2. LATAR BELAKANG
A. PEMBANGUNAN DAN PERKEMBANGAN MASYARAKAT
:
Sejak awal kemerdekaannya, bangsa dan pemerintah Indonesia
bertekad untuk menyelenggarakan perjuangan pembangunan
menuju bangsa yang cerdas, maju, adil dan makmur, baik
spiritual maupun material.
Dibandingkan dengan proses pembangunan yang dilakukan
oleh negara-negara maju, pembangunan negara Indonesia
masih banyak mengalami kendala.
Keadaan sebagai negara maju itu membawa keuntungan, yaitu
mereka menjadi penentu (dalam banyak hal) bagi
perkembangan dunia secara menyeluruh.
Karena Indonesia masih masuk sebagai negara berkembang,
maka dlm banyak hal menjadi bergantung pd negara maju.
3. LATAR BELAKANG
Masyarakat dunia sedang memasuki zaman informasi.
Zaman ini telah melanda seluruh dunia sehingga
masyarakat dunia seakan-akan “menjadi satu” dan
terciptalah era globalisasi.
Globalisasi berasal dari kata global yang berarti
menyeluruh. Dengan demikian globalisasi berarti
keadaan yang menyangkut segenap bagian dunia
secara menyeluruh.
Dalam menghadapi masa depan yang berubah, orang
mungkin bersikap pesimistik ataupun optimistik. Mereka
yang pesimistik berpandangan bahwa globalisasi dapat
menggoncang dan mengganggu keseimbangan
masyarakat. Derasnya arus globalisasi itu akan
meruntuhkan nilai-nilai moral dan sosial serta tatanan
kemasyarakatan yang dianggap telah mapan di
masyarkat dari generasi ke generasi.
4. LATAR BELAKANG
Mereka yang berpandangan optimistik, justru
melihat bahwa di dalam era globalisasi itu terdapat
begitu banyak kesempatan untuk mengadakan
perubahan-perubahan, perbaikan dan peningkatan
terhadap segala sesuatu yang selama ini dirasakan
kurang berkembang. Mereka menganggap bahwa
masa depan harus lebih baik; masa depan adalah
kemajuan.
Amat diharapkan warga masyarakat dapat
mempertahankan diri dalam menghadapi
gelombang perubahan ini.
Tuntutan-tantangan-perubahan di era globalisasi
hendaknya tidak menggoyahkan optimalisasi
pengembangan warga masyarakat.
5. LATAR BELAKANG
B. Manusia : Makhluk paling indah dan berderajat
paling tinggi.
Predikat “paling tinggi” mengisyaratkan bahwa
manusialah yang diberi kemungkinan untuk
mengatasi/menguasai makhluk-makhluk lain.
Hakikat manusia sebagai makhluk yang paling indah
dan paling tinggi derajatnya mendorong manusia
untuk terus maju dan berkembang tanpa henti; dari
zaman ke zaman.
Keberadaan manusia dengan predikat paling indah
dan derajat paling tinggi itu tidak selamanya
membawa manusia menjalani kehidupan dgn
kesenangan dan kebahagiaan. Malapetaka dan
kesengsaraan membuntuti perjalanan hidup
manusia dan boleh jadi tdk terhindarkan.
6. LATAR BELAKANG
C. Dimensi-dimensi Kemanusiaan :
Pertama, antara orang yg satu dgn orang-orang
lainnya terdapat berbagai perbedaan yg kadang-
kadang sangat besar.
Kedua, semua orang memerlukan orang lain.
Ketiga, kehidupan manusia tidak bersifat acak
ataupun sembarangan, tetapi mengikuti aturan-
aturan tertentu.
Keempat, kesadaran akan keterkaitan pada Sang
pencipta, Tuhan yg mahaesa.
Yang dimaksud dgn “dimensi” disini sebagai sesuatu
yg secara hakiki ada pada manusia di suatu segi,
dan di segi yg lain sebagai sesuatu yg dapat
dikembangkan.
7. LATAR BELAKANG
Dalam kaitan itu, masing-masing gejala mendasar tersebut
dapat dirumuskan sebagai:
Pengembangan dimensi individualitas, memungkinkan
seseorang mengembangkan segenap potensi yg ada pada
dirinya secara optimal.
Pengembangan dimensi sosial, memungkinkan seseorang
berinteraksi, berkomunikasi, bergaul, bekerjasama, dan hidup
bersama orang lain.
Pengembangan dimensi kesusilaan. Norma, etika dan berbagai
ketentuan yg berlaku mengatur bagaimana kebersamaan
antar individu seharusnya dilaksanakan.
