1. MAKALAH
‘PERANAN GENERASI MUDA, PERKEMBANGAN MORAL DAN
ETIKA REMAJA DI INDONESIA’
OLEH :
DEPANDI ENDA
NIM : 1106315
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK INFORMATIKA
POLITEKNIK NEGERI BENGKALIS
2013
Halaman | 1
2. BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi
yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock 1992).
Secara umum masa remaja adalah individu yang sedang mengalami peralihan dari
masa anak-anak menuju masa dewasa dengan ditandai perkembangan yang sangat
cepat dari aspek fisik, psikis, dan sosial. Remaja dan pemuda diibaratkan sebagai
batang muda yang akan menentukan nasib dari negara itu sendiri karena remaja
dan pemudalah yang akan membangun bangsa ini.
Kemajuan dan kemunduran bangsa Indonesia tidak terlepas dari para
remaja dan pemuda yang mengisi pembangunan di masa kemerdekaan saat ini.
Bangsa Indonesia sendiri bukanlah bangsa yang miskin dan terbelakang akan
tetapi merupakan suatu bangsa yang besar dan memiliki cita peradaban yang
tinggi. Pada masa lampau, Indonesia pernah mengalami masa kejayaan dan
keemasan di dunia Internasional melalui kerajaan maritim yang tangguh. Banyak
bukti-bukti yang menunjukkan bahwa peradaban bangsa Indonesia sangat tinggi
seperti adanya bangunan bersejarah, karya tulis dan sistem kearifan lokal yang
diwariskan secara turun-temurun. Dulu kita percaya sekali bahwa tiga modal dasar
yang dipunyai Indonesia seperti wilayah yang luas, melimpahnya sumberdaya
alam dan jumlah penduduk yang besar, akan membawa bangsa kita menjadi
makmur dan sejahtera. Tetapi ternyata semuanya itu tidak terbukti.
Pengalaman di atas dapat dijadikan contoh untuk para remaja dan pemuda
sekarang dalam mangisi pembangunan untuk kemajuan bangsa yang kokoh.
Mirisnya bangsa ini semakin tidak mengalami kemajuan yang pesat seperti masa
lampau. Masalah datang silih berganti baik dalam aspek pembangunan di bidang
ekonomi, hukum, sosial, budaya, pertahanan keamanan, dan lain-lain. Hal ini
Halaman | 2
3. menandakan peran aktif dari remaja dan pemuda Indonesia yang masih belum
optimal dalam melaksanakan kewajibannya sebagai generasi penerus bangsa. Di
samping itu kemerosotan atau krisis akhlak dan moral sangat mempengaruhi
remaja Indonesia saat ini.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang sudah dipaparkan diatas, maka dapat
ditentukan beberapa rumusan masalah, antara lain adalah :
1. Apa itu moral dan etika?
2. Apa permasalah yang terjadi saat ini pada generasi penerus?
3. Remaja sekarang lebih mampu berekpresi pada emosi dan mengungkapkan
tanpa sembunyi-sembunyi dan malu.
4. Ketidakseimbangan yang menyebabkan remaja sangat sensitif dan rawan
terhadap stress
5. Permasalahan Pada Generasi Muda Saat Ini
6. Faktor apa saja yang membuat mulai lunturnya moral dan etika generasi
penerus
7. Solusi untuk mengatasi penurunan moral dan etika pada generasi penerus
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka dapat diambil
beberapa penjelasan tentang tujuan penulisan makalah ini, antara lain adalah:
1. Mengetahui makna dan penjelasan tentang moral dan etika
2. Dapat memberi pengetahuan tentang masalah yang ada di masyarakat atau
kalangan remaja saat ini.
3. Dapat mengetahui faktor-faktor yang dapat menjadikan lunturnya moral
generasi penerus, serta agar orang tua dapat meminimalkan hal-hal yang dapat
menjadikan lunturnya moral dan etika generasi penerus.
4. Mengerti bagaimana solusi / cara untuk menindak lanjuti masalah lunturnya
moral dan etika generasi penerus.
Halaman | 3
4. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Pengertian Moral
Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata „moral‟ yaitu
mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai
arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata
„etika‟, maka secara etimologis, kata ‟etika‟ sama dengan kata „moral‟ karena
kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata
lain, kalau arti kata ‟moral‟ sama dengan kata „etika‟, maka rumusan arti kata
„moral‟ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang
membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu „etika‟ dari bahasa Yunani dan
„moral‟ dari bahasa Latin. Jadi bila kita mengatakan bahwa perbuatan pengedar
narkotika itu tidak bermoral, maka kita menganggap perbuatan orang itu
melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau
bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral bejat, artinya orang tersebut
berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak baik.
