1. Cara Pemberian Obat pada Anak dan Bayi
Berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan oleh orangtua anak
maupun bayi
Apa yang diperhatikan dokter saat memberikan obat pada bayi atau anak?
Saat meresepkan obat untuk bayi dan anak, dokter akan melihat:
1. Diagnosa penyakit berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium (jika diperlukan).
2. Usia bayi. Semakin kecil usia bayi semakin banyak obat yang belum boleh diberikan.
3. Berat badan bayi. Dosis obat diberikan berdasarkan berat bayi sehingga penimbangan berat
badan sangat penting.
Jika obat si kecil tersisa, bolehkah diberikan kembali bila suatu waktu ia mengalami penyakit
yang sama?
Bergantung jenis obatnya, jika:
1. Antibiotik. Tidak boleh! Apapun bentuknya baik itu sirup atau puyer. Antibiotik harus
dihabiskan atau sesuai instruksi dokter.
2. Racikan. Baik sirup maupun puyer sebaiknya tidak diberikan, dikhawatirkan terdapat jenis
obat yang tidak bisa dikonsumsi kembali.
3. Obat sirup. Boleh diberikan, misalnya obat penurun panas, batuk, pilek, dan lain-lain.
4. Puyer, seperti obat kejang atau obat emergency lainnya, bisa diberikan asalkan kondisi obat
tidak berubah, baik warna atau tekstur (menggumpal/tidak). Serta, berat badan atau usia bayi
tidak jauh berbeda saat obat tersebut diberikan.
Obat sirup dapat tahan berapa lama setelah kemasannya dibuka?
Sebenarnya tidak ada waktu yang pasti. Ibu sebaiknya mengecek kembali kondisi dan tanggal
kadaluwarsa obat.
Bagaimana cara penyimpanan yang baik untuk obat sirup sisa?
1. Tutup botol obat dengan rapat, cuci/lap dengan air hangat untuk menghilangkan sisa obat di
luar botol.
2. Letakkan di tempat yang tertera dalam kemasan obat. Jika diminta di dalam lemari pendingin,
sebaiknya tidak di freezer, tempatkan pada wadah terpisah yang tertutup agar tidak
terkontaminasi dari sayuran atau bahan lainnya yang ada dalam lemari pendingin.
3. Simpan dalam suhu ruangan yang terjaga (26 - 27 derajat Celsius) dan hindarkan dari sinar
matahari langsung.
Bolehkah si kecil diberikan obat milik bayi atau anak lain?
Lihat kondisi si kecil. Prinsipnya boleh saja, terbatas obat untuk pertolongan pertama, misalnya penurun
panas, asalkan usia atau berat badan antara bayi satu dengan lainnya tidak jauh berbeda, bisa
menggunakan aturan pemakaian yang sama. Tapi bila berbeda berat badan maupun usianya tanyakan
kepada apoteker Anda. Untuk obat-obat selain obat penurun panas disarankan untuk memeriksakan ke
2. dokter agar pengobatan sesuai dengan kondisi dan dosis yang diperlukan.
Mana lebih baik, obat penurun panas golongan paracetamol atau ibuprofen?
Dua-duanya sama saja, namun kadang ada yang merasa lebih cocok menggunakan paracetamol
dibandingkan ibuprofen atau sebaliknya.
Tapi biasanya untuk anak yang memiliki riwayat kejang atau panas yang sulit turun, dokter mungkin
mengombinasikan 2 jenis obat penurun panas yang diberikan secara selang-seling.
Untuk kasus yang diduga demam berdarah dengue, pemberian parasetamol menjadi pilihan.
Dikarenakan pemberian ibuprofen diduga dapat mengakibatkan turunnya jumlah trombosit.
Kapan boleh diberikan obat penurun panas ulang setelah pemberian yang pertama?
Pemberian diulang 4 - 6 jam setelah pemberian obat sebelumnya. Jika panas sulit turun, ibu dapat
memberikan bayi minum lebih banyak dan mengompres badannya dengan air hangat.
Mana lebih baik, obat penurun panas lewat mulut atau anus?
Sama saja, namun obat yang diberikan melalui anus bereaksi lebih cepat. Tetapi pemberiannya
disesuaikan juga dengan keluhan si kecil. Jika bayi muntah, obat akan diberikan melalui anus. Namun
jika bayi menderita diare, akan lebih efektif jika obat diberikan lewat mulut.
Bolehkah menghentikan pemberian antibiotik sebelum waktunya?
Tidak boleh karena dapat menimbulkan resistensi/kebalnya kuman terhadap obat. Ibu juga tidak boleh
mengganti aturan minumnya, misal: 4x1 menjadi 3x1 karena tiap antibiotik memiliki masa kerjanya
sendiri. Seandainya si kecil terlewat 1x waktu minum antibiotik, Ibu tetap memberikannya sesuai
petunjuk pemakaian dengan selang waktu lebih singkat, misalnya: seharusnya bayi minum obat pukul 9
tapi dipercepat menjadi pukul 6.
Benarkah pemberian antibiotik pada bayi dapat mengakibatkan gigi kuning saat anak besar?
Saat Ibu masih kecil, ada jenis antibiotik Tetracycline. Nah, jenis ini dapat menyebabkan gigi kuning
saat si kecil besar. Namun jangan khawatir karena sekarang sudah jarang digunakan.
Apakah obat paten lebih baik daripada obat generik?
Antara paten dan generik memiliki kualitas yang sama. Dikarenakan memiliki kandungan yang sama
pula. Obat paten biasanya jauh lebih mahal dibandingkan obat generiknya dikarenakan bahan tambahan,
biaya pengemasan dan biaya promosinya. Namun kadang dokter meresepkan obat paten dikarenakan
ada beberapa jenis obat yang belum tersedia generiknya.
Mungkinkah terjadi reaksi alergi pada bayi saat pemberian obat? Jika ya, bagaimana ciri-
cirinya?
Reaksi alergi karena pemberian obat sangat mungkin terjadi.
3. Ciri-ciri yang timbul bergantung pada sistem apa yang terkena, misalnya:
1. Pencernaan, ditandai bayi mengalami mual, muntah sampai diare.
2. Pernapasan, ditandai dengan suara grok-grok akibat produksi lendir yang berlebih. Bahkan bisa
sampai terjadi sesak napas.
3. Kulit, timbul bercak-bercak merah, gatal sampai melepuh.
Reaksi alergi ini dapat timbul langsung sehabis obat diberikan atau bahkan beberapa hari setelahnya.
Jadi, ibu disarankan untuk menyimpan copy resep maupun kuitansi pembayaran obat si kecil guna
mencari tahu obat mana yang menimbulkan reaksi alergi. Dengan adanya data obat apa saja yang
pernah digunakan, ibu dapat mengetahui riwayat pengobatan si kecil pula.
Apa tindakan orangtua jika bayinya mengalami reaksi alergi obat?
Yang pertama dilakukan adalah menghentikan penggunaan obat untuk menghindari reaksi yang lebih
lagi.
Tindakan yang dapat dilakukan bergantung keluhan yang timbul, jika:
1. Ringan, sebatas gatal dan merah-merah, Ibu cukup menghentikan pemberian obatnya dan beri
obat topikal pada daerah yang terkena.
2. Berat, seperti muntah-muntah, diare sampai sesak, segera hentikan pemberian obat dan bawa
ke pusat kesehatan terdekat.
Bolehkah menaikkan/menurunkan dosis obat secara mandiri oleh orangtua?
Sebaiknya konsultasikan dengan dokter, jangan menurunkan/menaikkan dosis secara mandiri. Jika
overdosis, dapat mengakibatkan gangguan hati dan ginjal pada jangka panjang. Namun, jika dosisnya
kurang, maka obat tidak dapat bekerja secara optimal.
Bagaimana jika bayi memuntahkan obat?
Jika obat yang diberikan langsung dimuntahkan, Ibu bisa memberikan lagi dengan dosis yang sama.
Namun jika si kecil muntah setelah 30 menit, Ibu tidak perlu mengulangi, karena usus akan menyerap
sebagian besar obat pada waktu 30 - 45 menit setelah pemberian.
Hubungi dokter anak Anda, bila si kecil bolak-balik muntah. Pemberian dosis obat yang terlalu sering
bisa menyebabkan muntah maupun diare, terutama pada beberapa jenis antibiotika. Kalau sudah begini,
pemberian antibiotika bisa dilakukan dengan cara disuntik.
Bolehkah mencampur obat, misalnya obat sirup dicampur puyer?
Boleh, tetapi Ibu harus memerhatikan waktu pemberiannya. Jangan menggabungkan obat yang
seharusnya diminum sebelum makan dengan obat setelah makan.
Manakah yang lebih baik, obat sirup atau puyer?
Sama saja, namun jika obat yang diresepkan jumlahnya banyak, maka demi kepraktisan biasanya dokter
4. meresepkan obat racikan agar si kecil tidak perlu meminum banyak obat.
Bolehkah memberikan obat pada bayi dengan dicampur madu?
Anak-anak sering tidak nyaman dengan rasa obat yang sebagian besar pahit. Untuk memperbaiki rasa
sebaiknya bisa diberikan air gula maupun madu murni. Namun kadang dikhawatirkan madu yang
beredar belum tentu baik, kadar gula yang tinggi juga bisa menyebabkan batuk. Jika terpaksa harus
memberikan puyer yang pahit, Ibu bisa meminta tambahan penetralisir rasa di apotek terdekat.
Bolehkah bayi langsung meminum susu setelah minum obat?
Bergantung jenis obatnya. Ada yang bisa namun ada juga yang menunggu 30 menit setelah pemberian
obat, karena ada beberapa obat tertentu yang larut dalam susu.
Ada beberapa obat yang boleh diberikan bersama dengan susu. Misalnya sediaan serbuk Lactobacillus
(yang biasa digunakan untuk mengatasi diare pada anak). Namun susu harus diminum semuanya agar
obat yang diterima si kecil sesuai dengan dosisnya.
Tip mudah memberikan obat pada bayi?
1. Ciptakan suasana yang santai, jika si kecil suka mendengar musik maka mainkan musik.
Alihkan perhatian agar ia tidak tahu akan diberi obat.