Pengembangan dimensi keagamaan, manusia menghubung-kan
diri dalam kaitannya dengan Tuhan. Sehingga manusia tidak
hanya terpukau pada kehidupan di dunia ini saja, melainkan
mengaitkannya dengan kehidupan akhirat.
8. LATAR BELAKANG
D. Manusia seutuhnya :
Manusia seutuhnya adalah manusia yg telah berhasil
memperkembangkan pada dirinya keempat dimensi
kemanusiaan itu sehingga ia benar-benar mencapai
kualitas keindahan dan derajat yang setinggi-tingginya
dalam kehidupan di dunia dan di akhirat kelak.
Manusia seutuhnya itu adalah mereka yg mampu
menciptakan dan memperoleh kesenangan dan
kebahagiaan bagi dirinya sendiri dan bagi
lingkungannya berkat pengembangan optimal segenap
potensi yang ada pada dirinya (individu), lingkungan
sosialnya (sosial), sesuai dg aturan/ketentuan yg
berlaku (susila), dan dikaitkan dg pertanggung jawaban
hidup di dunia dan akherat kelak di kemudian hari
(keagamaan).
9. LATAR BELAKANG
E. Perlunya Bimbingan dan Konseling :
Kenyataan yg sering dijumpai adalah keadaan pribadi
yg kurang berkembang dan rapuh, kehidupan
sosial yang panas dan kejam, kesusilaan yg
rendah, dan keimanan serta ketaqwaan yg dangkal.
(Pengembangan manusia seutuhnya hendaknya
mencapai pribadi dengan ciri individu yg matang,
kemampuan sosial yg menyejukkan, kesusilaan yg
tinggi, dan keimanan serta ketaqwaan yg dalam).
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22. LATAR BELAKANG
Permasalahan yg terjadi di masyarakat merupakan
gejala rendahnya pengembangan keempat dimensi
kemanusiaan tersebut.
Pengembangan manusia seutuhnya itu tidaklah
mudah. Sumber-sumber rintangan dan kegagalan
itu ada yg berasal dari sifat manusia,
kekurangmampuan sosial dan individual,
kelemahan prasarana-sarana-upaya, dan
hubungan yg kurang serasi antara manusia dan
lingkungannya dan ini tidak bisa dibiarkan berlarut-
larut karena akan memberi dampak negatif
terhadap manusia dan lingkungannya.
23. WAWASAN TENTANG PEMAHAMAN PENANGANAN &
PENYIKAPAN TERHADAP KASUS
Tujuan :
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan dapat memahami
atau memiliki :
1. Pengertian, karakteristik, dan contoh kasus.
2. Permasalahan yg terkandung di dlm suatu kasus dikaitkan
dgn empat dimensi kmanusiaan.
3. Wawasan ttg akibat yg akan timbul jika suatu kasus tdk
ditangani ;
4. Sikap ttg berat ringannya kasus serta kondisi normal-
abnormal atau sehat-sakit orang yg mengalami permasalahan
sebagaimana terkandung di dlm suatu kasus.
5. wawasan tentang upaya pemahaman seluk beluk dan
sumber pokok permasalahan, serta penanganan kasus pd
umumnya.
6. Wawasan tentang unsur-unsur kognisi, afeksi, dan
perlakuan dlm penyikapan terhadap kasus.
24. WAWASAN TENTANG PEMAHAMAN PENANGANAN &
PENYIKAPAN TERHADAP KASUS
Konsep-konsep pokok yg perlu dipahami dan
didalami lebih lanjut :
a. Kasus dan empat dimensi kemanusiaan;
b. Konsekuensi kasus
c. Berat-ringannya kasus;
d. Kondisi “sehat” atau “normal” pd penyandang
kasus; seluk beluk kasus;
e. Penanganan permasalahan;
f. Unsur-unsur kognisi, afeksi dlm penyikapan
kasus
25. PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Pengertiannya bahwa pelayanan bimbingan dan
konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia,
dan oleh manusia.
Dari manusia, artinya pelayanan itu diselengga-rakan
berdasarkan hakikat keberadaan manusia dgn segenap
dimensi kemanusiaannya.
Untuk manusia, dimaksudkan bahwa pelayanan
tersebut diselenggarakan demi tujuan-tujuan agung,
mulia dan positif bagi kehidupan kemanusiaan menuju
manusia seutuhnya, baik manusia sebagai individu
maupun kelompok.
Oleh manusia, mengandung pengertian penyelengara
kegiatan ini adalah manusia dgn segenap derajat,
martabat dan keunikan masing-masing yg terlibat di
dalamnya.
26. Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yg dilakukan oleh
orang-orang yg ahli kepada seorang atau beberapa orang
individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa; agar orang
yg dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri
dan mandiri; dgn memanfaatkan kekuatan individu dan sarana
yg ada dan dapat dikembangkan; berdasarkan norma-norma yg
berlaku.
Konseling adalah proses pemberian bantuan yg dilakukan
melalui wawancara oleh seorang ahli (disebut konselor) kpd
individu yg sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien)
yg bermuara pd teratasinya masalah yg dhadapi oleh klien.
Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa latin
yaitu “consilium” yg berarti “dengan” atau “bersama” yg
dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan
dlm bhs Anglo-saxon, istilah konseling berasal dari “sellan” yg
berarti “menyerahkan” atau “menyampaikan”.
27. A. TINJAUAN AWAL TENTANG KASUS
Menurut KBBI, dapat dibaca bahwa kasus berarti soal atau
perkara atau keadaan sebenarnya suatu urusan atau perkara.
Apabila istilah kasus itu dihubungkan dgn seseorang , maka
ini berarti bahwa pada orang yg dimaksudkan itu terdapat
“soal” atau “perkara” tertentu. (mis, istilah : “kasus Setya
Novanto” atau “kasus Novel Baswedan”)
Dalam bimbingan dan konseling pemakaian kata “kasus” tidak
menjurus kepada pengertian-pengertian tentang soal-soal
ataupun perkara-perkara yg berkaitan dgn urusan kriminal
atau perdata, urusan hukum ataupun polisi, atau urusan yg
bersangkut paut dengan pihak-pihak yg berwajib.
Kata “kasus” dlm bimbingan dan konseling menunjukan
bahwa “ada sesuatu permasalahan tertentu pada diri
seseorang yg perlu mendapatkan perhatian dan
pemecahan demi kebaikan untuk diri yg bersangkutan.”
28. TINJAUAN AWAL TENTANG KASUS
Perhatikan kasus-kasus dalam lembar foto copy.
Setelah dketahui adanya kasus tertentu, bagaimana
selanjutnya ?
Bayangkan : “apa yang akan terjadi atau akibat-akibat apa yg
akan timbul apabila kasus tersebut dibiarkan berlarut-larut.”
Perhatian selanjutnya adalah pemahaman kita terhadap
kasus, dengan memperhatikan “sehat” atau “sakit” jasmaniah
(fisik) atau mental (psikis) seseorang.
Yang sakit jasmani perlu pemeriksaan dan pengobatan dokter,
sedangkan mereka yg menderita penyakit psikis perlu
berhubungan dg psikiater untuk memperoleh pengobatan.
Orang-orang yg mengalami masalah tertentu tidak boleh
dianggap sebagai tidak sehat atau tidak normal; sebaliknya,
mereka adalah orang-orang yg normal scr jasmani & rohani.
Jadi permasalahan yg dihadapi bukan suatu penyakit yg
dikaitkan pd pelayanan dokter/psikiater.
29. B. PEMAHAMAN TERHADAP KASUS
Dalam menghadapi suatu kasus yg dialami seseorang, ada
tiga hal utama yg perlu dilakukan. Yaitu, penyikapan,
pemahaman, dan penanganan terhadap kasus tsb.
Pemahaman yg lebih mendalam terhadap kasus dilaku-kan
utk mengetahui lebih jauh berbagai seluk beluk kasus tsb, tdk
hanya sekedar mengerti permasalahannya atas dasar
penjelasan yg telah dikemukakan pd awal pengenalan kasus,
krn permasalahan digambarkan seperti gunung es.
Bekal bagi pengembangan pemahaman thd suatu kasus ialah
bagaimana dapat dibayangkan berbagai kemungkinan yg
bersangkut paut dg kasus itu, terutama dilihat dari segi rincian
permasalahannya, kemudian sebab-sebabnya, dan
kemungkinan akibat-akibatnya.
Kemungkinan rincian, sebab, dan akibat permasalahan yg
terkandung di dlm setiap kasus (lembar foto copy).
30. C. PENANGANAN KASUS
Penanganan kasus meliputi :
1. pengenalan awal tentang kasus (dimulai sejak mula
kasus itu dihadapkan) ;
2. pengembangan ide-ide tentang rincian masalah yg
terkandung dalam kasus itu ;
3. penjelajahan lebih lanjut tentang segala seluk- beluk
kasus tersebut, dan akhirnya ;
4. mengusahakan upaya-upaya kasus utk mengatasi
atau memecahkan sumber pokok permasa-lahan itu.
