAN-SIUP-SIPI-SIKPI_290817.pptx
YANLIK_PERIZINAN-SIUP-SIPI-SIKPI_290817.pptxYANLIK_PERIZINAN-SIUP-SIPI-SIKPI_290817.pptx
YANLIK_PERIZINAN-SIUP-SIPI-SIKPI_290817.pptx
 
PERIZINAN REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
PERIZINAN REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECILPERIZINAN REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
PERIZINAN REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
 

More from sapriyun sihotang

Peta Jalan SMK Revitalisasi SMK Negeri 2 Ketapang.Kalimantan Barat. SAPRIYUN,...
Peta Jalan SMK Revitalisasi SMK Negeri 2 Ketapang.Kalimantan Barat. SAPRIYUN,...Peta Jalan SMK Revitalisasi SMK Negeri 2 Ketapang.Kalimantan Barat. SAPRIYUN,...
Peta Jalan SMK Revitalisasi SMK Negeri 2 Ketapang.Kalimantan Barat. SAPRIYUN,...sapriyun sihotang
 
Dukung program pemerintah, yamaha buka smk kelas khusus di ketapang
Dukung program pemerintah, yamaha buka smk kelas khusus di ketapangDukung program pemerintah, yamaha buka smk kelas khusus di ketapang
Dukung program pemerintah, yamaha buka smk kelas khusus di ketapangsapriyun sihotang
 
Bupati Ketapang, Direktur PSMK, & PT YIMMMeresmikan Kelas Khusus Yamaha
Bupati Ketapang, Direktur PSMK, & PT YIMMMeresmikan Kelas Khusus YamahaBupati Ketapang, Direktur PSMK, & PT YIMMMeresmikan Kelas Khusus Yamaha
Bupati Ketapang, Direktur PSMK, & PT YIMMMeresmikan Kelas Khusus Yamahasapriyun sihotang
 
BIODATA LAB PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KEPEDNDIDIKAN
BIODATA LAB PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KEPEDNDIDIKANBIODATA LAB PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KEPEDNDIDIKAN
BIODATA LAB PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KEPEDNDIDIKANsapriyun sihotang
 
Surat Lamaran CPNS 2018.PROVINSI JAWA TENGAH. SAPRIYUN,S.ST.Pi
Surat Lamaran CPNS 2018.PROVINSI JAWA TENGAH. SAPRIYUN,S.ST.PiSurat Lamaran CPNS 2018.PROVINSI JAWA TENGAH. SAPRIYUN,S.ST.Pi
Surat Lamaran CPNS 2018.PROVINSI JAWA TENGAH. SAPRIYUN,S.ST.Pisapriyun sihotang
 
Presentasi Modul SMKN 2 KETAPANG.Toto Kriswanto, M.Pd.Si.
Presentasi Modul SMKN 2 KETAPANG.Toto Kriswanto, M.Pd.Si.Presentasi Modul SMKN 2 KETAPANG.Toto Kriswanto, M.Pd.Si.
Presentasi Modul SMKN 2 KETAPANG.Toto Kriswanto, M.Pd.Si.sapriyun sihotang
 
44 KKNI II TEKNIKA KAPAL PENANGKAP IKAN
44 KKNI II TEKNIKA KAPAL PENANGKAP IKAN44 KKNI II TEKNIKA KAPAL PENANGKAP IKAN
44 KKNI II TEKNIKA KAPAL PENANGKAP IKANsapriyun sihotang
 
43 KKNI II NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN
43 KKNI II NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN43 KKNI II NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN
43 KKNI II NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKANsapriyun sihotang
 
DOC GALERI IHT GURU SMKN 2 KETAPANG
DOC GALERI IHT GURU SMKN 2 KETAPANGDOC GALERI IHT GURU SMKN 2 KETAPANG
DOC GALERI IHT GURU SMKN 2 KETAPANGsapriyun sihotang
 
Rencana Pelaksanaan Ujian ANKAPIN/ATKAPIN II SMKN 2 KETAPANG KALIMANTAN BARAT
Rencana Pelaksanaan Ujian ANKAPIN/ATKAPIN II SMKN 2 KETAPANG KALIMANTAN BARATRencana Pelaksanaan Ujian ANKAPIN/ATKAPIN II SMKN 2 KETAPANG KALIMANTAN BARAT
Rencana Pelaksanaan Ujian ANKAPIN/ATKAPIN II SMKN 2 KETAPANG KALIMANTAN BARATsapriyun sihotang
 
Format persuratan sertifikasi Awak Kapal Perikanan
Format persuratan sertifikasi Awak Kapal PerikananFormat persuratan sertifikasi Awak Kapal Perikanan
Format persuratan sertifikasi Awak Kapal Perikanansapriyun sihotang
 
Modul Pelatihan Aplikasi Sertifikasi Awak Kapal Perikanan
Modul Pelatihan Aplikasi Sertifikasi Awak Kapal PerikananModul Pelatihan Aplikasi Sertifikasi Awak Kapal Perikanan
Modul Pelatihan Aplikasi Sertifikasi Awak Kapal Perikanansapriyun sihotang
 
sop sertifikasi awak kapal perikanan
sop sertifikasi awak kapal perikanansop sertifikasi awak kapal perikanan
sop sertifikasi awak kapal perikanansapriyun sihotang
 

More from sapriyun sihotang (15)

Peta Jalan SMK Revitalisasi SMK Negeri 2 Ketapang.Kalimantan Barat. SAPRIYUN,...
Peta Jalan SMK Revitalisasi SMK Negeri 2 Ketapang.Kalimantan Barat. SAPRIYUN,...Peta Jalan SMK Revitalisasi SMK Negeri 2 Ketapang.Kalimantan Barat. SAPRIYUN,...
Peta Jalan SMK Revitalisasi SMK Negeri 2 Ketapang.Kalimantan Barat. SAPRIYUN,...
 