Prinsip moral atau moral (dari bahasa Latin: moralitas) membawa
pengertian ajaran atau pegangan berkenaan dengan buruk baik sesuatu perbuatan
(kelakuan, kewajipan, dll), sikap atau cara berkelakuan yang berasaskan atau yang
diukur dari segi baik buruk sesuatu akhlak. Ia merujuk kepada konsep etika
kemanusiaan yang digunakan dalam tiga konteks, yaitu:
1. Hati nurani individu;
2. Sistem-sistem prinsip dan pertimbangan kekadang dipanggil nilai moral yang
dikongsi dalam sesuatu komuniti kebudayaan, keagamaan, kesekularan atau
kefalsafahan; dan
3. Tatalaku atau prinsip moral tingkah laku.
Moral pribadi mentakrifkan dan membezakan niat, motivasi, atau tindakan
yang betul dan yang salah, sebagaimana yang dibelajar, dilahirkan, atau
dikembangkan di dalam setiap orang perseorangan.
Halaman | 4
5. „Moralitas‟ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada
dasarnya sama dengan „moral‟, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang
“moralitas suatu perbuatan”, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik
buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas
dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
2. Pengertian Etika
Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti
karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan
dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai
apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk
atau baik serta suatu tanggung jawab. Menurut Martin [1993], etika didefinisikan
sebagai “the discipline which can act as the performance index or reference for
our control system“. Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self
control“, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk
kepentingan kelompok social (profesi) itu sendiri.
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam
pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan,
antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang
lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan
sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam
melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu
ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan
ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut
pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap
perbuatan manusia.
Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika),
etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan
nilai-nilai etika).
Halaman | 5
6. Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara
tentang praxis (tindakan) manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia,
melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan
manusia ini, ditentukan oleh bermacam-macam norma. Norma ini masih dibagi
lagi menjadi norma hukum, norma moral, norma agama dan norma sopan santun.
Norma hukum berasal dari hukum dan perundang-undangan, norma agama
berasal dari agama sedangkan norma moral berasal dari suara batin. Norma sopan
santun berasal dari kehidupan sehari-hari sedangkan norma moral berasal dari
etika. Etika (ethics) berarti moral sedangkan etiket (etiquette)berarti sopan santun.
Etika dibagi menjadi beberapa macam, antara lain adalah:
a) Etika filososfis
b) Etika teologis
c) Etika sosiologis
d) Etika normativ dan adaptif
Disini akan disebutkan fungsi atau guna dari etika, adalah:
1. Etika membuat kita memiliki pendirian dalam pergolakan berbagai pandangan
moral yang kita hadapi.
2. Etika membenatu agar kita tidak kehilangan orientasi dalam transformasi
budaya, sosial, ekonomi, politik dan intelektual dewasa ini melanda dunia kita.
3. Etika juga membantu kita sanggup menghadapi idiologi-idiologi yang
merebak di dalam masyarakt secara kritis dan obeyktif.
4. Etika membantu agamwan untuk menemukan dasar dan kemapanan iman
kepercayaan sehingga tidak tertutyp dengan perubahan jaman.
5. Banyak yang bilang pergaulan remaja saat ini sudah sangat jauh berubah
dibandingkan pada masa-masa sepuluh tahun silam.Remaja sekarang lebih
mampu berekspresi pada emosi dan mengungkapkan perasaan tanpa
sembunyi-sembunyi dan malu seperti dulu.Sudah lumrah saat kita melihat
remaja mengungkapkan kemarahan,sedih dan kegembiraannya dengan katakata yang terucap secara langsung,tanpa basa-basi seperti halnya remaja pada
zaman dahulu.Dengan biasa mereka mengekspresikan perasaan cinta dan
sayang pada pacar mereka di tempat-tempat umum.Sudah umum dilihat saat
Halaman | 6
7. ini bila di mall-mall para remaja biasa bergandengan tangan,berpelukan
bahkan berciuman.Buat oarang tua perilaku seperti ini sangat mengejutkan
dan membuat mereka merasa khawatir.Namun seringkali para orang tua lupa
bahwa saat mereka remaja,perilaku mereka pun sering membuat kecut hati
para orang tua mereka sendiri.Namun apabila orang tua terlalu keras akibat
perasaan khawatir yang mereka miliki,maka remaja akan cenderung
memberontak dan bersikap jauh lebih keras dan pertikaian antara orang tua
dan anak pun tidak dapat lagi dihindari.