Penanganan kasus dapat dipandang sebagai upaya-
upaya khusus utk secara langsung menangani sum-ber
pokok permasalahan dgn tujuan utama teratasi-
nya/terpecahkannya permasalahan yg dimaksudkan.
31. D. PENYIKAPAN TERHADAP KASUS
Penyikapan pada umumnya mengandung unsur-
unsur kognisi, afeksi, dan perlakuan terhadap
objek yg disikapinya.
Unsur kognisi mengacu kepada wawasan, keya-
kinan, pemahaman, penghayatan, pertimbangan
dan pemikiran konselor tentang keberadaan
manusia, hakikat dimensi kemanusiaan dan
pengembangannya, pengaruh lingkungan, peranan
pelayanan bimbingan dan konseling, kasus dan
berbagai permasalahan yg dikandung-nya,
pemahaman dan penanganan kasus.
32. LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Meliputi landasan filosofis, religius, psikologis, sosial budaya,
ilmu & teknologi, dan pedagogis.
A. Landasan Filosofis
Kata filosofi atau filsafat berasal dari bahasa Yunani (philos =
cinta, dan shopos= bijaksana). Jadi filosofis berarti kecintaan
terhadap kebijaksanaan.
Filsafat merupakan pemikiran yg sedalam-dalamnya, seluas-
luasnya, setinggi-tingginya, selengkap-lengkapnya, serta
setuntas-tuntasnya tentang sesuatu. Tidak ada lagi pemikiran
yang lebih dalam, lebih luas, lebih tinggi, lebih lengkap ataupun
lebih tuntas daripada pemikiran filosofis.
Karena tindakan yang dilakukan itu didasarkan pemahaman yg
sedalam-dalamnya, maka tindakan itu tdk gegabah melainkan
merupakan tindakan yg terarah, terpilih, terkendali, teratur, dan
dapat dipertanggung jawabkan.
Tindakan yg berlandaskan pemahaman filosofis, mencakup juga
segi-segi estetika, etika dan logika. Hal itu adalah tindakan
bijaksana. Orang-orang yg tindakannya didasarkan atas hasil
pemikiran filsafat adalah orang2 yg bijaksana.
33. LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING
B. Landasan Religius.
Unsur-unsur keagamaan terkait erat dlm hakikat, keberadaan, dan
perikehidupan kemanusiaan. Landasan religius pada umumnya ingin
menetapkan kliennya sebagai makhluk Tuhan dengan segenap
kemuliaan kemanusiaannya menjadi fokus netral dlm upaya bimbingan
dan konseling.
C. Landasan Psikologis.
Merupakan kajian tentang tingkah laku individu yg menjadi sasaran
layanan (klien). Tingkah laku klien inilah yg perlu diubah atau
dikembangkan apabila hendak mengatasi masalah-masalah yg
dihadapinya.
Sejumlah kajian dlm bidang psikologi yg perlu dikuasai, yaitu tentang :
(1). Motif dan motivasi. (2).pembawaan dasar dan lingkungan. (3).
Perkembangan individu. (4). Belajar, feedback, dan penguatan. (5)
Kepribadian.
D. Landasan sosial budaya.
(1). Individu sebagai produk lingkungan sosial budaya. Kegagalan
memenuhi tuntutan budaya akan mengakibatkan manusia tersingkir dari
kehidupan bersama.
34. LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING
(2). Bimbingan dan konseling antar budaya. Ada lima macam sumber hambatan
yaitu perbedaan bahasa, komunikasi non-verbal, stereotip, kecenderungan
menilai, dan kecemasan. (pedersen,dkk. 1976).
Perbedaan dlm latar belakang, ras atau etnik, kelas sosial ekonomi dan pola
bahasa menimbulkan masalah dlm hubungan konseling, dari awal pengembangan
hubungan yg akrab dan saling mempercayai antara klien dan konselor,
penstrukturan suasana konseling, sampai peniadaan sikap menolak dari klien
(Pedersen,dkk. 1976).
E. Landasan Ilmiah dan Teknologi.
(1). Keilmuan bimbingan dan konseling. Ilmu bimbingan dan konseling adalah
berbagai pengetahuan tentang bimbingan dan konseling yg tersusun secara logis
dan sistematik (terdiri dari objek kajiannya sendiri, metode penggalian
pengetahuan yg menjadi ruang lingkupnya, dan sistematika dalam pemapa-
rannya). (2).Peran Ilmu lain dan teknologi dlm Bimbingan dan konseling. (3).
Pengembangan melalui Penelitian.
F. Landasan Pedagogis
(1). Pendidikan sebagai upaya pengembangan individu : Bimbingan merupakan
bentuk pendidikan. (2). Pendidikan sebagai inti proses bimbingan konseling. (3).
Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan bimbingan konseling.
35. FUNGSI DAN PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN
KONSELING
Ada empat fungsi bimbingan dan konseling : (a). Fungsi
pemahaman. (b). Fungsi pencegahan. (c). Fungsi pengentasan.
(d). Fungsi pemeliharaan dan pengembangan.
A. Fungsi Pemahaman berhubungan dengan : (a). Pemahaman tentang
klien yang tidak hanya sekedar mengenal diri klien akan tetapi juga latar
belakang pribadi klien, kekuatan, dan kelemahannya, serta kondisi
lingkungannya. Materi pemahaman itu lebih lanjut dapat dikelompokkan
ke dalam berbagai data. (b). Pemahaman tentang masalah klien. (c).
Pemahaman tentang lingkungan yg “lebih luas”.
B. Fungsi pencegahan. Upaya pencegahan adalah : (a). Menghindari
timbulnya atau meningkatnya kondisi bermasalah pada diri klien. (b).
Menurunkan faktor stress; (c). Meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah, penilaian positif terhadap diri sendiri, dan dukungan kelompok.
C. Fungsi Pengentasan, yaitu mengeluarkan klien dari keadaan yang
tidak disukainya melalui pelayanan bimbingan dan konseling.
36. FUNGSI DAN PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN DAN
KONSELING
D. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan. Artinya
memelihara segala sesuatu yg baik yg ada pada diri
individu, dan mengusahakan agar hal-hal tsb bertambah
baik, indah, dan menyenangkan. Pemeliharaan yg
demikian itu adalah pemeliharaan yg membangun dan
mengembangkan.
Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling.
1. berkenaan dengan sasaran pelayanan.
2. berkenaan dengan masalah individu.
3. berkenaan dengan program pelayanan.
4. berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan.
5. berkenaan dengan konseling di sekolah.
37. MERUNUT MASALAH HINGGA KE AKAR
PENYEBABNYA
Masalah permukaan.
Masalah ini terlhat
oleh orang lain.
Sakit penyakit, prioritas yg salah, masalah keuangan,
dusta mencuri, curang, suka berdebat (akibat-akibat yg
kelihatan dari konflik-konflik batin).
Yakobus 4:1
Penyebab
permukaan. Masalah
ini berlangsung di dlm
emosi/perasaan
Rasa tidak aman, kekhawatiran, kemarahan, kecemburuan,
tertekan.
(akibat-akibat batiniah karena membangun kehidupan dan
kebahagiaan kita berdasarkan hal-hal sementara.
1 Timotius 6:9
Akar masalah.
Merupakan sumber
masalah permukaan
dan penyebab
permukaan.
Ketamakan akan uang dan barang kepunyaan.
(Mempercayai bahwa hidup ini terdiri dari banyaknya kekayaan
materi yang dimilkinya)
1 Timotius 6:10 ; Amsal 28:22
Akar penyebab.
Akibat orang menolak
kuasa anugerah Allah.
Ini kuasa yg Allah
berikan utk menuruti
prinsip2
kehidupanNYA.
Menolak untuk menyerahkan hak-hak dan harta milik pribadi
kepada Tuhan
(Menganggap bahwa hak-hak dan harta mlik itu adalah
kepunyaan kita, dan bahwa kita memiliki hak final untuk
menggunakannya sekehendak hati kita.
(Lukas 9:23-25)
38. DASAR ALKITABIAH KONSELING PASTORAL
1. Yehezkiel 34 : Allah adalah Gembala.
Ancaman dari Tuhan terhadap sikap Gembala yg tidak
memperhatikan domba-domba yg dipercayakan kepada
mereka.(ay.2b; 4-5a; 5,8,10)
Apa pelajaran yang bisa kita petik ?
Pertama, tugas konseling pastoral merupakan tugas dan
kepercayaan dari Tuhan sendiri.
Kedua, banyak domba Tuhan yg terlantar, kurang diperhatikan, dan
bergulat sendiri utk mengatasi pergumulannya.
Ketiga, jika tidak diperhatikan, domba-domba yg bergumul dg
beragam problem ini akan terancam dan menjadi mangsa
berbagai roh-roh dunia.
2. Yohanes 10: Kristus sebagai Gembala Agung.
Dalam kiprahnya selama melayani di dunia, Yesus Kristus tampil
dlm empat karya :
39. DASAR ALKITABIAH KONSELING PASTORAL
Pertama, Ia tampil sebagai guru. Ia mengajar dengan penuh
wibawa dan kuasa.