Dukung program pemerintah, yamaha buka smk kelas khusus di ketapang
Dukung program pemerintah, yamaha buka smk kelas khusus di ketapangDukung program pemerintah, yamaha buka smk kelas khusus di ketapang
Dukung program pemerintah, yamaha buka smk kelas khusus di ketapang
 
Bupati Ketapang, Direktur PSMK, & PT YIMMMeresmikan Kelas Khusus Yamaha
Bupati Ketapang, Direktur PSMK, & PT YIMMMeresmikan Kelas Khusus YamahaBupati Ketapang, Direktur PSMK, & PT YIMMMeresmikan Kelas Khusus Yamaha
Bupati Ketapang, Direktur PSMK, & PT YIMMMeresmikan Kelas Khusus Yamaha
 
BIODATA LAB PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KEPEDNDIDIKAN
BIODATA LAB PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KEPEDNDIDIKANBIODATA LAB PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KEPEDNDIDIKAN
BIODATA LAB PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KEPEDNDIDIKAN
 
Surat Lamaran CPNS 2018.PROVINSI JAWA TENGAH. SAPRIYUN,S.ST.Pi
Surat Lamaran CPNS 2018.PROVINSI JAWA TENGAH. SAPRIYUN,S.ST.PiSurat Lamaran CPNS 2018.PROVINSI JAWA TENGAH. SAPRIYUN,S.ST.Pi
Surat Lamaran CPNS 2018.PROVINSI JAWA TENGAH. SAPRIYUN,S.ST.Pi
 
Presentasi Modul SMKN 2 KETAPANG.Toto Kriswanto, M.Pd.Si.
Presentasi Modul SMKN 2 KETAPANG.Toto Kriswanto, M.Pd.Si.Presentasi Modul SMKN 2 KETAPANG.Toto Kriswanto, M.Pd.Si.
Presentasi Modul SMKN 2 KETAPANG.Toto Kriswanto, M.Pd.Si.
 
44 KKNI II TEKNIKA KAPAL PENANGKAP IKAN
44 KKNI II TEKNIKA KAPAL PENANGKAP IKAN44 KKNI II TEKNIKA KAPAL PENANGKAP IKAN
44 KKNI II TEKNIKA KAPAL PENANGKAP IKAN
 
43 KKNI II NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN
43 KKNI II NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN43 KKNI II NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN
43 KKNI II NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN
 
DOC GALERI IHT GURU SMKN 2 KETAPANG
DOC GALERI IHT GURU SMKN 2 KETAPANGDOC GALERI IHT GURU SMKN 2 KETAPANG
DOC GALERI IHT GURU SMKN 2 KETAPANG
 
Profil SMKN 2 Ketapang
Profil SMKN 2   Ketapang  Profil SMKN 2   Ketapang
Profil SMKN 2 Ketapang
 
Rencana Pelaksanaan Ujian ANKAPIN/ATKAPIN II SMKN 2 KETAPANG KALIMANTAN BARAT
Rencana Pelaksanaan Ujian ANKAPIN/ATKAPIN II SMKN 2 KETAPANG KALIMANTAN BARATRencana Pelaksanaan Ujian ANKAPIN/ATKAPIN II SMKN 2 KETAPANG KALIMANTAN BARAT
Rencana Pelaksanaan Ujian ANKAPIN/ATKAPIN II SMKN 2 KETAPANG KALIMANTAN BARAT
 
Format persuratan sertifikasi Awak Kapal Perikanan
Format persuratan sertifikasi Awak Kapal PerikananFormat persuratan sertifikasi Awak Kapal Perikanan
Format persuratan sertifikasi Awak Kapal Perikanan
 
Modul Pelatihan Aplikasi Sertifikasi Awak Kapal Perikanan
Modul Pelatihan Aplikasi Sertifikasi Awak Kapal PerikananModul Pelatihan Aplikasi Sertifikasi Awak Kapal Perikanan
Modul Pelatihan Aplikasi Sertifikasi Awak Kapal Perikanan
 
sop sertifikasi awak kapal perikanan
sop sertifikasi awak kapal perikanansop sertifikasi awak kapal perikanan
sop sertifikasi awak kapal perikanan
 
P2TL LENGKAP
P2TL LENGKAPP2TL LENGKAP
P2TL LENGKAP
 

Recently uploaded

Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfHendroGunawan8
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 

Recently uploaded (20)

Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 

Permen kp-nomor-35-tahun-2015-tentang-sistem-dan-sertifikasi-ham-

  • 1. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PERMEN-KP/2015 TENTANG SISTEM DAN SERTIFIKASI HAK ASASI MANUSIA PADA USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan pengelolaan perikanan yang berkeadilan, memberikan kepastian hukum, memberikan manfaat, dan sesuai dengan asas pembangunan berkelanjutan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 45 Tahun 2009, perlu adanya sistem dan sertifikasi hak asasi manusia pada usaha perikanan; b. bahwa pada kegiatan usaha perikanan masih ditemukan pelanggaran hak asasi manusia, antara lain perdagangan orang, kerja paksa, pekerja anak, dan standar kondisi kelayakan kerja yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan terkait hak asasi manusia dan ketenagakerjaan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Sistem dan Sertifikasi Hak Asasi Manusia Pada Usaha Perikanan;
  • 2. - 3 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073); 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111); 5. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 23/PERMEN-KP/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1227); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG SISTEM DAN SERTIFIKASI HAK ASASI MANUSIA PADA USAHA PERIKANAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi,
  • 3. - 4 - pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. 2. Hak Asasi Manusia yang selanjutnya disingkat HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. 3. Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan/atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang mengenai HAM, dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku 4. Usaha Perikanan adalah kegiatan yang dilaksanakan dengan sistem bisnis perikanan yang meliputi praproduksi, produksi, pengolahan, dan pemasaran. 5. Kapal Perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pengangkutan ikan, dan pengolahan ikan. 6. Pengusaha Perikanan adalah orang yang melakukan usaha di bidang perikanan. 7. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain dari Pengusaha Perikanan. 8. Awak Kapal Perikanan adalah setiap orang yang bekerja di atas Kapal Perikanan dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. 9. Nakhoda adalah pemimpin tertinggi di kapal dan mempunyai wewenang dan tanggung jawab tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
  • 4. - 5 - undangan. 10. Ahli Penangkapan Ikan (fishing master) adalah Awak Kapal Perikanan yang memiliki kompetensi dalam mengenali wilayah penangkapan ikan, perencanaan operasi penangkapan ikan yang bertanggung jawab serta melaporkan kegiatan penangkapan ikan. 11. Masyarakat Sekitar adalah masyarakat yang tinggal di sekitar lingkungan kegiatan dan operasi Pengusaha Perikanan yang berpotensi terkena dampak pelanggaran HAM dari kegiatan dan operasi Pengusaha Perikanan. 12. Sistem Penghormatan HAM pada Usaha Perikanan yang selanjutnya disingkat Sistem HAM Perikanan adalah sistem manajamen perusahaan untuk memastikan penghormatan HAM oleh Pengusaha Perikanan. 13. Kebijakan HAM adalah pernyataan yang berisi komitmen Pengusaha Perikanan untuk menghormati HAM para pihak yang terkait dengan kegiatan usaha perikanan, termasuk pekerja laut dan masyarakat sekitar. 14. Uji Tuntas HAM adalah suatu proses yang dilakukan oleh Pengusaha Perikanan untuk mengidentifikasi, menilai, mencegah, melakukan mitigasi, dan mengatasi dampak pelanggaran HAM yang ditimbulkan dari kegiatan, operasi dan hubungan bisnis Pengusaha Perikanan. 15. Pemulihan HAM adalah proses yang bertujuan untuk menyelesaikan dampak pelanggaran HAM yang disebabkan atau turut serta disebabkan oleh Pengusaha Perikanan melalui mekanisme keluhan yang efektif secara yudisial dan non-yudisial. 16. Sertifikasi HAM pada Usaha Perikanan yang selanjutnya disebut Sertifikasi HAM Perikanan adalah suatu proses untuk menilai dan memastikan ketaatan Pengusaha Perikanan dalam melaksanakan Sistem HAM Perikanan. 17. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan. Pasal 2 (1) Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi: a. sistem HAM perikanan; dan
  • 5. - 6 - b. Sertifikasi HAM Perikanan. (2) Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memastikan Pengusaha Perikanan menghormati HAM para pihak yang terkait dengan kegiatan Usaha Perikanan, termasuk Awak Kapal Perikanan dan Masyarakat Sekitar dengan mencegah terjadinya pelanggaran HAM dan/atau mengatasi dampak pelanggaran HAM yang telah terjadi. Pasal 3 (1) Peraturan Menteri ini berlaku untuk: a. setiap orang, baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing, termasuk Pengusaha Perikanan yang melakukan kegiatan usaha perikanan di wilayah pengelolaan Negara Republik Indonesia; dan b. setiap Kapal Perikanan berbendera Indonesia yang melakukan kegiatan perikanan di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia maupun di luar wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia, serta kapal pengangkut ikan berbendera asing, yang melakukan kegiatan perikanan di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia. (2) Pengusaha Perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berdasarkan grosse akta memiliki Kapal Perikanan yang izinnya diterbitkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan; b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menyewa dan/atau mengelola Kapal Perikanan yang izinnya diterbitkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan; c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang memiliki Unit Pengolahan Ikan; d. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang melakukan kegiatan usaha mengeluarkan barang berupa produk perikanan dari