2. Hindari penggunaan suara keras saat memberikan obat. Gunakan nada lembut dan Ibu dalam
kondisi rileks.
3. Posisikan bayi dengan kepala lebih tinggi agar obat tidak masuk ke paru-paru. Umumnya,
memberi obat pada bayi lebih susah, karena ia suka berontak. Makanya, posisi tubuhnya musti
pas. Caranya? Pangku si kecil, lalu aturlah agar posisinya setengah duduk.
Catatan: Jangan menelentangkan bayi, sebab obat bisa masuk ke paru-paru. Khusus bayi, sebaiknya
obat cair diberikan dengan pipet. Bayi kan belum bisa menelan dari sendok! Ada triknya agar obat tadi
benar-benar ditelan si kecil. Misalnya, letakkan pipet di sudut mulut bayi, lalu secara perlahan-lahan
keluarkan obat. Letakkan ujung pipet obat di bibir bawah si kecil, biarkan obat mengalir ke dalam
mulut.
Sebagian dari kasus keracunan obat disebabkan oleh karena cara penyimpanan obat yang salah.
Menyimpan obat dengan benar dapat menjamin keamanan pemakaian obat-obatan tersebut.
Penyimpanan obat dengan cara yang benar membantu menjaga kondisi obat tetap dalam keadaan yang
baik atau tidak rusak. Selain itu, juga dapat menghindarkan kesalahan penggunaan obat oleh orang
yang salah, misalnya anak-anak.
Seperti dikutip dari MedicineNet, Selasa (10/10/2011), Cleveland Clinic merekomendasikan cara
penyimpanan obat yang benar, yaitu:
1. Ikuti petunjuk penyimpanan pada label kemasan obat
Biasanya pada label kemasan obat akan tertulis petunjuk, antara lain simpan obat dalam wadah tertutup
pada suhu kamar, jauh dari panas, kelembaban, dan cahaya langsung, serta jauhkan dari pembekuan.
2. Hindari meninggalkan obat di kamar mandi, mobil, atau di tempat yang
lembab dan terlalu panas.
5. 3. Dinginkan obat hanya jika pada label kemasan obat tersebut tertulis demikian
Bentuk obat-obat tertentu, seperti supositoria memang harus disimpan dalam lemari pendingin.
4. Pastikan semua obat yang disimpan aman dari jangkauan anak
Menyimpan obat jauh dari jangkauan anak-anak sangat penting karena dapat menghindarkan kesalahan
penggunaan obat tertentu oleh anak, sehingga juga menghindarkan kasus keracunan obat pada anak.
Kasus keracunan obat pada anak, meliputi:
a. Kesalahan penggunaan obat dewasa yang digunakan pada anak.
b. Kasus obat tertelan pada anak karena anak ingin coba-coba.
c. Obat yang memang diindikasikan untuk anak, namun karena berada dalam jangkauan anak sehingga
terjadi kesalahan dosis.
5. Jika menggunakan pil organizer, pastikan semua obat dapat mudah diidentifikasi
Pil organizer, atau pil kontainer, atau kotak khusus pil digunakan untuk menyimpan obat sesuai dengan
dosis yang dijadwalkan untuk seseorang. Pil organizer biasanya dibuat dengan kompartemen untuk
setiap hari dalam seminggu. Pil organizer merupakan tempat penyimpan obat untuk mencegah atau
mengurangi kesalahan penggunaan obat oleh pasien. Menyimpan obat dalam pil organizer harus
dilakukan dengan teliti, agar tidak terjadi kesalahan penggunaan obat.
6. Simpan obat dalam wadah asli dengan tutup yang tertutup rapat
Bagaimana pun juga wadah asli dari obat yang berasal dari pabrik sudah didesain sedemikian rupa
sehingga dapat menyimpan obat dengan baik.
7. Buanglah obat yang sudah kadaluwarsa atau obat yang sudah tidak diperlukan lagi
Sangat perlu untuk mengecek lemari penyimpan obat secara berkala, untuk melacak obat-obatan yang
memang sudah kadaluwarsa. Sisa obat-obatan yang diperoleh dengan resep dokter dari pengobatan
terdahulu jika sudah tidak diperlukan lagi, sebaiknya juga dibuang. Pembuangan obat-obatan yang
sudah kadaluwarsa dan obat-obatan yang sudah tidak diperlukan lagi dapat mencegah keracunan obat.
MODUL II
MATERI PELATIHAN PENINGKATAN
PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN
MEMILIH OBAT
BAGI KADER
DIREKTORAT BINA PENGGUNAAN OBAT RASIONAL
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2008
55
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
KementerianK esehatanR l menetapkanv isi yaitu "masyarakayta ng mandiri
untuk hidup Sehat" dengan misi "membuat rakyat sehat" yang berupaya untuk
memfasilitapsei rcepata&n pencapaiadne rajatk esehatanya ngs etinggitingginybaa gi
seluruhm asyarakaItn donesiaV. isi pembangunakne sehatany aitu IndonesiaS ehat
2010 menggambarkabna hwa pada tahun 2010 bangsa Indonesiah idup dalam
lingkungany ang sehat, berperilakus ehat serta mampu menjangkaup elayanan
kesehatanya ng bermutus ecaraa dil dan meratas ehinggam emilikdi erajatk esehatan
yangt inggi.
Berkaitan'd efrgan hal tersebutd iatas, Ditjen Bina Kefarmasiand an Alat
Kesehatamn elaluDi irektoraBt inaP enggunaaOn batR asionaml enyusunk urikulumda n
modul pelatihante ntangp eningkatanp engetahuadna n keterampilanm emiliho bat.
Tujuanm oduli ni sebagaai cuany anga kand ilatihkakne padaT enagaK esehatanK, ader
6. Kesehatadna nm asyarakautn tukm eningkatkapne ngetahuadna nk eterampilamn emilih
obat,y angm erupakasna lahs atub entukp emberdayaamna syarakat.
Obatm erupakapnr oduky angd iperlukaunn tukp emeliharaadna n meningkatkan
kesehatann,a munji ka penggunaannysaa lah,t idakt epat,t idaks esuaid engant akaran
dani ndikasinyaak anm embahayakan.
Mengobatdi iri sendirim erupakanu payay ang palingb anyakd ilakukano leh
masyarakaut,n tukm engataski eluhang, ejalap enyakist ebelumm emutuskamn encari
pertolongakne padat enagak esehatana taus aranap elayananke sehatanO. lehk arena
itu masyarakamt embutuhkainn formasyi ang jelas,b enard an dapatd ipercayaa gar
penentuank ebutuhanje nis dan jumlaho bat dapatd iambilb erdasarkaanl asany ang
rasional.
Moduli ni disusunu ntukm embekamli asyarakaste bagapi enggunao batb ebas,
mendapatkain formasyi angb enars ehinggad apatm eningkatkakne trampilamn emilih
dan menentukano bat untukm engobatdi irinyas endirid an mengelolao bat di rumah
tangganya.
Akhirnyak epadas emuap ihaky ang terlibatd i dalam pelaksanaanp elatihan
PeningkataPne ngetahuadna n KeterampilaMn emilihO bat,m oduli ni diharapkadna pat
menjadai cuand an sumberi nformasbi agit enagak esehatank,a derk esehatand alam
memberikapne latihan/penyuluhteant angp enggunaaonb aty ang benaru ntukd irinya
sendir(is elfm edicationd)e ngano ptimasl esuatiu gasnya.
BinaK efarmasiadna nA latK esehatan
KATA PENGANTAR
Puji syukurk ita panjatkank ehadiranT uhan Yang Maha Esa, atas izin dan
karuniaNya akhirnya Modul Pelatihan Peningkatan pengetahuan dan
KeterampilaMn e5nilihO bat bagi kader kesehatans erta masyarakadt apat
diselesaikand engan baik setelahm elaluit ahapand an prosesy ang cukup
panjang.
Modulp elatihanin i disusunm enggunakaMn etodeC araB elajarl buA ktif( CBIA)
sebagaiP edomanP elatihanb agi kader kesehatand an masyarakaty, ang
tersusunb erkatk erjas amad an dukungand ariW HO,T im Konsultand,a n para
pelaksanase rtas eluruhs taf DirektoraBt inaP enggunaaOn batR asional.p ada
kesempatainn i kamis ampaikanp enghargaadna n terimak asihk epadas emua
pihaky angm embantpue nyusunamn oduiln i.
Kamim enyadarbi ahwam odulp elatihanin i masihj auh dari sempurnaO. leh
karena itu saran dan kritik membangun sangat kami harapkan guna
penyempurnaakne depan.
Akhirnyak ami berharapm odul ini dapat bermanfaabt agi para pelatihy ang
berkepentingadna nt erkaitd enganp engobatasne ndirmi elalumi etodeC BIA
DirektuBr ina PenggunaaOn batR asional
KONTRIBUTOR
1. Dra. Nasirah Bahaudin, Apt.MM.
2. DR. Sri Suryawati
3. Dra. Nani Sukasediati, MS,Apt.
4. Dra. R. Dettie Yuliati, MSi,Apt.
5. Dra. Martuti Budiharto,MM,Apt.
6. Yusi Anggriani,S.Si.M.Kes,Apt.
7. Dra. Dara Amelia, MM,Apt.
8. Rohayati Rahafat, S.Si,Apt.
EDITOR
1. Dra. R. Dettie Yuliati, MSi,Apt.
2. Dra. Martuti Budiharto,MM,Apt.
3. Yusi Anggriani,S.Si.M.Kes,Apt.
4. Dra. Dara Amelia, MM,Apt.
5. Rohayati Rahafat, S.Si,Apt
6. Sari Mutiarani, S.Si,Apt
0
BAB I
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM
PENGOBATAN SENDIRI
A. PENDAHULUAN
7. 1. LATAR BELAKANG
Pengobatan sendiri (self medication) merupakan upaya yang paling
banyak dilakukan masyarakat untuk mengatasi keluhan atau gejala
penyakit, sebelum mereka memutuskan mencari pertolongan ke pusat
pelayanan kesehatan/ petugas kesehatan. Lebih dari 60 % masyarakat
mempraktekkan self-medication ini, dan lebih dari 80 % di antara mereka
mengandalkan obat modern (Flora, 1991).