Kedua, Yesus tampil sebagai pembebas (Yoh.8:36).
Kemerdekaan dari dosa adalah kemerdekaan dari akar
persoalan hidup, sebab dosa dan krisis rohani kerap menjadi
akar dan sumber dari segala problem hidup. Jika manusia
bebas dari akar problem hidupnya, maka banyak hal dapat
diselesaikan.
Ketiga, Yesus tampil sebagai penyembuh.
Peran inipun penting dalam konseling pastoral sebab orang-
orang yg sakit kerap berkeluh kesah dan putus asa.
Keempat, Yesus tampil sebagai gembala.
Terbukti Yesus rela mengorbankan nyawa untuk domba-
dombanya. Yesus berjuang membela domba sampai titik
darah penghabisan, serta mengenal satu persatu domba-
domba-Nya (Yoh.10 : 3, 14).
40. DASAR ALKITABIAH KONSELING PASTORAL
Dari uraian tsb, pesan yg penting adalah :
a. Pelayanan konseling pastoral bukan pelayanan yg dilakukan
karena upah. Karena itu perlu ada kerelaan dan kesediaan
untuk mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan perasaan. Jika
ada hasil bernilai ekonomis, hal itu dilihat sebagai berkat yg
Tuhan berikan.
b. Jika kita melihat hasil pelayanan hanya sebagai upah, kita
menempatkan diri sebagai pekerja upahan. Kalau upah rendah,
mutu pelayanan kita turunkan. Sikap seperti ini amat berbahaya !
c. Harus memiliki jiwa yg rela berkorban. Dengan kualitas jiwa
seperti ini, perhatian, kesungguhan, ketekunan, kesabaran, dan
ketabahan dapat dbangun. Konselor akan mencari,
mengunjungi, membawa, menghibur, meneguhkan, dan
memperjuangkan keselamatan jiwa domba-dombanya.
d. Konselor yg baik tentu berupaya mengenal nama kawanan
dombanya. Ketika dombanya bergumul, ia tidak membiarkan
mereka sendirian.
41. DASAR ALKITABIAH KONSELING PASTORAL
3. Yohanes 21 : Gembalakanlah !
Sebelum Petrus diutus menggembalakan domba-domba, ia
mengalami ujian motivasi. Jadi motivasi Petrus perlu diperiksa,
dimantapkan, dan diteguhkan. Bagi Yesus, nyata bahwa Petrus
sungguh mengasihiNya (Yoh.21:17c). Setelah itu, ia diberi tugas
dan kepercayaan, “Gembalakanlah domba-dombaKu.” Kita
dapat mengasihi domba-domba hanya jika kita sudah terlebih
dahulu mengasihi Yesus Kristus. Bagaimana cara kita memiliki
kasih itu ? (I Yoh.4:19).
4. I Petrus 5 ; Sikap Gembala.
Dalam melaksanakan pelayanan konseling pastoral, ada beberapa
sikap yg perlu dikembangkan,
a. I Petrus 5:2b. Tidak terpaksa. Terpaksa artinya berbuat
sesuatu di luar kemauan sendiri, bisa jadi karena terdesak oleh
keadaan.
b. Dengan sukarela. Sukarela berarti melakukan sesuatu
dengan senang hati, ikhlas dan tidak mengharapkan imbalan.
Motifnya karena iman dan kasih kepada Kristus. (2 tim 1:12).
42. DASAR ALKITABIAH KONSELING PASTORAL
c. I Petrus 5:3, bukan penguasa atas domba-domba.
Kalau mereka penguasa, mereka akan memerintah,
menuntut, memaksa, dan bertindak sesuka hati.
Sebaliknya, hendaklah kita menjadi teladan. Artinya,
sesuatu sikap yg patut ditiru atau layak dicontoh.
Demikianlah seorang konselor. Ia adalah orang yg patut
diikuti, dicontoh, dan ditiru baik dari sikap hidup,
perkataan, maupun perbuatannya. Krn ia telah
menghayati iman dan kasih Kristus, hidup-nya harus
baik, benar, bijak dan berhikmat.
d. Menerima mahkota kemuliaan (1 Petrus 5:4). Inilah
puncak seluruh karya dan jerih lelah konselor yg setia
dalam pelayanannya.
Jadi marilah bersungguh-sungguh melakukan pelaya-nan
ini karena Konselor agung pasti akan
menganugerahkan mahkota kemuliaan yang sejati.
43. CIRI-CIRI KONSELOR YANG EFEKTIF
Konselor secara umum.