  • 6. - 7 - daerah pabean (wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, ruang udara di atasnya, serta tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang Kepabeanan); dan e. setiap orang yang bertanggung jawab kepada dan/atau mewakili pihak sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d. BAB II SISTEM HAM PERIKANAN Pasal 4 (1) Setiap Pengusaha Perikanan wajib melaksanakan sistem HAM Perikanan. (2) Sistem HAM Perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Kebijakan HAM; b. Uji Tuntas HAM; dan c. Pemulihan HAM. (3) Dalam melaksanakan sistem HAM Perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pengusaha Perikanan menunjuk koordinator pelaksana sistem HAM perikanan. Pasal 5 (1) Kebijakan HAM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a dibuat dalam bentuk pernyataan komitmen untuk mematuhi semua peraturan perundang- undangan yang berlaku. (2) Pernyataan komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit berisi komitmen Pengusaha Perikanan untuk: a. menghormati HAM para pihak yang terkena dampak pelanggaran HAM terkait kegiatan usaha perikanan;
  • 7. - 8 - b. menghormati hak untuk kondisi kerja yang adil dan layak, antara lain hak untuk: 1. remunerasi dan waktu istirahat yang cukup dan layak; 2. standar hidup layak, termasuk akomodasi, makan dan minum; 3. mendapatkan pengobatan; 4. mendapatkan asuransi jaminan sosial; 5. mendapatkan perlindungan dari risiko kerja; dan 6. hak khusus wanita, anak, dan penyandang disabilitas. c. menerapkan perjanjian kerja laut bagi Pekerja dan perjanjian kerja laut bagi Awak Kapal Perikanan dengan standar pengupahan yang layak; d. menghindari terjadinya kerja paksa, antara lain dalam bentuk: 1. penyalahgunaan kerentanan; 2. penipuan; 3. pembatasan ruang gerak; 4. pengasingan; 5. kekerasan fisik dan seksual; 6. intimidasi dan ancaman; 7. penahanan dokumen identitas; 8. penahanan upah; 9. jeratan hutang; 10. kondisi kerja dan kehidupan yang menyiksa; dan 11. kerja lembur yang berlebihan. e. melaksanakan Uji Tuntas HAM; f. melakukan Pemulihan HAM; dan g. memberikan pelatihan tentang Sistem HAM Perikanan kepada Pekerja dan Awak Kapal Perikanan secara berkelanjutan. (3) Pernyataan komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib:
  • 8. - 9 - a. ditandatangani oleh Pengusaha Perikanan atau perwakilannya yang mempunyai wewenang; b. disosialisasikan kepada dan tersedia bagi publik; dan c. dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan kebijakan maupun prosedur operasional perusahaan. Pasal 6 (1) Uji Tuntas HAM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b, wajib dilakukan oleh Pengusaha Perikanan dengan: a. mengidentifikasi dan menilai setiap dampak Pelanggaran HAM yang terjadi dan mungkin akan terjadi yang dapat disebabkan atau turut serta disebabkan oleh Pengusaha Perikanan terkait kegiatan usaha perikanan; b. mengambil tindakan penanganan yang efektif atas hasil identifikasi dan penilaian dampak pelanggaran HAM sebagaimana dimaksud pada huruf a, kepada fungsi dan proses internal yang relevan, termasuk melalui penugasan internal dalam mengatasi dampak Pelanggaran HAM tersebut; c. mengukur efektivitas penanganan dampak Pelanggaran HAM; dan d. mengkomunikasikan hasil penanganan dampak Pelanggaran HAM tersebut kepada para pemangku kepentingan. (2) Dalam melaksanakan Uji Tuntas HAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pengusaha Perikanan wajib memenuhi kriteria kepatuhan HAM perikanan. (3) Kriteria kepatuhan HAM perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi: a. keselamatan dan kesehatan kerja Usaha Perikanan, paling sedikit berupa: 1. ketersediaan prosedur untuk memastikan keselamatan dan kesehatan kerja;
  • 9. - 10 - 2. ketersediaan ahli keselamatan dan kesehatan kerja; 3. ketersediaan akomodasi yang memadai dan kecukupan gizi pekerja dan Awak Kapal Perikanan; 4. pemenuhan persyaratan peralatan dan perlengkapan kerja pada Pengusaha Perikanan untuk memastikan keselamatan dan kesehatan kerja; dan 5. pelaksanaan pelatihan keselamatan dan kesehatan bagi pekerja dan Awak Kapal Perikanan; b. sistem perekrutan Pekerja dan Awak Kapal Perikanan, paling sedikit berupa: 1. prosedur yang memastikan perekrutan Pekerja dan Awak Kapal Perikanan; 2. pemenuhan persyaratan kompetensi dan usia minimal bagi Pekerja dan Awak Kapal Perikanan; dan 3. penerapan perjanjian kerja dan perjanjian kerja laut. c. sistem ketenagakerjaan, paling sedikit berupa: 1. pemenuhan persyaratan perjanjian kerja bersama atau peraturan perusahaan; 2. pemenuhan asuransi kesehatan dan kecelakaan kerja bagi pekerja; dan 3. pemenuhan persyaratan jaminan sosial. d. tanggung jawab pengembangan masyarakat yang berkelanjutan, paling sedikit berupa: 1. penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar; dan 2. peningkatan taraf hidup masyarakat sekitar. e. sistem keamanan, paling sedikit berupa: 1. pelaksanaan pelatihan HAM bagi personil keamanan; dan 2. integrasi unsur HAM dalam prosedur kerja keamanan.
  • 10. - 11 - f. sistem pengelolaan lingkungan, paling sedikit berupa: 1. pencegahan terhadap pencemaran lingkungan; dan 2. pemeliharaan keanekaragaman hayati. g. sistem pengambilalihan lahan, paling sedikit berupa: 1. pemenuhan persyaratan untuk menghindari pengambilalihan lahan secara paksa; dan 2. pemenuhan persyaratan atas penggantian yang wajar. (4) Kriteria kepatuhan HAM perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 7 Dalam proses Pemulihan HAM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c, Pengusaha Perikanan wajib melakukan suatu mekanisme yang efektif dan bekerjasama dalam proses lainnya yang sah untuk menjamin penyelesaian dampak pelanggaran HAM dari kegiatan operasi dan hubungan bisnis Pengusaha Perikanan. BAB III SERTIFIKASI HAM PERIKANAN Pasal 8 (1) Setiap Pengusaha Perikanan wajib memiliki Sertifikat HAM Perikanan. (2) Sertifikat HAM perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Menteri kepada Pengusaha Perikanan yang telah melaksanakan Sistem HAM Perikanan dan dinyatakan lulus Sertifikasi HAM Perikanan. (3) Sertifikat HAM Perikanan sebagaimana dimksud pada ayat (2) berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun.