B. Remaja Sekarang Lebih Mampu Berekpsresi
Banyak yang bilang pergaulan remaja saat ini sudah sangat jauh berubah
dibandingkan pada masa-masa sepuluh tahun silam.Remaja sekarang lebih
mampu berekspresi pada emosi dan mengungkapkan perasaan tanpa sembunyisembunyi dan malu seperti dulu.Sudah lumrah saat kita melihat remaja
mengungkapkan kemarahan,sedih dan kegembiraannya dengan kata-kata yang
terucap secara langsung,tanpa basa-basi seperti halnya remaja pada zaman
dahulu.Dengan biasa mereka mengekspresikan perasaan cinta dan sayang pada
pacar mereka di tempat-tempat umum.Sudah umum dilihat saat ini bila di mallmall para remaja biasa bergandengan tangan,berpelukan bahkan berciuman.Buat
oarang tua perilaku seperti ini sangat mengejutkan dan membuat mereka merasa
khawatir.Namun
seringkali
para
orang
tua
lupa
bahwa
saat
mereka
remaja,perilaku mereka pun sering membuat kecut hati para orang tua mereka
sendiri.Namun apabila orang tua terlalu keras akibat perasaan khawatir yang
mereka miliki,maka remaja akan cenderung memberontak dan bersikap jauh lebih
keras dan pertikaian antara orang tua dan anak pun tidak dapat lagi dihindari.
Remaja bergaul adalah sebuah kabutuhan.Sama halnya dengan dahaga
yang ingin terpuasan.Mereka ingin mengenal banyak orang dari berbagai
lingkungan.Ini sebetulnya tidak terlepas dari proses pencarian jati diri
semata.Dengan membebaskan perasaan dan isi hati,mereka juga mengharapkan
kebebasan dan ketenangan jiwa.Bila dikekang,mereka nampak begitu sedih dan
Halaman | 7
8. terkekang.Tapi
bila
pergaulan
terlalu
dibebaskan
juga
sangat
mengkhawatirkan.Yang penting berkomunikasi dan terarah.Bilamana sang remaja
masih mampu berkomunikasi dengan keluarga dan orang tua.maka bimbingan
untuk pergaulan pun dapat tersampaikan.Informasi tentang apa yang sebaiknya
mereka lakukan dengan teman-teman dan apa efek dari apa yang mereka lakukan
dan perbuat juga perlu dikomunikasikan.
C. Keadaan yang Tidak Seimbang pada Remaja
Sebanarnya karakteristik dan perjalanan tumbuh kembang remaja tidak
pernah berubah antara generasi lalu dengan generasi sekarang.Masa remaja
tetaplah merupakan suatu fase pertumbuhan dan perkembangan antara masa anak
dan dewasa.Dalam periode ini pastilah terjadi perubahan yang sangat pesat dalam
dimensi fisik,mental dan sosial.Masa ini juga merupakan periode pencarian
identitas
diri,sehingga
remaja
sangat
mudah
terpengaruh
oleh
lingkungan.Umumnya proses pematangan fisik lebih cepat dari pematangan
psikososialnya.Karena
itu
seringkali
terjadinya
ketidakseimbangan
yang
menyebabkan remaja sangat sensitif dan rawan terhadap stres.Perkembangan fisik
remaja dalam usia ini,juga perkembangan kematangan seksualnya,mengalami
perubahan yang sangat pesat dan sudah seharusnya menjadi perhatian khusus
remaja.Keadaan ini merupakan salah satu penyebab atau alasan bagi remaja untuk
coba-coba bereksperimen dengan aktivitas seks,termasuk juga mencoba
menggunakan narkoba.
D. Permasalahan Pada Generasi Muda Saat Ini
Perubahan cepat dalam teknologi informasi telah merubah sebagian besar
masyarakat dunia, terutama yang tinggal diperkotaan dan khususnya kelakuan
remaja Indonesia. Sebagaimana diketahui dengan adanya kemajuan informasi di
satu sisi remaja merasa diuntungkan dengan adanya media yang membahas
seputar masalah dan kebutuhan mereka, sedangkan di sisi lain media merasa kaum
remajalah yang tepat menjadi konsumen dari berbagai produk yang ditawarkan.