1. Memiliki pengetahuan konseling. Adalah, apa yg diketahui,
dipahami, dan dimengerti berkaitan dengan teori-teori
konseling. Tanpa itu sukar untuk memberi pelayanan yg
sebenarnya. Percakapan pun cenderung menjadi percakapan
yg sarat nasehat.
2. Pengetahuan Aplikatif. Artinya, dapat diterap-kan dalam hidup
sehari-hari. Jangan sampai berilmu, tetapi kurang mampu
menerapkan.
3. Memiliki Kepekaan. Artinya, mudah merasa atau menerima
sesuatu yg dilihat atau di dengar ketika berbicara dengan orang
lain. Ia mampu menangkap pesan lewat kata-kata yg didengar
atau gerak-gerik tubuh dan mimik klien.
4. Memiliki keyakinan. Keyakinan adalah kepercayaan yg
sungguh-sungguh kuat terhadap hal yg dipercayai.
5. Memiliki Kematangan. Artinya, sudah sampai pada taraf
perkembangan yg terbaik (memiliki kemampuan berpikir,
kestabilan emosi, jiwa, dan kepribadian yg baik).
44. CIRI-CIRI KONSELOR YANG EFEKTIF
Konselor secara umum.
6. Menghargai klien sebagai makhluk unik. Mampu
melihat hal-hal yg berbeda dalam diri setiap orang. Jadi
tidak boleh menyamaratakan semua klien/konselinya.
7. Memiliki rasa tanggung jawab menolong. Selain
memiliki kepekaan, ia perlu menambahkan niat untuk
tidak pernah membiarkan konseli bergu-lat sendiri
dalam pergumulannya.
8. Tidak mengambil alih masalah konseli/klien. Konselor
tidak mengubah percakapan menjadi kesempatan utk
memberikan nasehat-nasehat. Jadi konselor mengajak
konseli utk mencari solusi bersama-sama.
45. CIRI-CIRI KONSELOR YANG EFEKTIF
Konselor Kristen :
Percaya pada Kristus, sang Konselor Agung.
Menerima Yesus Kristus secara pribadi
Kristus berkuasa dalam hidupnya
Menerima otoritas Alkitab sbg pedoman hidup
Melibatkan karya Roh Kudus
Menghayati tugas sebagai panggilan. ( note : ada kata
amatir, profesi, pelayanan, dan panggilan. Amatir
artinya orang melakukan sesuatu atas dasar
kesenangan, bukan untuk memperoleh dan memenuhi
kebutuhan hidup. Profesional adalah kemampuan
melakukan tugas berdasarkan pengetahuan,
pendidikan, keahlian, ketrampilan, disiplin dan kerja
keras dgn baik. Kerja dan jerih juang dilakukan sebaik-
baiknya karena dia dibayar).
46. CIRI-CIRI KONSELOR YANG EFEKTIF
Sikap yang perlu dkembangkan Konselor :
1. kasih dan pengharapan. ( kasih memungkinkan konselor utk
menghargai, mengasihi, menolong dan memberi pelayanan bagi
klien )
2. Lemah lembut. (konselor tidak boleh menghakimi, menuduh,
memaksa & memerintah klien).
3. Rendah hati. (menganggap orang lain lebih utama dan
penting. Ia tidak meninggikan dan menyombongkan diri dgn apa
yg dimiliki, baik itu ilmu pengetahuan, kepandaian, ketrampilan,
maupun harta kekayaan).
4. Sabar dan tabah. (memampukan konselor utk bertahan, tidak
mudah putus asa, dan kuat menang-gung beban berat
persoalan).
5. Bersahabat dan hangat. (kedekatan dan kehanga-tan perlu
dirasakan oleh klien agar klien merasa nyaman, percaya dan
berani terbuka).
6. Suka menolong. (Jiwa suka menolong ini muncul krn konselor
sdh mengalami kasih dari sang Konselor Agung).
47. CIRI-CIRI KONSELOR YANG EFEKTIF
7. Rela dan tulus. (tidak dilakukan dgn terpaksa. Kalau
terpaksa, kita akan melakukan tugas dgn hati yg amat berat.
Tubuh bertindak, tetapi tdk keluar dari hati).
8. Terbuka. Mengandung tiga sisi. Pertama, konselor
berusaha menolong klien/konseli dapat melihat masalahnya
dgn jernih. Kedua, konselor terbuka untuk segala masukan-
masukan tentang kekurangan dan kelemahan dirinya. Ketiga,
konselor perlu terbuka dalam mengikuti perkembangan dan
kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya wawasan ilmu dan
ketrampilan konseling pastoral.
9. Pengorbanan. (mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, dan
perasaan yg harus dikorbankan. Kadang konselor ditolak oleh
konseli).