  • 11. - 12 - Pasal 9 (1) Dalam rangka perlindungan dan penghormatan HAM pada usaha perikanan termasuk pelaksanaan sistem dan sertifikasi HAM perikanan, Menteri membentuk Tim HAM Perikanan. (2) Tim HAM Perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada Menteri. (3) Tim HAM Perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) terdiri dari unsur kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian, dan lembaga nonpemerintahan terkait yang dibentuk transparan, partisipatif, dan akuntabel. (4) Tim HAM Perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas, tanggung jawab, dan wewenang: a. menentukan persyaratan dan kriteria pelaksanaan dan pengawasan sertifikasi HAM perikanan; b. mengakreditasi lembaga penilai untuk melakukan tugas penilaian dalam sertifikasi HAM perikanan, lembaga pelatihan HAM untuk melakukan pelatihan sertifikasi HAM perikanan terhadap lembaga penilai, dan lembaga pendukung lainnya; c. memberikan, menolak, menangguhkan dan mencabut sertifikat HAM perikanan kepada Pengusaha Perikanan; dan d. melaksanakan tugas dan fungsi lain yang ditugaskan oleh Menteri dalam rangka perlindungan dan penghormatan HAM perikanan. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan mekanisme Sertifikasi HAM Perikanan serta susunan organisasi Tim HAM Perikanan ditetapkan oleh Menteri. BAB IV PELATIHAN Pasal 10
  • 12. - 13 - (1) Dalam rangka pelaksanaan sistem HAM Perikanan dan Sertifikasi HAM Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan melakukan pelatihan pelaksanaan sistem HAM Perikanan dan Sertifikasi HAM Perikanan. (2) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada: a. Pengusaha Perikanan, termasuk koordinator pelaksana; b. lembaga penilai; c. pengawas perikanan; d. syahbandar di pelabuhan perikanan; dan e. orang perseorangan serta lembaga terkait lainnya. (3) Koordinator pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a wajib mengikuti pelatihan dan mendapat sertifikat kompetensi Sistem HAM Perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (4) Dalam memberikan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Kementerian Kelautan dan Perikanan dapat menunjuk lembaga pelatihan yang telah diakreditasi oleh Tim HAM Perikanan. BAB V PENGAWASAN Pasal 11 (1) Pengawasan terhadap perlindungan dan penghormatan HAM pada usaha perikanan dilakukan oleh pengawas perikanan, syahbandar di pelabuhan perikanan, dan/atau pejabat berwenang lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan. (2) Dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengawas perikanan, syahbandar di pelabuhan perikanan, dan/atau pejabat berwenang lainnya melakukan koordinasi dengan Tim HAM Perikanan. (3) Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Tim HAM Perikanan.
  • 13. - 14 - BAB VI SANKSI Pasal 12 (1) Setiap Pengusaha Perikanan yang tidak memiliki Sertifikat HAM Perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1), dikenakan sanksi administratif berupa: a. pembekuan izin Usaha Perikanan, izin penangkapan ikan dan/atau izin kapal pengangkut ikan; b. pencabutan izin Usaha Perikanan, izin penangkapan ikan dan/atau izin kapal pengangkut ikan; dan/atau c. rekomendasi pencabutan izin penggunaan tenaga kerja kepada Kementerian Ketenagakerjaan. (2) Setiap Pengusaha Perikanan yang memiliki Sertifikat HAM Perikanan namun melakukan pelanggaran kriteria kepatuhan HAM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) dan ayat (4) dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan Sertifikat HAM Perikanan dan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat diumumkan oleh Menteri melalui media elektronik dan/atau media cetak kepada publik. (4) Nakhoda atau ahli penangkapan ikan yang menyebabkan terjadinya dampak Pelanggaran HAM Perikanan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 13 Ketentuan mengenai sistem dan sertifikasi HAM pada usaha perikanan dalam Peraturan Menteri ini dapat berlaku secara mutatis mutandis terhadap usaha perikanan yang perizinannya diterbitkan oleh Gubernur.
  • 14. - 15 - BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Peraturan Menteri di bidang perikanan yang mengatur: a. perizinan Usaha Perikanan; b. penerbitan surat laik operasi; c. penerbitan surat persetujuan berlayar; d. penerbitan Sertifikat Kelayakan Pengolahan dan Sertifikat Penerapan Program Manajemen Mutu Terpadu; e. pelaksanaan tugas pengawasan; dan f. pelaksanaan tugas kesyahbandaran di pelabuhan perikanan, wajib menyesuaikan pengaturannya pada Peraturan Menteri ini dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan. Pasal 15 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
  • 15. - 16 - Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 8 Desember 2015 MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SUSI PUDJIASTUTI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 10 Desember 2015 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. WIDODO EKATJAHJANA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 1851