Apabila dilakukan dengan benar, maka self-medication merupakan
sumbangan yang sangat besar bagi pemerintah, terutama dalam
pemeliharaan kesehatan secara nasional.
Untuk melakukan self-medication secara benar, masyarakat mutlak
memerlukan informasi yang jelas dan dapat dipercaya, dengan demikian
penentuan jenis dan jumlah obat yang diperlukan harus berdasarkan
kerasionalan.
Pelaku self-medication dalam ”mendiagnosis” penyakitnya, harus mampu
(Suryawati, 1992) :
1. Mengetahui jenis obat yang diperlukan
2. Mengetahui kegunaan dari tiap obat, sehingga dapat mengevaluasi
sendiri perkembangan rasa sakitnya.
3. Menggunakan obat secara benar (cara, aturan, lama pemakaian) dan
mengetahui batas kapan mereka harus menghentikan self medication
yang kemudian segera minta pertolongan petugas kesehatan.
4. Mengetahui efek samping obat yang digunakan sehingga dapat
memperkirakan apakah suatu keluhan yang timbul kemudian,
merupakan suatu penyakit baru atau efek samping obat.
5. Mengetahui siapa yang tidak boleh menggunakan obat tersebut, terkait
dengan kondisi seseorang.
1
Pengetahuan di atas jarang sekali dikuasai oleh masyarakat, oleh karena
itu perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat di dalam peningkatan
pengetahuan tentang penggunaan obat untuk diri sendiri.
Metode Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA) merupakan salah satu kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang dapat digunakan untuk swamedikasi.
Metode ini merupakan metode pembelajaran untuk para ibu rumah tangga
agar lebih aktif dalam mencari informasi mengenai obat yang digunakan
oleh keluarga. Informasi tersebut berguna bagi para ibu antara lain agar
mampu mempertimbangkan promosi iklan obat di pasaran dan mengelola
obat di rumah tangga secara benar mengingat hasil beberapa survey
menyatakan bahwa ibu rumah tangga adalah ”key person” dalam
penggunaan obat. Selain itu juga agar tujuan self-medication dapat
tercapai secara optimal.
Sebagai salah satu upaya pendukung kegiatan pemberdayaan
masyarakat dengan menggunakan metode intervensi tersebut di atas,
maka perlu disosialisasikan kepada ibu rumah tangga dan kader
masyarakat, melalui suatu pelatihan. Untuk ini perlu disusun suatu materi
pelatihan Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Memilih Obat,
dengan menggunakan metode ini.
2. PENYELENGGARAAN METODE CBIA
Penyelenggaraan metode CBIA ini berawal dari pengobatan untuk sendiri
(self medication) yang banyak dilakukan oleh masyarakat untuk
mengatasi keluhan atau gejala penyakit sebelum mereka memutuskan
mencari pertolongan ke sarana pelayanan kesehatan maupun petugas
kesehatan. Selain itu juga, masyarakat membutuhkan informasi yang
benar, jelas dan dapat dipercaya, agar penentuan kebutuhan, jenis, dan
jumlah obat berdasarkan kerasionalan. Pengetahuan tersebut di atas, dan
pengetahuan tentang gejala serta cara mendiagnosis penyakit jarang
sekali dikuasai oleh masyarakat. Masyarakat sering mendapatkan
informasi obat melalui iklan obat, baik dari media cetak maupun media
elektronik dan ini merupakan jenis informasi yang paling berkesan sangat
mudah ditangkap serta sifatnya komersial.
8. Ketidaksempurnaan suatu iklan obat yang mudah diterima oleh
masyarakat salah satunya adalah tidak adanya informasi mengenai
2
kandungan bahan aktif. Dengan demikian apabila hanya mengandalkan
jenis informasi ini masyarakat akan kehilangan informasi yang sangat
penting yaitu jenis obat yang dibutuhkan untuk mengatasi gejala sakitnya.
Akibat langsung yang dapat dirasakan adalah meningkatnya pola
konsumsi obat di rumah tangga dengan seringnya didapatkan pemakaian
beberapa nama dagang obat yang ternyata isinya persis sama.
Dipandang dari segi ekonomi hal ini merupakan suatu pemborosan, selain
itu dampak lain yang juga dapat diukur dengan uang adalah resiko
terhadap kesehatan. Hal ini dapat terjadi, karena mungkin penggunaan
obat secara salah dalam waktu yang lama, dan adanya resiko
kontraindikasi sehingga tujuan baik dari self medication dapat berubah
menjadi bencana. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk
membekali masyarakat agar mempunyai keterampilan mencari informasi
secara tepat dan benar, dengan memanfaatkan sumber-sumber informasi
yang telah tersedia di masyarakat.
Sumber informasi yang dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin adalah
sumber informasi pada kemasan obat dan brosur obat atau package
insert, dimana jenis informasi ini relatif dapat dipercaya.
Dengan modul ini diharapkan dapat menjadi petunjuk pelaksanaan dan
keterampilan meningkatkan pengetahuan dan ketertampilan memilih obat
dengan metode CBIA.
Modul ini telah diujicoba dan hasilnya memuaskan serta dapat merubah
perilaku masyarakat dalam pengobatan sendiri.
B. SASARAN
Pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan Penggunaan Obat Rasional.
Kegiatan ini dapat diadakan sebagai pengisi acara baik pada pertemuan rutin
maupun pertemuan khusus, dan sebagai penyelenggara dapat suatu
organisasi, kader kesehatan, masyarakat umum baik secara individu maupun
keluarga.
Forum yang paling ideal terdiri dari ibu, bapak, remaja yang tinggal dalam
lingkungan yang berdekatan misalnya dalam satu RT, hal ini dimaksudkan
agar dampak post intervensinya relatif menjadi lebih lama.
3
C. TUJUAN PELATIHAN
1. TUJUAN UMUM
Meningkatkan wawasan pengetahuan dan keterampilan peserta sehingga
mampu menjelaskan penggunaan obat secara rasional dan pengelolaan
serta penggunaan obat untuk sendiri, dan di rumah tangga.
2. TUJUAN KHUSUS
Peserta mampu menjelaskan :
1. Penggolongan obat
2. Informasi pada kemasan dan etiket obat
3. Cara pemilihan dan mendapatkan obat
4. Bentuk sediaan obat
5. Perhatian dan peringatan
6. Dosis Obat
7. Cara penggunaan obat
8. Efek samping obat
9. Cara penyimpanan
10. Kadaluarsa dan obat rusak
11. Cara pembuangan obat
12. Tata cara pelaksanaan metode CBIA
4
BAB II
MATERI
PENGGUNAAN OBAT YANG RASIONAL
A. Pengantar
9. Pengobatan sendiri sering dilakukan oleh masyarakat. Dalam pengobatan
sendiri sebaiknya mengikuti persyaratan penggunaan obat rasional. Materi ini
akan membahas tentang batasan pengobatan rasional.
B. Tujuan
Setelah Pelatihan, peserta diharapkan mampu :
1. Memahami pengertian dan syarat penggunaan obat yang rasional.
C. Penggunaan Obat Rasional
1. Pengertian
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 1985 :
Penggunaan obat rasional bila :
- Pasien menerima obat yang sesuai dengan kebutuhannya
- Periode waktu yang adekuat
- Harga yang terjangkau
2. Batasan penggunaan obat rasional
Kriteria penggunaan obat rasional adalah :
a. Tepat diagnosis
Obat diberikan sesuai dengan diagnosis. Apabila diagnosis tidak
ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah.
b. Tepat indikasi penyakit
Obat yang diberikan harus yang tepat bagi suatu penyakit.
c. Tepat pemilihan obat
Obat yang dipilih harus memiliki efek terapi sesuai dengan penyakit.
d. Tepat dosis
Dosis, jumlah, cara, waktu dan lama pemberian obat harus tepat.
Apabila salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi
menyebabkan efek terapi tidak tercapai.
5
1) Tepat jumlah
Jumlah obat yang diberikan harus dalam jumlah yang cukup.
2) Tepat cara pemberian
Cara pemberian obat yang tepat adalah Obat Antasida seharusnya
dikunyah dulu baru ditelan. Demikian pula antibiotik tidak boleh
dicampur dengan susu karena akan membentuk ikatan sehingga
menjadi tidak dapat diabsorpsi sehingga menurunkan
efektifitasnya.
3) Tepat interval waktu pemberian
Cara Pemberian obat hendaknya dibuat sederhana mungkin dan
praktis agar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi
pemberian obat per hari (misalnya 4 kali sehari) semakin rendah
tingkat ketaatan minum obat. Obat yang harus diminum 3 x sehari
harus diartikan bahwa obat tersebut harus diminum dengan interval
setiap 8 jam.
4) Tepat lama pemberian
Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing –
masing. Untuk Tuberkulosis lama pemberian paling singkat adalah
6 bulan, sedangkan untuk kusta paling singkat 6 bulan. Lama
pemberian kloramfenikol pada demam tifoid adalah 10 – 14 hari.
e. Tepat penilaian kondisi pasien
Penggunaan obat disesuaikan dengan kondisi pasien, antara lain
harus memperhatikan: kontraindikasi obat, komplikasi, kehamilan,
menyusui, lanjut usia atau bayi.
f. Waspada terhadap efek samping
Obat dapat menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan
yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, seperti
timbulnya mual, muntah, gatal-gatal, dan lain sebagainya
g. Efektif, aman, mutu terjamin, tersedia setiap saat, dan harga
terjangkau
Untuk mencapai kriteria ini obat dibeli melalui jalur resmi.
h. Tepat tindak lanjut (follow up)
Apabila pengobatan sendiri telah dilakukan, bila sakit berlanjut
10. konsultasikan ke dokter.
6
i. Tepat penyerahan obat (dispensing)
Penggunaan obat rasional melibatkan penyerah obat dan pasien
sendiri sebagai konsumen.