Halaman | 8
9. Seperti diketahui bersama bahwa media, berperan besar dalam
pembentukan budaya masyarakat dan proses peniruan gaya hidup, tidak
mengherankan pada masa sekarang adanya perubahan cepat dalam teknologi
informasi menimbulkan pengaruh negatif, meskipun pengaruh positifnya masih
terasa. Kalau dapat diumpamakan remaja perkotaan sudah tertular dengan gaya
hidup barat. Hal ini terlihat pada remaja mengikuti perkembangan mode dunia,
mulai dari fashion, gaya rambut, casting HP yang berganti-ganti, pakaian dan
sebagainya. Melalui pengaruh ini, remaja diajarkan untuk hidup boros dan
menjadi tidak kritis terhadap persoalan sosial yang terjadi dimasyarakat karena
terbuai dengan perkembangan zaman.
Lebih jauh lagi, dampak bagi remaja dapat dilihat khususnya remaja
perempuan cenderung tertanam dalam pandangan mereka jika perempuan menarik
adalah perempuan yang agresif dan seksi. Selain itu, dengan semakin mudahnya
remaja mendapatkan VCD porno dan internet yang menampilkan gambar-gambar
porno, membuat para remaja penasaran untuk mencobanya, malalui kehidupan
seks bebas atau bahkan jika hasrat seksualnya tinggi bisa nekat melakukan
pemerkosaan.
Di samping itu juga,
terdapat juga pemilik warung kecil terlihat
menjajakan “kondom”, pemilik warung tersebut menegaskan bahwa yang menjadi
pembeli utama adalah kaum remaja tidak terlepas dari kalangan lain. Dalam pada
itu, terdapat juga fenomena kehidupan remaja diperkotaan sering terlihat terdapat
berduan pasangan muda-mudi yang belum resmi melakukan sikap tidak sesuai
dengan norma, ironisnya lagi terkadang terjadi penggeledahan oleh pihak yang
berwenang karena terdapat praktek mesum. Selain itu juga remaja putri yang
berjilbab pun patut dipertanyakan, meskipun tidak semuanya. Sungguh
pemandangan yang kiranya menandakan bahwa moral remaja bangsa ini mulai
merosot.
Berdasarkan penjelasan / hasil wawancara pada ketua RT atau lingkungan
setempat, didapatkan beberapa informasi, bahwa kecenderungan masalah pada
generasi muda pada era globalisasi saat ini adalah mereka tidak mengerti norma
moral dan etika yang harus digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu
Halaman | 9
10. juga banyaknya generasi muda yang ikut dalam suatu perkumpulan yang pada
hakikatnya tidak menguntungkan bagi mereka, malah sebaliknya, di perkumpulan
tersebut seorang remaja ataupun muda-mudi dapat terbawa oleh pergaulan yang
tidak baik.
Terjadinya penurunan moral tersebut pada hakikatnya tidak terlepas dari
faktor internal (keluarga) karena dari dalam keluargalah faktor utama yang dapat
menghambat atau setidaknya seorang anak dapat dikendalikan. Misalnya saja
dengan bimbingan dan arahan dari orang tua, seorang anak diberi nasihat-nasihat
yang baik tidak hanya pada saat berkumpul bersama saja, namun di sela-sela
waktu yang ada hendaknya diberi arahan yang baik.
Seorang anak juga harusnya dikontrol tentang pergaulannya kapan
waktunya untuk main dan mengerjakan pekerjaan ataupun tugas-tugasnya yang
lain. Serta membatasi pergaulan remaja agar tidak terbawa teman-temannya yang
mungkin penghuni pergaulan bebas (negatif).
E.
Faktor-faktor yang mempengaruhi menurunnya moral dan etika generasi
muda
Dalam hal ini ada beberapa hal yang mempengaruhi menurunnya moral
dan etika pada generasi muda (penerus). Dari data yang diperoleh, baik dari
wawancara terhadap narasumber maupun dari sumber-sumber lain, hal yang
mempengaruhi antara lain adalah:
1. Longgarnya pegangan terhadap agama
Sudah menjadi tragedi dari dunia maju, dimana segala sesuatu hampir dapat
dicapai dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan beragam mulai terdesak,
kepercayaan kepada Tuhan tinggal simbol, larangan-larangan dan suruhansuruhan Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan longgarnya pegangan seseorang
pada ajaran agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada didalam
dirinya. Dengan demikian satu-satunya alat pengawas dan pengatur moral yang
dimilikinya adalah masyarakat dengan hukum dan peraturanya. Namun biasanya
pengawasan masyarakat itu tidak sekuat pengawasan dari dalam diri sendiri.