  • 16. 16 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PERMEN-KP/2015 TENTANG SISTEM DAN SERTIFIKASI HAK ASASI MANUSIA PADA USAHA PERIKANAN KRITERIA KEPATUHAN HAM PERIKANAN NO ASPEK HAM JENIS HAM KRITERIA KETERANGAN 1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Hak untuk mendapatkan perlindungan atas K3. 1.1 Pengusaha Perikanan harus memiliki Standard Operating Procedure (SOP) tentang kesehatan untuk memastikan: a. Awak Kapal Perikanan yang akan direkrut memiliki sertifikat sehat (surat keterangan sehat); b. Pengusaha Perikanan mempunyai prosedur 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen
  • 17. 17 pemeriksaan kesehatan Awak Kapal Perikanan dan/atau Pekerja secara berkala; c. Pengusaha Perikanan telah menunjuk rumah sakit yang memenuhi syarat yang ditetapkan Pengusaha Perikanan atau rumah sakit lain yang memenuhi syarat dalam keadaan darurat; dan d. adanya Awak Kapal Perikanan dan/atau Pekerja yang memiliki sertifikasi dan kemampuan sebagai petugas pertolongan pertama pada kecelakaan kerja yang dapat memberikan instruksi penggunaan peralatan dan obat-obat kesehatan. 1.2 Pengusaha Perikanan harus memiliki SOP tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
  • 18. 18 identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pengendalian resiko untuk memastikan resiko K3 yang telah atau akan muncul dapat dikendalikan. 1.3 Pengusaha Perikanan harus memiliki SOP tentang akomodasi untuk memastikan tersedianya akomodasi yang cukup kepada Awak Kapal Perikanan selama operasi penangkapan ikan dengan ketentuan: a. Pengusaha Perikanan menyediakan persediaan akomodasi makanan dan minuman dengan kualitas dan kuantitas yang cukup selama operasi penangkapan ikan dan Awak Kapal Perikanan tidak dikenakan biaya untuk
  • 19. 19 itu); dan b. makanan dan minuman yang disediakan harus memenuhi standar nilai nutrisi dan higienis. 1.4 Pengusaha Perikanan harus memiliki SOP tentang peralatan dan perlengkapan keselamatan kerja dengan persyaratan: a. disediakan secara cuma-cuma, semua peralatan dan perlengkapan keselamatan kerja yang diwajibkan bagi Awak Kapal Perikanan dan/atau Pekerja sesuai dengan identifikasi bahaya penilaian resiko yang telah ditetapkan; dan b. disediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan
  • 20. 20 petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pengawas keselamatan kerja. 1.5 Pengusaha Perikanan harus memiliki SOP tentang aturan rambu-rambu K3 yang: a. diletakkan pada tempat- tempat yang mudah dilihat dan terbaca; dan b. dibuat dalam bahasa dan simbol yang dimengerti oleh seluruh Awak Kapal Perikanan dan Pekerja. 1.6 Pengusaha Perikanan harus memiliki SOP pelatihan K3 yang mengatur: a. pelatihan dilaksanakan secara periodik (6 bulan sekali); b. pelatihan bagi Pengusaha Perikanan yang memiliki
  • 21. 21 kapal perikanan dan/atau menyewa dan/atau mengelola Kapal Perikanan dipimpin oleh nahkoda yang diawasi oleh Syahbandar di Pelabuhan Perikanan; c. pelatihan bagi Pengusaha Perikanan yang memiliki Unit Pengolahan Ikan dan/atau eksportir perikanan dilakukan oleh pekerja yang memiliki keahlian tentang K3; d. pelatihan tentang penggunaan alat penangkapan ikan dan alat lainnya yang akan digunakan di atas kapal bagi Pengusaha Perikanan yang memiliki kapal perikanan dan/atau
  • 22. 22 menyewa dan/atau mengelola Kapal; dan e. pelatihan tentang pengenalan tempat kerja (induction training) kepada calon Awak Kapal Perikanan dan pekerja baru dan tamu. 1.7 Pengusaha Perikanan harus mengikuti inspeksi K3 dengan ketentuan: a. inspeksi dilaksanakan secara periodik selama 6 bulan sekali; b. inspeksi dilakukan melalui pemeriksaan mendalam terhadap fasilitas akomodasi dan K3 di atas kapal bagi Pengusaha Perikanan yang memiliki kapal perikanan dan/atau
  • 23. 23 menyewa dan/atau mengelola Kapal dan pada unit pengolahan ikan bagi pengusaha perikanan yang memiliki unit pengolahan ikan;dan c. inspeksi di atas kapal dilakukan oleh syahbandar pada pelabuhan perikanan dan inspeksi pada unit pengolahan ikan dilakukan oleh pengawas perikanan. 1.8 Pengusaha Perikanan harus memiliki SOP pertolongan pertama pada kecelakaan untuk memastikan: a. tersedianya peralatan dan obat-obatan untuk pertolongan kesehatan/ kecelakaan kerja pada kapal dan/atau unit pengolahan
  • 24. 24 ikan yang jumlahnya disesuaikan dengan Awak Kapal Perikanan dan/atau Pekerja, fishing ground (area operasi) dan periode operasi penangkapan ikan dan/atau pengolahan ikan;dan b. tersedianya instruksi kerja yang dimengerti oleh Awak Kapal Perikanan dan/atau Pekerja tentang peralatan dan obat-obatan untuk pertolongan kesehatan/ kecelakaan kerja di kapal/lingkungan usaha perikanan. 1.9 Pengusaha Perikanan harus memiliki SOP pencatatan dan pelaporan kecelakaan kerja. 1.10 Pengusaha Perikanan membentuk tim K3.
  • 25. 25 1.11 Pengusaha Perikanan harus memiliki SOP dalam upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan kerja dan bencana industri. 2. Sistem Perekrutan Awak Kapal Perikanan dan Pekerja 2. Hak atas pekerjaan yang layak dan adil (termasuk perjanjian kerja, pengupahan, pembatasan waktu kerja, istirahat, cuti dan libur) 2.1 Pengusaha Perikanan harus memiliki SOP tentang rekrutmen Awak Kapal Perikanan dan Pekerja yang mengatur bahwa: a. rekrutmen Awak Kapal Perikanan harus dilakukan oleh lembaga resmi yang diperbolehkan sebagai Perusahaan Keagenan Awak Kapal Perikanan yang memiliki izin dari kementerian tenaga kerja; b. biaya Rekrutmen tidak dibebankan kepada Awak
  • 26. 26 Kapal Perikanan dan/atau Pekerja; c. perjanjian kerja bagi Awak Kapal Perikanan dan/atau Pekerja harus dibuat secara adil, transparan, tanpa diskriminasi dan dalam format serta bahasa yang mudah dimengerti serta harus ditandatangani semua pihak; d. Awak Kapal Perikanan Tidak boleh menggunakan tenaga kerja alih daya; e. seluruh Awak Kapal Perikanan dan/atau Pekerja dapat menjadi anggota serikat pekerja yang sah dan diakui; f. dokumen Perjanjian kerja laut disimpan oleh