Resep yang dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di
Puskesmas akan dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien
dengan informasi yang tepat.
j. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan
Ketidakpatuhan minum obat terjadi pada keadaan berikut :
- Jenis sediaan obat beragam
- Jumlah obat terlalu banyak
- Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
- Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
- Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara
menggunakan obat
- Timbulnya efek samping
7
BAB III
MATERI INTI
POKOK BAHASAN 1 :
PENGGOLONGAN OBAT
A. Pengantar
Obat yang beredar di pasaran dikelompokkan menjadi 5 (lima) golongan.
Masing-masing golongan mempunyai kriteria dan mempunyai tanda khusus.
Uraian yang lebih rinci akan disajikan dalam subpokok bahasan 1C
B. Tujuan
Tujuan umum :
Peserta dapat memahami penggolongan Obat.
Tujuan khusus :
1. Mampu menjelaskan definisi obat
2. Mampu menjelaskan tanda penggolongan obat
3. Mampu menjelaskan jenis penggolongan obat
4. Memahami khasiat/pengaruh Obat Narkotika dan Psikotropika
C. Definisi dan Penggolongan Obat
Obat adalah zat kimia yang bersifat racun, namun dalam jumlah tertentu
dapat memberikan efek mengobati penyakit.
Obat dapat dibagi menjadi 5 (lima) golongan yaitu :
1. Obat bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat
dibeli tanpa resep dokter. Pada kemasan dan etiket obat bebas,
tanda khusus berupa lingkaran hijau ( TC 396) dengan garis tepi
berwarna hitam.
8
2. Obat bebas terbatas
3. a. Obat keras
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk
obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas dalam
jumlah tertentu tanpa resep dokter, namun penggunaannya
harus memperhatikan informasi yang menyertai obat dalam
kemasan. Pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas
terdapat tanda khusus berupa lingkaran biru (TC 308) dengan
garis tepi berwarna hitam.
Contoh : CTM
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan
resep Dokter. Obat keras mempunyai tanda khusus berupa lingkatan
bulat merah ( TC 165) dengan garis tepi berwarna hitam dan huruf K
ditengah yang menyentuh garis tepi.
Contoh: asam mefenamat
b. Obat psikotropika
11. Obat bukan golongan narkotik yang berkhasiat mempengaruhi
susunan syaraf pusat. Obat ini dapat menyebabkan perubahan
khas pada aktivitas mental dan perilaku. Obat golongan ini hanya
boleh dijual dengan resep dokter dan diberi tanda huruf K dalam
lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : Diazepam, Phenobarbital
4. Obat narkotika
Obat yang berasal dari turunan tanaman atau bahan kimia yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan
ketergantungan. Obat ini hanya dapat diperoleh dengan resep dari
dokter.
Contoh: Morfin, Petidin
Untuk keperluan pelatihan ini difokuskan pada 2 golongan obat yaitu golongan
obat bebas dan bebas terbatas.
9
POKOK BAHASAN 2 :
INFORMASI PADA KEMASAN DAN BROSUR OBAT
A. Pengantar
Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan takaran tertentu
dan dengan penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa,
mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan.
Oleh karena itu sebelum menggunakan obat, harus diketahui sifat dan cara
penggunaannya agar tepat, aman dan rasional.
Informasi tentang obat, dapat diperoleh dari etiket atau brosur yang menyertai
obat tersebut. Apabila isi informasi dalam etiket atau brosur obat kurang
dipahami, dianjurkan untuk menanyakan pada tenaga kesehatan.
B. Tujuan
Tujuan umum
Dapat menjelaskan informasi yang terdapat dalam kemasan atau brosur.
Tujuan khusus
Mampu menjelaskan informasi yang terdapat pada kemasan yang meliputi :
nama obat, komposisi obat, indikasi, aturan pakai dan informasi lain.
C. Informasi dalam kemasan atau brosur
Pada umumnya informasi obat yang dicantumkan adalah :
1. Nama obat
Nama obat pada kemasan terdiri dari nama dagang dan nama zat aktif
yang terkandung didalamnya.
Contoh : - Nama Dagang : Panadol
- Nama Zat Aktif : Parasetamol / Acetaminophen
2. Komposisi obat
Informasi tentang zat aktif yang terkandung didalam suatu obat, dapat
merupakan zat tunggal atau kombinasi dari berbagai macam zat aktif dan
bahan tambahan lain.
3. Indikasi
Informasi mengenai khasiat obat untuk suatu penyakit.
10
4. Aturan pakai
Informasi mengenai cara penggunaan obat yang meliputi waktu dan
berapa kali obat tersebut digunakan.
5. Peringatan perhatian
Tanda Peringatan yang harus diperhatikan pada setiap kemasan obat
bebas dan obat bebas terbatas.
6. Tanggal Daluwarsa
Tanggal yang menunjukkan berakhirnya masa kerja obat.
7. Nama Produsen
Nama Industri farmasi yang memproduksi obat.
8. Nomor batch/lot
Nomor kode produksi yang dikeluarkan oleh Industri Farmasi.
9. Harga Eceran Tertinggi
12. Harga jual obat tertinggi yang diperbolehkan oleh pemerintah.
10. Nomor registrasi
Adalah tanda ijin edar absah yang diberikan oleh pemerintah.
Penjelasan yang lebih rinci dari informasi ini akan dikemukakan dalam pokok
bahasan selanjutnya.
11
POKOK BAHASAN 3 :
CARA PEMILIHAN DAN MENDAPATKAN OBAT
A. Pengantar
Dalam pengobatan sendiri, agar memberikan manfaat yang optimal pemilihan
obat menjadi faktor yang sangat penting atas dasar berbagai pertimbangan.
B. Tujuan
Tujuan umum :
Peserta dapat menjelaskan cara pemilihan dan mendapatkan obat
Tujuan khusus :
1. Mampu menjelaskan hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan
obat
2. Mampu menetapkan jenis obat yang dibutuhkan, sesuai dengan kondisi
badan saat itu.
3. Mampu menjelaskan cara melakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui
mutu obat
4. Mampu menyebutkan tempat mendapatkan obat.
C. Cara Pemilihan obat
Hal yang harus diingat dalam pemilihan obat.
1. Alergi atau reaksi yang tidak diinginkan yang pernah dialami terhadap
obat tertentu.
2. Wanita dalam kondisi hamil atau merencanakan untuk hamil, karena
beberapa obat dapat mempengaruhi janin sehingga dapat menyebabkan
cacat pada bayi.
3. Wanita yang sedang menyusui, sebab beberapa obat dapat masuk ke
dalam air susu ibu dan menimbulkan efek yang tidak diinginkan pada bayi.
4. Diet yang sedang dilakukan misalnya minum obat diet, atau diet rendah
garam, atau diet rendah gula, mengingat selain mengandung bahan
berkhasiat obat juga mengandung bahan tambahan lain seperti pemanis.
5. Sedang minum obat lain.
12
D. Cara Mendapatkan Obat
Masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan dan obat dari rumah
sakit, puskesmas, pustu dan poskesdes atau membeli obat sendiri di apotek
atau toko obat berizin.
Pada waktu menerima obat dari petugas kesehatan di rumah sakit,
puskesmas, apotek, atau toko obat, diwajibkan melakukan pemeriksaan fisik
obat dan mutu obat yang meliputi :
1. Jenis dan jumlah obat
2. Kemasan obat
3. Kadaluarsa obat
4. Kesesuaian etiket meliputi nama, tanggal, dan aturan pakai.
13
POKOK BAHASAN 4 :
BENTUK SEDIAAN
A. Pengantar
Sediaan obat secara umum dapat berupa padat pada umumnya sebagai obat
dalam, yaitu puyer, tablet dan kapsul. Selain itu ada pula sediaan obat yang
berbentuk larutan, misalnya sirup, emulsi, suspensi dan larutan biasa.
Digunakan sebagai obat dalam, tapi sebagian merupakan sediaan obat luar
berbentuk setengah padat seperti salep/krim dan lotion.
B. Tujuan Umum
Peserta dapat menjelaskan tentang berbagai jenis bentuk sediaan obat
Tujuan Khusus
1. Menjelaskan bentuk dan sifat sediaan obat padat
13. 2. Menjelaskan bentuk dan sifat sediaan obat kapsul
3. Menjelaskan bentuk dan sifat sediaan obat puyer
4. Menjelaskan bentuk dan sifat sediaan obat cair
5. Menjelaskan bentuk dan sifat sediaan obat setengah padat
C. Bentuk Sediaan Obat
1. Sediaan Padat
1.1. Tablet
Adalah sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak,
dalam bentuk pipih kedua permukaannya rata atau
cembung mengandung satu jenis obat atau lebih, dengan
atau tanpa zat tambahan
a. Tablet bersalut
Tablet yang bersalut / berlapis dengan tujuan
untuk:
melindungi zat aktif dari udara, kelembaban,
dan cahaya,
menutupi rasa dan bau,
penampilan lebih baik.
14
b. Tablet Effervescent
Tablet yang dilarutkan dalam air terlebih dahulu
sebelum diminum. Tablet ini mengeluarkan gas
CO2.
c. Tablet Kunyah
Tablet yang penggunaannya dikunyah dengan
tujuan memberikan rasa enak dan mudah ditelan.
d. Tablet Hisap
Tablet yang penggunaannya dihisap, tidak
langsung ditelan.
1. 2. Kapsul
Sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang
keras atau lunak yang dapat larut dalam air, terbuat dari
gelatin atau bahan lain yang sesuai .
1.3. Pulvis / Puyer / Talk
Campuran kering bahan obat yang dihaluskan untuk
digunakan sebagai obat dalam atau obat luar.
2. Sediaan Cair
2.1. Sirup
Sediaan cair yang digunakan sebagai obat dalam (diminum)
2.2. Larutan Obat Luar
Larutan yang digunakan hanya untuk penggunaan luar
(tidak diminum), seperti :
Cairan Tetes Hidung
Cairan Tetes Telinga
Cairan Tetes Mata
Cairan Obat Kumur
Cairan Shampo
Lotion
15
3. Inhalasi
Sediaan obat luar yang digunakan dengan cara dihisap melalui
hidung
4. Sediaan Setengah Padat
4.1. Salep
Sediaan setengah padat yang digunakan untuk kulit atau
mata.