Halaman | 10
11. Karen pengawasan masyarakat itu datang dari luar, jika orang luar tidak tahu, atau
tidak ada orang yang disangka akan mengetahuinya, maka dengan senang hati
orang itu akan berani melanggar peraturan-peraturan dan hukum-hukum sosial itu.
Dan apabila dalam masyarakat itu banyak ornag yang melakukuan pelanggaran
moral, dengan sendirinya orang yang kurang iman tadi tidak akan mudah pula
meniru melakukan pelanggaran-pelanggaran yang sama. Tetapi jika setiap orang
teguh keyakinannya kepada Tuhan serta menjalankan agama dengan sungguhsungguh, tidak perlu lagi adanya pengawasan yang ketat, karena setiap orang
sudah dapat menjaga dirinya sendiri, tidak mau melanggar hukum-hukum dan
ketentuan-ketentuan Tuhan. Sebaliknya dengan semakin jauhnya masyarakat dari
agama, semakin sudah memelihara moral orang dalam masyarakat itu, dan
semakin kacaulah suasana, karena semakin banyak pelanggaran-pelanggaran, hak,
hukum dan nilai moral.
2.
Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumahtangga,
sekolah maupun masyarakat.
Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga institusi ini tidak berjalan
menurut semsetinya atau yang sebiasanya. Pembinaan moral dirumah tangga
misalnya harus dilakukan dari sejak anak masih kecil, sesuai dengan kemampuan
dan umurnya. Karena setiap anak lahir, belum mengerti mana uang benar dan
mana yang salah, dan belum tahu batas-batas dan ketentuan moral yang tidak
berlaku dalam lingkungannya. Tanpa dibiasakan menanamkan sikap yang
dianggap baik untuk manumbuhkan moral, anak-anak akan dibesarkan tanpa
mengenal moral itu. Pembinaan moral pada anak dirumah tangga bukan dengan
cara menyuruh anak menghapalkan rumusan tentang baik dan buruk, melainkan
harus dibiasakan. Zakiah Darajat mangatakan, moral bukanlah suatu pelajaran
yang dapat dicapai dengan mempelajari saja, tanpa membiasakan hidup bermoral
dari sejak keci. Moral itu tumbuh dari tindakan kepada pengertian dan tidak
sebaliknya. Seperti halnya rumah tangga, sekolahpun dapat mengambil peranan
yang penting dalam pembinaan moral anak didik. Hendaknya dapat diusahakan
agar sekolah menjadi lapangan baik bagi pertumuhan dan perkembangan mental
Halaman | 11
12. dan moral anak didik. Di samping tempat pemberian pengetahuan, pengembangan
bakat dan kecerdasan. Dengan kata lain, supaya sekolah merupakan lapangan
sosial bagi anak-anak, dimana pertumbuhan mantal, moral dan sosial serta segala
aspek kepribadian berjalan dengan baik. Untuk menumbuhkan sikap moral yang
demikian itu, pendidikan agama diabaikan di sekolah, maka didikan agama yang
diterima dirumah tidak akan berkembang, bahkan mungkin terhalang. Selanjutnya
masyarakat juga harus mengambil peranan dalam pembinaan moral. Masyarakat
yanglebih rusak moralnya perelu segera diperbaiki dan dimulai dari diri sendiri,
keluarga dan orang-orang terdekat dengan kita. Karena kerusakan masyarakat itu
sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan moral anak-anak. Terjadinya
kerusakan moral dikalangan pelajar dan generasi muda sebagaimana disebutakan
diatas, karena tidak efektifnnya keluarga, sekolah dan masyarakat dalam
pembinaan moral. Bahkan ketiga lembaga tersebut satu dan lainnya saling
bertolak belakang, tidak seirama, dan tidak kondusif bagi pembinaan moral.