  • 27. 27 Pengusaha Perikanan dan dipegang oleh masing- masing Awak Kapal Perikanan dan/atau Pekerja; dan g. perusahaan Keagenan Awak Kapal Perikanan harus terdaftar secara resmi di Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai penyalur Awak Kapal Perikanan. 2.2 Pengusaha Perikanan harus menetapkan aturan persyaratan bagi Awak Kapal Perikanan sedikitnya: a. mempunyai sertifikat kompetensi keselamatan pelayaran (layak laut), kompetensi keselamatan operasional penangkapan
  • 28. 28 ikan (layak tangkap), kompetensi keamanan pangan hasil perikanan (layak simpan) yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan jabatan dan keahlian yang dibutuhkan; b. menetapkan usia minimum bekerja yaitu 18 tahun; c. berkewarganegaraan Indonesia, atau diperbolehkan berkewarganegaraan asing secara terbatas untuk jabatan dan batas waktu tertentu sesuai dengan peraturan perundang- undangan ketenagakerjaan tentang tata cara penggunaan tenaga kerja
  • 29. 29 asing dan peraturan keimigrasian; d. sebelum bekerja di atas kapal, awak kapal perikanan harus memperoleh pelatihan sebelum bekerja di atas kapal perikanan (pre sea training); e. setiap Awak Kapal Perikanan harus tercantum dalam buku sijil dan crew list; dan f. setiap personil selain awak kapal perikanan (taruna atau siswa magang, dan observer) harus tercantum dalam daftar tersendiri. 2.3 Pengusaha Perikanan yang memiliki kapal perikanan dan/atau menyewa dan/atau
  • 30. 30 mengelola Kapal harus membuat perjanjian kerja laut yang termasuk di dalamnya mengatur ketentuan berikut: a. wilayah hukum PKL; b. kepastian hukum PKL; c. kondisi dan persyaratan kerja di kapal perikanan; d. umur; e. standar kesehatan; f. kompetensi awak kapal perikanan; g. sertifikat kompetensi; h. otoritas kompeten; i. dokumen awak kapal perikanan; j. hak dan kewajiban; k. jam kerja, cuti, dan izin kerja; l. jaminan pertanggungan; m. akomodasi, makanan, dan
  • 31. 31 minuman; n. pemulangan; o. pengupahan; p. standar upah sistem pembayaran; q. penandatanganan dan masa berlaku; r. pemutusan hubungan kerja s. force majeur; t. penempatan awak kapal perikanan; u. penyelesaian sengketa dan advokasi; v. materi PKL; dan w. sanksi. 2.4 PKL bagi Awak Kapal Perikanan harus diperiksa dan disahkan oleh syahbandar di pelabuhan perikanan.
  • 32. 32 2.5 Pengusaha Perikanan yang memiliki Unit Pengolahan Ikan dan/atau melakukan ekspor produk perikanan wajib membuat format perjanjian kerja yang sekurang- kurangnya memuat: a. nama, alamat Pengusaha Perikanan, dan jenis usaha; b. nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh; c. jabatan atau jenis pekerjaan; d. tempat pekerjaan; e. besarnya upah dan cara pembayarannya; f. syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban Pengusaha Perikanan dan pekerja; g. mulai dan jangka waktu
  • 33. 33 berlakunya perjanjian kerja; h. tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; dan i. tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja. 3. Sistem Ketenagakerjaan 1. Hak atas kebebasan berpendapat dan berserikat; 2. Hak atas jaminan sosial; 3. Hak atas pekerjaan yang layak dan adil (hak atas perjanjian kerja bersama yang mengatur pengupahan, pembatasan waktu kerja, 3.1. Pengusaha Perikanan harus menetapkan aturan tertulis tentang hubungan kerja yang diatur dalam perjanjian kerja bersama yang telah disepakati Pengusaha Perikanan dan serikat pekerja dengan persyaratan: a. ditandatangan para pihak (perwakilan serikat pekerja) pembuat perjanjian kerja bersama tanpa paksaan dan tekanan; b. jangka waktu dan tanggal mulai berlakunya perjanjian kerja bersama; 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaa. 3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009. 4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perlindungan dan Penempatan Tenaga
  • 34. 34 istirahat, cuti, dan libur) c. perjanjian kerja bersama didaftarkan dan disahkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan; d. perjanjian kerja bersama dipegang oleh masing- masing Awak Kapal Perikanan dan/atau pekerja. 3.2. Pengusaha Perikanan harus membuat Perjanjian Kerja Bersama (PKB) atau Peraturan Perusahaan memuat paling sedikitnya: a. hubungan kerja termasuk di dalamnya: perekrutan, penempatan, pengangkatan, pemindahan, dan pemutusan hubungan kerja Awak Kapal Perikanan dan/atau Kerja Indonesia di Luar Negeri. 5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan. 6. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 32/PERMEN- KP/2014 Tahun 2014 tentang Pelayanan Publik di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan. 7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 3/PERMEN- KP/2013 Tahun 2013 tentang Kesyahbandaran di Pelabuhan Perikanan.
  • 35. 35 Pekerja; b. mekanisme hari dan waktu kerja yang di dalamnya termasuk lembur pekerja dan waktu istirahat yang cukup dan teratur; c. pembebasan dan kewajiban untuk bekerja yang di dalamnya termasuk hari istirahat, cuti, hari libur resmi, dan izin meninggalkan pekerjaan dengan mendapat upah; d. sistem dan standar pengupahan mengacu pada peraturan perundang- undangan yang berlaku; e. jaminan sosial/kesejahteraan Awak Kapal Perikanan dan Pekerja yang di dalamnya 8. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 52A/KEPMEN- KP/2013 tentang Persyaratan Jaminan Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan Pada Proses Produksi, Pengolahan Dan Distibus. 9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.07/MEN/2011 tentang Sistem Standar Mutu Pendidikan dan Pelatihan, Ujian, serta Sertifikasi Pelaut Kapal Penangkap Ikan.