4.2. Krim
Sediaan setengah padat yang digunakan untuk kulit dan
kosmetik.
4.3. Gel
14. Sediaan setengah padat yang digunakan untuk kulit,
anus dan vagina
4.4. Aerosol
Sediaan setengah padat yang digunakan dengan cara
semprot pada hidung atau mulut
4.5. Suppositoria
Sediaan setengah padat berbentuk peluru digunakan
untuk anus
4.6. Ovula
Sediaan setengah padat berbentuk bulat telur digunakan
untuk vagina
16
POKOK BAHASAN 5 :
PERINGATAN PERHATIAN
A. Pengantar
Dalam melaksanakan pengobatan sendiri, harus diwaspadai saat
menggunakan obat bebas terbatas, karena khusus untuk obat bebas
terbatas selain terdapat tanda khusus lingkaran biru, diberi pula tanda
peringatan untuk aturan pakai obat. Karena hanya dengan takaran dan
kemasan tertentu obat ini aman digunakan untuk pengobatan sendiri.
B. Tujuan
Tujuan umum :
Peserta dapat menjelaskan hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan
obat dan tanda peringatan yang tertera pada kemasan dan etiket obat
Tujuan khusus :
1. Menjelaskan hal – hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan obat
2. Menjelaskan arti tanda peringatan yang tertera pada kemasan dan etiket
obat.
C. Beberapa hal yang harus diperhatikan
Untuk menetapkan jenis obat, harus diperhatikan:
1. Gejala atau keluhan rasa sakit
2. Alergi atau reaksi yang tidak diinginkan yang pernah dialami terhadap
obat tertentu.
3. Wanita dalam kondisi hamil atau merencanakan untuk hamil, karena
beberapa obat dapat mempengaruhi janin sehingga dapat menyebabkan
cacat pada bayi.
4. Wanita yang sedang menyusui, sebab beberapa obat dapat masuk ke
dalam air susu ibu dan menimbulkan efek negatif pada bayi.
5. Diet yang sedang dilakukan misalnya dengan menggunakan obat diet,
atau diet rendah garam, atau diet rendah gula, mengingat bahwa suatu
obat, selain mengandung bahan berkhasiat obat juga mengandung bahan
tambahan lain seperti pemanis.
17
6. Efek samping yang tertera pada label obat, misalnya akan menyebabkan
rasa kantuk; seharusnya tidak membawa kendaraan sesudah minum
obat.
7. Sediaan obat harus tepat, misalnya kalau sulit menelan hindari obat oral.
8. Sedang minum obat lain, karena kemunkinan akan terjadi interaksi.
9. Nama obat, khasiat, cara penggunaan dan dosis.
Untuk menetapkan kemasan/wadah obat harus diperhatikan :
Harus tersegel dengan baik, tidak rusak, tidak berlubang, tanggal kadaluarsa
jelas terbaca.
D. Bentuk tanda peringatan
Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas
berbentuk empat persegi panjang dengan huruf putih pada dasar hitam
ukuran panjang 5 (lima) sentimeter, lebar 2 (dua) sentimeter yang terdiri dari
6 macam, yaitu P No. 1 s/d 6, sebagai berikut :
P. No. 1
jangan ditelan
18
15. POKOK BAHASAN 6 :
DOSIS OBAT
A. Pengantar
Pada hakekatnya obat adalah zat kimia bersifat racun, namun dalam jumlah
yang tepat dapat memberikan manfaat untuk pengobatan. Dengan demikian,
dalam melakukan pengobatan sendiri harus memperhatikan aturan
penggunaan obat, baik jumlah maupun waktu minum.
B. Tujuan
Tujuan umum :
Peserta dapat menjelaskan tentang dosis obat.
Tujuan khusus :
1. Menyebutkan pengertian dosis obat
2. Menjelaskan perlunya mematuhi dosis obat
3. Menjelaskan cara penggunaan obat
C. Dosis
Dosis adalah merupakan aturan penggunaan obat yang menunjukkan :
1. Jumlah gram atau volume obat
2. Berapa kali obat harus diberikan.
Dosis harus sesuai dengan umur dan berat badan pasien.
Gunakan obat tepat waktu sesuai aturan penggunaan, contoh :
- Tiga kali sehari berarti obat diminum setiap 8 jam sekali
- Obat diminum sebelum atau sesudah makan
- Jika menggunakan obat bebas, ikuti petunjuk pada kemasan atau
brosur/leaflet.
Bila lupa minum obat :
1. Segera minum obat yang terlupa
2. Abaikan dosis yang terlupa, jika hampir mendekati minum berikutnya
3. Kembali ke jadwal selanjutnya sesuai aturan
19
POKOK BAHASAN 7 :
CARA PENGGUNAAN OBAT
A. Pengantar
Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan dosis tertentu,
dan dengan penggunaan yang tepat, dapat dimanfaatkan untuk
mendiagnosa, mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara
kesehatan.
B. Tujuan
Tujuan umum :
Peserta dapat menjelaskan cara penggunaan obat yang benar
Tujuan Khusus :
1. Mampu menjelaskan cara penggunaan obat oral, yaitu obat yang melalu
mulut, kemudian ditelan
2. Mampu menjelaskan cara penggunaan obat luar, meliputi obat suntik,
salep, krim, lotion dan obat tetes.
C. Cara Penggunaan Obat
Penggunaan obat berpedoman kepada penggunaan obat rasional yang
mengacu prinsip :
1. Ketepatan diagnosa
2. Ketepatan indikasi penggunaan obat
3. Ketepatan pemilihan obat
4. Ketepatan dosis, cara dan lama pemberian
5. Ketepatan pemberian informasi kepada pasien mengenai cara
penggunaan obat dan penyimpanannya.
Cara pemberian informasi obat kepada pasien/masyarakat harus mudah
dimengerti, singkat tetapi jelas.
Informasi yang harus diketahui oleh tenaga kesehatan untuk
disampaikan kepada pasien, adalah :
a. Umum
1. Cara minum obat sesuai anjuran yang tertera pada etiket atau brosur.
20
16. Penggunaan obat tanpa petunjuk langsung dari dokter hanya boleh
untuk penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas serta untuk
masalah kesehatan yang ringan.
2. Waktu minum obat , sesuai dengan waktu yang dianjurkan :
a) Pagi, berarti obat harus diminum antara pk 07.00 - 08.00 WIB
b) Siang, berarti obat harus diminum anara pk12.00 -13.00 WIB
c) Sore, berarti obat harus diminum antara pk.17.00-18.00 WIB
d) Malam, berarti obat harus diminum antara pk 22.00-23.00 WIB
3. Aturan minum obat yang tercantum dalam etiket harus di patuhi.
Bila tertulis :
a) 1 (satu) kali sehari, berarti obat tersebut diminum waktu pagi hari
atau malam hari, tergantung dari khasiat obat tersebut.
b) 2 (dua) kali sehari, berarti obat tersebut harus diminum pagi dan
malam hari
c) 3 (tiga) kali sehari, berarti obat tersebut harus diminum pada pagi,
siang dan malam hari
d) 4 (empat) kali sehari, berarti obat tersebut haus diminum pada
pagi, siang, sore dan malam hari.
e) Minum obat sampai habis, berarti obat harus diminum sampai
habis, biasanya obat antiotika.
4. Penggunaan obat bebas atau obat bebas terbatas tidak dimaksudkan
untuk penggunaan secara terus – menerus.
5. Hentikan penggunaan obat apabila tidak memberikan manfaat atau
menimbulkan hal–hal yang tidak diinginkan, segera hubungi tenaga
kesehatan terdekat.
6. Sebaiknya tidak mencampur berbagai jenis obat dalam satu wadah
7. Sebaiknya tidak melepas etiket dari wadah obat karena pada etiket
tersebut tercantum cara penggunaan obat dan informasi lain yang
penting.
8. Bacalah cara penggunaan obat sebelum minum obat, demikian juga
periksalah tanggal kadaluarsa.
9. Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala penyakit
sama.
10. Tanyakan kepada apoteker di apotek atau petugas kesehatan di
poskesdes untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih
lengkap.
21
b. Khusus
1. Obat Oral (Obat Dalam)
Pemberian obat oral (melalui mulut) adalah cara yang paling praktis,
mudah dan aman. Yang terbaik adalah minum obat dengan air
matang.
Obat oral terdapat dalam beberapa bentuk sediaan yaitu tablet, kapsul,
puyer dan cairan.
1.1. Petunjuk Pemakaian Obat Oral Untuk Dewasa
Sediaan Obat Padat
1) Obat oral dalam bentuk padat, sebaiknya diminum dengan air
matang
2) Hubungi tenaga kesehatan apabila sakit dan sulit saat
menelan obat
3) Ikuti petunjuk tenaga kesehatan kapan saat yang tepat untuk
minum obat apakah pada saat perut kosong, atau pada saat
makan atau sesudah makan atau pada malam hari sebelum
tidur.
Misalnya : obat antasida harus diminum saat perut kosong,
obat yang merangsang lambung, harus diminum sesudah
makan, obat pencahar diminum sebelum tidur.
Sediaan obat larutan
1. Gunakan sendok takar atau alat lain (pipet, gelas takar
obat) jika minum obat dalam bentuk larutan/cair. Sebaiknya
17. tidak menggunakan sendok rumah tangga, karena ukuran
sendok rumah tangga tidak sesuai untuk ukuran dosis.
2. Hati-hati terhadap obat kumur. Jangan diminum. Lazimnya
pada kemasan obat kumur terdapat peringatan ”Hanya untuk
kumur, jangan ditelan”.
3. Sediaan obat larutan biasanya dilengkapi dengan sendok
takar yang mempunyai tanda garis sesuai dengan ukuran
5,0 ml, 2,5 ml dan 1,25 ml.
22
Apabila dalam etiket tertulis :
1 (satu) sendok takar obat,
berarti obat tersebut harus dituangkan
pada sendok takar sampai garis yang
menunjukan volume 5 ml.