3. Dasarnya harus budaya materialistis, hedonistis dan sekularistis.
Sekarang ini sering kita dengar dari radio atau bacaan dari surat kabar tentang
anak-anak sekolah menengah yang ditemukan oleh gurunya atau polisi
mengantongi obat-obat, gambar-gambar cabul, alat-alat kotrasepsi seperti kondom
dan benda-banda tajam. Semua alat-alat tersebut biasanya digunakan untuk halhal yang dapat merusak moral. Namun, gejala penyimpangan tersebut terjadi
karena pola hidup yang semata-mata mengejar kepuasan materi, kesenangan hawa
nafsu dan tidak mengindahkan nilai-nilai agama. Timbulnya sikap tersebut tidak
bisa dilepaskan dari derasnya arus budaya matrealistis, hedonistis dan sekularistis
yang disalurkan melalui tulisan-tulisan, bacaan-bacaan, lukisan-lukisan, siaransiaran, pertunjukan-prtunjukan dan sebagainya. Penyaluran arus budaya yang
demikian itu didukung oleh para penyandang modal yang semata-mata mengeruk
keuntungan material dan memanfaatkan kecenderungan para remaja, tanpa
memperhatikan dampaknya bagi kerusakan moral. Derasnya arus budaya yang
demikian
diduga
termasuk
faktor
yang
paling
besar
andilnya
dalam
menghancurkan moral para remaja dan generasi muda umumnya.
Halaman | 12
13. 4. Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah.
Pemerintah yang diketahui memiliki kekuasaan (power), uang, teknologi,
sumber daya manusia dan sebagainya tampaknya belum menunjukan kemauan
yang sungguh-sunguh untuk melakuka pembinaan moral bangsa. Hal yang
demikian semaikin diperparah lagi oleh adanya ulah sebagian elit penguasa yang
semata-mata mengejar kedudukan, peluang, kekayaan dan sebagainya dengan
cara-cara tidak mendidik, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme yang hingga kini
belum adanya tanda-tanda untuk hilang. Mereka asik memperebutkan kekuasaan,
mareri dan sebagainya dengan cara-cara tidak terpuji itu, dengan tidak
memperhitungkan dampaknya bagi kerusakan moral bangsa. Bangsa jadi ikutikutan, tidak mau mendengarkan lagi apa yang disarankan dan dianjurkan
pemerintah, karena secara moral mereka sudah kehiangan daya efektifitasnya.
Sikap sebagian elit penguasa yang demikian itu semakin memperparah moral
bangsa, dan sudah waktunya dihentikan. Kekuasaan, uang, teknologi dan sumber
daya yang dimiliki pemerintah seharusnya digunakan untuk merumuskan konsep
pembinaan moral bangsa dan aplikasinya secara bersungguh-sungguh dan
berkesinambungan.
Beberapa faktor lain yang menyebabkan menurunnya moral dan etika generasi
muda saat ini adalah:
a) Salah pergaulan, apabila kita salah memilih pergaulan kita juga bisa ikutikutan untuk melakukan hal yang tidak baik
b) Orang tua yang kurang perhatian, apabila orang tua kuran memperhatikan
anaknya, bisa-bisa anaknya merasa tidak nyaman berada di rumah dan selalu
keluar rumah. Hal ini bisa menyebabkan remaja terkena pergaulan bebas.
c) Ingin mengikuti trend, bisa saja awalmya para remaja merokok adalah ingin
terlihat keren, padahal hal itu sama sekali tidak benar. Lalu kalu sudah
mencoba merokok dia juga akan mencoba hal-hal yang lainnya seperti
narkoba dan seks bebas.
d) Himpitan ekonomi yang membuat para remaja stress dan butuh tempat
pelarian.
Halaman | 13
14. F. Solusi untuk mengatasi penurunan moral dan etika pada generasi penerus
Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan
yang ada pada generasi penerus pada saat ini, diantaranya adalah:
1. Untuk meghindari salah pergaulan, kita harus pandai memilah dan memilih
teman dekat. Karena pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap etika, moral
dan kepribadian seseorang.
2. Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang,
terutama dalam mengenalkan pendidikan agama sejak dini. Perhatian dari
orang tua juga sangat penting. Karena pada banyak kasus, kurangnya
perhatian orang tua dapat menyebabkan dampak buruk pada sikap anak.
3. Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk menyaring
pengaruh buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan merokok. Dewasa ini,
orang-orang menganggap bahwa merokok meningkatkan kepercayaan diri
dalam pergaulan. Padahal jika dilihat dari sisi kesehatan, merokok dapat
menyebabkan banyak penyakit, baik pada perokok aktif maupun pasif.