  • 36. 36 termasuk aturan tentang perawatan dan pengobatan awak kapal perikanan, upah selama sakit, program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, tunjangan hari raya keagamaan. 3.3. Pengusaha Perikanan yang memiliki kapal perikanan dan/atau menyewa dan/atau mengelola Kapal harus membuat SOP pengawakan kapal perikanan untuk memastikan bahwa: a. setiap kapal yang berlayar memiliki sijil dan crew list setiap operasi penangkapan ikan dengan ketentuan: 1) dibuat dan disahkan
  • 37. 37 oleh Syahbandar di pelabuhan Perikanan; dan 2) sijil dan crew list sesuai dengan jumlah awak kapal perikanan yang ada di kapal. b. identitas Awak Kapal Perikanan pada sijil dan crew list sesuai dengan identitas Awak Kapal Perikanan pada kapal; c. awak Kapal Perikanan memiliki dokumen awak kapal perikanan yang sah dan resmi; d. awak Kapal Perikanan yang dipekerjakan memiliki kompetensi layak laut, layak tangkap, dan layak simpan; dan
  • 38. 38 e. awak Kapal Perikanan memiliki perjanjian kerja laut. 3.4. Pengusaha Perikanan harus memiliki SOP tentang pelatihan Awak Kapal Perikanan dan/atau Pekerja yang mengatur tentang: a. peningkatan dan/atau pengembangan kompetensi Awak Kapal Perikanan dan/atau Pekerja sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya; b. pelatihan kerja bagi tenaga kerja penyandang cacat yang dilaksanakan dengan memperhatikan jenis, derajat kecacatan, dan kemampuan tenaga kerja
  • 39. 39 penyandang cacat yang bersangkutan. 4. Tanggung Jawab Pengembangan Masyarakat yang Berkelanjutan. 1. Hak mengembang kan diri; dan 2. Hak atas kesejahteraan. 4.1. Pengusaha Perikanan harus merencanakan program pengembangan ekonomi masyarakat sekitar dengan: a. Pengusaha Perikanan yang memiliki kapal perikanan dan/atau menyewa dan/atau mengelola dengan jumlah akumulasi kapal sebanyak 2000 GT wajib memiliki nelayan binaan yang bukan Awak Kapal Perikanan perusahaan; b. Pengusaha Perikanan yang memiliki Unit Pengolahan Ikan wajib memiliki masyarakat binaan yang mengelola usaha pengolahan ikan skala kecil; Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
  • 40. 40 c. memprioritaskan rekrutmen tenaga perusahaan dengan mengutamakan masyarakat sekitar; dan d. mewajibkan Pengusaha Perikanan menerima taruna/siswa magang. 4.2. Pengusaha Perikanan harus memiliki SOP terkait proses penggunaan lahan perusahaan (jual beli/sewa) sesuai dengan ketentuan perundang- undangan yang berlaku yang disepakati bersama dengan masyarakat sekitar perusahaan. 5. Tenaga Keamanan. 1. Hak atas rasa aman; 2. Hak atas kebebasan pribadi. 5.1 Pengusaha Perikanan memastikan tenaga keamanan yang digunakan tidak menimbulkan pelanggaran HAM melalui: Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
  • 41. 41 a. SOP demonstrasi pekerja dan masyarakat sekitar; b. kode etik dan SOP pengamanan; dan c. syarat dan Kriteria tenaga keamanan di Pengusaha Perikanan. 6. Lingkungan 1. Hak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat; dan 2. Hak atas kesejahteraan. 6.1 Pengusaha Perikanan harus memiliki SOP tentang penanganan limbah Bahan Beracun Berbahaya (B3) sehingga tidak secara langsung membuang limbahnya ke media lingkungan hidup; 6.2 Pengusaha Perikanan harus memiliki SOP untuk memastikan sumber tidak bergerak yang mengeluarkan emisi dan/atau gangguan wajib telah memenuhi persyaratan mutu emisi dan/atau gangguan 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahung 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaaan Lingkungan Hidup. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. 4. Peraturan Pemerintah
  • 42. 42 yang ditetapkan oleh peraturan perundang pemerintah. Perikanan harus memiliki SOP perlindungan lingkungan dan ekosistem di kapal termasuk didalamnya pembuangan limbah pengolahan, ikan hasil tangkapan yang tidak didaratkan/dibuang Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. 5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. 7. Pengambilalihan Lahan 1. Hak untuk Hidup; dan 2. Hak atas kesejahteraan. 7.1 Pengusaha Perikanan harus memiliki SOP untuk memverifikasi seluruh klaim dan kepemilikan tanah; 7.2 Pengusaha Perikanan harus memiliki SOP untuk memastikan tidak dilakukan tindakan pemaksaan terhadap masyarakat lokal untuk mendapatkan kepemilikan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
  • 43. 43 properti masyarakat lokal; 7.3 SOP Pengusaha Perikanan terkait pengambilalihan lahan/ pembelian lahan harus memastikan dilakukan konsultasi dengan seluruh pihak yang terkena dampak sebelum melakukan pengambilalihan lahan melalui pihak ketiga, dan apabila masyarakat adat (indigenous people) terlibat, harus melalui persetujuan diawal tanpa paksaan (free and informed consent); 7.4 Pengusaha Perikanan harus memiliki SOP untuk memastikan bahwa Pengusaha Perikanan tidak ikut terlibat dalam pemindahan paksa, kecuali pemindahan dilakukan
  • 44. 44 sesuai dengan hukum internasional dan solusi alternatif telah dipertimbangkan; 7.5 Ketika melakukan pembelian atau penyewaan lahan dari pemerintah, Pengusaha Perikanan harus memeriksa pemakaian lahan dan memastikan tidak dilakukan pemindahan paksa, kecuali sesuai dengan hukum internasional; 7.6 Pengusaha Perikanan harus memastikan bahwa penggantian yang wajar (perumahan, tanah, uang, dll.) telah diberikan kepada seluruh pihak yang terkena dampak dalam hal pemindahan; 7.7 Pengusaha Perikanan harus
  • 45. 45 memeriksa hak-hak seluruh masyarakat terkait akses dan penggunaan lahan dan melakukan dialog dengan seluruh pihak yang terkena dampak untuk mendapatkan solusi yang diterima oleh seluruh pihak atas penggunaan lahan. MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SUSI PUDJIASTUTI