Gb.
sdk
½ (setengah) sendok takar obat,
berarti obat tersebut harus dituangkan
pada sendok takar sampai garis yang
menunjukan volume 2,5 ml.
Gb.
sdk
¼ (seperempat) sendok takar obat,
berarti obat tersebut harus dituangkan
pada sendok takar sampai garis yang
menunjukan volume 1,25 ml.
Gb.
sdk
Tetes
Biasanya disediakan untuk sediaan obat
tetes/drop.
Didalam kemasan sudah terdapat alat pipet
yang berukuran ml.
Aturan pakai obat tetes, dinyatakan dalam
jumlah tetes atau ml
Gb.
Pipet
tetes
1.2. Petunjuk Penggunaan Obat Oral Untuk Bayi / Anak Balita
Sediaan cairan untuk bayi dan balita harus jelas dosisnya.
Gunakan sendok takar yang tersedia didalam kemasannya.
Berikan minuman kesukaan anak setelah minum obat yang
terasa pahit/ kurang enak.
2. Obat Luar
2.1. Sediaan Kulit
Beberapa bentuk sediaan obat untuk penggunaan kulit, yaitu
bentuk bubuk halus (bedak), cairan (lotion), setengah padat (krim,
salep).
Untuk mencegah kontaminasi (pencemaran), sesudah dipakai
wadah harus tetap tertutup rapat.
23
Cara penggunaan bubuk halus (bedak ) :
1. Cuci tangan.
2. Oleskan/taburkan obat tipis–tipis pada daerah yang terinfeksi.
3. Cuci tangan kembali untuk membersihkan sisa obat.
Sediaan ini tidak boleh diberikan pada luka terbuka dan gunakan
sampai sembuh, atau tidak ada gejala lagi.
2.2. Sediaan Obat Mata
Terdapat 2 macam sediaan untuk mata, yaitu bentuk cairan (obat
tetes mata) dan bentuk setengah padat (salep mata). Dua
18. sediaan tersebut merupakan produk yang pembuatannya
dilakukan secara steril (bebas kuman) sehingga dalam
penggunaannya harus diperhatikan agar tetap bebas kuman.
Apabila mengalami peradangan pada mata (glaukoma atau
inflamasi), petunjuk penggunaan harus diikuti dengan benar.
Untuk mencegah kontaminasi (pencemaran), hindari ujung wadah
obat tetes mata terkena permukaan benda lain (termasuk mata)
dan wadah harus tetap tertutup rapat sesudah digunakan.
Cara penggunaan :
1. Cuci tangan.
2. Tengadahkan kepala pasien; dengan jari telunjuk tarik kelopak
mata bagian bawah.
3. Tekan botol tetes atau tube salep hingga cairan atau salep
masuk dalam kantung mata bagian bawah.
4. Tutup mata pasien perlahan–lahan selama 1 sampai 2 menit.
5. Untuk penggunaan tetes mata tekan ujung mata dekat hidung
selama 1-2 menit; untuk penggunaan salep mata, gerakkan
mata ke kiri-kanan, ke atas dan ke bawah.
6. Setelah obat tetes atau salep mata digunakan, usap ujung
wadah dengan tisu bersih, tidak disarankan untuk mencuci
dengan air hangat.
7. Tutup rapat wadah obat tetes mata atau salep mata.
8. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan.
24
PERHATIAN
Hindari penggunaan obat tetes mata atau salep mata setelah
dibuka lebih dari 30 hari, karena obat tidak bebas kuman lagi.
Hindari penggunaan obat tetes mata atau salep mata oleh lebih dari
satu orang, agar tidak terjadi penulaan infeksi
2.3. Sediaan Obat Hidung
Terdapat 2 macam sediaan untuk hidung, yaitu obat tetes hidung
dan obat semprot hidung.
Cara penggunaan obat tetes hidung :
1. Cuci tangan.
2. Bersihkan hidung.
3. Tengadahkan kepala.
4. Teteskan obat dilubang hidung.
5. Tahan posisi kepala selama beberapa menit agar obat masuk
ke lubang hidung.
6. Bilas ujung obat tetes hidung dengan air panas dan keringkan
dengan kertas tissue kering.
7. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan.
Cara penggunaan obat semprot hidung :
1. Cuci tangan.
2. Bersihkan hidung dan tegakkan kepala.
3. Semprotkan obat ke dalam lubang hidung sambil tarik napas
dengan cepat.
4. Untuk posisi duduk : tarik kepala dan tempatkan diantara dua
paha
5. Cuci botol alat semprot dengan air hangat (jangan sampai air
masuk ke dalam botol) dan keringkan dengan tissue bersih
setelah digunakan.
6. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan.
25
PERHATIAN
Hindari penggunaan obat tetes hidung oleh lebih dari satu orang,
agar tidak terjadi penularan infeksi
2.4. Sediaan Tetes Telinga
Hindarkan ujung kemasan obat tetes telinga dan alat penetes
telinga atau pipet terkena permukaan benda lain (termasuk
19. telinga), untuk mencegah kontaminasi
Cara penggunaan obat tetes telinga :
1. Cuci tangan.
2. Bersihkan bagian luar telinga dengan ”cotton bud”.
3. Kocok sediaan terlebih dahulu bila sediaan berupa suspensi.
4. Miringkan kepala atau berbaring dalam posisi miring dengan
telinga yang akan ditetesi obat, menghadap ke atas.
5. Tarik telinga keatas dan ke belakang (untuk orang dewasa)
atau tarik telinga kebawah dan ke belakang (untuk anak-anak)
6. Teteskan obat dan biarkan selama 5 menit.
7. keringkan dengan kertas tisu setelah digunakan
8. Tutup wadah dengan baik.
9. Jangan bilas ujung wadah dan alat penetes obat.
10. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan.
2.5. Sediaan Supositoria
Cara penggunaan supositoria :
1. Cuci tangan
2. Buka bungkus aluminium foil dan basahi supositoria dengan
sedikit air.
3. Pasien dibaringkan dalam posisi miring
4. Dorong bagian ujung supositoria ke dalam anus dengan ujung
jari.
5. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan .
Jika supositoria terlalu lembek, sehingga sulit untuk dimasukkan
kedalam anus, maka sebelum digunakan sediaan supositoria
ditempatkan di dalam lemari pendingin selama 30 menit
26
kemudian tempatkan pada air mengalir sebelum membuka
bungkus kemasan aluminium foil.
2.6. Sediaan Krim/Salep Rektal
Cara penggunaan krim/salep rektal :
a. Tanpa aplikator
1. Bersihkan dan keringkan daerah rektal,
2. Masukkan salep atau krim secara perlahan ke dalam rektal
3. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan
b. Dengan menggunakan aplikator
4. Hubungkan aplikator dengan wadah krim/salep yang
sudah dibuka.
5. Masukkan kedalam rektum / anus
6. Tekan sediaan sehingga krim/salep keluar.
7. Buka aplikator, cuci bersih dengan air hangat dan sabun.
8. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan.
2.7. Sediaan Ovula /obat vagina
Cara penggunaan sediaan ovula :
1. Cuci tangan dengan sabun dan air hangat
2. Baringkan pasien dengan kedua kaki direnggangkan
3. Ambil obat vagina
4. Masukkan obat kedalam vagina
5. Biarkan selama beberapa waktu
6. Cuci bersih tangan dengan sabun dan air hangat.
PERHATIAN
Jika penderita sedang dalam keadaan hamil, sebelum
menggunakan obat sebaiknya konsultasi terlebih dahulu dengan
tenaga kesehatan/ dokter
Gunakan aplikator sesuai dengan petunjuk penggunaan yang
disertakan dalam kemasan
27
POKOK BAHASAN 8 :
EFEK SAMPING OBAT
A. Pengantar
20. Pada saat dilakukan pengobatan dengan menggunakan dosis yang normal,
sering timbul efek samping yang tidak diinginkan. Efek samping ini terjadi
setelah beberapa saat minum obat. Efek samping ini dapat terjadi pada
saluran pencernaan berupa rasa mual, diare, perut sembelit, dapat juga
terjadi pada kulit, berupa bercak merah, gatal, rasa panas pada kulit, selain
itu juga dapat menyebabkan wajah menjadi bengkak, sesak nafas dan
sebagainya.
B. Tujuan
Tujuan umum :
Peserta dapat menjelaskan tentang masalah efek samping obat.
Tujuan khusus :
1. Menjelaskan tentang kemungkinan terjadinya efek samping setelah
minum obat tertentu.
2. Menjelaskan jenis efek samping obat yang biasa timbul.
3. Menjelaskan cara menanggulangi apabila terjadi efek samping obat.
C. Efek samping obat
Efek samping obat adalah setiap respon obat yang merugikan akibat
penggunaan obat dengan dosis atau takaran normal.
Beberapa hal yang perlu diketahui tentang efek samping obat, adalah
sebagai berikut :
1. Biasanya efek samping obat terjadi setelah beberapa saat minum obat.
2. Perhatikan kondisi pasien, misalnya ibu hamil, ibu menyusui, lansia, anakanak,
penderita gagal ginjal, jantung dan sebagainya. Pada penderita
tersebut harus lebih berhati-hati dalam memberikan obat.
3. Informasi tentang kemungkinan terjadinya efek samping obat, biasanya
terdapat pada brosur kemasan obat, oleh karena itu bacalah dengan
seksama kemasan atau brosur obat, agar efek samping yang mungkin
28
timbul sudah diketahui sebelumnya, sehingga dapat dilakukan rencana
penanggulangannya.
Efek samping yang biasa terjadi :
1. Pada kulit, berupa rasa gatal, timbul bercak merah atau rasa panas.
2. Pada kepala, terasa pusing.
3. Pada saluran pencernaan, terasa mual, dan muntah, serta diare.
4. Pada saluran pernafasan, terjadi sesak nafas.
5. Pada jantung terasa dada berdetak kencang (berdebar-debar).
6. Urin berwarna merah sampai hitam.
Hal yang harus dilakukan apabila timbul efek samping obat :
1. Hentikan minum obat.
2. Mencari pertolongan ke sarana kesehatan, puskesmas / rumah sakit /
dokter terdekat.