Sehingga kebiasaan ini tidak hanya akan mempengaruhi dirinya sendiri,
melainkan juga orang-orang di sekelilingnya.
4. Diadakannya pembinaan moral dan akhlak, diharapkan, dengan bekal
pembinaan moral dan akhlak yang baik dan kuat, mereka nantinya tidak
mudah terjerumus dipengaruhi hal yang negatif lagi.
5. Meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar, dan beramal
sholeh.
6. Melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya positif, seperti ikut dalam suatu
perkumpulan remaja masjid, ikut pengajian-pengajian rutin, pagelaran seni,
serta olahraga, karena hal tersebut juga dapat meminimalkan untuk seorang
anak terjun kedalam kegiatan0kegiatan yang sifatnya mubadir (sia-sia), semua
jenis kegiatan rutin,selama kegiatan tersebut bersifat positif serta dapat juga
untuk mengukir prestasi.
Halaman | 14
15. BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Secara etimologis, pengertian moral dan etika pada hakikatnya adalah sama,
kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan ,adat. Dengan
kata lain, kalau arti kata ‟moral‟ sama dengan kata „etika‟, maka rumusan arti
kata „moral‟ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan
yang membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu „etika‟ dari bahasa Yunani
dan „moral‟ dari bahasa Latin
2. Permasalahan yang terjadi pada generasi penerus bangsa saat ini adalah
menurunnya moral, akhlak dan etika. Sehingga kehidupan yang mereka jalani
tdak sesuai dengan tuntunan yang ada, banyak diantara mereka yang
terjerumus pada kehidupan atau pergaulan yang bebas.
3. Beberapa faktor yang menyebabkan menurunnya moral generasi muda antara
lain adalah Longgarnya pegangan terhadap agama, Kurang efektifnya
pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah tangga, sekolah maupun
masyarakat, Dasarnya harus budaya materialistis, hedonistis dan sekularistis,
Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah, Salah
pergaulan, Orang tua yang kurang perhatian, Ingin mengikuti trend, Himpitan
ekonomi yang membuat para remaja stress dan butuh tempat pelarian.
4. Solusi
yang
dapat
dilakukan
untuk
menanggulangi
(setidaknya
meminimalkan) masalah menurunnya moral dan etika generasi penerus
adalah: Memilih teman pergaulan, orang tua harus lebih mengawasi pergaulan
anak-anaknya, serta lebih memberi perhatian, diadakannya pembekalah moral
dan akhlak, meningkatkan keimanan dan ketakwaan, melakukan kegiatan
yang bersifat positif.
Halaman | 15
16. B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan antara lain adalah:
1. Hendaknya bimbingan moral, etika dan kepribadian dilakukan sejak dini
melalui pendekatan keluarga, sehingga seorang anak setelah menginjak
dewasa, sudah mempunyai bekal yang cukup. Seperti pembekalan bagaimana
cara bersikap yang baik pada orang yang lebih tua serat unggah-ungguh yang
sesuai dengan norma yang berlaku.
2. Seorang anak hendaknya dimaksukkan pada suatu tempat yang dalam lingkup
pembekalan rohani (seperti pengajian / TPQ) dan lain sebagainya agar lebih
memantapkan bekal ilmu agama.
3. Orang tua hendaknya selalu mengawasi pergaulan anak-anaknya, serta
memilih mana teman yang baik untuk pergaulan dan mana teman yang
diidentifikasi akan merusak moral buah hatinya.
4. Pemerintah hendaknya mencanangkan program pendidikan nilai dan moral
dalam sebuah kurikulum pendidikan, sehingga di lngkungan sekolah tidak
hanya mengenyam pendidikan-pendidikan umum, namun juga mendapatkan
pendidikan nilai dan moral.
5. Hendaknya ada kerjasama baik antara keluarga, masyarakat dan pemerintah
guna mencetak generasi masa depan yang lebih baik.
Halaman | 16
17. DAFTAR RUJUKAN
Djakfar, muhammad. 2007. Agama,Etika,dan Ekonomi. Malang: UIN-Malang
press.
Senali, moh saifulloh A. 2009. Pembina Akhlak Umat. Surabaya: Terbit Terang.
http://ongiem-pgsd.blogspot.com/2012/01/bab-i-pendahuluan.html
http://rochem.wordpress.com/2012/01/04/perkembangan-moral-remaja-di-eramodernisasi/
Halaman | 17