10. Perhatian. (lewat perhatian-perhatian yang diberikan,
konseli/klien merasa mendapat dukungan).
48. CIRI-CIRI KONSELOR YANG EFEKTIF
Hal yg merugikan dan perlu dihindari :
1. Menerima info sepihak. (konselor perlu menjumpai konseli
pertama, kemudian konseli kedua. Bahkan kalau perlu
mempertemukannya agar persoalannya menjadi tuntas.
2. Kesimpulan tergesa-gesa. (Konselor jangan terlalu cepat
memberi jalan keluar. Kalau masalah sudah jelas, barulah
percakapan diarahkan utk mencari solusinya).
3. Terburu-buru. (jika dlm proses konseling, konselor selalu
melihat arloji, konseli akan gelisah).
4. Campur tangan terlalu jauh. (konselor terlibat dlm banyak hal.
Konselor terlibat masuk ke masalah lain dlm diri konseli,
sehingga konselor dapat kehilangan objektifitas dirinya).
5. Tidak dapat menyimpan rahasia. (sekali konselor tidak dapat
dipercaya, kredibilitas dirinya pasti akan merosot dgn
sendirinya).
6. Layanan tdk seimbang. (konselor sebaiknya menjaga
keseimbangan pelayanannya. Keluarga dan hal spiritual jangan
sampai terabaikan).
49. CIRI-CIRI KONSELOR YANG EFEKTIF
7. Mudah menghakimi. (memandang konseli sebagai
seseorang yg jahat, buruk, rendah, bersalah..dsb. Bila konseli
mengalami kesulitan-kesulitan, konselor tidak perlu
mempermasalahkannya).
8. Memaksa konseli. (percakapan konselor dgn konseli selalu
utk mengajak berpikir dan mencari alternatif solusi. Konselor
tdk mengambil alih masalah konseli dan mengisi percakapan
dgn rentetan nasehat).
9. Meminta konseli melakukan banyak hal. (Seiring
banyaknya nasehat, ada kecenderungan konselor utk
meminta konseli melakukan banyak hal sebagai bagian dari
solusi).
10. Menangani seluruh masalah konseli. (konselor sebaiknya
sadar bahwa menangani semua masalah yg melilit konseli
adalah hal yg cukup berat, bahkan melam-paui kekuatan,
ketrampilan, dan keahlian konselor).
50. CIRI-CIRI KONSELOR YANG EFEKTIF
Konselor yang Efektif :
Adalah konselor yg bekerja dlm pelayanan konseling pastoral yg
dapat mencapai dan memberi hasil yg baik. Untuk dapat
mencapai-nya, konselor perlu memiliki sikap, kualitas pribadi,
dan ketrampilan tertentu, diantaranya :
1. Memandang manusia sebagai makhluk yg unik. (maksudnya,
konseli memiliki perasaan, pikiran dan sikap yg tidak persis sama
dg konseli yg lain).
2. Memandang manusia sebagai pribadi yg dapat bermitra.
(konselor efektif sadar konseli dapat bermitra dengannya utk
mencapai perubahan hidup, dan mengalami perjumpaan dgn
Kristus.
3. memandang manusia sebagai pribadi yg dapat berubah.
4. Kristus ada dlm hidupnya. (seluruh karya dan jerih juang-nya
atas dasar kuasa dan karya Kristus yg bertahta dlm hidupnya).
5. Terampil menerapkan ilmu konseling. (pengetahuannya tidak
berhenti sampai pada tataran teori, tp praktek).
51. CIRI-CIRI KONSELOR YANG EFEKTIF
6. Terampil dlm memberi respons. Respon yg perlu dilatih
antara lain respons probing (P), understanding (U), sipporting
(S), Interpretating (I), Evaluation (E), dan Action (A). Respon
ini akan dpelajari dalam pertemuan selanjutnya.
7. Trampil mengembangkan relasi antar pribadi. (ketrampilan
ini sangat penting bagi keberha-silannya menjalin hubungan
yg hangat, bersaha-bat, dipercaya, terbuka, dan penuh
perhatian terhadap konseli).
8. Pribadi berkualitas. (menurut anthony Yeo, bebe-rapa
kualitas konselor : memiliki kesadaran akan diri dan nilai-nilai,
percaya, bersikap hangat, penuh perhatian, mampu
memperlihatkan sikap menerima, empati, dan memiliki
pengetahuan).
9. Hal yg perlu dihindari dan merugikan.
10. Mengembangkan sikap positif. (mengembangkan sikap
dan pemikiran yg positif berkaitan dg pelaya-nan konseling
patoral.