29
POKOK BAHASAN 9 :
CARA PENYIMPANAN OBAT
A. Pengantar
Dalam upaya pengobatan suatu penyakit, perlu diberikan beberapa jenis
obat yang saling berbeda baik bentuk sediaannya maupun kemasannya.
Apabila hal ini terjadi di suatu rumah tangga, maka perlu dipikirkan cara
menyimpan obat. Bila cara penyimpanan obat tidak memenuhi persyaratan
cara menyimpan obat yang benar, maka akan terjadi perubahan sifat obat
tersebut, sampai terjadi kerusakan obat.
B. Tujuan
Tujuan umum :
Peserta mampu menjelaskan tentang cara penyimpanan obat yang benar
Tujuan khusus :
1. Menjelaskan cara penyimpanan obat
2. Menjelaskan akibat penyimpanan obat yang tidak tepat
C. Cara penyimpanan obat
Cara penyimpanan obat di rumah tangga sebagai berikut :
Umum :
21. 1. Jauhkan dari jangkauan anak – anak.
2. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
3. Simpan obat ditempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari
langsung atau ikuti aturan yang tertera pada kemasan.
4. Jangan tinggalkan obat di dalam mobil dalam jangka waktu lama karena
suhu yang tidak stabil dalam mobil dapat merusak sediaan obat.
5. Jangan simpan obat yang telah kadaluarsa.
Khusus :
1. Tablet dan kapsul
Jangan menyimpan tablet atau kapsul ditempat panas dan atau lembab.
2. Sediaan obat cair
Obat dalam bentuk cair jangan disimpan dalam lemari pendingin (freezer)
agar tidak beku kecuali disebutkan pada etiket atau kemasan obat.
30
3. Sediaan obat vagina dan ovula
Sediaan obat untuk vagina dan anus (ovula dan suppositoria) disimpan di
lemari es karena dalam suhu kamar akan mencair.
4. Sediaan Aerosol / Spray
Sediaan obat jangan disimpan di tempat yang mempunyai suhu tinggi
karena dapat menyebabkan ledakan.
31
POKOK BAHASAN 10 :
OBAT RUSAK DAN KADALUARSA
A. Pengantar
Zat berkhasiat yang terdapat dalam sediaan obat, selalu mempunyai masa
aktif untuk tujuan pengobatan tertentu. Biasanya tertulis pada kemasan atau
lembar informasi. Sediaan cair lebih jelas dilihat apabila kadaluarsa, yaitu
terjadi perubahan bentuk cairan, perubahan warna, timbul bau atau timbul
gas akibat reaksi antar zat didalam obat tersebut. Sementara sediaan obat
dalam bentuk padat apabila sudah mencapai masa kadaluarsa, biasanya
terjadi perubahan fisik.
B. Tujuan
Tujuan umum :
Peserta dapat menjelaskan tentang kadaluarsa suatu obat, dan obat rusak.
Tujuan Khusus :
1. Mampu menjelaskan penyebab kerusakan obat
2. Mampu menjelaskan tanda-tanda obat rusak
C. Kerusakan Obat
Kerusakan obat dapat disebabkan oleh :
1. Udara yang lembab
2. Sinar Matahari
3. Suhu
4. Goncangan fisik
D. Cara Mengetahui Obat Rusak
1. Tablet
Terjadi perubahan pada warna, bau dan rasa, timbul bintik–bintik noda,
lubang-lubang, pecah, retak, terdapat benda asing, menjadi bubuk dan
lembab.
32
2. Tablet Salut
Terjadi perubahan salutan seperti pecah, basah, lengket satu dengan
lainnya dan terjadi perubahan warna.
3. Kapsul
Cangkang kapsul menjadi lembek, terbuka sehingga isinya keluar,
melekat satu sama lain, dapat juga melekat dengan kemasan.
4. Puyer
Terjadi perubahan warna, timbul bau, timbul noda bintik-bintik, lembab
sampai mencair.
5. Salep / Krim / Lotion / Cairan
Terjadi perubahan warna, bau, timbul endapan atau kekeruhan,
22. mengental, timbul gas, memisah menjadi 2 (dua) bagian, mengeras,
sampai pada kemasan atau wadah menjadi rusak.
33
POKOK BAHASAN 11 :
CARA PEMBUANGAN OBAT
A. Pengantar
Obat sisa yang tidak digunakan untuk pengobatan lagi, sebaiknya disimpan di
suatu tempat obat yang terpisah dari penyimpanan barang-barang lain dan
tidak mudah dijangkau oleh anak-anak. Tetapi apabila obat tersebut sudah
rusak, sebaiknya dibuang saja, agar tidak digunakan oleh orang lain yang
tidak mengetahui mengenai masalah obat.
B. Tujuan
Tujuan umum :
Peserta dapat menjelaskan dan menerapkan tentang cara pembuangan obat
Tujuan khusus :
1. Menjelaskan cara pembuangan obat
2. Menjelaskan cara pembuangan kemasan obat
C. Cara pembuangan obat
Pembuangan obat dapat dilakukan apabila obat rusak akibat penyimpanan
yang lama atau kadaluwarsa.
Obat yang rusak dibuang dengan cara :
1. Penimbunan di dalam tanah
Hancurkan obat dan timbun di dalam tanah.
2. Pembuangan ke saluran air
Untuk sediaan cair, encerkan sediaan dan buang kedalam saluran air.
D. Cara Pembuangan Kemasan Obat
1. Wadah berupa botol atau pot plastik
Terlebih dahulu lepaskan etiket obat, dan tutup botol, kemudian dibuang
di tempat sampah, hal ini untuk menghindari penyalahgunaan bekas
wadah obat.
2. Boks / dus / Tube
Gunting dahulu baru dibuang.
34
BAB IV
MATERI DISKUSI
Tata Cara Pelaksanaan Metode CBIA
A. Pengantar
Setelah mendapat materi bahasan tentang pengetahuan dan keterampilan
memilih obat maka perlu dilakukan diskusi antar anggota kelompok agar teori
tersebut dapat diterapkan dalam pelaksanaan pengobatan sendiri
B. Tujuan
Tujuan Umum :
Peserta dapat memilih obat dalam pengobatan sendiri
Tujuan Khusus :
1. Mampu melaksanakan pemilihan obat dalam rangka pengobatan sendiri.
2. Mampu menggunakan obat dengan benar dalam rangka pengobatan
sendiri.
3. Mampu mengetahui dan menjelaskan efek samping obat yang akan
terjadi.
4. Mampu menentukan tempat, cara mendapatkan obat, menyimpan dan
membuang serta mengetahui kadaluarsa dan obat rusak.
C. Tahapan Kegiatan
Kegiatan dibagi menjadi 3 tahap,
Kegiatan I dan II dilakukan dalam kelompok, dan kegiatan III dilakukan
secara individual di rumah.
Kegiatan I dan II memakan waktu 2 - 3 jam, tergantung dari dinamika
kelompok.
Makin tinggi tingkat dinamika, makin besar gairah untuk berdiskusi sehingga
akan semakin lama waktu yang diperlukan. Sebaiknya kegiatan dalam
kelompok dibatasi maksimal 4 jam.
23. Peserta dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 6 - 8 orang.
Lembar kerja (Lampiran 2) dibagikan kepada tiap peserta.
Petunjuk kegiatan (Lampiran 3) diberikan kepada ketua kelompok.
Kegiatan I ( kelompok)
1 paket obat dibagikan kepada tiap-tiap kelompok.
35
Kelompok diminta :
1. Mengamati kemasan obat untuk :
(1) Mengenali nama dagang
(2) Mengenali nama bahan aktif
(3) Mengenali Kekuatan bahan aktif
(4) Mengenali bahan utama dan tambahan pada obat kombinasi
2. Mengelompokkan obat berdasarkan jenis bahan aktif bukan berdasarkan
indikasi.
3. Mendiskusikan hasil - hasil pengamatan di atas.
Dengan pimpinan ketua kelompok dan bila perlu dibantu Tutor / Narasumber,
diskusi diharapkan dapat mengungkapkan hal - hal berikut :
1. Ternyata informasi dalam kemasan obat lebih lengkap dibanding iklan.
Kemasan obat selalu mencantumkan informasi bahan aktif.
Apabila dijumpai keraguan terhadap iklan, informasi dapat dicek langsung
ke kemasan obat.
2. Ternyata dari berbagai macam obat yang ada di pasaran, baik sirup atau
tablet, sebagian besar isi bahan aktifnya sama atau hampir sama.
Bila gejala sakit yang diderita memerlukan jenis obat tertentu, periksa dulu
persediaan obat di rumah, apakah jenis obat tersebut tersedia, apapun
nama dagangnya.
3. Peserta dapat mengenali perbedaan atau persamaan kandungan zat aktif
antara sediaan untuk orang dewasa dan anak-anak.
Nama dagang untuk dewasa dan anak sering dibuat mirip, misalnya
Bodrex-Bodrexin, Inza-Inzana, Mixagrip-Minigrip, padahal kandungan zat
aktif berbeda walaupun indikasi sama.
Peserta perlu diingatkan hati - hati dengan perbedaan tersebut.
Selain itu, peserta juga diharapkan dapat mengenali perbedaan dosis
antara anak dan dewasa.
4. Harga obat bisa sangat bervariasi, walaupun kandungan isinya sama.
Sirup umumnya jauh lebih mahal dari pada tablet.
Merek dengan nama Forte, Plus, dan sebagainya perlu dipelajari
perbedaannya dengan yang biasa.
Diskusi kemudian bisa dikembangkan ke arah upaya efisiensi biaya.
5. Untuk tujuan promotif, seringkali nama bahan aktif ditulis dengan nama
sinonim yang jarang diketahui awam, padahal tersedia nama yang lazim.
36
Sebagai contoh :
Pencantuman 1.3.7 trimetilxanthin untuk mengganti nama kafein,
acetaminophen dan para-aminophenol untuk mengganti parasetamol,
para-hidroksibenzamid untuk salisilamid.
Kandungan vitamin B1 dalam produk Pil Sehat ditulis dengan nama kimia
yang sangat panjang.
Pencantuman nama paten bahan aktif yang sebenarnya sudah umum
diketahui, misal : Silentium sebagai nama paten dekstrometorfan dalam
produk obat batuk Vicks-Formula 44 kemasan lama.
6. Makin banyak obat yang disediakan untuk kegiatan ini, makin dijumpai
”keanehan” dari produk, yang dalam aktifitas sehari-hari mungkin tidak
diperhatikan.
Kegiatan II (Kelompok)
Tahap kegiatan ini bertujuan agar peserta berlatih mencari informasi dari
kemasan, dengan cara meneliti setiap tulisan yang tercantum dalam
kemasan maupun package insert.
Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi yang
diperlukan sebagai dasar melakukan self-medication, yaitu :
24. 1. nama bahan aktif,
2. indikasi,
3. aturan penggunaan,
4. efek samping, dan
5. kontraindikasi.
Peran Tutor dalam tahap ini cukup besar, untuk mendorong semua
kebutuhan informasi, yakni 5 komponen utama informasi ditemukan secara
lengkap.
Dalam kegiatan ini digunakan lembar kerja yang telah disediakan (Lampiran
2).
Jumlah lembar kerja tidak perlu dibatasi.
Kelengkapan pengisian lembar kerja diharapkan dapat memacu aktifitas
peserta pada tahap selanjutnya.
Dengan dipimpin ketua kelompok, pencarian informasi dilakukan secara
bersama - sama, sambil membandingkan kelengkapan informasi dari satu
nama dagang dengan nama dagang yang lain.
37
Walaupun kegiatan ini dilakukan dalam kelompok, namun tiap peserta harus
mencatat untuk diri masing – masing.
Sambil mencatat informasi, peserta sekaligus dapat menelaah secara
sederhana, kelengkapan dan kejelasan informasi yang disajikan pada tiap
kemasan.
Kegiatan 3 (individual)
Kegiatan ini bertujuan untuk memupuk keberanian peserta mencari informasi
sendiri.
Perlu dipastikan dahulu bahwa lembar kerja pada kegiatan 2 telah terisi
dengan baik.
Dalam tahap ini, peserta diminta untuk mengerjakan pencatatan informasi
seperti kegiatan 2, terhadap obat yang ada di rumah masing - masing.
Setelah menjelaskan kegiatan 3, diskusi ditutup dengan rangkuman oleh
salah satu Tutor atau Narasumber, mengidentifikasi kembali temuan-temuan
penting yang diperoleh di masing - masing kelompok, dan memberikan
pesan-pesan untuk memperkuat dampak intervensi.
Petunjuk Kegiatan
Persiapan
Bentuklah kelompok-kelompok,
tiap kelompok terdiri dari 6-8 orang.
Pilih ketua kelompok.
Dipimpin ketua kelompok, lakukan kegiatan I, II dan III dibawah ini dengan
sungguh - sungguh.
Kegiatan I
Kepada masing-masing kelompok diberikan 1 (satu) paket obat yang terdiri dari
bermacam-macam jenis. Tugas yang diberikan adalah :
1. Amati, apa nama bahan aktif dari masing-masing obat ?
2. Kelompokkan obat tersebut berdasarkan jenis bahan aktif.
3. Diskusikan, apa yang dapat diperoleh atau dimanfaatkan dari kegiatan
ini?
38
Kegiatan II
Setelah obat dikelompokkan, carilah informasi atau keterangan yang tertera
pada kemasan obat.
Gunakan lembar kerja yang telah disediakan
Masing - masing peserta menulis untuk dirinya sendiri.
Urutan tugas adalah sebagai berikut :
1. Apa nama bahan aktif obat tersebut ?
2. Apa saja nama obat yang mengandung bahan aktif yang sama ?
3. Bagaimana aturan pakainya ?
4. Apakah ada peringatan efek samping ? Bila tidak ditemukan, tanyakan
pada Tutor.
5. Adakah pembatasan untuk siapa obat tersebut tidak boleh dipakai ? Bila
25. tidak ditemukan, tanyakan pada Tutor/nara sumber.
Kegiatan III (untuk dilakukan di rumah)
Amati obat yang sering digunakan untuk keluarga di rumah.
Pelajari kemasannya.
Dilanjutkan pencatatan sendiri seperti pada kegiatan II.
Bila ragu - ragu, bicarakan dengan tenaga kesehatan yang berwenang.
Pelaksana CBIA
1. Peserta
Kriteria
(1) Tokoh Masyarakat
(2) Kader Puskesmas
(3) Mempunyai kemampuan baca tulis dan dapat berkomunikasi dengan baik
2. Fasilitator
(1) Tenaga kesehatan di Dinas Kesehatan Propinsi (dokter / apoteker)
(2) Tenaga kesehatan di Dinas Kesehatan Kab/Kota (dokter / apoteker)
3. Tutor
Tutor dapat :
(1) Petugas Kesehatan
(2) Mahasiswa Farmasi
(3) Mahasiswa Kedokteran
(4) Orang dari lingkungan yang akan diintervensi.
39
Sebelum bertugas, tutor harus menjalani pelatihan agar menguasai semua
permasalahan.
4. Penyelenggara
Kepanitiaan yang berasal dari Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota
5. Jumlah
(1) Setiap puskesmas diwakili oleh :
a. 1 orang fasilitator
b. 3 orang tutor
c. 3 grup kader yang masing–masing grup terdiri dari 6 orang kader,
sebelum bertugas kader kesehatan harus menjalani pelatihan agar
dapat menguasai semua materi pelatihan.
(2) Jumlah peserta sebaiknya tidak lebih dari 40 orang.
Sarana
1. Alat bantu
Alat bantu yang diperlukan untuk kegiatan ini :
(1) Paket obat
(2) Lembar kerja
(3) Petunjuk kegiatan
Setiap kelompok diskusi memerlukan satu paket obat yang terdiri dari :
(1) kurang lebih 40 obat yang masih lengkap dalam kemasan aslinya dan
dilengkapi dengan label harga toko.
(2) Obat yang dijadikan contoh harus beredar dan sering terdapat di
daerahnya, yang mudah didapat serta sering digunakan.
(3) Jenis obat dibatasi 3-4 jenis obat saja, misalnya :
a. Analgetik atau antipiretik
b. Vitamin atau mineral
c. Obat batuk
d. Obat flu atau pilek
e. Obat gangguan lambung atau cerna
(4) Untuk tiap jenis obat disediakan kurang lebih 10 nama dagang.
2. Tempat
Diperlukan tempat atau ruangan yang cukup luas sehingga kelompok dapat
mengatur duduk secara melingkar.
40
Ada alat tulis dan Narasumber/Tutor yang dapat dengan mudah berpindah -
pindah tempat.
Jika tidak memungkinkan kegiatan tulis menulis ditiadakan dan diganti
dengan memperbanyak diskusi.
26. 41
Lampiran 1
OBAT YANG DIANJURKAN SEBAGAI ALAT BANTU, ANTARA LAIN :
Analgetika/antipiretika
Bodrex tablet
Bodrexin tablet
Bodrexin sirup
Mixagrip tablet
Minigrip tablet
Inza tablet
Inzana tablet
Feminax tablet
Refagan tablet
Aspirin Bayer tablet
Biogesic tablet
Ultraflu tablet
Sanaflu tablet
Dan lain-lain
Obat gangguan lambung
Neosanmag tablet
Promag tablet
Magazida tablet
Alumy tablet
Alumy sirup
Mylanta tablet
Mylanta sirup
Polysilane
Dan lain-lain
Vitamin, mineral, penyegar
Cerebrovit kapsul
Cerebrofort sirup
Ultracap
Vitamin C IPI tablet
Enervon C tablet
Calcium D redoxon tablet
Vitamin B1 IPI tablet
Neurobion
Viliron tablet
Kalsidol sirup
Cerebrovit sirup
Calcivit sirup
Sakatonik Liver
Tonikum Bayer
Dan lain-lain
Obat batuk
Woods expectorant sirup
Komix sirup
Vicks Formula 44 sirup
Allerin sirup
Laserin sirup
Bisolvon sirup
Konidin sirup
Dextromethorphan
Dan lain-lain
42
43
CATATAN OBAT
Nama Untuk Siapa yang
bahan aktif
Nama dagang
27. mengobati apa?
Aturan pemakaian? Efek samping ?
tidak boleh memakai?
Dewasa:
Anak:
Lainnya:
Dewasa:
Anak:
Lainnya:
Dewasa:
Anak:
Lainnya:
Lampiran 2
CATATAN OBAT DI RUMAH TANGGA
Nama Untuk Siapa yang
bahan aktif
Nama dagang
mengobati apa ?
Aturan pemakaian? Efek samping ?
tidak boleh memakai?
Dewasa:
Anak:
Lainnya:
Dewasa:
Anak:
Lainnya:
Dewasa:
Anak:
Lainnya:
Lampiran 3
44
BAGIAN V
P E N U T U P
Dengan semakin meningkatnya kecerdasan masyarakat saat ini, timbul
kecenderungan untuk melakukan pengobatan sendiri (swamedikasi) terhadap
penyakit–penyakit tertentu yang ringan, yang sering diderita oleh masyarakat,
dengan menggunakan obat yang mudah diperoleh baik di sarana kesehatan
maupun di toko obat atau ditempat lain yang menyediakan obat bebas dan obat
bebas terbatas.
Melalui Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan Dan Keterampilan Memilih
Obat, diharapkan masyarakat mampu memilih dan menggunakan obat secara
benar. Pengetahuan dan keterampilan mengenai materi ini akan sangat
membantu masyarakat dalam pengobatan sendiri.
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam melaksanakan
pengobatan sendiri, merupakan hasil rangkaian pelatihan dengan menggunakan
Materi ini, yang berprinsip pada sistem Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA). Diharapkan
kedepan hasil peningkatan pengetahuan dan keterampilan para kader dan
masyarakat merupakan salah satu pendukung dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat sesuai dengan tujuan Pemerintah, terutama dalam era
globalisasi saat ini.
Semoga Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan Dan Keterampilan Memilih
Obat ini dapat dimanfaatkan diseluruh wilayah Indonesia.
46